IMPLEMENTASI PENCATATAN AKUNTANSI PADA USAHA WARALABA LOKAL (Studi Kasus pada Usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri Bogor).

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh: Arda Fatah Hasyim

0713010052/FE/EA Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

dan Maha Penyayang tak pandang orang. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, para pengikut-pengikutnya yang benar-benar beriman. Berkat Taufiq dan Hidayah Allah SWT, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Skripsi merupakan karya tulis ilmiah hasil penelitian mandiri untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. H. R.A Suwaidi, MS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas


(3)

6. Dosen, staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Bapak, ibu, adik, nenekku dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan dukungan material maupun spiritual serta do'a dan restunya yang telah diberikan selama ini.

8. Teman-temanku yang selama ini selalu bersama dalam suka, duka, sedih dan bahagia.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.


(4)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 8

1.3 Permasalahan ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... .. 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Landasan Teori ... 14

2.2.1 Kriteria UKM ... ... 14

2.2.2 Kewirausahaan ... ... 16

2.2.3 Waralaba ... ... 17

2.2.4 Sistem Informasi Akuntansi ... 22

2.2.4.1 Pengertian Sistem ... 22

2.2.4.2 Pengertian Informasi ... 22


(5)

2.2.6 Akuntansi sebagai Sistem Informasi... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian... 32

3.2 Alasan Ketertarikan... 34

3.3 Informan... 35

3.4 Lokasi Penelitian ... 36

3.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.6 Teknik Analisis ... 38

3.7 Pengujian Kredibilitas Data ... 41

BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN... 44

4.1 Sejarah Waralaba di Dunia ... 44

4.2 Sejarah Waralaba di Indonesia... 46

4.3 Sejarah Warung Bakso Mandiri ... 47

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 50

5.1 Pemahaman Pengusaha Warung Bakso Mandiri Mengenai Pencatatan keuangan ... 50

5.2 Pencatatan Akuntansi Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol Keuangan Perusahaan... 52

5.3 Penggunaan Pencatatan Keuangan sebagai Alat unuk Mencapai Tujuan Organisasi... 55


(6)

5.7 Promosi Yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan ... 60

5.8 Pengelolaan Kembali Modal Usaha ... 61

5.9 Keterbatasan Penelitian ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1 Kesimpulan... 63

6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(7)

Tabel 1.2 Pertanyaan Pendukung Masalah ... 11 Tabel 2.1 Persetuuan antara Franchisor dan Franchisee ... 19 Tabel 2.2 Kelebihan dan kekurangan waralaba dibanding merintis usaha ... 21


(8)

(9)

Arda Fatah Hasyim ABSTRAK

Wirausaha di Indonesia sangat berperan dalam pembangunan ekonomi, hal ini terlihat dari jumlah usaha berskala kecil dan menengah di Indonesia yang mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 40%, dan mempunyai potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor non-migas

Banyak cara untuk menjadi seorang wirausahawan, antara lain dengan mendirikan bisnis baru ataupun membeli sistem bisnis yang telah ada dan telah berjalan. Saat ini banyak orang yang memulai usaha dengan cara membeli sistem bisnis atau yang dikenal dengan istilah franchise yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan waralaba. Waralaba bearasal dari kata Wara yang beararti lebih dan Laba yang berarti untung. Secara harafiah waralaba dapat diartikan bahwa waralaba merupakan usaha yang memberikan keuntungan lebih.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada usaha waralaba dan sampai sejauh mana pemahaman pengusaha waralaba terhadap pencatatan keuangan. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangan pada usaha kecil.

Berdasarkan observasi bahwa ditemukan pada dasarnya, pandangan pemahaman pencatatan keuangan oleh pengusaha Warung Bakso Mandiri Bogor ini sudah memahami adanya laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP, namun dalam pencatatannya pengusaha melakukan pencatatan keuangan perusahaan sesuai dengan pengetahuannya dan pemahamannya sendiri. Pengusaha membuat catatan laporan keuangan usahanya secara sederhana sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Pencatatan dalam usaha Warung Bakso Mandiri Bogor telah menggunakan sistem komputerisasi, namun dalam setiap transaksi masih menggunakan sistem manual.

Keyword : Akuntansi, Usaha Kecil dan Menengah, Pencatatan Keuangan, Waralaba


(10)

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dibidang perekonomian merupakan salah satu unsur penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan keberhasilan dalam membangun ekonomi akan membawa dampak pembangunan dibidang-bidang lainnya, karena keberhasilan pembangunan dibidang-bidang ekonomi akan nampak dalam kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu cara untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat adalah dengan melakukan wirausaha, karena dengan wirausaha akan membuat masyarakat menjadi mandiri dan dengan wirausaha akan membuka peluang untuk dirinya sendiri dan menarik keuntungan dari peluang yang diciptakan tersebut. Selain itu wirausaha dapat berguna untuk menciptakan lapangan kerja bagi orang lain yang berada disekitar usaha tersebut (Negara, 2008).

Wirausaha di Indonesia sangat berperan dalam pembangunan ekonomi, hal ini terlihat dari jumlah usaha berskala kecil dan menengah di Indonesia yang mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 40%, dan mempunyai potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor non-migas (Indonesia Small Business Research Center, 2003), dalam Pinasti (2007).


(11)

Banyak cara untuk menjadi seorang wirausahawan, antara lain dengan mendirikan bisnis baru ataupun membeli sistem bisnis yang telah ada dan telah berjalan, yaitu dengan sistem bisnis waralaba. Bagi masyarakat yang ingin menjadi pengusaha tetapi belum memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bisnis,waralaba/ franchise merupakan bisnis yang cocok bagi mereka karena tidak perlu membangun bisnis mulai dari nol, sehingga potensi kegagalan dalam memulai usaha sangat kecil, hal ini karena sistem tersebut telah teruji dan siap dijalankan oleh pembeli sistem bisnis tersebut (Hapsari, 2008).

Waralaba berasal dari kata Wara yang berarti lebih dan Laba yang berarti untung. Secara harfiah waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan keuntungan lebih. Selain itu, menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), yang dimaksud dengan waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik (Franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. (id.wikipedia.org) diunduh tanggal 21/2/2011.

Dalam usaha pewaralabaan atau franchising terbagi dalam dua pihak yang melakukan perjanjian kerja sama yaitu Franchisor (pemberi waralaba) dan Franchisee (penerima waralaba), isi perjanjiannya adalah


(12)

manajemen dan kadangkalanya sampai masalah keuangan kepada

Franchisee (Sukandar, 2004), dalam Astuti (2005).

Fenomena yang menarik di beberapa tahun ini yaitu semakin tumbuh suburnya bisnis Franchise atau waralaba lokal di Indonesia. Saat ini banyak sekali waralaba lokal yang kreatif menawarkan produk dan jasa yang menarik kepada masyarakat di kota-kota. Beberapa diantaranya membuka gerai-gerai di pusat perbelanjaan dan di jalan-jalan utama perkotaan yang lokasinya sangat strategis.

Berdasarkan data Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), dalam enam bulan pertama (hingga Juni 2009), total tercatat 1.010 usaha waralaba, dengan jumlah gerai mencapai 42.900 buah, serta mampu menyerap 819.200 tenaga kerja. Bandingkan dengan data 2008 yang mencatat 855 usaha waralaba, jumlah gerai 31.827 buah, dan menyerap 523.162 tenaga kerja. Artinya, terjadi pertumbuhan bisnis Franchise yang luar biasa selama beberapa bulan. (www.depkominfo.go.id) diunduh tanggal 21/2/2011.

Lebih menggembirakan lagi, perusahaan lokal semakin merajai pasar Franchise di tanah air. Selama enam bulan terakhir, data AFI mengungkap, jumlah waralaba lokal mencapai 750 unit atau naik 20% dibanding tahun lalu yang tercatat sebanyak 600 unit. Adapun pertumbuhan waralaba asing relatif sedikit, yakni dari 255 unit pada 2008 menjadi 260 unit per Juni 2009. Cepatnya pertumbuhan waralaba lokal,


(13)

sekali lagi membuktikan bahwa waralaba lokal memiliki prospek bisnis yang tidak kalah bagus dibanding waralaba asing (www.depkominfo.go.id) diunduh tanggal 21/2/2011.

Promosi merupakan sarana penunjang semakin tumbuh pesatnya usaha waralaba. Berbagai event pameran berskala nasional diselenggarakan tidak hanya di Jakarta tetapi juga di berbagai kota-kota di daerah. Puluhan ribu pengunjung yang datang merupakan representasi atensi masyarakat akan pengetahuan waralaba. Hal ini disebabkan semakin mudahnya rantai distribusi ke daerah dan potensi pasar yang menjanjikan (Nugraha, 2009).

Keterkaitan indutri perbankan juga makin memperkokoh bisnis waralaba di Indonesia, dengan menghadirkan program-program kemitraan, sebagai contoh Bank Mandiri yang menghadirkan program Wirausaha Mandiri sebagai bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) dibidang ekonomi, program tersebut yang telah berjalan mulai tahun 2007 hingga sekarang, dimana Bank Mandiri memberikan penghargaan kepada para pengusaha waralaba lokal yang sukses dalam mengembangkan usahanya. Hal ini terlihat dari jumlah mitra usaha Bank Mandiri yang dari tahun ke tahun semakin bertambah, seperti yang tampak pada tabel 1.1


(14)

Tabel 1.1 : Jumlah Mitra Usaha Bank Mandiri

Tahun Jumlah Mitra Usaha Bank Mandiri

2007  8 mitra usaha

2008  34 mitra usaha

2009  81 mitra usaha

Sumber: www.wirausahamandiri.co.id diunduh tanggal 20/2/2011

Keberadaan usaha waralaba lokal bagi pemerintah sendiri sangat membantu, yaitu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, sehinggga angka pengangguran dapat dikurangi. Proyeksi tren waralaba lokal di Indonesia akan tetap menjanjikan selama Franchisor maupun

Franchisee memegang teguh komitmen untuk terus menerus meningkatkan kualitas produk atau jasa yang mereka jual. Pemilik usaha yang ingin mewaralabakan usahanya untuk publik harus benar-benar membenahi sistem terlebih dahulu sebelum berani menjual konsep bisnisnya ke publik.

Semakin menjamurnya bisnis waralaba lokal maka proses persaingan diantara waralaba lokal makin berkembang juga, dimana jenis dari waralaba lokal tersebut banyak sekali. Dengan kata lain waralaba dapat dikategorikan sebagai suatu organisasi dimana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang atau jasa (output) bagi pelanggan (Warren & Reeve, 2005).


(15)

Perkembangan usaha waralaba lokal saat ini di Indonesia yang semakin pesat, semakin banyak pula pihak yang terkait/ berkepentingan terhadap usaha tersebut. Dalam perkembangannya laporan keuangan merupakan informasi yang peting bagi pihak-pihak yang terkait dalam perkembangan usaha tersebut. Informasi akuntansi pada dasarnya mempunyai peran penting untuk mecapai keberhasilan usaha termasuk bagi usaha kecil dan menengah (Megginson et al., 2000), dalam Pinasti (2007). Informasi akuntansi telah berubah menjadi komoditi yang dapat menjadi instrumen analisis laju perkembangan bisnis masa depan. Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil dan menengah, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga, dan lain-lain. Dalam hubungan usaha kecil dan menengah dengan pemerintah dan kreditur (bank), penyediaan informasi akuntansi juga diperlukan.

Informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang usaha jasa, dagang, maupun usaha industri, agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP 2009).

Kebanyakan pengusaha kecil dan menengah di Indonesia dalam kenyataannya tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi


(16)

akuntansi dalam pengelolaan usahanya (Pinasti, 2007). Salah seorang manajer klinik usaha kecil dan koperasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Idrus (2000) dalam Pinasti (2007), menyatakan bahwa para pengusaha kecil dan menengah tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha kecil dan menengah memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan.

Ketika menjalankan aktivitas usaha seringkali orang merasa kesulitan dalam melakukan pencatatan terhadap apa yang terjadi di perusahaannya. Kesulitan itu menyangkut aktivitas dan penilaian atas hasil yang dicapai oleh setiap usaha. Apalagi kalau harus dilakukan pengukuran dan penilaian atas aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usaha. Pencatatan dilakukan hanya dengan melihat berapa uang yang masuk diselisihkan dengan uang yang keluar, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk atau dari alokasi kegiatan usaha ataupun non usaha, Seringkali dalam skala usaha kecil dan menengah hasil usaha dikatakan bagus jika pendapatan sekarang lebih tinggi dibanding dengan pendapatan sebelumnya. Padahal indikator dari keberhasilan tidak hanya diukur dari pendapatan saja. Perlu pengukuran atas transaksi/ kegiatan yang terjadi, perlu pengelompokan serta perlu pengihtisaran transaksi-transaksi tersebut. Dengan demikian


(17)

setiap aktivitas yang berhubungan dengan usaha perusahaan dapat dicatat dan dilaporkan dengan benar.

Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa pengusaha kecil dan menengah masih banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi keuangan dengan baik. Semakin ketatnya persaingan bisnis pada saat ini, hanya perusahaan yang memiliki berbagai keunggulan kompetitif yang mampu bertahan. Oleh karena itu, penulis mengangkat tema tentang usaha kecil dan menengah pada usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri yang terletak di Bogor, karena pemilik usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri juga merupakan salah satu pengusaha yang mendapatkan penghargaan Wirausaha Mandiri dari Bank Mandiri pada tahun 2008. Penulis berharap agar para pengusaha waralaba dapat menangani masalah yang berkaitan dengan pencatatan keuangan yang sesuai ketentuan akuntansi sehingga usaha mereka dapat bertahan dan terus berkembang yang akhirnya dapat meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, yaitu mengenai waralaba lokal yang berkembang semakin pesat dan sistem pancatatannya, maka hal-hal yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut:


(18)

1. Pencatatan keuangan pada usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri Bogor

2. Jenis transaksi yang terdapat pada Waralaba Warung Bakso Mandiri Bogor

1.3. Permasalahan

Berdasarkan Fokus Penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

Bagaimana implementasi akuntansi pada usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri Bogor?

Untuk lebih detail memecahkan permasalahan peneliti diatas, peneliti menampilkan dalam beberapa pertanyaan pendukung seperti yang terlihat dalam tabel 1.2

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pencatatan akutansi di waralaba lokal dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman pengusaha Waralaba Warung Bakso Mandiri Bogor terhadap akuntansi


(19)

1.5. Manfaat Penelitian

Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.

1. Manfaat Praktis

Implementasi akuntansi telah dilakukan dengan baik, maka akan bermanfaat untuk menelusuri lebih detail lagi dari aktivitas yang mendatangkan keuntungan sehingga dapat meningkatkan laba usaha tersebut, dengan kata lain peneliti berharap pengelola dapat mengelola unit usaha menjadi lebih baik sehingga usaha yang dikelola akan mengalami kemajuan yang signifikan. Dalam hal ini penulis berharap pengelola dapat mengelola unit usahanya menjadi lebih profesional.

2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu akuntansi terutama pada aspek pencatatan transaksi di usaha waralaba yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, yaitu SAK ETAP 2009, serta meningkatkan semangat kewirausahaan di masyarakat.


(20)

2.1. Review Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang waralaba/ franchise telah dilakukan juga oleh penelitian terdahulu. Masyarakat yang dahulu menganggap bahwa karakteristik enterpreneurial tidak berpengaruh terhadap prestasi sebuah usaha waralaba, hal tersebut berubah setelah dilakukan penelitian oleh Hapsari (2008). Pengaruh Kualitas Manajemen, Motivasi Kewirausahaan, dan Pengelolaan Merek Terhadap Kualitas Hubungan

Franchise Dalam Meningkatkan Kinerja Penjualan. Dalam menjalankan usaha waralaba, peneliti berpandangan bahwa sebenarnya sifat kewirausahaan (entrepreneurial) memberikan kontribusi terhadap kinerja penjualan sebuah waralaba. Sesudah itu juga dilakukan lagi penelitian yang dilakukan oleh Pinasti (2007). Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi. Penyelenggaraan dan penggunaan informasi terbukti secara empiris dalam riset eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengaruh usaha kecil atas informasi akuntansi.

Menurut peneliti yang lainnya, yaitu pendapat dari Widi (2010), Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat Evaluasi Kinerja Keuangan Pada PT. Surya Inti Permata. Hal yang terpenting untuk diperhatikan adalah


(21)

kemampuan atau manfaat dari sebuah perusahaan dalam menganalisis laporan keuangan dimana kemampuan atau kepahaman atas analisis ini berawal dari pemahaman pengusaha tentang akuntansi, selain itu pentingnya akuntansi bagi sebuah perusahaan industri adalah sebagai salah satu perencanaannya kedepan bagaimana harus bertindak serta bagaimana juga penanggulangan masalah

Antara ketiga penelitian terdahulu yang telah diulas diatas, semuanya memiliki kesamaan dalam bentuk metodologinya, yaitu penelitian-penelitian tersebut memakai metode penelitian kuantitatif. Peneliti merasa ada suatu hal yang menarik di balik permasalahan yang telah dikemukakan oleh peneliti terdahulu, apabila menggunakan sudut pandang yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Sudut pandang yang dipakai oleh peneliti untuk meneliti objek saat ini adalah metode penelitian kualitatif.

Penelitian yang dilakukan sekarang ini berbeda dengan penelitian yang terdahulu, yaitu terletak pada waktu, dan metode penelitian. Oleh karena itu, penelitian sekarang bukan replikasi dari penelitian terdahulu, tetapi merupakan penjabaran penelitian sebelumnya.


(22)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pengelompokan usaha kecil dan menengah dapat ditinjau dari besarnya investasi, jumlah tenaga kerja dan besarnya jumlah penjualan. Adapun pengelompokannya :

A. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (www.google.co.id) diunduh tanggal 23/3/2011.

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah)


(23)

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a.Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

b.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.0000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)

B. Sedangkan kriteria UKM menurut Badan Pusat Statistik (BPS): (www.google.co.id) diunduh tanggal 23/3/2011

Memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang.

C. Kriteria UKM menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (www.google.co.id) diunduh tanggal 23/3/2011 adalah : a. Bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil, termasuk usaha mikro,


(24)

Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000

b. Usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih Rp. 200.000.000 sampai Rp. 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

D. Departemen Keuangan : (www.google.co.id) diunduh 23/3/2011. UKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp 600.000.000 per tahun dan atau asset maksimum Rp 600.000.000 di luar tanah dan bangunan.

2.2.2. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)

Setiap perusahaan harus selalu berorientasi ke pasar agar tidak mati. Perusahaan yang mati adalah perusahaan yang tidak memberi apa yang siap dibeli orang. Tantangan yang dihadapi setiap organisai adalah perubahan yang tidak pernah berakhir. Perubahan merupakan fenomena kehidupan yang mengharuskan setiap organisasi bahkan setiap manusia untuk mempunyai kemampuan dan daya penyesuaian yang tinggi terhadap segala bentuk kemungkinan terjadinya perubahan akibat munculnya produk dan jasa sebagai pemenuhan manusia

Kao (1991:23) berpendapat perusahaan yang dalam pengembangan usahanya perlu menggunakan strategi yang disebut sebagai strategi kewirausahaan dan keinginan pasar yang didalamnya terdapat strategi


(25)

objektif dan fundamental agar perusahaan dapat terus memenuhi kebutuhan dan keinganan konsumen.

Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah-ubah karena berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri, dan dapat fleksibel terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam menjalankan usahanya.

2.2.3. Waralaba (Franchising)

Waralaba adalah persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu perusahaan penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha (Suryana, 2007)

Menurut Black, yang dimuat dalam Black's Law Dict: (Widjaya, 2004:7)

“Franchise is a license from owner of a trademark or tradename permitting another to sell a product or service under the name or the mark.“

Sedangkan menurut pemerintah, waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan


(26)

oleh pihak lain berdasarkan perjanjian Waralaba (Undang-undang Republik Indonesia No 31 tahun 2008 tentang Waralaba).

Terdapat dua belah pihak yang terlibat dalam perjanjian waralaba, yaitu Franchisor dan Franchisee.

1. Franchisor atau Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba.

2. Franchisee atau Penerima Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba (Undang-undang Republik Indonesia No 31 tahun 2008 tentang waralaba)

Kerja sama antara Franchisor dengan Franchisee yaitu Franchisor mengizinkan Franchisee untuk menggunakan nama, tempat/ daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan dan pembekalan materi (Suryana, 2007:115). Dukungan awal dari Franchisor kepada Franchisee meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek, seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, periklanan, bantuan pada acara pembukaan. Dalam pelaksanaan


(27)

usaha waralaba para Franchisor dan Franchisee melakukan perjanjian. Beberapa persetujuannya yaitu:

Tabel 2.1: Persetujuan antara Franchisor dan Franchisee Franchisor setuju untuk: Franchisee setuju untuk:

- Memberikan suatu wilayah - Menyelenggarakan perusahaan sendiri kepada Franchisee dengan persyaratan yang - Menyediakan sejumlah latihan diajukan Franchisor

dan manajemen perusahaan - Menginvestasikan bantuan - Memberikan barang dagangan jumlah minimum tertentu

dengan harga yang bersaing - Membayar kepada suatu - Memberikan nasihat kepada jumlah tertentu

Franchisee tentang lokasi - Membangun atau bila tidak perusahaan dan desain menyediakan fasilitas

bangunan. perusahaan seperti yang telah

- Memberikan bantuan finansial disetujui oleh Franchisor

kepada Franchisee - Membeli persediaan material

  standar lainnya dari franchisor

  atau pemasok yang telah

   disetujui


(28)

Menurut Zimmerer (1996) yang dikutip oleh Suryana (2007:116), keuntungan dari kerja sama waralaba/ Franchising adalah:

1. Pelatihan, pengarahan dan pengawasan yang berlanjut dari Franchisor 2. Bantuan finansial. Biasanya biaya awal pembukaan sangat tinggi,

sedangkan sumber modal dari perusahaan waralaba sangat terbatas. 3. Keuntungan dari penggunaan nama, merek dan produk yang telah

dikenal

Disamping beberapa keuntungan diatas, kerja sama waralaba tidak selalu menjamin keberhasilan karena sangat bergantung pada jenis usaha dan kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin terjadi dari jenis usaha waralaba/ Franchising menurut Zimmerer (1996) yang dikutip oleh Suryana (2007:117) adalah:

1. Program latihan tidak sesuai dengan yang diharapkan 2. Pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha Franchisee

3. Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada pihak Franchisor

dengan harga yang sama

Baik merintis usaha baru maupun waralaba, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan seperti tampak pada tabel 2.2


(29)

Tabel 2.2: Kelebihan dan kekurangan waralaba dibanding merintis usaha

BENTUK KELEBIHAN KELEMAHAN

Merintis - Gagasan murni - Pengakuan nama

Usaha - Bebas beroperasi Kurang

(starting) - Fleksibel dan mudah - Fasilitas inefisien

Pengaturan - Penuh ketidak pastian

- Persaingan kurang

Diketahui

Kerja sama - Mendapat pengalaman - Kreativitas tidak

Manajemen dalam nama, teknik berkembang

(Franchising) metode produksi, - Rentan terhadap

pelatihan, perubahan Franchisor

bantuan modal - Kurang Mandiri

- Penggunaan nama, merek yang sudah

Dikenal


(30)

2.2.4. Sistem Informasi Akuntansi 2.2.4.1.Pengertian Sistem

Menurut Romney dan Steinbart (2004:2), sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Mulyadi (2001:2) suatu sistem pada dasarnya adalah “sekelompok unsur yang erat berhubungan dengan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan satu dengan lainnya dengan maksud untuk mencapi tujuan.

2.2.4.2. Pengertian Informasi

Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data. Menurut Cushing (1996:11), data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengelolaan data yang terorganisir dan berguna dagi orang yang menerimanya. Sedangkan menurut Wilkinson (1988:3) data adalah fakta, angka, bahkan simbol mentah. Secara bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu sistem informasi.


(31)

Sebaliknya, informasi terdiri dari data yang telah ditansformasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran.

Jadi informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya data belum dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Sehingga dapat menghasilkan output yang berupa informasi

2.2.4.3. Karakteristik Informasi

Menurut Romney dan Steinbart (2004:12), karakteristik informasi yang berguna meliputi hal-hal berikut:

1. Relevan

Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi,

mengkonfirmasikan atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya. 2. Andal

Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi.

3. Lengkap

Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek-aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas-aktivitas yang diukurnya.


(32)

4. Tepat waktu

Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan.

5. Dapat dipahami

Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan jelas.

6. Dapat diverifikasi

Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja secara independen dan masing-masing akan

menghasilkan informasi yang sama.

2.2.4.4. Siklus Pengolahan Data

Untuk mengubah data menjadi informasi, dilakukan proses

pengolahan data. Dalam akuntansi, proses ini disebut siklus akuntansi. Dalam sistem informasi akuntansi, proses pengolahan ini dilakukan dengan beberapa tahapan tertentu, yaitu sistem informasi akuntansi yang diproses secara manual dan sistem informasi akuntansi yang diproses dengan komputer.


(33)

Gambar 1 : Siklus Pengolahan Data

Sumber : Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Salemba Empat, Edisi Ketiga, hal 15

2.2.4.5. Akuntansi

Menurut Warren dan Reeve (2008:10) secara umum akuntansi dapat diartikan sebagai sistem Informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.

Sedangkan menurut Kieso dan Weygandt (2007:4), menyatakan: Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatatat dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi diselenggarakan dalam suatu perusahaan. Informasi akuntansi yang

Bukti

Transaksi Jurnal Buku

Besar

Laporan Keuangan

Buku Pembantu


(34)

dihasilkan adalah informasi tentang perusahaan yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Kecil dan Menengah

Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecil dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan SAK ETAP 2009 yang berlaku, dimana menurut SAK ETAP 2009 dalam penyajiannya setiap pelaporan keuangan entitas sebagai berikut:

A. Neraca

Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu – akhir periode pelaporan. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:

a. Kas dan setara kas

b. Piutang usaha dan piutang usaha dan piutang lainnya. c. Persediaan

d. Properti investasi e. Aset tetap

f. Aset tidak berwujud

g. Utang usaha dan utang lainnya. h. Aset dan kewajiban pajak


(35)

i. Kewajiban diestimasi j. Ekuitas

B. Laporan Laba-Rugi

Laporan laba rugi memasukan semua pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode kecuali SAK ETAP 2009 mensyaratkan lain. SAK ETAP 2009 mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu, dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan.

Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut : a. Pendapatan

b. Beban keuangan

c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas

d. Beban pajak e. Laba atau rugi

Entitas harus menyajikan Pos, judul dan sub-jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan.


(36)

C. Laporan Perubahan Ekuitas

Penyajian perubahan dalam ekuitas entitas selama suatu periode, baik dalam laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi dan saldo laba (jika memenuhi kondisi tertentu). Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut.

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan ;  Laba atau rugi untuk periode

 Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas  Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan

kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui.  Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara

jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari:


(37)

ii. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas.

iii. Jumlah investasi dividen, dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian

D. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Informasi yang disajikan dalam laporan arus kas :  Aktivitas operasi.

 Aktivitas investasi.  Aktivitas pendanaan.

E. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak


(38)

2.2.6. Akuntansi sebagai Sistem Informasi

Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi.

Secara garis besar (Weygandt, et al, 2007:6) pihak-pihak tersebut adalah:

1. Pengguna internal, para manajer yang merencanakan, mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis, antara lain : manajer pemasaran, supervisor produksi, direktur keuangan, dan pejabat perusahaan.

2. Pengguna eksternal, yaitu:

a) Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat keputusan untuk membeli, menahan atau menjual sahamnya.

b) Kreditor, seperti pemasok dan bankir menggunakan informasi akuntansi guna mengevaluasi resiko pemberian kredit atau pinjaman.

c) Badan Perpajakan Amerika Serikat, seperti Internal Revenue Service (IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi undang-undang perpajakan.


(39)

d) Badan-badan pembuat peraturan, seperti Securities and Exchange Commission (badan pengawas pasar modal Amerika Serikat) dan

Federal Trade Commission, ingin mengetahui apakah perusahaan telah beroperasi sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. e) Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap

terus menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini-lini produknya.

f) Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat membayar kenaikan upah dan tunjangan.

g) Perencanaan ekonomi, menggunakan informasi akuntansi untuk meramalkan aktivitas perekonomian.


(40)

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui bagaimana pencatatan keuangan pada usaha waralaba lokal (studi kasus pengusaha waralaba Warung Bakso Mandiri Bogor) dan juga ingin mengetahui apa saja jenis transaksi yang ada di waralaba tersebut, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2000:3) mendefinisikan metode metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Sedangkan Menurut Sugiyono (2005:1) metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alamiah (natural setting). Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana


(41)

secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian ini yang akan diamati adalah orang, yaitu pemilik,dan tenaga kerja/ karyawan bagian keuangan pada usaha waralaba dengan berbagai latar belakangannya. Terkadang para pemilik juga merangkap sebagai tenaga kerja/ karyawan bagian keuangan namun tidak sedikit pula yang mempekerjakan orang lain untuk bagian ini, di dalam posisi tersebut mempunyai suatu kegiatan yang berupa tugas-tugas yang yang harus dikerjakan atau bahkan harus bisa menangani permasalahan yang terjadi di dalam waralaba tersebut. Bagian keuangan adalah posisi yang rawan, dikarenakan justru disinilah lalu lintas uang yang padat terjadi. Walaupun terlihat mudah, namun apabila tidak teliti maka akan timbul kerugian. Oleh karena itu untuk posisi ini minimal harus mengerti bagaimana pencatatan pemasukan yang diperoleh, apalagi kalau sumber daya manusia yang berada di dalam posisi ini mengerti sedikit tentang akuntansi. Interaksi antara pemilik dan pegawai bagian keuangan dengan tempat atau lingkungan dimana unit usaha tersebut berdiri (Place), kemudian berapa lama unit usaha tersebut telah lama beroperasi akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.

Dengan menggunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode ini baru, tetapi memang permasalahan lebih tepat datanya dengan metode


(42)

kualitatif. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empiris dan terukur.

3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowledge)

Alasan penulis untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari, yaitu melihat pada saat ini semakin berkembangan unit usaha waralaba lokal di Indonesia. Pasar waralaba di Indonesia sekarang tidak lagi dikuasai oleh merk-merk waralaba asing melainkan telah dikusai oleh merk-merk waralaba lokal.

Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak aspek yang terlibat didalamnya, misalnya aspek pemasaran, sumber daya manusia, keuangan dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas aspek keuangan, yaitu pencatatan akuntansi yang sesuai dengan SAK ETAP 2009, karena disadari atau tidak aspek keuangan sering tidak mendapat perhatian yang serius, para pelaku usaha hanya memperhatikan bagaimana cara mendapatkan untung dari kegiatan operasionalnya tanpa memperhatikan cara mengelola uang hasil laba tersebut. Masalah pegelolaan keuangan dari pelaku usaha terganjal pada sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka mengenai akuntansi, ilmu akuntansi dianggap sebagai suatu yang merepotkan.


(43)

Kondisi terakhir ini menimbulkan pertanyaan di dalam penulis, yaitu bagaimana jenis transaksi yang terjadi didalam usaha waralaba tersebut? bagaimana pula cara perusahaan waralaba melakukan kegiatan pencatatan akuntansinya ?

Dengan penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui apa saja transaksi yang ada pada waralaba tersebut dan implementasiannya dari para pengusaha waralaba akan akuntansi sebab pertanyaan yang ada didalam benak peneliti yang ada diatas erat hubungannya dengan seni pencatatan bukti transaksi.

3.3.Informan

Informan yang penulis gunakan untuk mendapatkan informasi adalah pemilik, penjaga, serta orang yang berada di waralaba tersebut yang merangkap sebagai karyawan atau memang mengkhususkan dirinya menjadi karyawan bagian keuangan, dimana orang tersebut memiliki tugas khusus untuk mencatat transaksi yang terjadi di dalam unit usaha tersebut. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk dijadikan sebagai informan dalam penelitian dikarenakan pekerjaan mereka berhubungan dengan hal mengklasifikasikan, mencatat, mengikhtisarkan dan penafsiran transaksi keuangan yang terjadi di unit usaha tersebut sebab hal-hal peneliti sebutkan diatas adalah termasuk suatu informasi yang berguna bagi usaha tersebut untuk bertindak demi kelangsungan usaha mereka mendatang dan suatu aturan yang digunakan untuk mengukur kinerja.


(44)

3.4. Lokasi Penelitian

Tempat dimana penelitian nantinya akan berlangsung atau lokasi penelitian berjumlah dua buah. Perincian sebagai berikut, yaitu sebanyak dua buah pada usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri, yaitu yang terletak di Jl. Kebon Pedes 58 Bogor, Bogor Trade Mall, Giant Botani Square Bogor. Alasan pemilihan tempat ini karena pemilik pernah mendapatkan berbagi penghargaan waralaba di tingkat Nasional, dan merupakan mitra usaha Bank Mandiri.

3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah : 1. Sumber data utama (primer)

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur kepemilikan usaha

2. Sumber data kedua (sekunder)

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan.


(45)

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian

secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

a. Proses memasuki lokasi (getting in)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek peneitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan dengan informan.

b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)

Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian

2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :


(46)

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrumen dituntut bagaimana membuat respondden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data.

Untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahn penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai timbulnyapermasalahan agar muncul wacana detail. Wawancara diharapkan diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian)

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori

3.6. Teknik Analisis

Pada penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh


(47)

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (2007:16-21), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan


(48)

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan data, dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalang dengan teks yang bersifat naratif.

3. Menarik Kesimpulan / Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah  penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, namun mungkin juga tidak karena rumusan masalah dala penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Rencananya, kesimpulan dibuat dengan melalui tahap-tahap analisis data


(49)

sehingga mencapai saran dari peneliti yang berasal dari fakta dilapangan.

3.7. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara: (Sugiyono, 2005:122-125)

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini hubungan berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.


(50)

2. Meningkatkan Ketekunan

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/ dipercaya atau tidak

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara trianulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah pemilik dan pegawai penjualan dan bagian keuangan . Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan


(51)

triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah nara sumber memberikan data yang sama atau tidak. Kalau nara sumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.


(52)

BAB IV

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

4.1. Sejarah Waralaba di Dunia

Franchise dipopulerkan di negara Amerika Serikat, namun asal mula kata Franchise berawal dari Eropa, yaitu berasal dari Perancis dan Inggris. Kata Franchise sendiri bermakna “kebebasan” (Freedom). Di masa itu, bangsawan diberikan wewenang oleh raja untuk menjadi tuan tanah pada daerah-daerah tertentu. Pada daerah tersebut, sang bangsawan dapat memanfaatkan tanah yang dikuasainya dengan imbalan pajak/upeti yang dikembalikan kepada kerajaan. Sistem tersebut menyerupai royalti, seperti layaknya bentuk Franchise saat ini (id.wikipedia.org) diunduh pada 10/05/2011.

Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika itu Singer ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di Amerika Serikat. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih sukses, yaitu John S. Pemberton, pendiri Coca Cola Company. Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer


(53)

kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS,

General Motors Industry ditahun 1898.

Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restauran cepat sajinya di berbagai daerah di Amerika Serikat, dan Mc Donalds ialah salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia, dengan hampir membuka restaurant hampir di seluruh negara.

Howard Deering Johnson pada tahun 1935, bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restauran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis

(business format) atau sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara Amerika Serikat, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di Amerika Serikat. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 1960-an. Bisnis waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba


(54)

keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA (id.wikipedia.org) diunduh pada 10/05/2011.

4.2. Sejarah Waralaba di Indonesia

Sistem waralaba di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pemberian lisensi. Pada saat itu banyak produsen kendaraan motor dari luar negeri yang memberikan hak untuk menjual produknya di Indonesia. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu Franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya. Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi Franchisor maupun

Franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di Amerika Serikat dan Jepang.

Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan


(55)

mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis

waralaba akan terus berekspansi (id.wikipedia.org) diunduh pada 10/05/2011.

Asosiasi pengusaha waralaba di Indonesia antara lain APWINDO

(Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara lain International Franchise and Business Concept Expo (Dyandra), Franchise License Expo Indonesia

(Panorama convex), Info Franchise Expo (Neo dan Majalah Franchise Indonesia). (id.wikipedia.org) diunduh pada 10/05/2011.

4.3. Sejarah Warung Bakso Mandiri

Usaha kuliner merupakan salah satu usaha tahan krisis dan menjajikan keuntungan yang menggiurkan. Usaha kuliner juga merupakan usaha sepanjang masa dan tidak kenal mati, karena setiap orang sepanjang hidupnya membutuhkan makanan, baik makanan yang mengenyangkan maupun sekedar untuk camilan ataupun selingan. Sama halnya dengan jenis bisnis lainnya, bisnis kuliner juga butuh proses yang panjang untuk eksis dan menjadi pilihan


(56)

Salah satu usaha kuliner yang sangat mudah dalam memulainya adalah membuka warung bakso. Mengapa harus bakso?? Karena bakso merupakan salah satu makanan yang paling digemari oleh masyarakat dari kalangan manapun, sehingga pangsa pasarnya sangat luas dan mempunyai peluang sangat bagus untuk berkembang.

Anggara Kasih Nugraha Jati, pemilik bisnis Warung Bakso Mandiri, memulai usahanya sejak 2007 lalu. Alasan pemberian nama Mandiri adalah karena merupakan usaha yang mandiri, jadi tidak tergantung pada orang lain. Sebelum mendirikan Warung Bakso Mandiri Si pemilik (Anggara) terlebih dahulu mempunyai merek Bakso Kepala Sapi yang terletak di Surabaya, setelah itu mendirikan Bakso Anggara dan juga mendirikan Bakso Mas Karyo. Si pemilik sendiri pernah mendapatkan juara Wirausaha Muda dari Bank Mandiri pada tahun 2008.

Saat memulai usaha, Anggara saat itu memang harus merogoh kocek cukup dalam yaitu sekitar Rp 50 juta untuk merintis usahanya ini. Namun, kerja kerasnya berbuah manis dan akhirnya Dia bisa meraup omzet miliaran rupiah. Sebelum mendirikan usaha ini, Anggara yang waktu itu masih mahasiswa memiliki bisnis yang seabrek, mulai dari menjual pernak-pernik hingga kartu kredit. Semua bisnisnya ini dilakukan untuk mengumpulkan pundi-pundi uang demi investasi untuk bisnis baru. Benar saja, uang hasil kerja keras dari bisnisnya itu Dia investasikan untuk membuka kedai bakso


(57)

kedai. "Modalnya hanya saya gunakan untuk keperluan dapur. Kalau gedungnya kan sudah ada, milik keluarga" kata Anggara.

Akhirnya, bisnis bakso Anggara berkembang dengan pesat, saat ini telah tersebar di Pulau Sumatra dan Jawa. Di kota Bogor sendiri telah ada 2 outlet dan 1 pabrik Warung Bakso Mandiri yaitu di Giant Botani Square, Bogor Trade Mall, dan di Kebon Pedes Bogor sebagai pabrik pembuatan bakso. Anggara juga memiliki beberapa merek dagang untuk usaha baksonya yaitu Bakso Mas Karyo, Bakso Raden, Bakso Kepala Sapi dan Bakso Bakar Barbeqeu (www.warungbaksomandiri.com) diunduh 2/05/2011.

Misi dan Visi dari Warung Bakso Mandiri, yaitu : 1. Misi

- Menjadi stimulan untuk menciptakan wirausahawan dan turut mengembangkan iklim usaha yang mandiri dan berkesinambungan - Mewadahi para pelaku usaha yang ingin mengembangkan produk dan

bisnisnya dengan mengkapitalisasi usahanya bersama dengan para mitra

- Membuka peluang usaha dan lapangan pekerjaan 2. Visi

- Menjadi partner usaha profesional untuk meningkatkan nilai tambah terhadap produk-produk makanan khas Indonesia, dan mengangkat derajatnya menjadi makanan yang dikenal dalam kancah nasional dan


(58)

(59)

5.1. Pemahaman Pengusaha Warung Bakso Mandiri Bogor Mengenai Pencatatan Keuangan

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha (Megginson et al., 2000) dalam Pinasti (2007). Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomi dalam pengelolaan usaha kecil dan menengah, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga, mengajukan permohonan kredit ke bank, dan lain–lain. Penyediaan informasi akuntansi bagi usaha kecil dan menengah juga diperlukan khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi usaha kecil dari kreditur (Bank).

Sub bab ini merupakan jawaban dari mini research pertama mengenai pemahaman dan pencatatan keuangan pada usaha Warung Bakso Mandiri. Dalam penelitian ini pencatatan keuangan sangatlah penting karena untuk mengetahui keluar masuknya barang maupun uang dan mengetahui pendapatan yang diperoleh perusahaan.

Berikut pemaparan yang dikemukakan oleh pemilik:

“...sangat penting ya, karena untuk mengetahui keluar masuknya barang dan berapa uang yang diterima pada setiap harinya...”


(60)

Demikian juga yang diungkapkan oleh karyawan usaha Warung Bakso Mandiri Bogor tentang pentingnya pencatatan keuangan selama menjalankan usaha karena untuk mengetahui keluar masuknya barang dan pendapatan yang diperoleh setiap hari. Bahkan ketika ada pencatatan yang dilakukan pegawai salah, maka Ia dipotong gajinya sebagai tanggung jawab untuk menutup selisihnya. Jadi para pegawai dituntut untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

“...sangat penting mas, jadi biar ngerti yang terjual sama uang yang diterima dan uang yang keluar pada hari itu, juga biar tahu ada selisih gak atau ada gak barang yang hilang...”

(Informan Irwan)

Pencatatan yang dilakukan oleh pengusaha Warung Bakso Mandiri sebenarnya sudah mulai masuk ke tahap penerapan laporan keuangan berstandar akuntansi, hal ini terbukti dengan pemaparan oleh pemilik :

“...pada awal buka dulu, ya masih sederhana, masih manual oret-oretan, tapi sekarang kita ya sudah pakai excel, cuman yang di masing – masing outlet itu masih manual, karena cuman laporan penjualan aja, tapi kalau di Saya sama mitra kami yang lain, sudah ada laba-ruginya...”

(Informan Anggara)

Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pencatatan keuangan dalam usaha tersebut adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan karena untuk mengetahui penjualan serta pemasukan dan pengeluaran dalam usaha tersebut. Walau masih terbilang sederhana, tetapi


(61)

pencatatan yang dilakukan oleh usaha Warung Bakso Mandiri Bogor ini dapat dikatakan terinci dan rapi karena dapat dibaca oleh pemilik dan pihak yang berkepentingan laporan tersebut.

Melakukan pencatatan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi penting untuk diterapkan karena akuntansi adalah sebuah informasi, informasi yang dapat menuntun pengusaha untuk mengambil keputusan secara tepat dan akurat. Selain itu, pencatatan laporan keuangan usaha yang baik dan teratur dibutuhkan apabila usaha akan melakukan peminjaman modal pada kreditur (bank).

Kegiatan pencatatan keuangan merupakan hal sangat penting bagi para pelaku usaha, tetapi dalam analisis data yang dilakukan terhadap dokumen hasil pencatatan yang dilakukan oleh pemilik usaha Warung Bakso Mandiri Bogor mengindikasikan bahwa sudah adanya kesadaran dalam menerapkan pencatatan keuangan berstandar akuntansi yang ada, meskipun dalam penerapanya dapat dibilang masih sederhana.

5.2. Pencatatan Akuntansi Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol Keuangan Perusahaan

Dalam melakukan pencatatan pencatatan keuangan sebaiknya sebuah perusahaan baik kecil maupun besar menggunakan akuntansi untuk mengatur keuangan mereka sehingga perusahaan tersebut menciptakan sebuah sistem akuntansi yang baik guna menunjang kegiatan perusahaan karena akuntansi adalah sebagai informasi yang berguna bagi manajerial


(62)

sebagai dasar pengambilan keputusan maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Kebanyakan orang beranggapan bahwa akuntansi merupakan hal yang rumit dan hanya dibutuhkan oleh perusahaan besar, dimana transaksi keuangan yang terjadi sudah sedemikian kompleknya sehingga dibutuhkan sistem yang baik untuk mengaturnya.

Seperti yang diungkapkan oleh Anggara berikut ini:

“...paling tidak dengan adanya catatannya itu bisa diketahui tentang kegiatan penjualan hari ini sama berapa keuntungan yang diperoleh...”

(Informan Anggara)

Dengan melakukan pencatatan keuangan maka para pemilik usaha bisa mengetahui keluar masuknya barang dan uang yang terjadi setiap harinya, meskipun penerapan pencatatannya masih sederhana. Hal tersebut juga didukung oleh pemaparan informan Irwan selaku mitra Warung Bakso Mandiri

“...kalau ada catatannya, barang yang keluar (terjual) sama uang yang masuk dapat dikontrol, jadi tahu, ada yang hilang apa enggak...”

(Informan Irwan)

Adanya pemisahan antara uang pribadi dan uang perusahaan menunjukan bahwa pemilik sudah melakukan hal yang sesuai. Karena terkadang banyak usaha yang masih saja mencampur adukan antara pengeluaran pribadi dengan pengeluaran perusahaan. Hal ini akan


(63)

membuat perusahaan tidak dapat mengetahui berapa besar laba yang didapat tiap bulan. Seperti yang diungkapkannya berikut ini:

“...kalau disini, ada pemisahan pengeluaran pribadi sama pengeluaran perusahaan, supaya tahu laba bersih setiap bulannya, kalau Saya pakai uang disini, itu namanya kasbon nanti juga Saya kembalikan...”

(Informan Anggara)

Pencatatan pengeluaran pribadi dalam usaha ini selain dianggap sebagai pengeluaran kas, juga dianggap sebagai piutang karyawan. Ketika pemilik maupun karyawan meminjam uang pada perusahaan, maka dicatat sebagai piutang. Berikut penjelasannya:

“...oh, sering juga yang pinjam duit atau kasbon, nanti kalau akhir bulan biasanya potong gaji buat nglunasi...”

(Informan Arki)

“...ya kalau gak punya uang ya,, kasbon dulu mas, nanti juga dilunasi...”

(Informan Vera)

Berdasarkan kutipan-kutipan penjelasan diatas menggambarkan bahwa ketika perusahan ingin menginginkan sesuatu yang diwujudkan dalam sebuah tujuan perusahaan atau organisasi, jelaslah perusahaan atau pemilik mempunyai sebuah media untuk patokan dan melihat perkiraan sesungguhnya, apakah tujuan itu sudah tercapai atau belum, sudah baik atau masih perlu adanya perbaikan dalam sistem keuangannya. Maka


(64)

diperlukan media yang dinamakan laporan laba rugi. Informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi yaitu pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian (Kieso, 2002)

Salah satu manfaat dengan adanya laporan laba rugi yaitu ketika pemilik mengetahui ada biaya-biaya yang sekiranya tidak ada kaitannya dengan perusahaan dan lebih mengarah ke pemborosan biaya, pemilik dapat melihat tersebut melalui arus kas maupun laporan laba ruginya, setelah pemilik mengetahui hal tersebut diharapkan segera mengambil keputusan yang tepat untuk perusahaan dengan menghentikan perbuatan yang dapat merugikan perusahaan. Inilah pentingnya laporan keuangan sebagai fungsi kontrol perusahaan.

5.3. Penggunaan Pencatatan Keuangan Sebagai Alat untuk Mencapai

Tujuan Organisasi

Dalam setiap usaha perlu adanya perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan atau organisasi sebagi informasi untuk mengambil keputusan atau kebijakan yang tepat dalam pengembangan usaha. Seperti yang diungkapkan oleh pemilik berikut ini:

“...kalau ada pencatatan kan pasti kita tahu berapa besar penjualan, apakah sudah sesuai dengan target, kalau belum sesuai akan kita evaluasi, setelah itu kita buat terobosan-terobosan supaya bisa mencapai target...”


(65)

(Informan Anggara) Hal serupa juga diungkapkan oleh karyawan, berikut ini pemaparanya:

“...ya kita bisa tahulah kemajuan perusahaan, dengan melihat pencatatan keuangannya...”

(Informan Iwan)

Tidak sedikit usaha yang ketika ingin mengembangkan usahanya dengan meminjam uang kepada pihak bank ditolak karena tidak memiliki laporan keuangan yang baik. Oleh karena itu sangat disayangkan sekali kredit tersebut ditolak karena tidak memiliki pencatatan keuangan yang lengkap dan jelas.

Pencatatan keuangan yang dilakukan terbukti dapat mencapai tujuan usaha yang dikelola. Dengan adanya laporan keuangan maka para pengusaha akan mengetahui informasi mengenai keadaan usahanya, dan merupakan informasi bagi para pembuat keputusan dalam kaitannya agar dapat mencapai tujuan perusahaan, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat keputusan.

5.4. Jenis Transaksi di Warung Bakso Mandiri

Usaha warung bakso sama seperti unit usaha yang bersifat profit lainnya, di dalamnya terjadi transaksi jual beli. Unit usaha yang di teliti sebagai objek penelitian oleh peneliti masih tergolong UKM, sehingga jenis transaksi yang terjadi disini tidak serumit yang terjadi di dalam perusahaan besar. Contoh jenis transaksi yang terjadi di dalam unit usaha


(66)

tersebut dapat di kelompok-kelompokan, dalam hal ini pengelompokan transaksi ini bersumber dari data yang diperoleh dari Warung Bakso Mandiri Bogor.

Berikut pemaparan yang dikemukakan oleh pemilik:

“...kalau jenis transaksinya ya menurut produk yang dijual sama masing-masing outlet, tergantung pemiliknya (mitra), tapi yang pasti baksolah,,kalau masalah minuman itu terserah pemiliknya...

(Informan Anggara)

Adapun penjelasan pendukung dari karyawan ialah sebagai berikut:

“...kalau transaksi disini ada bakso porsian, bakso bijian ukuran M, L, pangsit, krupuk trus kalau minuman ada teh sari, teh botol, aqua botol...”

(Informan Vera)

Minuman adalah pengelompokan dari transaksi yang terjadi didalam Warung Bakso Mandiri, yang berhubungan dengan penyediaan minuman. Jenis barang didalam pegelompokan akun ini adalah minuman yang disediakan oleh pegelola sendiri dan supplier tertentu, sedangkan untuk yang beda supplier-nya maka ditulis dalam akun tersendiri, seperti akun aqua botol dan teh botol yang berdiri sendiri.

5.5. Pemeriksaan Terhadap Transaksi

Pemeriksaan terhadap transaksi yang terjadi di dalam unit usaha ini telah dilakukan, walapun masih sederhana yaitu dengan melakukan rekap


(67)

ulang perhitungan jumlah barang yang keluar pada hari itu dicocokan dengan keuangan yang ada pada tiap hari setelah penjualan. Pemeriksaan tersebut tentunya dengan menggunakan simbol-simbol yang mudah dimengerti dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan dari pengelola unit usaha tersebut.

Simbol-simbol yang digunakan dalam pemeriksaan terhadap transaksi yang terjadi didalam unit usaha ini memang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan dari pengelola serta mudah dimengerti. Contoh dari simbol-simbol yang dipakai seperti tanda tangan, huruf-huruf yang dibentuk menjadi singkatan, nama, serta kode-kode sedehana lainnya seperti centang, titik, dan lain sebagainya.

Sesuai dengan fungsi penggunaan simbol-simbol dalam pemeriksaan transaksi tersebut yaitu memudahkan penggunaan informasi yang ada di dalam transaksi yang terjadi unit usaha tersebut demi kelangsungan usaha, begitu juga dengan usaha Warung Bakso Mandiri tersebut. Dalam usaha Warung Usaha ini pemeriksaan dilakukan oleh karyawan sendiri setelah itu pemilik juga kembali memeriksa laporan tersebut, kegiatan pemeriksaan seperti ini lebih dikenal dengan internal audit. Internal audit adalah pemerikasaan yang dilakukan bagian internal perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan (Agoes, 2004).


(68)

5.6. Bentuk Pencatatan Keuangan di Warung Bakso Mandiri

Bermacam-macam latar belakang karakter dan pendidikan yang dimiliki oleh pelaku usaha menjadikan pengelolaan keuangan menjadi berbeda-beda antara pemilik satu dengan yang lainnya, tapi jika pemilik usaha tersebut sudah biasa mengajukan kredit kepada pihak bank atau lembaga lainnya biasanya mereka sudah menerapkan catatan keuangan yang rapi dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk yang diterapkan oleh para pelaku usaha biasanya menganut pola yang paling mudah, artinya pola yang dipandang mudah untuk dipahami dan dimengerti itulah yang dipakai untuk pencatatan keuangannya. Berikut ini penjelasan dari pemilik mengenai pencatatan keuangannya:

“...bentuk pencatatannya ya masih sederhana, cuman keluar masuk barang (stok), penjualan harian, uang yang didapat seharinya, trus sama laporan laba rugi bulanan, ya,,namanya bukan orang akuntansi, jadi gak begitu paham soal akuntansi...”

(Informan Anggara)

Hal tersebut juga dijelaskan oleh karyawan, berikut pernyataan karyawan :

“...kalau ada barang masuk (beli bakso, es, bakwan, soun) semua ditulis, sebelum buka itu di stok dulu barangnya pas hari itu, lalu pas malam mau tutup di stock lagi barangnya, jadi tahu yang terjual, lalu dicocokin ama uangnya...”


(69)

“...iya kalau disini sih masih manual mas, ada form hariannya, jadi kita tinggal nyetok barang dioutlet terus di cocokin ama uangnya, habis gitu ya setor...”

(Informan Iwan)

“...kalau ngeluarin uang untuk mbayar sesuatu, misalnya beli es batu, ya,, harus pakai bon, jadi biar jelas nanti pas setornya...”

(Informan Vera)

Berdasarkan hasil wawancara dan obervasi yang dilakukan oleh peneliti dilapangan, dapat disimpulkan bahwa bentuk pencatatan keuangan di usaha Warung Bakso Mandiri ialah berupa nota-nota, kwitansi, laporan penjualan harian dan juga laporan laba rugi yang ada setiap bulan.

5.7. Promosi Yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan

Di tengah persaingan yang makin ketat dari hari ke hari, maka ada upaya aktif dan inisiatif untuk menarik konsumen. Salah satunya kegiatan untuk menarik konsumen yaitu dengan media promosi, hal ini dilakukan agar menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut. Semua unit usaha selalu melakukan promosi untuk menarik pelanggan, hal itu dilaukan untuk menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut. Promosi yang dilakukan biasanya telah memiliki anggaran tersendiri, hal tersebut adalah sesuatu yang wajar terjadi khususnya pada unit usaha.


(70)

Seperti pemaparan oleh pemilik Warung Bakso Mandiri:

“...kalau untuk promosi itu ya sekali tempo, biasanya kalau ada pembukaan outlet baru, kita ada paket bakso murah untuk promosi outlet baru, sama kalau untuk promosi biasanya kita juga pakai X banner sama brosur-brosur...”

(Informan Anggara)

Dari pemaparan informan peneliti menyimpulkan bahwa usaha yang dijalankan tersebut sekarang terdapat biaya promosi yang dikeluarkan. Yaitu dengan memberi bakso murah pada calon konsumen agar tertarik menjadi pelanggan pada nantinya, serta membuat x banner dan membagikan brosur kepada calon konsumen. Biaya yang dikeluarkan untuk promosi akan sebanding dengan banyaknya jumlah keuntungan yang nantinya akan diperoleh sebagai akibat dengan adanya promosi.

5.8. Pengelolaan Kembali Modal Usaha

Pengelola usaha ini sadar betul akan penggunaan modal kembali untuk menambah keuntungan. Pemilik warung bakso mandiri lebih memilih mengelola modal yang didapatkan pada unit usaha untuk ditabung guna menambah peralatan dan menambah cabang ditempat yang lebih strategis. Berikut penjelasan pemilik warung bakso mandiri :


(71)

“...tangan saya itu gatal mas kalau punya uang, pengennya itu beli alat-alat, kaya’ freeezer yang besar itu, mesin gilingan sama mesin packaging tapi uangnya ya dibagi juga buat kebutuhan sehari-hari...”

(Informan Anggara)

Melihat pemaparan informan Anggara bahwa sebagian keuntungan yang didapat olehnya dikelola tidak hanya untuk keperluan usaha tetapi juga digunakan untuk keperluan sehari-hari disamping untuk menambah modal.

5.9. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara kulitatif dan memakai sumber data yang berangkat dari keterangan para informan di lapangan. Perbedaan waktu sangat berpengaruh, karena apa yang terjadi di lapangan saat ini, tidak bisa dijadikan sebuah patokan bahwa akan terjadi juga di waktu yang berbeda, juga keterbatasan dalam hal finansial peneliti yang cukup menguras biaya. Sehubungan dengan keterbatasan tersebut, maka peneliti mengharapkan bahwa segala sesuatu yang dihasilkan melalui penelitian ini, dapat dijadikan masukan bagi penelitian yang akan diadakan selanjutnya.


(72)

6.1. Kesimpulan

Berakhirnya penelitian ini, maka Peneliti dapat mengambil kesimpulan dan suatu gambaran yang sangat jelas mengenai implementasi pencatatan keuangan pada usaha Warung Bakso Mandiri Bogor. Disimpulkan bahwa pengusaha waralaba Warung Bakso tersebut sebenarnya telah sadar pentingnya arti sebuah pencatatan keuangan dalam sebuah usaha, namun apa yang dilakukan oleh pemilik dan pengelola obyek penelitian tersebut masih bersifat sederhana, yaitu hanya pada keluar dan masuknya uang serta jumlah barang.

Pada dasarnya, pandangan pemahaman pencatatan keuangan oleh pengusaha Warung Bakso Mandiri Bogor sudah memahami adanya laporan keuangan dan telah berusaha menerapkan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP 2009, namun pengusaha masih melakukan pencatatan sederhana yang sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan pemahaman pengusaha itu sendiri, tujuan dibuatnya laporan keuangan oleh pemilik usaha yaitu untuk mengontrol pendapatan dan pengeluararan dalam menjalankan unit usaha tersebut.

Hal ini menunjukan bahwa pengusaha belum sepenuhnya memahami pencatatan atas laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi. Hal tersebut juga diperkuat juga diperkuat dengan adanya


(73)

keterangan informan yang mengakui bahwa pemahaman tentang akuntansi hanya sebatas mengetahui keluar masuknya barang dan uang, karena disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya pencatatan keuangan yang dimiliki pengusaha Warung Bakso Mandiri Bogor tersebut. Pencatatan keuangan yang sesuai dengan akuntansi penting untuk diterapkan karena akuntansi adalah sebuah informasi, informasi yang akan menuntun pengusaha dalam pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Selain itu, pencatatan keuangan yang baik dan teratur dibutuhkan apabila pemilik usaha akan melakukan peminjaman modal pada kreditur (bank) atau lembaga lainnya.

Adapun jenis transaksi pada unit usaha percetakan tersebut yaitu bakso porsian, bakso satuan ukuran M dan L, minuman teh sari, teh botol, dan aqua botol. Dari pencatatan setiap transaksi tersebut tidak dicatat dalam satu nota bukti transaksi pembayaran oleh pelanggan hanya dihitung persediaan pada awal buka dan pada saat tutup outlet, yang kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan oleh pemilik usaha tersebut. Hal tersebut dilakukan karena keterbatasan pengelola selaku penyelenggara pencatatan keuangan.


(74)

6.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan :

1. Bagi Pengusaha Warung Bakso Mandiri Bogor

Bagi pengusaha diharapkan dapat menerapkan pencatatan keuangan lebih sesuai dengan standar, lengkap, tidak hanya pencatatan pendapatan dan pengeluaran tapi setiap transaksi juga perlu ada pencatatan serta jelas, ada batasan penggunaan pribadi dengan penggunaan untuk keperluan usaha. Pengusaha juga harus memperhatikan pentingnya pemahaman akuntansi yang bertujuan untuk mencapai tujuan usaha. Pemahaman akuntansi yang baik akan mendorong terciptanya pencatatan akuntansi yang baik pula, sehingga pengelolaan keuangan pun dapat terkontrol dengan baik.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan dengann adanya penelitian ini, akan banyak peneliti-peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode peneltian kualitatif dalam melakukan penelitian, untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik lagi bila penelitian tidak hanya dilakukan pada usaha Warung Bakso Mandiri Bogor, tetapi juga pada usaha-usaha kecil dan menengah yang lainnya juga.


(75)

---, 2008, Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2008 tentang Waralaba.

Agoes, Sukrisno, 2004, Auditing, Edisi Ketiga, Penerbit Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Chusing, Bary E, 1996, Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi Perusahaan, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hapsari, Marselia, 2008, “Pengaruh Kualitas Manajemen, Motivasi Kewirausahaan, dan Pengelolaan Merek Terhadap Kualitas Hubungan Franchise Dalam Meningkatkan Kinerja Penjualan”,

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (JRAI).

Hopwod, dan Bodnar, 2004, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Keenam, Jilid Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan ETAP, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia, 2008, Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Kao, Jhon, 1991, Enterpeneurship, Creativity and Organization, New Jersey : Practice Hall.

Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2002, Akuntansi Intermediate, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Miles, Matthew B, dan Huberman, A.Michael, 2007, Analisa Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Cetakan Pertama, Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS).

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Negara, Uddiyana, 2008, “Perlindungan Hukum Bagi Franchisor dalam Perjanjian Waralaba”. Tesis Mahasiswa S2, Universitas Diponegoro,


(76)

Informasi Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi: Suatu Riset Eksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (JRAI),

Romney, Steinbart, 2004, Accounting Information System, Edisi Sembilan, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Soemarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi, Penerbit Fakultas Ekonomi UPN, Surabaya.

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Penerbit C.V. ALFABETA, Bandung.

Suryana, 2007, Kewirausahaan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Warren, Reeve, 2005, Pengantar Akuntansi, Penerbit, Salemba Empat, Jakarta Weygandt, Jerry J.Kieso, Donald E, Kimmel, Paul D, 2007, Accounting

Principles, Edisi Ketujuh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Widi, Lillian, 2010, “Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat Evaluasi Kinerja Keuangan Pada PT. Surya Inti Permata. Skripsi Mahasiswa S1, Universitas Pembangunan Nasional, Surabaya

Widjajanto, Nugroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wilkinson, Joseph W, 1988, Sistem Akuntansi dan Informasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Website

http://www.wirausahamandiri.co.id diunduh tanggal 20/2/2011.

http://id.wikipedia.org diunduh tanggal 21/2/2011.

http://www.depkominfo.go.id diunduh tanggal 21/2/2011

http://www.google.co.id diunduh tanggal 23/3/2011


(77)

(78)

Foto Gerobak dan Pegawai Warung Bakso Mandiri yang berada di Giant Botani Square


(79)

Foto gerobak dan pegawai Warung Bakso Mandiri yang berada di Bogor Trade Mall


(80)

Foto para pengunjung sedang menikmati bakso


(81)

Foto X Banner yang digunakan sebagai media promosi


(82)

Foto aktivitas pegawai Warung Bakso Mandiri saat sedang memproduksi bakso


(83)

Produk Warung Bakso Mandiri yaitu Bakso kuah Mandiri dan Bakso Renko


(84)

(85)

Foto Form Penjualan Harian di Outlet warung Bakso Mandiri Bogor


(1)

Foto para pengunjung sedang menikmati bakso


(2)

Foto X Banner yang digunakan sebagai media promosi


(3)

Foto aktivitas pegawai Warung Bakso Mandiri saat sedang memproduksi bakso


(4)

Produk Warung Bakso Mandiri yaitu Bakso kuah Mandiri dan Bakso Renko


(5)

(6)

Foto Form Penjualan Harian di Outlet warung Bakso Mandiri Bogor