PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh Mawaddah

1001074

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN

PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Oleh Mawaddah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

© Mawaddah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Oleh:

Mawaddah Nim: 1001074 Disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I

Prof. Dr. Fransisca Sudargo, M.Pd NIP: 195107261978032001

Pembimbing II

Dr. Bambang Supriatno, M.S NIP. 196305211988031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si NIP.196305011988031002


(4)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, tanggung jawab, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Rudy, 2011 ).

Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan adalah hasil kontruksi dari kegiatan atau tindakan seseorang. Setiap pengetahuan mengandaikan suatu interaksi dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek, seseorang tidak dapat mengontruksi pengetahuan (Suprijono, 2009: 30). Pelajaran Biologi merupakan bagian dari sains yang diterapkan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Pada mata pelajaran biologi, siswa lebih dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena banyak materi yang bersifat abstrak bagi siswa. Dengan demikian guru harus memilih metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan pengetahuan baru bagi siswa. Menurut Duckworth (1986 dalam Dahar, 2006), guru harus aktif menemukan cara-cara untuk memahami konsepsi siswa, menyarankan konsepsi alternatif, menstimulusi keheranan diantara para siswa, dan mengembangkan tugas-tugas kelas yang mengarah pada kontruksi pengetahuan. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan kegiatan aktif siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Kegiatan metode pembelajaran kooperatif di mana siswa akan duduk bersama dalam sebuah kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Setiap anggota kelompok sama-sama mencapai hasil yang nantinya akan dirasakan oleh semua anggota kelompok (Slavin, 2005).


(5)

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai variasi, diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran berkelompok di mana siswa yang beranggotakan empat orang yang berbeda kemampuan, tingkatan, jenis kelamin dan latar belakangnya akan duduk bersama dalam satu kelompok. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui presentasi kelas, lalu siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai materi yang disampaikan guru. Selanjutnya, siswa akan mengerjakan kuis secara individu. Keberhasilan masing-masing anggota kelompok dalam kuis ini akan menentukan keberhasilan kelompok. Skor kuis siswa akan dibandingkan dengan pencapaian sebelumnya. Masing-masing tim akan diberikan skor berdasarkan tingkat kemajuan yang diraihnya dan akan diberikan reward (penghargaan) bagi tim yang memenuhi kriteria. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa agar dapat saling memotivasi dan saling mendukung antar anggota kelompok dalam menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru (Slavin, 2005: 11).

Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dengan siswa serta komunikasi timbal balik dalam keadaan terpelajar untuk mencapai suatu tujuan belajar. Interaksi dan komunikasi yang terjadi antara siswa dan guru ini merupakan salah satu syarat terjadinya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar tidak sekedar hubungan komunikasi antara guru dan siswa, tetapi merupakan interaksi terpelajar yang tidak hanya penyampaian materi pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar (Rustaman, 2005).

Proses pembelajaran yang telah berlangsung selama ini belum juga memperlihatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Sebagian siswa ada yang bersifat pasif, kurang kreatif-inisiatif, kurang berani bertanya, kurang mampu mengemukakan pendapat, kurang mampu dalam mengolah data, kurang mampu dalam membaca data dan keingintahuan siswa yang masih rendah. Peran guru sangat diperlukan untuk mengarahkan siswa agar belajar aktif dan selalu memberikan motivasi serta menciptakan pembelajaran


(6)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang menggugah antusias siswa dalam mengikuti setiap pembelajaran. Keterampilan proses sains adalah salah satu pendekatan yang harus dijadikan acuan bagi seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Keterampilan proses sains menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan. Keterampilan diartikan kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreatifitas (Rudy, 2011 ).

Pembelajaran akan bermakna apabila siswa terlibat aktif secara intelektual, manual dan sosial. Belajar dengan pendekatan keterampilan proses sains dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sains, sikap ilmiah dan sikap kritis. Keterampilan proses sains meliputi keterampilan intelektual, keterampilan manual, dan keterampilan sosial yang perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung. Salah satu bagian dari keterampilan proses sains adalah keterampilan komunikasi (Rustaman, 2005).

Komunikasi mempunyai arti yang penting dalam menjalin interaksi selama pembelajaran di kelas. Komunikasi berperan untuk menciptakan suasana belajar yang interaktif dan kondusif. Hal ini menyebabkan perlunya suatu pendidikan yang memberikan kecakapan hidup. Kemampuan dasar yang termasuk kecakapan hidup dan yang harus dimiliki setiap siswa adalah keterampilan berkomunikasi. Komunikasi akan menciptakan suatu pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif. Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu pembelajaran yang lebih baik dan efektif, diperlukan komunikasi yang baik, sehingga kemampuan berkomunikasi ini harus dikembangkan dalam diri siswa (Rustaman, 2005 ).

Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang penting dimiliki oleh siswa karena dengan memiliki keterampilan berkomunikasi, siswa dapat mengkomunikasikan informasi baik secara lisan maupun secara tulisan kepada masyarakat luas. Keterampilan komunikasi menunjukkan interaksi siswa dalam kelas baik dengan guru ataupun siswa sesamanya, karena berkomunikasi dapat dilakukan melalui tulisan seperti gambar (grafik atau bagan), membaca tabel, mengolah data dan berbicara. Interaksi yang hendak dibentuk di dalam kelas melalui keterampilan berkomunikasi ini dapat dilakukan dengan menyusun


(7)

kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa. Siswa dapat diminta untuk membaca data dalam tabel dan mengemukakannya kembali atau siswa dapat ditugaskan untuk menyajikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel atau grafik (Rustaman, 2005).

Peran guru yang begitu penting menuntut seorang guru memiliki keterampilan dalam merancang pembelajaran sebaik mungkin agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, karena peran guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Seorang guru harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif, sehingga pembelajaran tidak didominasi oleh guru tetapi terjadi interaksi yang baik antar semua komponen pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subrata (2007) penerapan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan capaian kompetensi dasar pada siswa SMP. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Chaeriyah (2010) pada tingkat SMP didapatkan hasil bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Selain itu Damayanti (2009) pada tingkat SMA didapatkan hasilnya bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam materi sistem reproduksi.

Model pembelajaran kooperatif yang dipakai dalam pembelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) karena memiliki kekhasan tersendiri yaitu adanya kompetisi antar kelompok. Setiap kelompok harus memastikan semua anggota kelompoknya menguasai materi yang diajarkan oleh guru demi keberhasilan kelompok karena setiap anggota kelompok akan menentukan keberhasilan kelompok melalui pencapaian skor kuis individual. Materi sistem ekskresi merupakan materi yang abstrak, sehingga materi tersebut sulit dipahami jika hanya dijelaskan oleh guru tanpa ada keaktifan dari siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran menggunakan kooperatif tipe STAD ini siswa akan berpartisipasi secara aktif dalam tim dan karena materi ini bersifat abstrak. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) Terhadap


(8)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan Berkomunikasi Tulisan dan Penguasaan Konsep Sistem Ekskresi pada Siswa Kelas XI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) terhadap keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep pada sistem ekskresi?” Untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, maka dimunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keterampilan berkomunikasi tulisan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STADpada konsep sistem ekskresi?

2. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep sistem ekskresi?

3. Bagaimanakah hubungan antara keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran sistem ekskresi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep sistem ekskresi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bermula dari rasa ingin tahu penulis mengenai keterampilan berkomunikasi tulisan yang dirasa belum mendapat perhatian oleh pendidik di sekolah, padahal keterampilan berkomunikasi tulisan ini bisa menjadi salah satu bekal keterampilan siswa dan juga sebagai bahan awal untuk menjawab pertanyaan yang belum di mengerti di kemudian hari untuk siswa itu sendiri. Berdasarkan paparan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis keterampilan berkomunikasi tulisan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep sistem ekskresi.


(9)

2. Menganalisis penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep sistem ekskresi.

3. Menganalisis hubungan antara keterampilan berkomunkasi tulisan dan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran sistem ekskresi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka permasalahannya dibatasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe, namun dalam penelitian ini yang digunakan dalam kelas eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin (2005). Sedangkan model pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model pembelajaran konvensional yaitu, pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, siswa dikelompokkan kedalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang. 2. Keterampilan berkomunikasi tertulis yang diambil dari indikator

keterampilan proses sains yang khusus untuk keterampilan berkomunikasi tertulis, yaitu keterampilan membaca gambar, bagan, tabel dan grafik (Rustaman, 2005).

3. Penguasaan konsep yang diukur adalah kemampuan ranah kognitif siswa berdasarkan taksonomi Bloom yakni mulai dari jenjang C1 (menghafal), jenjang C2 (memahami), jenjang C3 (menerapkan), jenjang C4 (menganalisis), jenjang C5 (evaluasi), dan jenjang C6 (membuat).

4. Siswa yang di maksud adalah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas yang mengambil program Ilmu Pengetahuan Alam yang belum mempelajari konsep sistem ekskresi manusia di Sekolah Menengah Atas sebelumnya.


(10)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Asumsi

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) dapat mempengaruhi keterampilan berkomunikasi tulisan karena dalam pembelajaran dengan menggunakan model ini siswa harus aktif mengamati, berkontribusi, berkomunikasi, dan berinteraksi pada saat pembelajaran selain itu dapat mengidentifikasi masalah yang untuk selanjutnya membuat hipotesis.

2. Pembelajaran kooperatif mengupayakan keberhasilan kerja teman-teman sekelompok. Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar anggota kelompok (Huda, 2012).

3. Dalam model pembelajaran cooperative learning, siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya, sehingga kemampuan berkomunikasi lebih berkembang (Isjoni, 2007: 5)

F. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah “terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa antara kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada konsep sistem ekskresi”

G. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran di sekolah, antara lain:

1. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai pengetahuan baru berdasarkan informasi dan data yang diperoleh serta sebagai sarana pembelajaran untuk bekal kelak ketika menjadi seorang guru yang terjun di lingkungan sekolah secara langsung, sehingga dapat menjadi guru yang propesional dalam melakukan pembelajaran.


(11)

2. Bagi Siswa

Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa serta merangsang siswa untuk berpikir dan bekerja sama baik dengan guru ataupun dengan siswa yang lainnya. Hal ini kemudian diharapkan dapat meningkatkan prestasi, motivasi dan rasa percaya diri siswa.

3. Bagi Guru

a. Memperoleh informasi tentang keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sehingga guru dapat terus mengembangkan inovasi dalam penggunaan pembelajaran dan sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.

b. Sebagai salah satu model pembelajaran, diharapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif cara mengajar yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi tulisan siswa.

4. Bagi peneliti lain

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pembanding terhadap penelitian yang relevan dan berkaitan dengan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep pada konsep sistem ekskresi.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal bagi peneliti lain jika akan melakukan penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam konsep biologi lainnya.


(12)

36

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Bandung yang beralamat di Jalan Lengkong Kecil No. 53 Bandung suasananya cukup kondusif untuk dilakukan pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 21 April - 8 Mei 2014 dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Pengumpulan data

Kegiatan Kelas eksperimen Kelas kontrol

Pretes 23 April 2014; (12.30-14.00) 21 April 2014; (13.15-14.00)

Pertemuan I 24 April 2014; (10.15-11.45) 23 April 2014; (10.15-11.45) Pertemuan II 30 April 2014; (12.30-14.00) 28 April 2014; (13.15-14.00) Pertemuan III 07 Mei 2014 ; (12.30-14.00) 30 April 2014; (10.15-11.45)

Postes 08 Mei 2014 ; (12.30-14.00) 05 Mei 2014 ; (13.15-14.00)

Subjek penelitian adalah siswa SMA kelas XI IPA SMAN 7 Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang belum menerima pembelajaran tentang sistem ekskresi. Kelas yang dijadikan penelitian hanya dua kelas.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Kelas XI IPA SMAN 7 Bandung semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah enam kelas. Menurut Sugiyono (2012: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki karaketeristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam penelitian ini digunakan sampel yang berasal dari dua kelas yaitu kelas XI IPA 5 sebagai kontrol dan kelas XI IPA 6 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa pada masing-masing kelas adalah XI IPA 5 berjumlah 34 orang siswa, sedang kelas XI IPA 6 berjumlah 27 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak kelas.


(13)

Mawaddah, 2014

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-Equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2012:116). Penelitian tersebut menggunakan satu kelas eksperimen yaitu kelas yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan satu kelas kontrol yaitu kelas yang pembelajaranya menggunakan pembelajaran konvensional. Pre-test (test awal) diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Selanjutnya dilakukan pembelajaran pada kedua kelas tersebut oleh guru yang sama. Di akhir pembelajaran kedua kelas tersebut diberikan post test (tes akhir) untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran. Desain penelitian ini digambarkan dengan rancangan sebagai berikut:

Tabel 3.2.Non-Equivalent Control Group Design Kelompok Pretes Pembelajaran Postes

Kontrol M1 O M2

Ekperimen M3 X M4

Keterangan: M1, M3: Pretes

X : Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD O : Penerapan pembelajaran konvensional

M2, M4: Postest

D. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode penelitian eksperimen semu (Quasy Experiment). Eksperimen semu merupakan desain penelitian yang memiliki kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi hasil eksperimen (Sugiyono, 2012:114). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa pada sistem ekskresi. Metode


(14)

38

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini dipilih karena pada penelitian ini subjek penelitian tidak dapat dikontrol sepenuhnya.

E. Definisi Oprasional

Agar menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah yang digunakan sebagai variabel penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional. Istilah tersebut yaitu:

1. Keterampilan berkomunikasi tulisan berupa keterampilan mengintepretasikan data melalui gambar, tabel, bagan dan grafik. Komunikasi tulisan berdasarkan keterampilan proses sains yaitu mengubah gambar, tabel dan bagan ke dalam bentuk lain. Untuk menjaring keterampilan berkomunikasi tulisan siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan soal uraian yang berjumlah lima soal.

2. Penguasaan konsep yang diukur adalah aspek kognitif yang berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001). Ranah kognitif C1 merupakan tingkatan paling rendah yaitu mengingat (to remember). Tingkat yang lebih tinggi dari mengingat adalah ranah kognitif C2 yaitu memahami (to understand). Ranah kognitif C3 adalah mengaplikasikan (to apply). Setelah memahami diharapkan siswa dapat mengaplikasikan materi pembelajaran yang didapatkan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Ranah kognitif C4 adalah menganalisis (to analyze) dan ranah kognitif C5 adalah mengevalusi (to evaluate), sedangkan ranah kognitif tertinggi adalah C6 yaitu memcipta atau membuat (to create). Untuk menjaring penguasaan konsep siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan soal pilihan ganda yang berjumlah 25 soal dengan lima opsi.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan mencakup tes yang bertujuan untuk mengukur keterampilan berkomunikasi tulisan siswa dan penguasaan konsep serta angket yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Tes yang dilakukan mencakup tes


(15)

Mawaddah, 2014

subjektif dalam bentuk tes uraian dan tes objektif dalam bentuk tes pilihan ganda (multiple choice test) dengan lima jumlah opsi. Tes uraian digunakan untuk mengukur keterampilan berkomunikasi tulisan siswa yang meliputi keterampilan siswa dalam mengubah gambar menjadi uraian; uraian menjadi bagan; gambar menajdi tabel; uraian menjadi grafik, sedangkan tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa. Tes pilihan ganda mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, lebih representatif untuk mewakili materi yang luas dan penilaiannya lebih objektif (Arikunto, 2007).

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian ini, instrumen yang telah dibuat terlebih dahulu dilakukan judgement oleh beberapa dosen ahli dan dosen pembimbing. Tes keterampilan berkomunikasi tulisan yang di judgement berjumlah lima tes uraian dan 25 tes pilihan ganda. Setelah proses judgment dilanjutkan dengan uji coba instrumen. Uji coba instrumen diberikan kepada 35 siswa yang sudah memperoleh materi sistem ekskresi. Jumlah tes yang diuji coba meliputi lima tes uraian keterampilan berkomunikasi tulisan dan 25 tes pilihan ganda.

Instrumen yang digunakan terdiri dari: instrumen keterampilan berkomunikasi tulisan, instrumen tes penguasaan konsep, dan angket.

1. Instrumen keterampilan berkomunikasi tulisan

Soal keterampilan proses sains yang lebih difokuskan kepada soal keterampilan berkomunikasi tulisan berupa lima soal uraian yang digunakan untuk mengukur keterampilan berkomunikasi secara tulisan.

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berkomunikasi Tulisan

No Keterampilan berkomunikasi tulisan Jumlah soal

1 Keterampilan membuat tabel 2

2 Keterampilan membaca tabel 1

3 Keterampilan membuat bagan 1

4 Keterampilan membuat grafik 1

Jumlah 5


(16)

40

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen penguasaan konsep digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa mengenai alat-alat (organ) ekskresi pada manusia, struktur ginjal pada manusia, fungsi alat ekskresi, proses pembentukan urine, kandungan urine dan kelainan pada sistem ekskresi. Tipe soal adalah pilihan ganda yang berjumlah 25 soal. Kisi-kisi instrumen penguasaan konsep dapat diperlihatkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Tipe Pilihan Ganda untuk Penguasaan Konsep

No Konsep C1 C2 C3 C4 C5 C6 jumlah

1 Mendeskripsikan proses yang

terjadi dalam sistem ekskresi

4 14 2

2 Stuktur ginjal pada manusia 18,

23

8, 12

4 3 Fungsi ginjal, hati, paru-paru dan

kulit pada manusia

1, 17 2, 5 6, 22 7, 15 8

4 Proses pembentukan urin 11 13 3 24 25 5

5 Mendiskripsikan kandungan

ginjal

9, 16

10 3

6 Uji urin 20 1

7 Kelainan kelainan sistem ekskresi 21 19 2

Jumlah 4 5 4 7 3 2 25

3. Angket

Angket diberikan kepada siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai. Pemberian angket ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Adapun kisi-kisi angket yang akan diberikan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5. Kisi-Kisi Angket

No Aspek yang ditanyakan Nomor pertanyaan Jumlah Pertanyaan

1 Pembelajaran Biologi 1,2 2

2 Pembelajaran kooperatif tipe STAD

3,4,5,6,7,8, 14, 15 8

3 Pemahaman terhadap konsep

sistem ekskresi

9,12,13 3

4 Keterampilan berkomunikasi

tulisan

10,11 2


(17)

Mawaddah, 2014

G. Proses Pengembangan Instrumen

Untuk menguji kelayakan tes instrumen yang digunakan dalam penelitian, dilakukan analisis uji coba instrumen dengan melakukan analisis pokok uji. Analisis pokok uji dilakukan pada tes uraian maupun tes pilihan ganda. Analisis pokok uji yang dilakukan pada tes uraian meliputi: 1). Tingkat kesukaran, 2). Daya pembeda, 3). Validitas, 4). Reliabilitas, sedangkan analisis pokok uji yang dilakukan pada tes pilihan ganda meliputi: 1). Tingkat kesukaran, 2). Daya pembeda, 3). Pengecoh, 4). Validitas, 5). Reliabilitas (Arikunto, 2007).

1. Tingkat Kesukaran (TK)

Tes yang baik adalah tes yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tes yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya tes yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mau mencobanya lagi. Akan tetapi, hal tersebut tergantung dari penggunaanya. Dalam penelitian ini tes yang digunakan merupakan evaluasi pembelajaran yang dilakukan bukan tes yang bertujuan untuk seleksi (Arikunto, 2007). Rumus untuk tingkat kesukaran adalah:

TK = SA + SBIA + IB x Keterangan:

TK = Tingkat kesukaran

SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang dianalisis SB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soai yang dianalisis IA = Jumlah skor ideal kelompok atas pada butir soal yang dianalisis IB = Jumlah skor ideal kelompok bawah pada butir soal yang dianalisis Menurut ketentuan yang sering diikuti, Indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.6 Indeks Kesukaran Tes


(18)

42

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,00 - 0,30 Tes Sukar

0,31 – 0,70 Tes Sedang

0,71 – 1,00 Tes Mudah

(Arikunto, 2007:225)

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran pada soal keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Rekapitulasi hasil perhitungan tingkat kesukaran

Keterampilan berkomunikasi tulisan

Penguasaan Konsep

Nomor Soal Kriteria Nomor Soal Kriteria

- 5, 7, 9, 10, 15, 16,19, 20,

24

Sukar

1,2,3,4,5 Sedang 1, 2, 3,4, 8, 11, 12, 13, 17,

21, 22, 23, 25

Sedang

- 6, 14, 18, Mudah

2. Daya Pembeda (DP)

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2007). Rumus untuk daya pembeda:

Keterangan:

DP: Daya Pembeda

U : Jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar tiap soal L : Jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar tiap soal T : Jumlah seluruh siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah

Menurut ketentuan yang sering diikuti, kriteria daya pembeda sering diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda

Rentang Nilai D pada Soal Kriteria

0,00 - 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

DP = U – L ½ T


(19)

Mawaddah, 2014

0,71 – 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2007: 232)

Jika nilai daya pembeda negatif, sebaiknya tidak digunakan dan dibunag saja. Adapun rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda pada soal keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa adalah:

Tabel 3.9 Rekapitulasi hasil perhitungan daya pembeda

Keterampilan berkomunikasi tulisan

Penguasaan Konsep

Nomor Soal Kriteria Nomor Soal Kriteria

Jelek 4, 6,24 Jelek

Cukup 1,3, 9, 10,15,19,20 Cukup

1,2,3,4,5 Baik 2, 5,8, 11,13,14,16, 17,18,

21,24,25

Baik

Baik sekali 7, 12, 22 Baik sekali

3. Validitas

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan memiliki kesejajaran. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2007). Rumus untuk validitas butir soal pilihan ganda menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu:

Keterangan:

∑x : Jumlah skor seluruh siswa pada item tersebut

∑y : Jumlah skor total sluruh siswa pada tes N : Jumlah seluruh siswa

X : Skor tiap siswa pada item tersebut Y : Skor total tiap siswa

r xy : Koefien korelasi = validitas item

Rumus validitas untuk tes uraian menggunakan rumus korelasi product moment dengan simpangan, yaitu:

r xy =

N ∑XY –(∑X) (∑Y)

√ {N∑X2–(∑X)2} {N∑Y2–(∑Y)2}

r xy = ∑xy


(20)

44

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

∑xy : Jumlah perkalian x dengan y r xy : Koefien korelasi = validitas item

Untuk melakukan interpretasi digunakan kriteria menurut Arikunto (2007: 89) sebagai berikut:

Tabel 3.10 Klasifikasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 <r xy < 1,00 Sangat tinggi 0,60 <r xy < 0,80 Tinggi 0,40 <r xy < 0,60 Cukup 0,20 <r xy < 0,40 Rendah 0,00 <r xy < 0,20 Sangat rendah

r xy < 0,00 Tidak valid

(Arikunto, 2007)

Adapun rekapitulasi hasil perhitungan validitas pada soal keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa adalah:

Tabel 3.11 Rekapitulasi hasil perhitungan validitas

Keterampilan berkomunikasi tulisan

Penguasaan Konsep

Nomor Soal Kriteria Nomor Soal Kriteria

5 Tinggi 2, 12, 21,22 Tinggi

1,3,4 Cukup 1,3,4,5,6,8,9,11,13,14,15,16,

17,18,19,20,23,24

Cukup

2 Rendah 7,10,25 Rendah

Sangat rendah Sangat rendah

4. Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen evaluasi berhubungan dengan kepercayaan atau kekonsistenan hasil tes jika diberikan kepada subjek yang berbeda, waktu berbeda atau tempat yang berbeda. Nilai reliabilitas seluruh soal pilihan ganda adalah adalah 0,82, sedangkan nilai reliabilitas soal uraian keterampilan berkomunikasi tulisan adalah 0,83.

5. Pengecoh (Distractor)

Pola jawaban soal menentukan baik atau buruknya suatu instrumen penelitian. Suatu distraktor dianggap baik jika dipilih oleh paling sedikit 5% dari jumlah seluruh pengikut tes (Arikunto, 2007).


(21)

Mawaddah, 2014

H. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik yang berbeda-beda sesuai data yang dibutuhkan. Adapun teknik yang digunakan sebagai berikut:

1. Data keterampilan berkomunikasi tulisan siswa

Data keterampilan berkomunikasi tulisan siswa dikumpulkan melalui tes uraian. Tes uraian berjumlah 5 butir soal yang diberikan pada saat pretes dan postes. Tes uraian digunakan untuk mengumpulkan data keterampilan berkomunikasi tulisan, karena tes uraian lebih memberikan peluang untuk menguraikan apa yang difikirkan oleh siswa dengan jawaban yang luas.

2. Data Penguasaan Konsep Siswa

Data penguasaan konsep siswa dikumpulkan melalui tes pilihan ganda (multiple choice test). Tes pilihan ganda berjumlah 25 butir soal dengan masing-masing lima opsi yang juga diberikan pada saat pretes dan postes. Tes pilihan ganda digunakan untuk mengumpulkan data penguasaan konsep siswa karena tes pilihan ganda memiliki kelebihan yang dapat memuat materi dalam cakupan yang luas serta penilaiannya lebih objektif.

3. Data Respons Siswa

Data yang berkaitan dengan pandangan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan dalam pembelajaran dikumpulkan dengan evaluasi non-tes dalam bentuk angket. Angket dalam bentuk pilihan jawaban “ya” atau “tidak”. Penggunaan angket juga akan membantu dalam menganalisis dan keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa.

I. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh berdasarkan hasil pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis secara statistik, sedangkan data angket pada kelas eksperimen dianalisis secara deskriptif.


(22)

46

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Tes tertulis

a. Analisis Data Keterampilan Berkomunikasi tulisan

Analisis data hasil tes keterampilan berkomunikasi tulisan siswa dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memberikan skor pada data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian skor tersebut diubah menjadi nilai dengan menggunakan skala 0 - 100.

Jawaban dari masing-masing siswa pada tes keterampilan proses sains khususnya keterampilan berkomunikasi secara tertulis diperiksa dan diberi skor. Pemberian skor sesuai dengan bobot soal. Setelah pemberian skor, keterampilan berkomunikasi secara tertulis dihitung dengan rumus:

�� = Mx % Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum ideal dari siswa

Data pretes dan postes keterampilan berkomunikasi tulisan diolah menggunakan uji prasyarat (normalitas) dan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 20 for windows. Pada pretes dan postes keterampilan berkomunikasi tulisan diketahui bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga dilanjutkan uji Mann Whitney dengan α = 0,05. Karena data pretes pada kedua kelas tidak berbeda signifikan, maka data yang diuji untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap keterampilan berkomunikasi tulisan siswa pada konsep sistem ekskresi adalah data postes.

b. Analisis Data Penguasaan Konsep Siswa

Analisis data hasil tes penguasaan konsep siswa dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memberikan


(23)

Mawaddah, 2014

skor pada data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian skor tersebut diubah menjadi nilai dengan menggunakan skala 0 - 100. Data pretes dan postes penguasaan konsep diolah menggunakan uji prasyarat (normalitas) dan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 20 for windows. Pada data pretes dan postes diketahui bahwa data berdistribusi tidak normal sehingga dilanjutkan uji Mann Whitney

dengan α = 0,05. Karena data pretest pada kedua kelas tidak berbeda signifikan, maka data yang diuji untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan konsep siswa pada konsep sistem ekskresi adalah data postes.

c. Analisis Data Angket

Data yang diperoleh melalui angket dianalisis secara deskriptif, namun sebelumnya dilakukan perhitungan persentase respon siswa. Persentase respons siswa dilakukan dengan menghitung jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah seluruh siswa selanjutnya dikali dengan 100% untuk mendapatkan angka dalam bentuk persen. Adapun klasifikasi respon angket siswa menurut Koentjaraningrat (1990:10) yaitu:

Tabel 3.12 Klasifikasi Respons Angket Siswa

Persentase Jawaban (%) Klasifikasi

0 Tidak ada

1 – 25 Sebagian kecil

26 – 49 Hampir setengah

50 Setengah

51 – 75 Sebagian besar

75 – 99 Pada umumnya

100 Seluruhnya

Setelah didapatkan persentase angket lalu data tersebut dianalisis secara deskriptif dan dihubungkan dengan data pretes serta postes yang didapatkan untuk menunjang hasil penelitian.


(24)

48

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan analisis pada data pretes, postes dan gain. Rumus rata-rata gain ternormalisasi adalah:

Hasil perhitungan indeks gain tersebut selanjutnya diiterpretasikan sesuai dengan kategori indeks gain menurut Hake (1991) sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.13 Kategori Indeks Gain

Rentang Gain Kategori

NG>0,70 Tingggi

0,30 <NG<0,70 Sedang

NG<0,30 Rendah

(Hake, 1999:1)

3. Uji prasyarat

Uji prasyarat ini dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Hasil dari uji ini, menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dengan menggunakan uji two samplekolmogorov smirnov dengan level signifikan adalah

α = 0,05. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov karena sampel lebih dari 50. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika nilai

signifikasi yang didapatkan dari perhitungan lebih besar dari α = 0,05 maka H0

diterima, namun jika nilai signifikasi yang didapatkan dari perhitungan lebih kecil

dari α = 0,05 maka H0 ditolak.

4. Uji hipotesis

Skor maksimum – skor pretes N-Gain = Skor postes – skor pretes


(25)

Mawaddah, 2014

Setelah dilakukan uji prasyarat, baru dilakukan uji hipotesis. Untuk melakukan uji hipotesis ini digunakan data pretes dan postes ternormalisasi dari keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep. Hipotesis diuji menggunakan uji Mann Whitney, uji ini merupakan salah satu jenis tes non parametrik yang digunakan untuk menguji signifikansi dari dua sampel yang berasal dari dua populasi yang berbeda. Sama halnya dengan uji prasyarat (normalitas), pada uji hipotesis ini peneliti juga menggunakan program software SPSS versi 20 for windows. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Keterampilan berkomunikasi tulisan atau penguasaan konsep siswa yang

diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tpe STAD tidak berbeda signifikan dengan siswa yang diajar dengan model konvensional

H1 : Keterampilan berkomunikasi tulisan atau penguasaan konsep siswa yang

diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbeda signifikan dengan siswa yang diajar dengan model konvensional

Uji yang dilakukan adalah uji dua pihak, sehingga α yang digunakan adalah

α = 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai Sig. lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, begitu juga sebaliknya jika nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 maka H0

di tolak dan H1 diterima.

5. Uji Korelasi

Selanjutnya setelah dilakukan uji prasyarat dan uji hipotesis, maka dilakukan uji korelasi antara keterampilan berkomunikai tulisan dan penguasaan konsep. Pada uji korelasi ini peneliti menggunakan postes ternormalisasi dari keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep. Sama halnya dengan uji statistik sebelumnya, pada uji korelasi ini penulis menggunakan program software SPSS versi 20 for windows.

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Tidak ada hubungan antara keterampilan berkomunikasi tulisan dengan


(26)

50

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran kooperatif STAD tidak berbeda signifikan dengan siswa yang diajar dengan model konvensional.

H1 : Ada hubungan antara keterampilan berkomunikasi tulisan dengan

penguasaan konsep siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD berbeda signifikan dengan siswa yang diajar dengan model konvensional

Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai Sig. lebih besar dari 0,05 maka H0

diterima, begitu juga sebaliknya jika nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 maka H0 di

tolak dan H1 diterima.

J. Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut dilaksanakan secara sistematis.

1. Tahap persiapan

Tahap ini meliputi perumusan masalah, lalu dilanjutkan dengan pencarian literatur yang terkait dengan penelitian seperti penguasaan konsep, keterampilan proses sains khususnya komunikasi tertulis dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kemudian rumusan masalah tersebut disusun menjadi sebuah proposal penelitian dengan dibantu oleh dosen pembimbing kemudian dipresentasikan saat seminar proposal. Proposal yang telah diseminarkan berikutnya diperbaiki yang kemudian disetujui oleh dosen pembimbing dan DBS. Untuk keperluan menjaring data dilakukan proses penyusunan instrumen, selanjutnya instrumen tersebut melalui tahap pertimbangan ahli (judgement) kemudian diuji coba, setelah itu dilakukan perbikan instrumen.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dimulai dengan memberikan pretest kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Selanjutnya dilaksanakan kegiatan belajar mengajar tentang konsep sistem ekskresi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kepada kelas eksperimen sedang pada kelas kontrol


(27)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

menggunakan model konvensional. Namun sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, disusun rencana pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu serta perangkat kelengkapannya seperti media, lembar kerja siswa (LKS), bahan diskusi dan sebagainya. Setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran, siswa diberikan posttest dengan soal yang sama pada saat pretest.

3. Tahap Pelaporan

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan selanjutnya dilakukan proses pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan analisis data dan pembahasan. Terakhir menarik kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pada sistem ekskresi. Berikut disajikan bagan alur penelitian yang akan dilaksanakan yang di sajiakan pada (Gambar 3.1) berikut ini:

Tahap Persiapan

Tahap Penelitian

Pemberian Pretes Pembuatan

Instrumen Tahap Persiapan

Revisi Instrumen

Pemberian Posttest

Kelas Eksperimen

Pemberian Posttes Judgement dan Uji

Coba Studi Pustaka

Identifikasi Permasalahan

Kelas Kontrol


(28)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep sistem ekskresi siswa kelax XI. Keterampilan berkomunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol sebelum dilakukan pembelajaran lebih tinggi daripada keterampilan berkomunikasi tulisan siswa pada kelas eksperimen. Setelah dilaksanakan pembelajaran keterampilan berkomunikasi tulisan siswa pada kelas eksperimen menjadi lebih tinggi daripada kelas kontrol. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen juga sedikit lebih rendah daripada kelas kontrol sebelum dilaksanakan pembelajaran. Namun, setelah dilaksanakan pembelajaran penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement-Divisions) secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep sistem ekskresi siswa. Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi tulisan siswa pada katagori tinggi (g≥70) berdasarkan nilai N-gain, begitu juga dengan penguasaan konsep siswa meningkat pada katagori tinggi (g≥70) berdasarkan nilai N-gain.

Keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa memiliki korelasi positif dan berkatagori cukup. Hal ini berarti bahwa jika keterampilan berkomunikasi tulisan siswa meningkat maka penguasaan konsep siswa juga akan cenderung meningkat. Selain itu, berdasarkan angket yang diberikan kepada kelas eksperimen bahwa pada umumnya siswa memiliki respon positif terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran sistem ekskresi.


(29)

B. Saran

Saran-saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan ini, yakni sebagai berikut:

1. Penentuan posisi duduk kelompok hendaknya diatur agar setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab atau berpendapat tanpa terganggu oleh siswa lain

2. Penelitian tentang pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kendala berupa manajemen waktu, pengelolaan kelas dalam pembelajaran. Agar pembelajaran yang dilaksanakan terlaksana dengan baik, sebaiknya dipertimbangkan dengan baik antara waktu, tahapan STAD, materi ajar dan karakteristik dari siswa. Hal ini akan berkaitan dengan pengaturan kelas ketika pembelajaran berlangsung. 3. Hendaknya dilakukan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif


(1)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan analisis pada data pretes, postes dan gain. Rumus rata-rata gain ternormalisasi adalah:

Hasil perhitungan indeks gain tersebut selanjutnya diiterpretasikan sesuai dengan kategori indeks gain menurut Hake (1991) sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.13 Kategori Indeks Gain

Rentang Gain Kategori

NG>0,70 Tingggi

0,30 <NG<0,70 Sedang

NG<0,30 Rendah

(Hake, 1999:1)

3. Uji prasyarat

Uji prasyarat ini dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Hasil dari uji ini, menentukan apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dengan menggunakan uji two samplekolmogorov smirnov dengan level signifikan adalah α = 0,05. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov karena sampel lebih dari 50. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika nilai signifikasi yang didapatkan dari perhitungan lebih besar dari α = 0,05 maka H0 diterima, namun jika nilai signifikasi yang didapatkan dari perhitungan lebih kecil dari α = 0,05 maka H0 ditolak.

4. Uji hipotesis

Skor maksimum – skor pretes N-Gain = Skor postes – skor pretes


(2)

49

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah dilakukan uji prasyarat, baru dilakukan uji hipotesis. Untuk melakukan uji hipotesis ini digunakan data pretes dan postes ternormalisasi dari keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep. Hipotesis diuji menggunakan uji Mann Whitney, uji ini merupakan salah satu jenis tes non parametrik yang digunakan untuk menguji signifikansi dari dua sampel yang berasal dari dua populasi yang berbeda. Sama halnya dengan uji prasyarat (normalitas), pada uji hipotesis ini peneliti juga menggunakan program software SPSS versi 20 for windows. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Keterampilan berkomunikasi tulisan atau penguasaan konsep siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tpe STAD tidak berbeda signifikan dengan siswa yang diajar dengan model konvensional

H1 : Keterampilan berkomunikasi tulisan atau penguasaan konsep siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbeda signifikan dengan siswa yang diajar dengan model konvensional Uji yang dilakukan adalah uji dua pihak, sehingga α yang digunakan adalah α = 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai Sig. lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, begitu juga sebaliknya jika nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 maka H0 di tolak dan H1 diterima.

5. Uji Korelasi

Selanjutnya setelah dilakukan uji prasyarat dan uji hipotesis, maka dilakukan uji korelasi antara keterampilan berkomunikai tulisan dan penguasaan konsep. Pada uji korelasi ini peneliti menggunakan postes ternormalisasi dari keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep. Sama halnya dengan uji statistik sebelumnya, pada uji korelasi ini penulis menggunakan program software SPSS versi 20 for windows.

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Tidak ada hubungan antara keterampilan berkomunikasi tulisan dengan penguasaan konsep siswa yang diajar dengan menggunakan model


(3)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran kooperatif STAD tidak berbeda signifikan dengan siswa yang diajar dengan model konvensional.

H1 : Ada hubungan antara keterampilan berkomunikasi tulisan dengan penguasaan konsep siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD berbeda signifikan dengan siswa yang diajar dengan model konvensional

Kriteria pengujiannya yaitu jika nilai Sig. lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, begitu juga sebaliknya jika nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 maka H0 di tolak dan H1 diterima.

J. Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut dilaksanakan secara sistematis.

1. Tahap persiapan

Tahap ini meliputi perumusan masalah, lalu dilanjutkan dengan pencarian literatur yang terkait dengan penelitian seperti penguasaan konsep, keterampilan proses sains khususnya komunikasi tertulis dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kemudian rumusan masalah tersebut disusun menjadi sebuah proposal penelitian dengan dibantu oleh dosen pembimbing kemudian dipresentasikan saat seminar proposal. Proposal yang telah diseminarkan berikutnya diperbaiki yang kemudian disetujui oleh dosen pembimbing dan DBS. Untuk keperluan menjaring data dilakukan proses penyusunan instrumen, selanjutnya instrumen tersebut melalui tahap pertimbangan ahli (judgement) kemudian diuji coba, setelah itu dilakukan perbikan instrumen.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dimulai dengan memberikan pretest kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Selanjutnya dilaksanakan kegiatan belajar mengajar tentang konsep sistem ekskresi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kepada kelas eksperimen sedang pada kelas kontrol


(4)

51

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan model konvensional. Namun sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, disusun rencana pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu serta perangkat kelengkapannya seperti media, lembar kerja siswa (LKS), bahan diskusi dan sebagainya. Setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran, siswa diberikan posttest dengan soal yang sama pada saat pretest.

3. Tahap Pelaporan

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan selanjutnya dilakukan proses pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan analisis data dan pembahasan. Terakhir menarik kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan konsep pada sistem ekskresi. Berikut disajikan bagan alur penelitian yang akan dilaksanakan yang di sajiakan pada (Gambar 3.1) berikut ini:

Tahap Persiapan

Tahap Penelitian

Pemberian Pretes Pembuatan

Instrumen

Tahap Analisis Data dan Pembuatan Laporan Tahap Persiapan

Revisi Instrumen

Pemberian Posttest

Kelas Eksperimen

Pemberian Posttes

Judgement dan Uji Coba Studi Pustaka

Identifikasi Permasalahan

Kelas Kontrol


(5)

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep sistem ekskresi siswa kelax XI. Keterampilan berkomunikasi tulisan siswa pada kelas kontrol sebelum dilakukan pembelajaran lebih tinggi daripada keterampilan berkomunikasi tulisan siswa pada kelas eksperimen. Setelah dilaksanakan pembelajaran keterampilan berkomunikasi tulisan siswa pada kelas eksperimen menjadi lebih tinggi daripada kelas kontrol. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen juga sedikit lebih rendah daripada kelas kontrol sebelum dilaksanakan pembelajaran. Namun, setelah dilaksanakan pembelajaran penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement-Divisions) secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep sistem ekskresi siswa. Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi tulisan siswa pada katagori tinggi (g≥70) berdasarkan nilai N-gain, begitu juga dengan penguasaan konsep siswa meningkat pada katagori tinggi (g≥70) berdasarkan nilai N-gain.

Keterampilan berkomunikasi tulisan dan penguasaan konsep siswa memiliki korelasi positif dan berkatagori cukup. Hal ini berarti bahwa jika keterampilan berkomunikasi tulisan siswa meningkat maka penguasaan konsep siswa juga akan cenderung meningkat. Selain itu, berdasarkan angket yang diberikan kepada kelas eksperimen bahwa pada umumnya siswa memiliki respon positif terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran sistem ekskresi.


(6)

78

Mawaddah, 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Saran-saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan ini, yakni sebagai berikut:

1. Penentuan posisi duduk kelompok hendaknya diatur agar setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab atau berpendapat tanpa terganggu oleh siswa lain

2. Penelitian tentang pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kendala berupa manajemen waktu, pengelolaan kelas dalam pembelajaran. Agar pembelajaran yang dilaksanakan terlaksana dengan baik, sebaiknya dipertimbangkan dengan baik antara waktu, tahapan STAD, materi ajar dan karakteristik dari siswa. Hal ini akan berkaitan dengan pengaturan kelas ketika pembelajaran berlangsung. 3. Hendaknya dilakukan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi

1 56 180

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

0 8 49

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI BERBANTUAN MEDIA ANIMASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM REPRODUKSI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI.

0 0 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM REPRODUKSI SISWA KELAS XI.

0 0 34

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI.

0 1 37

PENGARUH BELAJAR BERMAKNA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGATURAN AWAL (ADVANCE ORGANIZER) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI.

0 2 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA DAN MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI LISAN SISWA SMP.

0 1 47

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI - repository UPI S BIO 1001074 Title

0 0 3

PENGARUH KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SAINS TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA

0 1 11