KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA (1)

LAPORAN PENELITIAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PROGRAM PJJ - PGSD PATI

Oleh:

Wahyudi, S.Pd., M.Pd Drs. Nyoto Harjono, M.Pd Dr. Mawardi, M.Pd PROGRAM STUDI PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

ABSTRAK

  Program peningkatan kualifikasi guru SD yang memungkinkan guru melanjutkan perkuliahan tanpa mengganggu tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru adalah program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ bersifat distance learning dan self instruction, oleh karena itu dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi utama guru SD. Konsekuensi sifat program PJJ yang distance learning dan self instruction secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa. Pemantauan kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut menjadi tanggung jawab para pengajar. Berdasarkan tugas dan tanggung jawab itulah, maka selaku pengajar akan melakukan kegiatan memetakan kondisi kemandirian belajar mahasiswa PJJ melalui suatu penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenal faktor-faktor dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa program PJJ PGSD dan untuk mengetahui perbedaan kesuksesan mahasiswa perempuan dan laki-laki.

  Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitian melibatkan para mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Kabupaten Pati yang berstatus sebagai guru SD, yang mengikuti perkuliahan rumpun Bahasa Indonesia, Matematika dan Pendidikan Kewarganegaraan. Data primer penelitian dikumpulkan melalui pengukuran tingkat kemandirian belajar mahasiswa dan kompetensi hasil belajar mahasiswa. Instrument penelitian menggunakan instrument skala kemandirian belajar mahasiswa. Sedangkan data hasil belajar diperoleh melalui studi dokumen daftar nilai mahasiswa. Instrumen skala kemandirian belajar

  mahasiswa terdiri dari 30 item dan telah diuji tingkat reliabilitasnya (α)= 0,831. Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis statistik Chi Square

  Friedman Test untuk melihat mean rank serta uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai variabel moderator pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya.

  Hasil penelitian yang didapatkan 1) ada dua faktor dominan kemandirian belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati yang menentukan kesuksesan belajarnya yaitu faktor berbekal pengetahuan awal (mean rank = 2.5) dan faktor berorientasi pada tujuan (mean rank = 2.28). Faktor-faktor yang lain secara berurutan adalah motivasi diri (mean rank = 2.17), dan belajar aktif (mean rank = 2.12); 2) ada perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya untuk MK Matematika; 3) tidak ada perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD Pati perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya untuk MK PKn dan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kemandirian belajar, hasil belajar, program PJJ

PRAKATA

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan ketekunan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian kependidikan program PJJ-PGSD ini. Penelitian kependidikan pada program PJJ-PGSD merupakan salah satu kegiatan yang strategis. Pada satu sisi, hasil penelitian merupakan bukti kinerja aktivitas dosen dalam melaksanakan salah satu dharma dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pada sisi lain, hasil penelitian dapat memberikan masukan kepada program studi PGSD FKIP UKSW untuk mengimplementasikan temuan-temuan. Lebih lanjut pelibatan mahasiswa dalam penelitian ini dapat menjadi sarana knowledge transfer, mahasiswa dapat memperoleh dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih kaya. Penyelesaian laporan akhir penelitian ini tidak lepas dari bantuan dari bebagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati yang telah mengijinkan kegiatan perkuliahan mahasiswa program PJJ – PGSD FKIP UKSW.

  2. Pembantu Rektor V Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UKSW Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk melakukan penelitian.

  3. Kepala Biro Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah membantu proses administrasi penelitian.

  4. Dekan FKIP - UKSW Salatiga yang telah memberikan persetujuan untuk melaksanakan penelitian.

  5. Ketua Program Studi PGSD FKIP – UKSW Salatiga yang telah memfasilitasi kegiatan penelitian ini.

  6. Para mahasiswa Program PJJ PGSD FKIP UKSW dari Kabupaten Pati

  Salatiga, 5 Desember 2016 Ketua Tim Peneliti

  Wahyudi, S.Pd., M.Pd

DAFTAR TABEL

  16

  Tabel 1

  Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa...................

  20

  Tabel 2

  Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar

  Mahasiswa PJJ Pati.........................................................................

  21

  Tabel 3

  Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa

  PJJ Pati............................................................................................

  23

  Tabel 4

  Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Kemandirian Belajar

  Mean Ranks Faktor kemandirian belajar mahasiswa......................

  25

  Tabel 6

  Ringkasan Uji ANCOVA MK PKn...............................................

  25

  Tabel 7

  Ringkasan Uji ANCOVA MK Bahasa Indonesia..........................

  26

  Tabel 8

  Ringkasan Uji ANCOVA MK Matematika...................................

DAFTAR GAMBAR

  8

  Gambar 1

  Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar........

  22

  Gambar 2

  Grafik Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar

  Mahasiswa PJJ Pati

DAFTAR LAMPIRAN

  36

  Lampiran 1

  Skala Kemandirian belajar mahasiswa..................................................

  40

  Lampiran 2

  Rubrik Skala kemandirian belajar mahasiswa ……………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik S-1D-4. Bagi guru yang belum memiliki kualifikasi tersebut, diberi waktu sampai dengan tahun 2015. Ketentuan ini disatu sisi sebagai starting point peningkatan SDM pendidikan, namun disisi yang lain menimbulkan kegamangan.

  Data dari Direktorat Jendral PMPTK (2010), jumlah guru dari berbagai satuan pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB) yang harus ditingkatkan kualifikasi akademiknya mencapai 1.456.491 orang guru, data ini belum termasuk guru di bawah pengelolaan Departemen Agama (RA, MI, MTs, MA, dan MAK). Sementara itu Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN- RB) mencatat, hingga akhir 2013 jumlah guru yang belum sarjana atau D-IV mencapai 1.034.080 orang. Artinya selama tiga tahun hanya mampu meluluskan 422,411 guru S1. Sampai dengan tahun 2016, setiap tahun pemerintah harus menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan kualifikasi akademik guru sebanyak 227.733 orang. Sebuah pekerjaan yang sangat berat, oleh karenanya dibutuhkan terobosan model percepatan pendidikan yang memadai. Lebih lanjut Dirjen PMPTK menyebutkan bahwa lebih dari 50 guru yang belum berkualifikasi S1 atau D-IV tersebut merupakan guru SD.

  Solusi alternatif yang ditawarkan dalam penyelenggaraan pendidikan sarjana (S-

  1) yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak mengganggu tugas dan tanggung jawabnya adalah penyelenggaraan program Sarjana (S-1) Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ diharapkan dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif, dan akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan kualitas dan mengganggu tugas tugas profesionalnya sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut, dikembangkan rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi perguruan tinggi penyelenggara yang telahmendapat ijin penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Program ini dilaksanakan oleh 1) yang memungkinkan guru memiliki kesempatan lebih luas dengan tidak mengganggu tugas dan tanggung jawabnya adalah penyelenggaraan program Sarjana (S-1) Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Program PJJ diharapkan dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif, dan akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luas tanpa mengabaikan kualitas dan mengganggu tugas tugas profesionalnya sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut, dikembangkan rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi perguruan tinggi penyelenggara yang telahmendapat ijin penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Program ini dilaksanakan oleh

  Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang menjadi acuan kurikulum mengacu pada Permendiknas Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang meliputi empatkompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam implementasinya, kurikulum program PJJ didesain dengan tepatsehingga memungkinkan adanya kelompok mata kuliah yang dilaksanakanmelalui kegiatan pembelajaran tatap muka di kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun tanpa tutorial. Penetapan kelompok mata kuliah tatap muka di kampus didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum atau mata kuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara harus dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.

  Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan tutorial adalah mata kuliah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan untuk pengembangan kompetensi pedagogik dan profesional. Penetapan kelompok matakuliah melalui pembelajaran mandiri tanpa tutorial didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa, baik secara perorangan maupun kelompok.

  Perbedaan esensial antara program PJJ dengan program reguler pada hakikatnya terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap muka di kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri. Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan pembelajaran kelas reguler.

  Berdasarkan uraian tentang rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ PGSD, nampak jelas bahwa penekanan perkuliahan pada program PJJ PGSD adalah pada perkuliahan mandiri dengan menggunakan media pembelajaran jarak jauh. Model perkuliahan menggunakan e-Learning dengan tugas-tugas mandiri merupakan salah satu model teoretis yang dipandang relevan.

  Dabbagh Bannan-Ritland (2005: 165) menyatakan bahwa kesuksesan pembelajaran jarak jauh berbasis e-Laerning tergantung sejauhmana dosen yang bersangkutan mengintegrasikan karakteristik kemandirian belajar mahasiswa dan kemampuan ICT sebagai input proses pembelajaran. Kemandian belajar merupakan kondisi dimana mahasiswa merencanakan, mengelola, mengontrol diri dan merefleksikan proses belajarnya sendiri untuk mencapai kompetensi tertentu. Pembelajar mandiri mampu menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, menentukan tujuan, mengidentifikasi sumber bahan-bahan belajar, aktif memilih dan melaksanakan strategi belajarnya, dan merefleksikan hasilnya (Dabbagh Bannan-Ritland, 2005: 223). Sementara itu, Haris Mudjiman (2011: 9) mendefinisikan kemandirian belajar merupakan kondisi kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.

  Berdasarkan uraian tentang hakikat kemandirian belajar dan rambu-rambu pelaksanaan program PJJ yang lebih bersifat distance learning dan self instruction, nampak bahwa secara teoretik kesuksesan pencapaian kompetensi hasil belajar ditentukan oleh kondisi kemandirian belajar mahasiswa tersebut. Oleh karena itu sangat penting untuk memantau kondisi kemandirian belajar para mahasiswa. Berbagai penelitian tentang kontribusi kemandirian belajar terhadap pencapaian kompetensi hasil belajar mahasiswa. Misalnya penelitian Stewart (2007) yang menemukan bahwa ada korelasi positif linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya.

  Penelitian Maung, Abas Abdullah, (2007) menemukan fenomena bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual dan verbal terhadap proses belajar mandiri dan hasil belajarnya. Analisis lanjutan Penelitian Maung, Abas Abdullah, (2007) menemukan fenomena bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual dan verbal terhadap proses belajar mandiri dan hasil belajarnya. Analisis lanjutan

  Pengalaman peneliti dan studi awal yang dilakukan menemukan fenomena bahwa rata-rata tingkat kemandirin belajar mencapai 51. Angka ini diperoleh dari rata-rata pengiriman tugas tutorial online yang sesuai dengan agihan waktu pengiriman melalui e-mail maupun melalui portal fleksibel learning. Kondisi kemandirian belajar yang masih rendah ini berdampak pada pencapaian kompetensi hasil belajar yang rendah pula. Hasil rekapitulasi kompetensi hasil belajar mahasiswa mendapatkan data bahwa mean skor kompetensi hasil belajar mahasiswa mencapai 58.

  Mencermati berbagai hasil penelitian tentang kondisi kemandirian belajar dan kaitannya dengan pencapaian kompetensi hasil belajar, serta fenomena faktor gender yang terbukti berpengaruh terhadap kondisi kemandirian belajar itu sendiri maupun kontribusinya terhadap pencapaian hasil beljar, maka menjadi kewajiban bagi dosen untuk memantau kondisi mereka. Pemetaan kondisi kemandirian belajar mahasiswa dapat digunakan untuk pembinaan dan pemberian dorongan eksternal agar kondisi kemandirian belajar tersebut dapat ditingkatkan.

B. Tujuan Khusus

  Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui secara empirik dua faktor dominan kemandirian belajar manakah yang berkontribusi terhadap kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD, 2) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesuksesan belajar mahasiswa program PJJ PGSD perempuan dan laki-laki yang dimoderatori oleh kemandirian belajarnya.

C. Urgensi (Keutamaan) Penelitian

  Secara konseptual, urgensi penelitian ini mencari justifikasi teoretik konsep kemandirian belajar yang memiliki potensi mensukseskan belajar mahasiswa melalui bukti- bukti empirik. Konsep kemandirian belajar yang hakikatnya merupakan kondisi psiko-sosial mahasiswa sebagai wujud penerapan model belajar mandiri meliputi komponen kegiatan belajar aktif; adanya motif atau niat belajar, dorongan mencapai kompetensi, dan didasarkan pada paradigma konstruktivisme, yaitu pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh pembelajar dapat digunakan untuk mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan atau keterampilan baru yang dibutuhkan. Analisis koponen- konponen kemandian belajar mahasiswa berdasarkan data empirik akan memberikan gambaran urutan kontribusi setiap komponen kemandirian belajar mahasiswa dalam mencapai kompetensi belajarnya. Identifikasi kontribusi setiap komponen kemandirian belajar mahasiswa iniakan menjadi rujukan pembinaan mahasiswa agar lebih sukses dalam mencapai kompetensi belajarnya.

  Secara praktis, penelitian ini penting karena: a) menginspirasi para dosen pengampu matakuliah dalam program SKGJ maupun PJJ untuk mendesain pembelajaran secara kreatif dan inovatif, b) menyediakan data empirik bagi para pengajar untuk mengembangkan komponen-komponen belajar mandiri yang secara potensial dapat meningkatkan pencapaian kompetensi belajarnya, c) memberikan keleluasaan bagi guru SD sebagai mahasiswa dalam mengembangkan kompetensi melalui perkuliahan berbasis belajar mandiri, dan d) mengatasi ketidak-merataan dan ketidak-terjangkauan perkuliahan yang dapat menghambat guru-guru SD untuk meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogiknya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD

  Program PJJ hakikatnya adalah program penyelenggaraan pendidikan yang secara khusus diperuntukkan bagi guru tetap dalam jabatan. Program ini diharapkan dapat mewujudkan sistem penyelenggaraan pendidikan guru yang efisien, efektif,dan akuntabel serta menawarkan akses layanan pendidikan yang lebih luastanpa mengabaikan kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, dikembangkan rambu-rambu penyelenggaraan program PJJ sebagai acuan bagi perguruan tinggi penyelenggara yang telahmendapat ijin penyelenggaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Program ini dilaksanakan oleh penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang dalam proses perkuliahannya menggunakan pendekatan dual mode, yaitu melalui pengintegrasian sistem pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem pembelajaran mandiri, didukung oleh pemanfaatan multi media secara efektif dan efisien.

  Kurikulum yang digunakan dalam program PJJ adalah kurikulum yang berlaku dimasing-masing peguruan tinggi penyelenggara. Standar KompetensiLulusan (SKL) yang menjadi acuan kurikulum mengacu padaPermendiknas Republik Indonesia Nomor

  16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, yang meliputi empat kompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam implementasinya, kurikulum Program PJJ didesain dengan tepat sehingga memungkinkan adanya kelompok matakuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka di kampus dan kelompok matakuliah yang bisa dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran mandiri (self-instruction), baik dengan tutorial maupun tanpa tutorial. Penetapan kelompok matakuliah tatap muka di kampus didasarkan atas pertimbangan bahwa mata kuliah tersebut mensyaratkan adanya praktik atau praktikum atau matakuliah lain yang menurut pertimbangan perguruan tinggi penyelenggara harus dilaksanakan melalui perkuliahan tatap muka.

  Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan tutorial adalah mata kuliah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan Penetapan kelompok mata kuliah melalui pembelajaran mandiri dengan layanan tutorial adalah mata kuliah yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi dan

  Perbedaan yang esensial antara program PJJ dengan program reguler pada hakikatnya terdapat dalam pelaksanaan atau proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam program PJJ dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan perkuliahan tatap muka di kampus dan atau perkuliahan termediasi dan kegiatan pembelajaran mandiri. Pembelajaran mandiri dilaksanakan dengan tutorial dan atau tanpa tutorial. Kegiatan pembelajaran program PJJ ini dilaksanakan secara tersendiri, dalam arti tidak boleh dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan pembelajaran kelas reguler.

B. Kemandirian Belajar Mahasiswa

  Khusus strategi belajar mandiri, Jarvis (1990) dan O’Shea (2003), Self-directed Learning (belajar mandiri) adalah kemampuan untuk berinisiatif dalam mengelola dan mengontrol proses belajarnya untuk mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan mempergunakan berbagai alternatif atau strategi belajar. Sedangkan Hiemstra (1994) memberikan batasan bahwa Self-Directed Learning adalah perilaku siswa tidak bergantung pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu melakukan belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik dan mampu melakukan aktivitas belajar secara mandiri. Haris Mudjiman (2011: 9), memberikan batasan belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Haris Mudjiman. 2011: 9).

  Dari rumusan konsep belajar mandiri ini, dapat dicermati adanya empat komponen konsep dan juga anatomi dari konsep belajar mandiri. Komponen-komponen konsep belajar mandiri tersebut adalah: a) kegiatan belajar aktif; yaitu merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan; b) motif atau niat, yaitu kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif untuk mencapai kompetensi yang ingin dicapai; c) kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah; d) paradigma Dari rumusan konsep belajar mandiri ini, dapat dicermati adanya empat komponen konsep dan juga anatomi dari konsep belajar mandiri. Komponen-komponen konsep belajar mandiri tersebut adalah: a) kegiatan belajar aktif; yaitu merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan; b) motif atau niat, yaitu kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif untuk mencapai kompetensi yang ingin dicapai; c) kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah; d) paradigma

  Sebagai seorang pengajar, bagaimanakah kita bisa mendeteksi seberapa tinggi tingkat kemandirian belajar mahasiswa kita?. Apakah tingkat kemandirian belajar tersebut dapat digunakan untuk memprediksi hasil belajar para mahasiswa?. Jawabnya adalah dengan mengembangkan instrumen rubrik penilaian kemandirian belajar. Instrumen dikembangkan berdasarkan komponen-komponen definisi operasional (konstruk) belajar mandiri.

  Tujuan Umum

  Multi level

  ri andi

  Berorientasi pd tujuan

  Belajar

  Active ka la

  Behavioral Control

  S ka Learning

  S tor

  Continuing Evaluation

  ka Indi

  Follow-up Clarity

  n pone

  Konstruktivisme

  om

  Berbekal kompetensi

  K

  yang telah dimiliki

  Gambar 1. Skema Komponen dan Indikator Skala Kemandirian Belajar

  Skor yang diperoleh melalui rubrik penilaian tersebut merupakan kadar tinggi rendahnya kemandirian belajar mahasiswa. Berbagai penelitian dalam jurnal ilmiah internasional menemukan bahwa tingkat kemandirian belajar berperan dalam pencapaian kompetensi belajar siswa (Stewart, 2007; Usta, 2011; Hui Umar, 2011; Weny Hulukati, 2011). Secara skematik, alur pengembangan instrumen kemandirian belajar berdasarkan komponen dan indikator belajar mandiri dapat dicermati melalui Skor yang diperoleh melalui rubrik penilaian tersebut merupakan kadar tinggi rendahnya kemandirian belajar mahasiswa. Berbagai penelitian dalam jurnal ilmiah internasional menemukan bahwa tingkat kemandirian belajar berperan dalam pencapaian kompetensi belajar siswa (Stewart, 2007; Usta, 2011; Hui Umar, 2011; Weny Hulukati, 2011). Secara skematik, alur pengembangan instrumen kemandirian belajar berdasarkan komponen dan indikator belajar mandiri dapat dicermati melalui

  Pada bagian awal kegiatan pembelajaran, atau dapat disisipkan dalam proses pembelajaran, mahasiswa diberi pembekalan berkaitan dengan “ruh” belajar mandiri itu sendiri. Ruh tersebut adalah motivasi belajar. Motivasi belajar inilah yang menjadi sumber energi bagi tumbuhnya niat untuk belajar. Kop Fornier (2010) menyatakan bahwa pembekalan motivasi belajar sebagai “ruh” belajar mandiri merupakan upaya penataan dimensi konatif. Pernyataan ini dikuatkan dengan hasil penelitian Brackett (2007) yang menemukan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan motivasi siswa. Oleh karena itulah maka pembekalan untuk menumbuhkan motivasi belajar menjadi sangat penting.

  Ada berbagai model yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi belajar, salah satunya adalah model Pengembangan Motivasi Belajar yang dikemukakan oleh Mudjiman (2011: 47-54). Ide dasar model tersebut berangkat dari gagasan bahwa tindakan belajar merupakan perbuatan sadar yang didahului oleh pembuatan keputusan untuk belajar atau tidak belajar tergantung dari tinggi rendahnya motivasi. Apabila motivasinya kuat, seseorang akan memutuskan untuk melakukan tindakan belajar. Sebaliknya, bila motivasinya lemah, seseorang akan memutuskan untuk tidak melakukan tindakan belajar. Berdasarkan ide dasar seperti di atas, maka perlu upaya guru untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya.

  Menurut model Pengembangan Motivasi Belajar, ada empat materi pembekalan untuk membantu siswa membuat keputusan untuk melakukan tindakan belajar (motivasi belajar) seperti berikut: a) perlunya mengetahui kegunaan belajar jika siswa mempelajari materi tertentu. b) Perlu memantapkan bahwa mempelajari materi tersebut dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. c) Perlu menumbuhkan kepercayaan diri bahwa mereka memiliki kemampuan. d) Perlu meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tertentu dan menguasainya akan menyenangkan. Model pengembangan motivasi belajar ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirkman, Couglin Kromrey (2007) yang menyimpulakan bahwa tingkat kepuasan yang dialami oleh siswa yang sukses dalam pembelajaran berbasis web terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar. Penelitian tersebut sejalan dengan temuan Brackett (2007) dalam sebuah laporan kajian teoretik tentang inspiring student self-motivation menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan motivasi siswa. Penumbuhan motivasi Menurut model Pengembangan Motivasi Belajar, ada empat materi pembekalan untuk membantu siswa membuat keputusan untuk melakukan tindakan belajar (motivasi belajar) seperti berikut: a) perlunya mengetahui kegunaan belajar jika siswa mempelajari materi tertentu. b) Perlu memantapkan bahwa mempelajari materi tersebut dapat memenuhi kebutuhan belajarnya. c) Perlu menumbuhkan kepercayaan diri bahwa mereka memiliki kemampuan. d) Perlu meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tertentu dan menguasainya akan menyenangkan. Model pengembangan motivasi belajar ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirkman, Couglin Kromrey (2007) yang menyimpulakan bahwa tingkat kepuasan yang dialami oleh siswa yang sukses dalam pembelajaran berbasis web terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar. Penelitian tersebut sejalan dengan temuan Brackett (2007) dalam sebuah laporan kajian teoretik tentang inspiring student self-motivation menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan motivasi siswa. Penumbuhan motivasi

C. Hubungan Kemandirian belajar dan Kompetensi Hasil Belajar Mahasiswa

  Kemandian belajar mahasiswa sebagai kondisi diterapkannya strategi belajar mandiri merupakan dampak dari pembekalan mahasiswa untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa, menurut Haris Mudjiman (2011: 198) mencakup langkah- langkah: 1) menetapkan kompetensi utama (KU) yang akan dikuasi, untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kompetensi utama adalah tujuan utama belajar mandiri yang ditetapkan oleh pembelajar; 2) Menetapkan urgensi permasalahan dan kompetensi yang ingin dicapai; 3) Menyusun rencana untuk menguasai kompetensi. Langkah ini meliputi: a) menetapkan kompetensi-kompetensi antara (KA) yang perlu dimiliki. Kompetensi-kompetensi antara ini adalah tujuan-tujuan antara belajar mandiri yang ditetapkan sendiri oleh pembelajar, b) mengidentifikasi tujuan-tujuan antara (KA) yang telah dimiliki dan tujuan-tujuan antara yang perlu ditetapkan untuk dicapai; 4) Melaksanakan rencana belajar mandiri, dengan target mencapai tujuan-tujuan antara melalui beberapa siklususaha; dan 5) Melakukan evaluasi pencapain tujuan antara (KA) dan tujuan utama (KU).

  Implementasi langkah ke-4, yaitu melaksanakan rencana belajar mandiri nampaknya menjadi faktor utama dalam memberikan kontribusi pencapaian kompetensi belajar mahasiswa. Komponen faktor utama implementasi belajar mandiri meliputi: 1) adanya motivasi atau niat belajar. Motivasi belajar yang tinggi mampu mendorong mahasiswa untuk belajar secara konsisten dan persisten (Haris Mudjiman, 2011). Konsisten berarti belajar secara ajeg sesuai dengan jadwal belajar yang telah disusun. Persisten berarti tahan lama dalam belajar, tidak mudah mengalami kejenuhan.

  2) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar. Kompetensi belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Apabila belajar merupakan suatu kebutuhan, maka dorongan belajar akan semakin kuat. 3) Melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi.

  Haris Mudjiman (2011) menyebutkan bahwa keaktifan belajar ditunjukkan oleh berbagai indikator, yaitu belajar secara terencana, berorientasi pada tujuan, kreatif dan Haris Mudjiman (2011) menyebutkan bahwa keaktifan belajar ditunjukkan oleh berbagai indikator, yaitu belajar secara terencana, berorientasi pada tujuan, kreatif dan

  Berdasarkan analisis kontribusi belajar mandiri seperti di atas itulah yang menyebabkan kompetensi hasil belajar mahasiswa meningkat. Analisis kontribusi kemandirian belajar mahasiswa dalam mencapai kompetensi hasil belajar ini sejalan dengan temuan penelitian Stewart (2007) yang menyatakan bahwa ada korelasi positif linier antara Self-directed Learning Readiness (SDLRS) dengan IPK para mahasiswa teknik sipil Griffith University - Gold Coast, Australia ( r = 0,70). Temuan ini berarti bahwa para mahasiswa yang memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri yang tinggi akan mencapai IPK yang tinggi pula, demikian sebaliknya. Temuan penelitian ini senada dengan berbagai temuan penelitian berikut:

  a) Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Hui Umar (2011) menemukan hasil berikut: 1) tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan mengingat mahasiswa yang memiliki tingkat Self-regulated Learning tinggi dalam menerima perlakuan a combination of metaphor and pair programming (MPP) dan mahasiswa yang hanya menerima perlakuan dengan metode pair programming (PP) ( X high MPP = 74.17;

  X highPP = 69.52; Mean diff = 4.65; p = 0.03); 2) Tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan mengingat mahasiswa yang memiliki tingkat Self-regulated Learning rendah dalam menerima perlakuan MPP dan mahasiswa yang hanya menerima perlakuan dengan metode PP (Mean diff = 7.68; p = 0.00), with the MPP group performing significantly better than those of the PP group ( X Low MPP = 62.80; X Low PP = 55.11); 3) Tidak ada pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat Self-regulated Learning.

  b) Wenny Hulukati (2011), melaporkan penelitian tentang pengembangan model belajar mandiri berbasis andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak usia dini. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa model belajar mandiri berbasis andragogi untuk meningkatkan kompetensi pendidik anak usia dini yang dikembangkan terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi pedagogis guru.

  c) Penelitian eksperimen dengan teknik pengujian ANOVA yang dilakukan oleh Mala- Maung, Abas Abdullah, (2007) menemukan fenomena faktor-faktor yang berpengaruh dalam tumbuhnya kemandirian belajar adalah sebagai berikut: 1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual dan verbal terhadap proses belajar mandiri dan hasil belajarnya (F = 6.65, p < .05). 2) Faktor materi dan media pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar dan hasil belajar (F = 2.19, p < .05). 3) Para wanita ternyata memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri lebih tinggi dibandingkan dengan pria (F = .99, p < .05).

  Fenomena menarik berkaitan dengan hubungan antara kemandirian belajar mahasiswa dengan kompetensi hasil belajar adalah faktor gender nampaknya berpengaruh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reio Davis (2005) dilaporkan berikut: 1) mahasiswa dan dosen yang berusia 30 – 50 tahun memiliki tingkat Self- directed Learning Readiness (SDLRS) lebih tinggi dari siswa SMA; 2) Terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita berkaitan dengan tingkat SDLRS dan pencapaian kompetensi belajar. Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang penggunaan internet dan belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta menemukan perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri pada pria dan wanita.

  Disamping berbagai penelitian tersebut di atas, beberapa penelitian berikut dapat menguatkan teori tentang peran kemandirian belajar dalam mencapai kesuksesan belajar para mahasiswa. Diantanya penelitian tentang rancangan strategi pembelajaran mandiri berbasis online berdasarkan pandangan konstruktivis objektif yang dilakukan oleh Chen (2007) berhasil mengembangkan rancangan strategi pembelajaran mandiri secara online. Spesifikasi rancangan strategi pembelajaran mandiri tersebut meliputi tugas belajar (learning task), dukungan teknologi (technology support), dukungan belajar (learning support), dan dukungan sosial (social support).

  Penelitian Karagiorgi Symeou (2005) yang melakukan kajian teoretik tentang potensi dan keterbatasan implementasi teori konstruktivisme sebagai landasan dalam merancang pembelajaran. Simpulan kajian ini adalah bahwa teori konstruktivisme berpotensi untuk diimplementasikan dalam merancang pembelajaran Penelitian Karagiorgi Symeou (2005) yang melakukan kajian teoretik tentang potensi dan keterbatasan implementasi teori konstruktivisme sebagai landasan dalam merancang pembelajaran. Simpulan kajian ini adalah bahwa teori konstruktivisme berpotensi untuk diimplementasikan dalam merancang pembelajaran

  Penelitian Song dan Hill (2007) melaporkan bahwa pengembangan model konseptual tentang belajar mandiri dalam konteks pembelajaran online. Kajian penelitian literatur menunjukkan pola model bahwa pelajar dapat meningkatkan tingkat kemandirian belajarnya dengan mengalami belajar mandiri secara online. Efektivitas dalam belajar mandiri tergantung pada seberapa tingkat pengarahan diri sendiri (atribut pribadi). Tingkat self-direction dapat bervariasi dalam lingkungan belajar yang berbeda.

  Hiemstra (2006) melaporkan hasil penelitian tentang penggunaan internet dan belajar mandiri menemukan bahwa ada hubungan antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri seseorang, serta tidak menemukan perbedaan hubungan antara intensitas penggunaan internet dengan tingkat belajar mandiri pada orang kota dan orang desa.

  Jezegou (2012) dalam penelitian dan pengembangan model konseptual tentang pendidikan jarak jauh yang mendukung belajar mandiri, menemukan bahwa model pembelajaran pendidikan jarak jauh akan efektif jika menawarkan berbagai fitur pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa mengekspresikan kemandirian belajarnya.

  Brackett (2007) dalam sebuah laporan kajian teoretik tentang inspiring student self-motivation menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran berhubungan dengan motivasi siswa. Penumbuhan motivasi belajar ini dilakukan dengan menata sumber- sumber inspirasi. Sebagai panduan, guru dapat merancang konten pembelajaran yang berisi pengalaman gagal maupun sukses dari orang-orang terkenal sebagai sumber inspirasi. Brackett meyakini bahwa cara seperti ini dapat menumbuhkan motivasi dan mendorong para siswa untuk belajar.

  Kohen Kramarski (2012) melakukan penelitian eksperimen tentang Kohen Kramarski (2012) melakukan penelitian eksperimen tentang

  

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

  Penelitian ini dirancang berdasarkan pendekatan kuantitatif. Ditinjau dari jenis metodenya, termasuk jenis penelitian survey. Dilihat dari tingkat eksplanasinya termasuk penelitian deskriptif. Subyek penelitiannya adalah para guru SD yang menjadi mahasiswa program PJJ PGSD UKSW Salatiga.

B. Subyek Penelitian

  Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) PGSD FKIP UKSW Salatiga yang berasal dari Kabupaten Pati. Terdapat beberapa karakteristik mahasiswa program PJJ PGSD sebagai subjek penelitian, yaitu:

  1) para mahasiswa berasal dari daerah-daerah kecamatan yang memiliki karakteristik sosial ekonomi yang relatif sama, 2) para mahasiswa sama-sama guru SD dalam jabatan, 3) memiliki tingkat kemampuan yang heterogen berdasarkan standar pada saat rekrutmen mahasiswa baru, 4) Para mahasiswa perempuan memiliki waktu belajar yang relatif lebih sedikit dibandingkan mahasiswa laki-laki karena harus mengusur kebutuhan rumah tangga. Berdasarkan pertimbangan persamaan karakteristik tersebut, peneliti memandang bahwa hasil penelitian ini dapat digeneralisasi kepada seluruh mahasiswa program PJJ.

  Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposif, dengan pertimbangan: 1) tidak memungkinkan dilakukan teknik random, karena akan mengganggu daftar alir pengambilan matakuliah, 2) teknik random membutuhkan kesukarelaan mahasiswa dan tenaga pengajar khusus, dan hal ini tidak memungkinkan dilakukan oleh peneliti, 3) kemudahan pelaksanaan pembelajaran, karena jarak yang masih relatif dekat dalam rangka koordinasi dan persiapan penelitian.

  Langkah penentuan sampel, mula-mula ditentukan sampel kelas. Secara keseluruhan jumlah kelas mahasiswa program PJJ PGSD ada 4 kelas, terdiri: 1) 1 kelas di Bandar, 2) 1 kelas di Subah, 3) 1 kelas PJJ di Pati, 4) 1 kelas di Limpung. Rata-rata jumlah mahasiswa per kelas adalah 37 mahasiswa. Dari 4 kelas tersebut, kelas yang aktif melaksanakan perkuliahan adalah kelas PJJ di Pati. Berdasarkan pertimbangan seperti tersebut di atas, maka ditetapkan mahasiswa PJJ di Pati dengan jumlah Langkah penentuan sampel, mula-mula ditentukan sampel kelas. Secara keseluruhan jumlah kelas mahasiswa program PJJ PGSD ada 4 kelas, terdiri: 1) 1 kelas di Bandar, 2) 1 kelas di Subah, 3) 1 kelas PJJ di Pati, 4) 1 kelas di Limpung. Rata-rata jumlah mahasiswa per kelas adalah 37 mahasiswa. Dari 4 kelas tersebut, kelas yang aktif melaksanakan perkuliahan adalah kelas PJJ di Pati. Berdasarkan pertimbangan seperti tersebut di atas, maka ditetapkan mahasiswa PJJ di Pati dengan jumlah

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik non tes. Instrument penelitian yang digunakan adalah instrument skala kemandirian belajar mahasiswa. Instrumen untuk mengukur kemandirian belajar berbentuk rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa. Instrumen disusun berdasarkan konstruk belajar mandiri . Komponen-komponen konstruk tersebut meliputi: a) adanya motivasi atau niat belajar, b) niat untuk menguasai atau memiliki kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar, c) melakukan kegiatan belajar aktif untuk mencapai kompetensi, dan d) berbekal kompetensi yang telah dimiliki (konstruktivisme). Berdasarkan komponen- komponen belajar mandiri ini, kemudian disusun kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar. Instrumen terdiri dari 30 item.

  Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan teknik utama skala penilaian diri, dilanjutkan wawancara untuk mengkonfirmasi data serta untuk menjaga objektivitas jawaban mahasiswa. Scoring dilakukan oleh peneliti berdasarkan panduan skor rubrik penilaian untuk masing-masing item. Masing-masing item diberi skor dengan rentang antara 1 sampai 3 sesuai dengan kondisi jawaban mahasiswa. Total skor maksimum adalah 90 (3 X 30) dan skor minimum 30 (1 X 30). Skor hasil pengukuran kemudian dikonversi menjadi skala 1 – 100, agar lebih mudah dalam melakukan analisis.

  Tabel 1. Kisi-kisi rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa

  No Item

  1 Adanya motivasi

  1. Persisten dalam belajar

  atau niat belajar

  1. Memiliki tujuan belajar yang jelas

  sebagai tujuan

  2. Multi level Objectives 3

  belajar

  3. Menetapkan kompetensi Utama (KU) sebagai tujuan utama belajar

  4. Menetapkan kompetensi antara

  (KA)

  3 Kegiatan belajar

  1. Belajar secara sistematis (

  aktif

  terencana) 2. Goal orientedness

  3. Continuing evaluation

  4. Learning for life

  5. Follow-up Clarity

  6. Kreatif dan inovatif dalam belajar

  7. Behavioral control

  1. Mengaitkan kompetensi yang telah

  pengetahuan

  dimiliki dengan pengalaman baru

  yang telah

  2. Memiliki keterampilan untuk

  dimiliki

  memperoleh kompetensi baru

  (Paradigma berdasarkan kompetensi yang telah

  Instrumen skala kemandirian belajar diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan. Komputasi data penelitian untuk menghitung tingkat validitas dan reliabilitas instrumen rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa menggunakan bantuan program SPSS for Windows ver. 17.

  Uji coba dilakukan pada 30 mahasiswa program PJJ Pati (bukan kelas untuk penelitian). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah konstruk rubrik skala kemandirian belajar mahasiswa sahih atau tidak. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur dapat menghasilkan data yang ajeg dan dapat dipercaya. Hasil pengujian terhadap 30 item ditemukan nilai reliabilitas sebesar α 0,831.

  Berdasarkan kriteria umum suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai α uji coba lebih besar dari 0,600, maka instrumen rubrik kemandirian belajar reliabel, karena nilai reliabilitas 0,831 > 0,600. Berdasarkan kriteria uji validitas, sebuah instrumen dinyatakan valid apabila nilai Corrected Item –Total Correlation lebih besar daripada nilai koefisien korelasi product moment minimal sebesar 0,300 pada taraf signifikansi

  5 (Azwar, 2011: 158).

  Berdasarkan kriteria validitas instrumen seperti telah diuraikan di atas, maka 25 item dinyatakan valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation untuk semua item skala kemandirian belajar > 0,300. Lima item, yaitu nomor 1, 3, 14, 15 dan 21 tidak valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation kurang dari 0,300. Setelah dilakukan perbaikan terhadap konstruk item nomor 1, 3, 14, 15 dan 21, kemudian Berdasarkan kriteria validitas instrumen seperti telah diuraikan di atas, maka 25 item dinyatakan valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation untuk semua item skala kemandirian belajar > 0,300. Lima item, yaitu nomor 1, 3, 14, 15 dan 21 tidak valid karena nilai Corrected Item –Total Correlation kurang dari 0,300. Setelah dilakukan perbaikan terhadap konstruk item nomor 1, 3, 14, 15 dan 21, kemudian

  Berkaitan dengan data prestasi belajar mahasiswa, data diperoleh dengan cara studi dokumen daftar nilai mahasiswa PJJ Kabupaten Pati. Oleh karena itu Instrumen untuk mengukur kompetensi hasil belajar mahasiswa tidak diuraikan secara detail dalam laporan ini. Data hasil hasil pengukuran kemandirian balajar mahasiswa dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif persentase dan kategoris untuk menggambarkan tingkat pencapaian kemandirian dan hasil belajarnya. Hasil pengukuruan kemandirian dan hasil belajar mahasiswa dipersentase dengan menggunakan rumus :

  Skor Aktual AP = --------------- X 100 Skor Ideal

  Keterangan:

  AP

  : Angka Persentase

  Skor Aktual

  : Skor yang diberikan oleh validator ahli

  Skor Ideal

  : Skor maksimal hasil kali antara jumlah item dengan

  skor maksimal masing-masing item.

  Angka persentase tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori seperti berikut.

  Sangat tinggi

  Sangat rendah

  Dalam rangka memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan juga pengumpulan data mlalui FGD. FGD dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah data yang telah diperoleh menggunakan instrumen pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dan Dalam rangka memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan juga pengumpulan data mlalui FGD. FGD dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah data yang telah diperoleh menggunakan instrumen pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dan

  

D. Teknik Analisis Data

  Teknik dianalisis data menggunakan teknik analisis Chi-Square (Friedman Test) untuk melihat mean rank faktor-faktor kemandirian belajar mahasiswa. Melalui data mean rank akan diketahui dua faktor dominan manakah yang berdampak pada kesuksesan belajarnya. Selanjutnya dilakukan uji ANCOVA untuk menguji peran kemandirian belajar sebagai variabel moderator pencapaian hasil belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelaminnya. Pengujian dengan teknik ANCOVA ini diawali terlebih dahulu dengan uji prasyarat, yaitu uji normalitas data dan homogenitas data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Tingkat Kemandirin dan Hasil Belajar Mahasiswa

  Seperti telah dibahas di Bab 3, tingkat kemandirian belajar mahasiswa program PJJ PGSD dari Kabupaten Pati diukur menggunakan rubrik skala kemandirian belajar. Data sekunder tingkat hasil belajar mahasiswa diperoleh dari daftar nilai program PJJ Kabupaten Pati. Komputasi data menggunakan program SPSS for Windows ver.17. Deskripsi statistik hasil pengukuran kemandirian belajar mahasiswa dirangkum dalam Tabel 2.

  Tabel 2. Deskripsi Statistik Tingkat Kemandirian dan Hasil Belajar Mahasiswa

  PJJ Pati

  Kemandirian

  PKn

  B. Indonesia Matematika

  Std. Deviation

  Tabel 2 memberikan informasi bahwa data statistik mean, median, mode, skor minimal dan maksimal kemandirian belajar mahasiswa berturut-turut mencapai

  66.41, 67, 71, 57, 74. Dengan std deviation = 4.88 dan variance sebesar 23,89. Skor bergerak antara 57 sampai 74. Angka ukuran tendensi sentral dan variabilitas data menunjukkan bahwa penyebaran tingkat kemandirian belajar mahasiswa relatif homogen. Simpulan ini didasarkan pada data SD (4.88) dan varian data (23.89) lebih kecil dari tendensi sentralnya.

  Pada variabel hasil belajar untuk tiga mata kuliah PKn, Bahasa Indonesia dan Matematika didapat nilai mean berturut-turut 70, 71.89, 80.59. Mediannya berturut- turut 67, 70, 73 dengan std deviasi 4.88, 3.21, dan 4.59. Varian ketiga data 23.89,

  10.27, dan 18.79. Skor hasil belajar PKn berkisar antara 59 sd 76, B. Indonesia dari 10.27, dan 18.79. Skor hasil belajar PKn berkisar antara 59 sd 76, B. Indonesia dari

  3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Belajar Mahasiswa PJJ Pati

  Variabel

  Interval

  No Kategori

  Kemandirian

  PKn

  B. Indo

  Berdasarkan Tabel 3 hasil kemandirian belajar, ditemukan 2 mahasiswa (6,90) memperoleh skor antara 60-69, berada pada kategori cukup. Terdapat 16 mahasiswa (55.17) memperoleh skor antara 70-79 berada pada kategori tinggi. Terdapat 11 orang mahasiswa (37.93) memperoleh skor 80-89 dalam kategori sangat tinggi.

  Pada pengukuran hasil belajar MK PKn terdapat 1 mahasiswa (3.45) memperoleh skor antara 50-59, 10 orang mahasiswa (34.48) memperoleh skor 60-69, dan 18 orang mahasiswa (62.07) memperoleh skor 70-79. Untuk MK Bahasa Indonesia terdapat 13 mahasiswa (44.83) memperoleh skor antara 60-