HADIS DARI PERSPEKTIF SUNNI DAN SYIAH

1

HADIS DARI PERSPEKTIF SUNNI DAN SYIAH
Kamaluddin Nurdin Marjuni
Universiti Sains Islam Malaysia

Hadis Rasul atau sunnah Rasul adalah salah satu sumber hukum
Tasyri yang sangat penting dalam Islam. kepentingannya semakin nyata
melalui fungsi-fungsi yang dijalankannya sebagai penjelas dan penfasir alQur an, bahkan juga sebagai penetap hukum yang independen sebagaimana
al-Qur an sendiri. Itulah sebabnya, di kalangan “hli Sunnah, menjadi sangat
penting untuk menjaga dan mengawal pewarisan al-Sunnah ini dari generasi
ke generasi. Mereka –misalnya- menetapkan berbagai persyaratan yang ketat
agar sebuah hadits dapat diterima (dengan derajat shahih ataupun hasan).
Setelah meneliti dan membuktikan keabsahan sebuah hadis secara perawi
hadis (sanad), mereka tidak cukup berhenti hingga di situ. Mereka pun merasa
perlu untuk mengkaji ayat dan konten hadis (matan); sehingga mereka dapat
menyimpulkan dan mendapatkan hadis yang dapat dijadikan sebagai sumber
hukum dalam berhujjah.
Pada dasarnya Syiah menolak hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para
ahli hadits Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seperti Imam Bukhari, Muslim,
Tirmidzi dan lainnya. Kalaupun mereka menyebutkannya, itu dalam rangka

taqiyah atau jika itu mereka anggap mendukung ajaran mereka. Syiah hanya
menerima hadis yang diriwayatkan oleh perawi Ahlul Bait.
Syiah Imamiyah Ithsna'asyariah terpecah kepada tiga puak: Akhbariyah
(Menolak pembagian hadis), Usulliyyah dan Shaikiyyah. Dan apapun halnya
perbezaan syiah dalam masalah hadis, mereka mengklaim bahawa penulisan
hadis-hadis riwayat syiah sudah dimulai sejak zaman Nabi seperti halnya
dalam keilmuan Ahli Sunnah. Akan tetapi selanjutnya yang membuat beza
adalah, bahawa menurut syiah, orang pertama yang melakukan adalah Nabi
itu sendiri. iaitu melalui tangan Imam pertama mereka, Ali bin Abi Thalib.
dalam catatan sejarah syiah, Nabi saw. memiliki sebuah shahifat, lembarlembar kertas yang selalu digantungkannya di bahu pedang beliau. Kemudian
Rasulullah saw. mendiktekan hadits-haditsnya pada Imam Ali ra. untuk
disalin kedalam shahifahnya. Tatkala Rasulullah saw. meninggal dunia Imam
Ali ra. memelihara shahifah tersebut dengan baik. Shahifah tersebut kemudian
lebih dikenal dengan nama kitab Ali 1.

1

Abdullah Ali al-Daqqaq, Hakikah Mushaf Imam Ali, 31, Beirut, Dar al-Safwat, 2009.

2


Definisi syiah terhadap hadis Nabi Muhammad tidak sebagaimana
pandangan Sunni. Terdapat perbezaan yang bersifat prinsip baik mengenai
epistemologi, jalur periwayatan, penerimaan maupun penggunaannya.
Definisi sunnah atau hadis menurut Syi ah sebagaimana yang dinyatakan oleh
seorang ulama hadis Syiah bernama (al-Mamqani): bahwa hadis adalah:
setiap sesuatu yang sumbernya dari Nabi Muhammad dan orang yang
ma shum para imam
, baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan
2. Selain itu, syiah berkeyakinan bahawa hadis-hadis yang bersumber dari para
Imam adalah sahih tanpa perlu kesinambungan riwayat (Ittishal alSanad) dengan Rasulullah saw. sebagaimana persyaratan keshahihan hadits
dikalangan Sunni. Pandangan di atas sudah menjadi cara pandang kalangan
syiah secara umum, baik yang ekstrem maupun syiah yang sederhana.
Jadi apa yang disebut Sunnah atau Hadis oleh Syiah bukan hanya
berupa ucapan, perilaku, sikap, kebiasaan Nabi sebagaimana yang
didefinisikan oleh Ahli Sunnah, tapi juga termasuk seluruh ucapan, perilaku,
sikap para imam Ma shum yang berjumlah .
Dalam hal pembagian hadis, puak Usuliyyah memiliki cara tersendiri
dan berbeza dengan sunni, menurut mereka hadis terbagi menjadi dua jenis
hadits, yaitu hadis Mutawatir dan hadis Ahad.

Hadis Mutawatir versi Syiah ini sebenarnya tidak jauh berbeza dengan
kalangan sunni, yakni hadis yang diriwayatkan oleh sebuah sekumpulan
(jama'ah) yang mencapai bilangan yang amat besar sehingga tidak mungkin
mereka berbohong dan salah 3. Hadis seperti ini adalah hujjah dan harus
dijadikan landasan dalam beramal.
Sedangkan hadis Ahad, adalah hadis yang tidak mencapai derajat
tawatur, rawi yang diriwayatkannya satu atau lebih 4. Definisi ini tidak jauh
berbeza dengan definisi Ahli Sunnah, Kemudian.
Perlu disebutkan bahawa syiahpun mengklasifikasikan hadis ke
beberapa jenis hadis sebagaimana dalam metodologi Ahli Sunnah, dan dalam
2

Al-amqani, Miqbaas al-Hidayah fi Ilmi al-Dirayah, 1/68..
Lihat: Zainuddin al- A ili, al-Dirayah, 1/125. Dan bandingkan dengan definisi Al-Suyuti dalam kitab
Tad ib al-‘awi , /
.
4
Lihat: Zainuddin al- A ili, al-Dirayah, 1/5. AL-Mazindarani, Miqyas al-Riwayah, 32. Dan bandingkan
de ga defi isi Ib u Ja a ah dala kitab Al-Manhal al-‘awi , .
3


3

kajian hadis Syiah metodologi pembagian hadis baharu dikenal pada masa
imam Ahmad bin Tawus yang wafat pada tahun 673 Hijrah. Pada masa
sebelumnya hadis dibagi kepada dua bagian saja, iatu hadis sahih dan hadis
daif. Oleh karena itu syiah terpaksa mengakui ketebelakangannya dalam
metodologi hadis, hal ini diakui oleh Ayatullah Syed Hasan al-Sadr beliau
menyatakan bahawa Ahmad bin Tawus adalah orang yang merumuskan dan
mengarang istilah dan pembagian hadis syiah kepada Sahih, Hasan, Muwatstsaq dan da if 5.
Dengan demikian jelas bahwa syiah tidak mengenal pembagian hadis
sahih, hasan, muwats-tsaq, dan da if sebelum datangnya sang peletak
rumusan hadis (imam Ahmad bin Tawus), hal ini disebabkan karena adanya
keyakinan bahawa sebagian riwayat yang ada dalam kitab
hadis mu tamad mereka adalah sahih seratus peratus. Oleh karena itu syiah
imamyah Akhbariyah telah membatasi hanya empat kitab mu tamad sahaja,
iaitu:
- Pertama: Kitab “l-Kafi , yang ditulis oleh “l-Kulaini (Muhammad bin
Ya qub bin Ishaq .
- Kedua: Tahdzib Al-“hkam, karangan “bu Ja far “t-Thusi (Muhammad bin

Hasan bin “li .
- Ketiga: Al-Istibshar, juga dikarang oleh “bu Ja far “t-Thusi. ((Muhammad
bin Hasan bin “li .
- Keempat: Man La Yahduruhul Faqih, oleh Ibnu Babawaih Al-Qummi (Abu
Ja far, Muhammad bin “li bin Husain bin Musa .
Mereka berpendapat bahwa keempat kitab hadis di atas memiliki sanad
yang qath'i, atau memiliki sumber yang terpercaya. Oleh karena itu, sanadnya
tidak perlu diteliti lagi. Dan mereka tidak mengakui pembagian hadits kepada
shahih, hasan, mautsuq, dha'if, dan sebagainya. Karena mereka melihat bahwa
semua hadits hukumnya sahih. Dan mereka mewajibkan untuk bersikap hatihati ketika merasa ragu terhadap suatu pengharaman, meskipun tidak
memiliki maklumat mengenainya secara umum. Dan mereka tidak mengakui
dalil aqli (akal) dan dalil Ijma' yang merupakan sumber dalil yang disebutkan
di dalam ushul fiqh, dan hanya mengakui dua sumber dalil saja, yaitu dalil alQur`an dan dalil hadits. Oleh karena itu, mereka dikenal dengan nama alAkhbariyah, disebabkan oleh kebergantungan mereka terhadap akhbar

5

Hasan al-“ad , Ta sis al-Syiah li Al-Ulum al-Islamiyah, 295.

4


(Hadits). Dan mereka berpendapat tidak ada gunanya mempelajari ilmu ushul
fiqh, sebab ilmu itu tidak memiliki nilai-nilai kebenaran.
Berikut penjelasan pembagian hadis tersebut :
1)

Shahih.
Bentuk hadis ini diriwayatkan oleh seorang penganut Syi'ah Imamiah
yang telah diakui kejujurannya “dalah-nya) dan dengan jalan yang shahih.

2)

Hasan.
Perawi yang meriwayatkannya adalah seorang Syi'ah Imamiah yang
terpuji, tidak ada seorangpun yang jelas mengecamnya.
3)

Muwats-tsaq.
Merupakan hadis dari seorang yang ma shum dan diriwayatkan oleh
rawi yang bukan dari kalangan oang Syiah, namun ia adalah orang yang dapat
dipercayai (Tsiqah) atau terpercaya dalam periwayatan.

4)

Dha'if.
Hadis ini lemah kedudukannya, sebab hadisnya tidak mempunyai
kriteria-kriteria tiga kelompok hadis di atas, seperti misalnya sang rawi tidak
menyebutkan seluruh rawi yang meriwayatkan hadis kepadanya.
Dari uraian diatas, secara umum dapat disimpulkan bahawa hadis versi
syiah hanya dapat diterima apabila terdapat unsur kepercayaan Imamah ,
sehingga syarat utama diterimanya sebuah hadis adalah wajib bersumberkan
dari para imam ma sum atau dari kalangan syiah.

* Apakah Kitab Al-Kafi Seluruh Isinya Sahih (Betul)?
Al-Kafi adalah kitab hadis Syiah yang ditulis oleh Abu Ja'far
Muhammad bin Ya'qub bin Ishaq al-Kulaini al-Razi pada abad ke 4 H. Kitab
ini ditulis selama 20 tahun yang memuat 16. 199 hadis.
Al-Kulaini dilahirkan di sebuah kampung bernama al-Kulain atau alKulin di Iran. Beliau adalah di kalangan ulama yang masyhur di Ray, Iran.
Kemudian beliau telah berpindah ke Baghdad kerana menjadi ketua ulama
kepada pengikut Syi'ah Imam Dua Belas di sana semasa pemerintahan alMuqtadir. Beliau telah hidup di zaman sufaraa' (wakil-wakil Imam al-Mahdi
a.s) dan mati di Kufah pada tahun 328/329 hijrah bersamaan 939/940 masihi.


5

Buku al-Kafi boleh dibahagikan kepada tiga bahagian. Bahagian
pertama al-Kafi membincangkan mengenai Usul yang mengandungi lapan bab
(kutub) seperti kitab akal dan kejahilan, kitab kelebihan ilmu, kitab tauhid,
kitab al-Hujjah (kitab ini), kitab iman dan lain-lain, dinamakan al-Usul min alKafi atau Usul al-Kafi.
Bahagian kedua al-Kafi atau Furu' membincangkan tentang Furu' yang
mengandungi dua puluh enam (26) bab (kutub) seperti kitab kebersihan, kitab
sembahyang, kitab haid, kitab jenazah, kitab puasa, kitab haji dan lain-lain,
maka ia dinamakan al-Furu' min al-Kafi. Bahagian ketiga Raudhat al-Kafi
membincangkan mengenai Furu', Usul secara ringkas, alam semesta, rawatan
penyakit dan lain-lain mengandungi lima ratus sembilan puluh tujuh (597)
hadis, maka ia dinamakan Raudhat al-Kafi. Adapun Kitab al-Hujjah
mengandungi 1015 hadis para imam Ahlul Bait a.s.
Apapun halnya, bagi syiah Imamiah keistimewaan al-Kafi terletak
kepada sanad dan matannya yang bersambung dan tidak terputus dengan
para Imam Ahlul Bait.
Berbagai pandangan tentang kesahihan kitab ini dalam seratus peratus
dan disamakan dengan rujukan hadis sunni yang sahih seperti kitab hadis
Bukhari dan Muslim. Berikut pandangan ulama syiah tentang kitab al-Kafi:

Pertama: Golongan Yang Mengakui Kesahihan Al-Kafi Seratus Peratus
Disebutkan dalam muqaddimah kitab al-Kafi bahawa kitab ini adalah
kitab hadis syiah yang paling sahih: saya katakan kamu ingin memiliki kitab
yang lengkap, berisi ajaran ilmu agama yang lengkap bagi pelajar dan
dijadikan rujukan bagi mereka yang ingin mencari petunjuk, menjadi referensi
bagi mereka yang ingin mencari ilmu agama dan mengamalkannya dengan
riwayat yang sahih dari orang-orang jujur , kemudian Ali Akbar Al - Ghifari,
pentahqiq kitab “l Kafi menyatakan: mazhab Imamiyah sepakat bahwa
seluruh isi kitab “l Kafi adalah sahih 6.
Di tempat lain, Abdul Husein Syarafuddin Al Musawi dalam kitab Al
Muraja at menegaskan bahawa kitab hadis: yang terbaik dari yang dibukukan
adalah empat kitab yang merupakan pegangan mazhab Imamiyah dalam
6

Muqaddimah Al-Kafi, 1/7.

6

masalah ushul maupun furu sejak zaman pertama hingga masa kini, yaitu
kitab Al-Kafi, Al-Tahdzib, Al-Istibshar dan Man La Yahdhuruhu al-Faqih,

semua isinya adalah mutawatir dan dipastikan status kesahihannya, dan Al
Kafi adalah yang paling terdahulu, paling hebat, paling bagus7.
Sementara pujian-puijian yang sangat berlebihan datang dari Agha
”arzak yang mengatakan: “l-Kafi adalah kitab yang terbaik dari empat kitab
yang dijadikan pegangan bagi mazhab syi ah. Tidak pernah ada kitab riwayat
dari keluarga Nabi yang menyamai Al Kafi8. Pujian yang sama, Abbas AlQummi menyatakan: “l Kafi adalah kitab yang terbaik dalam Islam, kitab
syi ah yang terbaik yang tidak pernah ada lagi kitab syi ah yang seperti itu,
Muhammad Amin Al Istrabadi menyatakan: kami mendengar dari para guru
dan ulama kami bahwa tidak ada kitab dalam Islam yang menyamai atau
mendekati Al kafi9.
Setelah membandingkan dan memuji empat kitab di atas, seorang ahli
tafis syiah imamiyah bernama Al-Faidh Al-Kasyani menerangkan bahwa kitab:
“l-Kafi adalah kitab hadis yang paling mulia, paling hebat, paling sahih,
paling sempurna dan paling lengkap , padahal dia juga mengakui bahwa “l
Majlisi menganggap kebanyakan riwayat yang ada dalam kitab Al Kafi adalah
tidak sahih10.
Sanjungan silih berganti dan berdatangan dan tidak kalah hebatnya
dengan pujian-pujian sebelumnya, kali ini Al-Nuri Al- Thabrasi mengatakan:
posisi kitab “l-Kafi di antara empat kitab adalah bagaikan matahari
dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di langit, jika orang yang

bersifat objektif menelaah kitab Al-Kafi, maka dia tidak perlu lagi meneliti
kesahihan perawi yang ada dalam kitab itu, dan akan segera percaya bahawa
isi kitab itu adalah sahih11. Kemudian Al- Hurr Al- Amili menyimpulkan
bahawa mengenai kesahihan penulisan kitab ini, adalah sebenar-benarnya

7

Mu aja ah, o

.

8

Al- Dza i ah ila Tasa if Al-Syiah, 17/245.

9

Al-Kunya wa Al-Aab, 3/98.

10

Muqaddimah Al-Kafi, 1/8.

11

Mustadrak Al- Wasa il, /

.

7

ditulis oleh Al- Kulaini, dan riwayat-riwayat yang ada di dalamnya adalah
benar berasal dari para imam-imam12.
Yang sangat menarik dari sekian sanjungan bagi kitab al-Kafi, adalah
ucapan shekh Muhammad Sadiq Al-Sadr: dikisahkan bahawa kitab al-Kafi
ditunjukkan pada Imam Mahdi lalu beliau menyatakan: kitab ini cukup bagi
syi ah kami13.
Kesimpulan pendapat di atas bahawa isi, riwayat dan sanad daripada
kitab al-Kafi adalah sahih, mantap sehingga tidak perlu diperdebatkan
kesahihannya.
Kedua: Golongan Yang Tidak Mengakui Kesahihan Al-Kafi Seratus Peratus
Sebagian ulama syiah mengkritik kitab al-Kafi, terutama ulama-ulama
syiah kontemporari, sebab bagi mereka Al-Kulaini sebenarnya hanya
mengumpulkan sahaja riwayat-riwayat yang ia didapatkan dari berbagai
orang yang mengaku mengikuti para imam Ahlul Bait. Dan tentunya ini suatu
kewajaran dari hasil perkembangan bacaan dan telaah dan perlu
disebarluaskan untuk perhatian kepada dunia Islam, bahawa dalam tradisi
keilmuan syiah terjadi pergeseran dan perubahan.
Di antara ulama syiah tersebut adalah imam Al-Hilli, ia telah berupaya
menilai kembali hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Kafi, dan
menyimpulkan bahawa tidak semua kandungan kitab al-Kafi sahih, sebab
didalamnya ada juga hadis yang hanya dalam tingkat muwatstsaq, hasan dan
dhaif.
Usaha ini tentunya usaha berani, sehingga pada awalnya dicabar oleh
sekelompok orang yang disebut kaum Akhbariyah. Kelompok ini yang
dipimpin oleh Mulla Amin Al-Astarabadi mencabar berat imam Al- Hilli yang
dianggap telah berkhianat pada mazhab syiah.
Seperti sebelumnya telah dijelaskan bahwa kaum Akhbariayah
menganggap setiap hadis dalam empat kitab rujukan hadis syiah (Al-Kafi, Al12

Khati atul Wasa il,

13

Al-Syiah, 122.

.

8

Tahdzib, Al-Istibshar dan Man La Yahdhuruhu al-Faqih) semuanya adalah
sahih dan tidak perlu dipertikaikan kesahihannya.
Penentangan dan cabaran kelompok Akhbariyah berakhir dengan
kegagalan, dan tidak sanggup menghadapi penilaian objektif kelompok
Ushuliyah yang terus menerus mensosialisasikan kedudukan kitab al-Kafi
bahawa tidak semua isinya sahih. Sehingga ulama-ulama syiah seperti imam
Al-Tusi, Shekh al-Mufid, Shekh Murtadha Al-Ansari bergerak bersama
mendedahkan kepada masyarakat tentang hasil temuan dan kajian mereka
yang objektif dalam menilai sumber rujukan hadis empat kitab di atas dan
khususnya kitab al-Kafi.
Sebagai hasil penilaian kembali terhadap kitab al-Kafi, seorang ulama
syiah bernama al-Sayyid Ali al-Milani, mendapati bahawa dari 16. 199 jumlah
hadis al-Kafi, terdapat 5.072 hadis shahih, 144 hasan, 1128 hadis Muwatstsaq
(hadis yang diriwayatkan perawi bukan syiah tetapi dipercayai oleh syiah), 302
hadis Qawiy (kuat) dan 9.480 hadis dhaif14.
Dalam kitab Masadir Al-Hadits Inda Al- Syiah Al- Imamiah yang
ditulis oleh Muhaqqiq Sayid Muhammad Husain Jalali. Beliau
mengklasifikasikan hadis dalam kitab Al-Kafi dengan perincian sebagai
berikut : Jumlah hadis secara keseluruhan : 1621 (termasuk riwayat dan cerita),
Hadis lemah / dha if :
, Hadis yang benar / hasan : 114, Hadis yang dapat
dipercaya/mawtsuq : 118, Hadis yang kuat / Qawi : 302, Hadis shahih : 5702.
Di tempat lain Al-Sayyid Muhammad al-Mujahid al-Tabataba i
juga mengemukakan hujah bahawa tidak semua riwayat al-Kafi sahih15.

H

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ayatullah Husain `Ali al-Muntazari
mengenai ketidaksahihan riwayat dalam al-Kafi, Ia mengatakan:
Kepercayaan al-Kulaini akan kesahihan riwayat (di dalam kitabnya) tidak
termasuk dalam hujah syar iah karena dia bukanlah ma sum di sisi kami 16.

14

Al- Riwayat Li AHadis Al-Tahrif, Majalah Turathuna, Bil 2 Ramadhan 1407 H hal 257.

Pa da ga i i di u ilka oleh seo a g ula a
dala buku ya Di asat al-Hadits, 135-136.

15

16

Lihat: Dirasat fi Makasib al-Muharramah, 3/123.

ode

syiah I a iah iaitu Hasyi

Ma uf Husyei

9

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat lebih dari 50% hadis
dalam Al-Kafi adalah berstatus lemah (dhaif). Walaupun begitu jumlah hadis
yang dapat dijadikan hujjah (yaitu selain hadis yang dhaif) jumlahnya cukup
banyak, kira-kira hampir sama dengan jumlah hadis dalam Shahih Bukhari.
Dan sebagai point untuk sumber hadis sunni dapat disimpulkan bahwa hadis
Bukhari jelas keunggulannya di banding dengan hadis al-Kafi, sebab hadis jika
terdapat dalam Sahih Bukhari maka itu sudah cukup untuk membuktikan
keshahihannya. Sedangkan suatu hadis jika terdapat dalam Al- Kafi maka
tidak bisa langsung dikatakan sahih, karena hadis itu harus diteliti sanad dan
matannya berdasarkan kitab Rijal Syiah atau merujuk kepada Ulama Syiah
tentang kedudukan hadis tersebut.
Berikut isi kandungan kitab al-Kafi untuk pertimbangan akal pikiran
yang sehat, dengan kata lain isi kandugan ini apa boleh masuk dalam akal
logika manusia?.















Bab (1) Keperluan kepada al-Hujjah.
Bab (2) Tingkatan para nabi, para rasul dan para imam a.s.
Bab (3) Perbezaan antara rasul, nabi dan muhaddath.
Bab (4) Sesungguhnya al-Hujjah tidak dapat diperkukuhkan untuk
Allah Ke atas makhluk-Nya kecuali melalui seorang imam a.s.
Bab (5) Sesungguhnya bumi tidak pernah sunyi daripada al-Hujjah.
Bab (6) Jika tidak tinggal di bumi kecuali dua orang lelaki, nescaya salah
seorang daripada mereka berdua adalah al-Hujjah.
Bab (7) Mengenali seorang imam a.s dan merujuk [segala perkara]
kepadanya.
Bab (8) Fardu mentaati para imam a.s.
Bab (9) Sesungguhnya para imam a.s adalah saksi-saksi Allah ke atas
makhluk-Nya.
Bab (10) Sesungguhnya para imam a.s adalah penunjuk.
Bab (11) Sesungguhnya para imam adalah uli amri llah dan penyampai
ilmu-Nya
Bab (12) Sesungguhnya para imam a.s adalah khalifah Allah di bumiNya dan pintu-pintu-Nya yang didatangi.
Bab (13) Sesungguhnya para imam a.s adalah cahaya Allah.
Bab (14) Sesungguhnya para imam a.s adalah tiang-tiang bumi.

10

 Bab (15) Hadis-hadis yang luar biasa tentang kelebihan imam a.s dan
sifat-sifatnya.
 Bab (16) Sesungguhnya para imam a.s adalah mereka yang mempunyai
kuasa dan merekalah yang didengkikan.
 Bab (17) Sesungguhnya para imam a.s adalah mereka yang disebutkan
oleh Allah a.w di dalam kitab-Nya.
 Bab (18) Sesungguhnya ayat-ayat yang disebutkan oleh Allah di dalam
kitab-Nya adalah para imam a.s.
 Bab (19) Apa yang difardukan oleh Allah a.w dan Rasul-Nya s.a.w
adalah bersama para imam a.s.
 Bab (20) Sesungguhnya Ahl al-Zikr yang Allah perintahkan makhlukNya supaya bertanya kepada mereka merupakan para imam a.s.
 Bab (21) Sesungguhnya mereka yang disifatkan oleh Allah di dalam
kitab-Nya dengan ilmu adalah para imam a.s.
 Bab (22) Sesungguhnya orang yang mendalam ilmunya adalah para
imam a.s.
 Bab (23) Sesungguhnya para imam a.s dikurniakan ilmu yang
ditetapkan di dalam dada mereka.
 Bab (24) Tentang hamba-hamba yang dipilih oleh Allah dan
mewariskan mereka dengan kitab-Nya, mereka adalah para imam a.s.
 Bab (25) Sesungguhnya para imam di dalam kitab Allah ada dua jenis:
Imam yang menyeru kepada Allah dan imam yang menyeru kepada
neraka.
 Bab (26) Sesungguhnya al-Qur an memberi petunjuk kepada imam a.s.
 Bab (27) Sesungguhnya nikmat yang telah disebut oleh Allah di dalam
kitab-Nya adalah para imam a.s.
 Bab (28) Sesungguhnya mutawassimin yang disebut oleh Allah di
dalam kitab-Nya, mereka adalah para imam a.s.
 Bab (29) Pembentangan semua amalan kepada Nabi s.a.w dan para
imam a.s.
 Bab (30) Sesungguhnya jalan (wilayah) yang digalakkan supaya tetap di
atasnya adalah wilayah Ali a.s.
 Bab (31) Sesungguhnya para imam a.s adalah galian ilmu, pokok
kenabian dan tempat turunnya malaikat.
 Bab (32) Sesungguhnya para imam adalah pewaris ilmu, seorang
(imam) mewarisi ilmu daripada seorang (imam) yang lain.
 Bab (33) Sesungguhnya para imam a.s telah mewarisi ilmu Nabi s.a.w,
ilmu semua nabi dan wasi sebelum mereka.

11

 Bab (34) Sesungguhnya para imam a.s di sisi mereka semua kitab yang
diturunkan di sisi Allah a.w dan sesungguhnya mereka mengetahui
[nya] sekalipun berbeza bahasanya.
 Bab (35) Sesungguhnya tidak seorangpun yang telah mengumpulkan alQur an kesemuanya melainkan para imam a.s., sesungguhnya mereka
mengetahui semua ilmu.
 Bab (36) “pa yang diberikan kepada para imam a.s tentang nama “llah
yang maha besar .
 Bab (37) Tanda-tanda para nabi a.s dimiliki oleh para imam a.s.
 Bab (38) Apa yang dimiliki oleh para imam a.s terhadap senjata
Rasulullah s.a.w dan barang miliknya.
 Bab (39) Umpama senjata Rasulullah s.a.w sepertilah Tabut pada Bani
Israel.
 Bab (40) Padanya sebutan mashaf, al-Jafar, al-Jami dan mashaf Fatimah
a.s.
 Bab (41) Tentang inna anzalna-hu fi lailati l-Qadr dan tafsirnya.
 Bab (42) Tentang para imam a.s bertambah ilmu mereka pada malam
Jumaat.
 Bab (43) Jikalaulah para imam a.s tidak bertambah apa yang mereka
mahu, nescaya habislah apa yang ada pada sisi mereka.
 Bab (44) Sesungguhnya para imam a.s mengetahui semua ilmu yang
telah keluar kepada malaikat, para nabi dan para rasul a.s.
 Bab (45) [Hadis] pelik mengenai ghaib.
 Bab (46) Sesungguhnya para imam a.s apabila mereka mahu
mengetahui, mereka mengetahui.
 Bab (47) Sesungguhnya para imam mengetahui bila mereka akan mati
dan sesungguhnya mereka tidak akan mati melainkan dengan pilihan
mereka sendiri.
 Bab (48) Sesungguhnya para imam a.s mengetahui ilmu yang telah
berlaku, ilmu yang akan berlaku dan sesungguhnya tidak ada sesuatu
yang tersembunyi daripadanya.
 Bab (49) Sesungguhnya Allah tidak mengajar ilmu kepada Nabi-Nya
melainkan Dia memerintahkannya supaya mengajarnya pula kepada
Amir al-Mukminin Ali a.s, sesungguhnya beliau a.s adalah kongsi
ilmunya.
 Bab (50) Dimensi ilmu para imam a.s.
 Bab (51) Sesungguhnya para imam a.s jika rahsia mereka tidak
disembunyikan, necaya mereka menceritakan kepada setiap orang
manfaatnya dan mudaratnya.

12

 Bab (52) Penyerahan kepada Rasulullah s.a.w dan para imam a.s dalam
urusan agama.
 Bab (53) Tentang para imam a.s yang menyerupai mereka yang telah
berlalu dan kebencian bercakap tentang mereka dengan kenabian.
 Bab (54) Para imam a.s muhaddathuun mufahhamuun.
 Bab (55) Tentang sebutan roh-roh pada para imam a.s.
 Bab (56) Roh yang diarahkan oleh Allah ke atas para imam a.s.
 Bab (57) Waktu seorang imam mengetahui semua ilmu imam
sebelumnya.
 Bab (58) Para imam a.s adalah sama dari sudut ilmu, keberanian dan
ketaatan 156.
 Bab (59) Sesungguhnya seorang imam a.s mengetahui seorang imam a.s
selepasnya dan firman “llah Sesungguhnya “llah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya
diturunkan ke-pada mereka a.s.
 Bab (60) Sesungguhnya imamah adalah janji daripada Allah a.w yang
dijanjikan daripada seorang imam kepada seorang imam yang lain a.s
 Bab (61) Sesungguhnya para imam a.s tidak pernah melakukan sesuatu
melainkan dengan janji Allah a.w dan perintah daripada-Nya serta
mereka tidak akan melampauinya.
 Bab (62) Beberapa perkara yang mewajibkan Hujjah seorang imam a.s.
 Bab (63) Penerusan imamah pada keturunan dan sesungguhnya ia tidak
biasa berlaku kepada saudara lelaki, tidak kepada bapa saudara sebelah
bapa atau mana-mana keluarga selain daripada mereka.
 Bab (64) Apa yang dinaskan oleh Allah dan Rasul-Nya ke atas para
imam a.s seorang selepas seorang.
 Bab (65) Isyarat dan nas ke atas Amir al-Mukminin a.s.
 Bab (66) Isyarat dan nas ke atas al-Hasan bin Ali a.s.
 Bab (67) Isyarat dan nas ke atas al-Husain bin Ali a.s.
 Bab (68) Isyarat dan nas ke atas Ali bin al-Husain a.s.
 ”ab . Isyarat dan nas ke atas “bu Ja far Muhammad al-Baqir a.s.
 Bab (70) Isyarat dan nas ke atas “bu “bdillah Ja far bin Muhammad alSadiq a.s.
 Bab (71) Isyarat dan nas ke atas Abu al-Hasan Musa a.s.
 Bab (72) Isyarat dan nas ke atas Abu al-Hasan al-Ridha a.s.
 Bab (73) Isyarat dan nas ke atas “bu Ja far al-Thani a.s.
 Bab (74) Isyarat dan nas ke atas Abu al-Hasan al-Thalith a.s.
 Bab (75) Isyarat dan nas ke atas Abu Muhammad a.s.
 Bab (76) Isyarat dan nas ke atas tuan rumah (sahib al-Dar) a.s.
 Bab (77) Penamaan mereka yang telah melihatnya a.s.

13

























Bab (78) Bab tentang larangan menyebut namanya.
Bab (79) Bab yang luar biasa tentang keghaibannya.
Bab (80) Bab tentang ghaib.
Bab (81) Penjelasan di antara dakwaan orang yang benar dan orang yang
batil tentang urusan imamah.
Bab (82) Bab makruh menetapkan waktu.
Bab (83) Bab pemeriksaan dan ujian.
Bab 84. Sesungguhnya sesiapa yang telah mengetahui imamnya, maka
cepat atau lewatnya urusan ini, tidak akan memudaratkannya.
Bab (85) Sesiapa yang telah mendakwa imamah, tetapi beliau tidak
mempunyai kelayakan dan sesiapa yang telah mengingkari para imam
a.s atau sebahagian daripada mereka dan sesiapa yang telah
menetapkan imamahkepada orang yang tidak mempunyai kelayakan.
Bab (86) Tentang orang yang telah beragama dengan agama Allah a.w
tanpa imam daripada Allah jalla jalaalah.
Bab (87) Sesiapa yang telah mati dan tiada baginya imam daripada para
imam petunjuk iaitu daripada bab pertama.
Bab (88) Tentang orang yang telah mengetahui kebenaran daripada
Ahlu l-Bait dan orang yang telah mengingkarinya.
Bab (89) Perkara yang wajib bagi manusia ketika matinya imam a.s.
Bab (90) Tentang imam a.s bilakah beliau mengetahui
urusan imamahberpindah kepadanya.
Bab (91) Keadaan para imam a.s tentang umur.
Bab (92) Sesungguhnya seorang imam a.s tidak akan dimandikan
(jenazahnya) melainkan oleh seorang imam daripada para imam a.s.
Bab (93) Kelahiran para imam a.s.
Bab (94) Penciptaan badan para imam, roh mereka dan hati mereka a.s.
Bab (95) Penerimaan sepenuhnya dan kelebihan mereka yang menerima
sepenuhnya.
Bab (96) Kewajipan orang ramai selepas menunaikan manasik haji
supaya mendatangi imam a.s untuk bertanya kepadanya tentang tandatanda agama 323.
Bab (97) Sesungguhnya para imam a.s dikunjungi oleh para malaikat di
rumah mereka, menjejaki hamparan mereka dan mendatangi mereka
dengan berita-berita.
Bab (98) Sesungguhnya jin mendatangi mereka dan bertanya mereka
tentang tanda-tanda agama dan merujuk kepada mereka a.s.
Bab (99) Tentang para imam a.s, sesungguhnya apabila mereka
terserlah, mereka menghukum dengan hukuman Daud dan keluarga
Daud dan mereka tidak bertanya saksi, di atas mereka salam.

14

 Bab (100) Sesungguhnya sumber ilmu adalah daripada rumah keluarga
Muhammad s.a.w.
 Bab (101) Tidak ada sesuatu kebenaran di tangan manusia melainkan
apa yang telah keluar dari sisi para imam a.s dan sesungguhnya setiap
sesuatu yang tidak keluar dari sisi mereka a.s, maka ia adalah batil.
 Bab (102) Sesungguhnya hadis mereka adalah sulit dan menyulitkan.
 Bab (103) Apa yang diperintahkan oleh Nabi s.a.w tentang rujukan
nasihat kepada para imam muslimin dan penyertaan mereka dan
siapakah mereka?.
 Bab (104) Apa yang wajib daripada hak seorang imam a.s ke atas rakyat
dan hak rakyat ke atas seorang imam a.s.
 Bab (105) Sesungguhnya bumi semuanya untuk imam a.s.
 Bab (106) Sirah imam a.s pada dirinya, pada makanannya dan
pakaiannya apabila beliau menjalankan urusan.
 Bab (107) Bab tentang perkara yang pelik.
 Bab (108) Anekdot dan kutipan daripada al-Qur an tentang wilayah.
 Bab (109) Kutipan dan kumpulan riwayat tentang wilayah.
 Bab (110) Mengetahui para wali dan penyerahan kepada mereka a.s.
 Bab (111) Kelahiran Nabi s.a.w dan keluarganya.
 Bab (112) Larangan penyeliaan di atas kubur Nabi s.a.w.
 Bab (113) Kelahiran Amir al-Mukminin a.s.
 Bab (114) Kelahiran al-Zahra Fatimah a.s.
 Bab (115) Kelahiran al-Hasan bin Ali a.s.
 Bab (116) Kelahiran al-Husain bin Ali a.s.
 Bab (117) Kelahiran Ali bin al-Husain a.s.
 Bab (118) Kelahiran “bu Ja far Muhammad bin “li a.s.
 Bab (119) Kelahiran “bu “bdillah Ja far bin Muhammad a.s.
 Bab (120) Kelahiran Abu al-Hasan Musa bin Ja far a.s.
 Bab (121) Kelahiran Abu al-Hasan al-Ridha a.s.
 Bab (122) Kelahiran “bu Ja far Muhammad bin “li al-Thani a.s.
 Bab (123) Kelahiran Abu al-Hasan Ali bin Muhammad a.s.
 Bab (124) Kelahiran Abu Muhammad al-Hasan bin Ali a.s.
 Bab (125) Kelahiran Sahib al-Zaman a.s.
 Bab (126) Hadis-hadis tentang dua belas para imam dan nas-nas ke atas
mereka a.s.
 Bab (127) Apabila sesuatu dikatakan kepada seseorang, tetapi ia tidak
terjadi kepadanya, maka ia terjadi kepada anaknya atau cucunya kerana
beliaulah dikatakan kepadanya.
 Bab (128) Sesungguhnya para imam a.s semuanya melaksanakan
perintah Allah, penunjuk kepada-Nya.

15

 Bab (129) Hubungan [dengan] imam a.s.
 Bab (130) Al-Fai , anfaal, tafsir khumus dan batasannya serta apa yang
wajib padanya.