MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KONSEP ENERGI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR:PTK di Kelas IV SDN 3 Cisampang Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak.

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) PADA KONSEP ENERGI DI

KELAS IV SEKOLAH DASAR.

(PTK di Kelas IV SDN 3 Cisampang Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak Tahun 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh FATORI

0903751

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG


(2)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KONSEP ENERGI DI KELAS IV

SEKOLAH DASAR.

Oleh FATORI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Fatori 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

i ABSTRAK

FATORI, 0903751 (2013). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KONSEP ENERGI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR.

(PTK di Kelas IV SDN 3 Cisampang Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak Tahun 2013)

Berdasarkan latar belakang penelitian bahwa dalam kegiatan pembelajaran ini aktifitas siswa kurang, dan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran masih rendah. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru hanya memakai metode ceramah dan tidak mengaitkan materi pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari siswa sehingga materi yang diberikan tidak dapat dipahami oleh siswa. Untuk itu perlu adanya suatu pendekatan pembelajaran untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan menggunakan model CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL).

Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan juga hasil belajar siswa pada konsep energi di kelas IV SDN 3 Cisampang Kecamatan Gunungkencana. Tujuan penelitian Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penerapan model Contextual Teaching and Learning pada konsep Energi dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Cisampang.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan Taggart yang menggunakan empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Instrument penelitian ini yaitu observasi dan tes. Aktivitas siswa pada konsep Energi dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning dimana setiap siklusnya meningkat, hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase nilai yang didapat dengan menggunakan lembar observasi, perolehan persentase pada siklus I yaitu 56%, siklus II yaitu 68%,dan pada siklus III yaitu84%. Sedangkan hasil belajar siswa pada konsep energi, dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai rerata pada saat pra siklus dengan nilai 47,6, siklus I dengan nilai 55, siklus II dengan nilai66, dan siklus III dengan nilai78.

Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan aktivitas belaajar siswa dan hasil belajar siswa pada konsep Energi dalam pembelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rerata hasil belajar kelompok maupun individu, yang mengalami peningkatan mulai dari siklus I, siklus II, sampai siklus III dan perolehan skor nilai observasi siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya.

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh di atas, maka peneliti merekomendasikan kepada guru SD agar menggunakan pendekatan CTL khususnya dalam pembelajaran IPA ataudan umumnya pelajaran lain untuk meningkatkan aktifitas siswa hasil belajar siswa.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9


(6)

2. Hasil Belajar ... 12

3. Model Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 14

4. Konsep Energi ... 24

B. Kerangka Berfikir ... 28

C. Kajian Terdahulu ... 39

D. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 33

C. Prosedur Penilaian ... 43

D. Instrumen Penelitian ... 46

E. Analisis Data ... 53

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

B. Pembahasan ... 77

C. Jawaban Hipotesis Tindakan ... 79

BAB VKESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 80

B. Rekomendasi ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(7)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Aktivitas siswa

3.2 Kisi-kisi soal siklus 1

3.3 Kisi-kisi soal siklus 2

3.4 Kisi-kisi soal siklus 3

4.1 Nilai pra siklus

4.2 Hasil aktivitas siswa siklus 1

4.3 Hasil tes belajar siswa siklus 1

4.4 Hasil aktivitas siswa siklus 2

4.5 Hasil tes belajar siswa siklus 2

4.6 Hasil aktivitas siswa siklus 3

4.7 Hasil tes belajar siswa siklus 3

4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar


(9)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1 Rekapitulasi hasil observasi 4.2 Rekapitulasi hasil belajar siswa


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

 Surat Keputusan (SK)

 RPP Siklus 1,2, dan 3

 Hasil tes belajar siswa dari siklus 1, 2, dan 3


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses utama suatu bangsa dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pembelajaran merupakan cara pendidik untuk memberikan dorongan dalam pembelajaran yang tertuju pada pencapaian tujuan belajar. Belajar dan mengajar merupakan sesuatu yang tak terpisahkan, karena itu adalah proses pembelajaran yang terintegrasi dari proses pendidikan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan harus ada metode atau cara yang tepat dan optimal dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa. Proses belajar ini merupakan bentuk prilaku yang sangat penting dalam kegiatan manusia sehari-hari untuk menyesuaikan diri dalam kelangsungan kehidupan.

Dalam kegiatan pembelajaran banyak upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar kemampuan berfikir siswa bisa lebih berkembang dan menambah pengetahuannya khususnya alam mata pelajaran IPA. Keberhasilan pembelajaran IPA ditentukan oleh bagaimana guru dalam merancang pembelajaran. Di sekolah dasar masih ditemukan berbagai masalah. Antara lain, hasil pembelajaran IPA masih kurang baik sebagai akibat kurangnya sistem evaluasi dan metode pembelajaran yang monoton dan tidak bervariasi, membosankan dan menekankan pada aspek mengingat


(12)

dan memahami saja. Dimana guru lebih banyak berbicara dan siswa lebih banyak diam mendengarkan tanpa aktif bertanya.

Sehubungan dengan hal tersebut pembelajaran IPA pada umumnya hanya pemberian pengetahuan(Kognitif) belum pada kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Dalam pembelajaran guru harus memahami hakeket materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pengembangan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa dalam belajar. Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi odengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Depdikbud). Oleh karena itu perlu diajarkan cara yang tepat dan melibatkan siswa secara aktif melalui proses ilmiah.

Pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari manusia, mulai dari kehidupan di sekitar keluarga, dan masyarakat selalu ada kaitannya dengan pembelajaran IPA, mulai dari makanan, pakaian, dan pekerjaan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA sangat penting untuk pengetahuan siswa agar dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka peranan guru selaku pendidik sangatlah penting terhadap perkembangan potensi yang ada di kelas IV SDN 3 Cisampang Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak yang melatar belakangi penelitian ini.


(13)

3

Permasalahan yang dihadapi siswa di kelas IV pada konsep energi di SDN 3 Cisampang Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak adalah hasil belajar siswa yang belum tuntas dalam mencapai angka nilai minimum yang telah ditentukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pelajaran, karena kurang menariknya suatu pelajaran dalam penyajian materi yang berpusat pada guru yang mengunakan metode ceramah. Kurangnya interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dalam pembelajaran guru terlalu banyak memberikan penjelasan yang menyebabkan siswa bosan. Dimana siswa tidak berani bertanya atau menyampaikan pendapatnya kepada guru, sedangkan kepada temannya belum terbiasa, sehinnga menyebabkan sulitnya berinteraksi. Ditambah lagi motivasi siswa yang kurang dalam menyampaikan gagasan atau informasi, dan waktu untuk berinteraksi dengan media atau sumber belajarpun sedikit.

Agar hal ini tidak terulang, maka upaya yang dilkukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Dimana Contextual Teaching and Learning adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna didalam meteri pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan nyata sehari-hari seperti keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka.

Model Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Rusman (2011: 197-198) memiliki tujuh komponen pembelajaran aktif yang meliputi: (1) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa


(14)

pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melelui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Akan tetapi suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. (2) Inquiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. (3) Bertanya: belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Penerapan unsurdalam bertanya harus difasilitasi oleh guru .(4) Masyarakat Belajar Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama atau hasil diskusi antar kelompok. Maksudnya adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. (5) Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. (6) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. (7) Autentic Asessment: adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi / penilaian tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas agar hasil belajar siswa dapat meningkat maka peneliti mencoba melakukan penalitian lebih lanjut dengan menggunakan


(15)

5

teknik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KONSEP ENERGI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR”. Untuk menerapkan metode ini peneliti memimta bantuan kepada Guru kelas dan Kepala Sekolah menganalisis dan menindaklanjuti pembelajaran pada konsep Energi ini, agar prestasi belajar siswa meningkat dan lebih baik lagi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model Contextual Teaching and Learning pada konsep energi dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Cisampang?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning pada konsep Energi pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Cisampang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti dapat mengemukakan tujuan penekitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penerapan model Contextual Teaching and Learning pada konsep Energi dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Cisampang.


(16)

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning pada konsep Energi pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Cisampang.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar mengajar siswa.

1. Manfaat Bagi Peneliti

 Dapat memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas

 Peneliti memperoleh gambaran mengenai kegiatan belejar mengajar yang efektif dan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai

 Dapat mengetahuai perkembangan siswa dalam pembelajaran 2. Manfaat Bagi Siswa

 Lebih termotivasi untuk belajar IPA

 Hasil belajar dapat meningkat pada materi pokok Energi

 Siswa dapat lebih memahami konsep Energi yang diajarkan dalam pembelajaran


(17)

7

 Siswa dapat lebih peduli terhadap lingkungan setelah mempelajari konsep Energi dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning

3. Manfaat Bagi Guru

Memperoleh gambaran mengenai model Contextual Teaching and Learning

Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan model Contextual Teaching and Learning

 Lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga pembelajaran lebih menarik

4. Manfaat Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang baik dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan

E. Definisi Operasional

Berdasarkan judul yang peneliti angkat, maka dapat diperoleh pendefinisian operasional adalah sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. (Suprijono, 2009:5)

Hasil belajar adalah usaha yang nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku. Dimana perubahan ada yang dapat diamati secara langsung dan ada pula yang tidak secara langsung.Hasil dari proses pembelajaran yang di


(18)

akhirnya dilakukan evaluasi atau tes. Mursell, (E. Yusnandar, 2010: 62)

2. Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka merangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima. Memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran alademik dengan konteks kehidupan sekari-hari siswa. (Johnson.Elaine B. 2007: 14)

3. Konsep Energi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, energi adalah daya (kekuatan) yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Ada beberapa energi seperti:

a. Energi panas adalah semua sumber yang dapat menimbulkan panas.

b. Energi bunyi adalah sesuatu yang selalu kita dengar.

c. Energi alternatif adalah energi pengganti yang dapat menggantikan minyak bumi seperti bensin, solar. Minyak bumi berasal dari hewan dan tumbuhan yang yang melapuk dan tertimbun selama jutaan tahun yang lalu.


(19)

BAB III

METODE PENELIITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SDN Cisampang 3 Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak. Alasan peneliti melakukan penelitian di SDN Cisampang 3 yaitu karena letaknya yang strategis yang berada di kecamatan Gunungkencana. Selain letaknya yang strategis, alasan utama penelitian dilakukan di SDN Cisampang 3 yaitu karena di SD tersebut mempunyai masalah dalam hal pembelajaran IPA pada konsep Energi. Untuk itu, peneliti akan mencoba menerapkan metode Contextual Teaching and Learning (CTL), sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah aktivitas belajar siswa atau kegiatan pembelajaran konsep Energi dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning di kelas IV SDN Cisampang 3 yang secara keseluruhan berjumlah 26 Orang siswa. Subyek penelitian ini dilandasi pada tingkat perkembangan peserta didik yang dianggap masih dalam tahap konkret, dengan demikian pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA.


(20)

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berasal dari istilah bahasa inggris yaitu classroom Action Research yag berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru beserta pengamat (observer), mungkin temannya.

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu keadaan sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan buat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Menurut Sukardi (Kunandar, 2011: 53). Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau setelah tindakannya, untuk kemudia diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946, yang kemudian penelitian ini dilanjutkan dan dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, dan yang lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan


(21)

34

menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik dibidang pendidikan, kesehatan, maupunpengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar dikelas, menangani bimbingan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subjek penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa, atau di sekolah.

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekalian sebagai peneliti. Dan penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran (Basrowi, M, dan Suwandi, 2008: 28).

Dalam pelaksanaan penelitian ini guru sangat berperan aktif dalam melaksanakan kegitan pembelajaran yang memberikan materi dan pengetahuan umum yang lainnya. Agar siswa dapat menangkap materi yang akan guru sampaikan didalam pembelajaran, maka guru harus menyiapkan dan menyajikan materi ajar sebaik mungkin. Sehingga siswa dapat memahami pelajaran dan kualitas hasil belajar siswapun bisa meningkat. Penelitia tindakan sebagai bentuk penelitian praktis mengacu kepada apa yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Menurut pendapat Wibawa (2003:8) bahwa:

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis, reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak


(22)

disusunnya suatu perencanaan sampai dengan penelitian terhadap tindakan nyata didalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Pada dasarnya penelitian selalu berupaya untuk memecahkan suatu problema. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki kinerja sehingga meningkatkan hasil belajar. Beberapa karakteristik pada PTK sebagai berikut:

1. Masalah yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu beragkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru.

2. Adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

Secara luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu pembelajaran atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi yang bisa membuat siswa senang sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Sedangkan menurut Arikunto, S et al. (2002: 82) bahwa:

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses


(23)

36

pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Penelitian ini terjadi dalam masyarakat atau kelompok sasaran dan hasilnya dapat diperkenalkan langsung pada masyarakat atau kelompok yang bersangkutan. (Arikunto, S et al. 2002: 82).

Suatu penelitian yang dikembangkan kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan melalui strategi pembelajaran yang akan disampaikan umumnyan kepada peserta. Agar hasil belajar siswa bisa meningkat dan pengetahuannya bertambah.

a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas.

Ada beberapa kriteria dalam Penelitian Tindakan Kelas menurut Kunandar (2011: 58-63), antara lain:

1. Masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyatayang muncul dari dunia kerja si peneliti. Ptk didasarkan pada masalah masalah yang benar- benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar.

2. PTK yang dilakukan oleh guru sebagai upaya dalam memecahkan masalahyang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajardi kelasnya melalui suatu tindakan sebagai upaya menyempurnakan pembelajaran di kelasnya.

3. PTK dilaksanakan dalam rangka untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil belajar yang dicapai siswa.


(24)

4. Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melelui urutan yang terdiri dari beberapa tahap. Yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.

5. Tindakan dalam PTK adalah sebagai alat atau cara untuk memperbaiki masalah yang di hadapi guru di kelas.

6. Pengkajian terhadap tindakan, dampak dari tindakan yang harus dilakukan dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak positif atau negative kepada siswa yang tidak diduga sebelumnya.

7. Aktivitas siswa dipicu oleh berbagi macam masalah praktis yang dihadapi oleh guru, permasalahan yang sesuai dengan karakteristik siswadalam kelas.

8. PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra, artinya perlu adanya partisipasi pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektifitas dari hasil PTK seperti guru dengan guru lainnya, guru dengan kepala sekolah, dan yang lainnya.

9. Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi.dalam refleksi banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari evaluasi tindakan, sampai dengan memutusakan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya.


(25)

38

10.Semua itu dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Dimana dalam satu siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Karakteristik diatas merupakan penelitian pemecahan masalah-masalah yang dihadapi guru di kelas setiap pembelajaran berlangsung, yang muncul dari situasi pembelajaran berlangsung. Mulai dari hasil belajar siswa yang bermasalah, sikap siswa, dan lainnya.

b. Tujuan penelitian tindakan kelas menurut Kunandar (2011: 63-64) sebagai berikut:

1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi didalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengn siswa yang sedang belajar. Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar. Seperti nilai UTS, UAS, motivasi dan lainnya.

2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakatberkembang secara cepat.

3. Peningkatan relevansi pendidiakan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.

4. Sebagai alat traning and service,yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.

5. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dalam perubahan.


(26)

6. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.

7. Meningkatkan sikap propesional pendidikan dan tenaga kependidikan.

8. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap pro aktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditinjukan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumberdaya yang terintegrasi di dalamnya.

Semua tujuan di atas merupakan cara agar pendidkan yang ada terlaksana dengan baik dan lancer. Sehingga peserta didik yang menjadi tujuan utama dala pembelajaran bisa mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat di kehidupannya.

c. Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut:

1. Membuat guru peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas.

2. Meningkatkan kinerja guru.

3. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelas.


(27)

40

4. Kegitan penelitian ini tidak menggangu kegitan guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu sebagai pengajar dan pendidik.

5. Guru menjadi lebih kreatif

6. Dengan melaksanakan PTK, berarti guru telah melaksanakan pengajaran yang reflektif, artinya guru secara sadar, terencana dan sistematis dalam melakukan penyempurnaan pembelajaran yang telah dilakukan.

7. Dapat segera memecahkan masalah yang dihadapinya ketika melaksanakan proses pembelajaran.

8. Kegiatan ini dapat menjembatani kesenjangan teori dengan fakta empiris.

Apabila guru mengetahui manfaat ini semua, maka proses pembelajaran akan lebih baik dan peseta didik tidak bosan dengan pembelajaran yang ada seperti sebelumnya. Peserta didik pun akan lebih bisa menangkap apa yang telah guru terangkan.

d. Model-model Penelitian Tindakan Kelas 1. Kurt Lewin

Penelitian tindakan adlah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan , dan refleksi. 2. John Elliott

Penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi social dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi social tersebut.


(28)

3. Hopkins

Mengembangkan model PTK berdasarkan model-model yang sebelumya sudah ada.

4. Dave Ebbut dalam Hopkins

Penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melaksanakan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. 5. Kemmis dan M.C. Taggart

Penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan partisipan untuk meningkatkan pendidikan atau situasi sisial yang mereka lakukan.

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan model Kemmis dan M.C. Taggart, Langkah-langkahnya yaitu:

a. Perencanaan (planning)

Rencana tindakan dalam suatu penelitian adalah hal yang sangat penting, disusun berdasarkan pada tahap identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra siklus. Kegiatan ini dimaksudkan untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan pada hasil refleksi siswa.

b. Tindakan (Acting)

Pada tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat pada perencanaan. Pelaksanaannya berlangsung


(29)

42

didalam kelas yang merupakan realisasi dari segala teori pendidikan dan model pembelajaran yang dipersiapkan sebelumnya.

c. Pengamatan (Observing)

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang terkumpul pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang telah dibuat serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen penelitian yang telah disiapkan pada tahap sebelumnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi ini adalah upaya untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Kegiatan belajar mengajar pada pra siklus dan mendiskusikan temuan-temuan serta kesulitan yang dialami. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji kembali hasil penelitian, serta merencanakan rancangan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus berikutnya.


(30)

Berikut ini merupakan alur perencanaan PTK pada kelas IV SDN 3 Cisampang Kecamatan Gunugkencana dengan model Contextual Teaching and Learning pada konsep energi.

Gambar 3.1: Modifikasi Alur PTK menggunakan model Kemmis dan Taggart

C. Prosedur Penelitian 1. Pra siklus

Refleksi Pra Siklus observasi

Siklus 1

Perencanaan

Tindakan Observasi

Refleksi


(31)

44

a. Observasi

Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran bekerja sama dengan guru kelas yang berkaitan dengan materi energi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelumnya.

b. Refleksi

Dalam kegiatan ini peneliti dan guru kelas mendiskusikan permasalahan yang dihasilkan melalui proses pengamatan yang berkaitan dengan pembelajaran pada konsep energi. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, peneliti bersama guru mitra perlu mengadakan perbaikan dalam pembelajaran dengan menerapkan metode Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Siklus 1

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti mencatat hasil pengamatan dan temuan yang diperoleh pada tahap pra siklus. Peneliti dalam kegiatan ini, di awali dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL).

b. Tindakan

Pada tahap ini merupakan realisasi pelaksanaan perencanaan yang sudah disusun berdasarkan temuan pada pra siklus. Peneliti


(32)

melaksanakan suatu tindakan yang merupakan langkah perbaikan dari kekurangan yang terjadi prasiklus untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep energi dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning. Dalam tahap ini konsep yang digunakan adalah konsep energi panas dan bunyi, yaitu sebagai berikut:

 Guru melakukan apersepsi untuk menbangun pengetahuan awal siswa dalam konsep energi panas yang diajarkan melalui tanya jawab dengan siswa yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

 Guru menyuruh siswa untuk mengamati energi panas dan bunyi yang mereka ketahui dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

 Guru menyuruh siswa menulis hal-hal yang telah mereka amati tentang energi panas dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

 Guru menyuruh siswa menulis hal-hal yang telah mereka amati tentang energi bunyi dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

 Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil pengamatannya tadi.

 Guru dan siswa bertanya jawab menyimpulkan materi ajar dan guru memberikan penguatan tentang materi ajar.


(33)

46

Dalam kegiatan ini peneliti memfokuskan pengamatan terhadap aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Hal-hal yang diteliti dalam proses pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning adalah:

Keterampilan guru dalam menggunakan model Contextual Teaching and Learning

 Kegiatan siswa dalam memahami konsep energi. d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti dibantu oleh guru mengevaluasi dan mendiskusikan tentang temuan-temuan yang muncul pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, apakah ada peningkatan hasil tindakan, jika hasil belum maksimal maka dilanjutkan ke siklus berikutnya.

D. Instrumen Penelitian

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah Observasi, dan Tes.

1. Observasi


(34)

Observasi digunakan bila obyek penelitian yang bersifat prilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian lebih tertuju pada proses kerja dan prilaku siswa di dalam kelas dalam melakukan pembelajaran. Karena bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep energi yang sebelumnya siswa kurang menguasai materi ajar sehingga nilai hasil belajar mereka kecil.

Observasi digunakan peneliti untuk melihat dan memantau langsung apa yang terjadi di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Adapun observasi langsung ini berupa pengamatan proses pembelajaran dengan model CTL pada konsep Energi. Data yang dikumpulkan meliputi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berkaitan dengan proses pembelajaran, sementara data kuantitatif berkaitan dengan hasil belajar siswa.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dalam konsep energi. Apakah ada masalah atau kekurangan pada siswa dalam proses pembelajaran di kelas sehingga peneliti dapat mengetahui langsung seberapa jauh masalah itu. Dengan observasi peneliti dapat mencari solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam konsep energi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam konsep energi.


(35)

48

Tabel 3.1

Pedoman Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran IPA Pada Konsep Energi Dengan Model CTL

No Aspek yang

Diamati Deskriptor

Nilai Ya Tidak 1 Konstuktivisme  Siswa membangun sendiri

pengetahuan nya melalui keterlibatan aktif dalam pembelajaran.

 Guru mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar.

 Guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

2 Bertanya  Pertanyaan sesuai dengan

materi pembelajaran.

 Guru memberikan respon dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

 Siswa aktif dan merespon.

3 Menemukan  Guru merumuskan masalah.

 Siswa melakukan observasi.

 Siswa menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain.


(36)

menyajikan hasilnya pada pihak lain.

4 Masyarakat belajar

 Siswa bekerja sama dengan kelompoknya sesuai tugasnya.

 Siswa aktif dalam berdiskusi.

 Siswa kompak dalam menyelesaikan masalah.

 Siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi.

5 Pemodelan  Guru memanfaatkan model

yang digunakan dalam pembelajaran dengan baik.

 Siswa memahami materi sesuai dengan model pembelajaran.

 Kekreatifitasan guru dalam mendeskripsikan model yang digunakan dalam

pembelajaran.

6 Refleksi  Guru merespons semua

kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi pada pembelajaran.

 Guru memberikan kesan dan pesan mengenai pembelajaran.

 Siswa mengajukan kritik dan saran.

 Guru menciptakan sebuah solusi.

7 Penilaian autentik  Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

 Ketekunan dan keuletan siswa dalam pembelajaran.

 Keaktifan siswa dalam belajar.

 Partisipasi siswa dalam belajar.

Jumlah Persentase


(37)

50

Keterangan:

Ya = Jika deskriptor yang tampak pada siswa dalam pembelajaran lebih dari 50%.

Tidak = Jika deskriptor yang tidak tampak pada siswa dalam pembelajaran kurang dari 50%.

2. Tes Hasil Belajar

Tes adalah sebuah pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Menutut Arikunto (2006: 150). Tes adalah pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep Energi yaitu tes tertulis. Bentuk tes yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu bentuk pilihan ganda, digunakan sebagai alat dalam pembelajaran IPA pada konsep Energi dengan menerapkan metode CTL.

Tes tertulis dapat dibagi menjadi dua bagian,yaitu tes subjektif dan tes objektif, keuntungan tes tertulis adalah waktu yang digunakan sangat efesian, dan semua siswa mendapatkan soal yang sama, tes dapat mengukur kemampuan siswa. Berikut adalah cara peneliti menyusun tes:


(38)

Kisi-kisi merupakan tahapan untuk mempermudah dalam membuat soal, dan untuk mengetahui gambaran soal yang akan dibuat, selain itu juga berguna untuk memudahkan menganalisis soal dalam setiap pokok materi. Berikut adalah kisi-kisi soal untuk mata pelajaran IPA pada konsep energi.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Soal Mata Pelajaran IPA Kelas IV Konsep energi panas

Siklus 1

No Pokok/Sub Pokok Bahasan

Tipe Soal

No. Soal Pilihan Ganda

1. Energi panas 5 1,5,6,8,9

2. Manfaat energi panas 5 2,3,4,7,10

Jumlah 10 10 Soal

Tabel 3.3

Kisi-kisi Soal Mata Pelajaran IPA Kelas IV Konsep energi bunyi

Siklus 2


(39)

52

No Pokok/Sub Pokok Bahasan Pilihan Ganda No. Soal

1. Energi bunyi 5 1,3,6,8,9

2. Manfaat energi bunyi 5 2,4,5,7,10

Jumlah 10 10 Soal

Tabel 3.4

Kisi-kisi Soal Mata Pelajaran IPA Kelas IV Konsep energi alternatif

Siklus 3

No Pokok/Sub Pokok Bahasan

Tipe Soal

No. Soal Pilihan Ganda

1. Energi alternatif 5 2,4,5,9,10 2. Manfaat energi alternative 5 1,3,6,7,8

Jumlah 10 10 Soal

Keterangan:

-Setiap soal objektif bobotnya nilainya 10. -Jadi, nilai maksimal adalah 100.


(40)

- 90 - 100 = A (Baik sekali) - 80 - 90 = B (Baik) - 60 - 70 = C (Cukup) - 50 -60 = D (Kurang) - <50 = E (Buruk)

Sedangkan untuk mengetahui nilai rata-rata kelas adalah sebagai berikut:

Jumlah nilai seluruh siswa Nilai rerata kelas =

Jumlah seluruh siswa Kriteria Penilaian:

 86 – 100 = Baik sekali

 71 – 85 = Baik

 56 – 70 = Cukup

 <55 = Kurang

b. Menentukan jenis dan bentuk tes

Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yaitu tes formatif, sedangkan jenis tes yang digunakan yaitu tes tertulis yang merupakan tes objektif atau pilihan ganda sebanyak 10 soal.


(41)

54

d. Membuat kunci jawaban E. Analisis Data

1. Persiapan

Melalui tahap ini peneliti mengecek kelengkapan data yang diperoleh benar-benar memenuhi syarat untuk dianalisis sehingga kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya tidak diragukan. Seperti nama siswa sampai kelengkapan identitas pengisian instrumen yang dilakukan siswa.

2. Pengolahan data a. Lembar Observasi

Untuk memperoleh data persentase maka peneliti mengolah data pada lembar observasi dengan cara:

Jumlah skor seluruh nilai

Kriteria Penilaian = x 100 Banyaknya nilai

Kriteria Penilaian (menurut Uyu wahyudin, 2010:74):

 86% – 100% = Baik sekali

 71% – 85% = Baik

 56% – 70% = Cukup

 <55% = Kurang b. Tes hasil belajar


(42)

Pada tahap ini, setelah jawaban yang benar diberi bobot, maka peneliti mencari rerata dengan cara sebagai berikut:

Nilai yang diperoleh

Kriteria Penilaian = x100 Nilai maksiamal

Kriteria Penilaian (menurut Rakhmat dan Solehudin, 2012:56):

 90 – 100 = Baik sekali

 80 – 89 = Baik

 65 – 79 = Cukup

 55 – 64 = Kurang


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Untuk mengatasi kesulitan siswa khususnya pada mata pelajaran IPA dalam konsep Energi, peneliti mencoba untuk menerapkan Model Contextual Teaching and Learning. Model Contextual Teaching and Learning yaitu suatu konsep belajar yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga apa yang selama ini mereka pelajari dikelas dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Penelitian yang peneliti lakukan, yaitu dengan menggunkan model PTK Kemmis dan Taggrat, yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Kegiatan pembelajaran IPA pada konsep Energi dengan menerapkan Model Contextual Teaching and Learning, setiap siklusnya meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase nilai observasi langkah-langkah kegiatan pembelajaran IPA pada konsep Energi dengan menerapkan Model Contextual Teaching and Learning. Pada siklus I memperoleh nilai 56%, pada siklus II meningkat menjadi 68%, kemudian pada siklus III menjadi 84%.


(44)

Hasil belajar siswa dari mulai siklus I, siklus II dan siklus III, setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada saat pra siklus perolehan nilai rerata siswa pada konsep energi yaitu 4.78, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 5,5, siklus II meningkat menjadi 6,6. dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 7,8.

Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan Model Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dalam konsep energi. Dengan Model Contextual Teaching and Learning yang selama ini dipelajari oleh siswa dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih bermakna. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rerata hasil tes siswa, dan lembar observasi siswa yang mengalami peningkatan mulai dari siklus I, siklus II, sampai siklus III.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian dengan Model Contextual Teaching and Learning pada konsep energi dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka peneliti mengajukan rekomendasi yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Bagi para guru diharapkan dapat menerapkan Model Contextual Teaching and Learning pada pembelajaran IPA khususnya, maupun untuk mata pelajaran yang lain.


(45)

82

2. Bagi Kepala Sekolah

Peneliti mengharapkan kepada kepala sekolah, agar dapat memberikan dukungan dalam bentuk motivasi, serta memfasilitasi guru dalam mencoba suatu pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memilih metode yang cocok dengan materi seperti menerapkan Model Contextual Teaching and Learning pada kegiatan pembelajaran IPA di SD.

3. Bagi Instansi Terkait

Diharapkan instansi terkait seperti UPTD agar mendukung untuk mensosialisasikan hasil penelitian ini yaitu tentang pendekatan CTL kepada para guru melalui kegiatan KKG.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Barlia, L. (2009). Teori Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Subang: Royyan Press.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia.

Devi, Poppy.K. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Huda, Miftahul.(2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iskandar, S M. (1996/1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Johnson, E. B.(2002). Contextual Teaching and Learning. California:Corwin Press.

Kunandar. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung CV. Alfabeta.

Suprijono, A. (2009). Cooverative Learning:Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Wahyono, Budi. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 4. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Wahyudin, U. et. Al. (2010). Pembelajaran Bilangan Bulat. Jakarta: Prestasi Pustaka Karya.


(47)

Wibawa, B. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

mencari rerata dengan cara sebagai berikut: Nilai yang diperoleh

Kriteria Penilaian = x100 Nilai maksiamal

Kriteria Penilaian (menurut Rakhmat dan Solehudin, 2012:56):  90 – 100 = Baik sekali

 80 – 89 = Baik  65 – 79 = Cukup  55 – 64 = Kurang  <55 = Buruk


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Untuk mengatasi kesulitan siswa khususnya pada mata pelajaran IPA dalam konsep Energi, peneliti mencoba untuk menerapkan Model Contextual Teaching and Learning. Model Contextual Teaching and Learning yaitu suatu konsep belajar yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sehingga apa yang selama ini mereka pelajari dikelas dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Penelitian yang peneliti lakukan, yaitu dengan menggunkan model PTK Kemmis dan Taggrat, yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Kegiatan pembelajaran IPA pada konsep Energi dengan menerapkan Model Contextual Teaching and Learning, setiap siklusnya meningkat. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase nilai observasi langkah-langkah kegiatan pembelajaran IPA pada konsep Energi dengan menerapkan Model Contextual Teaching and Learning. Pada siklus I memperoleh nilai 56%, pada siklus II meningkat menjadi 68%, kemudian pada siklus III menjadi 84%.


(3)

mengalami peningkatan. Pada saat pra siklus perolehan nilai rerata siswa pada konsep energi yaitu 4.78, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 5,5, siklus II meningkat menjadi 6,6. dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 7,8.

Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan Model Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dalam konsep energi. Dengan Model Contextual Teaching and Learning yang selama ini dipelajari oleh siswa dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih bermakna. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rerata hasil tes siswa, dan lembar observasi siswa yang mengalami peningkatan mulai dari siklus I, siklus II, sampai siklus III.

B. Rekomendasi

Setelah melakukan penelitian dengan Model Contextual Teaching and Learning pada konsep energi dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka peneliti mengajukan rekomendasi yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru


(4)

82

2. Bagi Kepala Sekolah

Peneliti mengharapkan kepada kepala sekolah, agar dapat memberikan dukungan dalam bentuk motivasi, serta memfasilitasi guru dalam mencoba suatu pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memilih metode yang cocok dengan materi seperti menerapkan Model Contextual Teaching and Learning pada kegiatan pembelajaran IPA di SD.

3. Bagi Instansi Terkait

Diharapkan instansi terkait seperti UPTD agar mendukung untuk mensosialisasikan hasil penelitian ini yaitu tentang pendekatan CTL kepada para guru melalui kegiatan KKG.


(5)

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Barlia, L. (2009). Teori Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Subang: Royyan Press.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia.

Devi, Poppy.K. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Huda, Miftahul.(2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iskandar, S M. (1996/1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Johnson, E. B.(2002). Contextual Teaching and Learning. California:Corwin Press.

Kunandar. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung CV. Alfabeta.

Suprijono, A. (2009). Cooverative Learning:Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(6)

Wibawa, B. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

Peranan Model Ctl (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Pkn ( Di Mis Irsyadul Khair)

0 22 179

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Pengaruh penggunaan metode CTL (Contextual Teaching And Learning) terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak dan energi

1 21 183

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

“Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika di Kelas IV MIN Parung

0 7 169

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KONSEP KEGIATAN EKONOMI DALAM PEMBELAJARAN IPS:PTK di Kelas IV SDN Lopang Cilik Kecamatan Serang Kota Serang.

0 0 39

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 6 TANJUNGREJO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

0 0 21