Perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal.

(1)

vi ABSTRAK

PERBEDAAN KEMATANGAN CINTA ANTARA PRIA DAN WANITA USIA DEWASA AWAL

Clara Prima Karmila 019114070 Fakultas Psikologi

Tujuan penelitian ini adalah meneliti perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal. Subjek penelitian ini adalah pria dan wanita usia dewasa awal dan sedang menjalin hubungan cinta. Batasan usia dalam penelitian ini yaitu antara 20-25 tahun.

Perbedaan kematangan cinta diungkapkan dengan menggunakan skala kematangan cinta. Skala kematangan cinta disusun berdasarkan komponen elemen-elemen dasar cinta yaitu perhatian dan tanggung jawab, penghargaan serta pemahaman.

Metode analisis data yang digunakan yaitu Independent Sample T-test. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis peneliti yaitu bahwa ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal.

Hasil olah data menunjukkan nilai t hitung (5,460) > nilai t tabel (1,684) dengan nilai probabilitas (p) 0,000 < (p) 0.05 berarti hipotesis peneliti diterima. Dapat diketahui juga bahwa nilai mean wanita (59,53) > nilai mean pria (58,60). Berarti kematangan cinta wanita lebih tinggi daripada pria.


(2)

vii ABSTRACT

THE MATURITY LOVE DIFFERENCE BETWEEN MEN AND WOMEN IN ADULT AGE

Clara Prima Karmila 019114070 Psychology Faculty

The aimed of this research are examine maturity love difference between men and women adult age. Subject of research are men and women adult age and in romantic relationship. Age limitation in this research is 20-25 years old.

Maturity love difference pronounced with maturity love scale. Maturity love scale stacked based component basic love elements are attention and responsible, appreciation and also comprehension.

Analysis data method in use is Independent Sample T-test. Analysis data use to examine researcher hypothesis is any maturity love difference between men and women adult age.

Result manner data indicate value t arithmetic (5,462) > t table (1,684), its means researcher hypothesis can accepted. Mean women’n maturity love (59, 53) > mean men’s maurity love ( 58,60).

Conclusion this research are any maturity love difference between men and women adult age. And women’s maturity love more advance than men’s maturity love.


(3)

i

PERBEDAAN KEMATANGAN CINTA ANTARA PRIA DAN WANITA USIA DEWASA AWAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Clara Prima Karmila

019114070

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK

TUHAN YESUS KRISTUS ATAS BIMBINGAN DAN KEAJAIBAN YANG TELAH DIBERIKAN.

Kupersembahkan juga untuk

Almarhum papa semoga karya ini menjadi hadiah

Dan dapat mewujudkan harapan-harapan papa dan seluruh keluarga.

Tuhan Memberkati Amin


(7)

(8)

vi ABSTRAK

PERBEDAAN KEMATANGAN CINTA ANTARA PRIA DAN WANITA USIA DEWASA AWAL

Clara Prima Karmila 019114070 Fakultas Psikologi

Tujuan penelitian ini adalah meneliti perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal. Subjek penelitian ini adalah pria dan wanita usia dewasa awal dan sedang menjalin hubungan cinta. Batasan usia dalam penelitian ini yaitu antara 20-25 tahun.

Perbedaan kematangan cinta diungkapkan dengan menggunakan skala kematangan cinta. Skala kematangan cinta disusun berdasarkan komponen elemen-elemen dasar cinta yaitu perhatian dan tanggung jawab, penghargaan serta pemahaman.

Metode analisis data yang digunakan yaitu Independent Sample T-test. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis peneliti yaitu bahwa ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal.

Hasil olah data menunjukkan nilai t hitung (5,460) > nilai t tabel (1,684) dengan nilai probabilitas (p) 0,000 < (p) 0.05 berarti hipotesis peneliti diterima. Dapat diketahui juga bahwa nilai mean wanita (59,53) > nilai mean pria (58,60). Berarti kematangan cinta wanita lebih tinggi daripada pria.


(9)

vii ABSTRACT

THE MATURITY LOVE DIFFERENCE BETWEEN MEN AND WOMEN IN ADULT AGE

Clara Prima Karmila 019114070 Psychology Faculty

The aimed of this research are examine maturity love difference between men and women adult age. Subject of research are men and women adult age and in romantic relationship. Age limitation in this research is 20-25 years old.

Maturity love difference pronounced with maturity love scale. Maturity love scale stacked based component basic love elements are attention and responsible, appreciation and also comprehension.

Analysis data method in use is Independent Sample T-test. Analysis data use to examine researcher hypothesis is any maturity love difference between men and women adult age.

Result manner data indicate value t arithmetic (5,462) > t table (1,684), its means researcher hypothesis can accepted. Mean women’n maturity love (59, 53) > mean men’s maurity love ( 58,60).

Conclusion this research are any maturity love difference between men and women adult age. And women’s maturity love more advance than men’s maturity love.


(10)

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus berkat bimbinganNya penulis dapat melalui perjalanan panjang menyelesaikan skripsi ini. Banyak ucapan terima kasih yang penulis ingin sampaikan kepada semua orang yang selama ini telah membantu penulis.

1. Bapak Eddy selaku Dekan fakultas psikologi

2. Ibu Silvi selaku Kaprodi, terima kasih atas kesempatan dan maaf apabila peneliti sering merepotkan.

3. Ibu Ari, terima kasih atas bimbingannya selama ini dan maaf ya bu kalau saya selama ini suka buat ‘dosa asal’.

4. Ibu Susan dan Ibu Titik selaku dosen penguji terima kasih atas masukan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis.

5. Ibu Siwi, Pak Heri dan Mbak Eta sebagai dosen pembimbing akademik. 6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi atas ilmunya.

7. Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Gik atas bantuannya selama ini.

8. Mas Muji atas kesediaannya sebagai tempat curhat penulis dan selamat atas kelahiran anak keduanya.

9. Mas Doni atas bantuannya selama ini.

10. Romo Rohadi atas bantuannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan maaf apabila selama ini penulis telah banyak merepotkan.


(12)

x

11. Papa (Alm), Mama, Putri, Dewi, Mas Jodhi dan Iyas atas kesabarannya selama ini.

12. Mbak Dwi dan Mas Cahyo, Mas Idam dan Mbak Sendy atas bantuannya selama ini dan maaf kalau selama ini Prima sudah ngrepotin kalian, GBU. 13. Mas Eko, terima kasih selama ini sudah menjadi kakak yang baik buat Prima

dan you’re the best forever.

14. Bude Titik & Pakde Prawito, Bude Sri & Pakde Parman, Bulek Wati & Om Bowo, Bulek Asih & Om Triman atas doa dan bantuannya.

15. Para sepupuku : Andre, Wista, Ririn, Tyas, Thomas dan Dewa, You’re the best guys.

16. Wilis, My best friends, terima kasih atas persahabatan yang indah ini. Selamat atas pernikahannya semoga kalian berdua selalu setia dan diberkati Tuhan. 17. Mas Hendra, Mas Tius dan Mas Bayu , kakak-kakakku aku kangen nih sama

kalian, kapan kita kumpul lagi ya?

18. Mbak Devi, dan Mbak Ana, aku bersyukur telah mengenal kalian, berteman dengan kalian mengembalikan kepercayaan diriku lagi.

19. Elis, Sisca, Vembri, Devi, Ida, Icha, Rani, Nining, Pati, Elly, atas saat-saat yang menyenangkan selama ini.

20. Para tetangga di perumahan Pendowo Asri, atas bantuannya terutama setelah gempa, Yuk kita bangkit lagi.

21. Teman-teman angkatan ’01 yang telah berbagi suka dan duka selama kuliah di psikologi.


(13)

xi

23. Jaidun, Andri, Hono dan semua karyawan Puri Brata Meditation Resort atas segala kebaikan dan bantuannya juga atas ketawa-ketiwinya selama ini.


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Kematangan Cinta... 8

1. Pengertian Cinta ... 8

2. Pengertian Kematangan Cinta... 9

3. Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Cinta ... 10

B. Pria dan Wanita Dewasa Awal ... 12

1. Pengertian Masa Dewasa Awal... 12

2. Perkembangan Sosio-emosional ... 13

3. Perbedaan antara Pria dan Wanita... 14

4. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pria dan Wanita ... 15

C. Perbedaan Kematangan Cinta antara Pria dan Wanita Usia Dewasa Awal ... 17


(15)

xiii

D. Hipotesis ... 20

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Variabel Penelitian ... 21

C. Definisi Operasional... 21

D. Subjek Penelitian ... 22

E. Pengambilan Data ... 23

F. Uji Asumsi ... 23

1. Uji Normalitas ... 24

2. Uji Homogenitas ... 24

G. Analisis Data... 25

H. Reliabilitas dan Validitas Data ... 25

1. Validitas ... 25

2. Reliabilitas ... 26

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 27

A. Persiapan Penelitian ... 27

1. Persiapan Penelitian... 27

2. Uji Coba Penelitian... 28

B. Pelaksanaan Penelitian ... 31

C. Hasil Penelitian ... 31

1. Uji Normalitas ... 31

2. Uji Homogenitas ... 31

3. Uji Hipotesis ... 32

D. Pembahasan ... 33

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print sebelum uji coba penelitian... 28

Tabel 2. Item-item yang tidak lolos seleksi ... 29

Tabel 3. Blue print hasil seleksi item... 30

Tabel 4. Item-item yang tidak terpilih ... 30

Tabel 5. Uji Normalitas... 31

Tabel 6. Uji Homogenitas ... 32


(17)

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan modern adalah kehidupan yang mengagungkan cinta (Achmanto, 2005). Setiap pasangan menginginkan hubungan yang penuh cinta dan memuaskan.

Keseimbangan dalam menjalin suatu hubungan akan menghasilkan hubungan yang memuaskan. Suatu hubungan yang tidak memiliki pertukaran yang seimbang antar pasangan akan menimbulkan suatu hubungan yang tidak adil dan tidak memuaskan. Pria dan wanita yang menjalani hubungan yang tidak seimbang salah satunya akan merasa tertekan atau kecewa.

Ketidakseimbangan ini apabila terus berlanjut tanpa adanya penyelesaian pada akhirnya dapat mengakibatkan retaknya suatu hubungan. Banyaknya perceraian yang terjadi akhir-akhir ini diakibatkan dari hubungan yang tidak seimbang antara pria dan wanita. Salah satu merasa dirinya telah banyak memberi tetapi pasangannya tidak memberikan respon atau timbal balik yang sama.

Data menunjukkan perceraian di Indonesia tiap tahun mencapai 200.000 pasangan. Mulai tahun 2003 terdapat 40.391 kasus perceraian, tahun 2004 terdapat 42.769 kasus perceraian dan tahun 2005 terdapat 55.509 kasus perceraian (“Perceraian di Indonesia”, 2009).

Dari berbagai kasus yang diajukan ada kurang lebih 13 kriteria penyebab perceraian di antaranya ketidakcocokan, perselingkuhan, ketidakharmonisan,


(19)

kesulitan ekonomi, campur tangan saudara, krisis keluarga, pernikahan paksa, kekerasan domestik, poligami, cacat biologis, pernikahan dini dan hukuman penjara (“Benarkah Komunikasi”, 2008).

Penyebab-penyebab perceraian di atas menggambarkan adanya ketidakseimbangan dalam suatu hubungan. Pria dan wanita pada awal menjalin hubungan pernikahan menunjukkan cinta yang sangat membara. Seiring dengan waktu salah satu menyadari bahwa pasangannya ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Pasangannya tidak dapat memenuhi kebutuhan akan perhatian dan tanggung jawab, penghargaan serta pemahaman.

Tidak adanya pertukaran yang seimbang membuat salah satu pasangan merasa kecewa dan tertekan. Hal ini juga terjadi pada beberapa artis sebagai contoh Krisdayanti yang menggugat cerai Anang. Menurut salah satu infotainment Krisdayanti mengatakan bahwa selama 13 tahun pernikahannya, Anang lebih sering sibuk dengan urusannya sendiri daripada memberikan perhatian kepada Krisdayanti (”Buku krisdayanti”, 2009)

Krisdayanti merasa Anang tidak banyak berbuat untuk mengisi hubungan pernikahan mereka dengan memberikan perhatian yang dibutuhkan Krisdayanti sebagai istri dan juga sebagai wanita. Krisdayanti merasa dirinya berjuang sendirian dalam mempertahankan pernikahannya dengan Anang (”Buku Krisdayanti” , 2009).

Menjalin hubungan untuk mencari pasangan hidup terjadi pada masa dewasa awal. Masa dewasa awal adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir


(20)

pada usia tiga puluhan tahun. Tugas perkembangan usia dewasa awal adalah memilih seseorang sebagai teman hidup.

Jatuh cinta merupakan dorongan yang sangat kuat untuk berdekatan dengan seseorang dan menjalin hubungan romantis sebagai pasangan kekasih. Suatu penelitian mengatakan cinta memiliki pengaruh yang positif terhadap diri seseorang. Cinta dapat membuat seseorang bahagia, semakin dapat berekspresi, memiliki keinginan yang kuat untuk berdekatan dengan seseorang yang dicintai (Gonzaga, Keltner, Londahl & Smith, 2001).

Cinta membara atau passionate love merupakan reaksi emosional yang intensif dan tidak realistik terhadap orang lain (Baron & Byrne, 2002). Cinta yang membara merupakan campuran antara ketertarikan seksual, keterangsangan fisiologis, hasrat untuk dekat secara fisik dan kebutuhan yang intensif untuk dicintai.

Cinta yang membara adalah bentuk cinta yang didasarkan pada emosi dan khayalan sehingga bentuk cinta ini tidak dapat dipertahankan sebagai hubungan yang permanen (Baron & Byrne, 2002).

Cinta karib adalah cinta yang didasarkan pada persahabatan yang sangat akrab antara dua orang yang saling tertarik secara seksual, memiliki kesamaan dalam berbagai hal, saling mempedulikan kesejahteraan satu dengan yang lain dan menunjukkan rasa saling suka dan saling menghargai (Baron & Byrne, 2002). Cinta karib merupakan bentuk cinta yang dapat mempertahankan hubungan dari waktu ke waktu.


(21)

Cinta yang matang adalah jalinan antara dua orang yang saling tetap mempertahankan integritas dan individualitas masing-masing (Fromm, 2002). Menurut Fromm (dalam Achmanto, 2002) cinta yang matang adalah cinta yang produktif. Cinta yang produktif memuat elemen-elemen dasar yaitu perhatian dan tanggung jawab, penghargaan serta pemahaman.

Elemen-elemen dasar tersebut saling bergantung satu dengan yang lain. Perhatian merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk orang yang dicintai (Fromm, 2002). Seseorang yang mencintai pasangannya akan berusaha memberikan perhatian terhadap kehidupan dan perkembangan dari orang yang dicintai. Cinta tanpa perhatian tidak dapat disebut sebagai cinta. Contoh seorang ibu yang mengatakan dirinya mencintai anaknya akan diragukan rasa cintanya saat ibu tersebut merasa jengkel saat anaknya rewel dan marah-marah karena anaknya tidak berhenti menangis.

Perhatian terhadap perkembangan orang yang dicintai menimbulkan rasa tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan pasangannya (Fromm, 2002). Tanggung jawab dapat berubah menjadi dominasi atau kepemilikan tanpa disertai adanya rasa menghargai.

Seseorang yang selalu mengatur segala sesuatu dalam hidup pasangannya baik dari segi penampilan hingga kehidupan sosial. Aturan-aturan ini disebutkan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pasangannya.

Penghargaan berarti menyadari keunikan dalam diri orang yang dicintai dan memperhatikan orang yang dicintai untuk tumbuh dan berkembang sesuai dirinya sendiri.


(22)

Menghargai orang yang dicintai dapat dilakukan setelah seseorang mengenal orang yang dicintai. Memahami seseorang dapat dilakukan apabila orang tersebut mampu melihat orang yang dicintai sesuai pandangan dari orang dicintai.

Cinta yang matang memiliki prinsip seseorang dicintai karena orang tersebut telah memberikan cintanya kepada orang yang dicintai. Cinta yang matang mengatakan seseorang membutuhkan orang lain karena mencintai orang tersebut. Cinta yang tidak matang mengikuti prinsip seseorang mencintai orang lain karena telah dicintai. Cinta yang tidak matang mengatakan seseorang mencintai orang lain karena membutuhkan orang tersebut.

Suatu penelitian mengungkapkan seseorang yang ketika kecil memiliki model yang memberikan contoh yang baik dalam mencintai, memiliki hubungan cinta yang positif dan masa depan yang baik dalam menjalin hubungan. Sebaliknya seseorang yang memiliki masalah dengan dirinya merasa kurang optimis akan masa depannya dalam menjalin hubungan (Holmes, Murray, Sandra, Griffin & Rose, 2001).

Pria dan wanita memiliki karakteristik yang berbeda. Wanita lebih menekankan pada hubungan dan wanita memiliki kepekaan akan perasaan orang lain. Wanita diajarkan untuk dapat berbagi dan mengungkapkan perasaannya. Wanita dapat memahami perasaan orang lain dan wanita dapat saling memberikan perhatian dan menghargai pasangannya. Wanita lebih diajarkan untuk mengasuh dan sejak kecil wanita telah dididik untuk dependent, mengasuh dan tidak tertarik pada kekuasaan.


(23)

Pria lebih menekankan pada aturan dan prinsip yang berlaku tanpa mempedulikan situasi. Pria diajarkan untuk tidak mengungkapkan emosinya dan selalu bersikap tegar. Pria lebih suka mengungkapkan cintanya dalam hal-hal fisik. Sejak kecil seorang pria dididik untuk memenuhi harapan-harapan ayahnya. Untuk mendapatkan cinta ayahnya anak laki-laki berusaha menyenangkan ayahnya dengan menuruti harapan-harapannya (Fromm, 2002). Cinta ayah identik dengan cinta bersyarat.

Dengan fenomena perceraian yang sering terjadi akhir-akhir ini dan perbedaan karakteristik pria dan wanita, peneliti tertarik meneliti untuk mengetahui apakah ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dalam bidang psikologi sosial. dan menjadi salah satu referensi bagi peneliti lain yang tertarik meneliti tentang kematangan cinta.


(24)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai wacana atau referensi bagi pria dan wanita agar dapat membangun hubungan yang seimbang.


(25)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kematangan Cinta 1. Pengertian Cinta

Achmanto (2005) menguraikan definisi cinta menurut beberapa ahli yaitu :

Sternberg & Barnes mengartikan cinta sebagai emosi yang membuat kita ingin berhubungan dengan orang lain melalui beragam cara.

Hazan & Shaver mengartikan cinta adalah sebuah proses kelekatan – proses menjadi lekat secara emosional pada seorang pasangan romantis.

Zack Rubin mengartikan cinta adalah sebuah sikap yang diarahkan pada orang lain di mana seseorang memiliki predisposisi untuk berpikir, merasa dan bertindak dalam cara tertentu kepada orang itu.

Baron & Byrne mengartikan cinta adalah keadaan emosional yang mengandung ketertarikan, hasrat seksual dan perhatian pada seseorang .

Erich Fromm mengartikan cinta sebagai perhatian aktif terhadap kehidupan serta perkembangan dari yang dicintai entah sesuatu atau seseorang.

Dari definisi-definisi cinta di atas dapat diambil kesimpulan bahwa cinta adalah keadaan emosional yang membuat kita ingin berhubungan atau menjadi lekat dengan orang lain di mana seseorang memiliki ketertarikan dan perhatian aktif terhadap kehidupan serta perkembangan dari orang yang


(26)

dicintai sehingga memiliki kecenderungan untuk berpikir, merasa dan bertindak dalam cara tertentu kepada orang itu.

2. Pengertian Kematangan Cinta

Cinta yang matang adalah jalinan antara dua orang yang saling tetap mempertahankan integritas dan individualitas masing-masing (Fromm,2002). Cinta yang matang mengikuti prinsip bahwa seseorang dicintai karena orang tersebut telah mencintai pasangannya. Cinta yang matang mengatakan bahwa seseorang membutuhkan pasangannya karena mencintai pasangannya (Fromm, 2002).

Menurut Fromm (dalam Achmanto, 2002) cinta yang matang adalah cinta yang produktif. Cinta yang produktif memuat elemen-elemen dasar yaitu :

a. Perhatian dan tanggung jawab

Memberikan perhatian kepada orang yang kita cintai berarti kita peduli terhadap kebahagiaan dan perkembangan diri orang yang kita cintai. Untuk itulah kita harus berusaha demi terwujudnya kebahagiaan tersebut dengan memberikan dukungan dan kekuatan. Erich Fromm (2002) mengemukakan bahwa hakekat cinta adalah berusaha demi sesuatu dan membuat sesuatu itu tumbuh. Cinta dan usaha tidak dapat dipisahkan. Seseorang mencintai apa yang ia usahakan dan berusaha demi sesuatu yang ia cintai. Tanggung jawab dalam hal ini berarti perbuatan yang benar-benar bersifat sukarela. Tanggung jawab adalah


(27)

respon atas kebutuhan-kebutuhan manusia baik yang terungkapkan maupun yang tidak terungkapkan. Bertanggung jawab berarti mampu dan siap untuk merespon.

b.Penghargaan

Penghargaan dalam hal ini adalah kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana adanya, dengan menyadari segala keunikan yang ada dalam orang tersebut. Dengan kata lain, penghargaan berarti memperhatikan orang lain agar dia tumbuh dan berkembang sesuai dengan dirinya sendiri.

c. Pemahaman atau Pengetahuan

Pengetahuan yang termasuk aspek cinta adalah pemahaman yang mendalam, pemahaman yang sanggup menembus inti persoalan. Pemahaman semacam ini hanya mungkin jika kita dapat melampaui perhatian atas diri sendiri, untuk kemudian melihat orang lain dalam konteksnya sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa kematangan cinta adalah kemampuan dalam mempertahankan integritas serta individualitas dalam diri masing-masing pasangan dengan memberikan perhatian dan bertanggung jawab, menghargai serta memahami pasangannya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Cinta

Kebutuhan alamiah akan cinta dapat dilihat pada masa-masa awal kehidupan seseorang. Besarnya kasih sayang yang diterima pada masa bayi


(28)

menentukan seluruh perjalanan dan kualitas hidup seseorang (Powell,1995). Rasa kebutuhan dan kepuasan karena berhubungan merupakan tuntutan mutlak sejak detik orang dilahirkan ke dunia ini.

Seorang bayi mendapatkan cinta tak bersyarat dari ibunya. Cinta ibu adalah kebahagiaan, kedamaian, yang tidak mensyaratkan perjuangan dan tidak menuntut imbalan (Fromm,2002). Cinta tak bersyarat seorang ibu dapat memenuhi salah satu kerinduan terdalam yang ada dalam diri semua manusia. Berbeda dengan cinta ibu, cinta ayah mengandalkan syarat-syarat tertentu

(Fromm,2002). Cinta ayah didapatkan karena telah memenuhi harapan-harapannya. Sisi negatif dari cinta bersyarat ini adalah bahwa cinta seorang ayah harus diperjuangkan dan cinta itu bisa hilang jika sang anak tidak berperilaku sesuai harapan ayah. Sisi positifnya yaitu dapat membuat seorang anak mau berusaha untuk mendapatkan cinta dari sang ayah (Fromm, 2002). Parke (dalam Santrock, 2007) mengemukakan bahwa ayah dan ibu

memiliki peran psikologis yang penting dalam perkembangan gender anak. Ibu memiliki tanggung jawab untuk mengasuh dan merawat secara fisik dan ayah bertanggung jawab dalam interaksi bermain dan meyakinkan bahwa anak-anak mematuhi norma budaya tertentu.

Orang tua mendorong kegiatan dan bentuk permainan yang berbeda terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak perempuan lebih sering diberi boneka pada masa kanak-kanak dan ketika beranjak dewasa akan mendapatkan peran mengasuh adik-adiknya. Anak perempuan didorong untuk lebih mengasuh dan emosional dibanding anak laki-laki. Seorang ayah akan


(29)

terlibat dalam permainan yang agresif dengan anak laki-lakinya dibandingkan dengan anak perempuan. Saat beranjak dewasa orang tua akan mulai memberikan kebebasan yang lebih kepada anak laki-laki dibandingkan anak perempuannya (Santrock, 2007).

Tannen (dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa perempuan lebih memiliki orientasi hubungan interpersonal dibandingkan laki-laki. Dalam bermain anak laki-laki lebih suka pamer keahlian dan sering berdebat siapa yang terbaik dalam melakukan suatu permainan. Anak perempuan lebih suka duduk dan mengobrol dengan teman-temannya.

Anak laki-laki tidak boleh menunjukkan emosinya. Anak laki-laki disosialisasikan untuk tidak menunjukkan perasaan dan bertindak tegar. Anak perempuan lebih suka mendiskusikan emosi dalam bentuk hubungan sosial dan anak perempuan lebih dapat mengekspresikan ketakutan dan kesedihan (Santrock, 2007).

B.Pria dan Wanita Dewasa Awal 1.Pengertian Masa Dewasa Awal

Masa awal dewasa (early adulthood) adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tigapuluhan tahun (Santrock, 2002).


(30)

2. Perkembangan Sosio-emosional

Tahun-tahun awal masa dewasa muda adalah saat ketika individu biasanya membangun hubungan yang intim dengan individu yang lain. Aspek yang penting dari hubungan ini adalah komitmen individu satu sama lain. Pada saat yang sama, individu menunjukkan ketertarikan yang kuat pada kemandirian dan kebebasan. Perkembangan dalam masa dewasa awal sering melibatkan keseimbangan yang membingungkan antara keintiman dan komitmen pada satu sisi, dan kemandirian dan kebebasan di sisi lain (McAdams, dalam Santrock, 2002).

Pada masa dewasa awal individu mencoba memantapkan suatu identitas. Mereka membangun hubungan intim dengan individu lain, dan meningkatkan komitmen persahabatan mereka, pada saat yang bersamaan juga mereka harus dapat berpikir untuk dirinya sendiri dan melakukan sesuatu tanpa selalu mengikuti apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang lain.

Erikson (dalam Santrock, 2002) berpendapat keintiman dialami setelah individu mengalami proses pembentukan identitas yang tetap dan berhasil. Pada masa dewasa awal individu memiliki tugas membentuk hubungan intim dengan orang lain.

Erikson (dalam Santrock, 2002) menggambarkan keintiman sebagai penemuan akan diri sendiri dan juga kehilangan diri sendiri dalam diri orang lain. Seseorang yang telah mencapai keintiman berarti telah membentuk


(31)

persahabatan yang sehat dan menjalin hubungan yang intim dengan orang lain.

Erikson (dalam Santrock, 2002) mengatakan seseorang yang tidak memiliki kemampuan membangun hubungan yang bermakna pada usia dewasa awal akan mengalami isolasi. Seseorang yang mengalami isolasi akan menolak, mengabaikan dan menyerang orang-orang yang dianggap telah membuat orang tersebut frustasi.

Dapat disimpulkan bahwa individu yang telah mencapai usia dewasa awal sudah memiliki kesiapan, komitmen dan kemandirian dalam membuat keputusan, terutama dalam hal menjalin hubungan dengan individu lain.

3. Perbedaan antara Pria dan Wanita

Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam beberapa segi. Selain segi fisik, secara psikologis laki-laki dan perempuan juga mempunyai karakteristik yang berbeda. Beberapa tokoh mengemukakan perbedaan antara pria dan wanita yang mendasari mereka dalam menyikapi sesuatu hal. Hal ini disebabkan antara lain perbedaan orientasi dan proses belajar yang berbeda. Perempuan diajarkan untuk lebih mementingkan hubungan daripada laki-laki. Perempuan juga diajarkan untuk lebih toleran terhadap sesuatu hal sementara laki-laki lebih menekankan pada aturan atau prinsip yang berlaku universal tanpa mempedulikan situasi (Sears, Freedman & Peplau, 1999).


(32)

Golberg (dalam Santrock, 2002) berpendapat bahwa perbedaan kritis antara laki-laki dan perempuan menciptakan jarak diantara mereka. Perbedaan itu adalah perempuan dapat merasakan dan mengartikulasikan perasaan dan masalah mereka sedangkan laki-laki tidak dapat melakukannya karena pengkondisian maskulinitas mereka.

Perbedaan pria dan wanita juga tampak dalam beberapa penelitian tentang tipe-tipe cinta. Pada umumnya pria lebih romantik dan mengakui adanya cinta pandangan pertama atau hanya bermain-main untuk menikmati permainan cinta. Wanita lebih menyukai cinta kawan baik dan cinta pragmatik (Baron & Byrne, 2002). Para ahli juga berhasil menemukan adanya perbedaan isi pengalaman perasaan antara wanita dan pria, di mana wanita lebih sering mengalami emosi yang kuat. Dion & Dion (dalam Sears, Freedman & Peplau, 1985), melalui hasil penelitiannya, turut memperkuat pendapat tadi di mana wanita lebih sering mengalami euforia yang berkaitan dengan cinta.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pria dan Wanita a. Pengaruh Biologi

Perbedaan jenis kelamin memang dipengaruhi biologi. Perbedaan-perbedaan fisik seperti tinggi badan, kemampuan melahirkan anak dan menyusuinya, dan sebagainya, sangat jelas. Beberapa pakar sosiobiologi bahkan mengatakan bahwa evolusi genetik memberi andil pada perbedaan jenis kelamin dalam perilaku manusia.


(33)

Ditekankan oleh para pakar psikologi sosial adalah bahwa perbedaan biologis dasar tadi dapat sangat meningkat atau berkurang karena kekuatan-kekuatan sosial. Contoh : dulu perbedaan jenis kelamin dalam ukuran dan kekuatan fisik pernah membuat kaum pria lebih beruntung daripada wanita dalam peperangan. Dampak perbedaan biologis jenis kelamin ini dapat sangat bervariasi bergantung pada lingkungan sosial. (Sears, Freedman & Peplau, 1985)

b. Pengaruh Proses Belajar

Sudut pandang ini bermula dengan munculnya gagasan bahwa masyarakat memiliki harapan dan standar yang berbeda terhadap perilaku pria dan wanita. Istilah peran sosial ditujukan pada aturan-aturan budaya mengenai bagaimana seseorang dengan tipe tertentu harus berlaku. Peran-peran menetapkan tentang hal yang diharapkan atau paling tidak tentang perilaku yang layak dilakukan.

Sebagian besar peran-peran yang terpenting berkaitan dengan jenis kelamin. Terdapat kode perilaku yang berbeda untuk anak laki-laki dan anak perempuan, suami dan istri, teman laki-laki dan teman perempuan, dan seterusnya. Waktu anak menjadi semakin dewasa mereka mempelajari peren-peran sosial ini melalui proses-proses penguatan dan peniruan. Hasilnya adalah bahwa pria dan wanita memperoleh sikap, minat, keterampilan dan ciri-ciri kepribadian yang berbeda berdasarkan peran yang dikaitkan dengan jenis kelamin dalam masyarakat (Sears, Freedman & Peplau, 1985).


(34)

c. Pengaruh Situasi Sosial

Hasrat untuk disukai orang lain seringkali membuat seseorang menyesuaikan perilaku sejalan dengan pria dan wanita dalam berperilaku, tanpa memperdulikan keyakinan pribadi. Hasrat untuk disukai dan diterima oleh orang lain dapat mengarahkan seseorang untuk bertindak dengan gaya sesuai dengan jenis kelamin, bergantung pada situasi. Kendala-kendala situasional dapat mencegah orang bertindak sejalan dengan kesukaan dan keyakinan mereka mengenai jenis kelamin (Sears, Freedman & Peplau, 1985).

C. Perbedaan Kematangan Cinta antara Pria dan Wanita Usia Dewasa Awal

Cinta yang matang merupakan jalinan antara dua orang yang tetap saling mempertahankan integritas serta individualitas masing-masing (Fromm, 2002). Cinta yang matang memuat elemen-elemen dasar cinta yaitu perhatian dan tanggung jawab, penghargaan serta pemahaman.

Tuhan menciptakan manusia pria dan wanita. Pria menghargai hal-hal yang berhubungan dengan kekuasaan, keterampilan, efisiensi dan prestasi. Pria senang melakukan berbagai hal untuk membuktikan kemampuan serta keterampilannya. Bagi pria mencapai sasaran dengan kemempuan sendiri sangatlah penting (Gray, 1992). Sejak kecil seorang pria dididik untuk memenuhi harapan-harapan ayahnya. Untuk mendapatkan cinta ayahnya anak laki-laki


(35)

berusaha menyenangkan ayahnya dengan menuruti harapan-harapannya (Fromm, 2002). Cinta ayah identik dengan cinta bersyarat.

Pria diajarkan untuk selalu menekankan pada aturan dan prinsip universal tanpa mempedulikan situasi. Pria menggunakan sistem menang kalah dalam mencapai sasaran dan tidak mempedulikan situasi di sekitarnya.Bagi pria memenuhi kebutuhan pasangan berarti sudah memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap pasangannya. Pria lebih senang menunjukkan rasa cintanya dengan hal-hal fisik.

Pria diajarkan untuk tidak memperlihatkan emosi dan selalu bersikap tegar sehingga pria lebih senang menyendiri saat menyelesaikan masalahnya. Pria merasa mengungkapkan emosi berarti menunjukkan kelemahannya. Pria kurang memahami bahwa bagi wanita mengungkapkan perasaan dan saling berbagi sangatlah penting.

Pria tidak mengerti bahwa wanita akan merasa dihargai saat pasangannya bersedia mendengarkan ungkapan perasaan atau permasalahannya. Pria justru merasa dirinya gagal memberikan perhatian saat pasangannya mengungkapkan perasaannya (Gray, 1992). Pria memiliki tingkat kematangan cinta yang kurang karena pria kurang dapat memberikan perhatian dan bertanggung jawab, menghargai dan memahami pasangannya.

Wanita menghargai ungkapan perhatian, cinta, komunikasi dan hubungan. Bagi wanita berbagi tentang perasaan atau permasalahan sangat penting. Wanita diajarkan untuk memperhatikan hubungan dan toleran terhadap sesuatu hal. Wanita diajarkan untuk bergantung, mengasuh dan tidak tertarik pada kekuasaan.


(36)

Sejak kecil telah diajarkan untuk menjadi seperti ibunya yang merawat anak-anak tanpa ada syarat-syarat tertentu.

Wanita diajarkan untuk selalu dapat mengungkapkan perasaannya. Wanita lebih mudah mengekspresikan rasa sedih atau rasa takutnya. Wanita lebih suka mendiskusikan emosinya dalam bentuk menjalin hubungan sosial dengan orang di sekitarnya.

Wanita yang sering berinteraksi dengan orang lain memiliki kepekaan akan perasaan orang lain. Wanita lebih senang saling memberikan perhatian, dukungan dan pertolongan.

Bagi wanita mendengarkan ungkapan perasaan berarti telah memperhatikan dan bertanggung jawab. Dengan mendengarkan wanita merasa telah menghargai pasangannya. Wanita yang lebih memilih mendiskusikan emosinya dalam bentuk hubungan sosial memiliki kepekaan dalam memahami perasaan orang di sekitarnya.

Bagi pria memenuhi kebutuhan pasangan berarti telah memberikan perhatian dan bertanggung jawab. Pria diajarkan untuk tidak mengungkapkan emosinya, pria kurang memahami bahwa pasangannya ingin didengarkan saat wanita mengungkapkan perasaannya. Pria merasa saat pasangannya mengungkapkan perasaannya berarti pasangannya membutuhkan solusi untuk permasalahannya.


(37)

D. Hipotesis

Dari uraian di atas penulis membuat suatu hipotesis yaitu bahwa ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita.


(38)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian komparatif yang bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan apakah antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan dalam kematangan cinta.

B. Variabel penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin yaitu pria dan wanita.

2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kematangan cinta. C. Definisi Operasional

1. Kematangan cinta adalah kemampuan dalam mempertahankan integritas dan individualitas masing-masing. Cinta yang matang memuat elemen-elemen dasar cinta yaitu

a. Perhatian dan tanggung jawab

Peduli terhadap perkembangan diri orang yang dicintai dan bersedia memenuhi kebutuhan pasangan dengan memberikan dukungan kepada pasangan.

b. Penghargaan

Menerima keunikan dalam diri pasangan dan membebaskan pasangan tumbuh dan berkembang sesuai dirinya sendiri.


(39)

c. Pemahaman

Memahami pasangan secara mendalam sesuai dengan keadaan diri pasangan.

Kematangan cinta dapat terungkap melalui skala kematangan cinta yang berisi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan perhatian dan tanggung jawab, penghargaan serta pemahaman.

2. Jenis kelamin adalah pria dan wanita yang berusia antara 20-25 dan sedang menjalin hubungan cinta. Jenis kelamin ini akan terungkap melalui identitas diri yaitu jenis kelamin subjek, umur dan lama berpacaran.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian diambil secara acak dan berjumlah 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan. Karakteristik subjek :

a. Berusia 20-25 tahun

Usia 20-25 tahun merupakan batas usia dewasa awal, pria dan wanita yang telah memasuki usia dewasa awal dianggap telah memiliki kesiapan, komitmen dan kemandirian dalam membuat keputusan. Hal ini tentunya mempengaruhi dalam hal kematangan cinta.

b. Pernah atau sedang menjalin hubungan cinta atau berpacaran

Cinta yang dibahas dalam penelitian ini adalah cinta romantis dan subjek yang menjalin hubungan cinta atau berpacaran tentunya dapat menggambarkan bagaimana kematangan cinta mereka dengan melihat bagaimana pasangan dalam menjalin hubungan cinta.


(40)

E. Pengambilan Data

Pengambilan data untuk uji coba penelitian menggunakan skala dengan jumlah 42 pernyataan dan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Uji coba penelitian dilakukan di Universitas Sanata Dharma. Subjek

diambil secara acak di fakultas-fakultas yang terdapat di Universitas Sanata Dharma, Paingan. Jumlah subjek 80 orang dengan pembagian 40 orang pria dan 40 orang wanita.

Data hasil uji coba diolah untuk menyeleksi item-item berdasarkan daya diskriminasi item. Hasil koefisiensi korelasi item total didapatkan 9 item memiliki nilai korelasi kurang dari 0,30. Item yang dinyatakan lolos sebanyak 33 item. Penyebaran yang tidak merata dari 33 item ini, peneliti menyeleksi kembali 33 item yang lolos. Dari 33 item ini didapatkan 18 item yang digunakan dalam skala kematangan cinta yang akan diteliti.

F. Uji Asumsi

Sebelum menentukan jenis alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini maka penulis terlebih dahulu melakukan uji asumsi terhadap data dalam penelitian ini. Uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.


(41)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan dari penyebaran skala terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk membuktikan data hasil penyebaran skala terdistribusi normal atau tidak maka digunakan uji One-Sample Kolmogrov Smirnov. Suatu data dikatakan terdistribusi normal jika nilai probabilitas (p) uji One-Sample Kolmogrov Smirnov > 0,05 dan sebaliknya jika nilai probabilitas (p) uji One-Sample Kolmogrov Smirnov < 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal (Santoso, 2002). Selanjutnya untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita untuk data yang terdistribusi secara normal maka digunakan metode analisis data yang berbasis statistik parametik (Independent Sample T- test), sedangkan data yang tidak terdistribusi normal akan menggunakan metode analisis data yang berbasis statistik non-parametik (Chi Square).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari tiap kelompok dapat diperbandingkan secara langsung atau tidak. Syarat uji beda antara dua sampel yang saling independent adalah bahwa data kedua sampel tersebut haruslah memiliki hasil yang sama (Santoso, 2000). Untuk mengetahui apakah kedua sampel yang independent tersebut telah memiliki variasi data yang sama maka digunakan uji homogenitas. Suatu sampel dinyatakan memiliki variasi yang sama jika nilai probabilitas (p) uji homogenitas> 0,05, sebaliknya jika nilai probabilitas (p) uji homogenitas


(42)

< 0,05 maka kedua sampel tersebut dinyatakan tidak memiliki variasi data yang sama (homogen).

G. Analisis Data

Skala ini menggunakan format respon yang memiliki 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor tiap pilihan jawaban berbeda dan disesuaikan berdasarkan item favorable dan unfavorable. Item favorablememiliki skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju, skor 3 untuk jawaban Setuju, skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.

Item unfavorable memiliki nilai kebalikan dari nilai item favorable. Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju, skor 2 untuk jawaban Setuju, skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Uji t

digunakan untuk melihat perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal. Analisis data menggunakan Independent Sample T test dan dihitung dengan menggunakan SPSS 13.0.

H. Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validityyang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dinyatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut


(43)

menjalankan fungsi ukurnya. Alat ukur yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran berarti memiliki validitas rendah (Azwar, 2001).

Suatu alat ukur yang valid mampu mengungkapkan data dengan tepat serta memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Pada penelitian ini validitas yang digunakan yaitu validitas isi. Validitas isi berarti sejauh mana isi dari suatu alat ukur dinyatakan sesuai dengan indikator perilaku yang akan diungkapkan. Pengujian validitas isi dilakukan oleh orang yang berkompeten dalam hal ini adalah dosen pembimbing.

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability. Reliabilitas berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2001). Reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan SPSS 13.0. Hasil dari pengukuran reliabilitas didapatkan nilai r = 0,968 yang berarti alat ukur atau skala penelitian ini memiliki tingkat kepercayaan yang memuaskan.


(44)

27 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Penelitian ini bertujuan meneliti perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal. Tahap awal dari penelitian yaitu menyusun blue-print. Penyusunan blue-print dilakukan untuk menentukan indikator-indikator suatu alat ukur. Blue-printdisajikan dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen atribut yang harus dibuat item (Azwar, 1999).

Blue–printtidak hanya memuat uraian komponen yang akan dibuat item tetapi juga dilengkapi dengan angka-angka yang menjelaskan bobot masing-masing komponen. Dalam blue-print disajikan pembagian tiap komponen ke dalam item favorabledan unfavorable.

Item favorable adalah item yang isinya mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur. Item unfavorable adalah item yang isinya tidak mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur. Peneliti menggunakan komponen yang berupa elemen-elemen dasar

cinta dari Fromm yaitu perhatian dan tanggung jawab, penghargaan serta pemahaman. Peneliti membagi tiap elemen menjadi 14 item dengan 7 item favorable dan 7 item unfavorable. Susunan item dapat dilihat dalam tabel blue-printberikut ini :


(45)

Tabel 1

Blue print sebelum uji coba penelitian.

ELEMEN ITEM JUMLAH

Favorable Unfavorable

1. Perhatian dan 3, 5, 10, 16, 18 9, 11, 14, 19, 30, 34, 14 dan tanggung jawab 29, 42. 39.

2. Penghargaan 1, 6, 7, 20, 23 4, 12, 17, 25, 28, 36, 14 26, 32. 38.

3. Pemahaman 8, 13, 21, 27, 33, 2, 15, 22, 24, 31, 35, 14 37, 41. 40.

Jumlah 21 21 42

2. Uji Coba Penelitian

Uji coba penelitian dilakukan untuk menguji item-item yang telah disusun dalam suatu skala. Hasil dari uji coba ini diolah untuk menyeleksi item-item yang memiliki daya diskriminasi item yang memuaskan. Uji coba penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus dan 13 Agustus 2009. Uji coba penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma dan peneliti mengambil secara acak beberapa fakultas di Universitas Sanata Dharma. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 80 orang dengan pembagian 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan. Subyek penelitian berumur antara 20-25 tahun.


(46)

Data dari uji coba penelitian diolah untuk mencari daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item atau disebut juga koefisien korelasi item total adalah mengetahui item-item dalam skala mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut yang diukur (Azwar, 1999).

Item yang memiliki nilai rix > 0,30 berarti memiliki daya beda

memuaskan (Azwar,1999). Item yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30

berarti memiliki daya beda yang tidak memuaskan. Item dalam skala kematangan cinta ini yang memiliki nilai rix kurang dari 0,30 berjumlah 9

item. Item-item yang tidak lolos ini terdapat dalam elemen perhatian dan tanggung jawab berjumlah 4 item, elemen penghargaan 4 item dan elemen pemahaman 1 item.

Tabel 2

Item-item yang tidak lolos seleksi

Elemen Item Jumlah Favorable Unfavorable

1. Perhatian dan 5 9, 11, 14 4 Tanggung jawab

2. Penghargaan 4, 12, 28, 38 4 3. Pemahaman 22 1 Jumlah 1 8 9


(47)

Item yang memiliki nilai rix > 0,30 berjumlah 33 item dengan

penyebaran yang tidak merata pada tiap elemen. Peneliti membagi tiap elemen memiliki item yang sama rata baik favorable maupun unfavorable. Pembagian item-item dalam tiap elemen sebagai hasil dari koefisien korelasi item total terdapat dalam blue print berikut ini :

Tabel 3.

Blue print hasil seleksi item

ELEMEN ITEM JUMLAH Favorable Unfavorable

1. Perhatian dan 10, 29, 42 19, 30, 34 6 dan tanggung jawab

2. Penghargaan 7, 23, 32 17, 25, 36 6 3. Pemahaman 8, 33, 41 2, 24, 35 6

Jumlah 9 9 18 __________________________________________________________________ Tabel 4

Item-item tidak terpilih

ELEMEN ITEM JUMLAH Favorable Unfavorable

1. Perhatian dan 3, 16, 18 39 4 Tanggung jawab

2. Penghargaan 1, 6, 20, 26 4 3. Pemahaman 13, 21, 27, 37 15, 31, 40 7 JUMLAH 11 4 15


(48)

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Subyek yang diteliti berjumlah 80 orang dengan pembagian 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan. Subyek yang diteliti berusia antara 20-25 tahun. Penyebaran skala dilaksanakan pada tanggal 3 September 2009 dan 7 September 2009.

C. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 13 yaitu dengan uji One-Sample Kolmogrov Smirnov. Hasil normalitas dapat diketahui bahwa semua elemen cinta dalam penelitian ini memiliki nilai probabilitas 6,610 dimana (p) > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa elemen kematangan cinta dalam penelitian ini adalah normal.

Tabel 5

Uji Normalitas

Skor Kolmogrov-Smirnov Z 6,610

2.Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer SPSS versi 13 yaitu dengan menggunakan uji Test of Homogenity. Hasil uji homogenitas dapat


(49)

diketahui bahwa semua elemen kematangan cinta dalam penelitian ini memiliki nilai probabilitas 0,00 dimana (p) < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data kematangan cinta dalam penelitian ini adalah kurang homogen.

Tabel 6

Uji Homogenitas

Levene Statistik df1 df2 Sig. 22,417 1 4679 0,00

3. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal. Uji statistik yang digunakan untuk membuktikan hipotesis tersebut adalah uji Independent Sample T-test.

Dari hasil analisis data mengenai perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal terlihat bahwa nilai t hitung sebesar 5,460 < nilai t tabel sebesar 1,684. Dan dengan nilai probabilitas (p) 0,000 < (p) 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan kematangan cinta antara pria dan wanita. Dengan demikian maka hipotesis awal yang diajukan peneliti yang menyatakan bahwa “ Ada Perbedaan Kematangan Cinta antara Pria dan Wanita Usia Dewasa Awal” terbukti.


(50)

Tabel 7

Ringkasan hasil Uji Independent Sample T-test Kematangan

Cinta N Mean t t tabel p Keterangan Pria 40 58,60 5,460 1,684 0,000 Signifikan Wanita 40 59,53

D.Pembahasan

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal. Hal ini terlihat dari nilai t hitung (5,460) > nilai t tabel (1, 684) dengan nilai probabilitas (p) 0,000 < (p) 0,05. Dapat diketahui juga bahwa kematangan cinta wanita lebih tinggi daripada kematangan cinta pria. Hal ini terlihat dari nilai mean wanita (59,53) > nilai mean pria (58,60).

Pria menghargai hal-hal yang berhubungan dengan kekuasaan, keterampilan, efisiensi dan prestasi. Pria senang melakukan berbagai hal untuk membuktikan kemampuan serta keterampilannya. Bagi pria mencapai sasaran dengan kemampuan sendiri sangatlah penting (Gray, 1992). Sejak kecil seorang pria dididik untuk memenuhi harapan-harapan ayahnya. Untuk mendapatkan cinta ayahnya anak laki-laki berusaha menyenangkan ayahnya dengan menuruti harapan-harapannya (Fromm, 2002). Cinta ayah identik dengan cinta bersyarat (Fromm, 2002).


(51)

Pria diajarkan untuk selalu menekankan pada aturan dan prinsip universal tanpa mempedulikan situasi. Pria menggunakan sistem menang kalah dalam mencapai sasaran dan tidak mempedulikan situasi di sekitarnya.Bagi pria memenuhi kebutuhan pasangan berarti sudah memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap pasangannya. Pria lebih senang menunjukkan rasa cintanya dengan hal-hal fisik.

Pria diajarkan untuk tidak memperlihatkan emosi dan selalu bersikap tegar sehingga pria lebih senang menyendiri saat menyelesaikan masalahnya. Pria merasa mengungkapkan emosi berarti menunjukkan kelemahannya. Pria kurang memahami bahwa bagi wanita mengungkapkan perasaan dan saling berbagi sangatlah penting.

Pria tidak mengerti bahwa wanita akan merasa dihargai saat pasangannya bersedia mendengarkan ungkapan perasaan atau permasalahannya. Pria justru merasa dirinya gagal memberikan perhatian saat pasangannya mengungkapkan perasaannya (Gray, 1992). Pria memiliki tingkat kematangan cinta yang kurang karena pria kurang dapat memberikan perhatian dan bertanggung jawab, menghargai dan memahami pasangannya.

Menurut Goldberg (dalam Santrock, 2002) pria harus lebih membiasakan diri dengan bagian dalam dirinya (innerselves)dan mengembangkan rasa emosional yang jujur dan berusaha membangun hubungan dekat yang lebih positif. Pria harus dibantu agar lebih tertarik untuk memiliki hubungan dekat yang positif dan lebih peduli.


(52)

Wanita menghargai ungkapan perhatian, cinta, komunikasi dan hubungan. Bagi wanita berbagi tentang perasaan atau permasalahan sangat penting. Wanita diajarkan untuk memperhatikan hubungan dan toleran terhadap sesuatu hal. Wanita diajarkan untuk selalu dapat mengungkapkan perasaannya. Wanita

lebih mudah mengekspresikan rasa sedih atau rasa takutnya. Wanita lebih suka mendiskusikan emosinya dalam bentuk menjalin hubungan sosial dengan orang di sekitarnya.

Wanita yang sering berinteraksi dengan orang lain memiliki kepekaan akan perasaan orang lain. Wanita lebih senang saling memberikan perhatian, dukungan dan pertolongan.

Wanita memiliki kematangan cinta yang lebih baik daripada laki-laki karena wanita memiliki kepekaan akan perasaan orang di sekitarnya. Wanita lebih dapat menjalin hubungan dekat karena bagi wanita saling berbagi dalam mengungkapkan perasaan sangatlah penting.


(53)

36 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah

1. Terdapat perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal. Hal ini terlihat dari nilai t hitung (5,460) > nilai t tabel (1,684) dengan nilai probabilitas p = 0,000

2. Tingkat kematangan cinta wanita lebih besar daripada tingkat kematangan cinta pria. Hal ini terlihat dari nilai mean wanita (59,53) > nilai mean pria (58,60).

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan pria lebih rendah daripada wanita sehingga dianjurkan agar pria dapat belajar mengungkapkan emosi atau perasaannya dan didorong untuk lebih terbuka dan tertarik membangun hubungan dekat yang positif dan lebih peduli terhadap pasangannya dengan memberikan perhatian dan bertanggung jawab, menghargai dan memahami pasangannya.

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam menggeneralisasi karena jumlah subjek yang minim. Minimnya jumlah subjek dikarenakan kondisi peneliti yang tidak dapat menyebarkan skala lebih banyak. Keterbatasan juga


(54)

dikarenakan sedikitnya jumlah item yang lolos seleksi. Peneliti terlalu banyak memangkas item yang lolos menjadi item yang tidak lolos.

Dianjurkan untuk peneliti selanjutnya dapat menyusun alat ukur yang baik dengan menyusun jumlah item yang lebih banyak dan jumlah subjek yang lebih banyak.


(55)

38

DAFTAR PUSTAKA

Achmanto. (2005). Mengerti Cinta dari Dasar hingga Relung-relung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pe;ajar.

Baron, R. A., & Byrne, D. (2002). Social Psychology [Psikologi Sosial Jilid 2]. Jakarta: Erlangga.

Benarkah Komunikasi Lancar Hindari Perceraian. (2008). Forumkami.com. Diunduh tanggal 17 Oktober 2009 dari http://www.forumkami.com/forum/cafe-wanita.

Buku Krisdayanti My Life, My Secret. (2009). Oktavita.com.Diunduh tanggal 27 Oktober 2009 dari http://www.oktavita.com/buku-krisdayanti-my life-my secret.htm.

Fromm, Erich. (2002). The Art of Loving(terj.). Jakarta: Fresh Book.

Gonzaga, Keltner, Londahl and Smith. (2001). Love and Commitment Problem in Romantic Relation and Friendships. Journal of Personality and Social Psychology, 81, 258-259.

Gray, John. (1992). Man are from Mars, Women are from Venus. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Holmes, J.G., Murray, Sandra L., Griffin, D.W., & Rose, G.B.P., (2001). The Mismeasure of Love: How Self-Doubt Contaminates Relationship Beliefs. Personality and Social Psychology Bulletin, 27 (4), 423-435.

Hurlock, Elizabeth B. (1980).Development Psychology: A Life-Span Approach [Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan]. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Powell, J. (1992).Unconditional Love [Cinta Tak Bersyarat]. Yogyakarta: Kanisius.

Powell, J. (1995). The Secret of Staying in Love [Rahasia Cinta Lestari]. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.

Perceraian di Indonesia Tiap Tahun 200.000 Pasangan. (2009). Lintasberita.com. Diunduh tanggal 17 Oktober 2009 dari http://www.lintasberita.com/Nasional/Berita-Lokal.


(56)

Santoso, S. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT. Elex Media Education.

Santrock, J.W. (2002). Live-Span Development [Live Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid 2]. Wm. C. Brown Communication. Santrock, J.W. (2007). Child Development [Perkembangan Anak jilid 2]. Jakarta:

Erlangga

Sears, D.O., Freedman, J.L., & Peplau, L.A. (1985). Social Psychology [ Psikologi Sosial Jilid 1]. Jakarta: Erlangga.

Sears, D.O.,Freedman, J.L., & Peplau, L.A. (1985).Social Psychology[Psikologi Sosial Jilid 2]. Jakarta: Erlangga.

Trihendadi, Cornelius. (2005). Step by Step SPSS 13 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.


(57)

LAMPIRAN

SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA SKALA PENELITIAN SESUDAH UJI COBA

DATA PENELITIAN

INDEPENDENT SAMPLE T-TEST RELIABILITAS


(58)

SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA Dengan hormat,

Saya mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma memohon bantuan anda untuk mengisi skala ini. Skala ini meneliti tentang hubungan pria dan wanita usia dewasa awal. Dalam skala ini terdapat 42 pernyataan dan saya harap anda bersedia menjawab setiap pernyataan dengan memilih jawaban yang menurut anda sesuai dengan diri anda. Terdapat 4 (empat) pilihan jawaban yaitu : SS : Sangat Sesuai, apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri

anda.

S : Sesuai, apabila penyataan tersebut sesuai dengan diri anda.

TS : Tidak Sesuai, apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri

anda.

STS : Sangat Tidak Sesuai, apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai

dengan diri anda.

Saya harap anda bersedia menjawab setiap pernyataan dalam skala ini dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan diri anda karena tidak ada jawaban yang dianggap salah.

Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan anda karena telah bersedia mengisi skala ini.

IDENTITAS DIRI

Usia : Jenis Kelamin : Lama pacaran :

Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang menurut anda sesuai dengan diri anda.

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya menerima kekurangan dan kelebihan pasangan saya.

2. Saya belum tahu hal-hal apa saja yang tidak disukai pasangan saya.

3.

Saya ingin membantu pasangan saya mencapai tujuan yang diinginkannya.

4. Saya berusaha merubah sikap dan perilaku pasangan saya agar sesuai keinginan saya.

5. Saya memberikan dukungan kepada pasangan untuk mengembangkan bakatnya.

6. Saya tidak masalah dengan cara berpenampilan pasangan saya.

7. Saya memperbolehkan pasangan saya menonton film atau mendengarkan musik kesukaannya.


(59)

No. Pernyataan SS S TS STS

8. Saya tahu hal-hal apa saja yang tidak disukai pasangan saya.

9. Saya tidak ikut campur dalam permasalahan yang dialami pasangan

saya.

10. Saya suka memberikan perhatian-perhatian kecil kepada pasangan saya.

11. Saya merasa tidak mampu membantu pasangan saya dalam mencapai tujuan.

12. Setiap bepergian saya mengatur penampilan pasangan saya agar tidak membuat saya malu.

13. Saya tahu bagaimana perilaku pasangan saya ketika sedang marah.

14. Saya membiarkan pasangan berusaha sendiri untuk mengembangkan bakatnya.

15. Saya sulit membedakan bagaimana perilaku pasangan saya baik ketika marah atau sedih.

16. Saya bersedia membantu pasangan saya setiap kali menghadapi kesulitan.

17. Saya hanya memperbolehkan pasangan saya menonton film atau mendengarkan musik sesuai selera saya.

18. Saya akan selalu ada setiap kali pasangan membutuhkan saya.

19. Saya tidak terbiasa memberikan perhatian-perhatian kecil kepada pasangan.

20. Saya menghargai setiap pendapat yang disampaikan pasangan saya.

21. Saya tahu kecemasan yang dirasakan pasangan. 22. Ketika pasangan membutuhkan saya, saya hanya bisa

sesekali berada bersamanya.

23. Saya tidak tahu apa impian hidup pasangan saya. 24. Saya dapat mengerti apa yang dirasakan setiap kali

pasangan saya menghadapi masalah.

25. Saya bersedia mendengarkan setiap kali pasangan menceritakan masalahnya.

26. Saya tidak merasakan kecemasan yang dialami pasangan.

27. Saya menghargai ketidaksetujuan pasangan saya terhadap keinginan saya.

28. Saya sulit mengerti bagaimana perasaan pasangan saya ketika menghadapi masalah.

29. Saya ingin pasangan saya selalu menuruti keinginan saya.

30. Saya memperbolehkan pasangan saya bertemu dan bepergian dengan teman-temannya.


(60)

No. Pernyataan SS S TS STS 31. Saya tahu apa yang dipikirkan pasangan walaupun

pasangan tidak mengungkapkan.

32. Saya hanya ingin pasangan saya selalu bersama dengan saya setiap saat.

33. Saya akan mengingatkan ketika pasangan saya melakukan kesalahan.

34. Saya malas mendengarkan curahan hati pasangan saya.

35. Saya tidak tahu apa yang dipikirkan pasangan. 36. Ketika bersama saya, saya tidak keberatan pasangan

menerima telepon atau menjawab sms dari temannya. 37. Saya tahu setiap rencana pasangan untuk masa

depannya.

38. Seandainya pasangan berbuat kekeliruan, saya tidak akan menegurnya.

39. Saya belum tahu apa rencana pasangan untuk masa depannya.

40. Setiap bersama saya, saya tidak ingin pasangan diganggu oleh dering telepon atau sms dari temannya. 41. Saya tahu impian-impian hidup yang ingin dicapai

pasangan.

42. Saya selalu mengkritik segala hal yang dilakukan maupun dikatakan pasangan saya


(61)

SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA Dengan hormat,

Saya mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma memohon bantuan anda untuk mengisi skala ini. Skala ini meneliti tentang hubungan pria dan wanita usia dewasa awal. Dalam skala ini terdapat 42 pernyataan dan saya harap anda bersedia menjawab setiap pernyataan dengan memilih jawaban yang menurut anda sesuai dengan diri anda. Terdapat 4 (empat) pilihan jawaban yaitu : SS : Sangat Sesuai, apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan diri

anda.

S : Sesuai, apabila penyataan tersebut sesuai dengan diri anda.

TS : Tidak Sesuai, apabila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri

anda.

STS : Sangat Tidak Sesuai, apabila pernyataan tersebut sangat tidak sesuai

dengan diri anda.

Saya harap anda bersedia menjawab setiap pernyataan dalam skala ini dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan diri anda karena tidak ada jawaban yang dianggap salah.

Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan anda karena telah bersedia mengisi skala ini.

IDENTITAS DIRI

Usia : Jenis Kelamin : Lama pacaran :

Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang menurut anda sesuai dengan diri anda.

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya belum tahu hal-hal apa saja yang tidak disukai pasangan saya.

2. Saya memperbolehkan pasangan saya menonton film atau mendengarkan musik kesukaannya.

3. Saya tahu hal-hal apa saja yang tidak disukai pasangan saya.

4. Saya suka memberikan perhatian-perhatian kecil kepada pasangan saya.

5. Saya hanya memperbolehkan pasangan saya menonton film atau mendengarkan musik sesuai selera saya.

6. Saya tidak terbiasa memberikan perhatian-perhatian kecil kepada pasangan.


(62)

No. Pernyataan SS S TS STS

7. Saya tidak tahu apa impian hidup pasangan saya. 8. Saya dapat mengerti apa yang dirasakan setiap kali

pasangan saya menghadapi masalah.

9. Saya bersedia mendengarkan setiap kali pasangan menceritakan masalahnya.

10. Saya ingin pasangan saya selalu menuruti keinginan saya.

11. Saya memperbolehkan pasangan saya bertemu dan bepergian dengan teman-temannya.

12. Saya hanya ingin pasangan saya selalu bersama dengan saya setiap saat.

13. Saya akan mengingatkan ketika pasangan saya melakukan kesalahan.

14. Saya malas mendengarkan curahan hati pasangan saya.

15. Saya tidak tahu apa yang dipikirkan pasangan. 16. Ketika bersama saya, saya tidak keberatan pasangan

menerima telepon atau menjawab sms dari temannya. 17. Saya tahu impian-impian hidup yang ingin dicapai

pasangan.

18. Saya selalu mengkritik segala hal yang dilakukan maupun dikatakan pasangan saya


(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)