MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN D

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DICK & CAREY

Dick Walter, Carey Lou dan Carey James. 2001. The Systematic Design Of Instruction. Addison-Wesley Educational Publishers. New York.

Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai model pendekatan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2001) bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD). Jika berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan istilah instructional design (ID) mengacu kepada instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah payung bidang (Dick, Carey, dan Carey, 2001).

Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu mengembangkan format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of

Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001).Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996) yaitu

1) instructional events, 2) types of learning outcomes, 3) internal conditions and external conditions.Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai kegiatan desain pembelajaran.

Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, & Kemp (2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang sistematistetapi bukan pendekatan sitematis.Tahapan yang diguanakan yaituperencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses. Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners, objectives, Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, & Kemp (2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang sistematistetapi bukan pendekatan sitematis.Tahapan yang diguanakan yaituperencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses. Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners, objectives,

Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran adalah analisis untuk mengetahui kebutuhan dalam pembelajaran, dan mengidentifikasi masalah- masalah apa yang akan dipecahkan. Model Dick, Carey, dan Carey menerapkan tahapan ini, dengan demikian pengembangan yang dilakukan berbasis kebutuhan dan pemecahan masalah. Produk yang direkomendasikan dalam model ini yaitu sebuah produk yang dapat digunakan untuk belajar mandiri (Nasution, 1995; Dick, Carey, dan Carey, 2001; Heinich, Molenda, Russel, & Smadino, 2002). Model ini juga memungkinkan warga belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Dengan bentuk pembelajaran yang berbasis lingkungan, yang disesuaikan dengan konteks dan setting lingkungan sekitar atau disebut juga sebagai situational approach oleh Canale & Swain (1980) memungkinkan pebelajar bahasa (sebagaimana dinyatkan oleh Sadtono, 1987) dapat mengoptimalkan kompetensi komunikatif.

Seperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model pengembangan sistem pembelajaran (Instructional Systems Develovment / ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan. Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar

2.2. Khusus tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan pengembangan sistem pembelajaran Dick, Carey, and Carey:

1. Analisis Kebutuhan Untuk Menentukan Tujuan

Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang anda inginkan setelah warga belajar melaksanakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan warga belajar dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang- orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual.

2. Melakukan Analisis Pembelajaran

Setelah mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh warga belajar untuk memulai pembelajaran.

3. Menganalisis Warga Belajar Dan Lingkungannya

Analisis pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan- keterampilan warga belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan.Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi pembelajaran.

4. Merumuskan Tujuan Khusus

Menuliskan tujuan unjuk kerja (tujuan pembelajaran). Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, catatlah pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh warga belajar setelah mereka menerima pembelajaran. Pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja.

5. Mengembangkan instrumen penilaian,

Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan warga belajar melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa melakukan penilaian.

6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya.Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik warga belajar yang menerima pembelajaran.Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif.

7 . Mengembangkan Materi Pembelajaran

Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk warga belajar, materi pembelajaran, dan soal-soal. Materi pembelajaran meliputi : petunjuk untuk tutor, modul untuk warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.

8. Merancang & Mengembangkan Evaluasi Formatif

Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data.Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation).

9 . Merevisi pembelajaran

Data yang diperoleh dari evaluasi formative dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi warga belajar dalam mencapai tujuan.Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif.

10. Mengembangkan Evaluasi Sumatif

Di antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran di atas, tahapan ke-10 (sepuluh) tidak dijalankan. Evaluasi sumative ini berada diluar sistem pembelajaran model Dick & Carey, (2001) sehingga dalam pengembangan ini tidak digunakan.

Langkah 1 ANALISIS KEBUTUHAN UNTUK MENGIDENTIFIKASI TUJUAN PEMBELAJARAN (Assessing Need to Identify Instructional Goal(s))

A. Latar Belakang

Mungkin hal yang paling kritis dalam proses desain Pembelajaran adalah mengidentifikasi tujuan Pembelajaran. Pada perancangan desain Pembelajaran yang sistematika merekomendasikan untuk menggunakan pendekatan teknologi kinerja, di mana tujuan Pembelajaran didasarkan pada analisis kinerja, penilaian kebutuhan dari permasalahan yang ada. Tidak ada solusi yang mudah dan tunggal perlu ada proses yang sistematis untuk memecahkan masalah secara efektif.

B. Konsep Pengembangan

Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang inginkan setelah warga belajar melaksanakan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan warga belajar dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual.

Dick and Carrey menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Komponen-komponen tujuan menurut Degeng (1989), Uno (1993) adalah audience, behavioral, conditions, dan degree atau yang lebih mudah dikenal dengan sebutan ABCD.

Secara garis besar proses untuk mendapatkan informasi tentang tujuan yang diharapkan maka dilakukan Analisa awal dan akhir (Front-End Analysis) atau secara spesifik terdiri dari: Performance Analysis, Need Assessment, Job Analysis, Practical experience with learning difficulties of student dan Some other requirement for new instruction.

1. Analisis Kinerja (Performance Analysis)

Maksud dari studi performance analysis adalah untuk mendapatkan informasi pada masing masing komponen dalam model tersebut supaya menjawab persoalan- persoalan dan mengidentifikasi kemungkinan solusi yang diambil. Jika solusi tersebut diterapkapkan pada ketrampilan yang baru atau memperbaharui/membangkitkan ketrampilan yang lama kemudian direncakan untuk mendesain pembelajaran yang akan dibuat.

2. Penilaian Kebutuhan (Need Assessment)

Penilaian kebutuhan adalah sebuah pengamatan yang dilakukan untuk melihat atau mengkaji antara harapan dan kenyataan.Ada tiga komponen dalam logika penilaian kebutuhan, Komponen pertama menetapkan suatu standar atau tujuan yang disebut sebagai status yang diinginkan.

3. Analisis Pekerjaan (Job Analysis)

Job Analysis (Analisa pekerjaan) adalah sebuah proses pengumpulan, menganalisis, dan mensintesis deskripsi tentang apa yang dilakukan orang dalam pekerjaan mereka. Proses analisis pekerjaan dimulai menginventarisir pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pekerjaan, kemudian digolongkan dalam kategori tugas-tugas yang memerlukan solusi dengan menggunakan Pembelajaran.

4. Memperjelas Tujuan Pembelajaran (Clarifying Instructional Goals)

Pada proses mengumpulkan informasi tujuan terkadang terdapat beberapa pernyataan tujuan yang samar atau tidak jelas tujuan. Sering muncul tujuan yang sulit diukur seperti mengandung kata “menghargai”, “memiliki kesadaran dan seterusnya. Pada konteks ini perancang harus melakukan beberapa prosedur untuk memperjelas tujuan yang samar tadi.

5. Pembelajar, Lingkungan dan Alat (Learner, Context and Tools)

Sedangkan aspek yang paling penting dari sebuah tujuan Pembelajaran adalah deskripsi dari apa yang pelajar akan dapat melakukannya, deskripsi yang tidak lengkap tanpa indikasi (l) siapa pelajar, (2) di mana mereka akan menggunakan keterampilan , dan (3) alat-alat yang akan tersedia.

6. Kriteria dalam Menetapkan Tujuan Pembelajaran (Criteria for Establishing Instructional Goals)

Kadang-kadang proses penetapan tujuan yang tidak sepenuhnya rasional, yaitu tidak mengikuti proses penilaian kebutuhan sistematis. Faktor lain misalnya pertimbangan politik dan ekonomi serta teknis atau yang akademis.

C. Hasil Pengembangan Mengenali Tujuan Pembelajaran (Identify Instructional Goals)

Untuk mengenali tujuan Pembelajaran pendidikan seni budaya yang akan diberlakukan di sekolah menengah pertama kelas VII dilakukan beberapa analisis, antara lain :

1. Daftar Tujuan hasil analisis tujuan.

Hasil Analisis dari Kepala Sekolah :

1. Anak mampu menyanyikan lagu wajib nasional

2. Anak mengenal lagu-lagu daerah NTT

3. Anak mampu menyanyikan lagu daerah NTT

4. Anak mampu menyanyikan lagu bebas

5. Anak mampu memainkan salah satu alat musik

6. Anak mampu menggambar

7. Anak mampu menari tarian daerah seperti likurai, tebe, ja‟i, gawi, dll

8. Anak mampu membuat seni kriya

9. Anak mengenal hasil karya seni NTT

10. Anak mencintai seni NTT

11. Pemerintah perlu membantu pengadaan sarana dan prasarana kesenian, antara lain : Pakaian adat NTT, alat musik tradisional NTT, dan CD musik lagu-lagu khas NTT

Guru Kesenian :

1. Anak mampu menyanyikan lagu wajib nasional

2. Anak mengenal lagu-lagu daerah

3. Anak mampu menyanyikan lagu daerah NTT

4. Anak mampu menyanyikan lagu bebas

5. Anak mampu memainkan salah satu alat musik

6. Anak mampu menggambar

7. Anak mampu menari tarian daerah

8. Anak mampu membuat seni kriya

9. Anak mengenal hasil karya seni NTT

10. Anak mencintai seni NTT

11. Sekolah perlu menyediakan sarana-prasarana kesenian

Pembelajar :

1. Anak menghendaki bisa menggambar

2. Anak menghendaki bisa menyanyi terutama lagu-lagu pop

3. Anak menghendaki bisa mengenal menari

4. Anak menghendaki bisa menggambar

5. Anak menghendaki bisa menggambar

2. Need Assessment

Langkah kedua adalah mengadakan penilaian kebutuhan untuk kegiatan pembelajaran Pendidikan Seni dan Budaya di SMP Giovani Kupang dengan hasil sebagai berikut :

1. Pendidikan Seni merupakan mata pelajaran untuk menyalurkan bakat dan minat, mengembangkan kreatifitas dalam karya seni peserta didik SMP Giovani Kupang.

2. Pendidikan Seni dan Budaya memberikan bekal pada seluruh peserta didik dalam hal ketrampilan dalam berkarya yang akan berguna bagi dirinya sendiri setelah peserta didik lulus dari lembaga.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas , SMP Giovani Kupang sebagai lembaga pendidikan perlu memasukkan pendidikan seni dalam kurikulum.

3. Job Analysis

Secara umum lulusan dari Lembaga pendidikan menengah pertama belum memiliki ketrampilan yang cukup terutama ketrampilan kriya yang akan menjadi salah satu bekal ketrampilan dalam hidupnya di masyarakat. Dari fakta tersebut di atas perlu peningkatan kemampuan peserta didik, yaitu dengan menerapkan ketrampilan seni kriya pada mata pelajaran pendidikan seni budaya.

4. Memperjelas Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran harus (1) jelas, pernyataan umum hasil pelajar (2) berkaitan dengan Identifikasi masalah dan penilaian kebutuhan, dan (3) dapat dicapai dengan pembelajaran daripada beberapa cara yang lebih efisien seperti meningkatkan motivasi karyawan.

Apa tujuan pembelajaran? Tujuan pembelajaran yang dikehendaki adalah untuk memberikan ketrampilan seni

kriya agar bermanfaat ketika diterapkan di masyarakat.

Apa hubungan antara tujuan dan penilaian kebutuhan belajar? Tujuan pembelajaran secara langsung terkait dengan penilaian kebutuhan ketrampilan

seni kriya. Hal ini juga berhubungan langsung dengan bukti bahwa ketrampilan seni kriya sangat berkorelasi dengan mutu lulusan,

Apakah instruksi cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan? Mengembangkan keterampilan seni kriya dengan pembelajaran dan praktek praktek

secara langsung. Siapa pembelajarnya? Pebelajar adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Giovani Kupang yang

telah setuju untuk menerima pembelajaran ketrampilan seni kriya. Dalam konteks apa keahlian akan dia gunakan? Pebelajar akan menggunakan keterampilan seni kriya mereka dalam masyarakat, untuk

diaplikasikan sesuai dengan fungsinya.

5. Kriteria untuk menetapkan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran ketrampilan seni kriya dirancang dengan menggunakan kriteria ini.

Apakah tujuan pembelajaran yang dapat diterima oleh administrator? Dalam hal ini, tim desain mewawancarai lembaga pendidikan, dan personel yang ada

untuk menentukan persepsi mereka akan pentingnya dan kelayakan untuk penerapan ketrampilan. Desainer juga mewawancarai beberapa personil siswa untuk berpartisipasi dalam penerapan ketrampilan seni kriya. Tanggapan positif tentang kemungkinan instruksi diterima dari semua diwawancarai.

Apakah ada sumber daya yang memadai (waktu, uang, dan personil) untuk mengembangkan instruksi?

Sekolah menyediakan dana yang cukup untuk pengembangan Pembelajaran dan untuk mengembangkan bahan-bahan yang diperlukan.

Apakah isi stabil? Isi dan keterampilan yang mendasari kerja praktik kelompok sangat stabil.

Apakah pelajar tersedia? Pebelajar tersedia, yaitu siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran baik secara teori maupun praktik. Ini menunjukkan bahwa penetapan tujuan pembelajaran dan perbaikan dapat menjadi

panjang, proses kompleks yang mencakup banyak aspek dalam identifikasi masalah, analisis kinerja, penilaian kebutuhan, dan pernyataan dari tujuan pembelajaran yang jelas.

Langkah ke-2 MELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN (Conduct Instructional Analysis)

A. Latar Belakang

Analisis Pembelajaran merupakan langkah kedua dari desain Pembelajaran model Dick and Carey. Tujuan utama dari analisis Pembelajaran adalah menentukan komponen utama dari tujuan pembelajaran serta mengidentifikasi keterampilan bawahan dari setiap langkah untuk mencapai tujuan Pembelajaran tersebut.Komponen utama dari tujuan Pembelajaran berisi langkah-langkah yang pebelajar harus mampu lakukan untuk mencapai tujuan Pembelajaran.Langkah kedua dari analisis Pembelajaran analisis keterampilan bawahan sampai menemukan perilaku masukan.

B. Konsep Analisis Pembelajaran.

Secara umum analisis Pembelajaran ada dua langkah, yaitu analisis tujuan (goal analysis) dan analisis keterampilan bawahan (subordinat skill analysis). Sebuah Analisis Tujuan adalah suatu analisis untuk menghasilkan langkah-langkah utama dalam mencapai tujuan pembelajaran dan Analisis Keterampilan Bawahan adalah sebuah analisis keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk mencapai tujuan sampai pada keterampilan paling dasar (paling murni) serta ditentukannya sebuah garis entry behaviors.

Langkah utama adalah langkah-langkah keterampilan yang diperlukan oleh pembelajar untuk dapat menguasai tujuan pembelajaran.Keterampilan bawahan adalah keterampilan yang secara sendiri mungkin tidak penting tetapi secara keseluruhan sebagai merupakan keterampilan-keterampilan yang secara berurutan untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi atau keterampilan super-ordinat. Garis perilaku masukan (entry behavior) adalah garis yang menjadi batas antara keterampilan yang akan diajarkan dengan keterampilan yang sudah dikuasai oleh pebelajar sebelum melakukan pembelajaran.

1. Analisis Tujuan

Analisis Tujuan mencakup dua langkah mendasar.Yang pertama adalah mengelompokkan tujuan menurut empat ranah belajar gagne (1979), yaitu sikap, keterampilan intelek, informasi verbal dan keterampilan psikomotor. Langkah kedua adalah memeriksa secara tepat apa yang akan dikerjakan oleh pebelajar apa apabila ia berbuat untuk mencapai tujuan tersebut ini disebut dengan prosedur menganalisa tujuan.

Paragraf berikut akan menjelaskan empat rana belajar gagne dan menentukan langkah- langkah umum dalam mencapai sebuah tujuan.

a. Informasi Verbal.

Informasi Verbal adalah kapabilitas seseorang untuk mengungkapkan informasi, fakta, atau label yang tersimpan dalam bentuk bahasa baik secara lisan maupun tertulis.Dalam informasi verbal tidak ada manipulasi simbolik, tidak ada penyelesaian masalah atau juga tidak ada aturan penerapan.Informasi verbal hanya menyimpan informasi itu dan menariknya kembali untuk dites. . Teknik analisa Pembelajaran yang digunakan bagi informasi verbal disebut analisa rumpun (cluster analysis).

Contohnya : mengenal bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kartu ucapan.

b. Keterampilan Intelektual.

Keterampilan intelektual adalah keterampilan yang memerlukan aktivitas kognitif yang khas dalam arti bahwa pelajar harus dapat memecahkan masalah atau melakukan suatu kegiatan dengan informasi atau contoh yang tidak dijumpai sebelumnya.Keterampilan intelektual terdiri dari tiga macam, yaitu membentuk konsep, menerapkan aturan, dan memecahkan masalah.Analisa yang digunakan untuk mendapatkan keterampilan bawahan intelektual menggunakan pendekatan hierarki.

Contohnya : mampu menentukan letak titik yang menjadi perpotongan antara kedua titik yang saling berpotongan dalam bidang gambar.

c. Keterampilan Psikomotor.

Keterampilan psikomotorik adalah keterampilan yang harus dikuasai pebelajar yang memerlukan aktivitas motorik (tindakan otot atau fisik), dengan atau tanpa perlengkapan, walaupun harus disertai dengan tindakan mental / kognitif untuk mencapai tujuan tertentu.Analisa yang digunakan untuk mengenali keterampilan psikomotor adalah analisa prosedural.

Contohnya : Mampu menempel accesoris pada media yang akan dijadikan kartu ucapan.

d. Sikap.

Tujuan sikap adalah tujuan yang mengharuskan pebelajar memilih mengerjakan sesuatu, atau keputusan tertentu untuk bertindak dalam keadaan tertentu.Misalnya, kita ingin orang-orang memilih menjadi pegawai yang baik, memilih memelihara lingkungan, Tujuan sikap adalah tujuan yang mengharuskan pebelajar memilih mengerjakan sesuatu, atau keputusan tertentu untuk bertindak dalam keadaan tertentu.Misalnya, kita ingin orang-orang memilih menjadi pegawai yang baik, memilih memelihara lingkungan,

Tujuan sikap terkadang menyertai tujuan kemampuan intelektual atau keterampilan psikomotorik, atau informasi verbal.

e. Strategi Kognitif

Strategi kognitif adalah meta processes yang digunakan untuk mengatur cara kita berpikir tentang hal-hal dan memastikan belajar kita sendiri, mengingat dan berpikir serta belajar teknik berpikir, cara menganalisis masalah, ancangan untuk memecahkan masalah. Cara mengingat nama, cara mengirit bensin. Keterampilan berada lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan intelek. Karena pada strategi kognitif kita sudah menggunakan keterampilan intelek untuk mencari cara dalam memecahkan masalah.

f. Prosedur Menganalisis Tujuan

Prosedur menganalisis tujuan adalah daftar langkah-langkah spesifik yang akan dilakukan pebelajar saat mewujudkan tujuan Pembelajaran. Setiap langkah ini dinyatakan dalam sebuah kotak seperti ditunjukkan pada diagram alur di bawah ini:

Seorang pebelajar yang ingin menguasai tujuan Pembelajaran harus mengerjakan langkah-langkah tersebut. Setelah melakukan langkah 1, para pelajar akan kemudian melakukan langkah 2, lalu 3, 4, dan 5. Setelah melakukan langkah 5, proses akan lengkap, dan jika dilakukan dengan benar, akan dianggap sebagai demonstrasi kinerja tujuan.

Jika dalam pencapaian tujuan itu ada keputusan yang harus diambil, misalnya pada langkah 3, maka langkah 3 ditunjukkan dalam kotak wajik. Dengan adanya alternatif maka prosedur sekarang menjadi dua jalur, yaitu : 1, 2, 3, 4 dan 5 atau mengambil jalur alternatif sesuai keputusan yang diambil, yaitu : 1, 2, 3, 6 dan 7. Oleh karenanya pada kontek ini tidak semua langkah harus dikerjakan.

Dalam rangka menganalisis tujuan Pembelajaran tidak semudah yang dibayangkan, kadang kita sulit sekali mendefinisikan langkah-langkah pencapaian tujuan.Namun secara umum langkah itu minimal 3 atau 5 dan paling banyak 15 langkah. Jika kurang dari 3 maka perlu dianalisa ulang dan jika lebih dari 15 juga perlu dianalisa ulang mungkin terlalu detil.

Pada kasus lain, jika ada langkah balikan maka perlu kita buat garis putus-putus sebagai tanda arus balik/revisi. Dan jika dalam penulisan tidak cukup dalam satu baris maka kita bisa memutus dan menyambung di bagian bawah.

a. Analisis Sub-Step

Dalam mengidentifikasi terkadang dalam satu langkah kita perlu membuat sub langkah yang mewakili langkah tersebut. Misal pada langkah 2 kita membuat sub langkah 2.1,

2.2 dan 2.3 serta pada langkah 5 juga dibuat sub langkah 5.1 dan 5.2.

2. Analisis Keterampilan Bawahan

Hasil dari analisa tujuan berupa langkah-langkah yang ditulis dalam kotak-kotak yang diberi nomor urut dan disusun secara horizontal dari kiri ke kanan.Nomor urut pada kotak merupakan urutan langkah keterampilan dalam mencapai tujuan Pembelajaran.

Selanjutnya kita akan melakukan mengidentifikasi keterampilan bawahan. Keterampilan bawahan adalah semua keterampilan yang mendukung tercapainya keterampilan- keterampilan pada langkah-langkah hasil analisa tujuan.

Keterampilan bawahan seringkali melibatkan beberapa domain belajar, identifikasi keterampilan bawahan sampai pada keterampilan paling bawah dan murni.Keterampilan bawahan tersebut bisa berbentuk konsep, teori, aturan, pengertian, definisi, hukum, atau fakta.Terkadang secara sendiri keterampilan bawahan tidak begitu berarti tetapi dalam rangka mendukung tercapainya keterampilan diatas (super-ordinat) sangatlah berfungsi. Tanpa keterampilan itu mungkin tujuan Pembelajaran tidak akan tercapai. Keterampilan bawahan dalam peta analisis ditempat pada kotak-kotak di bawah kotak-kotak langkah-langkah analisis tujuan.

Bagan diatas menggambar posisi keterampilan bawahan dalam peta analisa.Keterampilan pada langkah 1, langkah 2, langkah 3, langkah 4 dan langkah 5 merupakan keterampilan super-ordinat.Keterampilan bawahan pada langkah 1 merupakan hasil analisis hierarki.Keterampilan bawahan pada langkah 2 merupakan Bagan diatas menggambar posisi keterampilan bawahan dalam peta analisa.Keterampilan pada langkah 1, langkah 2, langkah 3, langkah 4 dan langkah 5 merupakan keterampilan super-ordinat.Keterampilan bawahan pada langkah 1 merupakan hasil analisis hierarki.Keterampilan bawahan pada langkah 2 merupakan

a. Analisis Hierarki

Analisa hierarkis digunakan untuk menganalisis langkah-langkah individu dalam analisis tujuan intelektual atau psikomotorik. Setelah kita mengidentifikasi seluruh keterampilan- keterampilan bawahan yang mendukung tercapainya tujuan.. Kemudian keterampilan- keterampilan bawahan ditulis kotak-kotak untuk memudahkan dalam penyusunan dalam peta konsep yang akan dibuat.

Pendekatan dengan analisa hierarki adalah sebuah analisa yang memperhatikan bahwa keterampilan-keterampilan disusun dari keterampilan tertinggi sampai pada titik keterampilan terendah.Ada satu hal yang harus dipertimbangkan bahwa keterampilan bawahan merupakan syarat untuk keterampilan di atas.Hal ini yang merupakan ciri dari analisa hierarki.

Setelah anda merasa puas sudah mengidentifikasikan semua sub-keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk dapat menguasai tujuan Pembelajaran anda, anda kemudian memeriksa hasil analisa anda, dan membeberkannya dalam satu peta analisa.

Dalam mendiagramkan analisa hierarki digunakan cara kebiasaan berikut:

1) Tujuan akhir Pembelajaran diletakkan di dalam kotak di puncak susunan hierarki.

2) Semua keterampilan intelek subordinat diperlihatkan di dalam kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis-garis yang berasal dari kotak-kotak atas dan bawahnya.

3) Keterampilan-keterampilan informasi verbal dan sikap dihubungkan dengan garis- garis mendatar, sebagaimana juga diperlihatkan dalam. bagian-bagian berikutnya.

4) Anak-anak panah harus menunjukkan bahwa alur keterampilan arahnya ke atas menuju ke tujuan akhir.

5) Rumusan semua keterampilan subordinat harus menggunakan kata kerja yang menunjukkan apa yang pebelajar harus mampu lakukan. Hindari rumusan yang hanya menggunakan kata benda.

6) Dalam kenyataan sebenarnya, hierarki tidak perlu simetri. Bentuknya bisa segala macam.Tidak ada “satu” wujud penampakan hierarki yang benar.

Adalah penting untuk memeriksa kembali analisa anda beberapa kali, untuk memastikan bahwa anda telah mengenali semua keterampilan bawahan yang diperlukan pebelajar bagi menguasai tujuan Pembelajaran.Pada tahap ini anda harus kembali menempuh prosedur langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling kompleks dalam hierarki anda ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang Adalah penting untuk memeriksa kembali analisa anda beberapa kali, untuk memastikan bahwa anda telah mengenali semua keterampilan bawahan yang diperlukan pebelajar bagi menguasai tujuan Pembelajaran.Pada tahap ini anda harus kembali menempuh prosedur langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling kompleks dalam hierarki anda ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang

b. Analisis Prosedural

Analisa prosedural ialah satu teknik yang digunakan untuk mengenali langkah-langkah keterampilan bawahan dalam analisis untuk tujuan intelektual atau keterampilan psikomotorik.Setelah keterampilan bawahan atau lebih pas mungkin rincian keterampilan untuk mencapai keterampilan diatas.Keterampilan ini lebih merupakan rincian langkah untuk mencapai tujuan diatasnya, setiap langkah ibawahnya bukan merupakan syarat untuk langkah selanjutnya. Analisa prosedural merupakan jenis analisis subskills seperti terlihat di bawah

Langkah 1 sampai 5 adalah langkah-langkah asli dalam analisis Pembelajaran.Langkah

2.1 adalah langkah bawahan dari langkah 2 seperti halnya dalam hubungan hierarki khas. Langkah 4.1, 4.2, dan 4.3 adalah subskills dari langkah 4 dan merupakan 2.1 adalah langkah bawahan dari langkah 2 seperti halnya dalam hubungan hierarki khas. Langkah 4.1, 4.2, dan 4.3 adalah subskills dari langkah 4 dan merupakan

4.2. Kotak-kotak keterampilan bawahan dalam analisa prosedural disusun sejajar dimulai dari sebelah kanan sebagai keterampilan paling bawah atau prosedur pertama.

c. Analisis Rumpun

Analisa rumpun (cluster analysis) biasa digunakan pada tujuan informasi verbal. Analisa rumpun lebih berfungsi mengidentifikasi kategori atau komponen-komponen utama dari tujuan informasi verbal yang akan dicapai. Setiap kategori dalam informasi verbal tersebut hampir tidak memiliki hubungan baik secara hierarki maupun prosedural, tetapi mungkin hanya memiliki kemiripan atau memiliki fungsi sama dalam pencapaian tujuan yang dianalisa. Contohnya : tujuan menuliskan nama-nama profinsi di pulau sumatra

Langkah yang harus dilakukan dalam analisa rumpun adalah menempatkan kotak-kotak keterampilan bawahan hasil Identifikasi pada posisi yang sama seperti pada analisis prosedural tetapi bukan, hubungannya dengan keterampilan super-ordinat seperti dalam analisis hierarki tetapi bukan.

d. Perilaku Masukan

Proses analisis Pembelajaran juga berfungsi membantu perancang mengidentifikasi Pembelajaran tentang apa yang sudah harus tahu atau mampu lakukan pembelajar sebelum mereka mulai belajar, keahlian ini disebut sebagai perilaku masukan.

Prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku masukan secara langsung berkaitan dengan proses analisis keterampilan bawahan. Anda tahu bahwa dengan analisis hirarkis Anda be rtanya, “Apa yang pembelajar perlu tahu dalam rangka untuk Prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku masukan secara langsung berkaitan dengan proses analisis keterampilan bawahan. Anda tahu bahwa dengan analisis hirarkis Anda be rtanya, “Apa yang pembelajar perlu tahu dalam rangka untuk

Asumsikan Anda memiliki peta analisis Pembelajaran yang begitu lengkap.Ini mewakili berbagai keahlian yang dibutuhkan untuk mengambil pelajar dari tingkat yang paling dasar pemahaman sampai tujuan Pembelajaran Anda.Jika mayoritas peserta didik sudah menguasai beberapa keterampilan dasar yang ada pada peta analisis sebelum memulai Pembelajaran maka, maka diatas keterampilan tersebut dibuat garis putus- putus. Garis putus-putus tersebut adalah garis entry behaviors (perilaku masukan)

Semua keterampilan dalam peta analisis adalah bagian yang akan kita belajarkan sedangkan yang dibawah garis disebut perilaku masukan tidak perlu di belajarkan, karena sudah dikuasai oleh pembelajar.

e. Sifat Kesementaraan

Dalam perancangan sebuah material kurikulum terkadang hanya diperuntukkan bagi pebelajar-pebelajar yang tercerdas dalam populasi sasaran. Keadaan ini tercermin dalam analisa Pembelajaran garis entry behaviors terlalu tinggi, yang menunjukkan bahwa pebelajar-pebelajar populasi sasaran sudah memiliki sebagian besar Dalam perancangan sebuah material kurikulum terkadang hanya diperuntukkan bagi pebelajar-pebelajar yang tercerdas dalam populasi sasaran. Keadaan ini tercermin dalam analisa Pembelajaran garis entry behaviors terlalu tinggi, yang menunjukkan bahwa pebelajar-pebelajar populasi sasaran sudah memiliki sebagian besar

Kesalahan kedua terjadi apabila garis putus-putus itu ditarik terlalu rendah pada bagan analisa Pembelajaran. Dalam keadaan ini praduganya ialah pebelajar-pebelajar sedikit saja atau sama sekali tidak memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Pembelajaran. Kesalahan seperti ini bisa berakibat fatal dari sudut pengembangan material Pembelajaran yang sebenarnya tidak diperlukan para pebelajar, dan dari sudut waktu yang diperlukan bagi para pebelajar untuk mempelajari hal-hal guna mencapai tujuan yang sebenarnya sudah mereka kuasai.

1. Simpulan

Proses tujuan analisis dimulai hanya setelah Anda memiliki pernyataan yang jelas dari tujuan Pembelajaran. Langkah-langkah dalam proses analisis tujuan adalah :

1. Mengklasifikasikan tujuan menjadi salah satu dari empat wilayah belajar, yaitu sikap, keterampilan intelektual, informasi verbal dan keterampilan psikomotorik.

2. Mengidentifikasi langkah-langkah utama yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai tujuan. Produk awal Anda harus dipandang sebagai draft dan harus tunduk pada evaluasi dan perbaikan.

3. Mengidentifikasi keterampilan bawahan dari semua langkah-langkah utama dalam pencapaian tujuan. Langkah ini harus sampai kepada keterampilan yang paling dasar dan murni.

4. Melakukan analisis keterampilan bawahan terhadap langkah-langkah utama.

1) Analisis klaster dilakukan pada langkah informasi verbal.

2) Analisis hirarkis dilakukan pada keterampilan intelektual dan psikomotorik.

3) Analisis prosedural dilakukan pada keterampilan intelektual dan psikomotorik.

1. Proses analisis kadang perlu diulang – proses step-down digunakan sampai Anda percaya bahwa tidak ada keterampilan bawahan lebih lanjut masih harus diidentifikasi.

2. Mengidentifikasi perilaku masukan yang akan dituntut dari peserta didik dengan menggambar sebuah garis titik-titik di bawah ini keterampilan-keterampilan yang akan diajarkan dan di atas orang-orang yang tidak diajarkan. Keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis yang tidak akan diajarkan yang disebut sebagai perilaku masukan.

Akhir dari analisis ini sampai dihasilkan sebuah peta analisis atau peta konsep seperti pada gambar

Langkah ke –3 MENGANALISIS PEMBELAJAR DAN LINGKUNGAN (Analyze Learner and Context)

A. Latar Belakang

Kenyataan di lapangan banyak ditemui adanya ketidakcocokan antara Pembelajaran dengan kemampuan pebelajar, dengan lingkungan tempat belajar dan dengan lingkungan setelah pembelajar menggunakan keterampilan. Oleh karena itu perancang tidak hanya menganalisis dan menentukan apa yang akan diajarkan, tetapi juga menganalisis karakteristik dari peserta didik, konteks di mana belajar akan dilakukan, dan konteks di mana keterampilan pada akhirnya akan digunakan. Untuk keperluan ini kita melakukan analisis pembelajar dan analisis konteks.

Alasan lain bagi perancang untuk menganalisis pembelajar dan konteks adalah bahwa analisis ini tidak dapat dilakukan dalam satu kantor. Desainer harus berbicara dengan pembelajar, instruktur, dan manajer; mereka harus mengunjungi ruang kelas, fasilitas pelatihan, dan peserta didik tempat kerja untuk menentukan keadaan di mana peserta didik akan mendapatkan dan menggunakan keterampilan baru mereka. Seperti pada langkah 2 analisa Pembelajaran dan analisa pebelajar dan konteks sering digunakan secara simultan sebagai satu kesatuan, sehingga informasi dikumpulkan dari setiap komponen

B. Konsep Pengembangan

Untuk melakukan analisis pembelajar dan konteks ada tiga analisis yang dilakukan, yaitu analisis pembelajar, analisis konteks performansi dan analisis konteks learning.

1. Menganalisis Pembelajar (Analyze Learner)

Sebelum kita membahas analisis pembelajar, baik kita tahu dulu siapa pembelajar dalam desain yang akan dibuat. Pembelajar disini kadang disebut sebagai populasi target atau kelompok sasaran. Mari kita mulai dengan mempertimbangkan bahwa pebelajar mendapatkan seperangkat Pembelajaran. Kita akan mengacu pada pebelajar ini sebagai target population yaitu mereka adalah orang-orang yang akan dikenai Pembelajaran secara tepat.

Informasi yang berguna yang akan didapat meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal), (2).Pengetahuan awal tentang topik tertentu, (3).Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (4).Motivasi belajar, (5).Tingkat pendidikan dan kemampuan, (6).Pembelajaran yang disukai, (7).Sikap terhadap pengelolaan pemberian

Pembelajaran, dan (8).Karakteristik kelompok. Paragraf berikut akan membahas secara lengkap informasi tersebut.

1) Perilaku Masukan.

Perilaku masukan maksudnya anggota populasi sasaran harus telah menguasai keterampilan tertentu sebelum proses Pembelajaran dimulai. Pada peta konsep perilaku masukan berada di bawah garis entry behaviors.

2) Pengetahuan Sebelumnya Tentang Topik.

Menekankan pentingnya menentukan apa yang peserta didik sudah tahu tentang topik yang akan diajarkan secara parsial. Mereka membangun pengetahuan baru dengan membangun pemahaman mereka sebelumnya, sehingga hal ini sangat penting bagi desainer untuk menentukan jangkauan dan sifat pengetahuan sebelumnya.

3) Sikap Terhadap Isi dan Sistem Penyampaian.

Sikap atau kesan pebelajar terhadap isi materi dan bagaimana akan disajikan akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Harapan populasi tentang cara penyampaian materi akan menimbulkan motivasi.

4) Motivasi Akademik.

Tingkat motivasi pebelajar merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai pembelajaran yang sukses. Ketika pebelajar mempunyai tingkat motivasi atau interest yang rendah terhadap topik tertentu, pembelajaran hampir tidak terjadi.Keller (1987) mengembangkan sebuah model motivasi ARCS (perhatian, relevansi, kepercayaan dan kepuasan) yang diperlukan dalam kesuksesan belajar tersebut.

5) Pendidikan Dan Tingkat Kemampuan.

Menentukan tingkat prestasi dan kemampuan umum pebelajar. Informasi ini akan membantu mendapatkan gambaran jenis pengalaman pembelajaran yang mereka alami dan mungkin kemampuan mereka dalam mengatasi masalah terhadap pendekatan baru dan berbeda dalam pembelajaran.

6) Pembelajaran yang disukai.

Temukan keterampilan belajar dan kesukaan serta minat pebelajar untuk mendapatkan model pembelajaran yang sesuai. Dengan kata lain, apakah pebelajar menyukai pendekatan ceramah atau diskusi dalam belajar atau apakah mereka mengalami pendekatan belajar yang lain seperti studi kasus, pembelajaran berbasis masalah, kelas seminar atau pembelajaran mandiri melalui web site.

7) Sikap Terhadap Organisasi Pelatihan / Pendidikan

Populasi sasaran yang mempunyai sikap positif dan konstruktif terhadap organisasi yang menyediakan belajar.Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa sikap- sikap yang menunjang terhadap kesuksesan pembelajaran adalah berkaitan dengan keterampilan baru yang dapat diterapkan di tempat kerja.

8) Karakteristik Kelompok.

Analisa pebelajar secara benar akan menghasilkan dua jenis informasi tambahan yang dapat mempengaruhi dalam merancang pembelajaran. Pertama, tingkat keragaman populasi pebelajar.Kedua, interaksi langsung yang terjadi pada populasi pebelajar. Hal ini untuk mendapatkan dan mengembangkan kesan terhadap apa yang mereka ketahui dan bagaimana perasaan mereka.

Semua Variabel pembelajar ini akan digunakan untuk memilih dan mengembangkan tujuan Pembelajaran, dan mereka akan sangat mempengaruhi berbagai komponen dari strategiPembelajaran. Mereka akan membantu para desainer mengembangkan strategi motivasi untuk Pembelajaran dan akan menyarankan berbagai jenis contoh yang dapat digunakan untuk mengilustrasikan poin, cara-cara di mana belajar dapat (atau tidak) akan disajikan, dan cara untuk membuat praktek keterampilan yang relevan bagi pembelajar.

Mengumpulkan Data untuk Analisis Learner

Pengumpulan data tentang pembelajar dilakukan dengan melakukan wawancara terstruktur dengan manajer, instruktur, dan peserta didik dengan pola survei dan kuesioner. Bisa juga dengan mengelola pretest untuk mengetahun perilaku masukan pembelajar.

Keluaran Hasil dari analisis pebelajar termasuk deskripsi tentang peserta didik (1) entry sebelumnya perilaku dan pengetahuan tentang topik, (2) sikap terhadap konten dan potensi sistem pengiriman, (3) motivasi akademik, (4) sebelum pencapaian dan tingkat kemampuan, (5) belajar preferensi, (6) umum sikap terhadap organisasi memberikan pelatihan, dan (7) karakteristik kelompok.

1. 2. Analisis Konteks Performansi (Analysis of Performance Context)

Analisis Kontek Performasi adalah analisa untuk mengetahui lingkungan pebelajar dimana akan menerapkan keterampilan tersebut. Berdasarkan perspektif konstruktif, analisa konteks yang dilakukan secara benar dapat membantu para perancang dalam menciptakan elemen-elemen yang tepat dalam lingkungan belajar dan membantu pebelajar dalam mengembangkan konsep yang optimal untuk belajar dan mengingat.

1). Pengelolaan atau Dukungan Supervisor

Kita harus belajar tentang pengorganisasian yang mendukung terhadap pengharapan pebelajar untuk menerima keterampilan-ketrampilan tersebut.Penelitian menegaskan bahwa satu indikator kuat dalam penggunaan keterampilan baru tersebut adalah pengaturan (disebut Transfer of training) yang harus diterima oleh pebelajar.

2). Aspek Fisik

Aspek fisik dimana keterampilan tersebut akan diterapkan adalah apakah mereka menggunakannya berdasarkan perlengkapan, fasilitas, peralatan, waktu, atau sumber- sumber yang lain ?Data-data ini dapat digunakan untuk merancang sebuah pembelajaran sehingga keterampilan tersebut dapat diterapkan pada lingkungan atau situasi yang mirip dengan tempat kerja.

3). Aspek Sosial

Pemahaman terhadap konteks sosial seperti bekerja sendiri atau merupakan anggota tim? Apakah pebelajar bekerja secara mandiri atau apakah mereka bekerja mempresentasikan konsep atau idenya dalam pertemuan staf atau supervisor ?

4). Keterampilan Yang Relevan Dengan Tempat Kerja.

Untuk memastikan bahwa keterampilan baru yang akan diterima oleh pebelajar sesuai dengan kebutuhan yang sudah diidentifikasi, kita seharusnya memprediksikan keterampilan-ketrampilan yang relevan yang akan dipelajari oleh pebelajar tersebut dengan situasi tempat mereka bekerja.

Pengumpulan Data untuk Pelaksanaan Analisis Konteks

Pengumpulan data dilakukan dengan kunjungan langsung ke lokasi yang tujuannya mengumpulkan data dari para pebelajar dan pengelola yang potensial dan mengamati lingkungan kerja, dimana keahlian-keahlian baru akan digunakan. Rangkaian prosedur pengumpulan data dasar ini mencakup wawancara dan observasi.

Hasil utama penelitian pada tahap ini adalah (1) suatu deskripsi lingkungan fisik dan organisasi, dimana keahlian tersebut digunakan, dan (2) rangkaian faktor khusus yang memudahkan atau bercampur dengan pemanfaatan keahlian baru oleh para pebelajar..

1. 3. Analisis Konteks Pembelajaran (Analysis of Learning Environment)

Terdapat dua aspek untuk analisis konteks pembelajaran, yaitu menentukan apa dan bagaimana seharusnya. Apa di sini adalah suatu tinjauan kondisi yang mana instruksi tersebut terjadi. Hal ini mungkin hanya terjadi di satu lokasi, seperti suatu pusat Terdapat dua aspek untuk analisis konteks pembelajaran, yaitu menentukan apa dan bagaimana seharusnya. Apa di sini adalah suatu tinjauan kondisi yang mana instruksi tersebut terjadi. Hal ini mungkin hanya terjadi di satu lokasi, seperti suatu pusat

Dalam analisis konteks pembelajaran, fokusnya meliputi unsur-unsur berikut ini:

1). Penyesuaian lokasi dengan Kebutuhan Pembelajaran

Dalam pernyataan sasaran pembelajaran yang dirancang pada tahap awal model ini, peralatan dan item pendukung lainnya juga diperlukan untuk menunjukkan sasaran yang disusun.Apakah lingkungan pembelajaran yang Anda kunjungi mencakup sasaran-sasaran ini?Dapatkah lingkungan tersebut sesuai dengan sasaran yang ada?

2. Penyesuaian Lokasi untuk Mendorong Lokasi Kerja.

Persoalan lain adalah penyesuaian lingkungan pelatihan dengan lingkungan kerja. Dalam lingkungan pelatihan, suatu upaya yang harus dilakukan untuk mendorong faktor-faktor dari lingkungan kerja yang secara kritis memang untuk ditampilkan.Apakah hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan dalam konteks pelatihan yang telah dirancang?Apakah yang harus diubah atau ditambahkan?

3). Penyesuaian untuk Pendekatan Penyampaian

Susunan kebutuhan peralatan dari pernyataan sasaran menunjukkan bagaimana seharusnya berkaitan dengan konteks pembelajaran, dan juga, konteks pelaksanaan.

4). Batasan-batasan Lokasi Pembelajaran yang Mempengaruhi Rancangan dan Penyampaian.

Seorang instruktur mengajar dua puluh hingga dua puluh empat pebelajar dalam suatu ruang kelas yang masih menggunakan metode pelatihan bersama.Pendidikan umum sendiri dipimpin oleh guru dengan dua puluh hingga dua puluh empat pebelajar.

Meskipun demikian, sejumlah pendekatan pembelajaran-mandiri dan fasilitas telah tersedia, dan lebih banyak instruksi akan disampaikan pada suatu komputer kerja yang mencakup sistem pendukung pelaksanaan elektronik. Ketika sistem-sistem ini menjadi lebih mampu dan tersedia untuk penggunaan pelatihan, maka prinsip-prinsip rancangan sistematis akan menjadi lebih diterapkan, bahkan untuk pengembangan instruksi yang efisien dan efektif.

Pengumpulan Data untuk Analisis Konteks Pembelajaran

Dalam banyak cara, analisis konteks pembelajaran bersifat sama terhadap lokasi kerja. Tujuan utama analisis ini adalah untuk mengenali fasilitas dan batasan yang ada dari lokasi tersebut.

Prosedur yang diikuti dalam menganalisa konteks pembelajaran adalah untuk merencanakan wawancara dengan instruktur, pengelola lokasi, dan pebelajar, jika memungkinkan.Begitu juga dengan analisis konteks pelaksanaan, maka rangkaian pertanyaan wawancara juga harus disiapkan.

Hasil-hasil pokok dari analisis konteks pembelajaran ini adalah sebagai berikut: (1) sebuah deskripsi tentang sejauh mana tingkat lokasi yang digunakan untuk menyampaikan pelatihan dengan keahlian yang diperlukan untuk beralih ke lokasi kerja, dan (2) sebuah susunan batasan yang akan menjadi implikasi-implikasi penting untuk proyek.

No Kategori informasi

Sumber Data

Diskripsi Karakteristik Pebelajar

1 Entry Behavior

Pembelajaran langsung

Pebelajar sudah mampu menggunakan jarum ,

Ujian

menggunakan gunting , memotong kain, menjahit,

Rekaman Ujian

mencari bahan kain strimin.

Pengalaman sendiri

Pebelajar sudah mengetahui dan menyukai pembuatan dan sistem penyajian

2 Sikap terhadap Materi

Pembelajaran langsung

Ujian

sulaman dan praktik membuatnya.

Rekaman Ujian Pengalaman sendiri

3 Motivasi

Pembelajaran langsung

Pebelajar memiliki motivasi yang tinggi terhadap materi

Ujian

pembuatan sulaman.

Rekaman Ujian Pengalaman sendiri

4 Pendidikan dan Tingkat Pembelajaran langsung Pembelajarnya adalah murid yang sudah duduk di Kemampuan

Ujian

kelas VII SMP Negeri 2 Mojokerto.

Rekaman Ujian Pengalaman sendiri

Kemampuan pebelajar agak beragam mengenai materi

Interview

pembuatan sulaman.

5 Gaya Belajar

Pembelajaran langsung

Pebelajar lebih suka diberikan demonstrasi pembuatan

Ujian

sulaman.

Rekaman Ujian Pengalaman sendiri

6 Sikap terhadap Lembaga Pembelajaran langsung Pebelajar pada umumnya bersikap positif terhadap

Ujian

lembaga.

Rekaman Ujian Pengalaman sendiri

7 Karakteristik Kelompok Pembelajaran langsung Heterogernitas: Pebelajar memiliki latar belakang yang Umum

BAHRUR ROSYIDI | MODEL PENGEMBANGAN DICK AND CARREY Ujian berbeda. Rata-rata usia peserta didik 11 tahun 31 – 13

Rekaman Ujian

tahun.

Pengalaman sendiri

Ukuran : Jumlah pebelajar kelas VII berjumlah 32 orang. Kesan Menyeluruh: Pebelajar memiliki kesan yang baik Ukuran : Jumlah pebelajar kelas VII berjumlah 32 orang. Kesan Menyeluruh: Pebelajar memiliki kesan yang baik

1. C. Hasil Pengembangan

1. Analisis pebelajar

2. Analisis Konteks Performansi

No Kategori informasi

Sumber Data

Karakteristik Pebelajar

1 Dukungan Kepala Sekolah Pembelajaran langsung Penghargaan: Kepala sekolah memberikan reward pada pebelajar. Bentuknya berupa reinforcement, set ifikat atau piagam.

2 Aspek fisik dari performansi Pengalaman pribadi pebelajar Sekolah menyiapkan fasilitas, sarana tempat

prasarana, waktu untuk pebelajar. Pebelajar bertanggungjawab untuk menyiapkan seluruhnya.

3 Aspek sosial

Pengalaman pribadi pebelajar

Interaksi: Pebelajar langsung belajar dilokasi yang berbeda dan didukung oleh kelompok kerja atau keluarga atau kawannya yang tahu materi pembuatan sulaman.

4 Aspek relevansi skills to

Identifikasi Kebutuhan: Pebelajar workplace. (.5)

Pengalaman pribadi pebelajar