IMPLEMENTASI STRATEGI PENGEMBANGAN GURU. docx
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan
nasional terlebih lagi dalam menghadapi era kompetisi, era keterbukaan dan
era informasi yang demikian pesat. Disisi lain, perkembangan pendidikan di
Indonesia boleh dikatakan masih jauh dari harapan, sehingga berbagai konsep
dari pakar pendidikan baik nasional maupun internasional digelar,
didiskusikan, diolah dan dilaksanakan di berbagai tingkatan dan jenjang
pendidikan saat ini.
Keberadaan sekolah sebagai sub sistem kehidupan sosial, berarti
menempatkan pula sekolah sebagai bagian kehidupan nasional yang harus
bertumpuh kepada norma-norma nasional pancasila. Bahkan dalam
kehidupan masyarakat tertentu dimana sekolah itu berada, sekolah juga harus
mampu menyusuaikan diri dengan kekhususan-kekhususan yang berkembang
dalam masyarakat dimana sekolah berada.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah
(Depdiknas
2001:21).
Untuk
itu,
berbagai
usaha
dilakukan
untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, berbagai pelatihan dan peningkatan
kompetensi Guru, pengadaan buku dan alat pelajaran.
1
2
Selain itu, rendahnya mutu pendidikan sangat disadari diakibatkan
oleh kurangnya sumber daya manusia yang handal yang menjadi motor
penggerak terciptanya manusia yang berkualitas. Menurut UNESKO
(2001:45), pengembangan sumber daya manusia (SDM) berhubungan erat
dengan pendidikan, pelatihan dan pemanfaatan sumber daya manusia pada
kegiatan sosial maupun ekonomi. Mengacu kepada UNDPE, ada lima “Pilar
Utama” pengembangan sumber daya manusia, yaitu: pendidikan, kesehatan
dan makanan, lingkungan pekerjaan, serta politik dan kebebasan ekonomi.
Kelima pilar tersebut satu sama lain saling terkait dan saling mempengaruhi,
akan tetapi pendidikan merupakan dasar dari pilar yang lain.
Untuk melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas bukanlah
pekerjaan yang ringan melainkan tugas berat, karena tugas tersebut
melibatkan beberapa unsur terkait, yaitu unsur pendidik (Guru) yang
berkualitas dan Profesional. Profesional, artinya mampu bekerja/mengajar
dengan baik sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan norma yang berlaku
(Depdiknas 2002:19). Dalam membina profesionalisme tenaga kependidikan
mencangkup dua aspek, yaitu kemampuan teoritis dan praktis sesuai dengan
bidang pekerjaan, serta monifasi kerja.
Kedua aspek tersebut harus di miliki guru yang ingin berhasil
menciptakan siswa yang berkualitas untuk mengisi tenaga kerja propesional
dan berkualitas.Siswa yang berkualitas tidak saja mampu menerobos pasar
kerja dengan kompetensi tinggi, tapi juga mampu menciptakan lapangan kerja
baru bagi generasi lainnya. Kompetensi yang di miliki siswa merupakan
modal berharga bagi pengembangan karir selanjutnya setelah seseorang tamat
3
dari sekolah baik itu sakolah Menengah Kejuruan (SMK) maupun sekolah
menengah atas (SMA).
Pembelajaran
berbasis
kompetensi
adalah
pelajaran
yang
dikembangkan atas dasar kompetensi tertentu, yang diperoleh dari hasil
analisis jabatan terhadap jabatan-jabatan yang proyeksikan bagi tamatan.
Kompetensi dapat diartikan sebagai gabungan dari pengetahuan, keterampilan
(Keterampilan Psikomotor), dan sikap yang diterapkan (Diaplikasikan) oleh
seseorang/sekelompok tenaga kerja dalam pelaksanaan suatu tugas dunia
kerja. Materi belajar dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah
pengetahuan keterampilan (keterampilan Psikomotor) dan sikap yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas di dunia kerja. Kriteria keberhasilan
dalam pembelajaran ini adalah mengacu kepada standar-standar kompetensi
yang berlaku di dunia kerja. Kerena itu, sistem belajar tuntas (mastery
leaming) harus diterapkan dalam pembelajaran berbasis kompetensi ini.
Tujuan pembelajaran berbasis kompetensi di sekolah Menengah Kejuruan
Kejuruan (SMK) adalah untuk memperoleh hasil yang tinggi dalam
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan tertentu yang di butuhkan
oleh dunia kerja. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan akan mampu
menguasai kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja sesuai kriteria yang
berlaku.
Implementasi strategi pengembangan guru sekolah menengah
kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali, terkait undang-undang sistem pendidikan
nasional yang dijabarkan melalui visi dan misi sekolah dan selanjutnya
dijadikan landasan dan kerangka acuan bagi pengembangan Sekolah
4
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali kedepan. Visi sekolah ini
adalah menyiapkan tenaga kerja professional yang mandiri dibidang seni
kerajinan untuk mengisi ere globalisasi.Sedangkan Misi yang diemban adalah
menghasilkan tamatan tingkat menengah yang handal di bidang seni kerajinan
dan berahlak mulia. Beberapa langkah strategi yang telah ditempuh untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali antara lain adalah: 1) Menugaskan guru
untuk mengikuti On The Job Training (OJT), 2) Pelatihan kejuruan yang
dilaksanakan oleh pusat penataran guru kejuruan di Polewli mandar, 3)
Magang guru ke industri, 4) Studi banding ke beberapa industri terkait, 5)
Kesempatan peningkatan kualifikasi pendidikan ke jenjang lebih tinggi,
seperti S1 dan S2. Selain itu, setiap semester dilaksanakan In House Training
(IHT) berkenaan dengan perkembangan teknologi kaitannya dengan
penyusuaian muatan kurikulum.
Usaha pengembangan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dalam siklus
pendidikan di sekolah, artinya semua unsur terkait harus bekerja terpadu
dalam mencapai suatu keberhasilan lulusan. Lulusan yang berkualitas tidak
lepas dari kinerja dan profesionalisme guru dan dukungan sepenuhnya orang
tua siswa, masyarakat dan pemerintah.
Ditinjau dari potensi yang memiliki, baik sumber daya manusia
maupun sarana dan prasarana pendidikan. SMK Negeri 2 Polewali
mempunyai peluang yang sangat besar dalam upaya menciptakan lulusan
yang berkualitas yang mampu berkompetisi dalam era global seperti saat ini,
5
namun realitas menunjukkan bahwa baru sekitar 40 persen dari keseluruhan
luarnya yang terserap oleh dunia usaha dan industri. Hal ini menjadi lebih
menarik untuk dikaji lebih dalam lagi, dimana letak kelemahannya, apakah
pada sistem ataukah pada implementasi strategis pengembangannya atau
keduanya.
Bertolak dari uraian tersebut diatas, penulis akan mencoba mengkaji
lebih detail beberapa permasalahan sebagai mana yang diuraikan diatas
melalui
suatu
penelitian
ilmiah
dengan
judul:
“IMPLEMENTASI
STRATEGI PENGEMBANGAN GURU SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 POLEWALI DI KABUPATEN
POLEWALI MANDAR”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian merumuskan beberapa
masalah antara lain.
Bagaimana Implementasi Strategi pengembangan Guru Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis Implementasi Strategi pemngembangan Guru
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali.
6
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat
bagi:
1. Para pemimpin baik pada tingkat Dinas pendidikan kabupaten Polewali
Mandar pengambilan kebijakan dibidang pendidikan, maupun pimpinan
pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali dalam upaya
pengimplementasian strategi pengembangan guru.
2. Peneliti, yang ingin mengkaji lebih jauh masalah pengimplementasian
strategi pengembangan Guru SMK lebih khusus lagi yang berhubungan
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
3. Penelitian pendidikan, baik sebagai bahan perbandingan maupun sebagai
acuan dalam upaya pengembangan kualitas pendidikan khususnya
pendidikan kejuruan.
4. Pencinta ilmu pengetahuan, untuk memperkaya pengetahuan secara umum
dan ilmu manajemen pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Dan Fungsi-Fungsi Manajemen
2.1.1 Defenisi Manajemen
7
Dalam arti yang luas, manajemen berarti mengkoordinasi usahausaha manusia sehingga tujuan individu dalam keberhasilan sosial.
Pengembangan pengetahuan manajemen dengen jalan meningkatkan
efesiensi dalam penggunaan sumber daya manusia maupun bahan pasti
akan mempunyai suatu dampak yang revolusioner terhadap tingkat
kebudayaan masyarakat. Manajemen bukan hanya fungsi supervison
melainkan sebagai pembuat keputusan yang penting dari pemanajemen
atau pengelolaan. Jadi ilmu manajemen adalah ilmu yang merangkaikan
suatu keyakinan akan pengelolaan dalam suatu organisasi melalui
penerapan-penerapan dalam suatu perusahaan.
Bidang
fungsi
dasar
manajemen
berkaitan
era
dengan
perencanaan, pengorganisasian, pengisian lowongan, pemimpin dan
pengendalian, Kootz, (1995:75)
Perencanaan dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi
dalam hal tujuan-tujuan dan menetapkan prosedur terbaik untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi Handoko (1996:73) menemukakan
dengan adanya perencanaan organisasi bila memperoleh dan mengikat
sumber daya yang diperlukan dan para anggota organisasi dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan
dan prosedur terpilih, di samping itu kemajuan dapat diukur sehingga
7
tindakan korektif dapat diambil
bila tidak ada kemajuan yang
memuaskan.
8
Menurut Gitosudarmo (1996:73) perencanaan dianggap penting
karena (1) perencanaan meliputi usaha untuk menetapkan tujuan atau
menformulasikan tujuan yang hendak dicapai. Dengan kejelasan arah
yang jelas maka tidak akan diketahui apakah hasil yang dicapai sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan, (2) memberikan formulasi tujuan yang
hendak dicapai, dengan demikian akan diketahui apakah tujuan tersebut
tercapai, yang nantinyaakan diadakan koreksi terhadap penyimpangan
dari tujuan yang telah ditetapkan, (3) memudahkan pelaksanaan
kegiatan dan untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan, persiapan
untuk mengatasi masalah lebih terarah, (4) menghindari pertumbuhan
dan perkembangan yang tidak terkendali.
2.1.2 Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen menurut Harold (1995:5), antara lain
dikemukakan sebagai berikut:
a. Mengikhtisarkan beberapa
perencanaan
setiap
sistem
dalam
pemikiran manajemen.
b. Memperhatikan kondisi yang merubah lingkungan internal dan
eksternal lebih baik menghasilkan suatu teori dan praktek. Fayol
mengemukakan bahwa aktivitas sebuah perusahaan dapat dibagi
dalam bidang teknis dan dalam bidang manajemen.
c. Menunjukkan cara mengefektifkan pengorganisasian
dengan
mempertahankan fleksibilitas, memperjelas hubungan dan struktur.
2.2 Konsep pengembangan Sumber Daya Manusia
2.2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengertian sumber daya manusia sudah dikenal sejak timbulnya
interaksi antara manusia yang selalu mencari alat untuk mencapai
9
tujuan dan sesuatu diluar diri manusia itu sendiri, yang biasa kita sebut
alam. Semua aspek alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk
memenuhi kebutuhan disebut aumber daya alam. Sedangkan mereka
yang dimanfaatkan adanya kultur tersebut diatas disebut sumber daya
manusia. Sebagai besar dari sumber daya manusia merupakan hasil akal
budaya disertai pengetahuan serta pengalaman yang dikumpulkan
dengan penuh kesadaran melalui jerih payah dan perjuangan berat.
Sumber daya manusia atau biasa disingkat Man Power adalah
kemampuan yang dimiliki setiap manusia. Sumber daya manusia terdiri
atas dua bagian yaitu daya piker dan daya fisik.
Seperti dijelaskan diatas bahwa sumber daya manusia terdiri
dari dua elemen: yaitu daya fisik dan daya fikir yang dimiliki setiap
manusia yang mana perilakunya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan
untuk memenuhi kepuasannya. Seseorang yang mempunyai IQ
(Inteligence Quotent) yang tinggi jika didukung oleh EQ (Emotional
Quality) maka akan berprestasi dengan baik pada lingkungannya. EQ
adalah kemampuan manusia untuk mengendalikan emosi bersosialisasi
(bermasyarakat). Sumber daya manusia oleh Hasibuan (2001:59),
didefinisikan sebagai kemampuan totalitas atau terpadu dari daya piker
dan daya fisik yang dimiliki tiap individu.
2.2.2 Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia
Istilah pengembangan atau Human Resource Developmen
(HDR) mulai diperkenalkan untuk pertama kalinya tahun 1969 oleh
Leonnard Nadler, Walaupun pengembangan sumber daya manusia
sudah berlangsung lama Nadler, L (1990:21) Mendefinisikan Human
10
Resource Developmen (HDR) sebagai pengalaman belajar yang
terorganisir dalam suatu periode waktu tertentu untuk meningkatkan
kemungkinan perbaikan pertumbuhan kinerja tugas. Sementara itu
Hasibuan (2001:72) dalam bukunya mendefinisikan pengembangan
sumber daya manusia sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, kopseptual,dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan
pelatihan.Sikula, Andrew F. (1988) mendefinisikan pengembangan
sunber daya manusia mengacu pada masalah staf dan personil adalah
suatu proses pendidikan jangka panjang manggunakan suatu prosedur
yang sistematis dan terorganisis dengan manajer belajar pengetahuan
konseptual dan teoritis untuk ujian umum.
Begitu pentingnya sunber daya manusia dalam maju mundurnya
organisasi sehingga muncul ungkapan dari beberapa ahli sebagai
berikut:
Charles M. Schwab dalam bukunya Atmosoeprapto K. (2000:
47) :
“ You can take away my buildings, equerment and mills, but leave me
my men and I’ll build another great steel company”
( Anda boleh mengambil alih seluruh bangunan-bangunan, alat-alat dan
pabrik-pabrik, tetapi tinggalkan orang-orang dan saya akan membangun
perusahaan baja lainnya yang besar).
Johan D. Rocker Feller dalam bukunya Admosoeprapto K.
(2000: 121) dijelaskan:
“I will pay more for the ability to deal with than anyother ability under
the sun”.
(Saya akan membayar lebih untuk kemampuan yang bersangkutan
ketimbang kemampuan lain apapun).
11
2.3 Konsep Implementasi kebijakan
Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar kata kebijakan yang
dihubungkan dengan sistem kepemimpinan. Baik itu kepemimpinan yang
bersifat formal maupun non pormal. Kebijakan biasa diartikan sebagai
langkah dalam pengambilan keputusan, mempergunakan segala aspek
pemecahan dan perumusan permasalahan.
Pada dasarnya kebijakan merupakan ketentuan-ketentuan yang harus
dijadikan pedoman, pengangan atau petunjuk sehingga tercapai kelancaran
dan keterpaduan dalam pencapaian tujuan. Dalam pemahaman ini kebijakan
dapat diartikan sebagai kearifan untuk membuat sesuatu, dalam suatu
organisasi/perusahaan. Kebijakan ini dihubungkan dengan kegiatan yang
ditempuh oleh seorang pemimpin di dalam melakukan pengelolaan
organisasi.
Kebijakan dapat pula diartikan sebagai langkah apa yang diambil atau
dipilih di dalam mencapai suatu tujuan. Pada pemilihan langkah/perbuatan
maka jelas berhadapan dengan berbagai alternative yang ada, maka tentunya
tidak bertentangan dengan aturan-aturan hukum yang berlaku
Untuk memberikan pemahaman yang jelas kebijakan ini, maka
dibawa ini dikutip beberapa pendapat atau defenisi dari para ahli tersebut.
Harol D. Lasswel dan Abraham Kapla dalam Islamy (1991:17) memberikan
arti kebijakan “Suatu pencapaian tujuan, nilai-nilai praktek yang terarah”.
12
Carl J. Fredrik dalam Islamy (1997:14) mendefinisikan kebijakan
sebagai berikut: “Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok
atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentuh dengan menunjukkan
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan
usulan kebijakan tersebut dalam rangka tercapainya tujuan tertentuh “.
Selanjutnya
James
E.
Anderson
dalam
Islamy
(1995:19)
mengemukakan pengertian kebijakan sebagai berikut: “kebijakan adalah
serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentuh yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok masyarakat guna
memecahkan suatu masalah untuk tidak melakukan sesuatu dalam kebijakan
pemerintah setidak-tidaknya dalam artian positif didasarkan atau selalu
dilandaskan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat”.
Dari pengertian dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
suatu pemahaman bahwa :
a. Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan
pejabat yang berwenang.
b. Kebijakan itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan
tindakan yang berorientasi pada tujuan.
c. Kebijakan itu bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk
tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentuh. Atau bersifat
negatif dalam arti merupakan keputusan pemeribntah untuk tidak
melakukan sesuatu.
13
d. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan
atau selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan dan
bersifat memaksa lebih jauh.
Oleh karena itu di dalam pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas
dari implementasi,”Implementasi dadap dikatakan sebagai proses dari
tindakan lanjut suatu keputusan” (Abdullah, 1988:32).
Maksud dari
pertanyaan ini bahwa implementasi sebagai proses merupakan suatu
rangkaian kegiatan dimana rangkaian dimaksud adalah tindak lanjut dari
suatu kebijakan.
Dalam rangkaiaan kegiatan tindak lanjut tersebut ditemui pula banyak
keterkaitan yang logis antara keputusan yang telah ditetapkan dengan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan yang
diinginkan. Keputusan yang diambil dapat berupa kebijakan kemudian
menjadi program dan atau sampai dengan proyek.
D.J.A Simarmata (1993:321) mendefenisikan, “program adalah suatu
kombinasi aktivitas sumber-sumber (cara adan alat) dalam urutan tindakan
dengan jangka pelaksanaan tertentu pula”.
Lebih
lanjut
Thoromidjojo
(1986:98)
mengatakan
bahwa:
“Implementasi Sebagai Proses Kegiatan yakni berawal dari kebijakan guna
mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu diturunkan dalam bentuk program
dan proyek”.
14
Dengan demikian makin jelaslah bahwa implementasi sebagai suatu
proses yang memperlihatkan suatu bentuk kegiatan interaksi yang konstruktif
dari instrument atau alat (beberapa kebijakan, program dan proyek) untuk
mencapai tujuan.
Proyek sebagai bahan dari unsure manajemen proyek jelas merupakan
sekelompok aspek administrasi yang mengandung efek pelaksanaan
pekerjaan proyek yang bersangkutan dan dilakukan oleh anggota organisasi
dalam setiap penyelenggaraan administrasi secara langsung ataupun tidak
langsung bersifat mengendalikan manajemen agar semua berjalan dengan
semestinya.
Dari uraian tersebut di atas dan guna mengantarkan kita pada
pemahaman konsep implementasi termasuk teori-teori tentang implementasi,
maka perlu kita pahami bahwa implementasi merupakan suatu bagian disiplin
ilmu administrasi Negara (administrasi pembangunan). Dalam hal ini
tentunya mengarah pada pelaksanaan dengan keterlibatan beberapa aspek dari
faktor yang mempengaruhinya. Hal ini semakin memperjelas bahwa konsep
implementasi merupakan suatu pedoman yang boleh dikatakan mempunyai
peran dalam kelangsungan sistem administrasi pembangunan. Secara lebih
nyata hal ini dapat kita lihat dalam hal yang menyangkut dengan
implementasi kebijakan (Policy Implementation).
Cakrawala pemikiran sebagai mana disebutkan diatas, sebelumnya
telah banyak ditelah oleh para pakar dalam bidang ilmu administrasi maupun
manajemen dengan beberapa teori-teorinya. Hal ini tidak lain ditujukan untuk
15
melihan penyebab ketidak berhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah
ditetapkan secara nasional.
Dalam studi organisasi dan manajemen ditemukan kurang berimbang
perhatian yang diberikan pada segi perencanaan dan implementasi.
Perencanaan sebagai tehnik telah mengalami peralatan analisa dan metode
pengambilan keputusan yang angat maju seperti yang terdapat dalam ilmu
manajemen (Abdullah 1993:396).
Selanjutnya Abdullah 1993:398 menyimpulkan pengertian-pengertian
implementasi beberapa ahli sebagai berikut:
“Pengertian dan unsur-unsur dalam proses implementasi sabagai
berikut”. (1) proses implementasi program kebijaksanaan ialah serangkaian
kegiatan tidak lanjut, guna mengujutkan suatu program atau kebijaksanaan
menjadi kenyataan, (2) proses implementasi terlibat berbagai unsur yang
pengaruhnya dapat bersifat pendukung maupun penghambat pencapaian
sasaran program, (3) dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat
tiga unsur yang penting dan mutlak yaitu (i) adanya program (atau
kebijaksanaan) yang dilaksanakan.” (ii) target groups, yaitu sekelompok yang
menjadi sasaran perubahan dan peningkatan, (iii) unsur pelaksanaan atau
implementasi baik organisasi atau perorangan yang bertanggun jawab dalam
pengelolaan, pelaksanaan dan pemgawasan dari proses implementasi tersebut,
(4) implementasi program paktor lingkungan (Fisik, sosial, budaya dan
politik)
akan
mempengaruhi
pembangunan pada umumnya”.
proses
implementasi
program-program
16
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Abdullah yang
merupakan kesimpulan pendapat para ahli, mengandung beberapa pokok
pikiran sebagai berikut:
Pertama implementasi dapat dikatakan sebagai proses dari tindak
lanjut keputusan. Menurut Salusu (1990:211) mendefinisikan implementasi
sebagain berikut : “implementasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan
menyusul suatu keputusan”. Suatu keputusan selalu dimaksud untuk
mencapai sasaran tertentu. Maksud dari pernyataan ini adalah implementasi
merupakan
rangkaiian
proses
maupun
sebagai
tindak
lanjut
dari
kebijaksanaan atau keputusan. Didalam rangkaiaan kegiatan tindak lanjut
tersebu ditemui pula adanya keterkaitan yang logis antara kegiatan yang telah
di tetapkan dengan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk
merealisasikan kemudian menjadi program yang selanjutnya menjadi proyek.
Maksud dari pernyataan ini yaitu implementasi sebagai proses
merupakan suatu rangkaian kegiatan dimana rangkaian dimaksud adalah
tindak lanjut dari suatu kebijaksanaan.
Kedua, dalam operasionalnya implementasi akan dapat kita rasakan
perlu adanya penerapan manajemen. Dengan dasar pemahaman bahwa
rangkaian kegiatan tindak lanjut merupakan upaya positif (efektif dan efisien)
kearah tujuan akhir. Di samping itu adanya unsur-unsur yang terlibat dalam
pencapaian tujuan menunjukkan adanya penggerakkan kegiatan dalam suatu
tujuan tertentu.
17
Ketiga, implementasi sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan kegiatan
cenderung dipengaruhi oleh faktor yang mendukung dan faktor yang
menghambat. Artinya implementasi sebagai rangkaian interaksi lebih lanjut,
segala substansi yang berhubungan dengan proses tingkat tersebut akan
memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap pencapaian tujuan.
Interaksi yang terjadi yang terjadi dalam implementasi tidak lain sebagai
model dari akibat yang akan timbul segala sesuatu hasil. Apabila dalam suatu
keputusan yang diambil menunjukkan adanya interaksi yang kurang kondusif
terhadap pencapaian tujuan maka sebagai akibat akan memberikan suatu hasil
akhir (output) yang tidak maksimal.
Menurut George C. edwars II dalam Abdullah (1988:400) bahwa ada
empat faktor atau variabel yang merupakan syarat-syarat terpenting guna
berhasilnya proses implementasi. Keempat paktor itu terdiri dari:
a. Komunikasi ini amat penting karena surat program hanya dapat
dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksanaan. Hal ini
menyangkut proses penyampaian informasi atau transminis, kejelasan
informasi tersebut (clarity) dan konsisten informasi yang disampaikan.
b. Resources (sumber daya); hal ini meliputi empat komponen yaitu staf yang
cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna pengambilan
keputusan, authority-kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas
dan tanggun jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Disposisi; yaitu sikap dan komitmen dari pelaksanaan terhadap program
khususnyadari mereka yang menjadi implementer dari mereka yang
18
menjadi implementasi dari program yang dalam hal ini terutama
dimaksudkan adalah apartur birokrasi.
d. Struktur Birokrasi, yaitu terdapatnya suatu SOP (standard Operating
Prosedur) yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan program.
Jika hal ini tidak ada, maka akan sulit sekali mencapai hasil yang
memuaskan, karena penyelesaian masalah-masalah akan bersifat ad-hoc,
memerlukan penanganan dan penyelesaian khususnya tanpa pola yang
baku.
2.4 Konsep strategis
Konsep tentang strategis adalah metodologis analisis kebijakan yang
membantu dalam membuat, menilai secara kritis dan mengkomunikasikan
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan yaitu kenyakinan tentang
kebenaran yang masuk akal plasuble tentang proses, hasil dari kinerja
pembuatan kebijakan publik. Maksud dari metodologi erat hubungannya
dengan aktivitas intelektual dan praktis yang oleh John Dewey dalam buku
Dunn, Willian (2000:31) dikatakan sebagai logic of inquiry yaitu kegiatan
pemahaman manusia mengenai pemecahan masalah.
Menurut Dunn, William N. (2000:18) analisis kebijakan adalah
sebagai proses menghasilkan pengetahuan tentang dan dalam proses
kebijakan. Sedangkan E. S Quade (1994:4) mendekskripsikan analisis
kebijakan sebagai suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyakinkan
informasi sedemikian rupa sehingga dapat member landasan dari para
pembuat kebijakan dan pembuat keputusan.
19
Pentingnya pengambilan keputusan dalam suatu organisasi mengingat
maju mundurnya organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi
ditentukan oleh pengembangan keputusan tersebut.
Mc. Grew dan Wilson (1993:338) melihat pada kaitannya dengan
proses yaitu bahwa keputusan ialah keadaan akhir dari proses dinamis, yang
diberi label pengambilan keputusan. Dikatakan proses karena terdiri atas
suatu seri aktivitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan
bijaksana.
Sehubungan dengan pengambilan keputusan tersebut, hendaknya
dipahami dalam dua pengertian yaitu penetapan tujuan merupakan terjemahan
dari cita-cita dan aspirasi. Yang kedua bahwa pencapaian tujuan melalui
implementasi Inbar, (1994:126). Oleh karena pencapaian hasil merupakan
akhir dari pengambilan keputusan, maka dibutuhkan suatu pemikiran
strategis, dengan harapan bahwa pemikiran strategis akan menghasilkan
penyelesaian yang lebih kreatif dan berbeda bentuknya dari pada hanya
berdasarkan pemikiran mekanik dan institusi. Berpikir kreatif akan
memberikan lebih banyak alternatif pemecahan dan tingkat kesalahan yang
semakin kecil.
Istilah strategis berasal dari bahasa yunani yaitu Strategos atau
strategas yang dalam kata jamak disebut strategi. Strategos berarti jenderal
tetapi dalam bahasa yunani kuno sering berarti perwira Negara (State Officer)
yang mempunyai fungsi yang luas.
Menurut Mc. Donald (1992:78) strategi adalah suatu keterampilan
bagaimana pejabat eksekutif mendesain keputusan yang didasarkan pada
suatu organisasi, nilai-nilai manajerial dan kemungkinan adanya peluang
tetapi juga tantangan dari lingkungan.
20
Stainer dan Miner (1989:28) mendefenisikan strategi bahwa istilah itu
tidak hanya menunjuk misi, tujuan dan sasaran organisasi yang mendasari,
tetapi juga pada strategi itu dilaksanakan guna mencapai tujuan organisasi.
Perlu juga kita ketahui bahwa strategi berbeda dengan taktik.
Perbedaannya adalah jika kita memutuskan apa yang seharusnya kita
kerjakan, maka kita telah memutuskan strategi. Sedangkan jika kita
memutuskan bagaimana untuk mengerjakan sesuatu, itulah yang disebut
taktik. Dengan kata lain menurut Drucker dalam bukunya agustinus (1996:69)
strategi adalah mengerjakan sesuatu dengan benar (doing the thing right).
Sebagai contoh, Christoper Colombus berkeinginan menemukan jalan pintas
(stategi) untuk menuju india dengan memutuskan layar kearah barat dari pada
arah timur (taktik).
Pembuatan strategi merupakan suatu hal yang harus dikerjakan oleh
para manager puncak karena ini menentukan bagaimana organisasi mancapai
tujuan. Inti pokok dari pembuatan strategi adalah hubungan organisasi dengan
lingkungannya dan menciptakan strategi yang cocok untuk mencapai misi
organisasi.
Pada kesimpulannya penulis memberi pendapat bahwa strategi
merupakan program umum dari tindakan komitmen atas penekananpenekanan dan sumber daya kearah pencapaian tujuan menyeluruh,
khususnya bila berbicara mengenai strategi utama dalam organisasi strategi
adalah menyiratkan sasaran-sasaran, pengalokasian sumber daya untuk
mencapai sasaran, dan kebijakan utama yang harus diikuti dalam
menggunakan sumber daya tersebut.
2.5 Konsep dasar Sistem pendidikan
2.5.1 Arti dan pentingnya pendidikan
21
Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan
penting dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas
kemapuan professional individu. Melalui pendidikan, seseorang
dipersiapkan untuk bekal agar siap tahu.mengenal dan mengembangkan
metode berfikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang
akan dihadapi dalam kehidupan kemudian hari. Hal tersebut nantinya
akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian hari. hal tersebut nantinya
akan Nampak pada kinerja, yang pada akhirnya akan menjamin
produktivitas kerja yang semakin meningkat.
Pengertian pendidikan, telah banyak diutarakan, dan menurut
instruksi presiden No. 15 tahun 1974.
“Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan
mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan ohani,
yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar
sekolah, dalam rangkah pembangunan persatuan Indonesia dan
Masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila”
Sedangkan pengertian pendidikan sesuai dengan undang-undang
Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa:
“pendidikan adalah usaha dasar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan / atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang”.
Dengan memperhatikan pengertian pendidikan seperti yang
diutarakan tersebut maka dapat dikatakan bahwa peran pendidikan adalah
sebagai landasan untuk membentuk, mempersiapkan, membina dan
mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang sangat
membentuk dalam keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang.
22
Apabila dilihat dari pendekatan sistem, maka proses pendidikan
terdiri dari masukan (sarana pendidikan) dan keluar (perubahan perilaku),
secara faktor yang mempengaruhi proses pendidikan yang pada dasarnya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perangkat lunak (software), yang mencakup antara lain: kurikulum,
organisasi pendidikan, peraturan, metode belajar dan lainnya.
2. Perangkat keras (hardware), yaitu fasilitas yang mencakup gedung,
perpustakaan, alat bantu peraga dan sebagainya.
(Bank dunia, 1980:32) mengutarakan
bahwa
keluaran
pendidikan adalah pencapaian prestasi belajar murid yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, tingkah laku dan sikap yang dikur dengan
test,hasil ujian dan sebagainya.
(Beeby, 1996:23) mengatakan bahwa pendidikan mempunyai
kualitas tingkat bilamana keluaran pendidikan itu mempunyai nilai bagi
masyarakat yang memerlukan pendidikan itu. Kualitas disini adalah
keluaran pendidikan yang dikaitkan dengan kegunaan bagi masyarakat.
Dengan menggunakan model kajian tersebut maka dapat dilihat
keseluruhan aspek yang terlibat dalam permasalahan kualitas ini.
Kualitas masukan, menyangkut mutu masuknya diukur dari criteria
penerimaan
siswa
(peserta
didik),
seandainya
kriteria
itu
di
kembangkan untuk menyaring masukan yang akan masuk kedalam
sistem.
Masuknya rendah apabila di bawah standar minimal, dan
masukan itu akan berkualitas apabila diatas standar minimal telah
ditetapkan. Standar tersebut sifatnya relatif. Kualitas proses pendidikan,
seperti siswa, pengajar, kurikulum, fasilitas pendidikan, manajemen,
sumber belajar dan terbatasnya biaya untuk proses.
23
Kualitas keluaran, menyangkut hasil proses system. Keluaran tiu
rendah atau tinggi mutunya bilamana di bawah atau di atas standar yang
telah ditetapkan. Bila mana standar itu memang ada, tercapainya
keluaran tidk hanya ditentukan oleh pihak peserta didik sebagai
masukan mentahnya (raw input). Untuk merubah masukan menjadi
keluaran sebagaimana dikehendaki, ditentukan pula oleh proses. Di
dalam proses termasuk mencakup antara lain:
1. Bagaimana program pendidikan tersusun
(kerangka
acuan,
kurikulum, dan silabus, metode pemberian pelajar, sistem
pencatatan, pemantauan, pelaporan dan sebagainya)
2. Bagaimana pendayagunaan sarana dan prasarana, baik fisik maupun
nonfisik, manusia maupun nonmanusia, termasuk biaya, dan
sebagainya.
Bagaimana
sistem
koordinasi
untuk
membina
keterpaduan, intergrasi dan singkronisasi (KIS) serta evaluasinya.
Di dalam masukan maupun keluaran (yaitu peserta didik) di
dalamnya termasuk pada:
a. Masuknya lingkungan atau environmental input. Baik fisik (lokasi
lingkungan alam dan sebagainya). Maupun nonfisik (landasan
falsafa, IPOLEKSOSBUD) dan sebagainya.
b. Masukan wahana atau insrtrumental input, termasuk peraturan
perundang-undangan (dan yang tertinggi sampai yang terendah).
Dengan penjelasan singkat tentang komponen dan sub
komponennya (masukan, proses dan keluaran) serta bagaimana
kaitannya satu sama lain, maka terwujudlah suatu sistem, manajemen
24
terpadu yang perlu diterapkan untuk mengupayakan keberhasilan misi
pendidikan.
Pendidikan
sebagai
totalitas
interaksi
manusia
untuk
pengembangan manusia seutuhnya, dan pendidikan merupakan proses
yang terus menerus yang senangtiasa berkembang, dengan dihadapkan
pada masalah keterbatasan sumber. Oleh sebab itu, perlu diterapkan
suatu sistem manajemen yang memungkinkan keberhasilan misi
pendidikan.
Peserta
pendidikan
yang
merupakan
masukan,
setelah
mengalami proses pendidikan dengan memanfaatkan tujuan pendidikan
yaitu:
”sumber daya dan kurikulum yang ada”, menghasilkan keluaran
berupa kemampuan tertentu, sehingga dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perubahan tingkah laku termasuk didalamnya: “Pengetahuan,
sikap, tindakan, penampilan, dan sebagainya”.
Investasi sumber daya manusia tersebut demikian pentingnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa apabila suatu organisasi ingin tumbuh
dan
berkembang perlu melakukan investasi sumber daya manusia.
Wahana yang diakui paling efektif untuk memenuhi kebutuhan mental
spiritual, sepanjang tinjau dari segi pengembangan sumber daya
manusia adalah melalui kegiatan pendidikan.
25
Pasal 1 undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang system
pendidikan nasional, khususnya yang berkenaan dengan sumber daya
menegaskan bahwa:
Sumber
daya
pendidikan
adalah
pendukung
dan
penunjang
pelaksanaan pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana
dan prasarana yang tersedia atau diadakan dan didayagunakan oleh
keluarga, masyrakat, peserta didik dan pemerintah.
Sumber tersebut tidak dengan sendirinya tersedia, bahkan
keadaanya sangat terbatas. oleh karena itu di perlukan kesepakatan
pendayagunaan sumber yang terbatas dalam rangka keberhasilan misi
pendidikan. selain melalui pendidikan formal, kinerja dan produktifitas
kerja
dapat
pula
diwujudkan
melalui
program
latihan
dan
pengembangan.
Untuk lebih jelas perbedaan pengertian antara latihan dan
pengembangan, maka berikut ini pengertian latihan dan pengembangan.
Menurut instruksi presiden nomor 15 tahun 1974,yang disebut latihan:
Bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperolah dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan
yang berlaku. Dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode
yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori. (BP3K, 1980 : 40).
Dengan
demikian
dapat
diketahui
bahwa
pendidikan
mempunyai arti yang luas dan lebih mendalam, serta lebih bersifat
26
umum. Sedangkan latihan tujuannya lebih mengutamakan hal yang
praktis yang menyangkut keterampilan kerja.
Beda pengertian antara lain dan pengembangan ini, oleh (Keith
Davis dan William B. Werther, Jr, 1982:74) dikemukakan bahwa:
”Trainning prepares people to do present job and development prepares
employees needed knowledge, skill and attitude”
Jadi beda latihan dan pengembangan pegawai terletak pada
jangka waktu pemanfaatan pegawai tersebut. Latihan bertujuan untuk
pegawai yang akan segera diberi tugas mengerjakan pekerjaan yang
telah ada dalam lembaga, sedangkan pengembangan diperlukan untuk
mempersiapkan pegawai mengerjakan pekerjaan di masa yang akan
datang. Tetapi baik latihan maupun pengembangan, keduanya
memberikan pengajaran dlam hal pengembangan sikap, pengetahuan
dan keterampilan.
(Michael J. Jucius, 1988:296) mengemukakan bahwa: “The
term ‘training’ is used here to indicate any process by which the
attitude, skill and abilities of employees to perform specific job are
increased”.
Tujuan latihan tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan, tetapi juga untuk mengembangkan bakat.
2.5.2. Peran Pendidikan
Peran pendidikan adalah memberikan bimbingan, pengajaran
dan latihan. Disatu pihak, organisasi yang mempekerjakan tenaga kerja
27
yang menjalankan roda organsasi mulai dari kelompok manajerial
sampai dengan petugas yang melaksanakan kegiatan yang bersifat
teknis operasional, mengharap dan bahkan menuntut kinerja dan
produktivitas yang tinggi. Sedangkan di lain pihak, pendidikan formal
yang telah ditempuh mertupakan modal yang penting, Karena dapat
menguasai suatu disiplin ilmu.
Pengalaman merupakan modal yang besar artinya dalam
menjalankan roda organisasi agar dapat lebih berhasil guna dan berdaya
guna. Akan tetapi karena salah satu ciri kehidupan modern adalah selalu
terjadinya perubahan secara cepat, maka deperlukan daya dinamika
yang tinggi dalam bentuk kemampuan untuk mengikuti perubahan dari
perkenbangan yang terjadi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
pengalaman yang telah dimiliki belum tentu selalu dapat digunakan
sebagai alat yang ampuh untuk melaksanakan tugas yang selalu
dipengaruhi oleh perubahan dan perkembangan yang mungkin terjadi.
Dengan demikian majunya peradaban dan aspirasi manusia,
maka semakin diperlukan orang yang mempunyai pengetahuan dan
jumlah dan mutu yang semakin tinggi. Pengetahuan diterima dan
dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan produktif sebab
kinerja
kinerga masa kini adalah kinerja yang didasarkan pada
pikiran/akal, bukan lagi pada tenaga. Mutu dan pemanfaatannya
merupakan indikasi yang penting dalam kaitannya dengan potensi suatu
organisasi.
2.6. Pegawai Negeri dan Penempatannya
Pengertian pegawai negeri yang
terdapat dalam undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8
28
sebagai berikut: pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
diserahi tugas Negara lainnya,dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Kalau memperhatikan rumusan diatas maka akan didapatkan 4 unsur
yang harus dipenuhi untuk dapat disebut pegawai negeri. empat unsur
tersebut adalah: (1) memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, (2) diangkat
oleh pejabat yang berwenang, (3) diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri
atas tugas negara lainnya, dan (4) digaji menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Unsur pertama telah diatur dalam pasal 17 ayat (2) Undang-Undang
nomor 43 tahun 1999, peraturan pemerintah nomor 6 tahun 1976 tentang
pengadaan pegawai negeri sipil dan pedoman pelaksanaannya Surat Edaran
Kepala BANK Nomor 12/SE/1976.
Unsur kedua telah diatur dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 43 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1975 tentang
wewenang pengangkatan. pemendahan dan pemberhentian pegawai negeri
sipil dan pedoman pelaksanaannya Surat Edaran Kepala BANK Nomor
12/SW/1975.
Unsur keempat telah diatur dalam undang-undang Nomor 7 Tahun
1977
tentang
peraturan
gaji
pegawai
negeri
sipil
dan
pedoman
pelaksanaannya Surat Edaran Kepala BANK Nomor 12/SE/1977.
Sebenarnya pengertian pegawai negeri masih terdapat juga pada
peraturan perundang-undangan, dimana ruang lingkupnya lebih luas
dibanding dengan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor43 Tahun
1999. namun dengan pengertian pegawai negeri yang lebih luas itu hanya
29
terbatas terhadap hal-hal yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
tersebut, diluar tetap berlaku pengertian pegawai menurut Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999.
Selanjutnya siapa saja yang dapat dimasukkan dalam pengertian
pegawai negeri dapat dilihat pada pasal 2 undang-undang RI Nomor 43 tahun
1999 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok kepegawaian ditegaskan bahwa:
(1) Pegawai Negeri terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia
c. Anggota Kepolosian Negara Republik Indonesia
(2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimna dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri
di atas:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah
Adapun pengertian Pegawai Negeri Sipil Pusat menurut penjelasan
pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 mengungkapkan
bahwa yang dimaksud Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah: Pegawai Negeri
Sipil yang gajinya dibebankan pada APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara) dan bekerja pada Departemen Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND), kesekreteraiatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,
instansi pertikal di daerah Propinsi/Kabupaten/Kota.
2.7. Pentingnya Pengawasan
Pengawasan dalam fungsi manajemen adalah suatu usaha untuk
memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan
tersebut. Apabila terjadi penyimpangan dapat dicari di mana terjadinya
peyimpangan tersebut dan bagaimana tindakan yang diperlukan untuk
30
mengatasi penyimpangan tersebut. Di samping itu pengawasan mempunyai
tujuan seberapa jauh tingkat pencapaian atau tingkat penyelesaian dari
kegiatan sesuai dengan tujuan dan ditetapkan.
Menurut Kootz (196:77) pengwasan adalah pengukuran dan koreksi
terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana
itu cocok dengan rencana. Pengawasan mengukur pelaksanaan kerja atau
prestasi
dengan
membandingkannya
terhadap
tujuan
dan
rencana,
memperlihatkan di mana ada penyimpangan tersebut, dimana menjamin
tercapainya rencana.
Pengawasan tidak dapat dilaksanakan dengan baik apabila tidak ada
penentuan tujuan yang jelas sebelumnya, sedangkan penentuan tujuan
dilaksanakan dalam kegiatan perencanaan, dengan demikian pengawasan
tidak dapat dilakukan dan tidak akan berjalan tanpa adanya perencanaan.
Morcler dan Gitosodarma (1996:154) mengemukakan bahwa
“pengawasan merupakan suatu kegiatan yang menentukan standar kerja
yang ditetapkan pada perencanaan, perencanaan system umpan balik (feed
back)”.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Pikir
Kurikulum yang dimaksud di sini adalah kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) tahun 2004, yaitu dokumen pendidikan yang
31
antara lain memuat: Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Petunjuk
Teknis dan Petunjuk Pelaksana. Kurikulum SMK tahun 2004, sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya mengacu pada Competency Based Training
(CBT) atau yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
untuk Sekolah Menengah Atas (SMA).
Strategis. Dilihat dari rencana strategis (Renstra) Pendidikan
Menengah Kejuruan tahun 2001–2005 di dalamnya mencakup perencanaan,
pelaksanaan serta arah dan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan, sebagai
lembaga pendidikan formal yang bertanggung jawab dalam menghasilkan
sumber daya manusia yang siap kerja dengan penguasaan keterampilan yang
unggul.
Manajeman Sekolah. Manajemen sekolah melibatkan semua unsur
yang terdiri dari manajemen puncak sampai pada level bawah. Sebagaimana
yang diuraikan dalam struktur organisasi.
Guru. Guru adalah seorang yang mempunyai kapasitas dan
kompetensi untuk mengtransfer ilmu pengetahuan tertentu sesuai dengan
bidang keguruan dan keahlian yang dimiliki kepada anak didik mulai dari
tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), jumlah dan mutu
yang semakin tinggi. Pengetahuan diterima dan dihayati sebagai kekayaan
32
yang sangat berharga dan produktif sebab kinerja masa kini adalah kinerja
yang didasarkan pada pikiran/akal, bukan lagi pada tenaga. Karena itu
pembentukan manusia yang terdidik dalam jumlah, mutu dan pemanfaatannya
32
merupakan indikasi yang penting dalam kaitannya dengan potensi suatu
organisasi.
Salah satu upaya untuk mencerdaskan dan meningkatkan keterampilan
termasuk pencapaian adalah melalui pendidikan.
33
Kerangka Pikiran
Manajemen
sekolah
Strategi
Pengembangan
Guru
Pendidikan/Pelatihan
Perencanaan
Pengorganisasian
Penempatan
Pengawasan
Profesionalisme Guru
Guru
Nilai Siswa
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 2 Polewali, Jalan pameran lingkungan
batu–batu, kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupeten Polewali
Mandar Sulawesi Barat, lokasi ini berada di sebelah utara Ibukota Polewali
kurang lebih 7 Km. lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan umum dan
kendaraan pribadi, karena kondisi jalan beraspal dan sangat dekat jalan poros
Polewali Mamasa.
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan terhitung
sejak penulis terjun ke lapangan.
4.2 Jenis Penelitian
Dalam peneliti ini, digunakan metode survey yaitu penelitian yang
memuat fakta-fakta dari segala yang ada dan mencari keterangan-keterangan
secara faktual di lapangan untuk menjawab permasalahan yang diteliti.
4.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni variabel bebas
(dependent variable), yang meliputi: pendidikan/latihan (X1), perencanaan
(X2), pengorganisasian (X3), dan pengawasan pegawai (X5) serta
profesionalisme guru (X6), sedangkan variabel tidak bebas (independent
variable), yaitu strategi pengembangan guru di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri 2 Polewali di kabupaten Polewali Mandar.
35
35
4.4 Populasi dan Sampel
Arikunto dalam bukunya (1996:115) menyatakan bahwa populasi
adalah keseluruhan onyek penelitian. Berdasarkan pengertian ini, maka
populasi penelitian ini adalah guru pada sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 2 Polewali. Penyebaran populasi dapat dilihat pada table sebagai
berikut:
Tabel 4.1.
Populasi berdasarkan Golongan dan Jenis Kelamin
NO
1
2
3
4
GOLONGAN
PRIA
WANITA
JUMLAH
Golongan IV
2
2
Golongan III
1
1
Golongan II
1
Honorer
5
10
JUMLAH
9
13
Sumber : Kantor SMK Negeri 2 Polewali
4
2
1
15
22
Berdasarkan karakteristik populasi tersebut, maka pengambilan
sample dilakukan dengan teknik purposive samping dengan kriteria:
1. Guru senior dalam kelompok mata diklat Normatif, yaitu guru Agama
Islam, Sejarah, Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan.
2. Guru senior dalam kelompok mata diklat Adaptif, yaitu guru Matematika,
Bahasa Inggris dan Kewirausahaan.
3. Guru senior dalam kelompok mata diklat Produktif, yaitu Guru praktik
dalam program diklat Animasi dan Tata Boga.
Berdasarkan sampel penelitian ini dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel 4.2.
Sampel Penelitian
NO
GOLONGAN
PRIA
WANITA
JUMLAH
1
Golongan IV
2
2
4
36
2
3
4
Golongan III
1
1
Golongan II
1
Honorer
5
10
JUMLAH
9
13
Sumber : Kantor SMK Negeri 2 Polewali
2
1
15
22
Jadi besarnya sampel penelitian ini adalah mewakili populasi pada
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
4.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik angket (questioner) dan wawancara.
Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang variabelvariabel yang akan diukur. Angket ini akan disebar/dibagikan kepada Guru
pada sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali yang terpilih
sebagai sampel. Sedangkan teknik wawancara dilakukan untuk mendukung
data dari hasil angket yang telah dibagikan.
1. Kuesioner (Angket)
Penulis membagikan beberapa daftar pertanyaan secara terstruktur kepada
responden sehingga diperoleh informasi yang lebih akurat. Daftar
pertanyaan ini mengacu pada variabel dan indikator-indikator variabel
dalam penelitian ini.
2. Interview (Wawancara)
Yaitu melakukan Tanya jawab secara mendalam kepada beberapa orang
responden/informasi sehingga diperoleh data yang lebih komprehesif.
4.6 Teknik analisis Data
Analisa data diperoleh dengan menggunakan analisis statistik
deskriptif.
37
Dalam menganalisis data digunakan instrument untuk mengukur
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, dan pengawasan pegawai yang
disusun berdasarkan skala linkert. Instrument tersebut berbentuk pertanyaan
dengan empat alternatif pilihan yang diberikan bobot 4, 3, 2, 1 (dihitung
berdasarkan bobot pilihan yang dipilih).
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan mendeskripsikan semua
data dari semua variabel dalam bentuk distribusi frekuensi yang disajikan
dalam bentuk tabulasi silang.
4.7 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis dan sumber data sebagai berikut:
1. Jenis data
a. Data Primer
Yaitu yang diperoleh secara langsung secara langsung dari responden
melalui kuesioner dan wawancara.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dan diolah dari dokumen atau sumber lain
yang tidak secara langsung namun berkaitan erat datanya dengan materi
pembahasan tulisan.
2. Sumber data
Sumber data dapat diperoleh secara langsung dari objek dan sumber data
melalui wawancara atau menggunakan kuesioner.
Kemudian dapat pula diperoleh melalui instansi terkait pada tingkat
provinsi yang berhubungan dengan penelitian ini dan dianggap perlu,
institusi tersebut antara lain Dinas Pendidikan Nasional TK. 1, Laporan
Bulan, kepustakaan, dan artikel.
38
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah seluruh guru di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri 2 Polewali yang berjumlah 22 orang yang dipilih
berdasarkan fokus penelitian yang kriteria:
1. Bidang studi yang diajarkan
2. Strata pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan
nasional terlebih lagi dalam menghadapi era kompetisi, era keterbukaan dan
era informasi yang demikian pesat. Disisi lain, perkembangan pendidikan di
Indonesia boleh dikatakan masih jauh dari harapan, sehingga berbagai konsep
dari pakar pendidikan baik nasional maupun internasional digelar,
didiskusikan, diolah dan dilaksanakan di berbagai tingkatan dan jenjang
pendidikan saat ini.
Keberadaan sekolah sebagai sub sistem kehidupan sosial, berarti
menempatkan pula sekolah sebagai bagian kehidupan nasional yang harus
bertumpuh kepada norma-norma nasional pancasila. Bahkan dalam
kehidupan masyarakat tertentu dimana sekolah itu berada, sekolah juga harus
mampu menyusuaikan diri dengan kekhususan-kekhususan yang berkembang
dalam masyarakat dimana sekolah berada.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah
(Depdiknas
2001:21).
Untuk
itu,
berbagai
usaha
dilakukan
untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, berbagai pelatihan dan peningkatan
kompetensi Guru, pengadaan buku dan alat pelajaran.
1
2
Selain itu, rendahnya mutu pendidikan sangat disadari diakibatkan
oleh kurangnya sumber daya manusia yang handal yang menjadi motor
penggerak terciptanya manusia yang berkualitas. Menurut UNESKO
(2001:45), pengembangan sumber daya manusia (SDM) berhubungan erat
dengan pendidikan, pelatihan dan pemanfaatan sumber daya manusia pada
kegiatan sosial maupun ekonomi. Mengacu kepada UNDPE, ada lima “Pilar
Utama” pengembangan sumber daya manusia, yaitu: pendidikan, kesehatan
dan makanan, lingkungan pekerjaan, serta politik dan kebebasan ekonomi.
Kelima pilar tersebut satu sama lain saling terkait dan saling mempengaruhi,
akan tetapi pendidikan merupakan dasar dari pilar yang lain.
Untuk melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas bukanlah
pekerjaan yang ringan melainkan tugas berat, karena tugas tersebut
melibatkan beberapa unsur terkait, yaitu unsur pendidik (Guru) yang
berkualitas dan Profesional. Profesional, artinya mampu bekerja/mengajar
dengan baik sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan norma yang berlaku
(Depdiknas 2002:19). Dalam membina profesionalisme tenaga kependidikan
mencangkup dua aspek, yaitu kemampuan teoritis dan praktis sesuai dengan
bidang pekerjaan, serta monifasi kerja.
Kedua aspek tersebut harus di miliki guru yang ingin berhasil
menciptakan siswa yang berkualitas untuk mengisi tenaga kerja propesional
dan berkualitas.Siswa yang berkualitas tidak saja mampu menerobos pasar
kerja dengan kompetensi tinggi, tapi juga mampu menciptakan lapangan kerja
baru bagi generasi lainnya. Kompetensi yang di miliki siswa merupakan
modal berharga bagi pengembangan karir selanjutnya setelah seseorang tamat
3
dari sekolah baik itu sakolah Menengah Kejuruan (SMK) maupun sekolah
menengah atas (SMA).
Pembelajaran
berbasis
kompetensi
adalah
pelajaran
yang
dikembangkan atas dasar kompetensi tertentu, yang diperoleh dari hasil
analisis jabatan terhadap jabatan-jabatan yang proyeksikan bagi tamatan.
Kompetensi dapat diartikan sebagai gabungan dari pengetahuan, keterampilan
(Keterampilan Psikomotor), dan sikap yang diterapkan (Diaplikasikan) oleh
seseorang/sekelompok tenaga kerja dalam pelaksanaan suatu tugas dunia
kerja. Materi belajar dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah
pengetahuan keterampilan (keterampilan Psikomotor) dan sikap yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas di dunia kerja. Kriteria keberhasilan
dalam pembelajaran ini adalah mengacu kepada standar-standar kompetensi
yang berlaku di dunia kerja. Kerena itu, sistem belajar tuntas (mastery
leaming) harus diterapkan dalam pembelajaran berbasis kompetensi ini.
Tujuan pembelajaran berbasis kompetensi di sekolah Menengah Kejuruan
Kejuruan (SMK) adalah untuk memperoleh hasil yang tinggi dalam
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan tertentu yang di butuhkan
oleh dunia kerja. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan akan mampu
menguasai kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja sesuai kriteria yang
berlaku.
Implementasi strategi pengembangan guru sekolah menengah
kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali, terkait undang-undang sistem pendidikan
nasional yang dijabarkan melalui visi dan misi sekolah dan selanjutnya
dijadikan landasan dan kerangka acuan bagi pengembangan Sekolah
4
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali kedepan. Visi sekolah ini
adalah menyiapkan tenaga kerja professional yang mandiri dibidang seni
kerajinan untuk mengisi ere globalisasi.Sedangkan Misi yang diemban adalah
menghasilkan tamatan tingkat menengah yang handal di bidang seni kerajinan
dan berahlak mulia. Beberapa langkah strategi yang telah ditempuh untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali antara lain adalah: 1) Menugaskan guru
untuk mengikuti On The Job Training (OJT), 2) Pelatihan kejuruan yang
dilaksanakan oleh pusat penataran guru kejuruan di Polewli mandar, 3)
Magang guru ke industri, 4) Studi banding ke beberapa industri terkait, 5)
Kesempatan peningkatan kualifikasi pendidikan ke jenjang lebih tinggi,
seperti S1 dan S2. Selain itu, setiap semester dilaksanakan In House Training
(IHT) berkenaan dengan perkembangan teknologi kaitannya dengan
penyusuaian muatan kurikulum.
Usaha pengembangan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dalam siklus
pendidikan di sekolah, artinya semua unsur terkait harus bekerja terpadu
dalam mencapai suatu keberhasilan lulusan. Lulusan yang berkualitas tidak
lepas dari kinerja dan profesionalisme guru dan dukungan sepenuhnya orang
tua siswa, masyarakat dan pemerintah.
Ditinjau dari potensi yang memiliki, baik sumber daya manusia
maupun sarana dan prasarana pendidikan. SMK Negeri 2 Polewali
mempunyai peluang yang sangat besar dalam upaya menciptakan lulusan
yang berkualitas yang mampu berkompetisi dalam era global seperti saat ini,
5
namun realitas menunjukkan bahwa baru sekitar 40 persen dari keseluruhan
luarnya yang terserap oleh dunia usaha dan industri. Hal ini menjadi lebih
menarik untuk dikaji lebih dalam lagi, dimana letak kelemahannya, apakah
pada sistem ataukah pada implementasi strategis pengembangannya atau
keduanya.
Bertolak dari uraian tersebut diatas, penulis akan mencoba mengkaji
lebih detail beberapa permasalahan sebagai mana yang diuraikan diatas
melalui
suatu
penelitian
ilmiah
dengan
judul:
“IMPLEMENTASI
STRATEGI PENGEMBANGAN GURU SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 POLEWALI DI KABUPATEN
POLEWALI MANDAR”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian merumuskan beberapa
masalah antara lain.
Bagaimana Implementasi Strategi pengembangan Guru Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis Implementasi Strategi pemngembangan Guru
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali.
6
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat
bagi:
1. Para pemimpin baik pada tingkat Dinas pendidikan kabupaten Polewali
Mandar pengambilan kebijakan dibidang pendidikan, maupun pimpinan
pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali dalam upaya
pengimplementasian strategi pengembangan guru.
2. Peneliti, yang ingin mengkaji lebih jauh masalah pengimplementasian
strategi pengembangan Guru SMK lebih khusus lagi yang berhubungan
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
3. Penelitian pendidikan, baik sebagai bahan perbandingan maupun sebagai
acuan dalam upaya pengembangan kualitas pendidikan khususnya
pendidikan kejuruan.
4. Pencinta ilmu pengetahuan, untuk memperkaya pengetahuan secara umum
dan ilmu manajemen pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Dan Fungsi-Fungsi Manajemen
2.1.1 Defenisi Manajemen
7
Dalam arti yang luas, manajemen berarti mengkoordinasi usahausaha manusia sehingga tujuan individu dalam keberhasilan sosial.
Pengembangan pengetahuan manajemen dengen jalan meningkatkan
efesiensi dalam penggunaan sumber daya manusia maupun bahan pasti
akan mempunyai suatu dampak yang revolusioner terhadap tingkat
kebudayaan masyarakat. Manajemen bukan hanya fungsi supervison
melainkan sebagai pembuat keputusan yang penting dari pemanajemen
atau pengelolaan. Jadi ilmu manajemen adalah ilmu yang merangkaikan
suatu keyakinan akan pengelolaan dalam suatu organisasi melalui
penerapan-penerapan dalam suatu perusahaan.
Bidang
fungsi
dasar
manajemen
berkaitan
era
dengan
perencanaan, pengorganisasian, pengisian lowongan, pemimpin dan
pengendalian, Kootz, (1995:75)
Perencanaan dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi
dalam hal tujuan-tujuan dan menetapkan prosedur terbaik untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi Handoko (1996:73) menemukakan
dengan adanya perencanaan organisasi bila memperoleh dan mengikat
sumber daya yang diperlukan dan para anggota organisasi dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan
dan prosedur terpilih, di samping itu kemajuan dapat diukur sehingga
7
tindakan korektif dapat diambil
bila tidak ada kemajuan yang
memuaskan.
8
Menurut Gitosudarmo (1996:73) perencanaan dianggap penting
karena (1) perencanaan meliputi usaha untuk menetapkan tujuan atau
menformulasikan tujuan yang hendak dicapai. Dengan kejelasan arah
yang jelas maka tidak akan diketahui apakah hasil yang dicapai sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan, (2) memberikan formulasi tujuan yang
hendak dicapai, dengan demikian akan diketahui apakah tujuan tersebut
tercapai, yang nantinyaakan diadakan koreksi terhadap penyimpangan
dari tujuan yang telah ditetapkan, (3) memudahkan pelaksanaan
kegiatan dan untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan, persiapan
untuk mengatasi masalah lebih terarah, (4) menghindari pertumbuhan
dan perkembangan yang tidak terkendali.
2.1.2 Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen menurut Harold (1995:5), antara lain
dikemukakan sebagai berikut:
a. Mengikhtisarkan beberapa
perencanaan
setiap
sistem
dalam
pemikiran manajemen.
b. Memperhatikan kondisi yang merubah lingkungan internal dan
eksternal lebih baik menghasilkan suatu teori dan praktek. Fayol
mengemukakan bahwa aktivitas sebuah perusahaan dapat dibagi
dalam bidang teknis dan dalam bidang manajemen.
c. Menunjukkan cara mengefektifkan pengorganisasian
dengan
mempertahankan fleksibilitas, memperjelas hubungan dan struktur.
2.2 Konsep pengembangan Sumber Daya Manusia
2.2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengertian sumber daya manusia sudah dikenal sejak timbulnya
interaksi antara manusia yang selalu mencari alat untuk mencapai
9
tujuan dan sesuatu diluar diri manusia itu sendiri, yang biasa kita sebut
alam. Semua aspek alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk
memenuhi kebutuhan disebut aumber daya alam. Sedangkan mereka
yang dimanfaatkan adanya kultur tersebut diatas disebut sumber daya
manusia. Sebagai besar dari sumber daya manusia merupakan hasil akal
budaya disertai pengetahuan serta pengalaman yang dikumpulkan
dengan penuh kesadaran melalui jerih payah dan perjuangan berat.
Sumber daya manusia atau biasa disingkat Man Power adalah
kemampuan yang dimiliki setiap manusia. Sumber daya manusia terdiri
atas dua bagian yaitu daya piker dan daya fisik.
Seperti dijelaskan diatas bahwa sumber daya manusia terdiri
dari dua elemen: yaitu daya fisik dan daya fikir yang dimiliki setiap
manusia yang mana perilakunya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan
untuk memenuhi kepuasannya. Seseorang yang mempunyai IQ
(Inteligence Quotent) yang tinggi jika didukung oleh EQ (Emotional
Quality) maka akan berprestasi dengan baik pada lingkungannya. EQ
adalah kemampuan manusia untuk mengendalikan emosi bersosialisasi
(bermasyarakat). Sumber daya manusia oleh Hasibuan (2001:59),
didefinisikan sebagai kemampuan totalitas atau terpadu dari daya piker
dan daya fisik yang dimiliki tiap individu.
2.2.2 Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia
Istilah pengembangan atau Human Resource Developmen
(HDR) mulai diperkenalkan untuk pertama kalinya tahun 1969 oleh
Leonnard Nadler, Walaupun pengembangan sumber daya manusia
sudah berlangsung lama Nadler, L (1990:21) Mendefinisikan Human
10
Resource Developmen (HDR) sebagai pengalaman belajar yang
terorganisir dalam suatu periode waktu tertentu untuk meningkatkan
kemungkinan perbaikan pertumbuhan kinerja tugas. Sementara itu
Hasibuan (2001:72) dalam bukunya mendefinisikan pengembangan
sumber daya manusia sebagai suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, kopseptual,dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan
pelatihan.Sikula, Andrew F. (1988) mendefinisikan pengembangan
sunber daya manusia mengacu pada masalah staf dan personil adalah
suatu proses pendidikan jangka panjang manggunakan suatu prosedur
yang sistematis dan terorganisis dengan manajer belajar pengetahuan
konseptual dan teoritis untuk ujian umum.
Begitu pentingnya sunber daya manusia dalam maju mundurnya
organisasi sehingga muncul ungkapan dari beberapa ahli sebagai
berikut:
Charles M. Schwab dalam bukunya Atmosoeprapto K. (2000:
47) :
“ You can take away my buildings, equerment and mills, but leave me
my men and I’ll build another great steel company”
( Anda boleh mengambil alih seluruh bangunan-bangunan, alat-alat dan
pabrik-pabrik, tetapi tinggalkan orang-orang dan saya akan membangun
perusahaan baja lainnya yang besar).
Johan D. Rocker Feller dalam bukunya Admosoeprapto K.
(2000: 121) dijelaskan:
“I will pay more for the ability to deal with than anyother ability under
the sun”.
(Saya akan membayar lebih untuk kemampuan yang bersangkutan
ketimbang kemampuan lain apapun).
11
2.3 Konsep Implementasi kebijakan
Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar kata kebijakan yang
dihubungkan dengan sistem kepemimpinan. Baik itu kepemimpinan yang
bersifat formal maupun non pormal. Kebijakan biasa diartikan sebagai
langkah dalam pengambilan keputusan, mempergunakan segala aspek
pemecahan dan perumusan permasalahan.
Pada dasarnya kebijakan merupakan ketentuan-ketentuan yang harus
dijadikan pedoman, pengangan atau petunjuk sehingga tercapai kelancaran
dan keterpaduan dalam pencapaian tujuan. Dalam pemahaman ini kebijakan
dapat diartikan sebagai kearifan untuk membuat sesuatu, dalam suatu
organisasi/perusahaan. Kebijakan ini dihubungkan dengan kegiatan yang
ditempuh oleh seorang pemimpin di dalam melakukan pengelolaan
organisasi.
Kebijakan dapat pula diartikan sebagai langkah apa yang diambil atau
dipilih di dalam mencapai suatu tujuan. Pada pemilihan langkah/perbuatan
maka jelas berhadapan dengan berbagai alternative yang ada, maka tentunya
tidak bertentangan dengan aturan-aturan hukum yang berlaku
Untuk memberikan pemahaman yang jelas kebijakan ini, maka
dibawa ini dikutip beberapa pendapat atau defenisi dari para ahli tersebut.
Harol D. Lasswel dan Abraham Kapla dalam Islamy (1991:17) memberikan
arti kebijakan “Suatu pencapaian tujuan, nilai-nilai praktek yang terarah”.
12
Carl J. Fredrik dalam Islamy (1997:14) mendefinisikan kebijakan
sebagai berikut: “Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok
atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentuh dengan menunjukkan
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan
usulan kebijakan tersebut dalam rangka tercapainya tujuan tertentuh “.
Selanjutnya
James
E.
Anderson
dalam
Islamy
(1995:19)
mengemukakan pengertian kebijakan sebagai berikut: “kebijakan adalah
serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentuh yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok masyarakat guna
memecahkan suatu masalah untuk tidak melakukan sesuatu dalam kebijakan
pemerintah setidak-tidaknya dalam artian positif didasarkan atau selalu
dilandaskan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat”.
Dari pengertian dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
suatu pemahaman bahwa :
a. Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan
pejabat yang berwenang.
b. Kebijakan itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan
tindakan yang berorientasi pada tujuan.
c. Kebijakan itu bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk
tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentuh. Atau bersifat
negatif dalam arti merupakan keputusan pemeribntah untuk tidak
melakukan sesuatu.
13
d. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan
atau selalu dilandaskan pada peraturan perundang-undangan dan
bersifat memaksa lebih jauh.
Oleh karena itu di dalam pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas
dari implementasi,”Implementasi dadap dikatakan sebagai proses dari
tindakan lanjut suatu keputusan” (Abdullah, 1988:32).
Maksud dari
pertanyaan ini bahwa implementasi sebagai proses merupakan suatu
rangkaian kegiatan dimana rangkaian dimaksud adalah tindak lanjut dari
suatu kebijakan.
Dalam rangkaiaan kegiatan tindak lanjut tersebut ditemui pula banyak
keterkaitan yang logis antara keputusan yang telah ditetapkan dengan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk merealisasikan tujuan yang
diinginkan. Keputusan yang diambil dapat berupa kebijakan kemudian
menjadi program dan atau sampai dengan proyek.
D.J.A Simarmata (1993:321) mendefenisikan, “program adalah suatu
kombinasi aktivitas sumber-sumber (cara adan alat) dalam urutan tindakan
dengan jangka pelaksanaan tertentu pula”.
Lebih
lanjut
Thoromidjojo
(1986:98)
mengatakan
bahwa:
“Implementasi Sebagai Proses Kegiatan yakni berawal dari kebijakan guna
mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu diturunkan dalam bentuk program
dan proyek”.
14
Dengan demikian makin jelaslah bahwa implementasi sebagai suatu
proses yang memperlihatkan suatu bentuk kegiatan interaksi yang konstruktif
dari instrument atau alat (beberapa kebijakan, program dan proyek) untuk
mencapai tujuan.
Proyek sebagai bahan dari unsure manajemen proyek jelas merupakan
sekelompok aspek administrasi yang mengandung efek pelaksanaan
pekerjaan proyek yang bersangkutan dan dilakukan oleh anggota organisasi
dalam setiap penyelenggaraan administrasi secara langsung ataupun tidak
langsung bersifat mengendalikan manajemen agar semua berjalan dengan
semestinya.
Dari uraian tersebut di atas dan guna mengantarkan kita pada
pemahaman konsep implementasi termasuk teori-teori tentang implementasi,
maka perlu kita pahami bahwa implementasi merupakan suatu bagian disiplin
ilmu administrasi Negara (administrasi pembangunan). Dalam hal ini
tentunya mengarah pada pelaksanaan dengan keterlibatan beberapa aspek dari
faktor yang mempengaruhinya. Hal ini semakin memperjelas bahwa konsep
implementasi merupakan suatu pedoman yang boleh dikatakan mempunyai
peran dalam kelangsungan sistem administrasi pembangunan. Secara lebih
nyata hal ini dapat kita lihat dalam hal yang menyangkut dengan
implementasi kebijakan (Policy Implementation).
Cakrawala pemikiran sebagai mana disebutkan diatas, sebelumnya
telah banyak ditelah oleh para pakar dalam bidang ilmu administrasi maupun
manajemen dengan beberapa teori-teorinya. Hal ini tidak lain ditujukan untuk
15
melihan penyebab ketidak berhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah
ditetapkan secara nasional.
Dalam studi organisasi dan manajemen ditemukan kurang berimbang
perhatian yang diberikan pada segi perencanaan dan implementasi.
Perencanaan sebagai tehnik telah mengalami peralatan analisa dan metode
pengambilan keputusan yang angat maju seperti yang terdapat dalam ilmu
manajemen (Abdullah 1993:396).
Selanjutnya Abdullah 1993:398 menyimpulkan pengertian-pengertian
implementasi beberapa ahli sebagai berikut:
“Pengertian dan unsur-unsur dalam proses implementasi sabagai
berikut”. (1) proses implementasi program kebijaksanaan ialah serangkaian
kegiatan tidak lanjut, guna mengujutkan suatu program atau kebijaksanaan
menjadi kenyataan, (2) proses implementasi terlibat berbagai unsur yang
pengaruhnya dapat bersifat pendukung maupun penghambat pencapaian
sasaran program, (3) dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat
tiga unsur yang penting dan mutlak yaitu (i) adanya program (atau
kebijaksanaan) yang dilaksanakan.” (ii) target groups, yaitu sekelompok yang
menjadi sasaran perubahan dan peningkatan, (iii) unsur pelaksanaan atau
implementasi baik organisasi atau perorangan yang bertanggun jawab dalam
pengelolaan, pelaksanaan dan pemgawasan dari proses implementasi tersebut,
(4) implementasi program paktor lingkungan (Fisik, sosial, budaya dan
politik)
akan
mempengaruhi
pembangunan pada umumnya”.
proses
implementasi
program-program
16
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Abdullah yang
merupakan kesimpulan pendapat para ahli, mengandung beberapa pokok
pikiran sebagai berikut:
Pertama implementasi dapat dikatakan sebagai proses dari tindak
lanjut keputusan. Menurut Salusu (1990:211) mendefinisikan implementasi
sebagain berikut : “implementasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan
menyusul suatu keputusan”. Suatu keputusan selalu dimaksud untuk
mencapai sasaran tertentu. Maksud dari pernyataan ini adalah implementasi
merupakan
rangkaiian
proses
maupun
sebagai
tindak
lanjut
dari
kebijaksanaan atau keputusan. Didalam rangkaiaan kegiatan tindak lanjut
tersebu ditemui pula adanya keterkaitan yang logis antara kegiatan yang telah
di tetapkan dengan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk
merealisasikan kemudian menjadi program yang selanjutnya menjadi proyek.
Maksud dari pernyataan ini yaitu implementasi sebagai proses
merupakan suatu rangkaian kegiatan dimana rangkaian dimaksud adalah
tindak lanjut dari suatu kebijaksanaan.
Kedua, dalam operasionalnya implementasi akan dapat kita rasakan
perlu adanya penerapan manajemen. Dengan dasar pemahaman bahwa
rangkaian kegiatan tindak lanjut merupakan upaya positif (efektif dan efisien)
kearah tujuan akhir. Di samping itu adanya unsur-unsur yang terlibat dalam
pencapaian tujuan menunjukkan adanya penggerakkan kegiatan dalam suatu
tujuan tertentu.
17
Ketiga, implementasi sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan kegiatan
cenderung dipengaruhi oleh faktor yang mendukung dan faktor yang
menghambat. Artinya implementasi sebagai rangkaian interaksi lebih lanjut,
segala substansi yang berhubungan dengan proses tingkat tersebut akan
memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap pencapaian tujuan.
Interaksi yang terjadi yang terjadi dalam implementasi tidak lain sebagai
model dari akibat yang akan timbul segala sesuatu hasil. Apabila dalam suatu
keputusan yang diambil menunjukkan adanya interaksi yang kurang kondusif
terhadap pencapaian tujuan maka sebagai akibat akan memberikan suatu hasil
akhir (output) yang tidak maksimal.
Menurut George C. edwars II dalam Abdullah (1988:400) bahwa ada
empat faktor atau variabel yang merupakan syarat-syarat terpenting guna
berhasilnya proses implementasi. Keempat paktor itu terdiri dari:
a. Komunikasi ini amat penting karena surat program hanya dapat
dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksanaan. Hal ini
menyangkut proses penyampaian informasi atau transminis, kejelasan
informasi tersebut (clarity) dan konsisten informasi yang disampaikan.
b. Resources (sumber daya); hal ini meliputi empat komponen yaitu staf yang
cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna pengambilan
keputusan, authority-kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas
dan tanggun jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Disposisi; yaitu sikap dan komitmen dari pelaksanaan terhadap program
khususnyadari mereka yang menjadi implementer dari mereka yang
18
menjadi implementasi dari program yang dalam hal ini terutama
dimaksudkan adalah apartur birokrasi.
d. Struktur Birokrasi, yaitu terdapatnya suatu SOP (standard Operating
Prosedur) yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan program.
Jika hal ini tidak ada, maka akan sulit sekali mencapai hasil yang
memuaskan, karena penyelesaian masalah-masalah akan bersifat ad-hoc,
memerlukan penanganan dan penyelesaian khususnya tanpa pola yang
baku.
2.4 Konsep strategis
Konsep tentang strategis adalah metodologis analisis kebijakan yang
membantu dalam membuat, menilai secara kritis dan mengkomunikasikan
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan yaitu kenyakinan tentang
kebenaran yang masuk akal plasuble tentang proses, hasil dari kinerja
pembuatan kebijakan publik. Maksud dari metodologi erat hubungannya
dengan aktivitas intelektual dan praktis yang oleh John Dewey dalam buku
Dunn, Willian (2000:31) dikatakan sebagai logic of inquiry yaitu kegiatan
pemahaman manusia mengenai pemecahan masalah.
Menurut Dunn, William N. (2000:18) analisis kebijakan adalah
sebagai proses menghasilkan pengetahuan tentang dan dalam proses
kebijakan. Sedangkan E. S Quade (1994:4) mendekskripsikan analisis
kebijakan sebagai suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyakinkan
informasi sedemikian rupa sehingga dapat member landasan dari para
pembuat kebijakan dan pembuat keputusan.
19
Pentingnya pengambilan keputusan dalam suatu organisasi mengingat
maju mundurnya organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi
ditentukan oleh pengembangan keputusan tersebut.
Mc. Grew dan Wilson (1993:338) melihat pada kaitannya dengan
proses yaitu bahwa keputusan ialah keadaan akhir dari proses dinamis, yang
diberi label pengambilan keputusan. Dikatakan proses karena terdiri atas
suatu seri aktivitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan
bijaksana.
Sehubungan dengan pengambilan keputusan tersebut, hendaknya
dipahami dalam dua pengertian yaitu penetapan tujuan merupakan terjemahan
dari cita-cita dan aspirasi. Yang kedua bahwa pencapaian tujuan melalui
implementasi Inbar, (1994:126). Oleh karena pencapaian hasil merupakan
akhir dari pengambilan keputusan, maka dibutuhkan suatu pemikiran
strategis, dengan harapan bahwa pemikiran strategis akan menghasilkan
penyelesaian yang lebih kreatif dan berbeda bentuknya dari pada hanya
berdasarkan pemikiran mekanik dan institusi. Berpikir kreatif akan
memberikan lebih banyak alternatif pemecahan dan tingkat kesalahan yang
semakin kecil.
Istilah strategis berasal dari bahasa yunani yaitu Strategos atau
strategas yang dalam kata jamak disebut strategi. Strategos berarti jenderal
tetapi dalam bahasa yunani kuno sering berarti perwira Negara (State Officer)
yang mempunyai fungsi yang luas.
Menurut Mc. Donald (1992:78) strategi adalah suatu keterampilan
bagaimana pejabat eksekutif mendesain keputusan yang didasarkan pada
suatu organisasi, nilai-nilai manajerial dan kemungkinan adanya peluang
tetapi juga tantangan dari lingkungan.
20
Stainer dan Miner (1989:28) mendefenisikan strategi bahwa istilah itu
tidak hanya menunjuk misi, tujuan dan sasaran organisasi yang mendasari,
tetapi juga pada strategi itu dilaksanakan guna mencapai tujuan organisasi.
Perlu juga kita ketahui bahwa strategi berbeda dengan taktik.
Perbedaannya adalah jika kita memutuskan apa yang seharusnya kita
kerjakan, maka kita telah memutuskan strategi. Sedangkan jika kita
memutuskan bagaimana untuk mengerjakan sesuatu, itulah yang disebut
taktik. Dengan kata lain menurut Drucker dalam bukunya agustinus (1996:69)
strategi adalah mengerjakan sesuatu dengan benar (doing the thing right).
Sebagai contoh, Christoper Colombus berkeinginan menemukan jalan pintas
(stategi) untuk menuju india dengan memutuskan layar kearah barat dari pada
arah timur (taktik).
Pembuatan strategi merupakan suatu hal yang harus dikerjakan oleh
para manager puncak karena ini menentukan bagaimana organisasi mancapai
tujuan. Inti pokok dari pembuatan strategi adalah hubungan organisasi dengan
lingkungannya dan menciptakan strategi yang cocok untuk mencapai misi
organisasi.
Pada kesimpulannya penulis memberi pendapat bahwa strategi
merupakan program umum dari tindakan komitmen atas penekananpenekanan dan sumber daya kearah pencapaian tujuan menyeluruh,
khususnya bila berbicara mengenai strategi utama dalam organisasi strategi
adalah menyiratkan sasaran-sasaran, pengalokasian sumber daya untuk
mencapai sasaran, dan kebijakan utama yang harus diikuti dalam
menggunakan sumber daya tersebut.
2.5 Konsep dasar Sistem pendidikan
2.5.1 Arti dan pentingnya pendidikan
21
Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan
penting dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas
kemapuan professional individu. Melalui pendidikan, seseorang
dipersiapkan untuk bekal agar siap tahu.mengenal dan mengembangkan
metode berfikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang
akan dihadapi dalam kehidupan kemudian hari. Hal tersebut nantinya
akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian hari. hal tersebut nantinya
akan Nampak pada kinerja, yang pada akhirnya akan menjamin
produktivitas kerja yang semakin meningkat.
Pengertian pendidikan, telah banyak diutarakan, dan menurut
instruksi presiden No. 15 tahun 1974.
“Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan
mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan ohani,
yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar
sekolah, dalam rangkah pembangunan persatuan Indonesia dan
Masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila”
Sedangkan pengertian pendidikan sesuai dengan undang-undang
Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa:
“pendidikan adalah usaha dasar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan / atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang”.
Dengan memperhatikan pengertian pendidikan seperti yang
diutarakan tersebut maka dapat dikatakan bahwa peran pendidikan adalah
sebagai landasan untuk membentuk, mempersiapkan, membina dan
mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang sangat
membentuk dalam keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang.
22
Apabila dilihat dari pendekatan sistem, maka proses pendidikan
terdiri dari masukan (sarana pendidikan) dan keluar (perubahan perilaku),
secara faktor yang mempengaruhi proses pendidikan yang pada dasarnya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perangkat lunak (software), yang mencakup antara lain: kurikulum,
organisasi pendidikan, peraturan, metode belajar dan lainnya.
2. Perangkat keras (hardware), yaitu fasilitas yang mencakup gedung,
perpustakaan, alat bantu peraga dan sebagainya.
(Bank dunia, 1980:32) mengutarakan
bahwa
keluaran
pendidikan adalah pencapaian prestasi belajar murid yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, tingkah laku dan sikap yang dikur dengan
test,hasil ujian dan sebagainya.
(Beeby, 1996:23) mengatakan bahwa pendidikan mempunyai
kualitas tingkat bilamana keluaran pendidikan itu mempunyai nilai bagi
masyarakat yang memerlukan pendidikan itu. Kualitas disini adalah
keluaran pendidikan yang dikaitkan dengan kegunaan bagi masyarakat.
Dengan menggunakan model kajian tersebut maka dapat dilihat
keseluruhan aspek yang terlibat dalam permasalahan kualitas ini.
Kualitas masukan, menyangkut mutu masuknya diukur dari criteria
penerimaan
siswa
(peserta
didik),
seandainya
kriteria
itu
di
kembangkan untuk menyaring masukan yang akan masuk kedalam
sistem.
Masuknya rendah apabila di bawah standar minimal, dan
masukan itu akan berkualitas apabila diatas standar minimal telah
ditetapkan. Standar tersebut sifatnya relatif. Kualitas proses pendidikan,
seperti siswa, pengajar, kurikulum, fasilitas pendidikan, manajemen,
sumber belajar dan terbatasnya biaya untuk proses.
23
Kualitas keluaran, menyangkut hasil proses system. Keluaran tiu
rendah atau tinggi mutunya bilamana di bawah atau di atas standar yang
telah ditetapkan. Bila mana standar itu memang ada, tercapainya
keluaran tidk hanya ditentukan oleh pihak peserta didik sebagai
masukan mentahnya (raw input). Untuk merubah masukan menjadi
keluaran sebagaimana dikehendaki, ditentukan pula oleh proses. Di
dalam proses termasuk mencakup antara lain:
1. Bagaimana program pendidikan tersusun
(kerangka
acuan,
kurikulum, dan silabus, metode pemberian pelajar, sistem
pencatatan, pemantauan, pelaporan dan sebagainya)
2. Bagaimana pendayagunaan sarana dan prasarana, baik fisik maupun
nonfisik, manusia maupun nonmanusia, termasuk biaya, dan
sebagainya.
Bagaimana
sistem
koordinasi
untuk
membina
keterpaduan, intergrasi dan singkronisasi (KIS) serta evaluasinya.
Di dalam masukan maupun keluaran (yaitu peserta didik) di
dalamnya termasuk pada:
a. Masuknya lingkungan atau environmental input. Baik fisik (lokasi
lingkungan alam dan sebagainya). Maupun nonfisik (landasan
falsafa, IPOLEKSOSBUD) dan sebagainya.
b. Masukan wahana atau insrtrumental input, termasuk peraturan
perundang-undangan (dan yang tertinggi sampai yang terendah).
Dengan penjelasan singkat tentang komponen dan sub
komponennya (masukan, proses dan keluaran) serta bagaimana
kaitannya satu sama lain, maka terwujudlah suatu sistem, manajemen
24
terpadu yang perlu diterapkan untuk mengupayakan keberhasilan misi
pendidikan.
Pendidikan
sebagai
totalitas
interaksi
manusia
untuk
pengembangan manusia seutuhnya, dan pendidikan merupakan proses
yang terus menerus yang senangtiasa berkembang, dengan dihadapkan
pada masalah keterbatasan sumber. Oleh sebab itu, perlu diterapkan
suatu sistem manajemen yang memungkinkan keberhasilan misi
pendidikan.
Peserta
pendidikan
yang
merupakan
masukan,
setelah
mengalami proses pendidikan dengan memanfaatkan tujuan pendidikan
yaitu:
”sumber daya dan kurikulum yang ada”, menghasilkan keluaran
berupa kemampuan tertentu, sehingga dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perubahan tingkah laku termasuk didalamnya: “Pengetahuan,
sikap, tindakan, penampilan, dan sebagainya”.
Investasi sumber daya manusia tersebut demikian pentingnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa apabila suatu organisasi ingin tumbuh
dan
berkembang perlu melakukan investasi sumber daya manusia.
Wahana yang diakui paling efektif untuk memenuhi kebutuhan mental
spiritual, sepanjang tinjau dari segi pengembangan sumber daya
manusia adalah melalui kegiatan pendidikan.
25
Pasal 1 undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang system
pendidikan nasional, khususnya yang berkenaan dengan sumber daya
menegaskan bahwa:
Sumber
daya
pendidikan
adalah
pendukung
dan
penunjang
pelaksanaan pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana
dan prasarana yang tersedia atau diadakan dan didayagunakan oleh
keluarga, masyrakat, peserta didik dan pemerintah.
Sumber tersebut tidak dengan sendirinya tersedia, bahkan
keadaanya sangat terbatas. oleh karena itu di perlukan kesepakatan
pendayagunaan sumber yang terbatas dalam rangka keberhasilan misi
pendidikan. selain melalui pendidikan formal, kinerja dan produktifitas
kerja
dapat
pula
diwujudkan
melalui
program
latihan
dan
pengembangan.
Untuk lebih jelas perbedaan pengertian antara latihan dan
pengembangan, maka berikut ini pengertian latihan dan pengembangan.
Menurut instruksi presiden nomor 15 tahun 1974,yang disebut latihan:
Bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperolah dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan
yang berlaku. Dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode
yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori. (BP3K, 1980 : 40).
Dengan
demikian
dapat
diketahui
bahwa
pendidikan
mempunyai arti yang luas dan lebih mendalam, serta lebih bersifat
26
umum. Sedangkan latihan tujuannya lebih mengutamakan hal yang
praktis yang menyangkut keterampilan kerja.
Beda pengertian antara lain dan pengembangan ini, oleh (Keith
Davis dan William B. Werther, Jr, 1982:74) dikemukakan bahwa:
”Trainning prepares people to do present job and development prepares
employees needed knowledge, skill and attitude”
Jadi beda latihan dan pengembangan pegawai terletak pada
jangka waktu pemanfaatan pegawai tersebut. Latihan bertujuan untuk
pegawai yang akan segera diberi tugas mengerjakan pekerjaan yang
telah ada dalam lembaga, sedangkan pengembangan diperlukan untuk
mempersiapkan pegawai mengerjakan pekerjaan di masa yang akan
datang. Tetapi baik latihan maupun pengembangan, keduanya
memberikan pengajaran dlam hal pengembangan sikap, pengetahuan
dan keterampilan.
(Michael J. Jucius, 1988:296) mengemukakan bahwa: “The
term ‘training’ is used here to indicate any process by which the
attitude, skill and abilities of employees to perform specific job are
increased”.
Tujuan latihan tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan, tetapi juga untuk mengembangkan bakat.
2.5.2. Peran Pendidikan
Peran pendidikan adalah memberikan bimbingan, pengajaran
dan latihan. Disatu pihak, organisasi yang mempekerjakan tenaga kerja
27
yang menjalankan roda organsasi mulai dari kelompok manajerial
sampai dengan petugas yang melaksanakan kegiatan yang bersifat
teknis operasional, mengharap dan bahkan menuntut kinerja dan
produktivitas yang tinggi. Sedangkan di lain pihak, pendidikan formal
yang telah ditempuh mertupakan modal yang penting, Karena dapat
menguasai suatu disiplin ilmu.
Pengalaman merupakan modal yang besar artinya dalam
menjalankan roda organisasi agar dapat lebih berhasil guna dan berdaya
guna. Akan tetapi karena salah satu ciri kehidupan modern adalah selalu
terjadinya perubahan secara cepat, maka deperlukan daya dinamika
yang tinggi dalam bentuk kemampuan untuk mengikuti perubahan dari
perkenbangan yang terjadi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
pengalaman yang telah dimiliki belum tentu selalu dapat digunakan
sebagai alat yang ampuh untuk melaksanakan tugas yang selalu
dipengaruhi oleh perubahan dan perkembangan yang mungkin terjadi.
Dengan demikian majunya peradaban dan aspirasi manusia,
maka semakin diperlukan orang yang mempunyai pengetahuan dan
jumlah dan mutu yang semakin tinggi. Pengetahuan diterima dan
dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan produktif sebab
kinerja
kinerga masa kini adalah kinerja yang didasarkan pada
pikiran/akal, bukan lagi pada tenaga. Mutu dan pemanfaatannya
merupakan indikasi yang penting dalam kaitannya dengan potensi suatu
organisasi.
2.6. Pegawai Negeri dan Penempatannya
Pengertian pegawai negeri yang
terdapat dalam undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8
28
sebagai berikut: pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
diserahi tugas Negara lainnya,dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Kalau memperhatikan rumusan diatas maka akan didapatkan 4 unsur
yang harus dipenuhi untuk dapat disebut pegawai negeri. empat unsur
tersebut adalah: (1) memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, (2) diangkat
oleh pejabat yang berwenang, (3) diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri
atas tugas negara lainnya, dan (4) digaji menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Unsur pertama telah diatur dalam pasal 17 ayat (2) Undang-Undang
nomor 43 tahun 1999, peraturan pemerintah nomor 6 tahun 1976 tentang
pengadaan pegawai negeri sipil dan pedoman pelaksanaannya Surat Edaran
Kepala BANK Nomor 12/SE/1976.
Unsur kedua telah diatur dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 43 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1975 tentang
wewenang pengangkatan. pemendahan dan pemberhentian pegawai negeri
sipil dan pedoman pelaksanaannya Surat Edaran Kepala BANK Nomor
12/SW/1975.
Unsur keempat telah diatur dalam undang-undang Nomor 7 Tahun
1977
tentang
peraturan
gaji
pegawai
negeri
sipil
dan
pedoman
pelaksanaannya Surat Edaran Kepala BANK Nomor 12/SE/1977.
Sebenarnya pengertian pegawai negeri masih terdapat juga pada
peraturan perundang-undangan, dimana ruang lingkupnya lebih luas
dibanding dengan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor43 Tahun
1999. namun dengan pengertian pegawai negeri yang lebih luas itu hanya
29
terbatas terhadap hal-hal yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
tersebut, diluar tetap berlaku pengertian pegawai menurut Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999.
Selanjutnya siapa saja yang dapat dimasukkan dalam pengertian
pegawai negeri dapat dilihat pada pasal 2 undang-undang RI Nomor 43 tahun
1999 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok kepegawaian ditegaskan bahwa:
(1) Pegawai Negeri terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia
c. Anggota Kepolosian Negara Republik Indonesia
(2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimna dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri
di atas:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah
Adapun pengertian Pegawai Negeri Sipil Pusat menurut penjelasan
pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 mengungkapkan
bahwa yang dimaksud Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah: Pegawai Negeri
Sipil yang gajinya dibebankan pada APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara) dan bekerja pada Departemen Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND), kesekreteraiatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,
instansi pertikal di daerah Propinsi/Kabupaten/Kota.
2.7. Pentingnya Pengawasan
Pengawasan dalam fungsi manajemen adalah suatu usaha untuk
memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan
tersebut. Apabila terjadi penyimpangan dapat dicari di mana terjadinya
peyimpangan tersebut dan bagaimana tindakan yang diperlukan untuk
30
mengatasi penyimpangan tersebut. Di samping itu pengawasan mempunyai
tujuan seberapa jauh tingkat pencapaian atau tingkat penyelesaian dari
kegiatan sesuai dengan tujuan dan ditetapkan.
Menurut Kootz (196:77) pengwasan adalah pengukuran dan koreksi
terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana
itu cocok dengan rencana. Pengawasan mengukur pelaksanaan kerja atau
prestasi
dengan
membandingkannya
terhadap
tujuan
dan
rencana,
memperlihatkan di mana ada penyimpangan tersebut, dimana menjamin
tercapainya rencana.
Pengawasan tidak dapat dilaksanakan dengan baik apabila tidak ada
penentuan tujuan yang jelas sebelumnya, sedangkan penentuan tujuan
dilaksanakan dalam kegiatan perencanaan, dengan demikian pengawasan
tidak dapat dilakukan dan tidak akan berjalan tanpa adanya perencanaan.
Morcler dan Gitosodarma (1996:154) mengemukakan bahwa
“pengawasan merupakan suatu kegiatan yang menentukan standar kerja
yang ditetapkan pada perencanaan, perencanaan system umpan balik (feed
back)”.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Pikir
Kurikulum yang dimaksud di sini adalah kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) tahun 2004, yaitu dokumen pendidikan yang
31
antara lain memuat: Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Petunjuk
Teknis dan Petunjuk Pelaksana. Kurikulum SMK tahun 2004, sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya mengacu pada Competency Based Training
(CBT) atau yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
untuk Sekolah Menengah Atas (SMA).
Strategis. Dilihat dari rencana strategis (Renstra) Pendidikan
Menengah Kejuruan tahun 2001–2005 di dalamnya mencakup perencanaan,
pelaksanaan serta arah dan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan, sebagai
lembaga pendidikan formal yang bertanggung jawab dalam menghasilkan
sumber daya manusia yang siap kerja dengan penguasaan keterampilan yang
unggul.
Manajeman Sekolah. Manajemen sekolah melibatkan semua unsur
yang terdiri dari manajemen puncak sampai pada level bawah. Sebagaimana
yang diuraikan dalam struktur organisasi.
Guru. Guru adalah seorang yang mempunyai kapasitas dan
kompetensi untuk mengtransfer ilmu pengetahuan tertentu sesuai dengan
bidang keguruan dan keahlian yang dimiliki kepada anak didik mulai dari
tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), jumlah dan mutu
yang semakin tinggi. Pengetahuan diterima dan dihayati sebagai kekayaan
32
yang sangat berharga dan produktif sebab kinerja masa kini adalah kinerja
yang didasarkan pada pikiran/akal, bukan lagi pada tenaga. Karena itu
pembentukan manusia yang terdidik dalam jumlah, mutu dan pemanfaatannya
32
merupakan indikasi yang penting dalam kaitannya dengan potensi suatu
organisasi.
Salah satu upaya untuk mencerdaskan dan meningkatkan keterampilan
termasuk pencapaian adalah melalui pendidikan.
33
Kerangka Pikiran
Manajemen
sekolah
Strategi
Pengembangan
Guru
Pendidikan/Pelatihan
Perencanaan
Pengorganisasian
Penempatan
Pengawasan
Profesionalisme Guru
Guru
Nilai Siswa
Gambar 3.1 Kerangka Pikir
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 2 Polewali, Jalan pameran lingkungan
batu–batu, kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupeten Polewali
Mandar Sulawesi Barat, lokasi ini berada di sebelah utara Ibukota Polewali
kurang lebih 7 Km. lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan umum dan
kendaraan pribadi, karena kondisi jalan beraspal dan sangat dekat jalan poros
Polewali Mamasa.
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan terhitung
sejak penulis terjun ke lapangan.
4.2 Jenis Penelitian
Dalam peneliti ini, digunakan metode survey yaitu penelitian yang
memuat fakta-fakta dari segala yang ada dan mencari keterangan-keterangan
secara faktual di lapangan untuk menjawab permasalahan yang diteliti.
4.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni variabel bebas
(dependent variable), yang meliputi: pendidikan/latihan (X1), perencanaan
(X2), pengorganisasian (X3), dan pengawasan pegawai (X5) serta
profesionalisme guru (X6), sedangkan variabel tidak bebas (independent
variable), yaitu strategi pengembangan guru di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri 2 Polewali di kabupaten Polewali Mandar.
35
35
4.4 Populasi dan Sampel
Arikunto dalam bukunya (1996:115) menyatakan bahwa populasi
adalah keseluruhan onyek penelitian. Berdasarkan pengertian ini, maka
populasi penelitian ini adalah guru pada sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 2 Polewali. Penyebaran populasi dapat dilihat pada table sebagai
berikut:
Tabel 4.1.
Populasi berdasarkan Golongan dan Jenis Kelamin
NO
1
2
3
4
GOLONGAN
PRIA
WANITA
JUMLAH
Golongan IV
2
2
Golongan III
1
1
Golongan II
1
Honorer
5
10
JUMLAH
9
13
Sumber : Kantor SMK Negeri 2 Polewali
4
2
1
15
22
Berdasarkan karakteristik populasi tersebut, maka pengambilan
sample dilakukan dengan teknik purposive samping dengan kriteria:
1. Guru senior dalam kelompok mata diklat Normatif, yaitu guru Agama
Islam, Sejarah, Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan.
2. Guru senior dalam kelompok mata diklat Adaptif, yaitu guru Matematika,
Bahasa Inggris dan Kewirausahaan.
3. Guru senior dalam kelompok mata diklat Produktif, yaitu Guru praktik
dalam program diklat Animasi dan Tata Boga.
Berdasarkan sampel penelitian ini dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel 4.2.
Sampel Penelitian
NO
GOLONGAN
PRIA
WANITA
JUMLAH
1
Golongan IV
2
2
4
36
2
3
4
Golongan III
1
1
Golongan II
1
Honorer
5
10
JUMLAH
9
13
Sumber : Kantor SMK Negeri 2 Polewali
2
1
15
22
Jadi besarnya sampel penelitian ini adalah mewakili populasi pada
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri 2 Polewali Kabupaten Polewali
Mandar.
4.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik angket (questioner) dan wawancara.
Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang variabelvariabel yang akan diukur. Angket ini akan disebar/dibagikan kepada Guru
pada sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Polewali yang terpilih
sebagai sampel. Sedangkan teknik wawancara dilakukan untuk mendukung
data dari hasil angket yang telah dibagikan.
1. Kuesioner (Angket)
Penulis membagikan beberapa daftar pertanyaan secara terstruktur kepada
responden sehingga diperoleh informasi yang lebih akurat. Daftar
pertanyaan ini mengacu pada variabel dan indikator-indikator variabel
dalam penelitian ini.
2. Interview (Wawancara)
Yaitu melakukan Tanya jawab secara mendalam kepada beberapa orang
responden/informasi sehingga diperoleh data yang lebih komprehesif.
4.6 Teknik analisis Data
Analisa data diperoleh dengan menggunakan analisis statistik
deskriptif.
37
Dalam menganalisis data digunakan instrument untuk mengukur
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, dan pengawasan pegawai yang
disusun berdasarkan skala linkert. Instrument tersebut berbentuk pertanyaan
dengan empat alternatif pilihan yang diberikan bobot 4, 3, 2, 1 (dihitung
berdasarkan bobot pilihan yang dipilih).
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan mendeskripsikan semua
data dari semua variabel dalam bentuk distribusi frekuensi yang disajikan
dalam bentuk tabulasi silang.
4.7 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis dan sumber data sebagai berikut:
1. Jenis data
a. Data Primer
Yaitu yang diperoleh secara langsung secara langsung dari responden
melalui kuesioner dan wawancara.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dan diolah dari dokumen atau sumber lain
yang tidak secara langsung namun berkaitan erat datanya dengan materi
pembahasan tulisan.
2. Sumber data
Sumber data dapat diperoleh secara langsung dari objek dan sumber data
melalui wawancara atau menggunakan kuesioner.
Kemudian dapat pula diperoleh melalui instansi terkait pada tingkat
provinsi yang berhubungan dengan penelitian ini dan dianggap perlu,
institusi tersebut antara lain Dinas Pendidikan Nasional TK. 1, Laporan
Bulan, kepustakaan, dan artikel.
38
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah seluruh guru di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri 2 Polewali yang berjumlah 22 orang yang dipilih
berdasarkan fokus penelitian yang kriteria:
1. Bidang studi yang diajarkan
2. Strata pendidikan.