KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA GURU DAN

KOMUNIKASI INTERPERSONAL
ANTARA GURU DAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS
DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

Studi Deskriptif Kualitatif Pada Guru dan Siswa Kelas II SDLB Manisrejo Madiun
JURNAL SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Kesarjanaan Program Studi
Ilmu Komunikasi
Bidang Minat Komunikasi Massa
Oleh :
Sonya Ayu Pramitha
0710023011

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

ABSTRAK

Pramitha, S.A. 2015. Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Siswa Berkebutuhan
Khusus dalam Kegiatan Belajar Mengajar Di Kelas (Studi Deskriptif Kualitatif pada Kelas
II SDLB Manisrejo Madiun). Skripsi. Peminatan Komunikasi Massa, Program Studi Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Pembimbing :
(1) Suryadi (2) Dewanto Putra Fajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal yang
terjadi antara guru dan siswa berkebutuhan khusus di kelas II SDLB Manisrejo Madiun dalam
kegiatan belajar mengajar. Komunikasi interpersonal dapat menciptakan keakraban dan
kedekatan antara guru dan siswa di kelas, karena dengan hubungan yang akrab, maka proses
belajar mengajar akan berjalan dengan lebih lancar. Pada penelitian ini akan membahas dan
menganalisis komunikasi interpersonal yang terjalin di dalam kelas II SDLB Manisrejo Madiun.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan
teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.
Teknik pemilihan informan menggunakan purposive sampling sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan oleh peneliti. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
data interaktif yang ditempuh dengan tiga cara yaitu mereduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Uji validitas data pada penelitian ini menggunakan perpanjangan waktu
penelitian.
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal

yang terjalin di kelas II SDLB Manisrejo Madiun berjalan dengan baik. Guru dan siswa dapat
mencapai kesepakatan dalam mengkoordinasikan makna dalam kegiatan belajar mengajar.
Hubungan antara guru dan siswa di kelas juga berjalan dengan akrab dan berlangsung dua arah,
sehingga dalam proses belajar mengajar siswa berani untuk menyampaikan kesulitannya. Lima
faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal antara guru dan siswa adalah keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap percaya diri dan kebersamaan. Dalam hasil penelitian juga
ditemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam komunikasi interpersonal di kelas II.
Faktor pendukung adalah guru sebagai komunikator memiliki kredibilats dalam mengelola dan
menyampaikan pesan sehingga siswa dapat memahami pesan yang disampaikan. Sedangkan
faktor penghambat adalah keterbatasan intelegensi yang dimiliki siswa sehingga dalam keadaan
tertentu hal tersebut menghambat komunikasi interpersonal dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas. Tetapi hambatan-hambatan yang terjadi dapat diatasi sehingga proses kegiatan belajar
mengajar berjalan dengan lancar.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Guru dan Siswa Berkebutuhan Khusus

I.

PENDAHULUAN

Setiap anak diciptakan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika dilihat

dari keadaannya, ada dua golongan yaitu anak normal dan anak berkebutuhan khusus. Anak

berkebutuhan khusus meliputi anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
tunaganda, dan autis. Mayoritas dari anak-anak berkebutuhan khusus, mengalami gangguan
berinteraksi dengan lingkungannya. Jika ditinjau dari cara berkomunikasi, anak normal dapat
berinteraksi sesuai dengan tahap perkembangan usianya. Namun pada anak berkebutuhan
khusus, perkembangan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi lebih lambat
dibandingkan dengan anak normal.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa menciptakan interaksi dengan
berkomunikasi. Interaksi yang terbentuk di dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya untuk
menyampaikan materi pelajaran tetapi dapat digunakan pula untuk lebih mendalami pribadi
siswa. Dalam satu kelas di SDLB terdiri dari beberapa macam siswa dengan ketunaan yang
berbeda. Dikarenakan keterbatasan tenaga pengajar di SDLB Manisrejo Madiun, maka dalam
satu kelas hanya terdapat satu guru pengajar yang menangani siswa-siswa dengan ketunaan yang
berbeda-beda. Berdasarkan temuan-temuan pada penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk
meneliti mengenai komunikasi interpersonal yang terjadi di SDLB Manisrejo Madiun. Hal yang
menjadi menarik bagi peneliti, dikarenakan guru di SDLB Negeri Manisrejo Madiun harus dapat
membentuk interaksi dengan siswa berkebutuhan khusus dalam kegiatan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan keadaan tersebut, sehingga menarik perhatian peneliti untuk meneliti tentang
“Komunikasi Interpersonal antara Guru dan Siswa Berkebutuhan Khusus Dalam Kegiatan

Belajar Mengajar di Kelas (Studi Deskriptif Kualitatif pada Guru dan Siswa Kelas II SDLB
Manisrejo Madiun)”.
II.

TINJAUAN PUSTAKA
a. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi (Coordinated Management of Meaning)
Beberapa asumsi dalam CMM menurut West dan Turner (2008, h.115) :
1. Manusia hidup dalam komunikasi
2. Manusia saling menciptakan realitas
3. Transaksi informasi bergantung pada makna pribadi dan interpersonal
Dalam CMM, menurut Miller (2005, h.149) terdapat 3 konsep penting, antara lain
management, meaning (meliputi hierarki isi, tindak tutur, episode, hubungan, naskah kehidupan,
dan pola budaya) dan coordination.
b. Komunikasi Interpersonal didefinisikan bahwa komunikasi interpersonal dilihat sebagai
akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) menjadi
komunikasi pribadi yang lebih intim (DeVito, 2011, h. 252)
c. Lima sikap positif yang mempengaruhi komunikasi interpersonal (DeVito, 2011, 286)
adalah keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan.
d. Tahap-tahap pengembangan hubungan model Relasi Mark Knapp Liliweri, 2007, h. 112 :
Initiation, experimenting, intensifying, integrating, bonding, differentiating, terminating.


III.

METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Peneliti
menentukan lokasi penelitian pada kelas II Sekolah Dasar Luar Biasa Madiun. Kegiatan
penelitian ini dimulai sejak bulan Oktober s.d. Desember 2014. Selanjutnya, fokus penelitian
berdasarkan rumusan masalah dapat dijabarkan lebih rinci yaitu pada analisis deskripsi
komunikasi interpersonal antara guru dan siswa kelas II SDLB Manisrejo Madiun dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan pemilihan infoman menggunakan purposive
sampling. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data interaktif yang meliputi
pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi. Uji validitas data menggunakan
perpanjangan waktu penelitian yang bertujuan untuk mengecek derajat kepercayaan isi penelitian
melalui waktu yang berbeda.
IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Analisis Menggunakan Teori CMM
Hubungan antara guru dan siswa di kelas II SDLB Manisrejo Madiun adalah

hubungan dua arah. Jika ditinjau dari hierarki makna terkoordinasi, hubungan guru dan
siswa-siswa kelas II SDLB Manisrejo Madiun memiliki kerangka sebagai berikut, yaitu
level isi, sebagai contoh, guru mengajar matematika di kelas. Hal ini menyiratkan
informasi bahwa guru memiliki tugas untuk memberikan materi tentang pelajaran
matematika berupa berhitung, melakukan penjumlahan dan pengurangan sederhana.
Level makna yang kedua adalah tindak tutur atau speech act. Tindak tutur yang terlihat
pada hubungan antara guru dan siswa di kelas II meliputi bertanya, memuji, atau meliputi
nada bicara yang digunakan untuk mempertegas isi dari ucapan yang disampaikan. Nada
bicara yang digunakan guru adalah nada bicara yang lemah lembut, ramah dan dengan
nada yang menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih dekat dan merasa disayangi oleh
guru. Level ketiga adalah episode. Episode-episode yang dimiliki dalam hubungan antara
guru dan siswa di kelas II SDLB Manisrejo Madiun ini merupakan rutinitas komunikasi
yang dilakukan setiap harinya. Level makna yang keempat adalah level hubungan. antara
guru dan siswa kelas II SDLB Manisrejo Madiun, terdapat batasan-batasan yang
dipahami mengenai bagaimana seharusnya seorang guru bersikap kepada siswanya.
Sehingga dalam hubungan ini,guru memiliki tuntunan mengenai bagaimana bersikap
kepada siswa, serta topik apa saja yang sesuai dibicarakan dengan siswa kelas II. Guru
tahu bahwa sebagai guru, harus bersikap baik dan menjadi teladan bagi siswa. Siswa juga
belajar untuk memahami bagaimana seharusnya bersikap kepada guru. Sebagai siswa,
mereka harus bersikap sopan dan membedakan sikap ketika berhadapan dengan guru.

Naskah kehidupan merupakan kelompok-kelompok episode di masa lalu (West
dan Turner, 2008, h. 121). Dalam hubungan antara guru dengan siswa di kelas II,
pengalaman-pengalaman dari episode di masa lalu dapat digunakan untuk menentukan
hubungan mereka di masa depan. Misalnya, ketika siswa-siswa di kelas II merasa bosan

mengikuti ekstrakurikuler Hadrah, maka kedepannya guru dapat membuat variasi
kegiatan yang lain agar siswa tidak merasa jenuh. Level terakhir adalah pola budaya.
Guru dan siswa kelas II cenderung berpegang pada budaya Jawa Timur yang menjunjung
tinggi nilai kesopanan dan keramahan. Berdasarkan hasil observasi, guru sering
menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan siswa di kelas II, hal ini
dimaksudkan untuk lebih mendekatkan guru dengan siswa, karena bahasa sehari-hari
yang digunakan siswa-siswa kelas II di lingkungannya adalah bahasa Jawa.
Untuk memahami koordinasi yang terjadi dalam hubungan antara guru dengan siswasiswa di kelas II, peneliti mengamati interaksi yang terjadi sehari-hari di kelas II. Peneliti
mengambil satu contoh percakapan antara guru dengan siswa :
Guru : “Anak-anak, mari kita lanjutkan pelajaran ini dengan mengurutkan
bilangan 1-10.”
Siswa : “Bu, bosan bu capek pelajaran terus. Main game saja bu.”
Guru : “Ayo, siapa yang bisa mengurutkan bilangan 1-10 yang duluan selesai
boleh mainan laptop.”
Siswa : (bersemangat kembali mengerjakan tugas mengurutkan bilangan yang

diberikan oleh guru)
Sebagaimana yang terlihat dari hasil observasi catatan percakapan yang terjadi antara
guru dengan siswa di atas, tampak bahwa guru dan siswa memiliki interpretasi yang berbeda
mengenai apa yang diinginkan satu sama lain dalam kegiatan belajar mengajar. Tetapi keduanya
dapat mengkoordinasikan makna mereka yang berbeda mengenai apa yang akan dilakukan
dalam kegiatan belajar mengajar. Dialog di atas merupakan contoh dari koordinasi yang dicapai
sebagian. Dalam menginterpretasikan makna, baik guru maupun siswa memiliki makna pribadi
masing-masing, dalam hal ini adalah mengenai bagaimana seharusnya yang mereka lakukan
dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memiliki tujuan untuk menyampaikan materi, di samping
itu guru memiliki target untuk membentuk perilaku dan keterampilan siswa. Di sisi lain, siswasiswa kelas II adalah anak-anak yang masih senang bermain dan memiliki keterbatasan dalam
memahami materi pelajaran. Dua persepsi yang berbeda mengenai kegiatan belajar mengajar ini
tidak menghalangi kegiatan belajar mengajar, karena pada realitasnya, kegiatan belajar mengajar
di kelas II tetap berjalan dengan lancar. Hal ini sesuai dengan konsep teori manajemen makna
terkoordinasi yang mengkaji hubungan individu dengan individu lain serta merujuk pada
bagaimana kedua individu tersebut dapat mencapai kesamaan makna. Hal ini menunjukkan juga
bahwa antara guru dan siswa dapat mencapai koordinasi pada tahap tertentu, sehingga guru dan
siswa menciptakan episode pencapaian koordinasi makna sebagian.
b. Analisis Menggunakan Model Relasi Mark Knapp

Jika dianalisis menggunakan model relasi Mark Knapp, hubungan interpersonal antara

guru dan siswa diawali dengan tahap perkenalan (initiation). Kemudian berlanjut tahap kedua
menurut model relasi Mark Knapp adalah experimenting. Tahap ketiga adalah intensifying.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas II, tahap intensifying terjadi karena guru dan siswa
setiap hari bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Tahap keempat dalam model relasi Mark
Knapp adalah integrating. Jika melihat hubungan antara guru dan siswa di kelas II, tahap ini
terjadi ketika antara guru dan siswa membaur untuk membuat kesamaan-kesamaan. Jika
dianalisis menggunakan model relasi Mark Knapp, hubungan antara guru dan siswa di kelas II
hanya sampai pada tahap keempat yaitu integrating. Hubungan antara guru dan siswa di kelas II
belum mencapai tahap bonding. Walaupun tercipta kedekatan antara guru dan siswa di kelas II
namun hubungan ini hanya sebatas pada kedekatan-kedekatan yang terjadi dalam konteks
sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi dalam
hubungan interpersonal antara guru dan siswa di kelas II antara lain:
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Sikap mendukung
d. Kepercayaan diri
e. Kebersamaan
Faktor pendukung dalam komunikasi interpersonal yang terjadi antara guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar adalah kemampuan guru sebagai komunikator untuk

menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, sehingga
materi dapat mudah diserap dan dipahami oleh siswa-siswa berkebutuhan khusus.
Faktor penghambat dalam komunikasi interpersonal yang terjadi antara guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas adalah keterbatasan yang dimiliki siswa-siswa
berkebutuhan khusus, antara lain tidak semua materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh
siswa karena kemampuan intelegensi yang terbatas, serta sifat siswa yang mudah bosan.
V.

KESIMPULAN DAN SARAN
1. Hubungan interpersonal antara guru dan siswa di kelas II SDLB Manisrejo Madiun
merupakan hubungan yang mengalami koordinasi dalam tingkat tertentu (koordinasi
sebagian).
2. Jika dianalisis menggunakan model relasi Mark Knapp, berdasarkan hasil penelitian,
hubungan interpersonal yang terjadi antara guru dan siswa di kelas II melewati tahap
initiation, experimenting, intensification, dan integration.
3. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi dalam
hubungan interpersonal antara guru dan siswa di kelas II antara lain:
f. Keterbukaan
g. Empati
h. Sikap mendukung


i. Kepercayaan diri
j. Kebersamaan
4. Faktor pendukung dalam komunikasi interpersonal yang terjadi antara guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar adalah kemampuan guru sebagai komunikator untuk
menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa,
sehingga materi dapat mudah diserap dan dipahami oleh siswa-siswa berkebutuhan
khusus.
5. Faktor penghambat dalam komunikasi interpersonal yang terjadi antara guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas adalah keterbatasan yang dimiliki siswa-siswa
berkebutuhan khusus, antara lain tidak semua materi pelajaran dapat dipahami dengan
baik oleh siswa karena kemampuan intelegensi yang terbatas, serta sifat siswa yang
mudah bosan.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka dapat
diberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa komunikasi interpersonal antara
guru dan siswa memiliki peran yang penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Oleh karena itu, para guru disarankan untuk lebih meningkatkan kemampuan untuk
menjalin hubungan baik dengan siswa-siswa berkebutuhan khusus, sehingga target
dalam kegiatan pembelajaran dapat terpenuhi.
2. Bagi SDLB Manisrejo Madiun
Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa SDLB
Manisrejo Madiun memiliki keterbatasan tenaga pengajar. Oleh karena itu SDLB
Manisrejo Madiun disarankan untuk terus mengupayakan agar tenaga pengajar di
SDLB Mansirejo Madiun diberikan tambahan. Sehingga dalam satu kelas
memungkinkan untuk memiliki lebih dari satu guru pengajar tetap untuk menangani
siswa-siswa berkebutuhan khusus di kelas.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti dengan menggunakan metode
penelitian etnografi yang dikaitkan dengan komunikasi pendidikan antara guru dan
siswa, sehingga dapat menekankan pada penggalian alamiah fenomena sosial yang
terjadi dalam komunikasi interpersonal dengan siswa berkebutuhan khusus, serta data
yang ditemukan lebih terstruktur.
Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk memperdalam wawancara dengan
siswa, akan lebih baik jika pada penelitian selanjutnya peneliti dapat menggali
informasi yang mendalam tidak hanya dari guru melainkan juga dari siswa-siswa
berkebutuhan khusus.

DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku :
Budyatna, Muhammad dan Leila Mona Ganiem.(2011). Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Bungin, Burhan. (2001). Metodologi Penelitian Sosial.Surabaya :Universitas Airlangga.
DeVito, J,A. (2011). Komunikasi Antarmanusia: Edisi kelima . Jakarta : Kharisma Publishing
Group.
Djamarah, S.B & Zain, Azwar.(2013). Strategi Belajar Mengajar : Cetakan Kelima. Jakarta :
Rineka Cipta
Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara
Effendy, O.U. (2003).Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
Kriyantono, Rachmat. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi.Jakarta : Prenada Media Grup
Liliweri, Alo. (2007). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya . Yogyakarta : LKiS
Littlejohn, S.W & Foss, K.A (2009). Teori Komunikasi (Theories of Human Communication).
Jakarta : Salemba Humanika
Mangunsong, Frieda, dkk. (1998). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa .Depok: LPSP3 UI
Mangunsong, Frieda. (2009). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Jilid
Kesatu.Jakarta: LPSP3 UI
Moleong, J Lexy,(2009), Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakaya
Muhammad, Arni. (2005) Komunikasi Organisasi.Jakarta : PT. BumiAksara,
Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar . Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyono, A. (2006).Pendidikan Bagi Anak Bangsa Berkesulitan Belajar .Jakarta : Rineka Cipta.
Rakhmat, Jalaluddin.(2005). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Somantri, T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa . Bandung: PT Refika Aditama
Suranto, A.W. (2011) Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu

Suwarno, Wiji. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Thompson, Jenny. (2012). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Esensi Erlangga
Group
West, R & Turner.L.H (2008).Pengantar Teori Komunikasi : Analisis Dan Aplikasi. Jakarta :
Salemba Humanika
Wood, Julia T. 2010. Interpersonal Communication Everyday Encounters Sixth Edition. Boston:
Wadsworth

Referensi Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Referensi dari Skripsi yang Terkait :
Pradini, Della N.A, (2012). Memahami Komunikasi Antarpribadi Orang Tua dengan Anak Autis
dalam Memberikan Pendidikan Seksual pada Masa Puber . Skripsi. Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Diponegoro
Nurhidayah, A.M.S (2013). Peran Komunikasi Interpersonal Wali Kelas Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas VI di MI Darul Huda Ngaglik Sleman.Skripsi. UIN Sunan Kalijaga
Nurbillah, Fira. (2014). Komunikasi Interpersonal Sebagai Upaya Peningkatan Peforma
Bermusik.Skripsi.Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya
Anisah, Unsin Khoirul (2011), Analisis Deskriptif Komunikasi Interpersonal Guru dan Murid
PAUD Anak Prima dalam Pembentukan Karakter Anak. UPN Veteran Yogyakarta.