EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG

t a hun

IAI

Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan

F02

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG
(Mimusopsi cortex ) TERHADAP SEL T47D
Vonna Aulianshah, Poppy Anjelisa Z. Hasibuan dan Aminah Dalimunthe
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita setiap tahunnya. Secara
sederhana, kanker berarti pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau abnormal. Minat
terhadap penggunaan obat tradisional khususnya untuk penyakit kanker akhir-akhir ini cenderung
meningkat. Kecenderungan tersebut kemungkinan disebabkan adanya kekhawatiran akan efek
samping yang ditimbulkan oleh obat-obat modern. Selain itu, karena obat tradisional mudah didapat
dan murah harganya. Tanjung (Mimusops elingi L.) diyakini memiliki potensi antikanker. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia (Mimusopsi cortex) dan menghitung

nilai IC50, serta untuk mengetahui tingkat keaktifan ekstrak etanol kulit batang Tanjung terhadap sel
kanker payudara T47D. Ekstrak diperoleh melalui maserasi dengan menggunakan pelarut etanol
96%. Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5
difeniltetrazolium bromida]. Sel T47D dibiakkan dalam media kultur RPMI pada 96-well plate
kemudian diberi ekstrak etanol kulit batang Tanjung dengan seri konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml,
125 µg/ml, 62,5 µg/ml, dan 31,25 µg/ml. Hasil pengujian dibaca dengan ELISA reader pada
panjang gelombang 595 nm. Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak etanol kulit
batang Tanjung (Mimusopsi cortex) diperoleh senyawa kimia golongan flavonoid, tanin, saponin,
dan steroid/triterpenoid yang berpotensi sebagai antikanker. Hasil pemeriksaan karakteristik
simplisia diperoleh kadar air 7,96%, kadar sari larut air 1,5%, kadar sari larut dalam etanol 2,52%,
kadar abu total 4,13%, dan kadar abu tidak larut asam 0,12%. Hasil pengujian aktivitas sitotoksik
ekstrak etanol kulit batang Tanjung terhadap sel kanker T47D menunjukkan nilai IC50 sebesar
112,800 µg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang Tanjung memiliki efek
sitotoksik yang kurang poten terhadap sel kanker payudara T47D.
Kata Kunci: sitotoksik, Mimusopsi cortex, sel T47D, MTT.
dari 250.000 kasus baru kanker payudara
PENDAHULUAN

terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih


Kanker ditandai dengan pertumbuhan
sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau

175.000 di Amerika Serikat. Tahun 2000

abnormal dan jika menyerang suatu organ

diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis

tubuh, sel kanker akan berkembang biak dan

kanker payudara dan lebih dari 700.000

merusak sel-sel tubuh yang normal dengan

meninggal

sangat cepat (Saputra, dkk., 2000; Corwin,

Institute, 2011).


2007). Menurut WHO, setiap tahun lebih

karenanya

(National

Cancer

Antikanker yang ideal seharusnya
memliliki

toksisitas

selektif

artinya

menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel
ISBN 978-602-8892-72-8


168

Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:

t a hun

IAI

Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan

jaringan

normal.

sekarang

pada

Antikanker


yang

ada

umumnya

menekan

proliferasi

sel

bahwa ekstrak etanol kulit batang Tanjung
memiliki aktivitas sitotoksik.

dan

Peneliti tertarik untuk melihat efek


menimbulkan toksisitas karena menghambat

ekstrak kulit batang tanjung terhadap kanker

pembelahan sel normal yang proliferasinya

payudara,

oleh

cepat antara lain sumsum tulang, mukosa

dilakukan

pengujian

saluran cerna, folikel rambut dan jaringan

membuktikan


limfosit. Minat terhadap penggunaan obat

langsung terhadap sel kanker payudara yaitu

tradisional khususnya untuk penyakit kanker

T47D.

pertumbuhan

atau

akhir-akhir

ini

Kecenderungan

cenderung


meningkat.

tersebut

disebabkan

kekhawatiran efek samping yang ditimbulkan

karena

efek

itu

maka

pendahuluan
sitotoksiknya

perlu

untuk
secara

METODOLOGI
Pembuatan ekstrak etanol kulit batang
Tanjung(EEKBT)

oleh obat modern, selain itu alasan obat
tradisional

mudah

didapat

dan

murah

harganya (Kurnijasanti, 2008; Wiryowidagdo,


ditiriskan, dipotong-potong lalu ditimbang,
selanjutnya dikeringkan di lemari pengering

2008).
Tanjung (Mimusops elingi L.) adalah
sejenis pohon yang berasal dari India, Sri
Lanka

Bagian kulit batang yang masih segar dicuci,

dan

Burma.

Air

batangnya dimanfaatkan

rebusan
sebagai


kulit
obat

demam, obat sakit gigi dan penyegar nafas,
serta pencuci luka (Ganu, 2010). Namun

suhu. Setelah kering, kulit batang diserbuk
hingga halus. Sebanyak 200 g serbuk
simplisia dibuat ekstrak

secara maserasi

dengan pelarut etanol 96%. Maserat yang
diperoleh

dikumpulkan

dan

dipekatkan

dengan alat rotary evaporator .

masih ada potensi lain dari kulit batang pohon
ini, yaitu sebagai antioksidan dan antikanker.
Hasil

penelitian

(Ganu,

et

al.,

Kultur sel epitel payudara

Sel yang digunakan pada penelitian ini

2010)

menyimpulkan bahwa ekstrak metanol dari
kulit batang Tanjung (Mimusopsi cortex)
mempunyai aktivitas antioksidan yang dapat
mencegah penyakit degeneratif sel seperti
diabetes. Selain itu, (Chaitali, dkk., 2010)
telah meneliti ekstrak etanol kulit batang

adalah

sel

T47D

koleksi

laboratorium

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada yang dirawat dan ditumbuhkan
pada medium RPMI (Gibco) dengan 10%
FBS (Gibco) dan 2% Penicillin-Streptomycin
(Gibco).

Tanjung (Mimusopsi cortex) menggunakan
Brine-Shrimp

Lethality

Bioassay

(BST)

terhadap larva Artemia salina, diperoleh

Uji Sitotoksik

Sel T47D ditanam pada microplate 96
sumuran sehingga diperoleh kepadatan 10.000

ISBN 978-602-8892-72-8

169

t a hun

IAI

Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan

sel/sumuran dan diinkubasi selama 24 jam

HASIL DAN PEMBAHASAN

untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik.

Hasil

pengamatan

dengan

Setelah 24 jam medium diganti dengan yang

menggunakan mikroskop inverted dengan

baru kemudian ditambahkan larutan uji

perbesaran

dengan berbagai konsentrasi menggunakan

perbedaan morfologi antara sel T47D kontrol

cosolvent DMSO dan diinkubasi pada suhu

dan sel T47D yang diberi perlakuan ekstrak.

37ºC dalam inkubator CO2 5% selama 24 jam.

Sel T47D kontrol yang hidup tampak seperti

Pada akhir inkubasi, media dan larutan uji

pecahan kaca lonjong, saling berdempet

dibuang kemudian sel dicuci dengan PBS.

dengan sel lain yang berada disekitarnya dan

Pada masing-masing sumuran, ditambahkan

menempel di dasar sumuran (Gambar 4.1).

100 L media kultur dan 10 L MTT 5

Sedangkan sel T47D yang mati karena

mg/mL. Untuk mengamati viabilitasnya, sel

perlakuan pemberian ekstrak

diinkubasi kembali selama 4-6 jam dalam

dengan

inkubator CO2 5% pada suhu 37oC. Reaksi

cenderung tersebar dan mengapung (Gambar

MTT dihentikan dengan reagen stopper (SDS

4.2). Warna gelap dan berserabut yang

10% dalam HCl 0,1 N), lalu plate dibungkus

nampak pada pengamatan (Gambar 4.3)

dengan alumunium foil agar tidak tembus

merupakan

cahaya pada suhu kamar dan dibiarkan selama

pemberian MTT. Kristal-kristal formazan

satu malam. Sel yang hidup bereaksi dengan

tersebut dapat menembus membran sel dan

MTT

Hasil

terakumulasi di dalam sel sehat. Jumlah

pengujian dibaca dengan ELISA reader pada

produk formazan secara langsung proposional

panjang gelombang 595 nm.

dengan jumlah sel hidup. Semakin banyak sel

Analisis hasil

hidup maka semakin banyak sel yang aktif

membentuk

warna

ungu.

Data absorbansi yang diperoleh dari

10x10

bagian

menunjukkan

tengah

kristal

adanya

tampak bulat

berwarna

formazan

hitam,

setelah

melakukan metabolisme sehingga jumlah

uji sitotoksik sel dikonversi ke dalam persen

produk

sel

semakin banyak. Semakin banyak produk

hidup.

Persen

sel

hidup

dihitung

menggunakan rumus:

formazan

yang

terbentuk

juga

formazan yang terakumulasi ini menyebabkan
intensitas warna ungu meningkat dalam plate.
Sel yang mati tidak dapat terwarnai oleh

Aktivitas sitotoksik dinyatakan dalam
IC50

(konsentrasi

yang

menyebabkan

kematian 50% populasi sel) yang dianalisis
dengan analisis probit menggunakan SPSS
17.0.

ISBN 978-602-8892-72-8

garam MTT sehingga tidak membentuk warna
ungu seperti pada sel hidup. Akibatnya pada
sel mati tidak terbentuk formazan yang
berwarna ungu, tetapi warnanya tetap kuning
seperti

medium

(gambar

4.4)
170

t a hun

IAI

Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan

.

Gambar 4.1 Kontrol Sel T47D

Gambar 4.2 Sel T47D Setelah Pemberian
Ekstrak
1

Gambar 4.3 Kristal Formazan

Hasil

pengukuran

dengan

2

3

Gambar 4.4 Perbedaan warna media berisi
sel T47D dan larutan uji setelah pemberian
MTT (3 x pengulangan).
menggunakan

kematian sel T47D semakin meningkat.

bahwa

Persentase sel hidup terbesar terdapat pada

persentase sel T47D yang hidup terus

pemberian konsentrasi ekstrak 31,25 µg/ml

menurun

dengan

yaitu sebesar 79,88%, sedangkan pada pada

kenaikan konsentrasi ekstrak yang diberikan.

pemberian konsentrasi 500 µg/ml persentase

Dimana artinya semakin besar konsentrasi

sel

ELISA

reader

menunjukkan

berbanding

terbalik

hidup

hanya

sebesar

24,59%

ekstrak yang diberikan maka persentase
.

ISBN 978-602-8892-72-8

171

t a hun

IAI

Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan Uji Terhadap Jumlah % Sel T47D Hidup

dengan nilai IC50 yang sangat kecil, ekstrak
Perhitungan nilai IC50 ditentukan dengan
menggunakan analisis probit pada program
SPSS Windows 17. IC50 digunakan sebagai
parameter

untuk

mengevaluasi

potensi

sitotoksisitas EEKBT terhadap sel T47D.
Suatu

ekstrak

dikatakan

berpotensi

menghambat pertumbuhan sel kanker jika
memiliki nilai IC50 ≤ 100 µg/ml (Kamuhabwa,
et al., 2000). Semakin kecil nilai IC50 berarti
semakin tinggi nilai aktivitas sitotoksiknya
(Winarno, et al., 2010). Karena harga IC50
dari EEKBT adalah 112,800 µg/ml, maka
dapat dikatakan bahwa EEKBT mempunyai
aktivitas

sitotoksik

terhadap

sel

yang

kanker

kurang

payudara

poten
T47D.

tersebut semakin berpotensi. Hal tersebut
dikarenakan kekhawatiran dari sifat toksisitas
yang berlebih akan menyebabkan kematian
pada jaringan yang lain, sehingga ekstrak
tersebut

bukan

hanya

menghambat

pertumbuhan sel kanker tetapi juga sel
normal.
KESIMPULAN
Ekstrak etanol kulit batang Tanjung
(Mimusopsi cortex) memiliki sifat sitotoksik

terhadap sel T47D dengan nilai IC50 sebesar
112,800

µg/ml.

Meskipun

aktivitas

sitotoksiknya kurang poten tetapi cukup
memungkinkan untuk dikembangkan sebagai
agen kemopreventif.

Dikarenakan sampel uji masih dalam bentuk
crude ekstrak, maka

diperlukan upaya

fraksinasi dan isolasi senyawa bioaktifnya
agar kulit batang
Tanjung memiliki nilai IC50 yang lebih poten
daripada

ekstrak

etanolnya.

Menurut

DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, R., Udin, Z. (2010). Studi Potensi
Ekstrak Brucea javanica Sebagai
Bioaktif
Antikanker
Payudara
Terhadap Sel T47D. JKTI. 12(1): 814.

(Andriyani dan Udin, 2010) bukan berarti
ISBN 978-602-8892-72-8

172

t a hun

IAI

Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan

Chaitali, H.V., More, S.N., Bharate, S.S., dan
Bharate, B.S. (2010). Cytotoxicity
Screening of Selected Indian
Medicinal Plants Using BrineShrimp
Lethality
Bioassay.
Advances in Natural and Applied
Sciences Journal. 4(3): 389-395.
Corwin,

E.J., (2008). Handbook of
Pathophysiology.
3rd
edition.
Lippincot Williams & Wilkins, USA.

Ganu, G.P., Jadhav, S.S., dan Desphande,
A.D. (2010). Antioxidant and
antihyperglycemic
potential
of
methanolic extract of bark of
Mimusops elengi L. In mice.
International
Journal
of
Phytomedicine. 2(2): 116-123.
Kamuhabwa, A., Nshimo, C. & de Witte, P.
(2000).
Cytotoxicity of
Some
Medicinal Plant Extracts Used in
Tanzanian Tradisional Medicine. J.
Ethnopharmacol. 70(4): 143-149.

dari Ekstrak Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa ) Terhadap
Kultur Sel Kanker Mieloma. Media
Eksakta . 7(1): 48-54.
NCI (2011). Report to nation finds continued
declines in many cancer rates.
National Cancer Institute At the
National Institute of Health . Diunduh
pada
16Agustus2011.http://www.cancer.g
ov/newscenter/pressreleases
Winarno, K.E., Mazda, R., Hindra, dan
Winarno, H. (2010). Pengaruh
Iradiasi Gamma Pada Aktivitas
Sitotoksik daging Buah Mahkota
Dewa
(Phaleria
macrocarpa )
(Scheff) Boerl. Jurnal Sains Dan
Teknologi Nuklir Indonesia . II(2):
72.
Wiryowidagdo, S. (2008).
Kimia dan
Farmakologi Bahan Alam. Edisi 2.
Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Hal: 249-261

Kurnijasanti, R., Hamid, S.I, dan Rahmawati,
K. (2008). Efek Sitotoksik In Vitro

ISBN 978-602-8892-72-8

173