PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF T (1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKPAIR-SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKASISWA
TUNARUNGU KELAS V SDLB-B DHARMA WANITA KAB. SIDOARJO
Qonita
Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
Abstrak
Generally, the potentian intelegence of hearing impairment children was equal to the
normal but the development was functionally influenced by their speech ability level. The
low of speech skill would make the cognitive development of hearing impairment children
less optimal. The cognitive development of hearing impairment chirdren was included
mathematic material mastery. The observation result of mathematic value to the fifth class of
hearing impairment student in SDLB-B Dharma Wanita Sidoarjo obtained the class value
avarage, 60. Based on the background above, this research applied cooperative learning
model of Think-Pair-Share type with the purpose of this study was to know the influence of
cooperative learning model of think-pair-share type toward mathematic learning result to the
fifth class of hearing impairment student in SDLB-B Dharma Wanita Sidoarjo.
The analisys result used sign test formula could be concluded that “there was
significant influence using cooperative learning model of think-pair-share type toward
mathematic learning result of the fifth class of hearing impairment student in SDLB-B
Dharma Wanita Sidoarjo”, with the value ZH = 2,05 > Z table 5 % 1,96.

Keywords: Cooperative learning model of think-pair-share type, mathematic learning
result, hearing impairment children
Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematik dan dalam sistematik itu
terdapat suatu interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran
guru mempertimbangkan model pembelajaran, metode dan pendekatan pembelajaran yang
akan digunakan. Pembelajaran dirancang secara sistematik, bersifat konseptual, tetapi praktis,
realistik dan fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pembelajaran, pengelolaan
kelas, pendayagunaan sumber belajar (pengajaran) maupun penilaian pembelajaran. Dari
proses pembelajaran harus dapat menjadi perhatian bagi para guru agar tercapai tujuan
pembelajaran dan hasil belajar siswa yang memuaskan, terutama menyangkut model
pembelajaran yang diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus.
Pada umumnya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak normal
pendengaran, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi dan daya abstrak anak (Somantri
2006:97). Keterampilan berbahasa anak normal pendengaran diperoleh dari proses belajar
bahasa dan bicara berdasarkan apa yang didengarnya. Sedangkan gangguan pendengaran
yang dialami anak tunarungu akan membawa dampak pada perkembangan berbahasa yang
mempengaruhi kemampuan berkomunikasi anak tunarungu.
Hambatan bahasa pada anak tunarungu akan menghambat perkembangan intelegensi
anak. Aspek intelegensi anak tunarungu yang terhambat hanya pada aspek yang bersifat


2

verbal misalnya merumuskan pengertian, menghubungkan, menarik kesimpulan, dan
meramalkan kejadian. Soemantri (2006) mengemukakan bahwa nilai anak tunarungu pada
test mental yang bersifat verbal menunjukkan hasil yang lebih rendah dibanding dengan anak
normal pendengaran, akan tetapi pada test non verbal mendekati hasil yang sama.
Selain itu, hambatan bahasa yang dialami oleh anak tunarungu juga mempengaruhi
perkembangan sosialnya. Faktor sosial dan budaya memiliki arti yang sangat luas, yaitu
lingkungan hidup dimana anak berinteraksi dengan individu lain, kelompok, keluarga, dan
masyarakat. Kemiskinan bahasa membuat anak tunarungu tidak mampu terlibat secara aktif
dalam situasi soasialnya. Untuk itu, seluruh anggota keluarga, guru, dan masyarakat disekitar
hendaknya berusaha mempelajari dan memahami keadaan mereka karena hal tersebut dapat
menghambat perkembangan kepribadian yang negatif pada diri anak
Konsep matematika banyak memegang peranan penting dan pengaruh yang cukup
besar dalam kehidupan anak berkebutuhan khusus. Kehidupan sehari-hari secara langsung
memerlukan keterampilan berkaitan dengan menghitung berupa pengembalian uang belanja,
menginterpretasikan ukuran-ukuran dalam resep makanan, dan menghitung harga barang
dibeli. Demikian pula dalam lingkungan sekolah, ternyata masalah-masalah serta kesulitankesulitan pelajaran matematika sering kali menjadi penyebab peserta didik selalu merasa
gelisah dan takut.

Hakikat Matematika menurut Soedjadi, 2000 (dalam Heruman:1), yaitu memiliki objek
tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Menurut Delphie
(2009:2) ruang lingkup Matematika meliputi pengoprasian penghitungan, pengukuran,
aritmetika, kalkulasi, geometri, dan aljabar. Dalam Matematika, setiap konsep yang abstrak
yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan agar melekat dan bertahan lama
dalam memori siswa. Untuk itulah diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan
pengertian.
Keterbatasan anak tunarungu dalam menerima informasi yang bersifat auditif
menyebabkan perkembangan kognitif menjadi terhambat. Hambatan yang dialami anak
tunarungu berakibat pada turunnya prestasi akademik yang mengakibatkan hasil belajar
cenderung rendah. Seperti pada bidang studi Matematika yang menuntut siswa untuk
memiliki kemampuan berfikir abstrak. Hal tersebut menjadi kendala bagi anak tunarungu
dalam memahami konsep matematika.
Dalam mengatasi masalah di atas, pemberian bimbingan yang teratur terutama pada
kecakapan berbahasa akan dapat membantu meningkatkan prestasi belajar anak tunarungu.
Selain itu, hendaknya guru dapat mengembangkan berbagai metode dalam mengajarkan
Matematika. Sehingga siswa diharapkan selama proses pembelajaran dapat belajar bermakna
yaitu belajar yang ditekankan pada proses pembentukan konsep atau lebih mengutamakan
proses. Oleh sebab itu, guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan
siswa dapat belajar dengan baik dan dapat berperan aktif di dalamnya serta saling bekerja

sama dengan siswa lain untuk memahami konsep yang ada pada materi pembelajaran
Matematika dengan bimbingan guru.
Upaya yang dilakukan agar terjadi interaksi sosial dan peningkatan hasil belajar adalah
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Sebab model pembelajaran kooperatif
lebih menekankan kepada proses kerja sama dan saling berinteraksi dalam kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif akan dapat melatih para siswa tunarungu untuk menerima pendapatpendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan.
Tugas-tugas kelompok akan dapat memacu para siswa untuk bekerja sama, saling membantu
satu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan
yang telah dimilikinya.
Slavin 1986 menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah
dilaksanakan antara tahun 1972 sampai dengan 1986, menyelidiki pengaruh pembelajaran

3

kooperatif terhadap hasil belajar. studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi
bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, matematika, bahasa inggris, sebagai bahasa
kedua, membaca, dan menulis. Studi yang ditelaah itu dilaksanakan di sekolah-sekolah kota,
pinggiran, dan pedesaan di Amerika Serikat, Nigeria dan Jerman. Dari 45 laporan tersebut 37
di antaranya menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang
signifikan lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol. Delapan studi manunjukkan tidak

ada perbedaan. Tidak satupun studi menunjukkan bahwa kooperatif memberikan pengaruh
negatif (Ibrahim dkk, 2000:16).
Berdasarkan hasil observasi di SDLB-B Dharma Wanita Kab. Sidoarjo selama ini
pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, dalam artian
guru sebagai sumber informasi. Sehingga selama proses pembelajaran tersebut umumnya
hanya terjadi hubungan belajar dua arah yaitu antara guru dengan siswa, sedangkan hubungan
siswa dengan siswa terlihat kurang aktif.
Maka dari itu peneliti menerapkan bentuk pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare kepada siswa tunarungu. Tipe Think-Pair-Share memiliki prosedur yang secara
eksplisit memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berfikir, menjawab dan saling
membantu sama lain. Selain itu tipe Think-Pair-Share ini relative sederhana, tidak menyita
waktu dalam mengatur tempat duduk dimana siswa dikelompokkan secara berpasangan
sehingga dapat mengaktifkan proses diskusi dalam pembelajaran kooperatif. Keaktifan siswa
dalam pembelajaran kooperatif dapat terjadi apabila siswa melibatkan diri mereka dalam
pembelajaran. Melalui pengalaman belajar ini siswa dapat belajar secara langsung
menanamkan konsep yang ingin disampaikan oleh guru.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Adakah pengaruh signifikan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share terhadap hasil belajar matematika pada siswa tunarungu kelas V di
SDLB-B Dharma Wanita, Kab.Sidoarjo?”
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang dikemukakan, maka penelitian ini

ditujukan (1) untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare terhadap hasil belajar matematika pada siswa tunarungu kelas V di SDLB-B Dharma
Wanita, Kab.Sidoarjo. (2) Untuk mengkaji hasil belajar matematika pada siswa tunarungu
kelas V di SDLB-B Dharma Wanita, Kab.Sidoarjo sebelum menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. (3) Untuk mengkaji hasil belajar matematika
pada siswa tunarungu kelas V di SDLB-B Dharma Wanita, Kab.Sidoarjo setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share.
METODE
Dalam kegiatan penelitian ilmiah metode ilmiah sangat diperlukan dan merupakan hal
yang paling penting untuk dikuasai karena dalam metode penelitian akan dapat memberikan
masukan dan panduan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang peneliti dalam
melaksanakan penelitian ilmiah sehingga penelitian yang dilaksanakan dapat dipertanggung
jawabkan dan diakui kebenarannya secara ilmiah
Arikunto (2006:20) menjelaskan ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan
kegiatan penelitian yaitu : sistematis, berencana, dan mengikuti konsep ilmiah.
Penelitian yang akan dikembangkan merupakan penelitian eksperimen. Arikunto
(2006:3) menjelaskan tentang penelitian eksperimen adalah: suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminisasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang

4


mengganggu. Dari pendapat ini dapat dijelaskan bahwa penelitian eksperimen dalam
pelaksanaannya salah satu kelompok diberikan perlakuan yaitu pada kelompok eksperimen.
Adapun pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pra
eksperimen dengan menggunakan desain “pre-test and post-test Group”. Menurut Arikunto
(2006:85) Pra eksperimen sering dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh
karena itu sering disebut juga dengan istilah “quasi experiment” atau eksperimen pura-pura.
Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara
eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.
Design pre-test and post-test Group dengan pola 0ǽ X 0Ǿ. Menurut Arikunto (2006:85), di
dalam desain ini test dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah
eksperimen. Test yang dilakukan sebelum eksperimen (0ǽ) disebut pre-test, dan test sesudah
eksperiment (0Ǿ) disebut post-test. Perbedaan antara (0ǽ) dan (0Ǿ) merupakan efek dari
treatment atau eksperimen.
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan rancangan penelitian sebagai berikut :
01 – X - 0 2
Keterngan : 0ǽ : pre-test untuk mengukur hasil belajar Matematika siswa tunarungu sebelum
diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. X : treatment atau
eksperimen atau perlakuan pada subjek yang diberikan pada saat proses pembelajaran
Matematika yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. 0Ǿ : posttest untuk mengukur hasil belajar Matematika siswa tunarungu setelah diberikan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share.
Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa siswi tunarungu kelas V SDLB-B Dharma Wanita
Kabupaten Sidoarjo yang berjumlah 6 siswa dengan menggunakan bahasa oral dan isyarat
sebagai komunikasi sehari-hari di sekolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan pre-test dan post-test dengan menggunakan rumus
pengolahan data untuk menegtahui nilai rata-rata siswa, dapat diketahui data hasil pre-test
dan post-test sebagai berikut :
Tabel 1 Data Hasil Pre-Test (O1). Data Hasil Belajar Matematika Sebelum Menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Siswa Kelas V SDLB-B Dharma
Wanita Kab. Sidoarjo

5

NAMA

DK
YG
RY
TT

YY
YL
Jumlah

A

B

Jawaban Benar

Jawaban Benar

4
4
3
4
4
3
22


1
1
1
1
0
1
5

SKOR

NILAI

7
7
6
7
4
6
37


38,88
38,88
33,33
38,88
22,22
33,33
34,25

Keterangan : (A) menyebutkan ciri-ciri kubus dan balok, jawaban benar kali 1 (B)
menghitung volume kubus dan balok, jawaban benar kali 3. Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pre-test siswa kelas V sebelum diberikan intervensi
atau perlakuan adalah 34,25.
Tabel 2 Data Hasil Post-Test (O2). Data Hasil Belajar Matematika Setelah
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Siswa Kelas
V SDLB-B Dharma Wanita Kab. Sidoarjo
NAMA
A
B
SKOR
NILAI

Jawaban Benar Jawaban Benar
DK
YG
RY
TT
YY
YL
Jumlah

6
6
5
5
5
5
32

3
3
3
3
2
3
17

15
15
14
14
11
14
83

83,33
83,33
77,77
77,77
61,11
77,77
76,84

Keterangan : (A) menyebutkan ciri-ciri kubus dan balok, jawaban benar kali 1 (B)
menghitung volume kubus dan balok, jawaban benar kali 3
Berdasarkan data tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata post-test siswa
tunarungu di kelas V Di SDLB-B Dharma Wanita kab.Sidoarjo setelah di berikan
intervensi atau perlakuan adalah 76,84.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data selanjutnya untuk
memperoleh kesimpulan data diolah melalui teknik analisis data. Adapun data hasil
rekapitulasi nilai hasil belajar matematika siswa tunarungu kelas V sebelum dan setelah
diberikan perlakuan atau intervensi berupa model pembelajaran kooperatif tipe ThinkPair-Share sebagai berikut :

6

Tabel 3. Rekapitulasi Pre-Test Dan Post-Test Hasil Belajar Matematika Setelah
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Siswa Kelas V
SDLB-B Dharma Wanita Kab. Sidoarjo
No

1
2
3
4
5
6

Nama

Nilai
Pre-test (X)

Pos-test (Y)

38,88
38,88
33,33
38,88
22,22
33,33
34,25

83,33
83,33
77,77
77,77
61,11
77,77
76,84

DK
YG
RY
TT
YY
YL
Rata-rata (∑)

Pada tahap ini peneliti menganalisis secara cermat data yang telah terkumpul,
dengan maksud memperolah kebenaran hasil penalitian terhadap sampel. Lebih lanjut
diadakan analisis data bertujuan untuk menjawab permasalahan sekaligus menguji
hipotesis yang berbunyi, “Ada pengaruh signifikan penggunaan Pemetaan Visual
terhadap kemampuan membaca pemahaman cerita fiksi siswa tunarungu kelas V di
SDLB Surabaya”.
Tabel 4. Tabel Kerja Perubahan Nilai Pre-test dan Post-test Hasil Belajar Matematika
Siswa Tunarungu Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe ThinkPair-Share di SDLB Sidoarjo
No

1
2
3
4
5
6

Nama

DK
YG
RY
TT
YY
YL
Rata-rata (∑)

Nilai
Pre-tes (X)

Pos-tes (Y)

Perubahan
Tanda
( X2 – X1)

38,88
38,88
33,33
38,88
22,22
33,33
34,25

83,33
83,33
77,77
77,77
61,11
77,77
76,84

+
+
+
+
+
+
X=6

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah analisis data statistik non parametrik dengan data kuantitatif dan jumlah sampel
penelitiannya kecil yaitu n = 6. Maka rumus yang digunakan adalah “ Uji tanda” (Sign
Test). Berikut ini disajikan dengan menggunakan “Uji Tanda” (Sign Test) Zh. Data
diperoleh dari hasil penelitian nilai pre-test dan post-test. Perubahan diatas kemudian
dianalisis dengan menggunakan rumus sign test (Zh).
Dari hasil analisis data, nilai Zh yang diperoleh dalam hitungan adalah 2,05 lebih
besar dari pada nilai kritis α = 5% yaitu 1,96 sehingga hipotesis nol ditolak dan
hipotesis kerja diterima. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap hasil belajar
matematika siswa tunarungu kelas V SDLB-B Dharma Wanita Kab.Sidoarjo

7

Berdasarkan hasil analisis data hasil penilaian hasil belajar matematika siswa
tunarungu sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare dan data hasil penilaian hasil belajar matematika siswa tunarungu setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terdapat perbedaan
jumlah skor dalam setiap aspek yaitu sebagai berikut: (1) Pada aspek menyebutkan ciriciri kubus dan balok terjadi pengaruh yang signifikan, itu terbukti dengan
meningkatnya hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan intervensi. (2) Pada
aspek menghitung volume dengan menggunakan kubus satuan terjadi pengaruh yang
signifikan, itu terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
diberikan intervensi. (3) Pada aspek menghitung volume kubus dan balok dengan
menggunakan rumus, semua indikator mengalami peningkatan. Pada aspek ini terjadi
pengaruh yang signifikan, itu terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus uji
tanda (sign test), untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share terhadap hasil belajar matematika siswa tunarungu kelas V di SDLBB Dharma Wanita Kab. Sidoarjo menunjukkan pengaruh yang signifikan. Dari hasil
pengujian dua sisi yang dianalisis menunjukkan bahwa nilai Zh yang diperoleh dalam
hitungan 2,05 > nilai kritis α = 5% yaitu 1,96 sehingga diketahui bahwa hipotesis nol
ditolak dan hipotesis kerja diterima. Hal ini menunjukkan ada peningkatan yang
signifikan dalam hasil belajar matematika siswa tunarungu kelas V dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share diSDLB – B
Dharma Wanita Kab. Sidoarjo. Dalam penelitian ini dibuktikan dari adanya perubahan
yang lebih baik dari hasil pre-test ke post-test. Hal ini membuktikan bahwa pemilihan
metode yang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa tunarungu.
Data hasil belajar matematika siswa tunarungu kelas V SDLB-B Dharma
Wamita Sidoarjo sebelum dilaksanakan intervensi menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share menunjukkan nilai dengan rata-rata rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang
diajarkan maupun dalam menghitung rumus matematika, sehingga dibutuhkan metode
serta media yang tepat untuk mengatasi masalah belajar anak. Seperti yang
dikemukakan oleh Syaiful Bahri (2010 :74) bahwa penggunaan metode yang tepat
dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang
efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. Saiful (2020:77) juga menambahkan salah
satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan
metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
Gangguan pendengaran menjadikan kurang berkembangnya intelegensi anak
tunarungu. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemantri (2006 : 22) yang menyatakan
bahwa perkembangan kognitif anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh perkembangan
bahasa, sehingga hambatan dalam bahasa akan menghambat pada aspek intelegensi
anak tunarungu.
Melalui kegiatan dalam pemberian intervensi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif siswa dapat saling bertukar pikiran dengan siswa lain,
sehingga siswa yang kurang memahami materi akan lebih mengerti. Selain itu dalam
pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kemampuan sosial siswa. Seperti
yang dikemukakan oleh Isjoni (2011:21) bahwa tujuan utama dalam penerapan model
belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-teman dengan cara saling menghargai pendapat dan

8

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan
menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Dari 14 kali intervensi yang diberikan serta dilihat dari hasil pre-test dengan
rata-rata 34,25 dan hasil post test dengan milai rata-rata 76,84. Siswa dapat memahami
materi yang diajarkan seperti menyebutkan ciri-ciri kubus dan balok. Sebelum
mengajarkan menghitung volume, siswa terlebih dahulu diberikan materi perkalian
untuk mengulang kembali dan agar anak lebih memahami konsep menghitung volume.
Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar (2001:32) yang menyatakan bahwa belajar
memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran
yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai dapat lebih
mudah dipahami.
Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara dalam
meningkatkan hasil belajar khususnya pada pelajaran matematika siswa tunarungu. Hal
ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ibrahim dkk (2000 : 16) yakni
“dari hasil penelitian yang dilakukan para ahli menunjukkan teknik-teknik dalam
pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasl belajar dibandingkan
dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif”. Dengan
menggunakan metode kooperatif, siswa belajar saling bekerja sama, bertukar pikiran,
berani bertanya dan mengungkapkan pendapat sehingga pada akhirmya siswa akan
dapat memahami materi pembelajaran secara keseluruhan.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh Nur Azizah
(2008) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa tunarungu di SDLB-B Surabaya.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat terjadi apabila siswa melibatkan
diri mereka dalam proses pembelajaran. Semakin banyak peran aktif yang dilakukan
anak selama proses kegiatan belajar berlangsung, maka anak akan mampu dalam
berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitarnya.
Mengingat bahwa anak tunarungu mengalami gangguan dalam berbahasanya
yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasinya, sehingga hal ini membawa
dampak pada kemampuan interaksi sosialnya. Dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat memberikan pengalaman saling berinteraksi
dan bekerja sama antar anggota kelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dari apa yang dipelajari.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah didasarkan atas
fakta dan data yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dapat
disimpulkan bahwa: (1)Terjadinya peningkatan hasil belajar dari nilai rata-rata pre tes
34,25 sebelum diberikan intervensi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share menjadi 76,84 pada rata-rata post tes atau sesudah diberikan
intervensi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. (2) Ada
pengaruh yang signifikan berdasarkan hasil uji tanda dengan nilai ZH=2,05 > Z tabel 5%
1,96 pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap
hasil belajar matematika siswa tunarungu kelas V SDLB-B Dharma Wanita kab.Sidoarjo.
(3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa tunarungu kelas V SDLB-B Dharma
Wanita Kab.Sidoarjo.
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share terhadap hasil belajar matematika, maka disarankan: (1) Kepada guru,

9

model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share ini dapat digunakan oleh guru
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di kelas baik pada bidang studi
matematika. (2) Disarankan kepada orang tua untuk dapat menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share sebagai salah satu model pembelajaran
anak dirumah. (3) Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai salah satu refrensi pada
penelitian yang terkait model pembelajaran kooperatif

DAFTAR ACUAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta
Azizah, Nur. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share terhadap Aktivitas
Siswa dan Hasil Belajar Matemetika Anak Tunarungu . Jurnal Pendidikan Luar Biasa.

Volume 4, Nomor 1. Surabaya : Unesa University Press.
Bunawan, Lani. 1997. Komunikasi Total. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Dimyati dan Mudjiyono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rieneka Cipta
Hamalik, O. 2001. Teknik Pengukuran Dan Evaluasi Pendidikan. Bandung : Mandar Maju.
Hariwijaya. 2009. Meningkatkan Kecerdasan Matematika. Yogyakarta : TUGUPUBLISHER
Heruman. 2010. Model Pembelajaran Matematika . Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Kurikulum Pendidikan Luarbiasa. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLBB. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Somantri, S. 2006. Psikologi
Anak Luar Biasa . Bandung : PT.Refika Aditama

Rudy.

2011.

Pembelajaran

Kooperatif

tipe

Think

Pair

Share

http://www.rudyunesa.com./pembelajaran-kooperatif-tipe-think-pair.htm, diakses 21

Februari 2012
Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Non Parametrik Edisi 2. Yogyakarta : BPFE
Somad, P dan Tati Hernawati. 1995. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung :
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Sudjana, N. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya
Sudjana, N. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung : Sinar Baru ALGen
Sindo
Sujana. 2005. Metoda Statistika . Bandung : Tarsito.
Suryanti, dkk. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya : Universitas Negeri
Surabaya.
Tim penyususn. 2006. Panduan Penulisan Skripsi Universitas Negeri Surabaya . Surabaya:
UNESA pers.

10

Tineke Neering-Pleijsier. 1992. Pedoman Speech Terapi. Malang : PPRBM Bakti Luhur
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik. Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher.
Wagino dan Asmono. 2009. Model Pembelajajaran Think Pair Share untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengoperasikan Komputer bagi Siswa Tunarungu. Jurnal Pendidikan

Luar Biasa. Volume 5, Nomor 1. Surabaya : Unesa University Press.