ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PADA MALL JATINANGOR TOWN SQUARE

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
PADA MALL JATINANGOR TOWN SQUARE
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Pengetahuan
Lingkungan yang di ampu oleh :
Ir.Gede H. Cahyana,MT ./Tri M,.ST.

Disusun Oleh :








Syarif Hidayat
Habbi Permana
M.Adip Setiawan
Nunu Aminudin
Madya Dwi A.
Dewi Sulastri

Sarah Syafira

(20141210001)
(20141210004)
(20141210013)
(20141210009)
(20141210000)
(20141210011)
(20141210010)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR/TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS KEBANGSAAN
BANDUNG
2015
BAB I

PENDAHULUAN
1.1


Latar Belakang
Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk lain, yaitu

tumbuhan, hewan dan jasad renik. Manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad
renik menempati suatu ruang tertentu. Dalam ruang tersebut terdapat juga benda tak
hidup, seperti misalnya udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap,
cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama
dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya disebut lingkungan hidup.
Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Hal itu dikarenakan dimana seseorang hidup maka akan tercipta suatu
lingkungan yang berbeda dan sebaliknya. Zaman sekarang ini sering kali
ditemukannya suatu pengrusakan lingkungan oleh manusia dengan alasan
pemanfaatan untuk menghasilkan materi yang lebih, secara tidak langsung tindakan
ini akan mengakibatkan rusaknya lingkungan dan mengancam pada kelangsungan
hidup manusia.
Keteledoran

manusia

dalam


mendirikan

bangunan

dengan

tanpa

memperhatikan dampak dari usaha atau industri yang akan berlangsung pada
bangunan tersebut juga akan merusak lingkungan baik fisik maupun biologis secara
perlahan dan tidak langsung, sehingga menghasilkan pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan merupakan suatu proses masuknya bahan atau energi ke
dalam lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak
dikehendaki baik dari segi fisik, kimiawi maupun biologis sehingga berdampak
negatif bagi kesehatan, keberadaan makhluk hidup khususnya manusia dan
organisme lainnya. Bahan yang mencemari lingkungan disebut polutan. Polutan
dapat berupa materi/partikel dan atau energi. Polutan ini masuk ke dalam lingkungan
alam sekitar dapat terjadi dari berbagai sebab, misalnya perilaku tidak sehat pada
sekelompok manusia, pertambahan penduduk yang tak diimbangi dengan fasilitas

dan sarana lingkungan yang memadai, penggunaan sumber daya alam yang tidak
memperhatikan kelestariannya, jumlah polutan yang tak seimbang dengan daya
dukung lingkungan dan penerapan teknologi yang tak diimbangi dengan penerapan
ilmu pengetahuan tentang ekologi.

Dalam melestarikan kualitas lingkungan, berbagai upaya pengendalian
pencemaran lingkungan hidup dapat dilakukan seperti, memulai penyusunan
rencana pembangunan daerah sampai setelah proyek-proyek pembangunan
dijalankan, misalnya penyusunan rencana penggunaan tata ruang, rencana
pembangunan ekonomi suatu daerah, penetapan proyek-proyek yang akan
dibangun, sampai pada waktu proyek-proyek telah berjalan. Dengan adanya
perencanaan hal-hal yang mungkin bisa mengantisipasi timbulnya dampak buruk
pada lingkungan sekitar maka kerusakan lingkungan akan dapat dikurangi atau
bahkan dicegah sama sekali. Berdasarkan alasan inilah maka perlu dibuat sebuah
rencana

pengelolaan

lingkungan


demi

terciptanya

keseimbangan

antara

kepentingan manusia dan kelestarian lingkungan di sekitarnya.

Analisis mengenai dampak lingkungan berkaitan erat dengan pemahaman
manusia terhadap perubahan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Dalam hal
kegiatan ini tentu melibatkan aspek aktivitas, baik berkaitan dengan ekonomi, politik,
sosial dan budaya. Setiap aktivitas seharusnya didasarkan pada perencanaan yang
benar, dan diteruskan dengan implementasi sesuai peraturan yang berlaku dan
diikuti dengan monitoring dan evaluasi. Aspek perencanaan terkait dengan
pemikiran manusia dalam membuat kerangka berpikir, cetak biru tentang apa yang
layak dan apa yang tidak layak untuk dikembangkan. Dalam hal ini manusia dapat
merancang kegiatan yang akan dilakukan dan pengaruhnya terhadap lingkungan
hidup. Kegiatan analisis mengenai dampak lingkungan dilakukan sebelum

pelaksanaan proyek pembangunan atau kegiatan usaha dilakukan, dalam hal ini
yaitu pada lingkungan sekitar mall.

1.1

Rumusan Masalah

Terdapat beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam analisis mengenai
dampak lingkungan. Rumusan masalah yang didapat antara lain berapa lama
lingkungan tersebut terkena dampak pencemaran dari adanya mall tersebut, faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi pencemaran lingkungan tersebut, serta
bagaimanakah sistem pengelolaan lingkungan berdasarkan faktor-faktor yang saling
berkaitan dalam proses pengelolaan lingkungan.

1.2

Tujuan Penulisan
Tujuan dari analisis mengenai dampak lingkungan ini yaitu untuk mengetahui

seberapa besar dampak pencemaran lingkungan yang diberikan setelah adanya
mall tersebut. Kemudian mengetahui sepeti apa sistem pengelolaan lingkungannya,

dan mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena
dampak tersebut. Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan terutama yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan
atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan hidup.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Lingkungan Hidup
Menurut Pasal 1 butir (1) Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan
hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat
atau ruang tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi

hidupnya (Siahaan, 2004).

2.2

Unsur-Unsur Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup disebut juga dengan lingkungan hidup manusia (human
environment). Istilah ini biasa dipakai dengan lingkungan hidup. Bahkan sering kali
dalam bahas sehari-hari disebut sebagai lingkungan. Berdasarkan definisi-definisi di
atas, maka pengertian lingkungan hidup itu dapat dirangkum dalam suatu rangkain
unsur-unsur sebagai berikut (Siahaan, 2004):
1. Semua benda, berupa manusia, hewan, tumbuhan, organisme, tanah, air, udara,
rumah, sampah, mobil, angin, dan lain-lain. Keseluruhan yang disebutkan ini
digolongkan sebagai materi, sedangkan satuan-satuannya sebagai komponen.
Materi menurut ilmu lingkungan hidup ialah segala sesuatu yang berada pada suatu
tempat serta pada suatu waktu.
2. Daya, disebut juga dengan energi. Daya atau energi ialah sesuatu yang memberi
kemampuan untuk menjalankan kerja. Energi dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu
energi yang berasal dari matahari, energi dari panas bumi, dan energi yang berasal
dari reaksi nuklir.
3. Keadaan, disebut juga kondisi atau situasi. Keadaan memiliki ragam-ragam yang

satu sama lainnya ada yang membantu kelancaran berlangsungnya proses
kehidupan lingkungan.
4. Perilaku atau tabiat.
5. Ruang, yaitu wadah berbagai komponen berada. Ruang adalah suatu bagian
dimana berbagi komponen-komponen lingkungan hidup bisa menempati dan

melakukan proses lingkungan hidupnya. Dengan demikian, ruang terdiri dari unsurunsur berbagai ekosistem seperti ekosistem hutan, ekosistem pantai, ekosistem
kota, ekosistem permukiman, ekosistem daerah aliran sungai (DAS) dan seterusnya.
6. Proses interaksi disebut juga saling mempengaruhi, atau biasa pula disebut dengan
jaringan kehidupan.
2.3

Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
Mengenai Dampak Lingkunga Hidup, Pasal 1 butir (1) menyatakan: “Analisis
Mengenai Dampak Lingkunga Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup

yang


diperlukan

bagi

proses

pengambilan

keputusan

tentang

penyelenggaraan usaha atau kegiatan”. Dalam AMDAL terdapat dua jenis batasan
tentang dampak, yaitu:
1.

Dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi
lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diprakirakan akan ada setelah ada

pembangunan.

2. Dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi
lingkungan yang diprakirakan akan ada tanpa adanya pembangunan dan yang
diprakirakan akan ada dengan adanya pembangunan tersebut.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan. Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah hasil studi mengenai dampak suatu
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau AMDAL
dirumuskan sebagai suatu analisis mengenai dampak lingkungan hidup dari suatu
proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek dari
pembangunannya (Suratmo, 2002).

2.4

Landasan Hukum Pelaksanaan AMDAL
Hampir semua bidang lingkungan hidup pada saat ini telah diatur dengan
berbagai Undang-Undang (UU). Undang-Undang (UU) ini sekaligus menjadi

landasan bukan saja untuk peraturan-peraturan perundangan yang akan dibuat,
tetapi juga untuk perundangan yang lahir sebelumnya. Pembangunan berkelanjutan
dan keberlanjutan ekologi dapat dicapai memerlukan adanya norma hukum
(perundang-undangan), yaitu UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup. Landasan hukum pelaksanaan AMDAL di Indonesia, antara lain
(Suratmo, 2002):
1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.
2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang jenis
rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang pedoman
penyusunan AMDAL.
5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 299 Tahun 1996
tentang pedoman teknis kajian aspek sosial dalam penyusunan AMDAL.
2.5

Tujuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) bertujuan untuk
menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan pencemaran
sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Tujuan studi AMDAL
adalah mengidentifikasi rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak
penting, mengidentifikasi komponen atau parameter lingkungan yang akan terkena
dampak penting, melakukan prakiraan dan evaluasi dampak penting sebagai dasar
untuk menilai kelayakan lingkungan. Studi AMDAL diharapkan usaha dan/atau
kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam
secara efisien, meminimumkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif
terhadap lingkungan hidup. Proses AMDAL kemudian menjadi wajib dilakukan bagi
setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan
dampak penting (Mukono, 2005).

BAB III
ASAS, TUJUAN, DAN SASARAN
Pasal 3 Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas
tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk

mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Pasal 4 Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah:
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup.
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki
sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup.
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha
dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.

BAB IV
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 5

1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat.
2. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan
dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.
3. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 6
1. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
2. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan
hidup.
Pasal 7
1. Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2. Pelaksanaan ketentuan pada ayat (1) di atas, dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
b. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
c. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial;
d. Memberikan saran pendapat;
e. Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.

BAB V
WEWENANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 8

1. Sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh
Pemerintah.
2. Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah:
a. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup;
b. Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup,
dan pemanfaatan kembali sumber daya alam, termasuk sumber daya genetika;
c. Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau subyek
hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber
daya buatan, termasuk sumber daya genetika;
d. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;
e. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
1. Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan
hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat
istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
2. Pengelolaan lingkungan hidup, dilaksanakan secara terpadu oleh instansi
pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing,
masyarakat, serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan
perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan
hidup.
3. Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan
ruang, perlindungan sumber daya alam nonhayati, perlindungan sumber daya
buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya,
keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
4. Keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan
lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikoordinasi oleh Menteri.
Pasal 10

Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah berkewajiban:
a. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;
b. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan kesadaran
akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
c. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan
antara masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam upaya pelestarian daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
d. Mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan
lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup;
e. Mengembangkan dan mengembangkan perangkat yang bersifat preemtif,
preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup;
f. Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi yang akrab lingkungan hidup;
g. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup;
h. Menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada
masyarakat;
i. Memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang
lingkungan hidup.

Pasal 11
1. Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dilaksanakan secara terpadu
oleh perangkat kelembagaan yang dikoordinasi oleh Menteri.
2. Ketentuan mengenai tugas, fungsi, wewenang dan susunan organisasi serta tata
kerja kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Presiden.

Pasal 12
1. Untuk mewujudkan keterpaduan dan keserasian pelaksanaan kebijaksanaan
nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah berdasarkan peraturan
perundangundangan dapat:

a. melimpahkan wewenang tertentu pengelolaan lingkungan hidup kepada
perangkat di wilayah;
b. mengikutsertakan peran Pemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah Pusat
dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah.
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 13
1. Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah dapat
menyerahkan sebagian urusan kepada Pemerintah Daerah menjadi urusan rumah
tangganya.
2. Penyerahan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintahan.

BAB VI
PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 14

1. Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau
kegiatan dilarang melanggar mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
2. Ketentuan mengenai baku mutu lingkungan hidup, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan
Peraturan Pemerintah
3. Ketentuan mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, pencegahan dan
penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 15
1. Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis
mengenai dampak lingkungan hidup.
2. Ketentuan tentang rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup, sebagaimana dimaksudkan pada ayat
(1), serta tata cara penyusunan dan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
hidup ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 16
1. Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan
limbah hasil usaha dan/atau kegiatan.
2. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut kepada pihak lain.
3. Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 17
1. Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan
bahan berbahaya dan beracun.
2. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun meliputi: menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan/atau membuang.
3. Ketentuan mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VII
METODOLOGI PENULISAN

Langkah pertama pada penelitian tentang analisis dampak lingkungan dari
adalah inisialisasi. Inisialisasi merupakan langkah awal dari penelitian yang dimulai
dengan pemilihan tempat yang akan diteliti yang sesuai dengan kriteria yaitu sebuah
bangunan yang akan membawa dampak lingkungan bagi masyarakat yang tinggal
disekitar bangunan tersebut. Tempat yang terpilih adalah bangunan baru di sekitar
Jatinangor yaitu Mall Jatinangor town square. Langkah kedua adalah mencari
materi-materi tentang lingkungan hidup seperti aturan hukum mengenai lingkungan
hidup, Undang-undang lingkungan hidup, peraturan menteri tentang lingkungan
hidup, peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup, teori dari buku atau sumber
lain tentang lingkungan hidup, peraturan gubernur tentang lingkungan hidup dan
peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup. Teori tersebut merupakan landasan
dari penelitian pendirian bangunan Mall Jatinangor town square. Selain itu materi
yang dicari adalah tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Setelah melakukan itu semua langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan
untuk mewawancarai responden sekitar Mall Jatinangor town square. Langkah
selanjutnya setelah membuat pertanyaan yaitu melakukan survey lapangan ke Mall
Jatinangor town square dengan mencari 3 responden masyarakat sekitar dan
mewawancari ketiga

responden tersebut apabila belum sampai tiga responden

maka harus mencari responden lagi sampai mendapatkan tiga responden. Bila
sudah mendapatkan 3 responden langkah selanjutnya adalah membahas hasil
wawancara tersebut dan menganalisa hasil dari teori aturan hukum menenai
lingkungan hidup, Undang-undang lingkungan hidup, peraturan menteri tentang
lingkungan hidup, peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup, teori dari buku
atau sumber lain tentang lingkungan hidup, peraturan gubernur tentang lingkungan
hidup, peraturan pemerintah tentang lingkungan hidup dan hasil wawancara dari
keenam responden. Langkah selanjutnya adalah memberikan pendapat dan solusi
terbaik atau solusi pencegahan dari dampak lingkungan yang ditimbulkan dari
pembangunan Mall Jatinangor town square. Terakhir adalah membuat kesimpulan
dari penelitian tentang analisis dampak lingkungan dari pembangunan Mall
Jatinangor town square tersebut.

BAB VIII
PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1

4.1

Survey Lapangan Mall Jatinangor town square
Pembangunan mall akhir – akhir ini semakin meningkat, seiring dengan

pertumbuhan pembangunan di kota – kota besar. Salah satunya adalah bangunan
mall Jatinangor town square yang terletak di Jatinangor, Sumedang. Beberapa
dampak ditimbulkan dari pembangunan mall ini, baik dampak negatif maupun
dampak positif. Untuk mengetahui dampak negatif dan dampak positif yang
diperoleh dari mall ini, maka dilakukan wawancara kepada masyarakat yang tinggal
di sekitar mall tersebut. Wawancara dilakukan kepada tiga narasumber dan berikut
merupakan pertanyaan beserta jawaban yang diperoleh dari masing – masing
narasumber.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Siapa nama anda?
Umur anda berapa?
Anda warga Jatinangor asli atau pindahan?
Pekerjaan anda sehari-hari apa?
Berapa lama anda tinggal di daerah sekitar mall Jatinangor town square?
Sudah berapa lama mall Jatinangor town square ini dibangun?
Bagaimana perbedaan sebelum mall dibangun dan sesudah mall dibangun?
Apa yang anda harapkan dari pembangunan mall Jatinangor town square ini?

Narasumber pertama
Maman.
48 tahun.
Warga Jatinangor asli.
Tukang parkir.
Saya dari lahir udah disini a, dari jaman daerah sini masih sawah-sawah semuanya
Ini bangunan baru a, ya kira-kira baru 4 thn kurang lah.
Perbedaannya banyak a, ada positif sama negatifnya. Kalo dampak positifnya
pertama saya dapet pekerjaan baru walaupun jadi tukang parkir, tapi kan lumayan
buat tambah-tambah uang jajan anak, selain itu ya buat tempat hiburan aja sih. Kalo
dampak negatifnya banyak banget mbak, yaitu macet, polusi udara, kalau dirumah
saya jadi susah air, karena udah kesedot sama mall nya mungkin ya, sampah
berserakan dimana-mana. Waktu hujan deras kemarin, rumah saya kena banjir
mbak, padahal sebelum ada pembangunan mall ini rumah saya jarang banget banjir,
tapi sekarang hujan sedikit saja sudah banjir.
8. Ya saya sih berharap seharusnya dari dampak negatif yang masyarakat sini alami ya
pihak perusahaan kasih kompensasilah ke masyarakat, terus kasih sosialisasi
jangan main bangun-bangun aja, terus gak mikirin masyarakat kecil kaya kita.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Narasumber 2
1. Nining.
2. 52 tahun.
3. Warga Jatinangor asli.

4.
5.
6.
7.

Ibu rumah tangga.
Saya dari lahir udah disini a.
Ini bangunan baru a ya kira-kira baru 4 tahun kuranglah.
Setelah mall ini dibangun, lapangan kerja jadi bertambah a, jadi ngurangin
pengangguran deh a. Tapi setelah ada mall ini air tanah jadi sedikit keluarnya a.
Banjir juga menjadi dampak negatif dari pembangunan mall ini. Udah gitu macet a,
banyak polusi lagi, soalnya siang-siang semakin banyak kendaraan bermotor yang
lewat sini. Padahal waktu mall ini belum dibangun, air disini banyak a, kita hampir
tidak pernah kekurangan air.
8. Ya kalo saya sih maunya peninggian jalan di perumahan sekitar sini aja biar gak
banjir a. itu aja sih yang saya harapkan.
Narasumber 3
Arif Romansyah
27thn
Warga Jatinangor asli.
Pegawai Swasta
Warga Jatinangor asli, saya dari lahir juga sudah disini.
Ini bangunan baru, ya kira-kira baru 4 thn kurang lah.
Ya setelah ada Mall Jatinangor ini, daerah ini semakin lebih maju. semakin
banyaknya pembangunan, selain itu mempercantik kota Jatinangor terutama di
lingkungan sini. Selain itu juga menambah lapangan kerja bagi warga Jatinangor
khususnya dan sekitarnya. Tapi setelah ada mall, disini jadi sering banjir juga
kekurangan air. Soalnya kemungkinan sampah yang dihasilkan dari pengunjung
mall yang dibuang sembarangan membuat kali semakin menumpuk sampah dan
resapan air semakin kurang semenjak adanya pembangunan mall ini. Apabila banjir
terjadi aktivitas warga sini menjadi terhambat, aktivitas saya juga menjadi terhambat.
Padahal sebelum adanya mall ini, tidak seperti itu.
8. Saya sih gak berharap banyak, ya paling tidak, banjir disini bisa dikurangilah
intensitasnya supaya aktivitas warga daerah sini tidak terganggu.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, dilihat dari segi Arsitek juga
Teknik Mesin, maka dapat disimpulkan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan
mall tersebut, baik dampak negatif maupun dampak positif. Dampak negatif yang
ditimbulkan dari bangunan mall Jatinangor town square adalah meningkatnya tingkat
kemacetan di lingkungan sekitar wilayah Jatinangor. Berdasarkan letaknya, mall
Jatinangor Town Square berada di kawasan yang padat dan macet. Hal tersebut
disebabkan karena mall tersebut berdekatan dengan Universitas, dan pasar
tradisional. Selain itu, dampak negatif lain yang ditimbulkan adalah menghambat
gerakan angin, sehingga sirkulasi angin tidak stabil dan selalu bergerak ke atas
membawa partikel – partikel polutan ke udara. Hal tersebut wajar saja terjadi karena
setelah adanya pembangunan mall, otomatis wilayah tersebut akan lebih ramai
karena masyarakat akan berbondong-bondong datang ke tempat tersebut sehingga
jika hal itu terjadi pasti banyak kendaraan yang berlalu-lalang didaerah tersebut,

Akibatnya banyak asap yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, karena hal itulah
maka menyebabkan terjadinya polusi udara. Berkurangnya drainase resapan air
disekitar lingkungan

mall. Maka untuk menghindari banjir, harus dilakukan

pembangunan yang berwawasan lungkungan dan kapasitas selokan dengan
lintasan air harus seimbang. Selain itu, perlu diadakan perencaan yang terkonsep
agar

selokan

yang

dibuat

dapat

berfungsi

sebagaimana

mestinya.

Jika

selokan beralih fungsi menjadi pembuangan sampah, maka akibatnya akan terjadi
penyumbatan sehingga saluran air tidak lancar. Selokan juga perlu diadakan
tinjauan, karena dalam waktu yang cukup lama akan terjadi sedimentasi dalam
selokan tersebut sehingga untuk menyelesaikan masalah ini perlu diadakan
pengerukan agar saluran air lancar. Timbulnya efek rumah kaca, yang dapat terjadi
apabila polusi udara yang terjadi berlebihan yang ditimbulkan oleh asap
kendaraan bermotor sehingga menyebabkan udara panas. Selain itu, sinar matahari
tidak bisa diserap secara langsung oleh tanah karena adanya paving di mall
tersebut. Terjadinya perubahan karakteristik tanah di sekitar lingkungan mall
Jatinangor town square dan dampak negatif lainnya.
Selain dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan mall Jatinangor
town square, mall tersebut juga memberikan dampak yang positif bagi lingkungan
sekitar dan juga masyarakat. Dampak positif yang diperoleh dari pembangunan mall
Jatinangor town square tersebut adalah menambah lapangan pekerjaan sehingga
dapat mengurangi angka pengangguran, menambah pendapatan keuangan daerah,
menjadikan kota Jatinangor lebih maju dan modern, mempercantik tata letak kota
Jatinangor dan dampak positif lainnya.

4.2

Peranan AMDAL Terhadap Pembangunan Mall
Suatu mall tidak akan berjalan apabila tidak ada mempunyai ijin AMDAL

mendirikan bangunan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengkaji mengenai dampak

besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup. Dan diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan

tentang

penyelenggaraan

usaha

atau

kegiatan

tersebut.

Untu

mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dalam pembangunan sebuah mall,
maka harus diperhatikan syarat – syarat dalam mendirikan sebuah bangunan.
Menurut Penataan Pasar Modern Pasal 12 Bagian Kedua Nomor 20 Tahun 2009,
syarat – syarat dalam mendirikan bangunan adalah:
1. Lokasi pendirian pasar modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten, termasuk pengaturan
zonasinya.
2. Penyelengaraan dan pendirian pasar modern wajib memenuhi ketentuan,sebagai
berikut:
a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar
tradisional, usaha kecil, dan usaha menengah yang ada di wilayah yang
bersangkutan.
b. Memperhatikan jarak dengan pasar tradisional maupun pasar modern lainnya.
c. Pasar modern dapat dibangun dengan jarak radius terdekat dari pasar tradisional
minimal 1000 meter.
d. Menyediakan fasilitas yang menjamin pasar modern yang bersih sehat, hygienis,
aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.
e. Menyediakan fasilitas tempat usaha bagi usaha kecil dan menengah,pada posisi
yang sama-sama menguntungkan.
f. Menyediakan fasilitas parkir kendaraan bermotor dan tidak bermotor yang memadai
di dalam area bangunan.
g. Menyediakan sarana pemadam kebakaran dan jalur keselamatan bagi petugas
maupun pengguna pasar modern dan toko modern.
h. Pemberian ijin usaha pasar modern wajib memperhatikan pertimbangan Kepala
Desa/Lurah dan BPD/LPM.
i. Pendirian Pasar Modern khususnya Minimarket diutamakan untuk diberikan kepada
pelaku usaha yang domisilinya sesuai dengan lokasi Minimarket tersebut.
3. Perkulakan hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau
kolektor primer atau arteri sekunder.
4. Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan:
a. Hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor.
b. Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam
kota/perkotaan.
5. Supermarket dan Departemen Store:

a. Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan.
b. Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam kota/perkotaan.
6. Minimarket
a. Dapat berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk pada sistem jaringan
lingkungan

pada

kawasan

pelayanan

lingkungan

(perumahan)

di

dalam

kota/perkotaan.
b. Jumlah minimarket untuk setiap kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di
dalam kota/perkotaan maksimal hanya ada 2 (dua) minimarket dalam jarak 2 km.

4.3

Analisis dan Solusi
Berdasarkan hasil survey lapangan yang telah dilakukan, serta berdasarkan

teori yang diperoleh mengenai peranan AMDAL dalam pembangunan mall, maka
diperoleh analisis dan solusi. Dari berbagai dampak yang dapat diketahui diatas,
dapat diperoleh analisa dari segi kesehatan, lingkungan dan sosial, bahwa
pembangunan mall Jatinangor Town Square yang terletak di Jatinangor, Sumedang
banyak mengakibatkan gangguan dan resiko. Mall Jatinangor Town Square terletak

di daerah yang padat kendaraan, ditambah lagi lokasi mall tersebut berdekatan
dengan Pabrik, Universitas dan pasar tradisional.

Solusi yang dapat diberikan adalah pemerintah harus lebih tegas lagi dalam
menyikapi pembangunan mall dan berpotensi memacetkan lalu lintas. Apalagi,
banyak sekali keberadaan mall yang memberikan peluang bagi pedagang kaki lima
untuk membuka lapaknya di trotoar di depan mall. Untuk pembangunan mall
selanjutnya, lebih baik lebih memperhatikan AMDAL dan syarat – syarat dalam
mendirikan sebuah bangunan, guna mengurangi dampak negatif yang dapat
ditimbulkan dari pembangunan tersebut. Selain itu, dari pihak mall (Jatinangor Town
Square) juga harus mengambil tindakan guna mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan dari pembangunan mall tersebut. Tindakan yang harus dilakukan
misalnya adalah membenahi jalur pintu masuk atau keluar kendaraan, begitu juga
dengan pengelolaan parker dan sistem penyeberangan yang tidak mengganggu
arus lalu lintas di tempat tersebut.

BAB IX
KESIMPULAN

5.1

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan, maka
didapatkan kesimpulan bahwa pembangunan mall Jatinangor Town Square masih
belum memperhatikan AMDAL dan aturan hukum mengenai lingkungan hidup
sepenuhnya. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya dampak negatif yang
ditimbulkan dari pembangunan mall Jatinangor Town Square tersebut.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25