Analisis Conjoint Preferensi Lembaga Kredit Formal Dalam Pemberian Kredit Usahatani di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya peningkatan produktivitas suatu usaha diperlukan adanya
penambahan capital baik itu berupa dana ataupun modal barang untuk
meningkatkan pendapatan suatu usaha baik itu berupa peningkatan volume
produksi, penambahan unit produksi ataupun penyebarluasan ruang lingkup
pemasaran usaha. Para petani seringkali dihadapkan pada persoalan aksesibilitas
terhadap sumberdaya modal. Keberadaan sumber modal dalam bentuk kredit
sangat penting untuk pengembangan produktivitas pada sektor pertanian terutama
untuk petani skala kecil. Ketersediaan kredit yang memadai dapat menciptakan
modal tambahan bagi usahatani sehingga dapat meningkatkan produksi,
pendapatan, dan meningkatkan surplus yang berfungsi untuk membayar kembali
kredit yang diperoleh (Nugraha A, 2014).
Menurut Ashari (2009) walaupun perannya sangat strategis, sektor pertanian
masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya keterbatasan permodalan
petani dan pelaku usaha pertanian lain. Kebutuhan modal diperkirakan akan
semakin meningkat di masa mendatang seiring dengan semakin melonjaknya
harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja.
Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan
investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa
permasalahan infrastruktur pertanian.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Kredit telah menjadi bagian dari usaha tani. Lembaga kredit produksi merupakan
faktor pelancar pembangunan pertanian. Untuk meningkatkan produksi, petani
perlu memiliki modal lebih banyak untuk membeli bibit unggul, obat-obatan,
pupuk, dan alat pertanian (Mosher, A.T. 1966).
Adapun sumber kredit pertanian tersebut dapat diperoleh dari lembaga kredit
formal maupun lembaga kredit non-formal. Lembaga kredit non-formal
diantaranya terdiri atas bank keliling, pedagang hasil pertanian, pelepas uang, dan
lain sebagainya. Lembaga kredit formal diantaranya terdiri atas Bank Perkreditan
Rakyat, Koperasi, Bank Konvensional ataupun Lembaga keuangan yang bersifat
memiliki landasan hukum dan peraturan serta kegiatan keuangannya diawasi
otoritas perbankan khusus. Dalam kenyataannya terdapat lembaga kredit formal
maupun lembaga kredit non-formal yang memiliki jasa pemberian kredit
pertanian (Nugraha A, 2014).
Lembaga kredit formal umumnya menyediakan dana dengan suku bunga rendah,
yaitu BRI Unit Desa 24% - 36% per tahun. Namun demikian, petani kecil tidak
bisa mengakses kredit di lembaga kredit formal dikarenakan beberapa kendala: (a)
petani tidak memiliki agunan sertifikat tanah, (b) pembayaran secara bulanan
tidak sesuai dengan usahatani padi yang memberikan siklus produksi musiman
dan (c) petani kecil umumnya belum familier dengan prosedur administrasi yang
rumit. Sekarang ini, lembaga formal hanya dimanfaatkan oleh kelompok petani
kaya seperti pemilik penggilingan padi, pedagang input produksi dan pelaku
bisinis lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3
Salah satu alasan utama petani kurang akses ke lembaga kredit formal adalah
keuntungan tingkat bunga rendah yang diberikan dikalahkan oleh lebih banyaknya
waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan kredit. Disamping itu,
lembaga kredit nonformal juga memberikan beberapa keuntungan: (a) relatif tidak
ada biaya transaksi, (b) frekuensi berhubungan lebih cepat antara 1-3 kali tatap
muka dan (c) lama pengurusan kredit antara 1-3 hari. Lembaga kredit formal
memang memiliki bunga yang rendah dalam memberikan kredit akan tetapi
adanya jaminan yang harus diberikan oleh petani, prosedur yang berbelit-belit,
jarak yang jauh dan lamanya proses pencairan menyebabkan petani lebih memilih
meminjam di lembaga kredit nonformal.
Lembaga kredit yang sudah lama terbentuk adalah lembaga kredit non formal.
Lembaga ini tidak dibangun oleh pemerintah tetapi berdiri sendiri sejalan dengan
tumbuhnya permintaan dari petani. Yang dijadikan pertimbangan dalam
pemberian kredit lembaga ini adalah aspek kepercayaan, kredit diberikan kepada
para petani yang dipercaya melakukan pembayaran cukup lancar. Lembaga kredit
non formal adalah lembaga yang memberikan kredit yang tidak mensyaratkan
agunan dan prosedur perolehan sangat mudah, meskipun lembaga ini menetapkan
suku bunga yang tinggi antara 24% - 80% per tahun.
Berbeda dengan lembaga kredit formal, lembaga lembaga kredit nonformal
merupakan lembaga yang menjalankan fungsi lembaga keuangan namun tidak
berlandaskan kekuatan hukum yang negara tetapkan. Dalam prakteknya lembaga
kredit nonformal ini biasanya beroperasi di desa atau masyarakat kalangan bawah.
Umumnya prosedur dan perjanjian peminjaman cepat, sederhana, dan berdasarkan
perjanjian lisan atau tertulis yang sifatnya sederhana. Dalam kenyataannya
Universitas Sumatera Utara
4
terdapat beragam bentuk usaha lembaga kredit informal yang ada di Indonesia
antara lain rentenir ataupun tengkulak (Paulina,2012).
Tabel 1. Periode, Jumlah dan Pertambahan Anggota Credit Union Merdeka
Periode
Jumlah Anggota Credit
Union Merdeka
(orang)
31 Desember 2003
1239
31 Desember 2004
1377
31 Desember 2005
1473
31 Desember 2006
1643
31 Desember 2007
2036
31 Desember 2008
2403
31 Desember 2009
3936
31 Desember 2010
5914
31 Desember 2011
9298
31 Desember 2012
10114
31 Desember 2013
12868
31 Desember 2014
15552
Sumber: Kantor Pusat CU Merdeka, 2014
Pertambahan Anggota
Credit Union Merdeka
(%)
11,13
6,97
11,47
23,91
18,02
63,79
50,25
59,28
29,57
26,53
16,83
Pada tahun 2003 jumlah anggota Credit Union Merdeka sebanyak 1239 orang.
Pada tahun 2004 terlihat bahwa jumlah anggota Credit Union Merdeka sebanyak
1377 orang dan terjadi penambahan anggota Credit Union Merdeka sebanyak
11,13% dari tahun sebelumnya. Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan anggota Credit Union Merdeka dari tahun ke tahun. Penambahan
jumlah anggota Credit Union Merdeka terbanyak pada tahun 2009 yaitu sebanyak
63,79%. Pada tahun 2014 jumlah anggota Credit Union Merdeka sebanyak 15552
orang dan terjadi penambahan anggota Credit Union Merdeka sebanyak 16,83%.
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah anggota Credit Union Merdeka
meningkat dari tahun ke tahun. Namun secara pertambahan anggota Credit Union
Merdeka (%) terlihat pertumbuhan yang fluktuatif.
Universitas Sumatera Utara
5
Melalui kebijakan pemerintah, berbagai lembaga permodalan berbunga rendah
telah berkembang di tingkat petani, seperti BRI Unit Desa, Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), pegadaian, dan koperasi. Dengan adanya berbagai lembaga
pembiayaan tersebut, diharapkan kebutuhan petani akan kredit berbunga rendah
dapat terpenuhi sehingga tidak perlu meminjamnya dari pelepas uang (money
lender) yang menetapkan suku bunga tinggi. Namun, kenyataan di lapangan
menunjukkan, sebagian besar petani masih lebih akrab dengan sumber
pembiayaan informal seperti pedagang sarana produksi, pelepas uang, atau
penggilingan padi (Nurmanaf 2007; Supriatna 2008).
Ada kecenderungan, pelayanan kredit informal di pedesaan lebih banyak
dimanfaatkan oleh petani berlahan sempit meskipun tingkat bunga yang berlaku
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga pembiayaan komersial
(Irawan 1989). Oleh karena itu, perlu dianalisis tentang preferensi Lembaga
Kredit Formal dalam memberikan kredit untuk usahatani berdasarkan atributnya.
Dengan mengetahui kombinasi dari atribut kredit yang dipilih oleh lembaga
kredit diketahui bagaimana preferensi lembaga kredit formal dalam memberikan
kredit untuk usahatani. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Analisis Conjoint Preferensi Lembaga Kredit Formal Dalam Pemberian Kredit
Usahatani di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
6
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana preferensi lembaga kredit formal terhadap kombinasi atribut kredit
di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo ?
2. Bagaimana urutan atribut dari kredit yang paling penting menurut preferensi
lembaga kredit formal ?
3. Bagaimana tingkat keakuratan prediksi antara hasil estimasi dengan hasil
aktual pada proses conjoint ?
4. Bagaimana perbandingan preferensi pemberian kredit antara lembaga kredit
formal dan lembaga kredit non formal Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana preferensi lembaga kredit formal terhadap kombinasi atribut kredit
di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo ?
2. Bagaimana urutan atribut dari kredit yang paling penting menurut preferensi
lembaga kredit formal ?
3. Bagaimana tingkat keakuratan prediksi antara hasil estimasi dengan hasil aktual
pada proses conjoint ?
4. Bagaimana perbandingan preferensi pemberian kredit antara lembaga kredit
formal dan lembaga kredit non formal Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo ?
Universitas Sumatera Utara
7
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka manfaat penelitian ini
adalah:
1. Sebagai bahan informasi atau masukan kepada lembaga
kredit formal
mengenai produk yang mereka jual dibandingkan dengan lembaga kredit non
formal sehingga dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah yang terkait untuk
merumuskan kebijakan tentang kredit dimasa yang akan datang dalam usaha
meningkatkan kemudahan kredit bagi lembaga kredit formal dalam
menyalurkan kredit.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan kredit.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya peningkatan produktivitas suatu usaha diperlukan adanya
penambahan capital baik itu berupa dana ataupun modal barang untuk
meningkatkan pendapatan suatu usaha baik itu berupa peningkatan volume
produksi, penambahan unit produksi ataupun penyebarluasan ruang lingkup
pemasaran usaha. Para petani seringkali dihadapkan pada persoalan aksesibilitas
terhadap sumberdaya modal. Keberadaan sumber modal dalam bentuk kredit
sangat penting untuk pengembangan produktivitas pada sektor pertanian terutama
untuk petani skala kecil. Ketersediaan kredit yang memadai dapat menciptakan
modal tambahan bagi usahatani sehingga dapat meningkatkan produksi,
pendapatan, dan meningkatkan surplus yang berfungsi untuk membayar kembali
kredit yang diperoleh (Nugraha A, 2014).
Menurut Ashari (2009) walaupun perannya sangat strategis, sektor pertanian
masih menghadapi banyak permasalahan, diantaranya keterbatasan permodalan
petani dan pelaku usaha pertanian lain. Kebutuhan modal diperkirakan akan
semakin meningkat di masa mendatang seiring dengan semakin melonjaknya
harga input pertanian, baik pupuk, obat-obatan, maupun upah tenaga kerja.
Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan
investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa
permasalahan infrastruktur pertanian.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Kredit telah menjadi bagian dari usaha tani. Lembaga kredit produksi merupakan
faktor pelancar pembangunan pertanian. Untuk meningkatkan produksi, petani
perlu memiliki modal lebih banyak untuk membeli bibit unggul, obat-obatan,
pupuk, dan alat pertanian (Mosher, A.T. 1966).
Adapun sumber kredit pertanian tersebut dapat diperoleh dari lembaga kredit
formal maupun lembaga kredit non-formal. Lembaga kredit non-formal
diantaranya terdiri atas bank keliling, pedagang hasil pertanian, pelepas uang, dan
lain sebagainya. Lembaga kredit formal diantaranya terdiri atas Bank Perkreditan
Rakyat, Koperasi, Bank Konvensional ataupun Lembaga keuangan yang bersifat
memiliki landasan hukum dan peraturan serta kegiatan keuangannya diawasi
otoritas perbankan khusus. Dalam kenyataannya terdapat lembaga kredit formal
maupun lembaga kredit non-formal yang memiliki jasa pemberian kredit
pertanian (Nugraha A, 2014).
Lembaga kredit formal umumnya menyediakan dana dengan suku bunga rendah,
yaitu BRI Unit Desa 24% - 36% per tahun. Namun demikian, petani kecil tidak
bisa mengakses kredit di lembaga kredit formal dikarenakan beberapa kendala: (a)
petani tidak memiliki agunan sertifikat tanah, (b) pembayaran secara bulanan
tidak sesuai dengan usahatani padi yang memberikan siklus produksi musiman
dan (c) petani kecil umumnya belum familier dengan prosedur administrasi yang
rumit. Sekarang ini, lembaga formal hanya dimanfaatkan oleh kelompok petani
kaya seperti pemilik penggilingan padi, pedagang input produksi dan pelaku
bisinis lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3
Salah satu alasan utama petani kurang akses ke lembaga kredit formal adalah
keuntungan tingkat bunga rendah yang diberikan dikalahkan oleh lebih banyaknya
waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan kredit. Disamping itu,
lembaga kredit nonformal juga memberikan beberapa keuntungan: (a) relatif tidak
ada biaya transaksi, (b) frekuensi berhubungan lebih cepat antara 1-3 kali tatap
muka dan (c) lama pengurusan kredit antara 1-3 hari. Lembaga kredit formal
memang memiliki bunga yang rendah dalam memberikan kredit akan tetapi
adanya jaminan yang harus diberikan oleh petani, prosedur yang berbelit-belit,
jarak yang jauh dan lamanya proses pencairan menyebabkan petani lebih memilih
meminjam di lembaga kredit nonformal.
Lembaga kredit yang sudah lama terbentuk adalah lembaga kredit non formal.
Lembaga ini tidak dibangun oleh pemerintah tetapi berdiri sendiri sejalan dengan
tumbuhnya permintaan dari petani. Yang dijadikan pertimbangan dalam
pemberian kredit lembaga ini adalah aspek kepercayaan, kredit diberikan kepada
para petani yang dipercaya melakukan pembayaran cukup lancar. Lembaga kredit
non formal adalah lembaga yang memberikan kredit yang tidak mensyaratkan
agunan dan prosedur perolehan sangat mudah, meskipun lembaga ini menetapkan
suku bunga yang tinggi antara 24% - 80% per tahun.
Berbeda dengan lembaga kredit formal, lembaga lembaga kredit nonformal
merupakan lembaga yang menjalankan fungsi lembaga keuangan namun tidak
berlandaskan kekuatan hukum yang negara tetapkan. Dalam prakteknya lembaga
kredit nonformal ini biasanya beroperasi di desa atau masyarakat kalangan bawah.
Umumnya prosedur dan perjanjian peminjaman cepat, sederhana, dan berdasarkan
perjanjian lisan atau tertulis yang sifatnya sederhana. Dalam kenyataannya
Universitas Sumatera Utara
4
terdapat beragam bentuk usaha lembaga kredit informal yang ada di Indonesia
antara lain rentenir ataupun tengkulak (Paulina,2012).
Tabel 1. Periode, Jumlah dan Pertambahan Anggota Credit Union Merdeka
Periode
Jumlah Anggota Credit
Union Merdeka
(orang)
31 Desember 2003
1239
31 Desember 2004
1377
31 Desember 2005
1473
31 Desember 2006
1643
31 Desember 2007
2036
31 Desember 2008
2403
31 Desember 2009
3936
31 Desember 2010
5914
31 Desember 2011
9298
31 Desember 2012
10114
31 Desember 2013
12868
31 Desember 2014
15552
Sumber: Kantor Pusat CU Merdeka, 2014
Pertambahan Anggota
Credit Union Merdeka
(%)
11,13
6,97
11,47
23,91
18,02
63,79
50,25
59,28
29,57
26,53
16,83
Pada tahun 2003 jumlah anggota Credit Union Merdeka sebanyak 1239 orang.
Pada tahun 2004 terlihat bahwa jumlah anggota Credit Union Merdeka sebanyak
1377 orang dan terjadi penambahan anggota Credit Union Merdeka sebanyak
11,13% dari tahun sebelumnya. Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan anggota Credit Union Merdeka dari tahun ke tahun. Penambahan
jumlah anggota Credit Union Merdeka terbanyak pada tahun 2009 yaitu sebanyak
63,79%. Pada tahun 2014 jumlah anggota Credit Union Merdeka sebanyak 15552
orang dan terjadi penambahan anggota Credit Union Merdeka sebanyak 16,83%.
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah anggota Credit Union Merdeka
meningkat dari tahun ke tahun. Namun secara pertambahan anggota Credit Union
Merdeka (%) terlihat pertumbuhan yang fluktuatif.
Universitas Sumatera Utara
5
Melalui kebijakan pemerintah, berbagai lembaga permodalan berbunga rendah
telah berkembang di tingkat petani, seperti BRI Unit Desa, Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), pegadaian, dan koperasi. Dengan adanya berbagai lembaga
pembiayaan tersebut, diharapkan kebutuhan petani akan kredit berbunga rendah
dapat terpenuhi sehingga tidak perlu meminjamnya dari pelepas uang (money
lender) yang menetapkan suku bunga tinggi. Namun, kenyataan di lapangan
menunjukkan, sebagian besar petani masih lebih akrab dengan sumber
pembiayaan informal seperti pedagang sarana produksi, pelepas uang, atau
penggilingan padi (Nurmanaf 2007; Supriatna 2008).
Ada kecenderungan, pelayanan kredit informal di pedesaan lebih banyak
dimanfaatkan oleh petani berlahan sempit meskipun tingkat bunga yang berlaku
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga pembiayaan komersial
(Irawan 1989). Oleh karena itu, perlu dianalisis tentang preferensi Lembaga
Kredit Formal dalam memberikan kredit untuk usahatani berdasarkan atributnya.
Dengan mengetahui kombinasi dari atribut kredit yang dipilih oleh lembaga
kredit diketahui bagaimana preferensi lembaga kredit formal dalam memberikan
kredit untuk usahatani. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Analisis Conjoint Preferensi Lembaga Kredit Formal Dalam Pemberian Kredit
Usahatani di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
6
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana preferensi lembaga kredit formal terhadap kombinasi atribut kredit
di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo ?
2. Bagaimana urutan atribut dari kredit yang paling penting menurut preferensi
lembaga kredit formal ?
3. Bagaimana tingkat keakuratan prediksi antara hasil estimasi dengan hasil
aktual pada proses conjoint ?
4. Bagaimana perbandingan preferensi pemberian kredit antara lembaga kredit
formal dan lembaga kredit non formal Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana preferensi lembaga kredit formal terhadap kombinasi atribut kredit
di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo ?
2. Bagaimana urutan atribut dari kredit yang paling penting menurut preferensi
lembaga kredit formal ?
3. Bagaimana tingkat keakuratan prediksi antara hasil estimasi dengan hasil aktual
pada proses conjoint ?
4. Bagaimana perbandingan preferensi pemberian kredit antara lembaga kredit
formal dan lembaga kredit non formal Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo ?
Universitas Sumatera Utara
7
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka manfaat penelitian ini
adalah:
1. Sebagai bahan informasi atau masukan kepada lembaga
kredit formal
mengenai produk yang mereka jual dibandingkan dengan lembaga kredit non
formal sehingga dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah yang terkait untuk
merumuskan kebijakan tentang kredit dimasa yang akan datang dalam usaha
meningkatkan kemudahan kredit bagi lembaga kredit formal dalam
menyalurkan kredit.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan kredit.
Universitas Sumatera Utara