Proposal Skripsi Strategi Kepala Sekolah

1

A.

Judul
Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs

Negeri Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2014/2015

B. Latar belakang
Dalam negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, mengalami
perubahan drastis di segala bidang kehidupan, baik langsung maupun tidak
langsung, perubahan tersebut banyak disebabkan oleh teknologi yang
berkembang cepat, sehingga realitas semacam ini ikut pula mewarnai
kehidupan.
Proses perubahan yang bersifat kompleks, Universal dan kait mengkait itu
akan membawa dampak yang positif dan negatif bagi kehidupan bangsa
Indonesia. Dampak positif yang ditumbuhkan antara lain adanya perubahan
dalam

kehidupan


masyarakat

yang

memang

merupakan

dambaan

pembangunan, sedang akibat negatif yang dirasakan berkait erat dengan
kondisi bangsa Indonesia yang belum siap sepenuhnya beradaptasi dengan
modernisasi, sehingga muncullah berbagai problem kehidupan yang menuntut
pemecahan yang serius.
Salah satu problem yang pemecahannya diharapkan mampu menjawab
dampak negatif modernisasi adalah dunia pendidikan, terutama kurang
relevansinya pendidikan dengan tuntutan (kebutuhan) pembangunan. Hal ini
menunjukkan bahwa mutu pendidikan harus senantiasa ditingkatkan agar
dapat mengikuti sekaligus melopori dinamika. Kehidupan masyarakat adalah

pusat segala tumpuhan untu mencetak kader-kader pembangunan yang

2

terampil, cakap dan kreatif. Bahkan pendidikan aktifitas fundamental dalam
kehidupan manusia yang memiliki keleluasan dan orentasi menyeluruh.
Guru adalah satu komponen manusia dalam proses mengajar yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang potensial
dibidang pembangunan oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur di
bidang

pendidikan

harus

berperan

secara

aktif


dan

menempatkan

kedudukannya sebagai tenaga potensial, sesuai dengan tuntutan masyarakat
yang semakin berkembang. Dalam arti kusus dapat diartikan bahwa disetiap
guru terletak tanggung jawab untuk para siswa pada suatu kedewasaan atau
taraf kematangan tertentu dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai
pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik dan
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntut siswa dalam
mengajar.1
Peranan guru dalam proses belajar mengajar dirasakan sangatlah besar
pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku anak didik. Untuk dapat
mengubah tingkah laku anak didik sesuai dengan yang diharapkan maka
diperlukan seorang guru yang profesional. Yaitu guru yang mampu
menggunakan seluruh kemampuan pendidikan sehingga proses belajar
mengajar tersebut berjalan dengan baik.
Dalam al-quran surat Al-An’am ayat 135 disebutkan pentingnya
profesionalisme guru yang berbunyi:


1

Hadari Nawawi, Administrasi Sekolah. Jakarta, Ghalia Indonesia, 1990, Hal. 210

3

       
         
  
Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah
(di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini.
Ayat ini menjelaskan bahwa profesionalisme guru sangatlah penting dalam
proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pendidikan. Dalam
profesionalisme ini sangatlah penting dalam melaksanakan proses belajar
mengajar seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perlu disadari bahwa tidak semua guru mampu melaksanakan tugas buat
yang diembannya, dan tidak selamanya dapat memenuhi tuntutan kebutuhan
masyarakat yang sedang berkembang. Bekal kemampuan profesional tidak

lagi relevan dengan berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
tenaga guru harus berusaha secara kontinu untuk meningkatkan kemampuan
dan pemahamannya sesuai dengan tugas yang diembannya.
Maka dengan adanya hal tersebut setiap tenaga guru harus peka
terhadap ,kondisi sosial yang dinamis dengan motivasi internal yang tinggi
untuk mendeteksi kelemahan ataupun kekurangan sekaligus meningkatkannya.
Disamping itu mereka juga memerlukan bantuan atau dukungan dari kepala
sekolah untuk menciptakan situasi dan kondisi yang baik sehingga guru dapat
membawa siswa dalam mencapai prestasi yang lebih tinggi.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, memiliki peran yang sangat
berpengaruh dilingkungan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas
kepala sekolah selaku pemimpin ialah membantu para guru mengembangkan

4

kesanggupan mereka secara maksimal dan menciptakan suasana hidup yang
sehat, yang mendorong guru-guru, pegawai-pegawai, tata usaha, murid-murid
dan orang tua murid untuk menyatukan kehendak, pikiran dan tindakan dalam
kegiatan-kegiatan kerja sama yang efektif bagi tercapainya tujuan – tujuan
sekolah.2

Berkaitan dengan kepala sekolah mempunyai peranan penting dalam
memncetak seorang guru yang profesional. Guru juga sangat menentukan
kemana arah dan sekaligus tujuan peserta didik. Adapun tugas kepala sekolah
sebagai pemimpin dan sekaligus sebagai supervisor adalah berkewajiban
membantu para guru di sekolah untuk mengembangkan profesinya dan
sekaligus menolong guru agar mampu melihat persoalan yang dihadapinya
baik dalam kelas maupun luar kelas. Dalam meningkatkan profesionalisme
guru Kepala Sekolah harus memiliki berbagai macam bentuk strategi sehingga
dapat tercapai arah dan tujuan sekolah sekaligus untuk meningkatkan mutu
sekolah.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengangkat sebuah
skripsi yang berjudul : “Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru di MTs Negeri Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten
Blitar Tahun Ajaran 2014/2015 “. Dengan harapan penulis dapat mengetahui
strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru dan
sekaligus kendala-kendala yang dihadapi Kepala Sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru di MTs Negeri Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten
Blitar Tahun Ajaran 2014/2015.

C. Fokus Penelitian

2

Ngalim Purwanto. Administrasi pendidikan. Jakarta, PT. Mutiara.1984, hal. 50

5

Yang menjadi pokok permasalahan dalam perumusan ini adalah:
1.

Bagaimana konsep Kepala Sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru dalam bidang akademik di MTs Negeri Kunir Kecamatan Wonodadi
Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2014/2015?

2.

Bagaimana implementasi Kepala Sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru dalam bidang akademik di MTs Negeri Kunir
Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2014/2015?

3.


Bagaimana evaluasi Kepala Sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru dalam bidang akademik di MTs Negeri Kunir
Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian di atas adalah:

1.

Untuk mengetahui konsep Kepala Sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme guru dalam bidang akademik di MTs Negeri Kunir
Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2014/2015

2.

untuk mengtahui implementasi Kepala Sekolah dalam

meningkatkan profesionalisme guru dalam bidang akademik di MTs

Negeri Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar Tahun Ajaran
2014/2015.

3.

Untuk mengetahui evaluasi Kepala Sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme guru dalam bidang akademik di MTs Negeri Kunir
Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 2014/2015.

E. Batasan masalah.

6

Dalam melakukan penelitian kualitatif ini peneliti hanya akan membahas
tentang Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di
MTs Negeri Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar Tahun Ajaran
2014/2015.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1.

Penulis untuk menambah pengalaman dan wawasan baru sebagai
wadah dan wahana untuk mengembangkan dan cakrawala berpikir
kususnya dalam bidang pendidikan, sehingga dapat diharapkan apabila
sudah terjun dilapangan.

2.

Bagi Kepala Sekolah penelitian itu dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk menetapkan suatu kebajikan dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru yang sekaligus untuk mencapai hasilhasil yang optimal dalam pelaksanaan program pendidikan dan
pengajaran.

3.

Bagi guru dan sekolah yang bersangkutan dapat dijadikan umpan
balik untuk menilai profesional yang di miliki guru dalam kegiatan belajar
mengajar dan melaksanakan tugas penelitian. Di samping itu dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan profesional
yang telah dimiliki guru-guru.

4.

Bagi peneliti yang akan dating hasil penelitian ini dapat digunakan
oleh peneliti yang akan datang sebagai bahan kajian penunjang dan bahan
pengembang perancangan penelitian dalam meneliti hal-hal yang berkaitan
dengan topik diatas.

7

G. Penegasan istilah
Serangkaian kata-kata yang terdapat dalam judul skripsi ini secara umum
sudah jelas, namun untuk menghindari dari kesalah fahaman dan penafsiran
penulis menguraikan secara terperinci dari kata yang terdapat dalam judul
yakni “Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di
MTs Negeri Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar Tahun Ajaran
2014/2015”. Maka diperlukan definisi operasional dalam judul, sehingga
mudah difahami dan dimengerti serta dapat diketahui maksud sebenarnya.
1. Penegasan konseptual
a. Setrategi Kepala Sekolah adalah siasat atau cara kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalime guru sehingga dengan meningkatkan
profesi guru maka tujuan pendidikan akan tercapai.3
b. Profesional adalah kemampuan guru dalam melaksanakan fungsi dan
tugasnya dalam lapangan pendidikan yang diperoleh melalui
oendidikan dan pelatihan lembaga.
2. Penegasan operasional
Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru.
suatu usaha (untuk mencapai tujuan) yang dilakukan oleh seorang kepala
sekolah dalam meningkatkan potensi setiap guru untuk dapat melakukan
suatu pekerjaan yang dilakukan secara efisien dan efektif dengan tingkat
keahlian yang tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan

H.

Kajian pustaka
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi ,tujuan dan sasaran sekolahnya

3

Pius A. pantato. Dkk.Kamus Ilmiah populer. Penerbit Arkola, Surabaya, tt, hal 727

8

melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan
bertahap. Oleh karena itu kepala Sekolah dituntut mempunyai kemampuan
manejemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil
inisiatif dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.4
2. Profesionalisme guru
Kata “Profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian
dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian,
seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dalam pengertian lain
Profesional adalah Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.5 Pekerjaan yang bersifat
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka
yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan
oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.6

3. guru
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai
keahlian khusus. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar,
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih bearti, mengembangkan

4

Dr.E.Mulyasa, M.Pd. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. 2005 hal. 32
Undang –undang Guru dan Dosen, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hal. 03
6
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hal.45
5

9

keterampilan-keterampilan pada siswa. Frofesionalisme guru terdapat dua
istilah yang masing-masing mempunyai pengertian “ frofesional “ dan
istilah Guru.7 Dengan demikian guru profesional adalah seseorang yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap profesinal, yang mampu
dan setia mengembangkan profesionalnya.8 menjadi guru profesional
memegang teguh kode etik profesinya, ikut serta didalam
mengkomonikasikan usaha pengembangan profesi dan bekerja sama
dengan profesi yang lain.
Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal atau dengan kata
lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik,
serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.9
4. strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru.
Sesuai dengan ciri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat
kompleks dan unik, maka peran kepala sekolah harus dilihat dari berbagai
sudut pandang. Dari sisi tertentu, kepala sekolah dapat dipandang sebagai
manajer, sebagai pemimpin dan juga sebagai pendidik. Tetapi sebelum
masing-masing peran tersebut diuraikan, ada 2 (dua) kata kunci yang dapat
dipakai sebagai landasan untuk memahami lebih jauh peran kepala
sekolah. Kedua kata tersebut adalah “Kepala” dan “sekolah”. Kata
“Kepala” dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu
7

Ibid. hal. 32
Dra.Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan. PT Bina Aksara 1989, hal. 175
9
Ibid, hal.46
8

10

organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan “sekolah” adalah sebuah
lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.10
Dengan demikian secara sederhana, kepala madrasah dapat
didefinisikan sebagai “ seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar”. Kata “memimpin” dari rumusan tersebut mengandung makna
luas, yaitu : “ kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada
pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan “. Dalam praktek organisasi, kata
pemimpin mengandung konotasi: menggerakkan, mengarahkan,
membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan
dorongan, memberikan bantuan dan sebagainya.11
Sebagai pemimpin dalam menjalankan tugasnya perlu mengingat
dan berpedoman kepada strategi-strategi pemimpin. Karena dengan
memperhatikan strategi-strategi tersebut pemimpin dapat melakukan
langkah yang tepat dalam rangka mengarahkan anak didiknya.
Bagaimanapun pendekatan yang tepat sangat diperlukan oleh seorang
pemimpin agar apa yang disampaikan kepada anak didik dapat
tersosialisasi kedalam setiap pribadi anak didik tersebut. Dengan
tersosialisasikannya perintah, teguran, nasihat dan lain-lain, maka anak
didik mempunyai keyakinan yang lebih baik. Adapun beberapa strategi
pemimpin adalah meliputi :
a. Strategi memberi perintah
10

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauaan Teoritis dan Permasalahannya,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal.42-47
11
Ibid, hal. 49

11

b. Strategi menegur
c. Strategi menghargai
d. Strategi menerima saran
e. Stratgi memelihara identitas
f. Strategi mengenalkan anggota baru dan
g. Strategi menciptakan disiplin kelompok12
Semua strategi pemimpin diatas perlu memiliki sebagai sebuah
skill pemimpin, agar seorang pemimpin mampu melakukan fungsi- fungsi
kepemimpinan dengan baik. Pencapaian suatu kepemimpinan sangat
tergantung penguasaan seorang pemimpin terhadap strategi ini. Untuk
memperjelas tentang strategi-strategi kepemimpinan maka dapat dijelaskan
sebagai berikut :13
1.

Strategi memberi perintah
Fungsi pemimpin adalah memberikan

pengarahan dan

memberikan motivasi. Untuk memberikan pengarahan kepada
pegawai, seorang pemimpin harus menguasai strategi-strategi
memberikan perintah yang tepat. Dengan strategi memberi perintah
tersebut, seorang pemimpin diharapkan dapat lebih efektif di dalam
mempengaruhi dan mengarahkan pegawainya. Memberikan perintah
merupakan salah satu fungsi seorang pemimpin yang harus dijalankan
dalam mengendalikan perilaku bawahan terkait dengan tugastugasnya.

12

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2178436-strategi-kepemimpinan-kepalasekolah/
13

ibid

12

Memberikan perintah harus menggunakan strategi-strategi
yang baik, agar perintah yang disampaikan dapat mencapai sasaran
secara efektif. Strategi memberi perintah memberikan beberapa
persyaratan antara lain, perintah tersebut harus: 1) reasonable, 2) clear,
dan 3) complete. Artinya perintah-perintah yang disampaikan kepada
bawahan haruslah sebuah perintah yang mempunyai alasan yang kuat,
latar belakang yang kuat. Perintah yang disampaikan mempunyai
argumentasi yang kuat, dan memiliki dasar logika yang baik, sehingga
dengan demikian dapat mempengaruhi keyakinan pegawai atas arti
pentingnya suatu perintah.14
Cara penyampaian perintah juga harus mempergunakan bahasa
yang jelas, yang mudah dimengerti oleh bawahan dan tidak
menimbulkan
interpretasi ganda. Bahasa yang jelas yang dimaksudkan di sini adalah
bahasa yang dapat dipahami oleh bawahan, sehingga bawahan dapat
menginterpretasikan perintah secara tepat seperti yang diinginkan
pemimpin. Harapan pemimpin dalam menyampaikan perintah adalah
agar bawahan bertindak sesuai denga apa yang diinginkan pemimpin
secara efektif. Jika perintah tersebut memenuhi persyaratan maka akan
dapat efektif juga respon yang diberikan oleh bawahan atas perintah
2.

tersebut.
Strategi menegur
Strategi memberikan teguran kepada pegawai juga harus
memperhatikan pada beberapa prinsip menegur. Adapun prinsipprinsip tersebut adalah bahwa sebaiknya teguran bersifat langsung,

14

Ibid

13

dilakukan secara tertutup dan teguran yang diberikan tersebut harus
bersifat proporsional.
Teguran yang bersifat langsung maksudnya adalah teguran
tersebut langsung pada orangnya, tidak melalui orang lain. Jika
teguran tersebut disampaikan secara langsung, hal ini akan lebih
mengenai

sasaran dan lebih efektif,

di samping

itu tidak

mengembangkan berita yang kurang baik kepada orang lain
disekitarnya, sehingga orang lain menjadi tahu bahwa ada pegawai
3.

yang mendapat teguran pemimpin.15
Strategi menghargai
Strategi menghargai pegawai juga harus diperhatikan seorang
pemimpin, mengingat bahwa dalam rangka memotivasi pegawai
kadangkala seorang pemimpin harus memberikan penghargaan kepada
pegawai tersebut. Orang akan senang jika dihargai, oleh karena itu
untuk menumbuhkan semangat kerja pegawai pemimpin perlu
memberikan penghargaan kepada pegawai. Penghargaan tersebut
dapat bersifat materi dan non materi. Pemberian penghargaan berbeda
strateginya dengan penyampaian teguran. Jika penyampaian teguran
dilakukan secara tretutup, maka sebaliknya pemberian penghargaan
dilakukan secara terbuka, di depan umum.16
Hal ini akan menimbulkan dua dampak positif, pertama adalah
penerima penghargaan sendiri akan menimbulkan rasa bangga
sehinnga dengan menerima penghargaan akan lebih termotivasi lagi
meningkatkan prestasinya. Sedangkan bagi teman-teman dalam
organisasi tersebut dengan melihat bahwa prestasi seseorang itu cukup

15
16

Ibid
Ibid

14

dihargai oleh pemimpin, maka juga ikut termotivasi untuk melakukan
4.

tugas sebaikbaiknya.
Strategi menerima saran
Strategi menerima saran juga harus diperhatikan. Adapun
dalam menerima saran ini seorang pemimpin dapat melakukan secara
langsung atau tidak langsung, seperti melalui kotak saran. Namun
sebaiknya
memberikan

seorang

pemimpin

reaksi

spontan.

dalam
Saran

menerima
biasanya

saran,

bersifat

tidak
sangat

beragam,dan masing-masing dilatarbelakangi oleh maksud-maksud
yang belum tentu dipahami seluruhnya oleh pemimpin tersebut. Saran
yang bersifat sangat beragam tersebut sebaiknya diidentifikasikan
terlebih dahulu, kemudian baru diolah dan disimpulkan. Pemimpin
sendiri harus dapat memilah mana saran yang membengun
lembaganya supaya saran-saran itu dapat bermanfaat untuk pemimpin
5.

dan lembaganya. 17
Strategi memelihara identitas
Strategi memelihara identitas merupakan sarana yang penting
guna

tetap

menjaga

solidaritas

anggota

kelompok.

Sebelum

memelihara identitas, seorang pemimpin perlu menciptakan identitas.
Identitas yang dibuat sebaiknya merupakan identitas yang menjadikan
kebanggaan bagi anggota. Dengan demikian komitmen anggota
terhadap lembaga menjadi kuat. Identitas yang dimaksudkan adalah
hal yang mencirikan suatu kelompok dan membedakan dengan
kelompok lain, seperti atribut, nama, lambang, kostim, bendera, logo
serta semboyan. Identitas ini fungsinya sebagai pemersatu kelompok.
Orang yang berada di bawah naungan lembaga tertentu merasa punya
17

Ibid

15

kebanggan
6.

atas

lembaganya,

dan

akan

menjunjung

tinggi

identitasnya.18
Strategi mengenalkan anggota baru
Strategi mengenalkan anggota baru merupakan cara bagaimana
seorang pemimpin menyambut kehadiran anggota baru dengan upaya
agar anggota baru tersebut mudah melakukan adaptasi, dan sekaligus
segera mengenali kelompok yang baru dimasukinya. Pengenalan

7.

dilakukan dengan mempergunakan media sebagai berikut:
1. Rapat anggota.
2. Pertemuan non formal yang ada dalam organisasi.
3. Pertemuan rutin.
4. Upacara.19
Strategi menciptakan disiplin kelompok
Strategi menciptakan disiplin kelompok juga merupakan
bagian penting. Dengan adanya system tertentu, peraturan dan sanksi
maka bawahan akan dapat lebih diatur dan didisiplikan. Pemimpin
dalam hal ini dituntut untuk dapt menciptakan peraturan, menerapkan
peraturan secara baik, memberikan teladan kepada pegawai dalam
mentaati peraturan serta menciptakan sanksi untuk menekan
terjadinya penyimpanganpenyimpangan.20

I. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Dalam melakukan penelitian kita dapat menggunakan berbagai metode dan
rancangan penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini
menggunakan
mendefinisikan

pendekatan
metode

kualitatif.

kualitatif

Menurut

sebagai

Bogdan

prosedur

dan

penelitian

Taylor
yang

menghadirkan data deskriptif beberapa kata-kata tertulis atau lisan dari orang18

Ibid
Ibid
20
Ibid
19

16

orang atau pelaku yang diamati.21 Sedangkan untuk jenis penelitiannya
menggunakan jenis penelitian deskriptif. Dimana jenis penelitian deskriptif
ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan kejadian yang terjadi
pada saat sekarang. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan mengenai unit tertentu yang meliputi individu, kelompok,
dan masyarakat.22
Sedangkan menurut Whitney dalam Moh.Nazir bahwa metode deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubunganhubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.23
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak
diperlukan. Peran peneliti dalam penelitian ini peneliti sebagai pengamat
partisipan atau pengamat penuh. Kehadiran peneliti juga diketahui oleh
informan atau lembaga yang diteliti.24
Maka dari itu, dalam pelaksanaan penelitian kualitatif ini peneliti terlibat
secara langsung di lapangan untuk mencari data, selain itu peneliti juga
bertindak sebagai instrument dalam pengumpulan data. Oleh karena itu
kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif sangat diperlukan.
21

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2011,
hal.9-10.
22
Ibid, hal.64
23
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), hal.132.
24
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal.167.

17

Selain itu, pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti berperan
serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif, sehingga dibutuhkan
peran peneliti dan kemampuan peneliti dalam menggali data-data dan
informasi agar mudah dideskripsikan dan dipahami oleh para pembaca. Jadi,
dalam hal ini peranan atau kehadiran peneliti di lapangan sangat penting
dalam proses penelitian, karena untuk mengetahui secara mendalam terkait
dengan objek penelitian yang sedang diteliti.
Peneliti terjun ke lapangan mempelajari suatu proses atau penemuan yang
terjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan data tentang
strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MTs
Negeri Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar, kemudian menarik
kesimpulan-kesimpulan berdasarkan dari proses tersebut . Melalui penelitian
kualitatif diharapkan peneliti menggali data secara transparan dan
menganalisis dengan apa adanya, baik yang menunjukkan peneguhan maupun
pengingkaran sifat-sifat yang ada.
3. Lokasi Penelitian
MTs Negeri kunir bertempat di jalan ponpes al. Kamal Kunir, Wonodadi,
Blitar disebelah barat kota Blitar (± 20 km dari pusat kota). sebuah lembaga
pendidikan Islam berdiri Sejak 1969 merupakan Lembaga Pendidikan Tingkat
MTs yang tertua dan terbesar dilingkungan Departemen Agama Kabupaten
Blitar. Letaknya strategis, nyaman, berada dilingkungan pondok pesantren
AL-KAMAL, dengan Nomor Pokok Sekoah Nasional (NPSN): 20581091 .
4. Sumber Data

18

Jenis data yang di kumpulkan dari penelitian ini berupa dokumen tentang
keadaan kepala sekolah dan beberapa guru di MTs Negeri Kunir, sarana dan
prasarana madrasah dan program kerja madrasah.
Yang menjadi subyek penelitian ini adalah kepala sekolah dan beberapa
guru di MTs Negeri Kunir, dan semua data dan informasi yang diperoleh dari
para informan yang dianggap paling mengetahui secara rinci dan jelas
mengenai fokus penelitian. Adapun yang menjadi sasaran (informan) untuk
memperoleh data dalam penelitian ini adalah:
1.

Kepala Sekolah MTs Negeri Kunir.

2.

Guru-guru MTs Negeri Kunir.

5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode-metode yang
sesuai dengan data yang akan dicari. metode-metode tersebut adalah:
observasi, dokumenter, dan interview. Ketiga metode diatas satu sama dengan
yang lain saling melengkapi. Adapun pengguna dari masing-masing metode
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tehnik Observasi
“ Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.”25
Menurut Denzin dalam Rochiati wawancara adalah pemberian
pertanyaan yang diajukan secara verbal yang diajukan kepada orang
yang dianggap mampu memberi informasi atau penjelasan, hal lain
yang dipandang perlu.26
25

Ibid. hal. 165
Prof. Rochiati Wiridiaatmaja, Metode penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : PT Remaja Rosda
Karya, 2007), hal. 117
26

19

Teknik ini penulis gunakan untuk meneliti secara langsung maupun
tidak langsung kenyataan-kenyataan yang terjadi pada obyek penelitian
untuk memperoleh data tentang keadaan MTs Negeri Kunir baik
jumlah murid ataupun keadaan yang lainnya.

b. Metode Interview
“Adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan juga.”27
Kalau menurut Suharsimi Arikunto, wawancara adalah: “ sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara ( interviewer ) untuk
memperoleh informasi dari pewawancara.”28
Metode interview ini penulis gunakan untuk mencari informasi
atau data yang berhubungan dengan Kepala Sekolah dan guru yang
berkecimpung di MTs Negeri Kunir, sebab beliau-beliaulah yang ikut
bertanggung jawab atas keberhasilan mutu pendidikan di MTs Negeri
Kunir
c. Metode Dokumenter
“Adalah mencari data mengenai hal-hal yang valit atau fariabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
Notulen Rapat, legger, agenda dan sebagainya.”29
Dalam uraian tentang studi pendahuluan, telah disinggung pula
bahwa sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh
27

Ibid. hal. 165
Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta 1997, hal. 132
29
Ibid. Hal. 135
28

20

informasi, kita memperhatikan 3 macam sumber yaitu: tulisan, (paper),
tempat (place), dan orang (people). Dalam mengadakan penelitian
yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode
dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal katanya, yang artinya barang-barang
tertulis.30 Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, rapor peserta
didik, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian

dan

lain

sebagainya.

Evaluasi

mengenai

kemajuan,

perkembangan, atau keberhasilan belajar peserta didik juga dapat
dilengkapi atau diperkaya dengan melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen tersebut. Sebagai informasi mengenai kegiatan
peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran bukan tidak
mungkin saat-saat tertentu diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi
pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar.31
Dilingkungan sekolah, biasanya juga dijumpai dokumen-dokumen
yang tersusun secara rapi dan teratur. Hal ini akan sangat membantu
peneliti

untuk

berkomunitas

dengan

sekolah

dalam

rangka

meningkatkan kelas dan sekolah. Data mengenai identitas peserta didik
dan latar belakang sosial komunitas sekolah (pimpinan, guru,
karayawa, peserta didik, dll.)
Penulis berusaha mencari data atau dokumen-dokumen yang ada
kaitannya yang dengan data jumlah murid, data tentang guru, dan data
lain yang relevan di MTs Negeri Kunir .
6. Analisa Data
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, maka tahap berikutnya
adalah analisa data. Analisa data ini tidak dilakukan secara serentak (bersamasama) melainkan disesuaikan dengan perolehan data berdasarkan kenyataan
30

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian..., hal. 201
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal.
90
31

21

obyektif, yaitu setiap data yang diperoleh langsung dianalisa. Tekhnik analisa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik diskriptif dengan
membuat gambaran yang sistematis dengan faktual serta analisisnya
dilakukan dengan tiga cara yaitu: (1) reduksi data atau penyederhanaan (data
reduction); (2) paparan atau sajian data (data display); (3) penarikan
kesimpulan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian dan interpretasi yang diabsah maka
diperlukan triangulasi yaitu memeriksakan kebenaran data yang telah
diperoleh kepada pihak-pihak lain yang dapat dipercaya, memperpanjang
kehadiran penelitian, menggunakan alat bantu seperti HP recorder, kamera
dan lainya.
8. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian, penelitian melalui tahapan-tahapan yaitu:
a) Penelitian pendahuluan dengan menetapkan konteks penelitian,
fokus penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
b) Menentukan desain penelitian meliputi rancangan penelitian,
pemilihan lokasi penelitian, menentukan sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisa data, pengecakan keabsahan data.
c) Melaksanakan penelitian.
d) Membuat laporan penelitan

J. Sistematika Penulisan Skripsi.

22

Yang dimaksud sistematika ini adalah uraian singkat mengenai
permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini secara
keseluruhan . Adapun sitematika pembahasan dalam skripsi ini adalah :
Bab.I : Merupakan pengantar dalam bentuk pendahuluan yang memuat
kontek penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
definisi operasional, kajian pustaka, metode penelitian serta diakiri dengan
sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka pada bab ini menjelaskan tentang Kepala Sekolah,
profesionalisme guru dan strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru dalam bidang akademik. Bahasan tentang Kepala
Sekolah sub pokok bahasannya adalah Kepala Sekolah sebagai pemimpin
pendidikan, tugas-tugas kepala sekolah, syarat-syarat menjadi Kepala Sekolah.
Pada bahasan tentang profesionalisme guru sub pokok bahasannya adalah
definisi profesionalisme guru, tugas dan kewenangan guru. Pada bab terakir
menjelaskan tentang strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru.
Bab III : Metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisa data, dan metode pembahasan.
Bab IV : Membahas mengenai laporan hasil penelitian yang mencakup
latar belakang obyek penelitian yang meliputi : sejarah singkat berdirinya MTs
Negeri Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar, struktur organisasinya,
kemudian pada sub bab selanjutnya adalah penyajian data dan analisa data
dengan studi banding antara teori bab II dengan kondisi lapangan. Apakah
antara dasar pemikiran dengan hasil pemikiran dan kesesuaian, sehingga

23

membantu pembaca laporan mengetahui sejauh mana hasil-hasil tersebut
dapat diterpkan dalam praktek.
Bab V : Merupakan bagian penutup dari keseluruhan pembahasanpembahasan yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran fungsinya adalah
sebagai sumbangan informasi yang teruji kebenaran penelitian yang
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta 1997
E.Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. 2005
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Press,
2009
Moleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosda Karya,
1991
Moleong,Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya,2011
Nawawi Hadari, Administrasi Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.. 1990
NK Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan. PT Bina Aksara 1989
Purwanto Ngalim. Administrasi pendidikan. Jakarta: PT. Mutiara.. 1984
pantato Pius A. Dkk.Kamus Ilmiah populer. Surabaya: Penerbit Arkola, 1991
Sudijono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2008
Soedardiman. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: FKIP Universitas Jember 1991

24

Tanzeh Ahmad, Metodologi Penelitian Praktis, Yogyakarta: Teras, 2011
Undang –undang Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar Grafika, 2010
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauaan Teoritis dan
Permasalahannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2178436-strategi-kepemimpinankepala-sekolah/