Basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Renaningtyas, Irene Desty. 2015. Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota
Keluarga Pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas tentang wujud basa-basi berbahasa dan maksud
basa-basi berbahasa di ranah keluarga pendidik. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan wujud basa-basi berbahasa dan mendeskripsikan maksud
basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Pringwulung,
Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga pendidik di Dusun
Pringwulung, Yogyakarta.
Penelitian basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun
Pringwulung, Yogyakarta ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif,
karena penelitian ini berisi gambaran mengenai basa-basi antaranggota keluarga

pendidik yang diperoleh langsung di Dusun Pringwulung, Yogyakarta. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara (konfirmasi kepada
informan) yang berbekal pada teori basa-basi berbahasa. Metode pengumpulan
data yaitu, pertama metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan kedua
metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan
dengan teknik pancing. Dalam analisis data, penelitian ini menggunakan metode
analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam
menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan
diklasifikasikan.
Simpulan dari penelitian ini adalah peneliti menemukan delapan wujud
basa-basi antaranggota keluarga pendidik di dusun Pringwulung, Yogyakarta.
Kedelapan wujud basa-basi tersebut yaitu basa-basi memberi salam, basa-basi
berterimakasih, basa-basi meminta/mengundang, basa-basi menolak, basa-basi
menerima, basa-basi meminta maaf, basa-basi simpati/empati dan basa-basi
mengucapkan selamat. Maksud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga
pendidik adalah untuk memulai, menjalin relasi mempertahankan atau
mengukuhkan pembicaraan antara penutur dan mitra tutur, serta menyampaikan
berbagai maksud lain. Basa-basi juga digunakan untuk mengekspresikan perasaan
yang sedang dialami oleh penutur melalui tuturan yang disampaikan mitra tutur.
Kata kunci: basa-basi, basa-basi murni, basa-basi polar, acknowledgments, wujud

basa-basi, maksud basa-basi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Renaningtyas, Irene Desty. 2015. The Phatic Communication in Using
Language between Educator’s Family Member in Pringwulung Hamlet,
Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: PBSI JPBS Sanata Dharma University.
This research discussed about the forms and intention of phatic
communication in educators’ family field. It aimed to describe the forms and the
intention of phatic communication in educators’ family in Pringwulung hamlet,
Yogyakarta. The subjects of this research were the educators’ family in
Pringwulung, Yogyakarta.
The Phatic Communication between Educator’s Family in Pringwulung

Hamlet, Yogyakarta was classified to descriptive-qualitative research because it
contained description about conversation’s phatic communication between
educators’ family obtained directly in Pringwulung, Yogyakarta. The instrument
used in this research was interview (confirmation to informant) which referred to
conversation’s phatic communication theories. The methods were (1) listening
method by noting and recording technique and (2) speaking method which was
arrayed by interview method which was generated by stimulation technique. In
data analysis, this research used contextual analysis method that applied contexts
dimensions in interpreting gathered, identified, and classified data.
The conclusion of this research was that the researcher found eight forms of
phatic communication between educator’s family in Pringwulung, Yogyakarta.
They were greetings, gratitude expressions, asking and invitation, denial,
acceptation, sympathy/empathy expressions, and salutations. The intentions were
to start, weave to maintain or strengthen the conversation between speakers and
their partner, and convey any other intentions. Phatic communication were also
used to express the speaker feeling through the utterance from the partner.
Keywords: phatic communication, pure phatic communication, polar phatic
communication, acknowledgement, forms of phatic communication, the meaning
of phatic communication.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA
KELUARGA PENDIDIK DI DUSUN PRINGWULUNG, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Irene Desty Renaningtyas
111224012


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA
KELUARGA PENDIDIK DI DUSUN PRINGWULUNG, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Irene Desty Renaningtyas
111224012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


HALAMAN PERSEMBAHAN

Ungkapan penuh syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda
Maria yang telah memberikan berkat serta kelancaran dalam
setiap langkah saya.
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya
terutama Bapak Eusebius Iskiyat Widiharto yang selalu
membimbing, memotivasi, mendukung, membantu dalam penelitian,
serta mendoakan dalam setiap langkah saya.
Mas Derry, Mbak Denty, dan Mas Delis selaku kakakkakak saya yang selalu memberikan dukungan, semangat,
motivasi, serta bimbingan yang tak berkesudahan.
Cecilia Christa Pramadina, Angela Yohana Mentari
Adistin, Bungsu Atmi Putranti dan Hendrika Yuli, selaku teman
sepayung yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan,
doa, dan kasih sayang.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

BERSIKAPLAH KUKUH SEPERTI BATU KARANG YANG TIDAK PUTUSPUTUSNYA DIPUKUL OMBAK.
IA TIDAK SAJA TETAP BERDIRI KUKUH, BAHKAN IA
MENEMTRAMKAN AMARAH OMBAK DAN GELOMBANG ITU.
(MARCUS AURELIUS)

KESULITAN DAN KEBINGUNGAN MEMBAWA KITA UNTUK BERDOA,
DAN DOA MENGUSIR KEKALUTAN DAN KESULITAN

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Juli 2015
Penulis

Irene Desty Renaningtyas

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

: Irene Desty Renaningtyas

Nomor Mahasiswa

: 111224012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA
PENDIDIK DI DUSUN PRINGWULUNG, YOGYAKARTA”
Dengan demikian saya menyerahkan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasi-kannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, pada tanggal : 27 Juli 2015
Yang menyatakan,

Irene Desty Renaningtyas

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Renaningtyas, Irene Desty. 2015. Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota
Keluarga Pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:
PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas tentang wujud basa-basi berbahasa dan maksud basabasi berbahasa di ranah keluarga pendidik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan wujud basa-basi berbahasa dan mendeskripsikan maksud basa-basi
berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta.
Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga pendidik di Dusun Pringwulung,
Yogyakarta.
Penelitian basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun
Pringwulung, Yogyakarta ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena
penelitian ini berisi gambaran mengenai basa-basi antaranggota keluarga pendidik
yang diperoleh langsung di Dusun Pringwulung, Yogyakarta. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara (konfirmasi kepada informan) yang
berbekal pada teori basa-basi berbahasa. Metode pengumpulan data yaitu, pertama
metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan kedua metode cakap yang
disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing.
Dalam analisis data, penelitian ini menggunakan metode analisis kontekstual, yakni
dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam menafsirkan data yang telah
berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan.
Simpulan dari penelitian ini adalah peneliti menemukan delapan wujud basabasi antaranggota keluarga pendidik di dusun Pringwulung, Yogyakarta. Kedelapan
wujud basa-basi tersebut yaitu basa-basi memberi salam, basa-basi berterimakasih,
basa-basi meminta/mengundang, basa-basi menolak, basa-basi menerima, basa-basi
meminta maaf, basa-basi simpati/empati dan basa-basi mengucapkan selamat.
Maksud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik adalah untuk memulai,
menjalin relasi mempertahankan atau mengukuhkan pembicaraan antara penutur dan
mitra tutur, serta menyampaikan berbagai maksud lain. Basa-basi juga digunakan
untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dialami oleh penutur melalui tuturan
yang disampaikan mitra tutur.
Kata kunci: basa-basi, basa-basi murni, basa-basi polar, acknowledgments, wujud
basa-basi, maksud basa-basi

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

Renaningtyas, Irene Desty. 2015. The Phatic Communication in Using Language
between Educator’s Family Member in Pringwulung Hamlet, Yogyakarta.
Thesis. Yogyakarta: PBSI JPBS Sanata Dharma University.
This research discussed about the forms and intention of phatic communication
in educators’ family field. It aimed to describe the forms and the intention of phatic
communication in educators’ family in Pringwulung hamlet, Yogyakarta. The
subjects of this research were the educators’ family in Pringwulung, Yogyakarta.
The Phatic Communication between Educator’s Family in Pringwulung
Hamlet, Yogyakarta was classified to descriptive-qualitative research because it
contained description about conversation’s phatic communication between educators’
family obtained directly in Pringwulung, Yogyakarta. The instrument used in this
research was interview (confirmation to informant) which referred to conversation’s
phatic communication theories. The methods were (1) listening method by noting and
recording technique and (2) speaking method which was arrayed by interview method
which was generated by stimulation technique. In data analysis, this research used
contextual analysis method that applied contexts dimensions in interpreting gathered,
identified, and classified data.
The conclusion of this research was that the researcher found eight forms of
phatic communication between educator’s family in Pringwulung, Yogyakarta. They
were greetings, gratitude expressions, asking and invitation, denial, acceptation,
sympathy/empathy expressions, and salutations. The intentions were to start, weave
to maintain or strengthen the conversation between speakers and their partner, and
convey any other intentions. Phatic communication were also used to express the
speaker feeling through the utterance from the partner.
Keywords: phatic communication, pure phatic communication, polar phatic
communication, acknowledgement, forms of phatic communication, the meaning of
phatic communication.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih, atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota
Keluarga Pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta” bertujuan untuk
memenuhi persyaratan gelar kesarjanaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang
dengan sabar telah memberikan bimbingan, masukan, perhatian, dan dorongan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Rishe Purnama D., S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang
dengan sabar telah memberikan bimbingan, masukan, perhatian, dan dorongan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Para Dosen PBSI yang telah mendidik dan memberikan pengetahuan yang
berguna bagi penulis.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Sekretariat PBSI yang telah membantu kelancaran perkuliahan penulis.
7. Ibuku Veronika Hartini (Alm) yang telah memberikan semangat dan pelajaran
hidup yang berharga untuk selalu berjuang dan berusaha.
8. Bapak E. Iskiyat Widiharto, Ibu Clara Sumartini, Mas Derry, Mbak Denty,
dan Mas Delis yang telah memberikan doa dan dukungan yang tiada habisnya.
9. Mbak Ning, Mbak Eny, Mbak Tatik, Wulan, Mbak Mega yang selalu
mendukungku.
10. Sahabat-sahabat sepayung basa-basi Christa, Yonna, Bungsu, dan Yuli terima
kasih untuk dukungan dan kerja sama dalam mengerjakan skripsi.
11. Teman-teman PBSI angkatan 2011 kelas A yang selalu memberikan
semangat.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna,
oleh karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi
ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

Irene Desty Renaningtyas

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

iv

HALAMAN MOTTO

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

vi

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

vii

ABSTRAK

viii

ABSTRACT

ix

KATA PENGANTAR

x

DAFTAR ISI

xii

DAFTAR BAGAN

xvi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….

1

1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................

4

1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................

4

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................

5

1.5 Batasan Istilah .........................................................................................

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………

8

2.1 Penelitian yang Relevan ..........................................................................

8

2.2 Kajian Teori ............................................................................................

14

2.2.1 Pragmatik.........................................................................................

14

2.2.2 Konteks ............................................................................................

16

2.2.3 Teori Maksud ..................................................................................

20

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2.4 Komunikasi Fatis …………………………………………………

21

2.2.5 Fenomena-fenomena Pragmatik ......................................................

30

2.2.5.1 Deiksis ...................................................................................

30

2.2.5.2 Praanggapan ..........................................................................

31

2.2.5.3 Implikatur...............................................................................

32

2.2.5.4 Tindak Ujaran ........................................................................

34

2.2.6 Basa-basi sebagai Fenomena Pragmatik .........................................

37

2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................

43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………….

49

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................

49

3.2 Data dan Sumber Data .............................................................................

51

3.3 Metode Pengumpulan Data .....................................................................

51

3.4 Metode Analisis Data ..............................................................................

53

3.5 Triangulasi Data ......................................................................................

55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN………………

56

4.1 Deskripsi Data .........................................................................................

56

4.1.1 Salam ...................................................................................

57

4.1.2 Terima Kasih ........................................................................

57

4.1.3 Mengundang .........................................................................

58

4.1.4 Menolak ……........................................................................

59

4.1.5 Menerima ..............................................................................

59

4.1.6 Meminta Maaf ......................................................................

60

4.1.7 Simpati/Empati .....................................................................

60

4.1.8 Mengucapkan Selamat ..........................................................

61

4.2 Hasil dan Pembahasan .............................................................................

62

4.2.1 Wujud Basa-basi Berbahasa ..................................................

62

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.2.1.1 Salam ...........................................................................

63

4.2.1.2 Terima Kasih ................................................................

68

4.2.1.3 Mengundang .................................................................

74

4.2.1.4 Menolak .......................................................................

80

4.2.1.5 Menerima .....................................................................

86

4.2.1.6 Meminta Maaf .............................................................

92

4.2.1.7 Simpati/Empati ...........................................................

98

4.2.1.4 Mengucapkan Selamat ................................................

105

4.2.2 Maksud Basa-basi Berbahasa ................................................

109

4.2.2.1 Salam ...........................................................................

109

4.2.2.2 Terima Kasih ...............................................................

114

4.2.2.3 Mengundang ...............................................................

117

4.2.2.4 Menolak ......................................................................

121

4.2.2.5 Menerima ....................................................................

125

4.2.2.6 Meminta Maaf ............................................................

129

4.2.2.7 Simpati/Empati ...........................................................

132

4.2.2.8 Mengucapkan Selamat ...............................................

137

BAB V PENUTUP…………………………………………………………

140

5.1 Simpulan ...................................................................................

140

5.2 Saran ........................................................................................

142

5.2.1 Bagi Peneliti Lain ...........................................................

142

5.2.2 Bagi Keluarga Pendidik .................................................

143

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

144

LAMPIRAN………………………………………………………………..

146

Lampiran 1. Tabulasi Data……… ................................................................

146

Lampiran 2. Triangulasi Basa-basi ................................................................

177

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dan Observasi ...........................................

213

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………..

214

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Berpikir

48

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut Widjono (2007:14), bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang
digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik
berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Sistem tersebut mencakup unsur-unsur berikut. Sistem lambang yang
bermakna dan dapat dipahami oleh masyarakat pemakainya. Sistem lambang tersebut
bersifat konvensional yang ditentukan oleh masyarakat pemakainya berdasarkan
kesepakatan. Lambang-lambang tersebut bersifat arbitrer (kesepakatan) digunakan
secara berulang dan tetap. Sistem lambang tersebut bersifat terbatas, tetapi produktif.
Artinya, dengan sistem jumlah kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana yang
tidak terbatas jumlahnya. Sistem lambang bersifat unik, khas, dan tidak sama dengan
lambang bahasa lain. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat
universal. Hal ini memungkinkan bahwa suatu sistem bisa sama dengan sistem
bahasa.
Menurut KBBI edisi keempat (2008:721), komunikasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Menurut Onong Uchjana (2007:9),
istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin
1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini
maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi,
misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung
selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa
yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan
makna.
Menurut KBBI (Kemendikbud 2008:143), basa-basi adalah (1) adat sopan
santun; tata krama pergaulan, (2) ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan
santun dan tidak untuk menyampaikan informasi, misalnya kalimat “apa kabar?”
yang diucapkan apabila kita bertemu dengan kawan (3) perihal menggunakan
ungkapan semacam itu.
Di Indonesia masyarakat yang sedang berkomunikasi dengan orang yang
dikenal pada awalnya akan saling menanyakan kabar, tujuan, dari mana, dan
sebagainya. Hal tersebut bertujuan untuk memelihara hubungan sosial antara penutur
dan lawan tuturnya.
Contoh :
Indi

: “Hai Sari, selamat pagi.
“Mari mampir dulu ke rumah.”

Sari

: “Selamat pagi juga Indi.”
“Iya ndi, terima kasih. Lain waktu saja.”

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

Pada dialog di atas konteksnya ketika Sari sedang berjalan di depan rumah
Indi. Indi sedang duduk-duduk di depan rumah. Tuturan tersebut termasuk basa-basi
karena digunakan ketika Indi saat bertemu dengan Sari. Ungkapan “selamat pagi”
dipakai sesuai dengan peristiwa tutur yang menandai realitas pagi hari. Kemudian
pada tuturan “Mari mampir dulu ke rumah?” menunjukkan tuturan yang tidak
sebenarnya karena Indi melihat Sari sedang berjalan di depan rumahnya. Tuturan “Iya
ndi, terima kasih. Lain waktu saja” menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya,
karena tuturan Sari bukan bersungguh-sungguh menyakinkan tuan rumah bahwa dia
akan mampir, melainkan hanya untuk sopan santun menolak untuk mampir di rumah
Indi.
Penggunaan basa-basi tidak hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat, tetapi pada keluarga pendidik juga sering ditemukan adanya basa-basi.
Basa-basi pada keluarga pendidik merupakan salah satu bentuk dari kesantunan
berbahasa antar anggota keluarga pendidik dalam satu rumah. Dalam hal ini, peneliti
akan melakukan suatu penelitian dengan judul “Basa-basi dalam Berbahasa
Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta”. Peneliti
memilih objek penelitian di Dusun Pringwulung, Yogyakarta karena dianggap dapat
mewakili tuturan basa-basi antar keluarga pendidik.
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah
dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Dalam penelitian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

ini peneliti mengambil subjek keluarga pendidik yaitu keluarga guru maupun dosen
yang ada di Dusun Pringwulung, Yogyakarta. Peneliti mengambil topik basa-basi
berbahasa antaranggota keluarga pendidik karena penelitian yang berkaitan dengan
basa-basi masih belum banyak diteliti dalam kajian pragmatik. Selain itu, basa-basi
juga penting digunakan dan dikaitkan dengan budaya khususnya budaya jawa
termasuk juga dalam keluarga pendidik karena basa-basi mempunyai tujuan untuk
menjalin komunikasi.

I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
a.

Apa saja wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik
di Dusun Pringwulung, Yogyakarta?

b.

Apa saja maksud basa-basi dalam

berbahasa antaranggota keluarga

pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta?

I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.

Mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga
pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

b.

5

Mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga
pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta.

I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua
manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
a.

Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan pragmatik
khususnya yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa sebagai fenomena
pragmatik. Penelitian ini dapat dikatakan memiliki manfaat teoritis karena
dengan memahami teori yang telah dikemukakan oleh para ahli. Penelitian
ini juga dapat digunakan sebagai referensi atau acuan dalam melakukan
kegiatan komunikasi untuk mempererat hubungan sosial penutur dan lawan
tutur khususnya pada keluarga pendidik.

b. Manfaat Praktis
Penelitian basa-basi berbahasa ini juga diharapkan dapat memberi
masukan kepada para praktisi terutama bagi dosen, guru, anak, dan anggota
keluarga yang lain untuk mengetahui pentingnya basa-basi berbahasa
dalam keluarga pendidik.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

I.5 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tentu saja tidak lepas dari
teori basa-basi dan teori-teori yang mendukung penelitian ini, maka peneliti
memberikan batasan istilah sebagai berikut:
1.

Pragmatik
Menurut Yule (2006:3), pragmatik adalah studi tentang makna yang
disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar
(atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan
dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang dengan tuturantuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang
digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang
maksud penutur.

2. Maksud Basa-basi
Maksud adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh penutur bersumber
dari penutur (Arimi, 1998).
3. Basa-basi
Kata-kata dipakai untuk memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan
suasana baik, dan sebagainya. Penggunaan bahasa untuk keperluan seperti
ini dapat disebut penggunaan basa basi (Arimi, 1998).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

4. Basa-basi Murni
Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis
sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang
diucapkan penutur selaras dengan kenyataan (Arimi, 1998).
5. Basa-basi Polar
Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya,
dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk
menunjukkan hal yang lebih sopan (Arimi, 1998).
6. Konteks
Menurut Rahardi (2003:20), konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua
latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan
sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur,
serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan
oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan
kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topiktopik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi
tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang
terdiri atas teori pragmatik, fenomena-fenomena pragmatik, basa-basi, basa-basi
sebagai fenomena pragmatik, teori maksud, dan uraian tentang konteks. Kerangka
berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan
landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.

2.1 Penelitian Relevan
Basa-basi dalam kajian ilmu pragmatik saat ini memang belum banyak dikaji
oleh peneliti. Penelitian tentang basa-basi dalam ranah keluarga pendidik sejauh yang
diketahui oleh peneliti belum pernah dilakukan. Namun, terdapat penelitian yang
relevan dengan penelitian yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa dalam ranah
bangsawan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitri Apri Susilo (2014), Sailal Arimi
(1998), Maria Ulfa T.R. (2012), dan Rawinda Fitrotul Mualafina (2013).

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

Penelitian Fitri Apri Susilo (2014) berjudul “Basa-basi dalam Berbahasa
antar Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”. Dalam penelitian
tersebut terdapat dua rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu apa
sajakah wujud Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2013/2014, apa sajakah maksud Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru
Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan tiap pemaparan
hasil analisis terhadap kedua permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan
bahwa: peneliti menemukan delapan wujud Basa-basi Berbahasa antar Guru Di SMP
N 12 Yogyakarta yang ditinjau dari kategori Acknowledgment-nya terdiri dari
delapan subkategori. Kedelapan subkategori tuturan basa-basi tersebut adalah (1)
Apologize (meminta maaf), (2) Condole (belasungkawa), (3) Congratulate
(mengucapkan salam), (4) greet (memberi salam), (5) thanks (berterimakasih), (6) bid
(meminta/mengundang), (7) accept (menerima), (8) reject (menolak).
Apologize (meminta maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
penyesalan. Condole (bela sungkawa) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur. Congatulate
(mengucapkan selamat) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena
ada kabar baik. Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa
senang karena bertemu seseorang. Thanks (berterima kasih) yaitu fungsi tuturan
untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Bid (meminta) yaitu fungsi
tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

dengan masa depan seseorang akan terjadi. Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan
untuk menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur. Reject (menolak) yaitu
fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur.
Penelitian Sailal Arimi (1998) berjudul “Basa-Basi Dalam Masyarakat
Bahasa Indonesia”. Penelitian ini bertujuan: (1) mendapatkan gambaran tentang
etnografi berbasa-basi bagi penutur bahasa Indonesia, dan memperoleh pengetahuan
yang memadai tentang aturan, atau kaidah penyampaian basa-basi dalam bahasa
Indonesia, (2) mendapatkan kejelasan kembali atas fungsi basa-basi, (3) menemukan
jenis-jenis basa-basi, distribusinya dalam wacana interaktif, beserta hubungannya
dengan strategi berbasa-basi yang tepat, dan (4) menemukan kekhasannya dalam
bahasa Indonesia.
Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan oleh Sailal Arimi, terdapat
beberapa kesimpulan. Basa-basi sebagai tuturan rutin yang tidak mementingkan
informasi merupakan simbol tindakan sosial secara verbal untuk bertegur sapa,
bersopan-santun, dan beramah tamah guna menciptakan hubungan solidaritas dan
harmonisasi antar penutur. Masyarakat penutur membutuhkan basa-basi dikaitkan
dengan hakikat fungsi interaksional baik untuk membina dan/atau mempertahankan
hubungan sosial antarpenutur. Dari sudut relasi sosial antarpenutur yang dihasilkan
(outcome), bagi penutur basa-basi merupakan upaya untuk memperoleh rasa
solidaritas dan harmonisasi dengan mitra tutur. Dari sudut fungsi hakiki bahasa, basabasi merupakan sejemput fenomena bahasa yang berfungsi sebagai pemelihara kerja

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

sama dan sangat reflektif. Basa-basi dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan
daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi
polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis
sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh
penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga
subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan basa-basi
keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya,
dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal
yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan
basa-basi polar personal. Basa-basi bersifat universal sehingga menghasilkan
kekhasan-kekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan sistem bahasa.
Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari satu bahasa ke
bahasa lain (dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa inggris atau sebaliknya) dapat
menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi.
Penelitian Maria Ulfa T.R. (2012) berjudul “Tipe Basa-Basi Dalam Dialog
Sinetron Si Doel Anak Sekolahan”. Dalam penelitian tersebut terdapat beberapa
masalah yaitu (1) dialog mana saja yang tergolong basa-basi, (2) apa saja topik basabasi yang dipergunakan pada dialog sinetron “SDAS”, (3) bagaimanakah tipe
penggunaan basa-basi dalam sinetron “SDAS” berdasarkan suasana, dan (4)
bagaimana efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinteron “SDAS”. Dari
beberapa rumusan masalah tersebut, maka peneliti ingin mengetahui dialog mana saja

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

yang tergolong basa-basi, mendapatkan kejelasan tentang topik basa-basi yang
dipergunakan pada sinetron “SDAS”, menemukan tipe penggunaan basa-basi dalam
sinetron “SDAS” berdasarkan suasana, dan menemukan efek basa-basi terhadap
interaksi sosial dalam sinetron “SDAS”.
Dari penelitian tersebut tuturan basa-basi pada sinetron “SDAS” memiliki
topik yang khas, seperti topik keadaan, topik aktifitas, topik julukan, topik
keselamatan, topik tujuan, topik kehadiran, topik jasa, topik perilaku, topik
perpisahan, topik kesepakatan, topik waktu, dan topik identitas. Selain itu, basa-basi
dalam sinetron “SDAS” juga memiliki tipe yang juga memiliki karakteristik yang
khas. Tipe basa-basi yang berhasil dianalisis yaitu (1) basa-basi apologi, (2) basa-basi
salam untuk suasana santai, (3) basa-basi perhatian untuk suasana sibuk, (4) basa-basi
persilahan untuk suasana sepi, dan (5) basa-basi pujian untuk suasana gembira.
Peneliti juga menemukan empat efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam
sinetron “SDAS”, yaitu (1) efek eksistensi, (2) efek akrab, (3) efek nyaman, dan (4)
efek dihargai.
Penelitian Rawinda Fitrotul Mualafina (2013) berjudul “Basa-Basi Dalam
Interaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo”. Dalam penelitian
tersebut terdapat tiga rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu
bagaimana bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam percakapan
jual beli di pasar tradisional Kertek, apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi
penggunaan bentuk, jenis, dan distribusi dalam percakapan jual beli di pasar

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

tradisional Kertek, dan bagaimana fungsi dari penggunaan basa-basi dalam
percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek. Berdasarkan tiap pemaparan hasil
analisis terhadap ketiga permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: (1)
basa-basi yang digunakan dalam komunikasi di Pasar Kertek Wonosobo ini berbeda
dengan basa-basi yang digunakan di tempat lain, (2) melalui pembahasan mengenai
bentuk dan jenis, diperoleh fakta bahwa suatu kalimat mampu menyampaikan
maksud yang berbeda dengan bentuk fisik kalimat tersebut, (3) ujaran basa-basi yang
digunakan di Pasar Kertek ini hadir pada tiga posisi dalam struktur percakapan jual
beli terjadi, yaitu rangkaian pembukaan atau opening sequences, rangkaian sisipan
atau insertion sequences, dan rangkaian penutup atau closing sequences, (4) sebagai
salah satu bentuk bahasa dalam masyarakat, penggunaan basa-basi tidak dapat
terlepas dari sejumlah faktor sosial tertentu yang berpengaruh terhadap bentuk, jenis,
dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam sebuah percakapan jual-beli, (5)
melalui enam fungsi yang ditemui dalam penggunaan basa-basi diketahui bahwa
meskipun kehadirannya manasuka dan tidak mengandung informasi yang baru,
kedudukan penggunaan basa-basi dalam percakapan tetaplah penting dalam kaitannya
dengan funsi secara sosial.
Dari keempat penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kesamaaan dengan
penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya terletak pada objek yang sama yaitu
basa-basi berbahasa. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Fiti Apri Susilo terdapat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

rumusan masalah yang hampir sama dengan peneliti yaitu mengkaji tentang bentuk
basa-basi berbahasa. Akan tetapi, tentu terdapat perbedaan dengan penelitianpenelitian yang sudah ada sebelumnya. Perbedaan ini yakni terletak pada subjek
penelitian. Penelitian yang berudul “Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota
Keluarga Pendidik di Dusun Pringwulung, Yogyakarta” menggunakan subjek
keluarga pendidik yang tinggal di Dusun Pringwulung, dalam penelitiannya. Hal
inilah yang membedakan dengan dengan peneliti-peneliti sebelumnya, dimana
penelitian yang terdahulu belum ada yang menggunakan subjek yang sama dengan
peneliti.

2.2 Kajian Teori
2.2.1 Pragmatik
Rahardi (2003:10), mengatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari
linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur
bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dengan sang mitra
tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau
luar bahasa. Dari definisi beberapa ahli tersebut, dapatlah dikatakan bahwa pragmatik
merupaka ilmu kebahasaan yang mengkaji maksud sebuah tuturan dengan mengacu
dari unsur luar bahasa, dalam hal ini adalah konteks situasi dan lingkungan di mana
tuturan itu terjadi. Kajian ilmu pragmatik sangat dipengaruhi oleh konteksnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

Sebagai cabang ilmu linguistik, pragmatik sangatlah penting dalam kajian ilmu
kebahasaan.
George (1964) dalam Rahardi (2003:12), telah menunjukkan bahwa ilmu
bahasa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa,
dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau
lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya. Terhadap tanda atau lambang
bahasa yang mencuat di sekelilingnya itu, manusia akan selalu akan bereaksi dengan
aneka kemungkinan sikap dan variasi tindakan atau perilakunya.
Kemudian Yule (2006:3-4), mengatakan bahwa pragmatik merupakan studi
tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar.
Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa
yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah
dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik melibatkan
penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks dan
bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Pragmatik
merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam situasi tertentu.
Cruse (2000:16) dalam Cummings (2007:2), memaparkan bahwa pragmatik
dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui
bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam
bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, tetapi yang juga muncul secara alamiah

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvesional dengan
konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut.
Levinson (1977) dalam Sudaryanto (2010:118), memaparkan beberapa
definisi pragmatik antara lain: Pragmatics is the study of those relations between
language and context that are gramaticalized, or encoded in the structure of
language (Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang
digramatikalisasikan atau dikodekan di dalam struktur bahasa). Pragmatics is the
study of relations between language and context that a basic to an account of
language understanding (Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan
konteks yang merupakan dasar bagi penjelasan tentang pemahaman bahasa).
Pragmatics is study of the ability of language users to pair sentences with thw context
in which they whould be appropriate (Pragmatik adalah kajian ihwal kemampuan
pengguna bahwa bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks sehingga
kalimat itu patut atau tepat diujarkan.

2.2.2 Konteks
Anwar (1984: 44-45), mengatakan bahwa istilah konteks sering digunakan
untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih
memahami masalah arti bahasa. Situasi itu dapat formal dan informal. Kata konteks
lebih luas jangkauannya. Konteks itu mencakup pengertian situasi tetapi ditambah
dengan pengertian lain. Konteks dari sebuah kata atau bicara dapat meliputi seluruh

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

latar belakang sosial dari masyarakat bahasa itu. Bila kita membaca kata-kata tertentu
dalam sebuah buku, kadang-kadang kita kurang kurang memahami kata itu tanpa
memahami isi buku itu secara keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa konteks daripada
kata-kata itu tadi adalah semua kata-kata yang digunakan dalam buku itu. Konteks itu
bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat mempengaruhi arti
bahasa.
Cumming (2005:5), mengatakan bahwa kita tidak dapat mendapatkan definisi
pragmatik yang lengkap bila konteksnya tidak disebutkan. Gagasan tentang konteks
berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti latar fisik tempat dihasilkannya
suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik, sosial dan epistemis. Meskipun
peran konteks dalam bahasa sudah lama diketahui, akan tetapi baru sekaranglah
kontribusi faktor-faktor konteks terhadap proses argumentasi diselidiki secara serius
oleh para ahli pragmatik.
Rahardi (2003:20), mengemukakan bahwa konteks tuturan dapat diartikan
sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang
diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur,
serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si
penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur.
Konteks sangat penting dalam memahami suatu tuturan, ia tidak menelaah
struktur bahasa secara internal melainkan secara eksternal. Konteks itu bisa berupa
bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat mempengaruhi arti bahasa itu.Istilah

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu
petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa (Anwar, 1984: 44). Gumperz
dan Hymes (dalam FX Nadar, 2009:7) menyatakan bahwa aspek tutur ada delapan
yang dapat dibuat akronim menjadi SPEAKING yaitu settings, participants, ends, act
of sequence, keys, instrumentalities, norms, dan genres (tempat, peserta tutur, tujuan
tuturan, urutan tuturan, cara, media, norma yang berlaku, dan genre).
x

Settings adalah tempat dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk di dalamnya
kondisi psikologis dan cultural yang menyangkut pertuturan tersebut.

x

Participant menyangkut peserta tutur.

x

Ends menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur.

x

Acts of sequence menunujuk pada saluran tutur yang dapat merupakan lisan
maupun tertulis.

x

Key menunujukkan cara dari pertuturan yang dilangsungkan.

x

Instrumentalities

menunjukkan

penggunaan

kaidah

berbahasa

dalam

pertuturan.
x

Norms adalah norma atau tuturan dalam berinteraksi.

x

Genre adalah kategori tuturan yang dapat merupakan puisi, surat, artikel, dan
sebagainya.
Leech (1983) dalam Sudaryanto (2010:119), memerikan konteks sebagai salah

satu komponen dalam situasi tutur. Menurut Leech, konteks didefinisikan sebagai
aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan social sebuah tuturan. Leech

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

menambahkan dalam definisinya tentang konteks yaitu sebagai suatu pengetahuan
latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh penutur dan petutur, dan konteks ini
membantu petutur manfsirkan atau menginterpretasikan maksud tuturan penutur.
Yule (1996) dalam Sudaryanto (2010:120), membahas konteks dalam
kaitannya dengaan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi referen-referen
yang bergantung pada satu atau lebih pemahaman orang itu terhadap ekspresi yang
diacu. Berkaitan dengan penjelasan tersebut. Yule membedakan konteks dengan
koteks. Konteks ia definisikan sebagai lingkungan fisik dimana sebuah kata
dipergunakan.
Cutting (2008) dalam Sudaryanto (2010:122), menjelaskan konteks adalah
pengetahuan ihwal dunia fisik dan social serta faktor-faktor sosio-psikologis yang
memengaruhi komunikasi sebagaimana pengetahuan waktu dan tempat di dalam katakata yang dituturkan atau dituliskan. Konteks merupakan pengetahuan yang dimiliki
bersama penutur dan petutur. Cutting membagi konteks menjadi tiga macam, yaitu
konteks situasional, konteks pengetahuan latar, dan koteks. Konteks situasional
berkaitan dengan situasi tempat interaksi tuturan, apakah penutur mengetahui ihwal
apa yang dapat mereka lihat di sekelilingnya. Konteks pengetahuan latar berkaitan
dengan apakah penutur dan petutur saling mengetahui ihwal budaya dan
interpersonal.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

2.2.3 Teori Maksud
Rahardi (2003:16−17), dalam bukunya telah berbicara perihal maksud dan
makna. Rahardi memaparkan bahwa makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat
terikat konteks (context dependent), sedangkan makna yang dikaji di dalam semantik
berciri b