PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN LIABILI

PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN
LIABILITAS DAN EKUITAS

Kelompok :
Gilang Cita Pradana / 13/35884/EE/06553

Pendidikan Profesi Akuntansi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2014

1.

LIABILITAS

1.1

Pengertian
Menurut FASB (Financial Accounting Standards Board) liabilitas adalah sebagai
pengorbanan manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa depan yang timbul dari
kewajiban sekarang suatu entitas usaha untuk menyerahkan aset atau menyerahkan jasa

kepada pihak lain yang terjadi sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Sedangkan menurut IAI Liabilitas merupakan kewajiban perusahaan masa kini yg timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Liabilitas memiliki tiga
karakteristik utama :
1. Menjadi pengorbanan sumber ekonomik yang cukup pasti di masa depan (probable
future sacrifices of economic benefits).
2. Menjadi kewajiban saat ini atau perioda ini (present obligation) untuk menyerahkan kas,
barang, atau jasa di masa datang.
3. Terjadi karena transaksi masa lalu.

1.2 Penggolongan Liabilitas
1.2.1

Liabilitas Lancar (current liabilities)
Liabilitas lancar adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih dari satu
tahun atau satu siklus normal operasi perusahaan. Menurut PSAK No.1 paragraf 67 suatu
liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika :
a. Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam silklus
operasi normal.

b. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
c. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jk waktu 12 bln setelah
periode pelaporan.
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bln setelah periode pelaporan.

Liabilitas lancar antara lain sebagai berikut :
1. Utang Usaha
Utang usaha (account payable) yaitu kewajiban yang harus dilunasi karena pembelian
barang/jasa secara kredit.
2. Utang Wesel
Utang wesel / wesel bayar (notes payable) adalah janji tertulis untuk membayar kepada
pihak lain dalam jumlah tertentu dan pada tanggal yang telah ditetapkan.
3. Utang Beban
Utang beban adalah kewajiban membayar karena perusahaan sudah menerima
manfaatnya, seperti utang bunga (interest payable), utang gaji (salaries payable), utang
sewa (rent payable).
4. Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan diterima di muka adalah pendapatan yang belum merupakan hak, tetapi sudah
diterima pembayarannya. Contoh: sewa diterima di muka, bunga diterima di muka

.
1.2.2. Liabilitas Jangka Panjang (long-term liabilities)
Liabilitas jangka panjang adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu lebih dari
satu tahun atau siklus normal operasi perusahaan. Jenis-jenis hutang jangka panjang
antara lain :
1. Utang Hipotek
Utang hipotek (mortgage payable) adalah pinjaman jangka panjang dengan jaminan
aktiva tetap.
2. Utang Obligasi
Utang obligasi/saham (bonds payable) adalah pinjaman jangka panjang yang timbul
karena perusahaan menjual/mengeluarkan surat-surat obligasi.
3. Kredit Investasi
Kredit investasi adalah pinjaman jangka yang diterima dari bank atau lembaga keuangan
lain, yang digunakan untuk perluasan perusahaan.

1.3

Pengakuan dan Pengukuran Liabilitas
Mengacu pada IFRS, metode pengukuran liabilitas yang umum digunakan adalah
historical cost (atau modified cost historis). Pengukuran dengan metode fair value

digunakan pada awal pengukuran yang melibatkan liabilitas yang berhubungan dengan
leases (IAS 17), dan IFRS 3 mengenai kombinasi bisnis (business combination). Nilai
wajar adalah (IAS 17 par.4) adalah jumlah asset yang bisa ditukar atau kewajiban
diselesaikan antara pihak terkait, pihak yang bersedia dalam transaksi. Sehingga
kewajiban yang timbul dari financial lease diakui awalnya dengan metode fair value atau
dengan nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (IAS 17, para. 20) pada tahun
berikutnya, liabilitas diukur dengan metode kos yang diamortisasi (amortized cost).

1.4

Penyajian dan Pengungkapan Liabilitas
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya
sejalan dengan aset. PSAK No. 1 mengatur bahwa aset lancar disajikan menurut urutan
likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti
kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu dari kewajiban jangka panjang . Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan.
PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai
kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria
tersebut adalah
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi

perusahaan, atau
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

Penyajian akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam
kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban
lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang
menurun, atau menurut likuiditasnya.
Penyajian akun kewajiban jangka panjang pada perusahaan yang mempunyai banyak
hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam

neraca dan mendukungnya dengan catatan atas laporan keuangan. Pengungkapan catatan
umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan,
pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan
sebagai jaminan.
1.5

Provisi
Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti (PSAK No.57 paragraf
10). Provisi dapat dibedakan dari liabilitas lain, seperti utang dagang dan akrual, karena
pada provisi terdapat ketidakpastian waktu atau jumlah yang harus dikeluarkan pada

masa datang untuk menyelesaikan provisi tersebut (PSAK No.57 paragraf 11 dan Kieso
2011 hal. 677). Utang dagang adalah liabilitas untuk membayar barang atau jasa yang
telah diterima atau dipasok dan telah ditagih melalui faktur atau secara formal sudah
disepakati dengan pemasok. Sedangkan akrual adalah liabilitas membayar barang atau
jasa yang telah diterima atau dipasok, tetapi belum dibayar, ditagih atau secara formal
disepakati dengan pemasok, termasuk jumlah yang masih harus dibayar kepada pegawai
(misalnya jumlah tunjangan cuti). Meskipun sering kali perlu dilakukan estimasi atau
penaksiran jumlah dan waktu akrual, tingkat ketidakpastian akrual pada umumnya lebih
rendah dari pada tingkat ketidakpastian provisi. Akrual sering dilaporkan sebagai bagian
dari utang dagang atau utang lain, sedangkan provisi dilaporkan secara terpisah.

1.5.1

Pengakuan Provisi
Provisi diakui jika (PSAK No. 57 paragraf 14):
a. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu
b. Kemungkinan besar (probable) penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan
arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
c. Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.


1.5.2

Pengungkapan Provisi
Dalam PSAK 57 Paragraf 84, untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan :


Nilai tercatat pada awal dan akhir periode



Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan



jumlah pada provisi yang ada
Jumlah yang digunakan yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi





selama periode bersangkutan
Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan
Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul
karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.

Contoh 1 :
Perusahaan X memberikan garansi kepada pelanggannya dalam penjualan barang
elektronik. Garansi yang diberikan berlaku tiga tahun dari barang yang dijual.
Berdasarkan pengalaman masa lalu, ada kemungkinan klaim dari pelanggan yang
membeli barang-barang elektronik tersebut.
Q:

Apakah Perusahaan X seharusnya mengakui biaya garansi pada laporan posisi
keuangannya?

A:

Garansi ini merupakan kewajiban masakini sebagai akibat peristiwa masa lalu.
Peristiwa masa lalu tersebut adalah penjualan barang-barang elektronik dengan

garansi yang disertakan. Garansi mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi, sehingga adanya kemungkinan besar (probable)
kalim dari para pelanggan terhadap garansi yang telah didapatkan dari pembelian
barang-baran elektronik tersebut.

Maka, Perusahaan X harus mengakui provisi tersebut.
Contoh 2:
Seorang karyawan menuntut sebuah perusahaan tempat ia bekerja karena
kecelakaan yang menimpanya saat jam kerja sehingga menimbulkan sebuah luka
yang cukup serius akibat fasilitas perusahaan tersebut. Pengacara perusahaan
tersebut yakin bahwa perusahaan tersebut akan menang dalam penuntutan
tersebut. Setelah melakukan investigasi tersebut, pengacara yakin, kemenangan
yang akan perusahaan dapatkan diatas 50 persen.

Q:

Apakah seharusnya perusahaan tersebut mengakui provisi tersebut pada
akhir periode?

A:


Meskipun kecelakaan tersebut dari peristiwa masa lalu, namun perusahaan
tersebut tidak harus membayar kerugian kepada karyawannya karena
pengacara telah melakukan penyelidikan dan kecil kemungkinan untuk
kalah.

Perusahan tidak perlu mengakui provisi tersebut, kecuali jika pegacaranya
menyatakan bahwa kemungkinan besar perusahaan akan kalah dalam
tuntutan tersebut, maka perusahaan harus mengakui provisi tersebut pada
akhir periode.
1.5.3

Pengukuran Provisi
IFRS menjelaskan bahwa jumlah yang seharusnya diakui adalah dari estimasi terbaik dari
sebuah pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini. Estimasi
terbaik harus sesuai dengan jumlah besaran yang akan entitas bayarkan untuk
menyelesaikan kewajbannya pada laporan posisi keuangan (Kieso, 2011, hal 680). PSAK
No. 57 paragraf 37 juga menyatakan bahwa estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban kini adalah jumlah yang rasional akan dibayar entitas
untuk menyelesaikan kewajibannya pada akhir periode pelaporan atau untuk

mengalihkan kewajibannya kepada pihak ketiga pada saat itu.
Dalam menentukan sebuah estimasi terbaik, manajemen entitas harus menggunakan
sebuah judgement berdasarkan pengalaman masa lalu atau jenis perusahaan yang sejenis,
berdiskusi dengan para ahli dan sebagainya (Kieso, 2011, hal. 680). Namun, jika estimasi
yang andal tidak dapat dibuat, maka libilitas yang ada tidak dapat diakui. Oleh karena itu,
liabilitas tersebut diungkapkan sebagai liabilitas kontinjensi (PSAK No.57 paragraf 26).

1.6

Liabilitas Kontinjensi

1.6.1

Pengertian Liabilitas Kontinjensi
Liabilitas kontinjensi adalah (PSAK No. 57 paragraf 10)
1. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa lalu, dan keberadaannya menjadi
pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa depan
yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas
2. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:
a. Tidak

terdapat

kemungkinan

entitas

mengeluarkan

sumber daya yang

mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya
b. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
1.6.2

Pengakuan Liabilitas Kontinjensi
Menurut PSAK 57 paragraf 28, entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas
kontinjensi karena (Kieso, 2011, hal 691):
1. Sebuah kewajban yang mungkin atau possible (belum dipastikan sebagai kewajiban
masa kini)
2. Sebuah kewajiban maa kini yang kemungkinan besar tidak dapat dilakukan
pembayaran (peyelesaiannya)
3. Sebuah kewajiban masa kini yang tidak dapat diukur estimasinya secara andal.

1.6.3

Pengukuran Liabilitas Kontinjensi

Karena kemungkinan arus keluar dalam sebuah penyelesaian kecil, maka entitas harus
mengungkapkan liabilitas kontinjensi pada akhir periode pelaporan, menyediakan
deskripsi yang singkat darimana asal liabilitas kontinjensi itu berasal dan di mana secara
praktis (Kieso, 2011, hal. 691):
1. Estimasi dari dampak keuangannya
2. Sebuah indikasi dari ketidkpastian yang berhubungan dengan jumlah atau waktu
arus keluar
3. Kemungkinan dari penggantian tersebut.
Hubungan atara Provisi dan Liabilitas Kontinjensi
Secara umum, provisi juga bersifat kontinjensi karena tidak pasti dalam jumlah dan
waktu (PSAK No. 57 paragraf 12). Perbedaan mendasar dari kedua liabilitas tersebut
adalah (PSAK No. 57 paragraf 13):
1. Provisi yang diakui sebagai liabilitas (dengan asumsi dapat dibuat estimasi andal)
karena merupakan kewajiban masa kini dan kemungkinan besar (probable)
mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
2. Sedangkan liabilitas kontinjensi yang tidak diakui sebagai liabilitas karena
liabilitas kontinjensi tersebut merupaka salah satu dari berikut ini:
a. Kewajiban potensial karena belum pasti apakah entitas memiliki
kewajiban kini yang akan menimbulkan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi
b. Kewajiban kini yang tidak memiliki criteria pengakuan secara probable
karena estimasi yang memadai dan andal tidak dapat dibuat.
1.7

Aset Kontinjensi

1.7.1

Pengertian Aset Kontinjensi
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa
di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam entitas kendali entitas (PSAK No. 57
paragraf 10).
Kieso (2011, hal 692) menyebutkan beberapa karakteristik dari aset kontinjensi:
1. Kemungkinan penerimaan dana dari hibah, donasi, bonus, hadiah
2. Kemungkinan merestitusi selisih lebih pembayaran pajak kepada pemerintah
3. Penundaan kasus di pengadilan yang kemungkinan besar menguntungkan.

1.7.2

Pengakuan Aset Kontinjensi
Menurut PSAK 57 paragraf 31, entitas tidak diperkenankan mengakui aset kontinjensi.
Hal ini disebabkan karena dapat menimbulkan pengakua peghasilan yang mungkin tidak
pernah terealisasikan, namun jika realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, maka aset
tersebut bukan merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset.

2.

EKUITAS
Empat bentuk utama organisasi bisnis yaitu :
a. Perorangan

Entitas Perorangan bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak terbagi atas saham.
Harta kekayaan pribadi pemilik entitas terikat pada utang piutang usaha perorangan.
b. Partnership atau persekutuan


Modal firma tidak terbagi atas saham dan para anggota Firma bertanggung jawab
renteng atas kewajiban Firma sebagai suatu persekutuan perorangan.



Modal suatu persekutuan CV harus dipisahkan antara Modal Pesero Aktif dan Modal
Pesero Komanditer. Pesero aktif adalah pesero yang bertindak aktif sebagai pengurus
CV. Pesero Komanditer adalah pesero tidak aktif sebagai pengurus CV dan hanya
bertanggung jawab sebatas modal CV yang menjadi bagiannya.

c. Corporation atau perseroan
Perseroan Terbatas (PT), Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggungjawab
persero terbatas pada jumlah modal saham yang disetor jika PT telah disahkan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
d. Koperasi
Koperasi adalah badan hukum. Modal pokok koperasi adalah simpanan pokok anggota,
mirip saham atas nama, tak dapat dipindah tangankan dan dapat diambil kembali bila
anggota keluar dari keanggotaan koperasi. Ekuitas koperasi atau kekayaan bersih
koperasi adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil
usaha termasuk cadangan. Dari empat bentuk organisasi bisnis diatas, corporation atau
perseroan merupakan bentuk organisasi yang mampu menarik dan mengumpulkan modal
dalam jumlah besar.

Karakteristik khusus dari bentuk corporation yang mempengaruhi akuntansi termasuk :


Pengaruh hukum perseroan atau hukum corporation

Siapapun yang ingin mendirikan perusahaan harus melengkapi ketentuan-ketentuan
ataupun aspek legalitas yang telah ditentukan oleh pemerintah. Setiap pemerintahan
memiliki undang-undang perseroan yang berbeda. Akuntansi untuk permodalan
perseroan mengikuti ketentuan undang-undang yang ada.


Sistem saham
Modal perseroan umumnya terdiri atas sejumlah besar saham. Jumlah saham yang
dimiliki menentukan kepemilikan masing-masing pemilik.



Berbagai kepentingan pemilik.
Salah satu sumber modal perseroan adalah saham, saham biasa dan saham preferen.
Saham biasa melambangkan kepemilikan perusahaan. Pemilik saham biasa memiliki
hak untuk mengendalikan manajemen perusahaan. Sedangkan saham preferen
memiliki hak awal untuk mengklaim bagian keuntungan perusahaan. Berbagai
kepentingan ini hanya terdapat di perseroan yang salah satu sumber modalnya adalah
saham.

2.1

Pengertian Ekuitas
Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa
ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang.
Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana
aset dan kewajiban diukur.

2.2

Penggolongan Ekuitas
Ekuitas pemegang saham dipisahkan dalam dua komponen penting yaitu modal setoran
dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuridis dan
modal setoran tambahan, dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya
saham treasuri atau modal sumbangan). Modal perseroan dipisahkan antara modal
setoran dan laba ditahan.Modal setoran dapat digolongkan menjadi:
A. Modal Setoran
1. Share Capital

Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan yang paling
akhir saat perusahaan dilikuidasi, sehingga resikonya adalah yang paling besar.
2. Share Premium
Agio Saham merupakan selisih antara nilai nominal dengan nilai pasar.
3. Accumulated Other Comprehensive Income
Seluruh perubahan modal selama periode tertentu kecuali yang berasal dari investasi
pemilik dan distribusi ke pemilik.
4. Treasury Shares
Treasury Shares adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran untuk
sementara waktu.
5. Non-Controlling Interest
Hak non pengendali merupakan pemegang saham minoritas, kepimilikannya tidak
signifikan.
B. Laba ditahan
Akumulasi perolehan laba ( rugi ) yang tidak dibagi sebagai deviden .
2.3

Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas
Dasar pengukuran yang lazim digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan
keuangan adalah biaya historis.

2.4

Penyajian dan Pengungkapan Ekuitas
Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 77, disebutkan bahwa entitas harus mengungkapkan
hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau laporan perubahan ekuitas, atau
catatan atas laporan keuangan:

a. Untuk setiap jenis saham:

(i)

jumlah saham modal dasar;

(ii)

jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang diterbitkan tetapi
tidak disetor penuh;

(iii)

nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai nominal;

(iv)

rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode;

(v)

hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham,
termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal;

(vi)

saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas anak atau
entitas asosiasi; dan

(vii)

saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan kontrak penjualan
saham, termasuk jumlah dan persyaratan;

b. Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas.
Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 78 bagi entitas yang modalnya tidak terbagi dalam
saham, seperti persekutuan atau trust, mengungkapkan informasi yang setara sesuai
dengan paragraf 77 (a), yang memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap
jenis penyertaan, hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis
penyertaan.
Pada PSAK No.1 paragraf 104 mengenai laporan perubahan ekuitas disebutkan bahwa
entitas harus menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
(a)

total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara
terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan
kepada kepentingan non-pengendali;

(b)

untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian
kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25;

(c)

untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang
timbul dari:

(i)

laba rugi;

(ii)

masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan

(iii)

transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang
menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada
pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak
menyebabkan hilang pengendalian.

105.

Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas
laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik
selama periode, dan nilai dividen per saham.

106.

Pada paragraf 104, komponen ekuitas termasuk, misalnya, masing-masing jenis
modal

disetor,

saldo

akumulasi

dari

masing-masing

jenis

pendapatan

komprehensif lain dan saldo laba.
107.

Perubahan ekuitas entitas di antara awal dan akhir periode pelaporan
mencerminkan naik turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk
perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik (seperti kontribusi modal, akuisisi kembali instrumen ekuitas entitas dan
dividen) dan biaya transaksi yang secara langsung berkaitan dengan tranksaksi
tersebut,

perubahan

keseluruhan

atas

ekuitas

selama

periode

yang

menggambarkan jumlah total pendapatan dan beban (termasuk keuntungan dan
kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut.

REFERENCES
Kieso, Weygandt, and Terry D. Warfield, 2011. “Intermediete Accounting: IFRS Edition”.
United States: Jhon Willey.

PSAK 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan
PSAK 57 Tentang Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi