Basa-basi dalam berbahasa antara abdi dalem dan keluarga bangsawan Kesultanan Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Novianti, Selvi. 2016. Basa-basi dalam Berbahasa Antara Abdi Dalem dan
Keluarga Bangsawan Kesultanan Yogyakarta. Skripsi Strata Satu (1).
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian yang berjudul “Basa-basi Dalam Berbahasa Antara Abdi Dalem dan
Keluarga Bangsawan Kesultanan Yogyakarta” ini membahas tentang wujud basa-basi
berbahasa, penanda linguistik dan nonlinguistik basa-basi berbahasa serta maksud
basa-basi berbahasa di ranah bangsawan. Tujuan dari penelitian ini untuk
mendeskripsikan wujud basa-basi berbahasa, penanda linguistik dan nonlinguistik
basa-basi berbahasa serta maksud basa-basi berbahasa Kesultanan Yogyakarta.
Subjek dalam penelitian ini adalah abdi dalem dan keluarga bangsawan Kesultanan
Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian
ini berisi gambaran tentang basa-basi berbahasa antara abdi dalem dan keluarga
bangsawan Kesultanan Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
berupa teknik catat dan rekam. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode simak
dan cakap yang di sejajarkan dengan metode wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) peneliti menemukan duabelas

wujud basa-basi berbahasa antara abdi dalem dan keluarga bangsawan Kesultanan
Yogyakarta. Keduabelas wujud basa-basi tersebut ialah basa-basi meminta maaf,
basa-basi belasungkawa, basa-basi ucapan selamat, basa-basi sapaan, basa-basi
berterimakasih, basa-basi mengundang, basa-basi menerima, basa-basi menolak,
basa-basi pemberitahuan, basa-basi izin, basa-basi bertanya, dan basa-basi
menawarkan. (2) Penanda linguistik dan nonlinguistik sebagai pelengkap informasi
dalam tuturan. (3) Maksud basa-basi berbahasa antara abdi dalem dan keluarga
bangsawan Kesultanan Yogyakarta adalah untuk memulai, mempertahankan,
mengukuhkan, menyampaikan maksud, dan menjalin relasi antara penutur dan mitra
tutur. Selain itu, basa-basi digunakan untuk mengekspresikan perasaan penutur
terhadap suatu tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Novianti, Selvi. 2016. Preamble Language Between Abdi Dalem and Families of
Noble Sultanate of Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language
Letter Education Study Program, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research about “Preamble Language Between Abdi Dalem and Families of
Noble Sultanate of Yogyakarta” discussed about a form of preamble language,
linguistics and non-linguistics marker preamble language and the purpose of it in the
Sultanate of Yogyakarta. The subjects in this research were abdi dalem and famillies
of noble sultanate of Yogyakarta.
This research about preamble language between abdi dalem and families of
noble sultanate of Yogyakarta is classified as descriptive qualitative research, because
it provides a reflection of preamble language between abdi dalem and families of
noble sultanate of Yogyakarta. Data collecting methods in this research is note and
record techniques. Additionally, this research is using listen and talk method which
was aligned with the interview method.
The results of this research shows that: (1) Researchers found 12 forms of
preamble language between abdi dalem and families of noble sultanate of
Yogyakarta. It consists preamble to apologizing, condolences, felicitating, greetings,
grateful, inviting, receiving, refusing, announcing, permission, asking, and offering.
(2) Linguistics and non-linguistics marker as a supplementary in pronunciation. (3)
The purpose of preamble language between abdi dalem and families of noble
sultanate of Yogyakarta is to initiate, maintain, strengthen, convey intentions, and to
establish relationship between speakers and listeners. In addition, the preamble is
used to express how speakers feel to a speech delivered by the listeners.


ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARA ABDI DALEM
DAN KELUARGA BANGSAWAN KESULTANAN
YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Selvi Novianti 111224045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:
Allah S.W.T yang selalu memberikan Rahmat dan FitrahNya.
Orangtua tercinta Ibu Sumirah S.Pd yang selalu memberikan dukungan dan

cinta kasih yang tulus dan Bapak Edi Pramono S.Pd yang mengajarkan
penulis tentang sikap mandiri dan pantang menyerah. Yerico Priasto yang
selalu menemani saat suka maupun duka.
Keluarga tersayang terutama Bapak Suwarta, S.S. Bapak Wagino dan Ibu
Giyar yang menjadi supporter terbesar dalam hidup penulis.
Sahabat terkasih Sinta Murtiandani dan Maria Budi Asih yang sudah bersedia
melangkah bersama dikala sedih maupun senang. Rekan satu payung
Surahmatwiyata, Dani Hertanto dan Fajar Nur Rahman yang sudah
memberikan dorongan untuk menyelesaikan tulisan ini. Antonia Ismu Ratih
teman perjuangan satu atap di rumah Mandiri.
Almamater Universitas Sanata Dharma

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
(QS Al-Insyirah:06)


v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Februari 2016
Penulis,

Selvi Novianti

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

: Selvi Novianti

Nomor Mahasiswa

: 111224045

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARA ABDI DALEM
DAN KELUARGA BANGSAWAN KESULTANAN YOGYAKARTA
Dengan demikian saya menyerahkan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan memublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, pada tanggal : 15 Februari 2016
Yang menyatakan,

Selvi Novianti

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Novianti, Selvi. 2016. Basa-basi dalam Berbahasa Antara Abdi Dalem dan
Keluarga Bangsawan Kesultanan Yogyakarta. Skripsi Strata Satu (1).
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian yang berjudul “Basa-basi Dalam Berbahasa Antara Abdi Dalem dan
Keluarga Bangsawan Kesultanan Yogyakarta” ini membahas tentang wujud basa-basi
berbahasa, penanda linguistik dan nonlinguistik basa-basi berbahasa serta maksud

basa-basi berbahasa di ranah bangsawan. Tujuan dari penelitian ini untuk
mendeskripsikan wujud basa-basi berbahasa, penanda linguistik dan nonlinguistik
basa-basi berbahasa serta maksud basa-basi berbahasa Kesultanan Yogyakarta.
Subjek dalam penelitian ini adalah abdi dalem dan keluarga bangsawan Kesultanan
Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian
ini berisi gambaran tentang basa-basi berbahasa antara abdi dalem dan keluarga
bangsawan Kesultanan Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
berupa teknik catat dan rekam. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode simak
dan cakap yang di sejajarkan dengan metode wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) peneliti menemukan duabelas
wujud basa-basi berbahasa antara abdi dalem dan keluarga bangsawan Kesultanan
Yogyakarta. Keduabelas wujud basa-basi tersebut ialah basa-basi meminta maaf,
basa-basi belasungkawa, basa-basi ucapan selamat, basa-basi sapaan, basa-basi
berterimakasih, basa-basi mengundang, basa-basi menerima, basa-basi menolak,
basa-basi pemberitahuan, basa-basi izin, basa-basi bertanya, dan basa-basi
menawarkan. (2) Penanda linguistik dan nonlinguistik sebagai pelengkap informasi
dalam tuturan. (3) Maksud basa-basi berbahasa antara abdi dalem dan keluarga
bangsawan Kesultanan Yogyakarta adalah untuk memulai, mempertahankan,
mengukuhkan, menyampaikan maksud, dan menjalin relasi antara penutur dan mitra

tutur. Selain itu, basa-basi digunakan untuk mengekspresikan perasaan penutur
terhadap suatu tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Novianti, Selvi. 2016. Preamble Language Between Abdi Dalem and Families of
Noble Sultanate of Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language
Letter Education Study Program, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research about “Preamble Language Between Abdi Dalem and Families of
Noble Sultanate of Yogyakarta” discussed about a form of preamble language,
linguistics and non-linguistics marker preamble language and the purpose of it in the
Sultanate of Yogyakarta. The subjects in this research were abdi dalem and famillies
of noble sultanate of Yogyakarta.
This research about preamble language between abdi dalem and families of
noble sultanate of Yogyakarta is classified as descriptive qualitative research, because
it provides a reflection of preamble language between abdi dalem and families of
noble sultanate of Yogyakarta. Data collecting methods in this research is note and

record techniques. Additionally, this research is using listen and talk method which
was aligned with the interview method.
The results of this research shows that: (1) Researchers found 12 forms of
preamble language between abdi dalem and families of noble sultanate of
Yogyakarta. It consists preamble to apologizing, condolences, felicitating, greetings,
grateful, inviting, receiving, refusing, announcing, permission, asking, and offering.
(2) Linguistics and non-linguistics marker as a supplementary in pronunciation. (3)
The purpose of preamble language between abdi dalem and families of noble
sultanate of Yogyakarta is to initiate, maintain, strengthen, convey intentions, and to
establish relationship between speakers and listeners. In addition, the preamble is
used to express how speakers feel to a speech delivered by the listeners.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T. atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga skripsi yang berjudul Basa-Basi dalam Berbahasa Antara
Abdi Dalem dan Keluarga Bangsawan Kesultanan Yogyakarta dapat peneiti
selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang selama ini
bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mendorong,
sabar dan memberikan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan
skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.
4. Kepada pihak Keraton Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada
penelitian untuk melakukan penelitian.
5. Para Dosen PBSI yang telah mendidik dan memberikan pengetahuan
yang berguna bagi penulis.
6. Sekretariat PBSI yang telah membantu kelancaran perkuliahan penulis.
7. Orang tua tercinta Bapak Edi Pramono dan terutama Ibu Sumirah bidadari
dalam kehidupanku. Bapak Suwarta dan Ibu Giyar yang telah menjadi

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

supporter terbesarku. Serta seluruh kerabat dekat yang tak pernah berhenti
mendukung dan mendoakan.
8. Sahabat-sahabatku Sinta Murtiandani, Maria Budi Asih, Dani Hertanto,
Surahmatwiyata, Fajar Nur Rahman, Antonia Ismu Ratih. Terima kasih untuk
dukungannya serta suka duka dalam mengerjakan skripsi.
9. Sahabat-sahabatku PBSI angkatan 2011 Prodi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia atas kerjasama, kebersamaan, semangat, suka-duka, dan semua
dinamika yang kita lalui bersama.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat menjadi kajian yang bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis

Selvi Novianti

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …....…………………………………………………………. iv
HALAMAN MOTO ………………………………………………………….……………………..

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………………………. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………………..……

vii

ABSTRAK ……………………………………………………………………………………………….

vii

ABSTRACT ……………………………………………………………………………………………….

viii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………

x

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………. xii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………

1

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………..

1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 8
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………….

8

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………...

9

1.5 Batasan Istilah ………………………………………………………….. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………... 12
2.1 Penelitian yang Relevan ………………………………………………... 12
2.2 Landasan Teori …………………………………………………………

18

2.2.1 Pragmatik ………………………………………………………...

18

2.2.2 Konteks …………………………………………………………...

19

x ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.3 Maksud dalam Pragmatik ………………………………………...

22

2.2.4 Aspek-aspek Kebahasaan Penanda Basa-basi ……………………

24

2.2.5 Fenomena Pragmatik ………………………………………..……

30

2.2.6 Kesantunan Berbahasa …………………………………………....

36

2.2.7 Basa-basi ………………………………………………………….

38

2.2.8 Kerangka Berfikir ………………......……………………...........

40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………...……..

43

3.1 Jenis Penelitian …………………………………………………………

43

3.2 Data dan Sumber Data …………………………………………………

43

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………………………………... 46
3.4 Metode Analisis Data …………………………………………………... 48
3.5 Triangulasi Data ………………………………………………………... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………...

50

4.1 Deskripsi Data ………………………………………………………….. 50
4.1.1 Basa-basi Katergori Sapaan ……………………………………... 51
4.1.2 Basa-basi Katergori Terima Kasih ………………………………. 52
4.1.3 Basa-basi Katergori Menolak ……………………………………

53

4.1.4 Basa-basi Katergori Menerima …………………………………..

54

4.1.5 Basa-basi Katergori Belasungkawa ……………………………...

56

4.1.6 Basa-basi Katergori Meminta Maaf ……………………………... 57
4.1.7 Basa-basi Katergori Ucapan Selamat ……………………………

58

4.1.8 Basa-basi Katergori Mengundang ……………………………….

59

4.1.9 Basa-basi Katergori Menawarkan ……………………………….

60

4.1.10 Basa-basi Katergori Izin ………………………………………..

61

4.1.11 Basa-basi Katergori Pemberitahuan ……………………………

62

4.1.12 Basa-basi Katergori Bertanya …………………………………..

63

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2 Analisis Data …………………………………………………………… 64
4.2.1 Analisis Data Wujud Basa-basi ………………………………….

65

4.2.1.1 Wujud Basa-basi Sapaan ………………………………... 65
4.2.1.2 Wujud Bas-basi Terima Kasih …………………………..

66

4.2.1.3 Wujud Basa-basi Menolak ………………………………

68

4.2.1.4 Wujud Basa-basi Menerima …………………………….

69

4.2.1.5 Wujud Basa-basi Belasungkawa ………………………...

70

4.2.1.6 Wujud Basa-basi Meminta Maaf ………………………... 71
4.2.1.7 Wujud Basa-basi Ucapan Selamat ………………………

72

4.2.1.8 Wujud Basa-basi Mengundang ………………………….

73

4.2.1.9 Wujud Basa-basi Menawarkan ………………………….. 74
4.2.1.10 Wujud Basa-basi Izin ………………………………......

75

4.2.1.11 Wujud Basa-basi Pemberitahuan ………………………

76

4.2.1.12 Wujud Basa-basi Bertanya ……………………………..

77

4.2.2 Analisis Data Penanda Linguistik dan Nonlinguistik Basa-basi ...

78

4.2.2.1 Basa-basi Sapaan ………………………………............... 78
4.2.2.2 Basa-basi Terima Kasih ………………………………....

80

4.2.2.3 Basa-basi Menolak ………………………………............

81

4.2.2.4 Basa-basi Menerima ……………………………….......... 82
4.2.2.5 Basa-basi Belasungkawa ………………………………...

84

4.2.2.6 Basa-basi Meminta Maaf ………………………………..

85

4.2.2.7 Basa-basi Ucapan Selamat ………………………………

87

4.2.2.8 Basa-basi Mengundang ……………………………….....

88

4.2.2.9 Basa-basi Menawarkan ……………………………….....

89

4.2.2.10 Basa-basi Izin ………………………………..................

90

4.2.2.11 Basa-basi Pemberitahuan ………………………………

92

4.2.2.12 Basa-basi Bertanya ……………………………….........

93

4.2.3 Analisis Data Maksud Basa-basi ………………………………...

94

x iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.3.1 Basa-basi Sapaan ………………………………............... 95
4.2.3.2 Basa-basi Terima Kasih ………………………………....

96

4.2.3.3 Basa-basi Menolak ………………………………............

98

4.2.3.4 Basa-basi Menerima ……………………………….......... 99
4.2.3.5 Basa-basi Belasungkawa ………………………………...

100

4.2.3.6 Basa-basi Meminta Maaf ………………………………..

101

4.2.3.7 Basa-basi Ucapan Selamat ………………………………

103

4.2.3.8 Basa-basi Mengundang ……………………………….....

104

4.2.3.9 Basa-basi Menawarkan ……………………………….....

105

4.2.3.10 Basa-basi Izin ………………………………..................

106

4.2.3.11 Basa-basi Pemberitahuan ………………………………

107

4.2.3.12 Basa-basi Bertanya ………………………………..........

108

4.3 Pembahasan ……………………………………………………………

110

4.3.1 Wujud Basa-basi Berbahasa ……………………………………..

110

4.3.1.1 Basa-basi Sapaan ………………………………………... 111
4.3.1.2 Basa-basi Terima Kasih …………………………………

113

4.3.1.3 Basa-basi Menolak ……………………………………… 116
4.3.1.4 Basa-basi Menerima …………………………………….

118

4.3.1.5 Basa-basi Belasungkawa ………………………..............

120

4.3.1.6 Basa-basi Meminta Maaf ………………………..............

122

4.3.1.7 Basa-basi Ucapan Selamat ………………………………

123

4.3.1.8 Basa-basi Mengundang ………………………………….

125

4.3.1.9 Basa-basi Menawarkan ………………………………….

127

4.3.1.10 Basa-basi Izin ………………………………………….

130

4.3.1.11 Basa-basi Pemberitahuan ………………………………

132

4.3.1.12 Basa-basi Bertanya …………………………….............

134

4.3.2 Penanda Linguistik dan Non-linguistik Basa-basi Berbahasa …..

136

4.3.2.1 Basa-basi Sapaan ............................................................... 137
xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.3.2.2 Basa-basi Terima Kasih …………………..……………..

139

4.3.2.3 Basa-basi Menolak ………………………………………

140

4.3.2.4 Basa-basi Menerima ……………………………………. 141
4.3.2.5 Basa-basi Belasungkawa ………………………………...

142

4.3.2.6 Basa-basi Meminta Maaf ……………………………...

144

4.3.2.7 Basa-basi Ucapan Selamat ………………………………

145

4.3.2.8 Basa-basi Mengundang ………………………………….. 145
4.3.2.9 Basa-basi Menawarkan ………………………………......

146

4.3.2.10 Basa-basi Izin ……………………………….................

147

4.3.2.11 Basa-basi Pemberitahuan ……………..…….………….

148

4.3.2.12 Basa-basi Bertanya ……………………………………..

150

4.3.3 Maksud Basa-basi Berbahasa ………………………………........

151

4.3.3.1 Basa-basi Sapaan ………………………………............... 152
4.3.3.2 Basa-basi Terima Kasih ………………………………....

153

4.3.3.3 Basa-basi Menolak ………………………………............

155

4.3.3.4 Basa-basi Menerima ……………………………….......... 157
4.3.3.5 Basa-basi Belasungkawa ………………………………...

159

4.3.3.6 Basa-basi Maaf ……………………………….................. 160
4.3.3.7 Basa-basi Ucapan Selamat ………………………………

162

4.3.3.8 Basa-basi Mengundang ……………………………….....

163

4.3.3.9 Basa-basi Menawarkan ……………………………….....

165

4.3.3.10 Basa-basi Izin ………………………………..................

167

4.3.3.11 Basa-basi Pemberitahuan ………………………………

169

4.3.3.12 Basa-basi Bertanya ………………………………..........

170

BAB V PENUTUP ……………………………….........…………………..

173

5.1 Simpulan ……………………………….........………………………….

173

5.1.1 Wujud Tuturan Basa-basi Berbahasa ……………………….…… 173
xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5.1.2 Penanda Linguistik dan Nonlinguistik Basa-basi Berbahasa ..…..

174

5.1.3 Maksud Tuturan Basa-basi Berbahasa ……………………..…… 175
5.2 Saran ……………………………….........……………………………...

180

DAFTAR PUSTAKA ……………………………….........……………….. 181
LAMPIRAN TRIANGGULASI ……………….........…...….……………

xvii

184

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal yang lumrah terjadi di lingkungan sekitar.
Komunikasi ini terjalin sebagai bentuk bagian dari interaksi di masyarakat. Saat
berinteraksi, komunikasi dapat diamati bahwa sebagian besar penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa yang telah disepakati.
Sejatinya, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi mampu membuktikan
bahwa keberadaannya sangat penting di masyarakat. Adanya bahasa, antara penutur
dan mitra tutur dapat saling berinteraksi baik dalam hal bekerjasama, tukar pendapat,
memutuskan suatu masalah, ataupun hanya sekedar sapaan untuk menjalin keakraban
antara penutur dan mitra tutur. Selain itu, penggunaan bahasa dalam berkomunikasi
dapat menggambarkan seberapa santunnya orang tersebut dalam arti semakin baik
pemilihan bahasa yang digunakan maka akan dianggap akan lebih santun.
Saat berinteraksi dalam komunikasi, pemilihan bahasa yang santun memang
hendaknya digunakan agar hubungan antara mitra tutur dan penutur dapat terjaga
dengan baik. Tetapi, pemilihan bahasa yang santun saja nampaknya tidak cukup.
Interaksi yang terjalin saat berkomunikasi sering sekali menimbulkan keadaan sangat
ringan, dingin, bahkan bisa mencapai keadaan hening atau sebaliknya dapat membuat
susana menjadi berat, tegang, kaku, bahkan bisa mencapai suasana ricuh walaupun
sudah menggunakan bahasa yang santun. Keadaan seperti itu dapat dihindari dan
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

diantisipasi sebelumnya yaitu dengan menggunakan selingan bahasa. Sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Mualafina (2013:1) “Untuk menghindari hal
tersebut, seseorang sering sekali menggunakan bahasa selingan sebagai pengisi dan
pencair suasana atau justru peredam suasana tegang yang mungkin muncul”.
Masyarakat jawa pada umumnya masih menggunakan bahasa selingan saat
berkomunikasi disamping nilai sopan santun tetap dijaga. KBBI edisi keempat (2008:
143), basa-basi adalah (1) adat sopan santun; tata karma pergaulan, (2) ungkapan
yang digunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi,
misalnya kalimat “Apa kabar?” yang diucapkan apabila kita bertemu dengan kawan
(3) perihal menggunakan ungkapan semacam itu.
Hymes (1974:60) dalam Mualafina, (2013:2) secara implisit mengungkapkan
bahwa bentuk komunikasi itu berkaitan dengan aturan yang ada dalam suatu
masyarakat bahasa berupa norma yang berlaku. Pendapat Hymes mengartikan bahwa
dalam interaksi komunikasi penggunaan basa-basi itu sangat diperlukan kehadirannya
baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk memberikan kesan segar pada
percakapan yang terjadi.
Contoh;
1. Konteks: Pak sambas merupakan rekan kerja dari Pak Edi dan berniat untuk
meminta tolong melalui via telepon.
Pak sambas : “Halo pak Edi!”
Waduh gimana nih kabar Ente?”
Pak Edi

: “Halo juga pak Sambas!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

Alhamdulillah kabarnya baik. Gimana kabar ente? Makin
sukses aja.”
Pak Sambas : “Bisa aja!. Gimana sibuk ga nih?”
Pak Edi

: ”Oh.. Engga-engga! Ada apa nih tumben telepon”

Pas Sambas : “Gini nih. Surat yang kemarin di telegramin tanggal
pelaksanaanya salah teknis. Itu bukan tanggal 20 tapi tanggal
28

karena

tanggal

20

Kapolri

lagi

ada

sosialisasi

kemasyarakat buat program kerja lingkungan masyarakat.
kemarin kaget juga saya, pas Pak Junaidi tanya ke saya ya itu
ternyata anggota salah teknis penulisan.“
Pak Edi

: ”Oh.. Siap.. Siap.. Nanti lebih lanjut saya akan
konfirmasi keseluruh anggota.”

Pak Sambas

: ”Baik. Terimakasih banyak kalau begitu saya jadi
lega.”

Pak Edi

: “Oh Siap. Tidak apa-apa.”

Pak Sambas : ”Kalau begitu Terimakasih. Maaf dah ganggu nih!
Hehe Assalamualaikum.”
Pak Edi

: “Wah Endak! Nggih. Waalaikumusalam.”

Pada contoh dialog (1) konteksnya ketika Pak Sambas sedang menelepon Pak
Edi. Percakapan diatas sengaja digaris bawah sebagai penanda bentuk basa-basi
sebagai pencair suasana setidaknya terdapat basa-basi sebagai pembuka-penutup.
Tuturan pak Sambas atau si penutur tersebut termasuk basa-basi karena digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

pada awalan atau pembukaan perbincangan ketika Pak Sambas menelepon dengan
Pak Edi sebagai mitra tuturnya. Ungkapan “halo” dipakai secara otomatis sesuai
dengan sapaan dalam telepon. Kemudian pada tuturan “Waduh gimana nih kabar
Ente?” menunjukkan tuturan yang hanya sebatas menjaga hubungan sosial sebelum si
penutur menyampaikan maksud dari pembicaraannya karena si penutur dan mitra
tutur yang merupakan rekan dalam kerja yang berbeda kantor dan jarang berjumpa.
Tuturan “Alhamdulillah kabarnya baik. Gimana kabar Ente? Makin sukses aja ya?”
menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya, karena tuturan Pak Edi berniat agar Pak
Sambas merasa tersanjung atas pujian yang dilontarkan yang semata-mata untuk
menjaga relasi yang baik. Komunikasi di atas merupakan basa-basi karena ditujukan
untuk menjaga hubungan sosial antara si penutur dan mitra tutur sebelum si penutur
menyampaikan maksud atas pembicaraannya. Tanpa adanya basa-basi dalam
percakapan maka akan terasa janggal apabila komunikasi tersebut dilakukan. sebagai
contoh:
2. (Percakapan contoh 1 tanpa menggunakan basa-basi)
Pak Sambas

:“Gini nih. Surat yang kemarin di telegramin tanggal

pelaksanaanya salah teknis. Itu bukan tanggal 20 tapi tanggal 28 karna
tanggal 20 kapolri lagi ada sosialisasi kemasyarakat buat program kerja
lingkungan masyarakat. Kemarin kaget juga saya pas Pak Junaidi tanya
ke saya yaa itu ternyata anggota salah teknis penulisan. Pak Edi
:”Oh.. Siap.. Siap.. Nanti lebih lanjut saya akan konfirmasi keseluruh
anggota.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

Dari kedua contoh diatas, bisa kita bandingkan mana percakapan yang
mengandung unsur keakraban, menyegarkan dan memelihara nilai kesopanan. Hal ini
sejalan dengan pemikiran dari Sudaryanto dalam penelitian Susilo (2014) menyatakan
bahwa “Basa-basi itu sejalan dengan fungsi fatis yaitu untuk pembuka, pembentuk,
pemelihara hubungan atau kontak antara penutur dengan lawan tutur, sehingga
fungsi fatis ini sejajar dengan faktor kontak awal dalam komunikasi.” Selain itu,
Robinson (1992:210) dalam penelitian Mualafina mengatakan bahwa basa-basi dalam
percakapan berperan sebagai sarana untuk menghindari masalah yang mungkin
terjadi salah satunya adalah pelanggaran terhadap nilai kesopanan.
Berkaitan dengan ini, bentuk basa-basi kaitannya dalam interaksi komunikasi
dapat dijumpai dalam lingkungan Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Setidaknya
peneliti menemukan bahwa baik antara abdi dalem dengan keluarga bangsawan
Kesultanan Yogyakarta menggunakan bahasa selingan saat interaksi berkomunikasi
meskipun notabene lingkungan Keraton Yogyakarta Hadiningrat adalah lingkungan
bangsawan. Penggunaaan bahasa selingan dalam bentuk basa-basi ini dapat hadir
pada saat awal pembicaraan (pembukaan), diantara pembicaraan yang berlangsung
(tengah-tengah), ataupun dipenghujung pembicaraan (penutup). Misal basa-basi hadir
dalam sapaan antara abdi dalem dengan salah satu keluarga bangsawan. Contoh
3. Konteks: abdi dalem sedang melintas di dekat KRT Yudhaningrat (salah
satu kerabat/keluarga dari Sri Sultan Hamengkubuono V)
abdi dalem : “Suggeng injing Kanjeng” (posisi badan agak sedikit
membungkuk dan senyum)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

KanjengYudha : “Njiih, monggo” (menghentikan aktivitas sebentar posisi
badan berdiri tegak dan senyum mengarah abdi dalem)
Perkembangan kota Yogyakarta sejak didirikan pada tahun 1756 memang
telah memberikan lingkungan tempat berbagai golongan masyarakat untuk
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, karena sejak semula pendirian kota
bertalian dengan kedudukan raja dan para keturunannya, sehingga membentuk suatu
stratifikasi sosial yang mempunyai peran penting dalam dinamika masyarakat kota
Yogyakarta.
Stratifikasi sosial yang terbentuk di lingkungan Keraton tentunya akan
mempengaruhi pola kebahsaan yang ada. Dari pola kebahasaan yang ada di
masyarakat nantinya akan mencerminkan norma yang berlaku. Norma berlaku di
masyarakat ini biasanya bisa terlihat atas penilaian kesopanan. Pandangan ini sejalan
dengan Apri yang ditulis melalui skripsinya 2014 “Salah satu aspek norma yang
muncul apabila kita berbahasa adalah nilai-nilai kesopanan. Dalam hal ini
masyarakat mempunyai aturan-aturan tertentu tentang nilai-nilai kesopanan yang
tidak tertulis dan hanya disepakati sejak turun-temurun. Apabila masyarakat
pengguna bahasa dalam berkomunikasi berlaku tidak sopan, maka dia akan dikenai
sangsi, seperti dianggap tidak sopan, bahkan mendapat teguran dan cemoohan.”
Seperti halnya yang kita ketahui bahwa stratifikasi sosial atau pelapisan
masyarakat di Yogyakarta sangat bertalian dengan kedudukan Keraton di dalam
struktur sosial Jawa. Jika digambarkan dalam bentuk kerucut, yang di atas sekali dari
sistem pelapisan masyarakat ialah sultan. Lapisan kedua terdiri dari kerabat Keraton

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

atau sentana dalem, kemudian menyusul lapis ke tiga yang terdiri dari mereka yang
bekerja pada administrasi kesultanan maupun pemerintahan yang disebut abdi dalem
atau kaum priyayi. Lapisan ke empat ialah golongan wong cilik yang sering disebut
juga sebagai rakyat jelata, baik penduduk kota maupun yang di pedesaan.
Peneliti mengambil topik basa-basi dalam berbahasa antara abdi dalem dan
keluarga kerajaan Yogyakarta karena penelitian yang berkaitan dengan basa-basi
masih belum banyak diteliti dalam kajian pragmatik. Selain itu, bahasa di Keraton
Yogyakarta menarik untuk dikaji, karena dalam perkembangannya, bahasa di
lingkungan Keraton belum banyak mendapat perhatian dari kaum akademisi, hal ini
terlihat dari masih sedikitnya literatur mengenai kebahsaaaan di Keraton padahal
dengan adanya penelitan terhadap kebahasan yang ada di Keraton kita bisa ikut andil
dalam hal memelihara kebudayaan kali ini konteksnya pada bidang kebahasaan. Dari
segi norma, kita ketahui bahwa Keraton Yogyakarta merupakan salah satu kerajaan
yang ada di pulau Jawa dan sebagaimana kita ketahui pula bahwa sebuah kerajaan
sangat identik dengan berlakunya norma yang terwujudkan dari nilai sopan santun
yang mencerminkan identitas dari kaum bangsawan. Sopan santun itu sendiri dapat
dinilai dari bahasa yang digunakan abdi dalem dengan keluarga bangsawan
Kesultanan Yogyakarta. Di sisi pendidikan, basa-basi jelas memiliki hubungan
dengan karakter sopan santun oleh sebab itu penelitian basa-basi berbahasa di lingkup
Keraton Yogyakarta ini sangat menarik untuk diteliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
a.

Apa sajakah wujud basa-basi dalam berbahasa antara abdi dalem dan
keluarga bangsawan Kesultanan Yogyakata?

b.

Apa sajakah penanda linguistik dan nonlinguistik basa-basi dalam
berbahasa antara abdi dalem dan keluarga bangsawan Kesultanan
Yogyakarta?

c.

Apa sajakah maksud basa-basi dalam berbahasa antara abdi dalemdan
keluarga bangsawan Kasultanan Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.

Mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antara abdi dalem
dengan keluarga bangsawan Kesultanan Yogyakata

b. Mendeskripsikan penanda linguistik dan nonlinguistik basa-basi dalam
berbahasa

antara abdi dalem dengan keluarga bangsawan Kesultanan

Yogyakarta
c. Mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antara abdi dalem
dengan keluarga bangsawan Kesultanan Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian basa-basi dalam berbahasa antara abdi dalemdengan keluarga
bangsawan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan.
Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan lebih mendalam tentang
pengembangan pragmatik khususnya yang berkaitan dengan basa-basi. Penelitian ini
memiliki kegunaan teoretis karena dengan memahami teori-teori yang dikemukakan
oleh beberapa para ahli yang berkaitan dengan bidang penelitian.
b. Manfaat Praktis
Penelitian basa-basi berbahasa ini diharapkan dapat memberikan masukan
terutama pada pihak Kesultanan Yogyakarta yakni abdi dalem dan keluarga kerajaan.
Selain itu juga memberikan masukan bagi masyarakat luas pada umumnya untuk
membuka serta mempererat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur dalam
berkomunikasi.

1.5 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan di penelitian ini tidak lepas dari teori basa-basi
berbahasa dalam ilmu pragmatik, maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai
berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

1.

Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mengkaji makna secara permukaan
dalam sebuah kontek (konteks situasi tuturan)

2.

Phatic Communion adalah kelas kata yang digunakan dalam suasana
ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi.

3.

Basa-basi adalah bentuk percakapan yang tidak mengandung informasi
melainkan hanya sebatas bahasa selingan saat percakapan berlangsung
demi menjaga nilai kesopanan atau hanya sekedar menjalin sebuah
keakraban antara penutur dan mitra tutur

4.

Wujud Basa-basi ialah sesuatu yang menunjukkan adanya tuturan yang
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara dalam suatu tuturan.

5.

Maksud

Basa-basi

ialah

sesuatu

yang

sungguh-sungguh

ingin

disampaikan oleh penutur dan hanya bersumber dari penutur.
6.

Penanda basa-basi merupakan tanda yang bersifat non-kebahasaan yang
digunakan dalam berkomunikasi khususnya dalam basa-basi berbahasa.

7.

Konteks adalah kondisi atau situasi lingkungan yang digunakan penutur
untuk memperjelas penyampaian informasi. Konteks itu bias terlihat dari
kondisi tempat dan waktu sehingga dapat mendukung penyampaian
penutur kepada mitra tutur.

8.

Abdi dalemmerupakan orang yang berdedikasi tinggi, mengabdikan
dirinya untuk menjaga kebudayaan Keraton/Kesultanan Yogyakarta setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

diangkat/dilantik secara resmi melalui proses seleksi dan wisuda oleh pihak
Keraton/Kesultanan Yogyakarata.
9.

Keluarga Bangsawan merupakan orang yang resmi menyandang gelar
silsilah(kesultanan) dari raja baik yang berstatus bilateral (memiliki garis
keturunan) ataupun patrilineal (hubungan kekerabatan terjadi karena
pernikahan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang relevan, landasan
teori dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan pada bab ini berisi tentang
tinjauan terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Landasan teori berisi tentang teori-teori yang peneliti gunakan sebagai landasan
analisis dari penelitian serta dapat memberikan kelengkapan dan pembuktian dari
penelitian yang peneliti lakukan. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang
berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab
rumusan masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan
Pragmatik sebagai salah satu cabang ilmu bahasa mangalami perkembangan
yang pesat belakangan ini. Meskipun dalam dunia kebahasaaan, pragmatik bukan
ilmu yang baru akan tetapi terdapat basa-basi berbahasa dalam kajian ilmu pragmatik
yang merupakan fenomena baru. Sejauh ini menurut pengetahuan penelti, penelitian
mengenai kegiatan basa-basi berbahasa dalam ranah bangsawan belum pernah
dilakukan. Namun terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian yang berkaitan
dengan basa-basi berbahasa dalam ranah bangsawan yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Fitri Apri Susilo (2014), Sailal Arimi (1998), Maria Ulfa T.R. (2012), dan
Rawinda Fitrotul Mualafina (2013).
12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Apri Susilo pada tahun 2014
membahas tentang wujud basa-basi berbahasa dan maksud basa-basi berbahasa di
ranah pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud basa-basi
berbahasa dan mendeskripsikan maksud basa-basi berbahasa antarguru di SMP N 12
Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru di
SMP N 12 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian basa-basi berbahasa antarguru di SMP N12 Yogyakarta termasuk
dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitiannya berisi gambaran basa-basi
guru dan guru yang diperoleh langsung di SMP N 12 Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
(konfirmasi kepada informan) dengan bekal teori basa-basi berbahasa. Metode
pengumpulan data yakni, pertama, metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan
kedua, metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan
dengan teknik pancing. Dalam analisis data, penelitian ini menggunakan metode
kontekstual, yakni memerantikan dimensi-dimensi konteks dalam mengintepretasi
data yang telah berhasil diidentifikasi, diklasifikasi dan ditipifikasi. Dalam penelitian
ini, peneliti mencoba memahami fenomena basa-basi yang digunakan oleh penutur
maupun mitra tutur untuk menyampaikan maksud tuturannya. Oleh sebab itulah,
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap
penggunaan basa-basi terutama penggunaan bahasa dalam tindakan komunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Sailal Arimi pada tahun 1998 dalam
penelitiannya berjudul Basa-basi dalam Masyarakat Bahasa Indonesia. Penelitian ini
bertujuan: (1) mendapatkan gambaran tentang etnografi berbasa-basi bagi penutur
bahasa Indonesia, dan memperoleh pengetahuan yang memadai tentang aturan, atau
kaidah penyampaian basa-basi dalam bahasa Indonesia, (2) mendapatkan kejelasan
kembali atas fungsi basa-basi, (3) menemukan jenis-jenis basa-basi, distribusinya
dalam wacana interaktif, beserta hubungannya dengan strategi berbasa-basi yang
tepat, dan (4) menemukan kekhasannya dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dilakukan oleh Sailal Arimi
menghasilkan kesimpulan, yakni basa-basi sebagai tuturan rutin yang tidak
mementingkan informasi merupakan simbol tindakan sosial secara verbal untuk
bertegur sapa, bersopan-santun, dan beramah tamah guna menciptakan hubungan
solidaritas dan harmonisasi antar penutur. Masyarakat penutur membutuhkan basabasi dikaitkan dengan hakikat fungsi interaksional baik untuk membina atau
mempertahankan hubungan sosial antarpenutur. Dari sudut relasi sosial antarpenutur
yang dihasilkan (outcome), bagi penutur basa-basi merupakan upaya untuk
memperoleh rasa solidaritas dan harmonisasi dengan mitra tutur. Dari sudut fungsi
hakiki bahasa, basa-basi merupakan sejemput fenomena bahasa yang berfungsi
sebagai pemelihara kerjasama dan sangat reflektif. Basa-basi dalam masyarakat
bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basabasi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa
yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan
menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan
basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan
realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk
menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basabasi polar sosial dan basa-basi polar personal. Basa-basi bersifat universal sehingga
menghasilkan kekhasan-kekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan
sistem bahasa. Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari
satu bahasa ke bahasa lain (dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa inggris atau
sebaliknya) dapat menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Maria Ulfa T.R. pada tahun 2012 dengan
penelitiannya yang berjudul Tipe Basa-basi dalam Dialog Sinetron Si Doel Anak
Sekolahan. Penelitian tersebut terdapat beberapa masalah yang dianalisis oleh
peneliti, yaitu (1) dialog mana saja yang tergolong basa-basi, (2) apa saja topik basabasi yang dipergunakan pada dialog sinetron “SDAS”, (3) bagaimanakah tipe
penggunaan basa-basi dalam sinetron “SDAS” berdasarkan suasana, dan (4)
bagaimana efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinteron “SDAS”. Dari
beberapa rumusan masalah tersebut, maka peneliti ingin mengetahui dialog mana saja
yang tergolong basa-basi, mendapatkan kejelasan tentang topik basa-basi yang
dipergunakan pada sinetron “SDAS”, menemukan tipe penggunaan basa-basi dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

sinetron “SDAS” berdasarkan suasana, dan menemukan efek basa-basi terhadap
interaksi sosial dalam sinetron “SDAS”. Dari penelitian yang dilakukan oleh Maria
Ulfa T.R. menemukan bahwa tuturan basa-basi pada sinetron “SDAS” memiliki topik
yang khas, seperti topik keadaan, topik aktifitas, topik julukan, topik keselamatan,
topik tujuan, topik kehadiran, topik jasa, topik perilaku, topik perpisahan, topik
kesepakatan, topik waktu, dan topik identitas. Selain memiliki topik yang khas, basabasi dalam sinetron “SDAS” juga memiliki tipe yang juga memiliki karakteristik
yang khas. Tipe basa-basi yang berhasil dianalisis yaitu (1) basa-basi apologi, (2)
basa-basi salam untuk suasana santai, (3) basa-basi perhatian untuk suasana sibuk, (4)
basa-basi persilahan untuk suasana sepi, dan (5) basa-basi pujian untuk suasana
gembira. Selain itu, peneliti juga menemukan empat efek basa-basi terhadap interaksi
sosial dalam sinetron “SDAS”, yaitu (1) efek eksistensi, (2) efek akrab, (3) efek
nyaman, dan (4) efek dihargai.
Penelitian yang keempat dilakukan oleh Rawinda Fitrotul Mualafina pada tahun
2013 dengan penelitiannyayang berjudul Basa-Basi dalam Interaksi Jual Beli Di
Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. Penelitian tersebut terdapat tiga rumusan
masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu bagaimana (1) bentuk, jenis, dan
distribusi basa-basi yang digunakan dalam percakapan jual beli di pasar tradisional
Kertek; (2) apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan bentuk, jenis,
dan distribusi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek; (3) bagaimana
fungsi dari penggunaan basa-basi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

Kertek. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap ketiga permasalahan
dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: (1)basa-basi yang digunakan dalam
komunikasi di Pasar Kertek Wonosobo ini berbeda dengan basa-basi yang digunakan
di tempat lain,(2) melalui pembahasan mengenai bentuk dan jenis, diperoleh fakta
bahwa suatu kalimat mampu menyampaikan maksud yang berbeda dengan bentuk
fisik kalimat tersebut,(3)ujaran basa-basi yang digunakan di Pasar Kertek ini hadir
pada tiga posisi dalam struktur percakapan jual beli terjadi, yaitu rangkaian
pembukaan atau opening sequences, rangkaian sisipan atau insertion sequences, dan
rangkaian penutup atau closing sequences, (4)sebagai salah satu bentuk bahasa dalam
masyarakat, penggunaan basa-basi tidak dapat terlepas dari sejumlah faktor sosial
tertentu yang berpengaruh terhadap bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang
digunakan dalam sebuah percakapan jual-beli, (5) melalui enam fungsi yang ditemui
dalam penggunaan basa-basi diketahui bahwa meskipun kehadirannya manasuka dan
tidak mengandung informasi yang baru, kedudukan penggunaan basa-basi dalam
percakapan tetaplah penting dalam kaitannya dengan fungsi secara sosial.
Perbedaan antara penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian yang
dilakukan peneliti saat ini adalah subjek penelitian. Penelitian yang berudul BasaBasi Dalam Berbahasa Antara Abdi Dalem dan Keluarga Bangsawan Kesultanan
Yogyakarta menggunakan subjek abdi dalem dan keluarga bangsawan kesultanan
Yogyakarta dalam penelitiannya. Hal inilah yang membedakan dengan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

peneliti-peneliti sebelumnya, dimana penelitian yang terdahulu belum ada yang
menggunakan subjek yang sama dengan peneliti.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang sudah dikenal dalam dunia kebahasaan
sejak lama. Akhir-akhir ini, kemajuan dunia pengetahuan telah membawa pragmatik
dalam perkembangan yang pesat. Penelitian – penelitian dalam ranah pragmatik
mulai mendapat banyak perhatian baik dari kalangan mahasiswa ataupun linguis
karena selain belum banyak yang menggali lebih mendalam bidang pragmatik,
cakupannya bidang cukup luas. Selain itu, hasil kajian pragmatik dapat memberi
kontribusi secara nyata.Rahardi (2003:10) mengatakan bahwa