EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG
t a hun
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
F02
EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG
(Mimusopsi cortex ) TERHADAP SEL T47D
Vonna Aulianshah, Poppy Anjelisa Z. Hasibuan dan Aminah Dalimunthe
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita setiap tahunnya. Secara
sederhana, kanker berarti pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau abnormal. Minat
terhadap penggunaan obat tradisional khususnya untuk penyakit kanker akhir-akhir ini cenderung
meningkat. Kecenderungan tersebut kemungkinan disebabkan adanya kekhawatiran akan efek
samping yang ditimbulkan oleh obat-obat modern. Selain itu, karena obat tradisional mudah didapat
dan murah harganya. Tanjung (Mimusops elingi L.) diyakini memiliki potensi antikanker. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia (Mimusopsi cortex) dan menghitung
nilai IC50, serta untuk mengetahui tingkat keaktifan ekstrak etanol kulit batang Tanjung terhadap sel
kanker payudara T47D. Ekstrak diperoleh melalui maserasi dengan menggunakan pelarut etanol
96%. Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5
difeniltetrazolium bromida]. Sel T47D dibiakkan dalam media kultur RPMI pada 96-well plate
kemudian diberi ekstrak etanol kulit batang Tanjung dengan seri konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml,
125 µg/ml, 62,5 µg/ml, dan 31,25 µg/ml. Hasil pengujian dibaca dengan ELISA reader pada
panjang gelombang 595 nm. Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak etanol kulit
batang Tanjung (Mimusopsi cortex) diperoleh senyawa kimia golongan flavonoid, tanin, saponin,
dan steroid/triterpenoid yang berpotensi sebagai antikanker. Hasil pemeriksaan karakteristik
simplisia diperoleh kadar air 7,96%, kadar sari larut air 1,5%, kadar sari larut dalam etanol 2,52%,
kadar abu total 4,13%, dan kadar abu tidak larut asam 0,12%. Hasil pengujian aktivitas sitotoksik
ekstrak etanol kulit batang Tanjung terhadap sel kanker T47D menunjukkan nilai IC50 sebesar
112,800 µg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang Tanjung memiliki efek
sitotoksik yang kurang poten terhadap sel kanker payudara T47D.
Kata Kunci: sitotoksik, Mimusopsi cortex, sel T47D, MTT.
dari 250.000 kasus baru kanker payudara
PENDAHULUAN
terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih
Kanker ditandai dengan pertumbuhan
sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau
175.000 di Amerika Serikat. Tahun 2000
abnormal dan jika menyerang suatu organ
diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis
tubuh, sel kanker akan berkembang biak dan
kanker payudara dan lebih dari 700.000
merusak sel-sel tubuh yang normal dengan
meninggal
sangat cepat (Saputra, dkk., 2000; Corwin,
Institute, 2011).
2007). Menurut WHO, setiap tahun lebih
karenanya
(National
Cancer
Antikanker yang ideal seharusnya
memliliki
toksisitas
selektif
artinya
menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel
ISBN 978-602-8892-72-8
168
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
t a hun
IAI
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
jaringan
normal.
sekarang
pada
Antikanker
yang
ada
umumnya
menekan
proliferasi
sel
bahwa ekstrak etanol kulit batang Tanjung
memiliki aktivitas sitotoksik.
dan
Peneliti tertarik untuk melihat efek
menimbulkan toksisitas karena menghambat
ekstrak kulit batang tanjung terhadap kanker
pembelahan sel normal yang proliferasinya
payudara,
oleh
cepat antara lain sumsum tulang, mukosa
dilakukan
pengujian
saluran cerna, folikel rambut dan jaringan
membuktikan
limfosit. Minat terhadap penggunaan obat
langsung terhadap sel kanker payudara yaitu
tradisional khususnya untuk penyakit kanker
T47D.
pertumbuhan
atau
akhir-akhir
ini
Kecenderungan
cenderung
meningkat.
tersebut
disebabkan
kekhawatiran efek samping yang ditimbulkan
karena
efek
itu
maka
pendahuluan
sitotoksiknya
perlu
untuk
secara
METODOLOGI
Pembuatan ekstrak etanol kulit batang
Tanjung(EEKBT)
oleh obat modern, selain itu alasan obat
tradisional
mudah
didapat
dan
murah
harganya (Kurnijasanti, 2008; Wiryowidagdo,
ditiriskan, dipotong-potong lalu ditimbang,
selanjutnya dikeringkan di lemari pengering
2008).
Tanjung (Mimusops elingi L.) adalah
sejenis pohon yang berasal dari India, Sri
Lanka
Bagian kulit batang yang masih segar dicuci,
dan
Burma.
Air
batangnya dimanfaatkan
rebusan
sebagai
kulit
obat
demam, obat sakit gigi dan penyegar nafas,
serta pencuci luka (Ganu, 2010). Namun
suhu. Setelah kering, kulit batang diserbuk
hingga halus. Sebanyak 200 g serbuk
simplisia dibuat ekstrak
secara maserasi
dengan pelarut etanol 96%. Maserat yang
diperoleh
dikumpulkan
dan
dipekatkan
dengan alat rotary evaporator .
masih ada potensi lain dari kulit batang pohon
ini, yaitu sebagai antioksidan dan antikanker.
Hasil
penelitian
(Ganu,
et
al.,
Kultur sel epitel payudara
Sel yang digunakan pada penelitian ini
2010)
menyimpulkan bahwa ekstrak metanol dari
kulit batang Tanjung (Mimusopsi cortex)
mempunyai aktivitas antioksidan yang dapat
mencegah penyakit degeneratif sel seperti
diabetes. Selain itu, (Chaitali, dkk., 2010)
telah meneliti ekstrak etanol kulit batang
adalah
sel
T47D
koleksi
laboratorium
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada yang dirawat dan ditumbuhkan
pada medium RPMI (Gibco) dengan 10%
FBS (Gibco) dan 2% Penicillin-Streptomycin
(Gibco).
Tanjung (Mimusopsi cortex) menggunakan
Brine-Shrimp
Lethality
Bioassay
(BST)
terhadap larva Artemia salina, diperoleh
Uji Sitotoksik
Sel T47D ditanam pada microplate 96
sumuran sehingga diperoleh kepadatan 10.000
ISBN 978-602-8892-72-8
169
t a hun
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
sel/sumuran dan diinkubasi selama 24 jam
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik.
Hasil
pengamatan
dengan
Setelah 24 jam medium diganti dengan yang
menggunakan mikroskop inverted dengan
baru kemudian ditambahkan larutan uji
perbesaran
dengan berbagai konsentrasi menggunakan
perbedaan morfologi antara sel T47D kontrol
cosolvent DMSO dan diinkubasi pada suhu
dan sel T47D yang diberi perlakuan ekstrak.
37ºC dalam inkubator CO2 5% selama 24 jam.
Sel T47D kontrol yang hidup tampak seperti
Pada akhir inkubasi, media dan larutan uji
pecahan kaca lonjong, saling berdempet
dibuang kemudian sel dicuci dengan PBS.
dengan sel lain yang berada disekitarnya dan
Pada masing-masing sumuran, ditambahkan
menempel di dasar sumuran (Gambar 4.1).
100 L media kultur dan 10 L MTT 5
Sedangkan sel T47D yang mati karena
mg/mL. Untuk mengamati viabilitasnya, sel
perlakuan pemberian ekstrak
diinkubasi kembali selama 4-6 jam dalam
dengan
inkubator CO2 5% pada suhu 37oC. Reaksi
cenderung tersebar dan mengapung (Gambar
MTT dihentikan dengan reagen stopper (SDS
4.2). Warna gelap dan berserabut yang
10% dalam HCl 0,1 N), lalu plate dibungkus
nampak pada pengamatan (Gambar 4.3)
dengan alumunium foil agar tidak tembus
merupakan
cahaya pada suhu kamar dan dibiarkan selama
pemberian MTT. Kristal-kristal formazan
satu malam. Sel yang hidup bereaksi dengan
tersebut dapat menembus membran sel dan
MTT
Hasil
terakumulasi di dalam sel sehat. Jumlah
pengujian dibaca dengan ELISA reader pada
produk formazan secara langsung proposional
panjang gelombang 595 nm.
dengan jumlah sel hidup. Semakin banyak sel
Analisis hasil
hidup maka semakin banyak sel yang aktif
membentuk
warna
ungu.
Data absorbansi yang diperoleh dari
10x10
bagian
menunjukkan
tengah
kristal
adanya
tampak bulat
berwarna
formazan
hitam,
setelah
melakukan metabolisme sehingga jumlah
uji sitotoksik sel dikonversi ke dalam persen
produk
sel
semakin banyak. Semakin banyak produk
hidup.
Persen
sel
hidup
dihitung
menggunakan rumus:
formazan
yang
terbentuk
juga
formazan yang terakumulasi ini menyebabkan
intensitas warna ungu meningkat dalam plate.
Sel yang mati tidak dapat terwarnai oleh
Aktivitas sitotoksik dinyatakan dalam
IC50
(konsentrasi
yang
menyebabkan
kematian 50% populasi sel) yang dianalisis
dengan analisis probit menggunakan SPSS
17.0.
ISBN 978-602-8892-72-8
garam MTT sehingga tidak membentuk warna
ungu seperti pada sel hidup. Akibatnya pada
sel mati tidak terbentuk formazan yang
berwarna ungu, tetapi warnanya tetap kuning
seperti
medium
(gambar
4.4)
170
t a hun
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
.
Gambar 4.1 Kontrol Sel T47D
Gambar 4.2 Sel T47D Setelah Pemberian
Ekstrak
1
Gambar 4.3 Kristal Formazan
Hasil
pengukuran
dengan
2
3
Gambar 4.4 Perbedaan warna media berisi
sel T47D dan larutan uji setelah pemberian
MTT (3 x pengulangan).
menggunakan
kematian sel T47D semakin meningkat.
bahwa
Persentase sel hidup terbesar terdapat pada
persentase sel T47D yang hidup terus
pemberian konsentrasi ekstrak 31,25 µg/ml
menurun
dengan
yaitu sebesar 79,88%, sedangkan pada pada
kenaikan konsentrasi ekstrak yang diberikan.
pemberian konsentrasi 500 µg/ml persentase
Dimana artinya semakin besar konsentrasi
sel
ELISA
reader
menunjukkan
berbanding
terbalik
hidup
hanya
sebesar
24,59%
ekstrak yang diberikan maka persentase
.
ISBN 978-602-8892-72-8
171
t a hun
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan Uji Terhadap Jumlah % Sel T47D Hidup
dengan nilai IC50 yang sangat kecil, ekstrak
Perhitungan nilai IC50 ditentukan dengan
menggunakan analisis probit pada program
SPSS Windows 17. IC50 digunakan sebagai
parameter
untuk
mengevaluasi
potensi
sitotoksisitas EEKBT terhadap sel T47D.
Suatu
ekstrak
dikatakan
berpotensi
menghambat pertumbuhan sel kanker jika
memiliki nilai IC50 ≤ 100 µg/ml (Kamuhabwa,
et al., 2000). Semakin kecil nilai IC50 berarti
semakin tinggi nilai aktivitas sitotoksiknya
(Winarno, et al., 2010). Karena harga IC50
dari EEKBT adalah 112,800 µg/ml, maka
dapat dikatakan bahwa EEKBT mempunyai
aktivitas
sitotoksik
terhadap
sel
yang
kanker
kurang
payudara
poten
T47D.
tersebut semakin berpotensi. Hal tersebut
dikarenakan kekhawatiran dari sifat toksisitas
yang berlebih akan menyebabkan kematian
pada jaringan yang lain, sehingga ekstrak
tersebut
bukan
hanya
menghambat
pertumbuhan sel kanker tetapi juga sel
normal.
KESIMPULAN
Ekstrak etanol kulit batang Tanjung
(Mimusopsi cortex) memiliki sifat sitotoksik
terhadap sel T47D dengan nilai IC50 sebesar
112,800
µg/ml.
Meskipun
aktivitas
sitotoksiknya kurang poten tetapi cukup
memungkinkan untuk dikembangkan sebagai
agen kemopreventif.
Dikarenakan sampel uji masih dalam bentuk
crude ekstrak, maka
diperlukan upaya
fraksinasi dan isolasi senyawa bioaktifnya
agar kulit batang
Tanjung memiliki nilai IC50 yang lebih poten
daripada
ekstrak
etanolnya.
Menurut
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, R., Udin, Z. (2010). Studi Potensi
Ekstrak Brucea javanica Sebagai
Bioaktif
Antikanker
Payudara
Terhadap Sel T47D. JKTI. 12(1): 814.
(Andriyani dan Udin, 2010) bukan berarti
ISBN 978-602-8892-72-8
172
t a hun
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
Chaitali, H.V., More, S.N., Bharate, S.S., dan
Bharate, B.S. (2010). Cytotoxicity
Screening of Selected Indian
Medicinal Plants Using BrineShrimp
Lethality
Bioassay.
Advances in Natural and Applied
Sciences Journal. 4(3): 389-395.
Corwin,
E.J., (2008). Handbook of
Pathophysiology.
3rd
edition.
Lippincot Williams & Wilkins, USA.
Ganu, G.P., Jadhav, S.S., dan Desphande,
A.D. (2010). Antioxidant and
antihyperglycemic
potential
of
methanolic extract of bark of
Mimusops elengi L. In mice.
International
Journal
of
Phytomedicine. 2(2): 116-123.
Kamuhabwa, A., Nshimo, C. & de Witte, P.
(2000).
Cytotoxicity of
Some
Medicinal Plant Extracts Used in
Tanzanian Tradisional Medicine. J.
Ethnopharmacol. 70(4): 143-149.
dari Ekstrak Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa ) Terhadap
Kultur Sel Kanker Mieloma. Media
Eksakta . 7(1): 48-54.
NCI (2011). Report to nation finds continued
declines in many cancer rates.
National Cancer Institute At the
National Institute of Health . Diunduh
pada
16Agustus2011.http://www.cancer.g
ov/newscenter/pressreleases
Winarno, K.E., Mazda, R., Hindra, dan
Winarno, H. (2010). Pengaruh
Iradiasi Gamma Pada Aktivitas
Sitotoksik daging Buah Mahkota
Dewa
(Phaleria
macrocarpa )
(Scheff) Boerl. Jurnal Sains Dan
Teknologi Nuklir Indonesia . II(2):
72.
Wiryowidagdo, S. (2008).
Kimia dan
Farmakologi Bahan Alam. Edisi 2.
Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Hal: 249-261
Kurnijasanti, R., Hamid, S.I, dan Rahmawati,
K. (2008). Efek Sitotoksik In Vitro
ISBN 978-602-8892-72-8
173
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
F02
EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG
(Mimusopsi cortex ) TERHADAP SEL T47D
Vonna Aulianshah, Poppy Anjelisa Z. Hasibuan dan Aminah Dalimunthe
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita setiap tahunnya. Secara
sederhana, kanker berarti pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau abnormal. Minat
terhadap penggunaan obat tradisional khususnya untuk penyakit kanker akhir-akhir ini cenderung
meningkat. Kecenderungan tersebut kemungkinan disebabkan adanya kekhawatiran akan efek
samping yang ditimbulkan oleh obat-obat modern. Selain itu, karena obat tradisional mudah didapat
dan murah harganya. Tanjung (Mimusops elingi L.) diyakini memiliki potensi antikanker. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia (Mimusopsi cortex) dan menghitung
nilai IC50, serta untuk mengetahui tingkat keaktifan ekstrak etanol kulit batang Tanjung terhadap sel
kanker payudara T47D. Ekstrak diperoleh melalui maserasi dengan menggunakan pelarut etanol
96%. Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5
difeniltetrazolium bromida]. Sel T47D dibiakkan dalam media kultur RPMI pada 96-well plate
kemudian diberi ekstrak etanol kulit batang Tanjung dengan seri konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml,
125 µg/ml, 62,5 µg/ml, dan 31,25 µg/ml. Hasil pengujian dibaca dengan ELISA reader pada
panjang gelombang 595 nm. Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak etanol kulit
batang Tanjung (Mimusopsi cortex) diperoleh senyawa kimia golongan flavonoid, tanin, saponin,
dan steroid/triterpenoid yang berpotensi sebagai antikanker. Hasil pemeriksaan karakteristik
simplisia diperoleh kadar air 7,96%, kadar sari larut air 1,5%, kadar sari larut dalam etanol 2,52%,
kadar abu total 4,13%, dan kadar abu tidak larut asam 0,12%. Hasil pengujian aktivitas sitotoksik
ekstrak etanol kulit batang Tanjung terhadap sel kanker T47D menunjukkan nilai IC50 sebesar
112,800 µg/ml. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang Tanjung memiliki efek
sitotoksik yang kurang poten terhadap sel kanker payudara T47D.
Kata Kunci: sitotoksik, Mimusopsi cortex, sel T47D, MTT.
dari 250.000 kasus baru kanker payudara
PENDAHULUAN
terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih
Kanker ditandai dengan pertumbuhan
sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau
175.000 di Amerika Serikat. Tahun 2000
abnormal dan jika menyerang suatu organ
diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis
tubuh, sel kanker akan berkembang biak dan
kanker payudara dan lebih dari 700.000
merusak sel-sel tubuh yang normal dengan
meninggal
sangat cepat (Saputra, dkk., 2000; Corwin,
Institute, 2011).
2007). Menurut WHO, setiap tahun lebih
karenanya
(National
Cancer
Antikanker yang ideal seharusnya
memliliki
toksisitas
selektif
artinya
menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel
ISBN 978-602-8892-72-8
168
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
t a hun
IAI
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
jaringan
normal.
sekarang
pada
Antikanker
yang
ada
umumnya
menekan
proliferasi
sel
bahwa ekstrak etanol kulit batang Tanjung
memiliki aktivitas sitotoksik.
dan
Peneliti tertarik untuk melihat efek
menimbulkan toksisitas karena menghambat
ekstrak kulit batang tanjung terhadap kanker
pembelahan sel normal yang proliferasinya
payudara,
oleh
cepat antara lain sumsum tulang, mukosa
dilakukan
pengujian
saluran cerna, folikel rambut dan jaringan
membuktikan
limfosit. Minat terhadap penggunaan obat
langsung terhadap sel kanker payudara yaitu
tradisional khususnya untuk penyakit kanker
T47D.
pertumbuhan
atau
akhir-akhir
ini
Kecenderungan
cenderung
meningkat.
tersebut
disebabkan
kekhawatiran efek samping yang ditimbulkan
karena
efek
itu
maka
pendahuluan
sitotoksiknya
perlu
untuk
secara
METODOLOGI
Pembuatan ekstrak etanol kulit batang
Tanjung(EEKBT)
oleh obat modern, selain itu alasan obat
tradisional
mudah
didapat
dan
murah
harganya (Kurnijasanti, 2008; Wiryowidagdo,
ditiriskan, dipotong-potong lalu ditimbang,
selanjutnya dikeringkan di lemari pengering
2008).
Tanjung (Mimusops elingi L.) adalah
sejenis pohon yang berasal dari India, Sri
Lanka
Bagian kulit batang yang masih segar dicuci,
dan
Burma.
Air
batangnya dimanfaatkan
rebusan
sebagai
kulit
obat
demam, obat sakit gigi dan penyegar nafas,
serta pencuci luka (Ganu, 2010). Namun
suhu. Setelah kering, kulit batang diserbuk
hingga halus. Sebanyak 200 g serbuk
simplisia dibuat ekstrak
secara maserasi
dengan pelarut etanol 96%. Maserat yang
diperoleh
dikumpulkan
dan
dipekatkan
dengan alat rotary evaporator .
masih ada potensi lain dari kulit batang pohon
ini, yaitu sebagai antioksidan dan antikanker.
Hasil
penelitian
(Ganu,
et
al.,
Kultur sel epitel payudara
Sel yang digunakan pada penelitian ini
2010)
menyimpulkan bahwa ekstrak metanol dari
kulit batang Tanjung (Mimusopsi cortex)
mempunyai aktivitas antioksidan yang dapat
mencegah penyakit degeneratif sel seperti
diabetes. Selain itu, (Chaitali, dkk., 2010)
telah meneliti ekstrak etanol kulit batang
adalah
sel
T47D
koleksi
laboratorium
Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada yang dirawat dan ditumbuhkan
pada medium RPMI (Gibco) dengan 10%
FBS (Gibco) dan 2% Penicillin-Streptomycin
(Gibco).
Tanjung (Mimusopsi cortex) menggunakan
Brine-Shrimp
Lethality
Bioassay
(BST)
terhadap larva Artemia salina, diperoleh
Uji Sitotoksik
Sel T47D ditanam pada microplate 96
sumuran sehingga diperoleh kepadatan 10.000
ISBN 978-602-8892-72-8
169
t a hun
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
sel/sumuran dan diinkubasi selama 24 jam
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik.
Hasil
pengamatan
dengan
Setelah 24 jam medium diganti dengan yang
menggunakan mikroskop inverted dengan
baru kemudian ditambahkan larutan uji
perbesaran
dengan berbagai konsentrasi menggunakan
perbedaan morfologi antara sel T47D kontrol
cosolvent DMSO dan diinkubasi pada suhu
dan sel T47D yang diberi perlakuan ekstrak.
37ºC dalam inkubator CO2 5% selama 24 jam.
Sel T47D kontrol yang hidup tampak seperti
Pada akhir inkubasi, media dan larutan uji
pecahan kaca lonjong, saling berdempet
dibuang kemudian sel dicuci dengan PBS.
dengan sel lain yang berada disekitarnya dan
Pada masing-masing sumuran, ditambahkan
menempel di dasar sumuran (Gambar 4.1).
100 L media kultur dan 10 L MTT 5
Sedangkan sel T47D yang mati karena
mg/mL. Untuk mengamati viabilitasnya, sel
perlakuan pemberian ekstrak
diinkubasi kembali selama 4-6 jam dalam
dengan
inkubator CO2 5% pada suhu 37oC. Reaksi
cenderung tersebar dan mengapung (Gambar
MTT dihentikan dengan reagen stopper (SDS
4.2). Warna gelap dan berserabut yang
10% dalam HCl 0,1 N), lalu plate dibungkus
nampak pada pengamatan (Gambar 4.3)
dengan alumunium foil agar tidak tembus
merupakan
cahaya pada suhu kamar dan dibiarkan selama
pemberian MTT. Kristal-kristal formazan
satu malam. Sel yang hidup bereaksi dengan
tersebut dapat menembus membran sel dan
MTT
Hasil
terakumulasi di dalam sel sehat. Jumlah
pengujian dibaca dengan ELISA reader pada
produk formazan secara langsung proposional
panjang gelombang 595 nm.
dengan jumlah sel hidup. Semakin banyak sel
Analisis hasil
hidup maka semakin banyak sel yang aktif
membentuk
warna
ungu.
Data absorbansi yang diperoleh dari
10x10
bagian
menunjukkan
tengah
kristal
adanya
tampak bulat
berwarna
formazan
hitam,
setelah
melakukan metabolisme sehingga jumlah
uji sitotoksik sel dikonversi ke dalam persen
produk
sel
semakin banyak. Semakin banyak produk
hidup.
Persen
sel
hidup
dihitung
menggunakan rumus:
formazan
yang
terbentuk
juga
formazan yang terakumulasi ini menyebabkan
intensitas warna ungu meningkat dalam plate.
Sel yang mati tidak dapat terwarnai oleh
Aktivitas sitotoksik dinyatakan dalam
IC50
(konsentrasi
yang
menyebabkan
kematian 50% populasi sel) yang dianalisis
dengan analisis probit menggunakan SPSS
17.0.
ISBN 978-602-8892-72-8
garam MTT sehingga tidak membentuk warna
ungu seperti pada sel hidup. Akibatnya pada
sel mati tidak terbentuk formazan yang
berwarna ungu, tetapi warnanya tetap kuning
seperti
medium
(gambar
4.4)
170
t a hun
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
.
Gambar 4.1 Kontrol Sel T47D
Gambar 4.2 Sel T47D Setelah Pemberian
Ekstrak
1
Gambar 4.3 Kristal Formazan
Hasil
pengukuran
dengan
2
3
Gambar 4.4 Perbedaan warna media berisi
sel T47D dan larutan uji setelah pemberian
MTT (3 x pengulangan).
menggunakan
kematian sel T47D semakin meningkat.
bahwa
Persentase sel hidup terbesar terdapat pada
persentase sel T47D yang hidup terus
pemberian konsentrasi ekstrak 31,25 µg/ml
menurun
dengan
yaitu sebesar 79,88%, sedangkan pada pada
kenaikan konsentrasi ekstrak yang diberikan.
pemberian konsentrasi 500 µg/ml persentase
Dimana artinya semakin besar konsentrasi
sel
ELISA
reader
menunjukkan
berbanding
terbalik
hidup
hanya
sebesar
24,59%
ekstrak yang diberikan maka persentase
.
ISBN 978-602-8892-72-8
171
t a hun
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan Uji Terhadap Jumlah % Sel T47D Hidup
dengan nilai IC50 yang sangat kecil, ekstrak
Perhitungan nilai IC50 ditentukan dengan
menggunakan analisis probit pada program
SPSS Windows 17. IC50 digunakan sebagai
parameter
untuk
mengevaluasi
potensi
sitotoksisitas EEKBT terhadap sel T47D.
Suatu
ekstrak
dikatakan
berpotensi
menghambat pertumbuhan sel kanker jika
memiliki nilai IC50 ≤ 100 µg/ml (Kamuhabwa,
et al., 2000). Semakin kecil nilai IC50 berarti
semakin tinggi nilai aktivitas sitotoksiknya
(Winarno, et al., 2010). Karena harga IC50
dari EEKBT adalah 112,800 µg/ml, maka
dapat dikatakan bahwa EEKBT mempunyai
aktivitas
sitotoksik
terhadap
sel
yang
kanker
kurang
payudara
poten
T47D.
tersebut semakin berpotensi. Hal tersebut
dikarenakan kekhawatiran dari sifat toksisitas
yang berlebih akan menyebabkan kematian
pada jaringan yang lain, sehingga ekstrak
tersebut
bukan
hanya
menghambat
pertumbuhan sel kanker tetapi juga sel
normal.
KESIMPULAN
Ekstrak etanol kulit batang Tanjung
(Mimusopsi cortex) memiliki sifat sitotoksik
terhadap sel T47D dengan nilai IC50 sebesar
112,800
µg/ml.
Meskipun
aktivitas
sitotoksiknya kurang poten tetapi cukup
memungkinkan untuk dikembangkan sebagai
agen kemopreventif.
Dikarenakan sampel uji masih dalam bentuk
crude ekstrak, maka
diperlukan upaya
fraksinasi dan isolasi senyawa bioaktifnya
agar kulit batang
Tanjung memiliki nilai IC50 yang lebih poten
daripada
ekstrak
etanolnya.
Menurut
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, R., Udin, Z. (2010). Studi Potensi
Ekstrak Brucea javanica Sebagai
Bioaktif
Antikanker
Payudara
Terhadap Sel T47D. JKTI. 12(1): 814.
(Andriyani dan Udin, 2010) bukan berarti
ISBN 978-602-8892-72-8
172
t a hun
IAI
Seminar Nasional Farmasi Universitas Sumatera Utara 2012:
Peran Farmasi dalam Pembangunan Kesehatan
Chaitali, H.V., More, S.N., Bharate, S.S., dan
Bharate, B.S. (2010). Cytotoxicity
Screening of Selected Indian
Medicinal Plants Using BrineShrimp
Lethality
Bioassay.
Advances in Natural and Applied
Sciences Journal. 4(3): 389-395.
Corwin,
E.J., (2008). Handbook of
Pathophysiology.
3rd
edition.
Lippincot Williams & Wilkins, USA.
Ganu, G.P., Jadhav, S.S., dan Desphande,
A.D. (2010). Antioxidant and
antihyperglycemic
potential
of
methanolic extract of bark of
Mimusops elengi L. In mice.
International
Journal
of
Phytomedicine. 2(2): 116-123.
Kamuhabwa, A., Nshimo, C. & de Witte, P.
(2000).
Cytotoxicity of
Some
Medicinal Plant Extracts Used in
Tanzanian Tradisional Medicine. J.
Ethnopharmacol. 70(4): 143-149.
dari Ekstrak Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa ) Terhadap
Kultur Sel Kanker Mieloma. Media
Eksakta . 7(1): 48-54.
NCI (2011). Report to nation finds continued
declines in many cancer rates.
National Cancer Institute At the
National Institute of Health . Diunduh
pada
16Agustus2011.http://www.cancer.g
ov/newscenter/pressreleases
Winarno, K.E., Mazda, R., Hindra, dan
Winarno, H. (2010). Pengaruh
Iradiasi Gamma Pada Aktivitas
Sitotoksik daging Buah Mahkota
Dewa
(Phaleria
macrocarpa )
(Scheff) Boerl. Jurnal Sains Dan
Teknologi Nuklir Indonesia . II(2):
72.
Wiryowidagdo, S. (2008).
Kimia dan
Farmakologi Bahan Alam. Edisi 2.
Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Hal: 249-261
Kurnijasanti, R., Hamid, S.I, dan Rahmawati,
K. (2008). Efek Sitotoksik In Vitro
ISBN 978-602-8892-72-8
173