Analisis Perbedaan Hedonic Shopping Motivation antara Pria dan Wanita.

(1)

ABSTRACT

Along with the development of era, the current shopping concept has turned into a reflection of lifestyle and leisure among communities. Humans also have the motivation of a hedonist is a form of human motivation to meet the need for pleasure. Someone hedonist motivation in the shop, it is said can also be distinguished in gender differences. The purpose of doing research is to analyze the difference of hedonic shopping motivation between men and women. Shopping hedonist motives in this study using indicators which include adventure shopping, social shopping, gratification shopping, idea shopping, role shopping and value shopping. This research was conducted towards the men and women in one of the University of Bandung and the number of samples that are assigned as many as 180 respondents. Methods of analysis used is a quantitative analysis with SPSS program Ver. 17.0 for windows. The result of this research shows that the average respondents gave responses agree against each indicator. Of all the dimensions of hedonic shopping motivation which most declared by respondents as the most important part of the hedonic shopping motivation is social shopping with a percentage of the average 47,56% of respondents. Judging from the results of research by using different test (t-test) that the results of the responses of the respondents there is a difference between men and women on a shopping adventure indicator, graification shopping, and the idea of shopping in a significant way, While the result of the respoden responses of men and women there is no difference in indicators of role value shopping, shopping, and social shopping significantly.


(2)

ABSTRAK

Seiring berkembangnya jaman, konsep belanja saat ini telah berubah menjadi sebuah cerminan gaya hidup dan rekreasi dikalangan masyarakat. Manusia juga memiliki motivasi hedonis yang merupakan suatu bentuk motivasi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan kesenangan. Motivasi hedonis seseorang dalam berbelanja, dikatakan juga dapat dibedakan dalam perbedaan gender. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita. Motif belanja hedonis dalam penelitian ini menggunakan indikator-indikator yang meliputi adventure shopping, social shopping, gratification shopping, idea shopping, role shopping, dan value shopping.

Penelitian ini dilakukan terhadap pria dan wanita di salah satu universitas Bandung dan jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 180 responden. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan program SPSS ver.17.0 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden memberi tanggapan setuju terhadap masing-masing indikator. Dari semua dimensi hedonic shopping motivation yang paling besar dinyatakan oleh responden sebagai bagian terpenting dari hedonic shopping motivation adalah social shopping dengan presentase rata-rata responden sebesar 47,56%. Dilihat dari hasil penelitian dengan menggunakan uji beda (t-test) bahwa hasil tanggapan responden pria dan wanita terdapat perbedaan pada indikator adventure shopping, graification shopping, dan idea shopping secara signifikan, sedangkan hasil tanggapan respoden pria dan wanita tidak terdapat perbedaan pada indikator role shopping, value shopping, dan social shopping secara signifikan.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PENGESAHAN

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI iii

SURAT PERNYATAAN MENGADAKAN PENELITIAN TIDAK

MENGGUNAKAN PERUSAHAAN

iv

KATA PENGANTAR

v

ABSTRACT

vii

ABSTRAK

viii

DAFTAR ISI

ix

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 6


(4)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

8

2.1 Kajian Pustaka 8

2.1.1 Motivasi 9

2.1.2 Hedonis 11

2.1.3 Model Proses Motivasi 11

2.1.4 Shopping Motivation 13

2.1.5 Hedonic Shopping 14

2.1.6 Hedonic Shopping Motivation 16 2.2 Penelitian Terdahulu 22

2.3 Kerangka Teoritis 25

2.4 Kerangka Pemikiran 26

2.5 Pengembangan Hipotesis 27

BAB III METODE PENELITIAN

29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 29

3.2 Jenis Penelitian 29

3.3 Definisi Operasional Variabel 30

3.4 Populasi dan Sampel 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data 34

3.6 Metode Analisis Data 35

3.7 Teknik Analisis Data 36


(5)

3.7.2 Uji Validitas Data 36

3.7.2.1 Hasil Uji Validitas 37

3.7.3 Uji Reliabilitas Data 42

3.7.3.1 Hasil Uji Reliabilitas 43

3.7.4 Uji Kecukupan Data 46

3.7.5 Uji Beda (t-test) 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

48

4.1 Analisa Data 48

4.1.1 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 49 4.1.2 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 49

4.1.3 Analisis Karakteristik Berdasarkan Asumsi “Bagi Saya Berbelanja

Merupakan Sebuah Petualangan” 50

4.1.4 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Bagi Saya

Berbelanja Dapat Membangkitkan Semangat” 51

4.1.5 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Berbelanja

Membuat Saya Merasa Seperti di Dunia Sendiri” 52

4.1.6 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Pada Waktu Perasaan Saya Sedang Tidak Enak, Saya Pergi Berbelanja Untuk Mengubah

Suasana Hati” 54

4.1.7 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Bagi Saya, Berbelanja Merupakan Suatu Cara Untuk Mengobati Stress” 55 4.1.8 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi


(6)

4.1.9 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Suka Berbelanja Untuk Orang Lain Karena Jika Mereka Merasa Senang, Saya Juga

Merasa Senang” 58

4.1.10 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Menikmati

Berbelanja Untuk Teman Dan Keluarga Saya” 60

4.1.11 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Menikmati Melihat-lihat Berbagai Toko Untuk Mendapatkan Hadiah Yang Sempurna Bagi

Seseorang” 61

4.1.12 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Sebagian Besar

Belanja Saya Dilakukan Ketika Ada Diskon” 63

4.1.13 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Suka

Mencari Diskon Sewaktu Berbelanja” 64

4.1.14 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Suka

Menawar Jika Sedang Berbelanja” 66

4.1.15 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi

Berbelanja Dengan Teman Atau Keluarga Saya Untuk Bersosialisasi” 67

4.1.16 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Senang

Bersosialisasi Dengan Orang Lain Sewaktu Berbelanja” 68

4.1.17 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Berbelanja Dengan Orang Lain Merupakan Pengalaman Untuk Menciptakan Ikatan


(7)

4.1.18 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi Berbelanja Untuk Dapat Selalu Mengikuti Tren” 71 4.1.19 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi

Berbelanja Untuk Selalu Mengikuti Mode Terbaru” 72

4.1.20 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi

Berbelanja Untuk Melihat Produk Terbaru” 73

4.2 Uji Beda (t-test) 74

4.2.1 Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Adventure Shopping 75 4.2.2 Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Gratification Shopping 76 4.2.3 Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Role Shopping 77 4.2.4 Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Value Shopping 78 4.2.5 Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Social Shopping 79 4.2.6 Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Idea Shopping 80

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

84

5.1 Kesimpulan 84

5.2 Keterbatasan Penelitian 86


(8)

DAFTAR PUSTAKA

87


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Model Proses Motivasi 12

Gambar 2 Dinamika Proses Motivasi Kebutuhan 14

Gambar 3 Kerangka Teoritis 25


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I Matriks Penelitian Tentang Perbedaan Belanja Pria dan Wanita Sebelumnya 23

Tabel II Definisi Operasional Variabel Penelitian Tentang Hedonic Shopping Motivation 31

Tabel III Alternatif Jawaban Responden 36

Tabel IV Hasil Uji Validitas Berdasarkan Adventure Shopping 37 Tabel V Hasil Uji Validitas Berdasarkan Gratification Shopping 38 Tabel VI Hasil Uji Validitas Berdasarkan Role Shopping 39 Tabel VII Hasil Uji Validitas Berdasarkan Value Shopping 40 Tabel VIII Hasil Uji Validitas Berdasarkan Social Shopping 41 Tabel IX Hasil Uji Validitas Berdasarkan Idea Shopping 42 Tabel X Hasil Uji Realiabilitas Berdasarkan Adventure Shopping 43 Tabel XI Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan Gratification Shopping 44 Tabel XII Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan Role Shopping 44 Tabel XIII Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan Value Shopping 45 Tabel XIV Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan Social Shopping 45 Tabel XV Hasil Uji Reliabilitas Berdasarkan Idea Shopping 46


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48

Tabel XVII Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 49

Tabel XVIII Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 49

Tabel XIX Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Bagi Saya Berbelanja

Merupakan Sebuah Petualangan” 50

Tabel XX Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Bagi Saya Berbelanja

Dapat Membangkitkan Semangat” 51

Tabel XXI Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Berbelanja Membuat

Saya Merasa Seperti di Dunia Sendiri” 52

Tabel XXII 6 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Pada Waktu Perasaan

Saya Sedang Tidak Enak, Saya Pergi Berbelanja Untuk Mengubah Suasana Hati” 54

Tabel XXIII Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Bagi Saya, Berbelanja

Merupakan Suatu Cara Untuk Mengobati Stress” 55

Tabel XXIV Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi Berbelanja

Bila Saya Ingin Memperlakukan Diri Saya Secara Khusus” 57

Tabel XXV Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Suka Berbelanja Untuk Orang Lain Karena Jika Mereka Merasa Senang, Saya Juga Merasa Senang” 58 Tabel XXVI Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Menikmati

Berbelanja Untuk Teman Dan Keluarga Saya” 60

Tabel XXVII Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Menikmati Melihat-lihat Berbagai Toko Untuk Mendapatkan Hadiah Yang Sempurna Bagi Seseorang” 61


(12)

Tabel XXVIII Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Sebagian Besar

Belanja Saya Dilakukan Ketika Ada Diskon” 63

Tabel XXIX Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Suka Mencari

Diskon Sewaktu Berbelanja” 64

Tabel XXX Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Suka Menawar

Jika Sedang Berbelanja” 66

Tabel XXXI Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi Berbelanja

Dengan Teman Atau Keluarga Saya Untuk Bersosialisasi” 67

Tabel XXXII Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Senang

Bersosialisasi Dengan Orang Lain Sewaktu Berbelanja” 68

Tabel XXXIII Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Berbelanja Dengan Orang Lain Merupakan Pengalaman Untuk Menciptakan Ikatan Persaudaraan” 70 Tabel XXXIV Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi Berbelanja

Untuk Dapat Selalu Mengikuti Tren” 71

Tabel XXXV Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi Berbelanja

Untuk Selalu Mengikuti Mode Terbaru” 72

Tabel XXXVI Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan Asumsi “Saya Pergi Berbelanja

Untuk Melihat Produk Terbaru” 73

Tabel XXXVII Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Adventure Shopping 75 Tabel XXXVIII Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Gratification Shopping 76 Tabel XXXIX Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Role Shopping 77


(13)

Tabel XL Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Value Shopping 78 Tabel XLI Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Social Shopping 79 Tabel XLII Hasil Uji Beda (t-test) Berdasarkan Idea Shopping 80


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN B INPUT DATA KUESIONER

LAMPIRAN C UJI VALIDITAS

LAMPIRAN D UJI RELIABILITAS

LAMPIRAN E UJI KARAKTERISTIK RESPONDEN

LAMPIRAN F UJI BEDA

LAMPIRAN G UJI KECUKUPAN SAMPEL DATA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut, akan tetapi pada konsep belanja sekarang ini telah berkembang menjadi sebuah cerminan gaya hidup dan rekreasi dikalangan masyarakat. Belanja merupakan gaya hidup tersendiri yang bahkan menjadi suatu kegemaran oleh sejumlah orang.

Berbelanja didasari adanya kebutuhan serta keinginan yang muncul dari benak seseorang. Memenuhi kebutuhan merupakan upaya yang harus dilakukan oleh setiap orang. Seseorang akan bergerak dengan segala daya dan upayanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, sehingga muncul motivasi dalam berbelanja. Pendapat Engel et.al. (1994), motivasi belanja dimulai dari munculnya kebutuhan tertentu, yang semakin lama kebutuhan ini akan mendesak orang tersebut untuk dipenuhi. Desakan atau dorongan kebutuhan menjadi motivasi.

Keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap manusia dapat memotivasi dirinya untuk melakukan sesuatu. Schiffman dan Kanuk (2008) berpendapat bahwa motivasi merupakan kekuatan penggerak dalam diri seseorang yang memaksanya untuk bertindak, khususnya tindakan-tindakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Demikian juga halnya, manusia juga memiliki motivasi hedonis


(16)

merupakan suatu bentuk motivasi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan kesenangan.

Terdapat dua latar belakang yang mendasari motivasi seseorang dalam berbelanja, yaitu motivasi personal yang berasal dari dalam diri sendiri dan untuk kepentingan diri sendiri serta motivasi sosial yang lebih berorientasi pada kebutuhan untuk bersosialisasi. Saat ini belanja bukan lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi sudah menjadi suatu keharusan untuk mendapatkan kenikmatan atau kesenangan pribadi, hal inilah yang disebut dengan hedonis. Motif belanja hedonis dikembangkan oleh Arnold dan Reynolds (2003) dengan indikator meliputi pertama adalah adventure shopping. Belanja adalah tantangan, suatu sensasi, menggembirakan, masuk lingkungan universal yang menyenangkan. Kedua adalah social shopping. Sosialisasi adalah tujuan utama dari pembelanja ketika mereka pergi belanja. Ketiga adalah gratification shopping. Kehidupan yang kompleks saat ini dan tingkat stress meningkat di masyarakat. Beberapa orang belanja untuk menghilangkan stress. Keempat adalah idea shopping. Berbelanja memberikan pengetahuan baru perkembangan trend baru dan model baru. Kelima adalah role shopping. Peranan belanja direfleksikan dalam kenikmatan, dipengaruhi oleh perasaan dan keadaan hati (moods). Keenam adalah value shopping. Beberapa orang belanja untuk menemukan barang yang baik dan bernilai bagi dirinya. Motif hedonis adalah dasar untuk mengevaluasi pengalaman belanja lebih dari informasi yang mereka kumpulkan atau produk yang dibeli. Seseorang berbelanja mencari kesenangan, motif hedonis berbelanja tidak hanya untuk membeli barang tetapi juga kegiatan sosialisasi dengan teman untuk mencari hiburan. Manfaat hedonis adalah


(17)

manfaat yang bersifat perasaan yaitu perasaan senang, perasaan lega, perasaan nikmat (Mehrabian dan Russel, 1974).

Motivasi hedonis seseorang dalam berbelanja, dikatakan juga dapat dibedakan dalam perbedaan gender. Dahulu cenderung orang-orang mengatakan bahwa wanita lebih sering berbelanja dibandingkan dengan pria. Kaum wanita dinilai lebih memperhatikan penampilan diri mereka. Kegiatan belanja yang paling disukai oleh wanita adalah kegiatan berbelanja produk fashion. Produk fashion ini dapat berupa baju, rok, celana, sepatu, tas, dan aksesoris lainnya. Dengan up-to-date

berbagai produk fashion dan berpenampilan menarik, mereka menjadi lebih percaya diri dalam bersosialisasi dan menjalankan rutinitas mereka.

Belanja merupakan tantangan tersendiri bagi wanita. Seperti orang yang berburu, wanita menjelajahi toko-toko, melihat-lihat semua barang, membandingkan, mencari sasaran yang tepat, lalu membidiknya. Penelitian yang dilakukan oleh profesor psikologi Karen Pine dari universitas Hertfordshire Inggris, menemukan 79% wanita mengatakan bahwa berbelanja dapat menghibur diri mereka. Selain itu, perubahan biochemical dalam tubuh wanita juga mempengaruhi keinginan berbelanja. Dorongan kuat untuk berbelanja kemungkinan adalah suatu usaha untuk melawan emosi negatif yang diciptakan oleh perubahan hormon atau berasal dari keinginan bawah sadar untuk membuat diri mereka tampil lebih menarik (Sachiko, 2014).

Lain halnya dengan kaum pria, mereka dinilai tidak suka menghabiskan waktu berlama-lama untuk berbelanja. Kebanyakan pria menghindari belanja di toko dan pusat perbelanjaan yang dianggap feminim. Namun seiring perkembangan


(18)

zaman dan pusat perbelanjaan di Indonesia yang meningkat tajam, telah menciptakan persepsi tersendiri tentang berbelanja di kalangan pria. Hasil survey Kompas Gramedia Majalah yang diberi nama Indonesia’s Hottest Insight (IHI) pada tahun 2013 yang melibatkan 9000 responden pembaca yang terdiri dari 3000 anak-anak, 3000 wanita, dan 3000 pria di Indonesia dari sembilan kota besar, mengatakan bahwa minat pria untuk berbelanja yang dominan adalah terhadap sektor otomotif yang mencapai 74% kemudian minat yang berhubungan dengan keuangan 56% dan bidang yang diminati berikutnya adalah gadget atau elektronik (Prayogo, 2013).

Menurut riset nielsen yang dicatat harian kompas menunjukkan kaum pria mulai menikmati kegiatan shopping. Tahun 2010 tercatat hanya 19 persen pria yang menjadi pelaku utama shopping, kini angkanya naik menjadi 26 persen. Pria makin menikmati kegiatan belanja, di mana sepertiganya mengaku benar-benar menikmati atau menyukai belanja. Berbeda dengan perempuan, gaya pria belanja lebih tegas. Tidak ada waktu bagi mereka untuk melihat produk-produk lain, seperti yang dilakukan oleh kaum wanita. Berdasarkan riset tersebut, para pelaku belanja semakin tidak membuat perencanaan. Hanya 15 persen pelaku yang mengaku membuat perencanaan. Akibatnya banyak barang-barang yang dibeli diluar kebutuhan (Nugraha, 2011).

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh WSL strategic retail,

perusahaan survei yang meneliti tentang tren dunia retail dan perilaku pembelanjanya, terdiri dari 740 responden pria dan 780 responden wanita yang melakukan pembelanjaan. 63 persen pria mengatakan bahwa mereka juga mengintip diskon. Bahkan lebih dari separuhnya secara reguler belanja menggunakan kupon.


(19)

Oleh karena itu, dengan alasan ini para peritel terus mendorong mode untuk para pria (Hikmatul, 2013).

Kebanyakan kaum wanita sering kali dijadikan sebagai studi untuk perilaku berbelanja dibandingkan dengan pria. Meskipun kurangnya penelitian terhadap pria, namun dikatakan perempuan lebih sering berbelanja dibandingan dengan pria (Benson, 1994, Danzinger, 2006, Hine, 2002) dan lebih menikmati berbelanja dibandingkan dengan laki – laki (Campbell, 1997, Fischer and Arnold 1994). Selain itu, mereka mungkin lebih termotivasi oleh faktor yang berbeda dibandingkan dengan pria sebagai bagian dari pengaruh umum gender pada perilaku konsumen (Yang and Lester, 2005). Padahal dengan melihat perkembangan zaman saat ini, para pria juga gemar berbelanja sama halnya dengan wanita. Begitu banyak para pembisnis ritel saat ini yang terus up-to-date dengan berbagai fashion untuk para pria.

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan sebuah penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan Hedonic Shopping Motivation Pada Pria Dan Wanita”

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk dapat menganalisis hedonic shopping motivation pada pria dan wanita saat ini, maka penulis mengidentifikasian masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan adventure shopping?


(20)

2. Apakah terdapat perbedaan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan gratification shopping?

3. Apakah terdapat perbedaan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan role shopping?

4. Apakah terdapat perbedaan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan value shopping?

5. Apakah terdapat perbedaan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan social shopping?

6. Apakah terdapat perbedaan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan idea shopping?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbandingan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan adventure shopping.

2. Mengetahui perbandingan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan gratification shopping.

3. Mengetahui perbandingan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan role shopping.

4. Mengetahui perbandingan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan value shopping.

5. Mengetahui perbandingan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan social shopping.


(21)

6. Mengetahui perbandingan hedonic shopping motivation antara pria dan wanita berdasarkan idea shopping.

1.4 Kegunaan Penelitian

a) Manfaat bagi penulis

1. Penulis dapat menerapkan ilmu ekonomi khususnya dalam bidang manajemen pemasaran yang telah diperoleh selama perkuliahan. 2. Sebagai media untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai

hedonic shopping motivation antara pria dan wanita. b) Manfaat bagi akademisi

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan atau referensi dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai hedonic shopping motivation.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bab IV mengenai analisis perbedaan

hedonic shopping motivatian antara pria dan wanita di sekitar Universitas Kristen Maranatha di Bandung, maka peneliti memuat kesimpulan sebagai berikut:

Hedonic shopping motivation pada masyarakat sekitar Universitas Kristen Maranatha Bandung di nilai cukup baik. Hal ini dinyatakan bahwa adventure shopping, gratification shopping, role shopping, value shopping, social shopping, dan idea shopping dinilai cukup baik, rata-rata responden memberi tanggapan setuju terhadap masing-masing indikator tersebut. Rata-rata responden sebesar 41,63% menyatakan bahwa mereka setuju adventure shopping yang diukur menggunakan 3 dimensi (AS1, AS2, AS3) merupakan bagian dari hedonic shopping motivation. Rata-rata responden sebesar 39,26% menyatakan bahwa mereka setuju gratification shopping

yang diukur menggunakan 3 dimensi (GS4, GS5, GS6) merupakan bagian dari

hedonic shopping motivation. Rata-rata responden sebesar 47,06% menyatakan bahwa mereka setuju role shopping yang diukur menggunakan 3 dimensi (RS7, RS8, RS9) merupakan bagian dari hedonic shopping motivation. Rata-rata responden sebesar 45,2% menyatakan bahwa mereka setuju value shopping yang diukur menggunakan 3 dimensi (VS10, VS11, VS12) merupakan bagian dari hedonic shopping motivation. Rata-rata responden sebesar 47,56% menyatakan bahwa


(23)

mereka setuju bahwa social shopping yang diukur menggunakan 3 dimensi (SS13, SS14, SS15) merupakan bagian dari hedonic shopping motivation. Rata-rata responden sebesar 43,8% menyatakan bahwa mereka setuju idea shopping yang diukur menggunakan 3 dimensi (IS16, IS17, IS18) merupakan bagian dari hedonic shopping motivation.

Dari semua dimensi hedonic shopping motivation yang paling besar dinyatakan oleh responden sebagai bagian terpenting dari hedonic shopping motivation adalah social shopping dengan presentase rata-rata responden sebesar 47,56%. Social shopping atau lingkungan sosial dapat mempengaruhi nilai hedonik konsumsi, hal tersebut sesuai dengan pendapat Arnolds dan Reynolds (2003) yang menyatakan bahwa konsumen yang berbelanja dengan keluarga atau bersama teman untuk mendapatkan kesenangan, bersosialisasi sambil berbelanja, serta menjalin hubungan dengan orang lain sambil berbelanja.

Dilihat dari hasil penelitian dengan menggunakan uji beda (t-test) bahwa hasil tanggapan responden pria dan wanita terdapat perbedaan pada indikator

adventure shopping, graification shopping, dan idea shopping secara signifikan, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan Ho ditolak. Sedangkan hasil tanggapan respoden pria dan wanita tidak terdapat perbedaan pada indikator role shopping, value shopping, dan social shopping secara signifikan, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan Ho diterima.


(24)

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian antara lain:

1. Penelitian ini hanya dilakukan di sekitar Universitas Kristen Maranatha 2. Penelitian ini hanya dilakukan dengan metode survey menggunakan kuesioner 3. Penelitian hanya menguji perbedaan hedonic shopping motivation dari segi

gender

5.3 Saran

Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan di berbagai tempat lainnya seperti lingkungan mall, lingkungan universitas lainnya, diluar lingkungan Universitas Kristen Maranatha agar data yang diperoleh lebih umum.

2. Penelitian selanjutnya disarankan meneliti responden secara lebih mendalam misalnya dengan wawancara, agar informasi yang didapat akan lebih akurat. 3. Penelitian selanjutnya disarankan menguji perbedaan hedonic shopping

motivation dari segi lainnya selain gender, seperti jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, usia, kelas sosial, dan lain-lain.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ailawadi, Kusum L., Dant, Rajiv P., Grewal, Dhruv (2003). Perceptual And Objective Performance Measures: An Empirical Analysis Of The Difference And Its Impact. Marketing Science Institute, Hanover

Angga (2006). Ternyata, Pria Juga Doyan Shopping. Kapanlagi.com, 8 Desember 2006 diakses dari http://angga17.wordpress.com/2006/12/08/ternyata-pria-juga-doyan-shopping/

Arnold, M. J. & Reynolds, K. E. (2003). Hedonic shopping motivations. Journal of Retailing, Vol. 79, pp. 77-95

Azwar, Saifuddin (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Babin, B.J., Darden, W.R. & Griffin, M. (1994). “Work and/or Fun: Measuring

Hedonic and Utilitarian Shopping Value”, Journal of Consumer Research, Vol.20, pp. 91-100.

Benson, John (1994). The Rise of Consumer Society in Britain. London: Longman Publishing.

Campbell, C (1997). Shopping, pleasure and the sex war. In: Falk, P., Campbell, C. (Eds.), The Shopping Experience. Sage, London, pp. 166–175.

Danzinger, P.N (2006). Shopping: Why We Love it and how Retailers Can Create the Ultimate Customer Experience. Kaplan Publishing, Chicago.

Dawson, S., Bloch, P.H., and Ridgway, N.M (1990). “Shopping Motive, Emotional States, and Retail Outcome”. Journal of Retailing, 66 (Winter): 408-427. Dzulkarnaen, Noviar (2013). Orang Indonesia Konsumen Pembelanja Tertinggi di

Wilayah Asia Pasifik. Lensaindonesia.com, 10 Desember 2013 diakses dari

http://www.lensaindonesia.com/2013/12/10/orang-indonesia-konsumen-pembelanja-tertinggi-di-wilayah-asia-pasifik.html

Ekasari, Eya (2011). Ini Dia Perbedaan Perilaku Belanja Wanita dan pria. Woloipop Detik.com, 17 Oktober 2011 diakses dari

http://wolipop.detik.com/read/2011/10/17/112336/1745538/1141/ini-dia-perbedaan-perilaku-belanja-wanita-pria

Engel, James F., Blackwell. Roger D., and Miniard, P.W., (1994). Consumer Behavior. 7th edition. Orlando The Dryden Press, USA.

Fischer, Eileen and Stephen J. Arnold (1994). “Sex, Gender Identity, Gender Role


(26)

Handoko, Tri (2009). Metroseksualitas Dalam Iklan Sebagai Wacana Gaya Hidup Posmodern. Academic Writing, 6 November 2009 diakses dari http://dgi- indonesia.com/metroseksualitas-dalam-iklan-sebagai-wacana-gaya-hidup-posmodern/

Hikmatul, Adrianto (2013). Pria Tak Senang Belanja, Itu Mitos. Plasadana.com, 23 September 2013 diakses dari http://id.berita.yahoo.com/pria-tak-senang-belanja-itu-mitos-011030424--finance.html

Hine, T (2002). I Want That!. Harper Collins, New York.

Japarianto, Edwin (2010). Analisa Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk Kepuasan Tourist Shopper di Surabaya. Jurnal Manajemen dan kewirausahaan, Vol.12.

Jin, B and Kim, J.O (2003). A Typology of Korean Discount Shoppers: Shopping Motives, Store Attributes, Outcomes. Internation Journal of Service Industry Management.

Kotler, Philip (1997). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jilid 1 (Edisi Bahasa Indonesia dari Principles of Marketing). Jakarta: Penerbit PT Prenhalindo.

McClelland, D.C. (1987). Human Motivation. New York: Cambridge University Press.

Mehrabian, A. and Russell, J.A., (1974). An approach to Environmental Psychology, In Fisher, Feffrey D., Paul A. Bell, and Andrew Baum (1984) Environmental Psychology, 2nd ed. New York: Holt, Rinchart and Winston.

Mowen, JC dan Minor, M (1998). Consumer Behavior Fifth Edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Mowen, J.C. (1995). Consumer Behavior 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Mulkan, Dede (2007). Perbandingan Perilaku Konsumen (Consumer Behaviour) di Pasar Tradisional Ujung Berung Bandung dan Pasar Modern BIP Hypermart

Bandung. Makalah Ilmiah.

Nugraha, Pepih (2011). Para Pria Mulai Menikmati Shopping. Kompas.com, 21 Juni 2011 diakses dari

http://www.yiela.com/view/1855741/para-pria-mulai-menikmati-shopping

Nurcahyani, Dwi Indah (2011). Puas Berbelanja, Stress pun Hilang. Okezone.com,

22 Juni 2011 diakses dari

http://lifestyle.okezone.com/read/2011/06/22/195/471392/puas-berbelanja-stres-pun-hilang


(27)

Prabowo, Hardian (2010). Trend Perilaku Berbelanja Konsumen Pria di Indonesia.

Wordpress.com,1 April 2010 diakses dari

http://hardianprabowo.wordpress.com/2010/04/01/trend-perilaku-berbelanja-konsumen-pria-di-indonesia/

Prayogo, Oginawa R (2013). Yuk, Tengok Perilaku Belanja Kaum Pria. Survey Kompas Gramedia, 7 mei 2013 diakses dari http://industri.kontan.co.id/news/yuk-tengok-perilaku-belanja-kaum-pria

Priyatno. (2010). Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi.

Rachmani, Immanuella (2014). Belanja Sebagai Terapi. Femina Pesona, Edisi Mei 2014 diakses dari

http://www.pesona.co.id/majalah.edisi/on.issue/belanja.sebagai.terapi/009/003/ 61

Robbins,Stephen P (2002). Perilaku Organisasi, Edisi V. Jakarta: Pearson Education Asia.

Rohman, Fatchur (2009). Peran Nilai Hedonik Konsumsi dan Reaksi Impulsif Sebagai Mediasi Pengaruh Faktor Situasional Terhadap Keputusan Pembelian Impulsif di Butik Kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 7.

Roscoe, J.T. 1975. Fundamental Research Statistic for The Behavior Sciencess. (2nd, ed), Holt, Rinehart and Winston. New York.

Sachiko, Desi (2014). Jangan Heran Kenapa Wanita Suka Belanja. Kompasiana, 17 Januari 2014 diakses dari http://m.kompasiana.com/post/read/627027/3/jangan-heran-kenapa-wanita-suka-belanja.html

Sardiman, A.M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sardiman, A.M. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Schiffman, Leon G, dan Leslie Lazar Kanuk (2008). Perilaku Konsumen. Petince Hall. Jakarta.

Schiffman, L.G dan Kanuk, L. (2004) Consumer Behavior 8th Edition, New Jersey: Pretince Hall.

Sekartaji, Syzta (2012). Mengapa Wanita Suka Berbelanja. Detik.com, 31 Desember 2012 diakses dari

http://wolipop.detik.com/read/2012/12/31/133403/2130085/1133/mengapa-wanita-suka-berbelanja

Setyanti, Christina Andhika (2012). Pria dan Wanita Sama-sama Konsumtif.

Kompas.com, 6 juni 2012 diakses dari


(28)

Solomon, Michael R dan Nancy J. Rabolt (2004). Consumer Behaviour in Fashion.

Pearson Education Inc, London.

Sugiyono (2009). Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sunjoyo., Setiawan, R..,Carolina, V., Magdalena, N., Kurniawan, A (2013). Aplikasi SPSS Untuk Smart Riset. Bandung: Alfabeta.

Swarbrooke, John and Horner, Susan (2003). Consumer Behaviour in Tourism. Butterworth-Heinemann: Oxford.

Westbrook., Robert A., and Black, William. C (1985). “Spatial Demand Models in

an Intrabrand Context.” Journal of Marketing. New York.

Yang, B., Lester, D (2005). Gender differences in e-commerce. Applied Economics 37 (18), 2077–2089.


(1)

mereka setuju bahwa social shopping yang diukur menggunakan 3 dimensi (SS13, SS14, SS15) merupakan bagian dari hedonic shopping motivation. Rata-rata responden sebesar 43,8% menyatakan bahwa mereka setuju idea shopping yang diukur menggunakan 3 dimensi (IS16, IS17, IS18) merupakan bagian dari hedonic shopping motivation.

Dari semua dimensi hedonic shopping motivation yang paling besar dinyatakan oleh responden sebagai bagian terpenting dari hedonic shopping motivation adalah social shopping dengan presentase rata-rata responden sebesar 47,56%. Social shopping atau lingkungan sosial dapat mempengaruhi nilai hedonik konsumsi, hal tersebut sesuai dengan pendapat Arnolds dan Reynolds (2003) yang menyatakan bahwa konsumen yang berbelanja dengan keluarga atau bersama teman untuk mendapatkan kesenangan, bersosialisasi sambil berbelanja, serta menjalin hubungan dengan orang lain sambil berbelanja.

Dilihat dari hasil penelitian dengan menggunakan uji beda (t-test) bahwa hasil tanggapan responden pria dan wanita terdapat perbedaan pada indikator

adventure shopping, graification shopping, dan idea shopping secara signifikan, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan Ho ditolak. Sedangkan hasil tanggapan respoden pria dan wanita tidak terdapat perbedaan pada indikator role shopping, value shopping, dan social shopping secara signifikan, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan Ho diterima.


(2)

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian antara lain:

1. Penelitian ini hanya dilakukan di sekitar Universitas Kristen Maranatha 2. Penelitian ini hanya dilakukan dengan metode survey menggunakan kuesioner 3. Penelitian hanya menguji perbedaan hedonic shopping motivation dari segi

gender

5.3 Saran

Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan di berbagai tempat lainnya seperti lingkungan mall, lingkungan universitas lainnya, diluar lingkungan Universitas Kristen Maranatha agar data yang diperoleh lebih umum.

2. Penelitian selanjutnya disarankan meneliti responden secara lebih mendalam misalnya dengan wawancara, agar informasi yang didapat akan lebih akurat. 3. Penelitian selanjutnya disarankan menguji perbedaan hedonic shopping

motivation dari segi lainnya selain gender, seperti jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, usia, kelas sosial, dan lain-lain.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ailawadi, Kusum L., Dant, Rajiv P., Grewal, Dhruv (2003). Perceptual And Objective Performance Measures: An Empirical Analysis Of The Difference And Its Impact. Marketing Science Institute, Hanover

Angga (2006). Ternyata, Pria Juga Doyan Shopping. Kapanlagi.com, 8 Desember 2006 diakses dari http://angga17.wordpress.com/2006/12/08/ternyata-pria-juga-doyan-shopping/

Arnold, M. J. & Reynolds, K. E. (2003). Hedonic shopping motivations. Journal of Retailing, Vol. 79, pp. 77-95

Azwar, Saifuddin (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Babin, B.J., Darden, W.R. & Griffin, M. (1994). “Work and/or Fun: Measuring

Hedonic and Utilitarian Shopping Value”, Journal of Consumer Research, Vol.20, pp. 91-100.

Benson, John (1994). The Rise of Consumer Society in Britain. London: Longman Publishing.

Campbell, C (1997). Shopping, pleasure and the sex war. In: Falk, P., Campbell, C. (Eds.), The Shopping Experience. Sage, London, pp. 166–175.

Danzinger, P.N (2006). Shopping: Why We Love it and how Retailers Can Create the Ultimate Customer Experience. Kaplan Publishing, Chicago.

Dawson, S., Bloch, P.H., and Ridgway, N.M (1990). “Shopping Motive, Emotional States, and Retail Outcome”. Journal of Retailing, 66 (Winter): 408-427. Dzulkarnaen, Noviar (2013). Orang Indonesia Konsumen Pembelanja Tertinggi di

Wilayah Asia Pasifik. Lensaindonesia.com, 10 Desember 2013 diakses dari

http://www.lensaindonesia.com/2013/12/10/orang-indonesia-konsumen-pembelanja-tertinggi-di-wilayah-asia-pasifik.html

Ekasari, Eya (2011). Ini Dia Perbedaan Perilaku Belanja Wanita dan pria. Woloipop Detik.com, 17 Oktober 2011 diakses dari

http://wolipop.detik.com/read/2011/10/17/112336/1745538/1141/ini-dia-perbedaan-perilaku-belanja-wanita-pria

Engel, James F., Blackwell. Roger D., and Miniard, P.W., (1994). Consumer Behavior. 7th edition. Orlando The Dryden Press, USA.

Fischer, Eileen and Stephen J. Arnold (1994). “Sex, Gender Identity, Gender Role


(4)

Handoko, Tri (2009). Metroseksualitas Dalam Iklan Sebagai Wacana Gaya Hidup Posmodern. Academic Writing, 6 November 2009 diakses dari http://dgi- indonesia.com/metroseksualitas-dalam-iklan-sebagai-wacana-gaya-hidup-posmodern/

Hikmatul, Adrianto (2013). Pria Tak Senang Belanja, Itu Mitos. Plasadana.com, 23 September 2013 diakses dari http://id.berita.yahoo.com/pria-tak-senang-belanja-itu-mitos-011030424--finance.html

Hine, T (2002). I Want That!. Harper Collins, New York.

Japarianto, Edwin (2010). Analisa Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk Kepuasan Tourist Shopper di Surabaya. Jurnal Manajemen dan kewirausahaan, Vol.12.

Jin, B and Kim, J.O (2003). A Typology of Korean Discount Shoppers: Shopping Motives, Store Attributes, Outcomes. Internation Journal of Service Industry Management.

Kotler, Philip (1997). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jilid 1 (Edisi Bahasa Indonesia dari Principles of Marketing). Jakarta: Penerbit PT Prenhalindo.

McClelland, D.C. (1987). Human Motivation. New York: Cambridge University Press.

Mehrabian, A. and Russell, J.A., (1974). An approach to Environmental Psychology, In Fisher, Feffrey D., Paul A. Bell, and Andrew Baum (1984) Environmental Psychology, 2nd ed. New York: Holt, Rinchart and Winston.

Mowen, JC dan Minor, M (1998). Consumer Behavior Fifth Edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Mowen, J.C. (1995). Consumer Behavior 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Mulkan, Dede (2007). Perbandingan Perilaku Konsumen (Consumer Behaviour) di Pasar Tradisional Ujung Berung Bandung dan Pasar Modern BIP Hypermart

Bandung. Makalah Ilmiah.

Nugraha, Pepih (2011). Para Pria Mulai Menikmati Shopping. Kompas.com, 21 Juni 2011 diakses dari http://www.yiela.com/view/1855741/para-pria-mulai-menikmati-shopping

Nurcahyani, Dwi Indah (2011). Puas Berbelanja, Stress pun Hilang. Okezone.com,

22 Juni 2011 diakses dari

http://lifestyle.okezone.com/read/2011/06/22/195/471392/puas-berbelanja-stres-pun-hilang


(5)

Prabowo, Hardian (2010). Trend Perilaku Berbelanja Konsumen Pria di Indonesia.

Wordpress.com,1 April 2010 diakses dari

http://hardianprabowo.wordpress.com/2010/04/01/trend-perilaku-berbelanja-konsumen-pria-di-indonesia/

Prayogo, Oginawa R (2013). Yuk, Tengok Perilaku Belanja Kaum Pria. Survey

Kompas Gramedia, 7 mei 2013 diakses dari

http://industri.kontan.co.id/news/yuk-tengok-perilaku-belanja-kaum-pria Priyatno. (2010). Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi.

Rachmani, Immanuella (2014). Belanja Sebagai Terapi. Femina Pesona, Edisi Mei 2014 diakses dari

http://www.pesona.co.id/majalah.edisi/on.issue/belanja.sebagai.terapi/009/003/ 61

Robbins,Stephen P (2002). Perilaku Organisasi, Edisi V. Jakarta: Pearson Education Asia.

Rohman, Fatchur (2009). Peran Nilai Hedonik Konsumsi dan Reaksi Impulsif Sebagai Mediasi Pengaruh Faktor Situasional Terhadap Keputusan Pembelian Impulsif di Butik Kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 7.

Roscoe, J.T. 1975. Fundamental Research Statistic for The Behavior Sciencess. (2nd, ed), Holt, Rinehart and Winston. New York.

Sachiko, Desi (2014). Jangan Heran Kenapa Wanita Suka Belanja. Kompasiana, 17 Januari 2014 diakses dari http://m.kompasiana.com/post/read/627027/3/jangan-heran-kenapa-wanita-suka-belanja.html

Sardiman, A.M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sardiman, A.M. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Schiffman, Leon G, dan Leslie Lazar Kanuk (2008). Perilaku Konsumen. Petince Hall. Jakarta.

Schiffman, L.G dan Kanuk, L. (2004) Consumer Behavior 8th Edition, New Jersey: Pretince Hall.

Sekartaji, Syzta (2012). Mengapa Wanita Suka Berbelanja. Detik.com, 31 Desember 2012 diakses dari

http://wolipop.detik.com/read/2012/12/31/133403/2130085/1133/mengapa-wanita-suka-berbelanja

Setyanti, Christina Andhika (2012). Pria dan Wanita Sama-sama Konsumtif.

Kompas.com, 6 juni 2012 diakses dari


(6)

http://female.kompas.com/read/2012/06/06/14362011/Pria.dan.Wanita.Sama-Solomon, Michael R dan Nancy J. Rabolt (2004). Consumer Behaviour in Fashion.

Pearson Education Inc, London.

Sugiyono (2009). Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sunjoyo., Setiawan, R..,Carolina, V., Magdalena, N., Kurniawan, A (2013). Aplikasi SPSS Untuk Smart Riset. Bandung: Alfabeta.

Swarbrooke, John and Horner, Susan (2003). Consumer Behaviour in Tourism. Butterworth-Heinemann: Oxford.

Westbrook., Robert A., and Black, William. C (1985). “Spatial Demand Models in an Intrabrand Context.” Journal of Marketing. New York.

Yang, B., Lester, D (2005). Gender differences in e-commerce. Applied Economics 37 (18), 2077–2089.