PENGARUH BELAJAR BERMAKNA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGATURAN AWAL (ADVANCE ORGANIZER) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI.
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH BELAJAR BERMAKNA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGATURAN AWAL (ADVANCE ORGANIZER) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI PADA MATERI
SISTEM EKSKRESI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh :
NENENG SALMIAH 0902025
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
(2)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH BELAJAR BERMAKNA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGATURAN AWAL (ADVANCE ORGANIZER) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI PADA MATERI
SISTEM EKSKRESI
Oleh Neneng Salmiah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Neneng Salmiah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NENENG SALMIAH
PENGARUH BELAJAR BERMAKNA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGATURAN AWAL(ADVANCE ORGANIZER) TERHADAP
PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I,
Prof., Dr. Fransisca Sudargo, M. Pd NIP. 195107261978032001
Pembimbing II,
Dr. Mimin Nurjhani K, M. Pd NIP. 196509291991012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi,
Dr. H. Riandi, M. Si. NIP. 196305011988031002
(4)
ii
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh belajar bermakna melalui model pembelajaran advance organizer terhadap penguasaan konsep siswa kelas XI pada materi sistem ekskresi dan untuk mmengkaji respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasy Experimental dengan desain Non-Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa SMA kelas XI IPA, pengambilan sampel mengunakan teknik cluster random sampling. Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikansi data pretest sebesar 0,874 artinya penguasaan konsep awal kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan dan nilai signifikansi data posttest sebesar 0,000 artinya peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kualitas peningkatan penguasaan konsep setelah pembelajaran pada kelas kontrol tergolong kriteria rendah dengan nilai 0,29, sementara pada kelas eksperimen tergolong kriteria sedang dengan nilai 0,56. Berdasarkan persentase respon siswa yang diperoleh melalui angket, diketahui bahwa kelas kontrol menunjukkan respon negatif pada beberapa aspek, sedangkan kelas eksperimen rata-rata menunjukkan respon positif. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh belajar bermakna melalui model pembelajaran advance organizer terhadap penguasaan konsep siswa kelas XI pada materi sistem ekskresi.
Kata kunci: Belajar Bermakna, Model Pembelajaran Advance Organizer, Penguasaan Konsep, Sistem Ekskresi
ABSTRACT
The Purpose of this research was to assess the effect of meaningful learning through learning models advance organizer for student class XI toward concept mastery of excretory system and assess the students' responses in learning activities. This research was implemented by Quasy Experimental methods with Non-Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. The students of science class XI in secondary school was choosen by cluster random sampling technique. Statistical test results showed there was significant value for pretest data is 0.874 it means there was no significant different between initial concept mastery experimental class and the control class and significant value for posttest data is
(5)
iii
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0.000 it means that increase students' concept mastery experimental class are better than the control class. The quality of concept mastery in control class has relatively low criterion with value of 0.29, while at the experimental class has medium criteria with value of 0.52. Percentage of students’ responses were obtained through questionnaire, the response of control classes showed negative responses in some aspects, while the response of the experimental class showed positive response. Based on this, it can be concluded that there are effect of meaningful learning through models advance organizer for class XI student toward concept mastery of excretory system.
Keywords : Meaningful Learning, Learning Models Advance Organizer, Concept Mastery, Excretion System
(6)
vi
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN……….. i
ABSTRAK………...……….………... ii
KATA PENGANTAR………...……….… iii
UCAPAN TERIMA KASIH……….. iv
DAFTAR ISI………...……… vi
DAFTAR TABEL………...……… viii
DAFTAR GAMBAR……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN………...………... x
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang………...………...………. 1
B. Rumusan Masalah……….. 4
C. Batasan Masalah………. 5
D. Tujuan Penelitian………... 5
E. Manfaat Penelitian ………...………….. 5
F. Asumsi………... 6
BAB II BELAJAR BERMAKNA, MODEL PEMBELAJARAN PENGATURAN AWAL (ADVANCE ORGANIZER), PENGUASAAN KONSEP, MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL, SISTEM EKSKRESI, HIPOTESIS………….. 7
A. Belajar Bermakna………...…………... 7
B. Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer)... 9
C. Penguasaan Konsep………...………… 13
D.Model Pembelajaran Konvensional: Metode Diskusi Kelompok... 15
E. Sistem Ekskresi………...……….. 19
F. Hasil Penelitian yang Relevan……… 24
G. Hipotesis………...………... 25
BAB III METODE PENELITIAN……….. 26
A. Lokasi dan Sampel Penelitian………... 26
B. Desain Penelitian………... 26
C. Metode Penelitian………... 27
D. Definisi Operasional………... 27
(7)
vii
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Prosedur Penelitian………...…... 38
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ………. 40
H. Alur Penelitian……….. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 48
A. Hasil Penelitian………. 49
B. Pembahasan……….. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 79
A. Kesimpulan………... 79
B. Saran………. 80
DAFTAR PUSTAKA………. 81
(8)
1
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman (Dahar, 1996). Proses belajar ini sering diidentikkan dengan sekolah, karena sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menjadi wadah bagi para siswa dalam menggali ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diperoleh siswa tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajaran. Sudjana (2004) mengemukakan keberhasilan dari proses pembelajaran dapat terlihat dari hasil yang dapat dicapai siswa, diharapkan semua hasil yang dicapai dapat membangun sistem nilai yang akan membentuk kepribadian siswa serta dapat memberikan warna dan arah dalam setiap perbuatannya.
Penggunaan berbagai model pembelajaran saat ini merupakan fakta dalam kehidupan siswa. Adanya penggunaan berbagai model pembelajaran akan mendorong pengembangan ilmu dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Chauchan (Sukmadinata dan Syaodih, 2012) para siswa sudah seharusnya diberikan kompetensi yang memadai agar menjadi peserta didik yang diharapkan. Seiring dengan kemajuan ilmu pendidikan penggunaan model pembelajaranpun semakin berkembang, pemanfaatan model pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut seharusnya dapat diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru cenderung mendominasi pengajaran dengan model pembelajaran yang hanya mampu menyentuh ingatan siswa saja. Hal ini merupakan salah satu hal yang menyebabkan biologi
(9)
2
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dianggap sebagai mata pelajaran yang bersifat hapalan. Hal ini sesuai dengan apa yang ditemukan peneliti pada saat mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu sekolah di Bandung, hasil kajian menunjukkan bahwa pembelajaran biologi didominansi oleh guru dan berpedoman pada buku teks, sedikit melibatkan siswa, pembelajaran kurang menarik minat siswa, dan terkesan membosankan. Hal ini membuat siswa hanya dapat mengingat materi dalam jangka pedek. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Afandi (2011) bahwa pembelajaran biologi merupakan pelajaran yang sulit dan kompleks, membosankan, bersifat hapalan, dan hanya siswa tertentu saja yang dapat menguasainya. Dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2004) dinyatakan bahwa tujuan pertama mata pelajaran Biologi adalah memahami konsep-konsep Biologi dan saling keterkaitannya.
Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab kurangnya penguasaan konsep yaitu bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tampaknya masih dilandasi dengan metode transfer informasi yang hanya menyentuh ingatan siswa saja, kondisi seperti ini akan menyebabkan siswa tidak dapat melihat hubungan antar materi pelajaran yang telah dipelajarinya dengan materi yang sedang dipelajarinya. Hal ini diperparah dengan sikap guru yang jarang mengingatkan kembali tentang hal tersebut, dan terus melanjutkan materi tanpa memperhatikan apakah siswa pada umumnya telah memahami materi atau belum. Konsekuensinya penguasaan konsep yang dicapai siswa belum sesuai dengan yang diharapan.
Ausubel (Ayay, 2010) menyatakan bahwa faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar adalah pengetahuan awal siswa terkait materi yang akan dipelajari, pengetahuan awal ini dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengomunikasikan materi baru dalam proses pembelajaran, siswa dapat menghubungkan pengetahuan awal yang dimilikinya dengan materi baru yang sedang dipelajarinya sehingga terjadilah
(10)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar bermakna. Dalam menghubungkan materi yang telah diketahui siswa dengan materi yang sedang dipelajarinya, maka terlebih dahulu siswa harus menguasai konsep tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ausubel (Dahar, 1996) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa untuk dihubungkan dengan yang sedang dipelajarinya. Dengan demikian, konsep yang ada pada struktur kognitif siswa lebih terhubung sehingga siswa dapat belajar lebih bermakna.
Materi pembelajaran yang diteliti dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi. Materi ini dipilih karena mengandung konsep yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari yang penting untuk disampaikan agar siswa memahami bagaimana proses pengeluaran zat-zat yang tidak diperlukan tubuh yang melibatkan organ-organ ekskresi. Sistem ekskresi merupakan materi yang cukup sulit untuk dipahami. Hal ini dikarenakan pada materi sistem ekskresi terdapat banyak konsep yang abstrak dan terkait satu sama lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Tekkaya (2001) yaitu beberapa siswa merasa sulit dalam belajar materi sistem ekskresi, khususnya tentang proses filtrasi yang terjadi pada ginjal. Hal ini disebabkan pemahaman konsep ini bergantung pada persyaratan penguasaan konsep mengenai osmosis dan difusi. Konsep filtrasi ini merupakan konsep yang abstrak sehingga diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menguasai konsep tersebut.
Menurut Dahar (1996) model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) membantu mengarahkan siswa pada materi yang akan mereka pelajari dan menolong siswa mengingat kembali informasi relevan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengaturan awal (advance organizer) dapat disajikan sebelum materi baru. Menurut Yanto (2012) tugas guru dalam mengajar meliputi penyajian kerangka konsep yang umum dan menyeluruh, kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang spesifik. Kerangka umum tersebut akan berfungsi sebagai penyusun yang
(11)
4
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengorganisasikan semua informasi berikutnya yang akan diasimilasikan oleh siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Shihusa & Keraro (2009) menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak diberikan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) sehingga hasil belajar yang dicapai semakin meningkat. Penelitian lain yang dikemukakan oleh Dahar (1996) bahwa model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer)meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai macam materi pelajaran dan lebih berguna untuk mengajarkan isi pelajaran yang telah mempunyai struktur kognitif relevan yang ada pada diri siswa.
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) terhadap penguasaan konsep siswa kelas XI pada materi sistem ekskresi. Penggunaan model pembelajaran pengetahuan awal (advance organizer) diharapkan dapat membantu siswa dalam menguasai konsep pada materi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) terhadap penguasaan konsep sistem ekskresi?”
Untuk lebih memperjelas rumusan masalah dalam penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
(12)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimana perbedaan penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran antara kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) dan model pembelajaran konvensional (metode diskusi kelompok)?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) pada kelas eksperimen dan penggunaan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian terarah maka ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Penguasaan konsep yang akan diukur adalah penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda sebanyak 40 soal dengan lima pilihan jawaban.
2. Materi pelajaran sistem ekskresi manusia pada jenjang SMA meliputi sistem ekskresi pada manusia dan hewan. Pada penelitian ini, materi pelajaran dibatasi hanya mengenai materi sistem ekskresi manusia.
3. Model pembelajaran konvensional terdiri dari berbagai jenis, pada penelitian ini model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok.
4. Siswa dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas XI IPA 6 sebangai kelas eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.
(13)
6
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji pengaruh belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) terhadap penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi manusia.
2. Memperoleh informasi mengenai respon siswa terhadap belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) terhadap penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi manusia. E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. Diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi yang disampaikan melalui penggunaan organisasi konsep yang lebih tertata.
b. Diharapkan dapat memberikan pengalaman dengan variasi pembelajaran yang berbeda dalam hal struktur dan sumber belajar. 2. Bagi guru
a. Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi mengenai pengaruh belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) dalam pembelajaran.
b. Memberikan gambaran tentang hasil penerapan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) sebagai salah satu alternatif model pembelajaran sehingga terbuka kemungkinan penerapannya pada topik lain.
(14)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Penguasaan konsep dapat diukur dengan menggunakan tes tertulis yaitu tes subjektif dan objekif (Arikunto, 2012).
b. Kegiatan pembelajaran yang bervariasi dapat memudahkan pemahaman konsep (Wahab, 2009).
(15)
26
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan di SMAN 4 Bandung, yang berlokasi di Jl. Gardujati No. 20 Bandung. Waktu penelitian dilakukan selama berlangsungnya pembelajaran sistem ekskresi manusia pada semester genap tahun ajaran 2012-2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester II tahun ajaran 2012/2013 di SMAN 4 Bandung. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 6 sebagai kelompok eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol. Pengambilan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan teknik cluster random sampling Kelompok atau klaster yang diperlukan diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiono, 2011).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah “Non-Randomized Control Group Pretest-Posttest Design”, dimana pemilihan sampel dalam setiap kelompok dilakukan secara tidak random (Darmadi, 2011). Pemilihan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dipilih secara random. Pada desain penelitian ini dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan (penguasaan konsep) awal siswa sebelum kegiatan pembelajaran dan posttest untuk mengetahui kemampuan (penguasaan konsep) siswa setelah kegiatan pembelajaran. Pretest dan posttest diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Tabel 3.1. Desain Non-Randomized Control Group Pretest-Posttest Design Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen Y1 X1 Y2
(16)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Darmadi, 2011)
Keterangan:
Y1 : Pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Y2 : Posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X1 : Pembelajaran menggunakan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) pada kelas eksperimen
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimental”. Menurut Darmadi (2011), quasy experimental tidak memungkinkan peneliti untuk mengontrol dan memanipulasi seluruh variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan penelitian. Penelitian ini memiliki dua kelompok yaitu kelompok kontrol (menggunakan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok) dan kelompok eksperimen (menggunakan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer), yang dipilih secara random.
D. Definisi Operasional
Pada penelitian ini terdapat istilah-istilah yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran, maka dari itu diberikan definisi terhadap beberapa istilah tersebut, yaitu:
1. Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer)
Model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) merupakan pengarahan yang diberikan kepada siswa mengenai materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajarinya. Sebelum dilakukannya proses pembelajaran guru harus mengorganisasikan materi dari umum ke khusus.
(17)
28
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) mempunyai tiga tahapan pembelajaran di antaranya tahap pertama merupakan presentasi dari advance organizer, dimana guru menampilkan kerangka umum materi sistem ekskresi. Tahap kedua merupakan penyajian materi pembelajaran, dimana dalam penyajiannya materi disampaikan secara terorganisir dari umum ke khusus, materi yang disampaikan menggunakan peta konsep. Tahap ketiga merupakan tahap yang memperkuat organisasi kognitif, dimana guru menyatukan materi dengan pengetahuan siswa secara integratif dan mengupayakan siswa untuk memahami materi dengan kritis, dan belajar secara aktif. Penguatan tersebut berupa games cepat tepat.
2. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok, model pembelajaran konvensional ini memiliki lima tahapan pembelajaran. Tahap pertama yaitu siswa diberikan penjelasan mengenai struktur, fungsi, proses, dan kelainan pada organ-organ sistem ekskresi manusia secara umum. Tahap kedua yaitu pembentukan kelompok secara mandiri. Tahap ketiga yaitu pengaturan tempat duduk untuk diskusi kelompok. Tahap keempat yaitu pelaksanaan diskusi kelompok, dimana siswa dalam kelompok mendiskusikan tugas berupa LKS yang diberikan guru mengenai materi sistem ekskresi manusia. Setelah kegiatan diskusi kelompok selesai, dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi kelompok di depan kelas. Kelompok yang tidak mendapat giliran presentasi bertindak sebagai audiens yang diinstruksikan memberikan tanggapan atas presentasi kelompok lain baik berupa pertanyaan maupun komentar. Setiap kelompok akan memperoleh giliran untuk persentasi hasil diskusinya tetapi pada pertemuan yang berbeda. Tahap kelima yaitu pemberian penguatan oleh guru terkait materi pembelajaran yang didiskusikan. Penguatan tersebut berupa games teka teki silang yang berisi pertanyaan mengenai konsep-konsep sistem ekskresi manusia.
(18)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep dalam penelitian ini merupakan penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi manusia. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest yang yang diperoleh siswa. Hasil pretest menunjukkan penguasaan konsep awal siswa mengenai materi sistem ekskresi manusia, sedangkan hasil posttest menunjukkan penguasaan konsep siswa mengenai materi sistem ekskresi manusia setelah diberikan perlakuan. Penguasaan konsep tersebut diukur dengan tes objektif yaitu soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban yang berjumlah 40 soal.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen yang berbentuk tes yaitu tes penguasaan konsep dalam bentuk soal objektif. Instrumen non-tes yang digunakan adalah angket siswa. Kedua instrumen ini diberikan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes dikembangkan untuk mengukur penguasaan konsep siswa. Instrumen tes terdiri dari pretest dan posttest. Pretest digunakan untuk mengukur penguasaan konsep awal siswa sebelum diberikan perlakuan sedangkan posttest digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa setelah diberikan pembelajaran materi sistem ekskresi pada manusia. Setelah tiga kali pertemuan, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan posttest dengan soal yang sama dengan soal pretest. Jumlah soal sebanyak 40 soal dengan lima alternatif jawaban. Penyusunan soal diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal kemudian dilanjutkan dengan penyusunan soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes objektif tercantum pada Tabel 3.2.
(19)
30
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Tes Objektif
No. Indikator Ket. Konsep No. Soal Jumlah
1. Pengertian sistem ekskresi Konsep yang berkaitan dengan pengertian
sistem ekskresi
1 1
2. Zat yang diekskresikan tubuh Konsep yang berkaitan dengan zat yang diekskresikan tubuh
2, 14 2
3. Struktur ginjal
(Konsep yang berkaitan dengan ginjal)
4, 8, 9, 34, 36 5
4. Fungsi ginjal 12 1
5. Proses pembentukan urin 15, 17 2
6. Proses pengeluaran urin 16 1
7. Kandungan zat pada urin 11, 30 2
8. Kelainan pada ginjal 19, 20, 23 3
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pembentukan urin 3, 18 2
10. Struktur paru-paru (Konsep yang berkaitan dengan paru-paru)
6 1
11. Fungsi paru-paru 24, 26 2
12. Proses pertukaran udara 22 1
13. Kelainan paru-paru 13, 27 2
14. Struktur hati (Konsep yang berkaitan
dengan hati)
5, 10, 29 3
15. Fungsi hati 21, 31 2
16. Proses pembentukan bilirubin 32 1
17. Kelainan pada hati 33, 35 2
18. Struktur kulit
(Konsep yang berkaitan dengan kulit)
28, 39 2
19. Pembentukkan dan pengeluaran
keringat 7, 25 2
20. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeluaran keringat 37 1
21. Kelainan pada kulit 38, 40 2
Jumlah 40
Sebelum digunakan menjadi instrumen penelitian, instrumen yang telah disusun berdasarkan kisi-kisinya diuji terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen yang telah disusun diujicobakan kepada siswa yang lebih tinggi tingkat pengetahuannya, dalam hal ini instrumen penelitian akan digunakan pada siswa kelas XI, maka instrumen tersebut diujicobakan pada kelas XII ataupun kelas XI yang telah selesai belajar materi sistem ekskresi. Setelah instrumen diuji cobakan pada kelas XI dan XII, instrumen dianalisis untuk mengetahui kelayakan
(20)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen tes. Hasil tes tersebut dihitung validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembedanya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas alat evaluasi. a. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan/kevalidan suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2012). Pengukuran validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
r
xy=
√(Arikunto, 2012).
Keterangan:
rxy = koefisian korelasi = validitas butir soal N = jumlah seluruh siswa
X = skor tiap siswa pada butir soal Y = skor total tiap siswa
∑X = jumlah skor seluruh siswa pada butir soal ∑Y = jumlah skor total seluruh siswa pada tes
Nilai validitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi menggunakan tabel kategori validitas butir soal sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kategori Validitas Butir Soal Batasan Kategori 0,800 – 1,00 Sangat tinggi 0,600 – 0, 800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat rendah (Arikunto, 2012)
(21)
32
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas ini digunakan untuk mengetahui keajegan suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas tinggi apabila tes tersebut menghasilkan skor secara ajeg yaitu skor relatif stabil/tetap walaupun diberikan pada situasi yang berbeda ketika diuji ulang dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya (Arikunto, 2012).
Rumus: r
11= (
(1-
)
(Arikunto, 2012) Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1- p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi tes (akar varians)
Nilai reliabilitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi menggunakan tabel kategori reliabilitas butir soal sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kategori Reliabilitas Butir Soal Batasan Kategori 0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah (Arikunto, 2012)
c. Uji taraf kesukaran
Indeks taraf kesukaran adalah suatu angka atau bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal (Arikunto, 2012).
(22)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumus:
(Arikunto, 2012) Keterangan:
P = taraf kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab benar untuk suatu soal. JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.
Adapun kategori tingkat kesukaran untuk mengklasifikasi setiap instrumen tes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5. Kategori Tingkat Kesukaran Batasan Kategori 0,00 < P ≤ 0,30 Soal Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Soal Mudah
(Arikunto, 2012) d. Uji Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana butir soal dapat membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan berkemampuan rendah.
Rumus:
(Arikunto, 2012) Keterangan:
D = daya pembeda J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
(23)
34
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (P : indeks kesukaran).
Adapun kategori daya pembeda untuk mengklasifikasi setiap instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6. Kategori Daya Pembeda Batasan Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2012) e. Distraktor/ Tingkat Pengecoh Soal
Distraktor/ tingkat pengecoh soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, d, atau e atau yang tidak memilih pilihan manapun. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distraktor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti pengecoh itu jelek. Sebaliknya sebuah distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi siswa yang kurang memahami konsep atau menguasai materi tersebut (Arikunto, 2012).
Peneliti melakukan uji coba soal sebanyak tiga kali pada kelas yang telah mempelajari materi sistem ekskresi yaitu kelas XI IPA 5, XII IPA 1 dan XII IPA 7. Hasil analisis data uji coba soal objektif secara detail dilihat pada lampiran C. Dari 60 soal yang diujicobakan, hanya 40 soal yang dianggap layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.
Adapun kriteria keputusan soal diantaranya:
1) Daya pembeda soal jelek, tingkat kesukaran soal mudah, dan validitas rendah, maka soal dibuang.
(24)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Daya pembeda soal cukup, tingkat kesukaran soal sukar, validitas rendah maka soal dibuang
3) Daya pembeda soal cukup, tingkat kesukaran soal sukar, dan validitas cukup maka soal direvisi
4) Daya pembeda soal baik, tingkat kesukaran soal mudah, validitas cukup maka soal direvisi
5) Daya pembeda soal cukup, tingkat kesukaran soal mudah, validitas cukup maka soal direvisi
6) Daya pembeda soal baik, tingkat kesukaran soal sukar, validitas cukup maka soal direvisi
7) Daya pembeda soal cukup, tingkat kesukaran soal sedang, validitas cukup maka soal diterima
8) Daya pembeda soal baik, tingkat kesukaran soal sedang, validitas cukup maka soal diterima
9) Daya pembeda soal baik sekali, tingkat kesukaran soal sedang, validitas cukup maka soal diterima
10) Daya pembeda soal baik, tingkat kesukaran soal sedang, validitas tinggi maka soal diterima
Hasil uji coba instrumen soal objektif secara umum tercantum pada Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7. Hasil Uji Coba Soal Objektif Sistem Ekskresi Manusia Reliabilitas: 1,0 (Sangat tinggi)
(25)
36
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No Daya Pembeda
Tingkat
Kesukaran Validitas
Distraktor
Keputu-san
Indeks Ket Indeks Ket Indeks Ket a b c d e
1 0,09 jelek 0,77 mudah 0.003 sangat
rendah 1 0 18 3 0 dibuang 2 0,09 jelek 0,77 mudah 0.29 rendah 16 5 0 1 0 dibuang 3 0,36 cukup 0,63 sedang 0.5 cukup 14 5 1 1 1 diterima 4 0,45 baik 0,68 sedang 0.56 cukup 4 1 1 1 15 diterima 5 0,45 baik 0,68 sedang 0.60 tinggi 3 4 1 11 0 diterima 6 0,36 cukup 0,18 sukar 0.48 cukup 4 5 1 8 2 direvisi 7 0,27 cukup 0,22 sukar 0.31 rendah 11 0 5 6 0 dibuang 8 0,72 baik
sekali 0,63 sedang 0.759 tinggi 14 2 3 1 2 diterima 9 0,64 baik 0,5 sedang 0,64 tinggi 4 3 5 1 4 diterima 10 0,45 baik 0,77 mudah 0.40 cukup 3 2 1 15 1 direvisi 11 0,72 baik
sekali 0,63 sedang 0.8
sangat
tinggi 14 4 2 1 1 diterima 12 0,18 jelek 0,36 sedang 0.25 rendah 14 4 2 0 0 dibuang 13 0,36 cukup 0,73 mudah 0,44 cukup 9 8 2 2 1 direvisi 14 0,36 cukup 0,81 mudah 0.55 cukup 1 18 1 1 1 direvisi 15 0,18 jelek 0,18 sukar 0.14 sangat
rendah 9 5 0 3 5 dibuang 16 0,55 baik 0,76 mudah 0,6 tinggi 8 2 6 3 3 diterima 17 0,18 jelek 0,9 mudah 0.37 rendah 0 3 19 0 0 dibuang 18 0,27 cukup 0,86 mudah 0.53 cukup 1 1 0 20 0 direvisi 19 0,54 baik 0,45 sedang 0.63 tinggi 6 10 1 3 2 diterima 20 0,18 cukup 0,45 sedang 0.27 rendah 10 2 1 6 3 dibuang 21 0,36 cukup 0,73 mudah 0,44 cukup 15 2 1 3 1 diterima 22 0,45 baik 0,77 mudah 0.65 tinggi 1 1 2 1 1 diterima 23 0,36 cukup 0,73 mudah 0,44 cukup 4 6 4 1 7 direvisi 24 0,45 baik 0,59 sedang 0,55 cukup 4 14 1 3 1 diterima 25 0,54 baik 0,72 mudah 0.49 cukup 16 1 1 3 1 diterima 26 -0,18
terba-lik 0,18 sukar -0,32 terbalik 4 3 6 9 0 dibuang 27 0,63 baik 0,31 sedang 0,71 tinggi 7 7 2 1 5 diterima 28 0,09 jelek 0,68 sedang 0,27 rendah 2 0 15 1 3 dibuang 29 0,55 baik 0,45 sedang 0,54 cukup 8 6 1 4 3 diterima 30 -0,18
terba-lik 0,72 mudah -0.17 terbalik 16 6 0 0 0 dibuang 31 0,54 baik 0,63 sedang 0,62 tinggi 2 14 4 1 1 diterima 32 0,9 baik
sekali 0,54 sedang 0,88
sangat
tinggi 12 1 4 4 1 diterima 33 0,18 jelek 0,27 sukar 0.20 rendah 4 3 6 8 1 dibuang 34 0,36 cukup 0,55 sedang 0,4 cukup 1 9 6 2 4 diterima 35 0,27 cukup 0,13 sukar 0,40 cukup 6 3 3 10 0 direvisi 36 0,54 baik 0,54 sedang 0.64 tinggi 2 1 6 12 1 diterima 37 0,18 jelek 0,27 sukar 0,13 sangat
(26)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No Daya Pembeda
Tingkat
Kesukaran Validitas
Distraktor
Keputu-san
Indeks Ket Indeks Ket Indeks Ket a b c d e
38 0,54 baik 0,63 sedang 0,5 cukup 4 1 13 3 1 diterima 39 0,72 baik
sekali 0,63 sedang 0,64 tinggi 14 2 3 2 1 diterima 40 0,45 baik 0,23 sukar 0,5 cukup 3 1 0 3 17 direvisi 41 0,45 baik 0,59 sedang 0,48 cukup 1 3 13 1 4 diterima 42 0,64 baik 0,32 sedang 0,71 tinggi 1 13 4 1 3 diterima 43 0,09 jelek 0,4 sedang 0,23 rendah 1 7 9 3 1 dibuang 44 0,45 baik 0,68 sedang 0,53 cukup 3 10 6 3 0 diterima 45 0,54 baik 0,72 mudah 0,5 cukup 0 2 0 3 17 direvisi 46 0,63 baik 0,5 sedang 0,72 tinggi 3 2 3 3 11 diterima 47 0,27 cukup 0,5 sedang 0,27 rendah 12 4 3 1 2 dibuang 48 -0,18
terba-lik 0,09 sukar -0,32 terbalik 4 4 7 2 5 dibuang 49 0,09 jelek 0,5 sedang 0,1 sangat
rendah 1 3 7 1 11 dibuang 50 0,45 baik 0,5 sedang 0,43 cukup 11 4 5 1 1 diterima 51 0,45 baik 0,68 sedang 0,42 cukup 3 9 2 4 4 diterima 52 0,27 cukup 0,22 sukar 0,33 rendah 3 2 4 5 8 dibuang 53 0,09 jelek 0,4 sedang 0,13 sangat
rendah 8 5 2 3 4 dibuang 54 -0,27
terba-lik 0,22 sukar -0,34 terbalik 0 10 5 7 0 dibuang 55 0,54 baik 0,63 sedang 0,58 cukup 2 4 14 1 1 diterima 56 0,45 baik 0,68 sedang 0,47 cukup 7 1 13 1 0 diterima 57 0,64 baik 0,68 sedang 0,6 tinggi 15 1 4 2 0 diterima 58 0,09 jelek 0,68 sedang 0,11 sangat
rendah 9 4 2 6 1 dibuang 59 0,63 baik 0,5 sedang 0,64 tinggi 1 2 11 8 0 diterima 60 0,45 baik 0,59 sedang 0,45 cukup 12 3 2 2 3 diterima
Berdasarkan Tabel. 3.7., dari 60 soal yang diuji cobakan sebanyak 20 soal tidak layak digunakan sebagai instrumen penelitian, hal ini dikarenakan pada soal tersebut daya pembedanya jelek, tingkat kesukarannya sukar dan validitasnya rendah. Soal yang tidak layak digunakan yaitu soal nomor 1, 2, 7, 13, 15, 17, 20, 26, 28, 29, 37, 43, 47, 48, 49, 52, 53, 54, dan 58. Sebanyak 40 soal layak dijadikan sebagai instrumen penelitian, dimana sebanyak 31 soal diterima dan 9 soal direvisi. Hal ini dikarenakan daya pembeda cukup ataupun baik, tingkat kesukarannya sedang dan validitasnya cukup ataupun tinggi. Soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengukur penguasaan konsep siswa yaitu soal
(27)
38
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
nomor 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 50, 51, 55, 56, 57, 59, 60.
2. Instrumen Non-tes
Dalam penelitian ini digunakan instrumen non-tes yakni angket siswa. Angket ini digunakan untuk menjaring data pendukung berupa respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) dan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok. Angket ini dibagi ke dalam tiga aspek yaitu mengenai pembelajaran sistem ekskresi, peningkatan kemampuan kegiatan pembelajaran, dan kekurangan model pembelajaran. Angket dalam penelitian ini merupakan jenis angket tertutup yang berisi 10 pertanyaan, dimana siswa hanya menjawab dari pilihan yang telah ditentukan dengan jawaban ya atau tidak (Arikunto, 2012). Penyusunan soal angket diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal kemudian dilanjutkan dengan penyusunan soal. Adapun kisi-kisi angket objektif tercantum pada Tabel 3.8. dan 3.9.
Tabel 3.8. Kisi-Kisi Angket Menggunakan Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer)
Aspek yang diukur
Indikator No angket
Pembelajaran sistem ekskresi
Pembelajaran sistem ekskresi yang telah dipelajari
siswa. 1
Pembelajaran sistem ekskresi dengan menggunakan
kegiatan pembelajaran yang bervariasi. 2,3 Minat siswa dalam pembelajaran sistem ekskresi. 4,5 Peran aktif siswa selama proses pembelajaran. 6 Peningkatan
kemampuan kegiatan pembelajaran
Peningkatan kemampuan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan pembelajaran yang
bervariasi. 7,8
(28)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kegiatan
pembelajaran
menggunakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi.
Tabel 3.9. Kisi-Kisi Angket Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional Menggunakan Metode Diskusi
Aspek yang diukur
Indikator No angket Pembelajaran
sistem ekskresi
Pembelajaran sistem ekskresi yang telah dipelajari
siswa. 1
Pembelajaran sistem ekskresi dengan diskusi. 2,3 Minat siswa dalam pembelajaran sistem ekskresi. 4,5 Peran aktif siswa selama proses pembelajaran. 6 Peningkatan
kemampuan kegiatan pembelajaran
Peningkatan kemampuan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan diskusi kelompok.
7,8 Kekurangan
kegiatan pembelajaran
Kekurangan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan kegiatan diskusi. 9,10
F. Prosedur Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap pertama merupakan tahap persiapan dan tahap kedua merupakan tahap pelaksanaan, dan tahap ketiga merupakan tahap pasca pelaksanaan.
1. Tahap persiapan
a) Studi literatur untuk mengumpulkan informasi terkait dengan rumusan masalah yang akan diteliti. Studi literatur tersebut meliputi kajian tentang model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer), penguasaan konsep, model pembelajaran konvensional (metode diskusi kelompok), dan materi sistem ekskresi manusia.
(29)
40
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Observasi ke sekolah meliputi survei lokasi, karakteristik siswa, pelaksanaan kegiatan penelitian.
c) Menyusun instrumen penelitian.
d) Meminta pertimbangan (judgement) mengenai struktur materi yang akan digunakan dalam pembelajaran.
e) Membuat perangkat pembelajaran berdasarkan model pembelajaran advance organizer melalui tahap:
1) Membaca materi sistem ekskresi manusia dari beberapa sumber.
2) Mengorganisasikan materi sistem ekskresi manusia dengan membuat peta konsep.
3) Mengorganisasikan gambar mengenai sistem ekskresi manusia.
4) Membuat beberapa pertanyaan yang digunakan untuk memperkuat struktur kognitif siswa.
f) Membuat perangkat pembelajaran berdasarkan model pembelajaran konvensional (metode diskusi kelompok) berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) dan membuat soal teka teki silang untuk memperkuat struktur kognitif siswa. g) Meminta pertimbangan (judgement) mengenai instrumen kepada dosen ahli,
agar soal yang digunakan sesuai dengan SK dan KD, jenjang kognitif, dan tata bahasa. Hal ini dimaksudkan agar instrumen yang akan digunakan benar-benar mengukur variabel yang terdapat pada penelitian. Instrumen yang dijudgment meliputi soal penguasaan konsep dan angket.
h) Mempersiapkan perizinan uji coba instrumen di sekolah, kemudian melakukan uji coba instrumen penelitian pada siswa yang telah mempelajari materi sistem ekskresi manusia. Uji coba instrumen dilakukan pada kelas XI IPA 5, XII IPA 7 dan XII IPA 1.
i) Melakukan revisi instrumen penelitian berdasarkan hasil uji coba soal dan saran dari dosen pembimbing.
(30)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tahap Pelaksanaan
a) Melaksanakan tes awal (pretest) sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui penguasaan konsep awal siswa. Pretest dilakukan baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dengan tes berupa tes objektif sebanyak 40 butir soal.
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dimana pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran pengaturan awal (Advance organizer), dimana pelaksanaannya sesuai dengan RPP. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, masing-masing selama 105 menit (3x45 menit).
c) Pemberian posttest pada kelas kontrol dan eksperimen setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan yaitu pada pertemuan ketiga. Posttest yang diberikan berupa tes objektif yang sama dengan soal pretest.
d) Memberikan angket pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberikan setelah pembelajaran dilaksanakan yaitu pada pertemuan ketiga.
3. Tahap Pasca Pelaksanaan
a) Mengolah dan menganalisis data hasil pretest dan posttest menggunakan software SPSS 20.0 dan Microsoft Excel 2007.
b) Menganalisis hasil penelitian terhadap hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian dibandingkan. Apabila hasil penguasaan konsep awal (pretest) siswa kelas ekskperimen dan kelas kontrol tidak berbeda maka untuk melihat peningkatan penguasaan konsep siswa dilakukan pada hasil posttest, tetapi apabila berbeda secara signifikan maka menggunakan gain ternormalisasi. Menganalisis hasil angket kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran yang
(31)
42
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
telah dilaksanakan. Menganalisis hasil persentase penguasaan konsep siswa pada setiap cakupan materi sebagai data pendukung instrumen.
c) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan kecenderungan hasil responden siswa dalam angket untuk menjawab permasalahan penelitian.
d) Menyusun laporan penelitian.
G. Teknik Pengambilan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengambilan Data
Tahapan pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui penguasaan konsep siswa sebelum dilakukan pembelajaran. b) Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui penguasaan konsep siswa setelah diberikan pembelajaran dari kedua kelas tersebut.
c) Memberikan angket sebagai data sekunder untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
2. Analisis data
a) Pengolahan data tes objektif
Pengolahan data tes objektif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data pretest, posttest, dan indeks gain. Data tersebut diperoleh dengan memberikan tes objektif pilihan ganda sebanyak 40 soal kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran kelas eksperimen menggunakan model
(32)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tidak
Tidak
Ya
Ya
pembelajaran pengaturan awal (advance organizer), sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional melalui diskusi kelompok. Langkah pertama dalam pengolahan data kuantitatif tersebut adalah menghitung skor jawaban (pretest dan posttest) dengan memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah (skor = jumlah jawaban benar), kemudian skor yang telah diperoleh diubah menjadi nilai dengan ketentuan sebagai berikut:
Nilai siswa = x 100
(Arikunto, 2012) Data berupa nilai pretest dan posttest tersebut diolah untuk mengetahui adanya persamaan atau perbedaan penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen maupun kontrol. Data-data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest dianalisis secara statistik. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS (Statistical Passage for Social Science) 20.0 dan Microsoft Excel 2007 yang dioperasikan menggunakan laptop. Adapun tahap-tahap dari pengolahan data tersebut sebagai berikut:
Gambar 3.1
Diagram Alir Pengolahan Data Kuantitatif
Data Kuantitatif
Uji Normalitas
Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji t’
Uji Homogenitas Shapiro-Whilk
Uji Mann-Whitney U Levene Statistic
Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji t Uji Perbedaan
(33)
44
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan gambar 3.1., data pretest dari kelas ekspeimen dan kelas kontrol diuji normalitasnya. Jika kedua kelas berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas untuk masing-masing kelas. Jika kedua kelas atau salah satu kelas tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik (Sudjana, 2005). Uji nonparametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney. Setelah normalitas dan homogenitas dipenuhi, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Apabila normalitas dipenuhi, tetapi homogenitas tidak dipenuhi selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t’. Hal serupa dilakukan pada analisis tahap akhir yakni dengan menggunakan data posttest apabila rata-rata kemampuan awal kedua kelas sama, dan menggunakan indeks gain apabila rata-rata kemampuan awal kedua kelas berbeda.
1) Menguji normalitas.
Uji normalitas data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-Wilk digunakan karena jumlah sampel baik pada kelas eksperimen maupun kontrol lebih dari tiga puluh. Dengan taraf signifikansi 5%, perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretest adalah:
H0 : Skor pretest (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Skor pretest (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
(34)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedangkan perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data posttest/ indeks gain adalah:
H0 : Skor posttest/indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Skor posttest/indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengambilan keputusan adalah:
(1) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal.
(2) Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka distribusi adalah normal.
2) Menguji homogenitas.
Uji homogenitas data hasil pretest dan posttest/indeks gain untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji statistik yang digunakan untuk menguji homogenitas varians adalah uji Levene dengan taraf signifikansi 5 %. Uji Levene digunakan karena jumlah sampel baik kelas eksperimen maupun kontrol lebih dari tiga puluh. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretest dan posttest/indeks gain adalah:
H0 : Varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol homogen. H1 : Varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak homogen.
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengambilan keputusan adalah:
(1) Nilai signifikansi < 0,05 maka data berasal dari populasi yang tidak memiliki varians yang sama (tidak homogen).
(35)
46
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(2) Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka data berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama (homogen).
3) Uji persamaan dua rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol baik pada data nilai pretest maupun posttest. Apabila data yang diolah tidak dapat memenuhi syarat yaitu berdistribusi normal, maka uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji nonparametrik. Uji non-parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney.
Hipotesis yang digunakan pada pengujian kesamaan dua rata-rata pretest adalah:
H0: Kemampuan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.
H1: Kemampuan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda.
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengambilan keputusan adalah:
1) Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak
Perumusan hipotesis yang digunakan pada pengujian perbedaan dua rata-rata posttest/indeks gain adalah:
H0: Peningkatan kemampuan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol.
H1: Peningkatan kemampuan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
(36)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengambilan keputusan adalah:
(1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima. (2) Jika nilai signifikansi 0,05 maka H0 ditolak.
Apabila data yang diolah dapat memenuhi syarat yaitu berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji t (Independent Samples T Test) dengan asumsi varians kedua sampel sama (homogen). Uji t digunakan untuk mengetahui sama tidaknya penguasaan konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hipotesis yang digunakan pada uji Independent-Samples T Test ini adalah : Ho: Rata-rata posttest kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan
rata-rata posttest kelas kontrol.
H1: Rata-rata posttest kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata posttest kelas kontrol.
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1) Jika ½ nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak.
2) Jika ½ nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 maka Ho diterima. Apabila kemampuan awal (pretest) kelas eksperimen dan kontrol sama, maka dilakukan pengujian terhadap data posttest, sedangkan apabila kemampuan awal (pretest) kelas eksperimen dan kontrol berbeda dilakukan pengujian terhadap indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4) Menghitung Indeks Gain
Data yang diperoleh dari pretest dan posttest dihitung indeks gainnya untuk mengetahui bagaimana kualitas peningkatan penguasaan konsep siswa setelah diberi perlakuan. Namun, sebelumnya dihitung nilai gain terlebih dahulu untuk
(37)
48
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengetahui perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah perlakuan. Gain diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Gain = nilai posttest – nilai pretest Adapun rumus untuk menghitung indeks gain sebagai berikut:
Hake (1999). Hasil perhitungan rata-rata indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kategori yang disajikan dalam Tabel 3.9 sebagai berikut.
Tabel 3.10. Kriteria Indeks Gain Indeks gain Kriteria
g > 0,70 Tinggi
0,30 < g ≤ 0,70 Sedang
g ≤ 0,30 Rendah
Hake (1999) Semakin tinggi rata-rata indeks gain, maka semakin tinggi pula peningkatan yang terjadi akibat penerapan model pembelajaran pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
b) Data Angket
Perolehan data melalui angket diolah dengan persentase untuk mengetahui respon siswa pada kelas eksperimen terhadap penerapan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) dan kelas kontrol terhadap penerapan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok yaitu dengan menggunakan rumus :
(38)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Persentase angket =
x 100%
(39)
50
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Alur Penelitian
Menyusun instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda dan angket
Pretest kelas eksperimen
Pembelajaran dengan model
pembelajaran Advance organizer
Analisis data Penentuan masalah
Kajian pustaka meliputi belajar bermakna, model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer), penguasaan konsep, model pembelajaran konvensional (metode diskusi kelompok), dan materi
sistem ekskresi manusia.
Gambar 3.2. Alur Penelitian
Observasi ke sekolah meliputi survei lokasi, karakteristik siswa, pelaksanaan kegiatan penelitian
Membuat perangkat pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas
Pretest kelas kontrol
Pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional
Posttest kelas eksperimen dan
pemberian angket
Posttest kelas kontrol dan
pemberian angket
Melakukan judgment instrumen dan uji coba soal
Penyusunan laporan penelitian
Merevisi instrumen penelitian berdasarkan hasil uji cobasoal
Seminar proposal penelitian
(40)
79
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan penguasaan konsep awal siswa sebelum pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) dan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok tidak berbeda secara signifikan. Penerapan belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) lebih baik dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok dalam kemampuan penguasaan konsep siswa pada materi sistem ekskresi. Selain itu, peningkatan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen sebesar 0,56 yang artinya kualitas peningkatan penguasaan konsep siswa termasuk kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol peningkatannya sebesar 0,29 yang artinya kualitas peningkatan penguasaan konsep siswa termasuk kategori rendah. Hal ini didukung pula oleh data peningkatan persentase penguasaan konsep siswa pada setiap cakupan materi yang meliputi konsep pengertian sistem ekskresi, konsep zat yang diekskresikan tubuh, konsep yang berkaitan dengan organ ginjal, paru-paru, hati, dan kulit lebih besar peningkatannya pada kelas eksperimen daripada kelas kontrol. Hal ini didukung pula oleh data respon siswa, dimana siswa pada kelas eksperimen cenderung memberikan respon positif terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer), sedangkan siswa pada kelas kontrol cenderung memberikan respon negatif pada aspek tertentu terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok.
(41)
80
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran
1. Belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) sebaiknya menjadi model pembelajaran alternatif bagi guru di jenjang pendidikan SMA dalam upaya meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa.
2. Bagi calon peneliti selanjutnya yang berminat meneliti mengenai belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) lebih teliti lagi dalam mengalokasikan waktu dengan baik dan cermat sesuai dengan yang terlampir pada RPP.
3. Pada belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) hendaknya mengorganisasikam materi terlebih dahulu melalui pembuatan peta konsep dan mempersiapkan soal-soal untuk games cepat tepat yang digunakan dalam memperkuat struktur organisasi kognitif siswa.
4. Sebelum melakukan penelitian, sebaiknya dilakukan pembiasaan penggunan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer), sehingga siswa tidak canggung saat pembelajaran berlangsung.
5. Sintak dari model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) dan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok memiliki tahapan pembelajaran atau sintak pembelajaran yang berbeda-beda, alangkah lebih baiknya jika pemberian penguatan struktur kognitif siswa baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan perlakuan yang sama yaitu menggunakan games cepat tepat.
6. Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) terhadap penguasaan konsep siswa dapat diterapkan pada topik lain dalam mata pelajaran biologi.
(42)
81
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Afandi. (2011). “Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif melalui Model Reciprocal Teaching dan Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. 2, (2), 1-8.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ayay, M. (2010). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance
Organizer Terhadap Peningkatan Kemampuan Kreativitas dan Hasil
Belajar Matematika. [Online]. Tersedia:
http://ayaymoel.wordpress.com/2010/05/14/proposal-skripsi. [28 Oktober 2012].
Aziz, A. (2009). “Model Advance Organizer dan Penerapannya Dalam Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Islam. 19, (1), 34-44.
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Campbell, N. A., Reece, J. B dan Mitchell, L. G. (2004). BIOLOGI Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Connor-Greene, P. A. C. & Murdoch, J. W. (2000). “Does Writing Matter? Assessing the Impact of Daily Essay Quizzes in Enhancing Student Learning”. Journal National Writing Across the Curriculum. 4, (1), 16-21. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. (2006). Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
Endahwati, L. (2008). Pembelajaran Animalia yang Menyenangkan melalui Permainan. [Online]. Tersedia: http://liesendah.files.wordpress.com [15 Juni 2013].
Fatayati, H. W. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Peta Konsep Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa Pada Materi Pecahan Kelas VII SMP Negeri 3 Taman Sidoarjo [Online].
(1)
80
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran
1. Belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) sebaiknya menjadi model pembelajaran alternatif bagi guru di jenjang pendidikan SMA dalam upaya meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa.
2. Bagi calon peneliti selanjutnya yang berminat meneliti mengenai belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) lebih teliti lagi dalam mengalokasikan waktu dengan baik dan cermat sesuai dengan yang terlampir pada RPP.
3. Pada belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) hendaknya mengorganisasikam materi terlebih dahulu melalui pembuatan peta konsep dan mempersiapkan soal-soal untuk games cepat tepat yang digunakan dalam memperkuat struktur organisasi kognitif siswa.
4. Sebelum melakukan penelitian, sebaiknya dilakukan pembiasaan penggunan model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer), sehingga siswa tidak canggung saat pembelajaran berlangsung.
5. Sintak dari model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) dan model pembelajaran konvensional melalui metode diskusi kelompok memiliki tahapan pembelajaran atau sintak pembelajaran yang berbeda-beda, alangkah lebih baiknya jika pemberian penguatan struktur kognitif siswa baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan perlakuan yang sama yaitu menggunakan games cepat tepat.
6. Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh belajar bermakna melalui model pembelajaran pengaturan awal (advance organizer) terhadap penguasaan konsep siswa dapat diterapkan pada topik lain dalam mata pelajaran biologi.
(2)
81
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Afandi. (2011). “Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif melalui Model Reciprocal Teaching dan Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA. 2, (2), 1-8.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ayay, M. (2010). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Advance
Organizer Terhadap Peningkatan Kemampuan Kreativitas dan Hasil
Belajar Matematika. [Online]. Tersedia:
http://ayaymoel.wordpress.com/2010/05/14/proposal-skripsi. [28 Oktober 2012].
Aziz, A. (2009). “Model Advance Organizer dan Penerapannya Dalam Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Islam. 19, (1), 34-44.
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Campbell, N. A., Reece, J. B dan Mitchell, L. G. (2004). BIOLOGI Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Connor-Greene, P. A. C. & Murdoch, J. W. (2000). “Does Writing Matter? Assessing the Impact of Daily Essay Quizzes in Enhancing Student Learning”. Journal National Writing Across the Curriculum. 4, (1), 16-21. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. (2006). Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
Endahwati, L. (2008). Pembelajaran Animalia yang Menyenangkan melalui Permainan. [Online]. Tersedia: http://liesendah.files.wordpress.com [15 Juni 2013].
Fatayati, H. W. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Peta Konsep Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa Pada Materi Pecahan Kelas VII SMP Negeri 3 Taman Sidoarjo [Online].
(3)
http://digilib.sunan-82
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--herawardan-9284 [02 Juni 2013].
Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 April 2013].
Harahap, R. H., Harahap, M. B. (2012). “Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktifitas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika. 4, (2), 32-37 Hayati, Z. (2013). Pengaruh Metode Diskusi Kelompok Tutor Sebaya terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi di Sma Srijaya Negara Palembang. [Online]. Tersedia: http://www.akademik.unsri.ac.id. [15 Juni 2013]
Helperida, T . (2012). Penguasaan Konsep (Concept Mastery). [Online]. Tersedia: http://kekeislearning.blogspot.com/2012/09/penguasaan-konsep.html [28 Oktober 2012].
Irpan (2011). Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok. [Online]. Tersedia:
irpan1990.wordpress.com/2011/08/11/metode-pembelajaran-diskusi-kelompok/ [02 Juni 2013].
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. (2009). Models of Teaching (Eighth Edition).Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kangaroo. (2011). Struktur Ginjal. [Online]. Tersedia: http://knowledgeserver.wordpress.com/2011/10/22/excretory-system/ [28 Oktober 2012].
Koentjaraningrat. (1990). Metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta: Gramedia. Kurnadi, K. A. (2009). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia 1.
Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
---. (2011). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia 2. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
Kwan, F. (2011). “Formative Assessment: The One-Minute Paper Vs. The Daily Quiz”. Journal of Instructional Pedagogies. 5, 1-8.
(4)
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lin, H., Chen, T. (2007). “Reading Authentic Efl Text Using Visualization and Advance Organizers In A Multimedia Learning Environment”. Journal of Language Learning & Technology. 11, (3), 83-96.
Manna, M. (2013). Struktur paru-paru. [Online]. Tersedia: http://www.cfinotebook.net/notebook/aeromedical/hyperventilation.html; [28 Oktober 2012].
Mawax. (2011). Model Pembelajaran Advance Organizer. [Online]. Tersedia: http://mawax.wordpress.com/2011/10/05/model-pembelajaran-advance-organizer/ [28 Oktober 2012].
Nurtikasari, R. (2013). Penerapan Model Advance Organizer Dalam Pembelajaran Sistem Saraf Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Kemampuan Membuat Peta Konsep dan Retensi Pengetahuan Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Octaria, D. (2012). Teori Belajar Bermakna dari David P Ausubel. [Online]. Tersedia: http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/15/teori-belajar-bermakna-dari-david-p-ausubel/ [02 Juni 2013].
Purbowati, T. E. (2006). Penggunaan Pendekatan Kuis Tim untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Individu dalam Kelompok Belajar Siswa Kelas 3 Akuntansi-1 di Smkn 2 Buduran Sidoarjo. [Online]. Tersedia: nasuprawoto.files.wordpress.com/2010/10/cover.doc [02 Juni 2013].
Rahman, R. D. (2008). Penerapan Metode Diskusi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di SMPN
1 Prambon Sidoarjo. [Online]. Tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=diskusi+meningkatkan+motivasi &source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CEoQFjAE&url=http%3A%2F%2Fli b.uin-malang.ac.id%2Fthesis%2Ffullchapter%2F04110128-ratna-dewi-rahman.ps&ei=Q6asUaKuMMnUrQf7g4GICg&usg=AFQjCNHRVHThcn6 Gg9YV079cUsmbZD0SKw&bvm=bv.47244034,d.bmk [02 Juni 2013]. Riyanto, Y. (2002). Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Kencana.
Ruhimat, T. (2012). Bahan Diskusi Model-Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK.
_PENDIDIKAN/195711211985031-TOTO_RUHIMAT/Model_Pembelajaran/metmodelpemb2.pdf [15 Juli 2013]
(5)
84
Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rustaman, N., Dirdjosoemanto, S., Yudianto, S. A. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM PRESS.
Saftory, N. H. (2010). Model Pembelajaran Advance Organizer [Online]. Tersedia: http://kumpulantugas-nurkhanah.blogspot.com/2010/12/makalah-model-pembelajaran.html [03 Januari 2013].
Salvia. (2013). Pemberian LKS Berupa Teka-Teki Silang Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Koloid Di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Ujungbatu. [online]. Tersedia: http://repository.unri.ac.id/. [15 Juni 2013].
Sanjaya, A. A. (2011). Model Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia:
http://alitadisanjaya.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-konvensional.html. [11 Januari 2013].
Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Shihusa, H. dan Keraro, F. N. (2009). “Using Advance Organizer to Enhance
Students’ Motivation in Learning Biology”. Eurasia Journal of
Mathemathics, Science & Technology. 5, (4), 413-420
Sudjana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
_______. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
_______. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. dan Syaodih, E. (2012). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Refika Aditama.
Suparlan. (2007). Manfaat Diskusi Kelompok. [Online]. Tersedia:
http://suparlan.com/172/2007/06/07/diskusi-metode-mengajar-untuk- mengasah-otak-bukan-otot-dan-untuk-mengembangkan-sikap-saling-menghormati-bukan-menang-sendiri/ [06 Juli 2013].
Suryono (2009). Kekurangan Metode Diskusi Kelompok. [Online]. Tersedia: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=hasil%20penelitian%20kekuran gan%20metode%20diskusi%20kelompok&source=web&cd=1&cad=rja&ve d=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace%
(6)
2Fbitstream%2F123456789%2F288%2F1%2F101628-SURYONO-Neneng Salmiah, 2013
Pengaruh Belajar Bermakna Melalui Model Pembelajaran Pengaturan Awal (Advance Organizer) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Sistem Ekskresi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
FITK.pdf&ei=ZZrXUfIGM3nrAezyoCQAw&usg=AFQjCNH0b2NEY00f9 1GNvVNlmVqzBbJJqQ&bvm=bv.48705608,d.bmk [05 Mei 2013].
Sriwulan, W. (2009). Struktur Kulit. [Online]. Tersedia: http://blog-biologiku.blogspot.com/2009/09/indera-peraba.html [28 Oktober 2012]. Taniredja, T., Faridli, E. M., Harmianto, S. (2012). Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Tekkaya, C., Ozkan, O., Sungur, S. (2001). “Biology Concepts Perceived as Difficult By Turkish High School Students”. International Journal: Hacettepe Üniversitesi Eğitim Fakültesi Dergisi.21, 145-146
Uli, C. M. (2008). Struktur hati. [Online]. Tersedia:
http://catherinemaname.wordpress.com/2008/08/29/do-i-have-a-stomachache-doc/; [28 Oktober 2012].
Wahab, A. A. (2009). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta. Widodo, A. (2007). “Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan. 64, (13), 91-105.
Yanto, A. (2012). Model Pembelajaran Advance Organizer [Online]. Tersedia: Dunia_Pendidikan.Com. [28 Oktober 2012].