Basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga Kasultanan Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Hertanto, Dani. 2015. Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga
Kasultanan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas tentang basa-basi berbahasa antaranggota
keluarga Kasultanan Yogyakarta. Penelitian ini ingin menjawab tiga masalah,
yaitu: (a) apa sajakah wujud basa-basi dalam berbahasa antarangota keluarga
Kasultanan Yogyakarta, (b) apa sajakah penanda linguistik dan nonlinguistik
basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga Kasultanan Yogyakarta, dan (c)
apa sajakah maksud basa-basi dalam berbahasa antarkeluarga Kasultanan
Yogyakarta.
Dilihat berdasarkan metodenya, penelitian ini termasuk dalam penelitian
deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah anggota keluarga
Kasultanan Yogyakarta. Data penelitian ini berupa tuturan basa-basi yang
diucapkan oleh keluarga Kasultanan Yogyakarta. Metode pengumpulan data

yakni, pertama, metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode
cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan
(kuesioner) teknik pancing. Dalam analisis data, penelitian ini dilakukan
menggunakan metode analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensidimensi konteks dalam menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan,
diidentifikasi, dan diklasifikasikan.
Simpulan dari penelitian ini adalah (1) Wujud basa-basi berbahasa
antaranggota keluarga Kasultanan Yogyakarta terbagi menjadi delapan
subkategori. Kedelapan subkategori tersebut ialah basa-basi salam, basa-basi
terima kasih, basa-basi menolak, basa-basi menerima, basa-basi meminta maaf,
basa-basi berbelasungkawa, basa-basi mengucapkan selamat, dan basa-basi
mengundang. (2) Penanda basa-basi linguistik yang ditemukan adalah (a) diksi,
(b) kata fatis, (c) nada, (d) tekanan, dan (d) intonasi. Penanda basa-basi
nonlinguistik dapat dilihat berdasarkan konteks melingkupi tuturan. Konteks
tersebut meliputi (a) penutur dan mitra tutur, (b) tujuan penutur, (c) situasi dan
suasana, dan (d) tindak tutur. (3) Maksud basa-basi berbahasa antaranggota
keluarga Kasultanan Yogyakarta adalah untuk memulai, mempertahankan atau
mengukuhkan, menjalin relasi antara penutur dan mitra tutur, serta untuk
menyampaikan berbagai maksud.
Kata kunci: basa-basi, penanda basa-basi, wujud basa-basi, maksud basa-basi


viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Hertanto, Dani. 2015. The Phatic of Communicating Among The Family
Members in Kingdom of Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP,
USD.
This research discusses about the phatic communication among the family
members in Kingdom of Yogyakarta. This research is about to answer three
questions, which are (a) what are the forms of phatic of communicating among the
family members in Kingdom of Yogyakarta, (b) what are the linguistic markers
and nonlinguistic phatic of communicating among the family members in
Kingdom of Yogyakarta, and (c) what are the intentions of the phatic of
communication among the family members in Kingdom of Yogyakarta.

Based on the methods, this research is categorized as descriptive
qualitative research. The data source of this research is the family members of
Kingdom of Yogyakarta. This research data is in the form of phatic utterances
which are uttered by the family members of Kingdom of Yogyakarta. The data
collecting techniques are, first, metode simak with log and record methods, and
second, metode cakap which is aligned with interview methods which is carried
out with (questionnaires) teknik pancing. In analyzing the data, this research used
contextual analysis which applied the context dimensions in interpreting the data
which have been collected, identified and classified.
The conclusions of this research are (1) The phatic forms of
communicating among the family members in Kingdom of Yogyakarta is divided
into eight subcategories. These eight subcategories are greeting phatic, thanking
phatic, refusing phatic, accepting phatic, apologizing phatic, showing condolence
phatic, congratulating phatic and inviting phatic. (2) The chitchat linguistic
markers which are found are (a) diction, (b) phatic words, (c) tone, (d) stress and
(e) intonation. The phatic nonlinguistic markers could be seen from the utterance
contexts. Those contexts are (a) the speaker and the hearer, (b) the speaker’s
purpose, (c) the situation and the circumstances and (d) the speaker’s actions. (3)
The chitchat communication purposes among the family members in Kingdom of
Yogyakarta are to start, maintain or strengthen, establish the relation between the

speaker and the hearer, and to deliver various intentions.
Keywords: phatic, phatic markers, phatic forms, phatic purposes.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA
KASULTANAN YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia


Oleh:
Dani Hertanto
NIM: 111224061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA
KASULTANAN YOGYAKARTA


SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Dani Hertanto
NIM: 111224061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Allah SWT yang selalu memberikan limpahan anugerah dan nikmatNya,
sehingga kelancaran menemani setiap langkah dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Kedua orangtua saya, bapak Suroto dan ibu Sukinah yang selalu mendoakan
anak pertamanya ini dalam setiap sholat-sholatnya, memberikan kasih sayang
yang utuh pada anak-anaknya, dan selalu mendukung keputusan terbaik saya.
Adik-adiku yang tersayang Roki Wirdayanto dan Kintami Wirdayanti yang
menjadi rekan dalam membahagiakan kedua orangtua dan juga menjadi alasan
saya untuk menjadi manusia yang bermanfaat.
Teman sepayung, Surahmat Wiyata, Fajar Nurahman, Selvi Novianti, dan Maria
Budi Asih yang selalu memberikan semangat, kritik, dan solusi dalam setiap
perjalanan skripsi ini.
Penyemangat spesial, Wardatunnisa yang dihadirkan oleh Allah SWT yang
insya Allah untuk menemani langkah-langkahku di depan yang masih berlanjut.
Sahabat sekaligus saudara saya, Aji Prasetyo Putro yang selalu memberikan

hal-hal baru dan menjadikan saya menjadi seseorang yang lebih bersikap
dewasa.
Saudara-saudari saya di kelas B PBSI angkatan 2011 yang selalu menghadirkan
suasana hangat penuh warna yang takkan pernah saya lupakan.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Rad’d:11)

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal ia baik

bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik
bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. AlBaqarah:216)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah:286)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Q.S. Asy-Syarh:56)
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan
jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan
ketentuan bagi setiap sesuatu.”
(Q.S. At-Talãq: 2-3)

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Juli 2015
Penulis

Dani Hertanto

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

: Dani Hertanto

Nomor Mahasiswa

: 111224061

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA
KASULTANAN YOGYAKARTA
Dengan demikian saya menyerahkan kepada Universitas Sanata Dharma hak
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, pada tanggal : 1 Juli 2015
Yang menyatakan,

Dani Hertanto

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Hertanto, Dani. 2015. Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga
Kasultanan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas tentang basa-basi berbahasa antaranggota
keluarga Kasultanan Yogyakarta. Penelitian ini ingin menjawab tiga masalah,
yaitu: (a) apa sajakah wujud basa-basi dalam berbahasa antarangota keluarga
Kasultanan Yogyakarta, (b) apa sajakah penanda linguistik dan nonlinguistik
basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga Kasultanan Yogyakarta, dan (c)
apa sajakah maksud basa-basi dalam berbahasa antarkeluarga Kasultanan
Yogyakarta.
Dilihat berdasarkan metodenya, penelitian ini termasuk dalam penelitian
deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah anggota keluarga
Kasultanan Yogyakarta. Data penelitian ini berupa tuturan basa-basi yang
diucapkan oleh keluarga Kasultanan Yogyakarta. Metode pengumpulan data
yakni, pertama, metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode
cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan
(kuesioner) teknik pancing. Dalam analisis data, penelitian ini dilakukan
menggunakan metode analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensidimensi konteks dalam menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan,
diidentifikasi, dan diklasifikasikan.
Simpulan dari penelitian ini adalah (1) Wujud basa-basi berbahasa
antaranggota keluarga Kasultanan Yogyakarta terbagi menjadi delapan
subkategori. Kedelapan subkategori tersebut ialah basa-basi salam, basa-basi
terima kasih, basa-basi menolak, basa-basi menerima, basa-basi meminta maaf,
basa-basi berbelasungkawa, basa-basi mengucapkan selamat, dan basa-basi
mengundang. (2) Penanda basa-basi linguistik yang ditemukan adalah (a) diksi,
(b) kata fatis, (c) nada, (d) tekanan, dan (d) intonasi. Penanda basa-basi
nonlinguistik dapat dilihat berdasarkan konteks melingkupi tuturan. Konteks
tersebut meliputi (a) penutur dan mitra tutur, (b) tujuan penutur, (c) situasi dan
suasana, dan (d) tindak tutur. (3) Maksud basa-basi berbahasa antaranggota
keluarga Kasultanan Yogyakarta adalah untuk memulai, mempertahankan atau
mengukuhkan, menjalin relasi antara penutur dan mitra tutur, serta untuk
menyampaikan berbagai maksud.
Kata kunci: basa-basi, penanda basa-basi, wujud basa-basi, maksud basa-basi

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Hertanto, Dani. 2015. The Phatic of Communicating Among The Family
Members in Kingdom of Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP,
USD.
This research discusses about the phatic communication among the family
members in Kingdom of Yogyakarta. This research is about to answer three
questions, which are (a) what are the forms of phatic of communicating among the
family members in Kingdom of Yogyakarta, (b) what are the linguistic markers
and nonlinguistic phatic of communicating among the family members in
Kingdom of Yogyakarta, and (c) what are the intentions of the phatic of
communication among the family members in Kingdom of Yogyakarta.
Based on the methods, this research is categorized as descriptive
qualitative research. The data source of this research is the family members of
Kingdom of Yogyakarta. This research data is in the form of phatic utterances
which are uttered by the family members of Kingdom of Yogyakarta. The data
collecting techniques are, first, metode simak with log and record methods, and
second, metode cakap which is aligned with interview methods which is carried
out with (questionnaires) teknik pancing. In analyzing the data, this research used
contextual analysis which applied the context dimensions in interpreting the data
which have been collected, identified and classified.
The conclusions of this research are (1) The phatic forms of
communicating among the family members in Kingdom of Yogyakarta is divided
into eight subcategories. These eight subcategories are greeting phatic, thanking
phatic, refusing phatic, accepting phatic, apologizing phatic, showing condolence
phatic, congratulating phatic and inviting phatic. (2) The chitchat linguistic
markers which are found are (a) diction, (b) phatic words, (c) tone, (d) stress and
(e) intonation. The phatic nonlinguistic markers could be seen from the utterance
contexts. Those contexts are (a) the speaker and the hearer, (b) the speaker’s
purpose, (c) the situation and the circumstances and (d) the speaker’s actions. (3)
The chitchat communication purposes among the family members in Kingdom of
Yogyakarta are to start, maintain or strengthen, establish the relation between the
speaker and the hearer, and to deliver various intentions.
Keywords: phatic, phatic markers, phatic forms, phatic purposes.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas
rahmat dan kuasa-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Basa-Basi dalam Berbahasa Antaranggota
Keluarga Kasultanan Yogyakarta” bertujuan untuk memenuhi persyaratan
gelar kesarjanaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku ketua Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.selaku dosen pembimbing yang selama
ini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing,
mendorong, dan memberi masukan yang sangat bermanfaat untuk
penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.
4. ParadosenPBSIyangtelahmendidikdanmemberikanpengetahuanyang
bergunabagipenulis.
5. SekretariatPBSIyangtelahmembantukelancaranperkuliahanpenulis.
6. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang telah membantu penulis
melaksanakan penelitian.
7. Bapak, Ibu, dan Adik-adikku tercinta, serta seluruh kerabat dekat yang
tidak pernah berhenti mendukung dan mendoakan penulis.
8. Saudara-saudariku dari kelompok basa-basi Surahmat Wiyata, Fajar
Nurahman, Selvi Novianti, dan Maria Budi Asih terima kasih untuk
dukungannya serta suka duka dalam mengerjakan skripsi.
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9. Saudara-saudariku di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2011
kelas B terima kasih atas kerjasama, kebersamaan, semangat, suka-duka,
dan semua dinamika yang kita lalui bersama.
10. UKM Sepak Bola Universitas Sanata Dharma, keluarga kecil yang selalu
memberikanku semangat dan motivasi untuk menjadi manusia yang
bermanfaat.
11. Saudara-saudaraku di kost Tasura 52 yang telah menjadi orang-orang
terdekat yang menghiasi sisi suka dukaku di kota istimewa Yogyakarta.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat menjadi kajian yang bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis

Dani Hertanto

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

iv

HALAMAN MOTTO

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

vii

ABSTRAK

viii

ABSTRACT

ix

KATA PENGANTAR

x

DAFTAR ISI

xi i

DAFTAR BAGAN

xvi

DAFTAR TABEL

xvii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah

1

1.2 Rumusan Masalah…

3

1.3 Tujuan Penelitian

3

1.4 Manfaat Penelitian

4

1.5 Batasan Istilah

5

BAB II KAJIAN TEORI ………………………………………….……...

7

2.1 Penelitian yang Relevan

7

2.2 Landasan Teori

10

2.2.1 Pragmatik .......................................................................................

10

2.2.2 Konteks ...........................................................................................

12

2.2.3Maksuddalam Pragmatik ………………………………………...

14

2.2.4Aspek-aspek Kebahasaan Penanda Basa-basi..…………………...

18

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2.4.1Unsur Segmental ...............................................................

18

2.2.4.2Unsur Suprasegmental ......................................................

22

2.2.5Fenomena-Fenomena Pragmatik …….…………………………...

24

2.2.5.1 Deiksis ...............................................................................

24

2.2.5.2Pranggapan .........................................................................

27

2.2.5.3Implikatur ...........................................................................
2.2.5.4Tindak Tutur ......................................................................

28
30

2.2.5.5 Kesantunan Berbahasa ....................................................... 34
2.2.5.6 Ketidaksantunan Berbahasa ………………………...…… 35
2.2.5.7 Basa-basi ..........................................................................

37

2.3 Kerangka Berpikir …………………………………...…………………

42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………..

47

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................

47

3.2 Data dan Sumber Data .............................................................................

48

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................

50

3.4Metode Analisis Data ...............................................................................

51

3.5 Triangulasi Data ......................................................................................

53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………...

54

4.1 Deskripsi Data ........................................................................................

54

4.1.1 Basa-basi Salam .............................................................................

55

4.1.2 Basa-basi Terima Kasih ………………………………………….

56

4.1.3 Basa-basi Menolak ……………………………………………….

56

4.1.4 Basa-basi Menerima ……………………………………………...

56

4.1.5 Basa-basi Bela Sungkawa ………………………………………... 57
4.1.6 Basa-basi Meminta Maaf …………………………………………

58

4.1.7 Basa-basi Selamat ………………………………………………...

58

4.1.8 Basa-basi Meminta/Mengundang ………………………………...

59

4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan…….......................................................

59

4.2.1 Wujud Basa-basi Berbahasa ...........................................................

60

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.2.1.1 Basa-basi Salam ………………………………………….. 60
4.1.1.2 Basa-basi Terima Kasih ………………………………….

63

4.1.1.3 Basa-basi Menolak ……………………………………….

66

4.1.1.4 Basa-basi Menerima ……………...……….……………...

67

4.1.1.5 Basa-basi Bela Sungkawa ………………………………...

70

4.1.1.6 Basa-basi Meminta Maaf …………………………………

73

4.1.1.7 Basa-basi Selamat ………………………………………...

75

4.1.1.8 Basa-basi Meminta/Mengundang ………………………...

77

4.2.2Penanda Linguistik dan Nonlinguistik Basa-basi Berbahasa …….

81

4.2.2.1 Basa-basi Salam ………………………………………….. 82
4.1.2.2 Basa-basi Terima Kasih ………………………………….

83

4.1.2.3 Basa-basi Menolak ……………………………………….

85

4.1.2.4 Basa-basi Menerima ……………...……….……………...

86

4.1.2.5 Basa-basi Bela Sungkawa ………………………………... 87
4.1.2.6 Basa-basi Meminta Maaf …………………………………

89

4.1.2.7 Basa-basi Selamat ………………………………………...

91

4.1.2.8 Basa-basi Meminta/Mengundang ………………………...

92

4.2.3Maksud Basa-basi Berbahasa ..........................................................

94

4.2.3.1 Basa-basi Salam ………………………………………….. 95
4.1.3.2 Basa-basi Terima Kasih ………………………………….

97

4.1.3.3 Basa-basi Menolak ……………………………………….

99

4.1.3.4 Basa-basi Menerima ……………...……….……………...

100

4.1.3.5 Basa-basi Bela Sungkawa ………………………………... 102
4.1.3.6 Basa-basi Meminta Maaf …………………………………

103

4.1.3.7 Basa-basi Selamat ………………………………………...

105

4.1.3.8 Basa-basi Meminta/Mengundang ………………………...

107

BAB V PENUTUP ………………………..………………………………

109

5.1 Simpulan .................................................................................................

109

5.1.1 Wujud Basa-basi Berbahasa ..........................................................

109

5.1.2 Penanda Basa-basi Berbahasa …………………….…………….
xiv

110

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5.1.3 Maksud Basa-basi Berbahasa ……………………...…………….

111

5.2 Saran …………………….……………………………………………...

113

5.2.1 Bagi Penelitian Lanjutan …….………..………………………...

113

5.2.2Bagi Keraton ………….. …………………………………………

114

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….

115

LAMPIRAN …………………..…………………………………………..

116

Lampiran 1 Tabulasi Data ………………………………………………….

116

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ……………………………………..……

138

Lampiran 3 Surat Izin Keraton Ngayoyakarta Hadiningrat ………………..

139

Daftar Riwayat Hidup …………………………………… ………………..

140

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Berpikir …………………………………………

xvi

46

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Data Tuturan Basa-basi ..................................................

55

Tabel 2 Basa-basi Salam …………….………………………………….. 55
Tabel 3 Basa-basi Terima Kasih ……………………….……………….

56

Tabel 4 Basa-basi Menolak …………………………………………….

56

Tabel 5 Basa-basi Menerima ……………...……….…………………...

56

Tabel 6 Basa-basi Bela Sungkawa ……………………………………... 57
Tabel 7 Basa-basi Meminta Maaf ………………………………………

58

Tabel 8 Basa-basi Selamat ……………………………………………...

58

Tabel 9 Basa-basi Meminta/Mengundang ……………………………...

59

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Dalam kehidupan sehari-hari di masyakarat, bahasa merupakan alat
komunikasi yang memiliki peranan sangat penting bagi manusia. Salah satunya
adalah digunakan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya, baik itu secara
verbal maupun nonverbal. Secara verbal, penggunaan bahasa di dalam masyarakat
tentunya memiliki aturan-aturan sendiri yang telah disepakati oleh masyakarat di
lingkungan tersebut. Hal ini membuat setiap manusia memiliki sebuah
pengetahuan mengenai aturan-aturan dalam berbahasa yang sangat penting untuk
diperhatikan. Salah satu aturan yang perlu diperhatikan ketika seseorang
berbahasa adalah aspek kesantunan. Aspek kesantunan ini memberikan contoh
perilaku seseorang dalam berkomunikasi.
Menurut KBBI edisi keempat (2008:720), komunikasi adalah pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Dalam pengiriman pesan kepada
mitra tutur (lawan bicara), penutur biasanya memberikan sapaaan terlebih dahulu
berupa salam atau menanyakan kabar. Hal ini merupakan tindakan kesantunan
dalam berkomunikasi antarmanusia yang biasa dikenal dengan istilah basa-basi.
Di Indonesia, khususnya pada masyarakat Jawa yang terkenal dengan
mengedepankan budaya sopan santunnya ketika berinteraksi dengan masyarakat
lainnya. Saat berkomunikasi cenderung tidak secara langsung menyampaikan

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

maksud dan tujuan dari pesan yang ingin disampaikan, melainkan terlebih dahulu
memberikan sebuah sapaan atau basa-basi.
Contoh:
A: Pak, nyuwunpangapunten, kula pamit nggih, sampun sonten.
(Pak, saya pamit ya, sudah sore.)
B: Nggih.
(Ya)
Konteks: Tuturan terjadi di teras rumah mitratutur . Tuturan terjadi dalam
keadaan santai. Penutur saat itu sedang bertamu ke rumah mitratutur. Penutur
yang saat itu merasa sudah sore menyela pembicaraan dan berpamitan untuk izin
pulang.

Hal ini berbeda dengan masyarakat barat yang cenderung tidak mengenal basabasi dalam berkomunikasi.
Contoh:
A: Hallo, good morning. How are you?
(Hallo, selamat pagi, bagaimana kabarmu?)
B : Hallo, I’m fine, and you?
(Hallo, kabar ku baik-baik saja, dan kamu?)
A : I’m fine too. Thank you.
(aku juga baik-baik saja)
Basa-basi dalam komunikasi sehari-sehari di masyarakat dapat kita temukan
di mana saja, seperti pasar, sekolah, kantor, dan tempat lainnya. Pada penelitian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

ini, peneliti mengambil topik tentang basa-basi berbahasa antaranggota keluarga
Kasultanan Yogyakarta. Peneliti melihat penelitian mengenai basa-basi terutama
penggunaan basa-basi pada lingkungan tertentu seperti di lingkungan Kasultanan
Yogyakarta belum ada yang meneliti terutama dalam kajian pragmatik, sehingga
membuat penelitian ini sangat menarik untuk diteliti guna menambah wawasan
kita terkait kegiatan komunikasi yang terjadi di antaranggota keluarga Kasultanan
Yogyarta, khususnya basa-basi berbahasa.

1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Apa sajakah wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga
KasultananYogyakarta?

2.

Apa sajakah penanda linguistik dan nonlinguistik basa-basi dalam
berbahasa antaranggota keluarga Kasultanan Yogyakarta?

3.

Apa sajakah maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga
KasultananYogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.

Mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota
keluarga KasultananYogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.

4

Mendeskripsikan penanda linguistik dan nonlinguistik basa-basi dalam
berbahasa antaranggota keluarga KasultananYogyakarta.

3.

Mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota
keluarga KasultananYogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga Kasultanan
Yogyakarta ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan.
Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
1. ManfaatTeoretis
Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan
pragmatiK khususnya yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa
sebagai fenomena pragmatik. Penelitian ini dapat dikatakan memiliki
kegunaan

teoritis

karena

dengan

dikemukakan oleh para ahli,

memahami

teori-teori

yang

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan wujud basa-basi yang ada di Kasultanan Yogyakarta.
2. ManfaatPraktis
Penelitian basa-basi berbahasa ini juga diharapkan dapat
memberikan masukan bagi pihak Kasultanan Yogyakarta terutama
antaraanggota keluarga Kasultananuntuk membuka serta mempererat
hubungan sosial penutur dan lawan tutur dalam berkomunikasi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

1.5 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak lepas dari teori
basa-basi dalam ilmu pragmatik dan teori-teori yang mendukung penelitian ini,
maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut:
1.

Pragmatik
Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari dan
mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai
alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dengan sang mitratutur,
serta

sebagai

pengacuan

tanda-tanda

bahasa

yang

sifatnya

ekstralinguistik atau luar bahasa. (Verhaar dalamR ahardi, 2007:10)
2. Phatic Communion
Phatic Communion adalah ungkapan yang berfungsi untuk
memantapkan ikatan personal di antara peserta komunikasi yang
semata-mata karena adanya kebutuhan akan kebersamaan, dan tidak
bertujuan mengomunikasikan ide. (Malinowski dalam Waridin,
2008:13)
3. Basa-basi
Basa-basi

adalah

bahasa

digunakan

bukan

hanya

untuk

menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahasa suatu masalah,
untuk membujuk dan merayu dan sebagainya. Sejumput kata-kata
digunakan dipakai pula untuk sekedar memecah kesunyian, untuk
mempertahankan suasana baik dan sebagainya. (Khaidir Anwar,
1984:46)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

4. Konteks
Konteks adalah situasi lingkungan dalam arti luas yang
memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang
membuat ujaran mereka dapat dipahami. (Mey dalam Nadar, 2009:4)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan
kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topiktopik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi
tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini
yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, fenomena-fenomena pragmatik, basabasi sebagai fenomena pragmatik, dan makna dalam pragmatik.Kerangka berpikir
berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan
landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang basa-basi berbahasa di ranah masyarakat, khususnya di
lingkup Keraton Yogyakarta sejauh yang diketahui oleh penulis, belum pernah
dilakukan. Namun terdapat penelitian yang relevan yang ditemukan oleh peneliti
berkaitan dengan basa-basi dalam berbahasa, diantaranya penelitian yangberjudul
“Basa-Basi Dalam Masyarakat Bahasa Indonesia” dan “Basa-Basi Berbahasa
Antara Guru Dan Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014”.
Pertama, penelitian Sailal Arimi (1998) berjudul Basa-Basi Dalam
Masyarakat Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan: (1) mendapatkan
gambaran tentang etnografi berbasa-basi bagi penutur bahasa Indonesia, dan
memperoleh pengetahuan yang memadai tentang aturan, atau kaidah penyampaian
basa-basi dalam bahasa Indonesia, (2) mendapatkan kejelasan kembali atas fungsi

7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

basa-basi, (3) menemukan jenis-jenis basa-basi, distribusinya dalam wacana
interaktif, beserta hubungannya dengan strategi berbasa-basi yang tepat, dan (4)
menemukan kekhasannya dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dilakukan oleh Sailal Arimi,
menghasilkan beberapa simpulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: (1)
basa-basi sebagai tuturan rutin yang tidak mementingkan informasi merupakan
simbol tindakan sosial secara verbal untuk bertegur sapa, bersopan-santun, dan
beramah tamah guna menciptakan hubungan solidaritas dan harmonisasi antar
penutur. (2) masyarakat penutur membutuhkan basa-basi dikaitkan dengan
hakikat fungsi interaksional baik untuk membina dan/atau mempertahankan
hubungan sosial antar penutur. Dari sudut relasi sosial antarpenutur yang
dihasilkan

(outcome),

bagi

penutur

basa-basi

merupakan

upaya

untuk

memperoleh rasa solidaritas dan harmonisasi dengan mitra tutur. Dari sudut
fungsi hakiki bahasa, basa-basi merupakan sejemput fenomena bahasa yang
berfungsi sebagai pemelihara kerja sama dan sangat reflektif. (3) basa-basi dalam
masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua
jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah
ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur
yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan
kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi
murni keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan basa-basi keakraban.Basa-basi
polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus
memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

sopan.Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basabasi polar personal. (4) basa-basi bersifat universal sehingga menghasilkan
kekhasan-kekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan sistem bahasa.
Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari satu bahasa ke
bahasa lain (dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa inggris atau sebaliknya)
dapat menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi.
Kedua, penelitian Fitri Apri Susilo (2014) berjudul Basa-Basi Berbahasa
Antara Guru Dan Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014,
mengahasilkan beberapa simpulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: (1)
Wujud tuturan basa-basi dalam ranah pendidikan di SMP N 12 Yogyakarta dapat
dilihat dari konteks pada tuturan tersebut. Konteks sangat berpengaruh dalam
menentukan apakah tuturan tersebut merupakan wujud tuturan basa-basi atau
tidak.

Selain itu, konteks dapat memperjelas suatu tuturan basa-basi karena

konteks memiliki sejumlah aspek bahasa seperti penutur dan mitra tutur, konteks
tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas dan tuturan
sebagai produk tindak verbal. (2) Maksud tuturan basa-basi sangat dipengaruhi
oleh konteks tuturannya. Konteks merupakan bagian terpenting dalam pragmatik
di mana maksud penutur dalam tuturan dapat diketahui dengan mengetahui
konteks situasi yang mengelilingi terjadinya sebuah tuturan.Dalam mengkaji
maksud basa-basi berbahasa setiap tuturan dianalisis melalui kategori tuturan
basa-basi

acknowledgments:

(belasungkawa),

(c)

(a)apologize

congratulate

(meminta

(mengucapkan

maaf),
selamat),

(b)condole
(d)

greet

(mengucapkan salam), (e) thank (terima kasih), (f) bid (meminta/mengundang)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 10

,(g) accept (menerima), (h) reject (menolak).
Dari kedua penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Pada penelitianpenelitian yang relevan sebelumnya mengkaji tentang objek yang sama yaitu
basa-basi dalam berbahasa, bahkan pada penelitian yang dilakukan oleh Fitri Apri
Susilo terdapat rumusan masalah yang hampir sama yaitu mengkaji tentang
bentuk basa-basi. Akan tetapi, pada subjek penelitian terdapat perbedaan dengan
penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya. Pada penelitian kali ini, subjek
yang akan diteliti yaitu basa-basi berbahasa antarkeluarga kerajaan di Keraton
Yogyakarta, sehingga peneliti akan melakukan penelitian di ranah masyarakat
(bangsawan) dengan judul penelitian Basa-basi dalam berbahasa antaranggota
keluarga Kasultanan Yogyakarta.Oleh karena itu, kedua penelitian basa-basi
berbahasa tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk mengkaji fenomena
basa-basi berbahasa khususnya dalam lingkupmasyarakat (bangsawan) yang
selama ini belum ada peneliti yang mengkajinya lebih dalam.

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik

merupakan

cabang

linguistik

yang

mengkhususkan

mempelajari hubungan antara bahasa dan konteks situasi.Senada dengan itu,
Geogre (dalam Rahardi 2007:12) menunjukan bahwa ilmu bahasa pragmatik
sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa, dalam kaitannya dengan
keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

bahasa yang ada di sekelilingnya.Berkaitan dengan makna bahasa, pragmatik
mempunyai hubungan yang erat dengan semantik. Leech (1993:8) menyebutkan
bahwa semantik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan
dua segi (dyadic) seperti pada “Apa artinya X?”, sedangkan pragmatik
memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi
(triadic), seperti pada “Apa maksudmu dengan X?”. Dengan demikian dalam
pragmatik makna diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau
pemakai bahasa, sedangkan dalam sematik, makna didefinisikan semata-mata
sebagai ciri-ciri ungkapan-ungkapan dalam suatu bahasa tertentu, terpisah dari
situasi, penutur dan lawan tuturnya.
Levinson (dalam Nadar 2009:5) mencatat sejumalah definisi pragmatik
dari berbagai sumber, antara lain: Pragmatics is one of those words that gives the
impression that something quite specific and technical is being talked about when
often infact it has no clear meaning (“Pragmatik merupakan suatu istilah yang
mengesankan bahwa sesuatu yang sangat khusus dan teknis sedang menjadi objek
pembicaraan, padahal istilah tersebut tidak mempunyai arti yang jelas”) (Searle,
Kiefer & Bierwisch, 1980:viii); Pragmatics has as its topic those aspects of the
meaning of utterances which cannot be accounted for by straightforward
reference to the truth conditions of the sentence uttered (“Topik pragmatik adalah
beberapa aspek yang tidak dapat dijelaskan dengan acuan langsung pada kondisi
sebenarnya dari kalimat yang dituturkan”) (Gazdar, 1979:2); Pragmatics is the
study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech acts and
aspects of discourse structure (“Pragmatik adalah kajian antara lain mengenai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12

deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur dan aspek-aspek struktur wacana”)
(Stalnaker: 1972); Pragmatics theories, in contrast, do nothing to explicate the
structure of linguistic constructions or grammatical properties and relations.
They explicate the reasoning of speaker and hearers in working out the
correlationin a context of a sentence token with a proposition. In this respect, a
pragmatic theory is part of performance (“Kebalikannya, teori-teori pragmatik
tidak menjelaskan struktur konstruksi bahasa atau bentuk dan relasi gramatikal.
Teori-teori tersebut mengkaji alas an penutur dan pendengar yang membuat
korelasi wujud kalimat dengan proposisi. Dalam hal ini, teori pragmatik
merupakan bagian dari tindakan”) (Katz, 1977:19).Mengenai definisi pragmatik
yang bervariasi, Levinson mengatakan bahwa beranekaragamnya definisi
pragmatik tersebut bukanlah sesuatu yang janggal atau sesuatu yang perlu
dirisaukan karena satu definisi sering tidak sepenuhnya memuaskan.
Dari definisi beberapa para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pragmatik merupakan ilmu kebahasaan yang mengkaji makna satuan bahasa
tertentu dengan melibatkan konteks situasi atau aspek-aspek luar kebahasaan
(secara eksternal).

2.2.2 Konteks
Mey (dalam Nadar 2009:3-4)mendefinisikan konteks sebagai the
surrounding, in the widest sense, that enable the participants in the
communication process to interact, and that make the linguistic expression of
their interaction intelliegible (situasi lingkungan dalam arti luas sesuatu yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

memungkinkan peserta tuturan dapatberinteraksi, dan yang dapat membuat
tuturan mereka dapat dipahami). Definisi yang lain mengenai konteks diberikan
oleh Leech (1983:13) sebagai background knowledge assumed to be shared by s
and h and which contributies to h’s interpretation of what s means by a given
utterance (Latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan
tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang
dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu) (s berarti speaker
“penutur”; h berarti hearer “lawan tutur”). Dengan demikian, konteks adalah halhal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar
belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan
yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan (Nadar, 2009: 6-7).
Dalam ilmu bahasa pragmatik, konteks dipandang sebagai bagian yang
memiliki peranan yang penting dalam menyampaikan maksud dari suatu tuturan.
Hal ini diperkuat dengan telaah studi bahasanya Firth (dalam Wijana dan
Rohmadi, 2010:7-8) yang mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat
dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi,
tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-ciri yang situasi
lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak-dampak
tindakan tutur yang diwujudkan desngan bentuk-bentuk perubahan yang timbul
akibat tindakan partisipan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

2.2.3. Maksud dalam Pragmatik
Semantik dan pragmatik memiliki perbedaan dalam cara memerikan arti
sebuah tuturan. Tugas pragmatik ialah menjelaskan kaitan antara dua jenis arti
tersebut yakni makna (yang sering disebut arti ‘harfiah’) dengan daya (ilokusi).
Leech (1993:45) mengemukakan bahwa banyak linguis berasumsi bahwa makna
dapat diperikan melalui seperangkat ‘implikatur’. Implikatur yang digunakan oleh
Leech dalam arti yang lebih luas daripada yang digunakan oleh Grice; walaupun
demikian Leech tetap mengikuti pendapat Grice yang mengatakan bahwa ‘adanya
implikatur percakapan harus mampu dijelaskan’ dengan cara berpikir informal.
Hal ini merupakan pemikiran lebih lanjut yang berkaitan dengan pendapat yang
mengatakan bahwa pragmatik mengkaji perilaku yang dimotivasi oleh tujuantujuan percakapan. Namun Leech menjelaskan bahwa dalam penjelasannya, dia
berasumsi semua implikatur bersifat probilistis, karena apa yang dimaksud oleh si
penutur dengan tuturannya tidak pernah kita ketahui dengan pasti. Ada beberapa
faktor yang menentukan apa yang dimaksud oleh si penutur dengan tuturannya,
yaitu kondisi-kondisi yang dapat diamati, tuturan, dan konteks; berdasarkan
faktor-faktor tersebut maka mitra tutur bertugas menyimpulkan interpretasi yang
paling mungkin dari tuturan tersebut.
Menafsirkan sebuah tuturan sama dengan pekerjaan tebak-menebak atau
seperti membuat hipotesis. Untuk menjelaskan hal ini Leech mengambil contoh
dari Grice untuk mengilustrasikan prinsip kerja sama:
13) A : Kapankah hari ulang tahun Bibi Rose?
B : Pada bulan April.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 15

Makna jawaban B ialah proposisi bahwa hari ulang tahun Bibi Rose jatuh pada
bulan April (dalam bentuk yang lebih panjang jawaban tersebut dapat
diungkapkan sebagai pada tanggal 1 April, atau pada tanggal 2 April, atau pada
…). Arti tambahan yang diperoleh oleh A dari jawaban tersebut ialah: B tidak tahu
tanggal ulang tahun Bibi Rose yang tepat (B tidak tahu apakah Bibi Rose berulang
tahun pada tanggal 1 April, atau pada tanggal 2, tanggal 3, … atau tanggal 30
April). Hal ini dapat diketahui melalui tiga tahapan berikut ini:
a) Pengamatan pertama memberi kesan seakan-akan ada yang tidak ‘beres’
dengan jawaban B. Informasi yang diberikan oleh B kurang daripada yang
dibutuhkan oleh A. Dengan kata lain, B tampaknya melanggar prinsip
kerja sama (khususnya maksim kuantitas).
b) Namun sebetulnya tidak ada alasan untuk berprasangka bahwa B sengaja
tidak ingin bekerja sama. Karena itu, A boleh yakin bahwa B memang
menaati prinsip kerja sama dan kesan bahwa B melanggar maksim
kuantitas disebabkan oleh keinginan A untuk menaati prinsip kerja sama.
Karena itu kita harus menemukan alasan yang tepat mengapa prinsip kerja
sama dapat menyebabkan B tidak memberikan informasi sebanyak yang
dibutuhkan oleh A.
c) Alasan ini dapat didasarkan pada dugaan bahwa B mencoba menaati
maksim kualitas. Andaikata bahwa B taat pada prinsip kerja sama dan B
tidak tahu hari ulang tahun Bibi Rose, kecuali bawa jatuhnya pada bulan
April. Kalau ini benar maka B tidak akan menyatakan dengan
sembarangan bahwa hari ulang tahun Bibi Rose pada tanggal 1 April, atau

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

pada tanggal 2, tanggal 3, … atau tanggal 30 April karena kalau demikian
B akan melanggar maksim kualitas (berbohong) walaupun tidak
melanggar maksim kuantitas. Oleh karena itu, untuk mencari aman B
hanya mengatakan bahwa hari ulang tahun Bibi Rose ialah pada bulan
April. Karena tidak adanya penjelasan lain, penjelasan ini akan diterima
sebagai penjelasan yang taat asas dengan prinsip kerja sama. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa B tidak tahu pada tanggal berapa dalam
bulan April Bibi Rose berulang tahun.

Jadi, tiga tahap dalam penafsiran makna ialah (i) menolak interpretasi
pengamatan pertama karena tidak taat asas dengan prinsip kerja sama; (ii) mencari
interpretasi baru yang taat asas prinsip kerja sama; (iii) menemukan interpretasi
baru dan memastikan bahwa interpretasi ini taat asas dengan prinsip kerja sama.
Tahap-tahap tersebut merupakan strategi yang informal dan rasional
untuk memecahkan masalah. Strategi ini terdiri dari usaha (a) merupakan
hipotesis yang paling mungkin, (b) menguji hipotesis tersebut dan bila tidak teruji,
(c) merumuskan hipotesis berikutnya, dan sebagainya. Jenis strategi ini
merupakan strategi yang lazim digunakan oleh manusia untuk memecahkan
masalah-masalah penafsiran atau interpretasi.
Meskipun pragmatik memberi kesan menelaah proses-proses di dalam
benak si penutur, pragmatik sebetulnya merupakan kajian-kajian yang hanya
menaganalisis makna yang interpretasinya dapat diamati oleh umum. Dengan kata
lain dalam pragmatik (dan juga dalam ilmu-ilmu lain), para linguis bertujuan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

melakukan pengamatan-pengamatan yang dapat dikonfirmasi oleh umum dan
menyusun teori-teori yang dapat menjelaskan pengamatan-pengamatan tersebut.
Karena pragmatik mengkaji makna dalam situasi tutur, jelaslah bahwa
kita tidak dapat membuat pernyataan-pernyataan pragmatis mengenai apa yang
terjadi dalam benak pribadi seseorang. Misalnya, penutur menyatakan sekarang
pukul enam, kita sebetulnya tidak tahu apakah dibenak penutur yakin waktunya
pukul enam, karena mungkin saja si penutur seorang pembohong ulung yang
sedang menyamar.Yang kita ketahui dan karena itu dapat kita katakan implikatur
‘mitra tutur yakin waktunya pukul enam’ merupakan bagian dari makna atau daya
pragmatik tuturan tersebut.
Dengan kata lain, ‘makna’ sebagaimana digunakan dalam pragmatik
(yaitu ‘n bertujuan D melalui tuturan T’ , n = penutur, D = daya, T = tuturan),
merupakan suatu “maksud refleksif” yaitu suatu maksud yang hanya dapat dicapai
bila maksud tersebut diketahui mitra tutur (Leech, 1993: 53). Namun, menurut
Bach dan Harnish (1979: 5) melalui Leech (1993:53), maksud reflektif ini hanya
terlaksana melalui apa yang disebut ‘Praasumsi Komunikatif’ (Communicati