GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (1)

Profesi pendidikan

GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PROFESIONAL
Secara definisi kata “guru” bermakna sebagai pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
,dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu
akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin
dari kompetensi ,kemahiran,kecakapan,atau keterampilan yang memenuhi standar
mutu atau norma etik tertentu. Definisi guru tidak termuat dalam UU No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), dimana didalam UU ini
profesi guru dimasukkan ke dalam rumpun pendidik.
Sesungguhnya guru dan pendidik merupakan dua hal yang bisa berbeda
maknanya. Kata pendidik (Bahasa Indonesia) merupakan padanan dari kata
educator (Bahasa Inggris). Di dalam Kamus

Webster kata educator berarti

educationist atau educationalist yang padanannya dalam bahasa Indonesia adalah
pendidik ,spesialis di bidang pendidikan, atau ahli pendidikan. Kata guru(Bahasa
Indonesia) merupakan padanan dari kata teacher (Bahasa Inggris). Di dalam

Kamus Webster ,kata teacher bermakna sebagai “the person who teach,especially
in school” atau guru adalah seseorang yang mengajar ,khususnya di sekolah.
Kini, penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan
pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.74 Tahun 2008 tentang
Guru,sebutan guru mencakup :(1) guru itu sendiri,baik guru kelas,guru bidang
studi,maupun guru bimbingan dan konseling atau guru bimbingan karir; (2)guru
dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan
pengawas. Sebagai perbandingan atas “cakupan” sebutan guru ini ,di Filipina
,seperti tertuang dalam Republik Act 7784,kata guru (teacher) dalam makna luas
adalah semua tentang tenaga kependidikan yang menyelenggarakan tugas-tugas
pembelajaran di kelas untuk beberapa mata pelajaran,termasuk praktik atau seni
vokasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (elementary and
secondary level). Istilah guru juga mencakup individu-individu yang melakukan

1

Profesi pendidikan

tugas bimbingan dan konseling,supervisi, pembelajaran di institusi pendidikan
atau sekolah – sekolah negeri dan swasta,teknisi sekolah,administrator sekolah,

dan tenaga layanan bantu sekolah(supporting staf) untuk uusan – urusan
administrative. Guru juga bermakna lulusan pendidikan yang telah lulus ujian
Negara (government examination) untuk menjadi guru,meskipun belum secara
actual bekerja sebagai guru.
Sebelum lahir PP No.74 Tahun 2008 tentang Guru ,kepala sekolah dan
pengawas masuk kelompok tenaga kependidikan,sedangkan guru masuk
kelompok pendidik. Dengan adanya PP No.74 Tahun 2008 tentang Guru,idealnya
pengelolaan kepala sekolah dan pengawas berada pada “satu alur” dengan
pengelolaaan guru. Dengan demikian,diharapkan terjadi sinergi didalam
pengembangan profesi dan karirnya.
Kembali ke uraian semula ,secara formal untuk menjadi professional
guru,kepala sekolah ,pengawas, dan beberapa jenis tenaga kependidikan lainnya
dipersyaratkan memenuhi kualifikasi akademik minimum dan bersertifikat
pendidik atau sertifikat lainnya yang relevan. Guru – guru yang memenuhi criteria
professional yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan
efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional ,yakni berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap ,kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang
pendidikan dasar,pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang –undangan.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional dimaksud berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

2

Profesi pendidikan

Kedudukan

guru

sebagai

tenaga

professional


bertujuan

untuk

melaksanakan system pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional ,yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ,berakhlak mulia,sehat
,berilmu, cakap, kreatif, mandiri,serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional itu
dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Pengakuan yang sama juga berlaku untuk
tenaga kependidikan lain yang berpredikat professional,meski keharusan memiliki
sertifikat tidak selalu identik dengan sertifikat pendidik yang diwajibkan kepada
guru.
Untuk memenuhi kriteria professional itu, guru harus menjalani
profesionalisasi atau proses menuju derajat professional yang sesungguhnya
secara terus menerus,termasuk kompetensi mengelola kelas. Di dalam UU Nomor
74 Tahun 2008 dibedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru
yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan
peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV

pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga
kependdikan dan atau program pendidikan nonkependidikan yang terakreditasi.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah
memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi
keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni dan budaya dan atau olahraga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi
dimaksud dilakukan melalui system pembinaan dan pengembangan keprofesian
guru berkelanjutan yang berkaitan dengan perolehan angka kredit jabatan
fungsional.
Pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru(P3KG) kadang –
kadang juga berlaku bagi tenaga kependidikan lainnya ,meliputi pembinaan
kompetensi pedagogic,kompetensi kepribadian ,kompetensi social dan kompetensi

3

Profesi pendidikan

professional. P3KG,termasuk juga pengawas sekolah ,dilakukan melalui jabatan
fungsional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi
penugasan,kenaikan pangkat,dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan

karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pola
pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut diharapkan dapat
menjadi acuan bagi institusi terkait didalam pelaksanaan pembinaan dan karir
guru.
Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan
pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan
profesionalitas

ini tentu saja harus sejalan dengan upaya untuk memberikan

penghargaan ,peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru.
Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metotologi
pembelajaran dan keilmuan. Tautan antara keduanya tercermin dalam kinerjanya
selama transformasi pembelajaran. Pada konteks transformasi pembelajaran inilah
guru harus memiliki kompetensi dalam mengelola semua sumberdaya
kelas,seperti ruang kelas ,fasilitas pembelajaran ,suasana kelas,siswa ,dan interaksi
sinergisnya. Di sinilah esensi bahwa guru harus kompeten dibidang manajemen
kelas atau lebih luas lagi disebut sebagai manajemen pembelajaran.
Pada sisi lain, keberhasilan institusi pendidikan dalam mengemban

misinya itu sangat ditentukan oleh mutu keinterelasian unsur-unsur sistemik yang
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas proses transformasi dan
mutu hasil kerja institusi pendidikan, seperti tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, biaya, anak didik, masyarakat, dan lingkungan pendukungnya. Dari
ssekian banyak subsistem yang memberikan kontribusi terhadap kualitas proses
dan keluaran pendidikan, subsistem tenaga kependidikan memainkan peranan
yang paling esensial.

4

Profesi pendidikan

PROFESI DAN PRINSIP-PRINSIP
PROFESIONALITAS
Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru dan tenaga kependidikan
pada umumnya dipersepsi oleh masyarakat sebagai “profesi kelas dua”. Memang,
pada dasarnya pilihan seseorang untuk menjadi guru dan tenaga kependidikan
adalah “panggilan jiwa” untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia
dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui
proses belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan siswanya

agar mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya menjadi guru
tidak cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan
seperangkat keterampilan dan kemampuan khusus dalam bentuk mengusai
kompetensi guru, sesuai dengan kualifikasi jenis dan jenjang pendidikan jalur
sekolah tempatnya bekerja. Guru dan tenaga kependidikan harus tampil secara
profesional pada setiap tempat dan situasi. Kata profesional bermakna pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1966) menyatakan bahwa
profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus,
yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk
menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis
pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.
Selanjutnya, profesi berarti juga suatu kompetensi khusus yang memerlukan
kemampuan intelektual tinggi, yang mencakup penguasaan atau didasari
pengetahuan tertentu. Pengertian lain dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman
(1991) dengan mengatakan bahwa guru merupakan suatu profesi yang artinya
suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Jenis pekerjaaan ini mestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar

bidang kependidikan.

5

Profesi pendidikan

Dari pengertian-pengertian mengenai profesi tersebut di atas, berarti unsur
terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai
keterampilan atau keahlian khusus, yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
mendidik dan mengajar secara efektif dan efisien. Kompetensi profesional guru
dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan
profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi.
Penguasaan dan kemampuan melaksanakan kompetensi secara prima
dalam arti efektif dan efisien, menempatkan profesi guru sebagai sebuah profesi.
Sehubungan dengan itu Djojonegoro (1998) menyatakan bahwa profesionalisme
dalam suatu jabatan ditentukan oleh tiga faktor penting, yaitu :
1. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan
keahlian atau spesialisasi.
2. Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian
khusus yang dikuasai).

3. Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian khusus
yang dimilikinya.
Untuk memahami betapa beratnya profesi guru yang dalam uraian
terdahulu telah dikemukan bahwa guru harus memiliki keahlian ganda berupa
keahlian dalam bidang pendidikan dan keahlian dalam bidang studi yang
diajarkannya, berbeda dari profesi lainnya yang hanya menuntut satu keahlian
dibidangnya, akan diketengahkan secara rinci kompetensi yang harus dikuasai
guru yang profesional. Kompetensi itu menurut Richard D. Kellough (1998)
adalah ;
1. Guru harus menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang
diajarkannya.
2. Guru merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal
profesional, melakukan dialog dengan sesama guru, mengembangkan
kemahiran metodologi, membina siswa dan materi pelajaran.
3. Guru memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar,
harapan-harapan dan prosedur yang terjadi di kelas.

6

Profesi pendidikan


4. Guru adalah “perantara pedidikan’ yang tidak perlu tahu segala-galanya,
tetapi paling tidak tahu bagaimana dan dimana dapat memperoleh
pengetahuan.
5. Guru melaksanakan perilaku sesuai model yang diinginkan di depan siswa.
6. Guru terbuka untuk berubah, berani menggambil resiko dan siap
bertanggung jawab.
7. Guru tidak berprasangka jender, membedakan jenis kelamin, ethnis,
agama, penderita cacat dan status sosial.
8. Guru mengorganisasi kelas dan merencanakan pelajaran secara cermat.
9. Guru merupakan komunikator-komunikator yang efektif.
10. Guru harus berfungsi secara efektif sebagai penggambil keputusan.
11. Guru harus secara konstan meningkatkan kemampuan, misalnya dalam
strategi mengajar.
12. Guru secara nyata menaruh perhatian pada kesehatan dan keselamatan
siswa.
13. Guru harus optimis terhadap kondisi belajar siswa dan menyiapkan situasi
belajar yang positif dan kontruktif.
14. Guru memperlihatkan percaya diri pada setiap kemampuan siswa untuk
belajar.
15. Guru harus terampil dan adil dalam menilai proses dan hasil belajar siswa.
16. Guru harus memperlihatkan perhatian terus-menerus dalam tanggung
jawab profesional dalam setiap kesempatan.
17. Guru harus terampil bekerja dengan orang tua atau wali, sesama guru,
administrator, dan memelihara hubungan baik sesuai etika profesional.
18. Guru memperlihatkan minat dan perhatian luas tentang berbagai hal.
19. Guru sebaiknya mempunyai humor yang sehat.
20. Guru harus mampu mengenali secara cepat siswa yang memerlukan
perhatian khusus.
21. Guru harus berusaha melakukan usaha khusus untuk memperlihatkan
bagaimana materi pelajaran berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
22. Guru hendaknya dapat dipercaya, baik dalam membuat perjanjian maupun
kesepakatan.
Conny R. Semiawan mengemukakan bahwa kompetensi guru memiliki
tiga kriteria yang terdiri dari :
1. Knowledge criteria,

7

Profesi pendidikan

Yakni kemampuan intelektual yang dimiliki seorang guru yang
meliputi penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengetahui cara
mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu,
pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang
kemasyarakatan dan pengetahuan umum.
2. Performance criteria
Adalah kemampuan guru yang berkaitan dengan berbagai keterampilan
dan perilaku, yang meliputi keterampilan mengajar, membimbing,
menilai,

menggunakan

alat

bantu

pengajaran,

bergaul

dan

berkomunikasi dngan siswa dan keterampilan menyusun persiapan
mengajar atau perencanaan mengajar.
3. Product criteria
Yakni kemampuan guru dalam mengukur kemampuan dan kemajuan
siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar.

Dengan demikian, jelas bahwa profesi guru merupakan sebuah profesi,
yang hanya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seseorang yang
disiapkan untuk menguasai kompetensi guru melalui pendidikan dan/atau
pelatihan khusus.
Untuk itu jabatan guru sebagai profesi seharusnya mendapat perlindungan
hukum untuk menjamin agar pelaksanaannya tidak merugikan berbagai pihak
yang membutuhkan jasa guru secara profesional, dengan memberikan
penghargaan finansial dan non finansial yang layak bagi sebuah profesi. Profesi
guru merupakan bidang pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip khusus.
Didalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa
prinsip-prinsip profesi guru adalah sebagai berikut ;
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas

8

Profesi pendidikan

4.
5.
6.
7.

Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-

hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

9