Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dunia bisnis yang memasuki era globalisasi menyebabkan persaingan
yang semakin ketat, sehingga menuntut setiap perusahaan untuk berproduksi
secara efisien apabila ingin memiliki keunggulan daya saing. Pada umumnya,
perusahaan sebagai suatu entitas yang beroperasi dengan menerapkan prinsipprinsip ekonomi tidak hanya berorientasi untuk memaksimalkan laba, tetapi juga
meningkatkan nilai perusahaan dan memakmurkan pemiliknya. Oleh karena itu,
perusahaan harus mampu mengelola fungsi-fungsi penting yang terdapat di
perusahaan. Salah satu fungsinya adalah fungsi manajemen keuangan. Manajemen
keuangan berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan manajemen aktiva dengan
beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya (Horne dan Wachowicz,
2007:3).
Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, diperlukan modal untuk
mendanai kegiatan operasional perusahaan dan mengembangkan usahanya. Modal
tersebut dapat berasal dari pendanaan internal maupun eksternal perusahaan.
Pendanaan yang berasal dari internal perusahaan dapat dipenuhi melalui laba
ditahan. Apabila suatu perusahaan telah memaksimalkan modal yang bersumber
dari internalnya, maka perusahaan harus mencari alternatif lain sebagai sumber
pendanaan eksternal dengan cara mengeluarkan saham baru atau meminjam

melalui kreditor. Setiap sumber pendanaan eksternal, baik yang diperoleh melalui
utang maupun ekuitas mengandung biaya, yang disebut biaya modal. Biaya modal

1

Universitas Sumatera Utara

adalah biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan modal.
Seorang manajer perusahaan harus menentukan komposisi yang tepat antara utang
dan ekuitas untuk membentuk struktur modal yang optimal bagi perusahaan
(Cristie, 2014). Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang
meminimalkan biaya modal perusahaan dan karenanya memaksimalkan nilai
perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2007:237). Menurut Riyanto (2001: 294)
struktur modal yang optimal dapat didasarkan pada aturan struktur finansial
konservatif yang vertikal yaitu menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan
bagaimanapun jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar daripada jumlah
modal sendiri, atau dengan kata lain, Debt Ratio tidak melebihi 50%, sehingga
modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi
jaminannya (modal sendiri).
Struktur modal merupakan bauran atau proporsi pendanaan permanen

jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas
saham biasa (Horne dan Wachowicz, 2007:232). Struktur modal sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan karena berkaitan dengan
penentuan keputusan pendanaan jangka panjang perusahaan.
Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi memegang
peranan yang penting dalam mendukung perekonomian Indonesia, sehingga
dibutuhkan perhatian khusus pada perusahaan-perusahaan dalam sektor ini. Hal
ini dikarenakan sektor tersebut dapat menstimulasi pertumbuhan sektor-sektor
lainnya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Namun, pada kenyataannya banyak perusahaan yang cenderung

2

Universitas Sumatera Utara

menggunakan utang dibandingkan modal sendiri yang dapat dilihat pada Tabel 1.1
berikut ini.

Tabel 1.1
Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi

Periode 2011-2014
Kode
Struktur
Perusahaan Modal
Utang
1.
TBIG
Modal
Sendiri
Utang
2.
JSMR
Modal
Sendiri
Utang
3.
PGAS
Modal
Sendiri
Utang

4.
EXCL
Modal
Sendiri
Utang
5.
TPMA
Modal
Sendiri
Jumlah utang per tahun
Jumlah modal sendiri per
tahun

No.

Tahun
2011
4.174.997

2012

10.072.090

2013
14.605.172

2014
17.903.053

2.705.209

4.245.393

4.114.039

4.131.029

12.191.853 14.965.766

17.499.365


20.432.952

9.240.280

9.787.786

10.866.980

11.424.996

13.791.734 15.021.091

20.073.088

40.447.177

17.184.172 22.770.838

33.463.069


36.848.736

17.478.142 20.085.669

24.977.479

49.745.863

13.692.512 15.370.036

15.300.147

13.960.625

38.219.732 42.648.312

76.410.251

73.498.365


22.468.460 35.979.222

52.987.994

62.607.361

85,856,458 102,792,928 153,565,355 202,027,410
65,290,633 105,162,047 116,732,229 125,972,747

Sumber: www.idx.co.id

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2012, perusahaan dengan kode
TBIG menunjukkan peningkatan utang sebesar 1,41%, tetapi mengalami
penurunan berturut-turut pada tahun 2013 sebesar 0,45% dan tahun 2014 sebesar
0,23%. Sementara, penggunaan modal sendiri oleh perusahaan ini adalah 0,57%
pada tahun 2012 dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 0,03% dan
tahun 2014 sebesar 0,004%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan ini
lebih mengutamakan pendanaan eksternalnya, yaitu melalui utang.

3


Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 2012, perusahaan dengan kode JSMR menunjukkan
penggunaan utang meningkat sebesar 0,23%, tetapi menurun pada tahun 2013
sebesar 0,17% dan konsisten pada tahun berikutnya. Sementara, penggunaan
modal sendiri oleh perusahaan ini mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 dan
tahun 2013, penggunaan modal sendiri meningkat sebesar 0,06% dan 0,11%,
tetapi menurun pada tahun 2014 sebesar 0,05%.
Perusahaan dengan kode PGAS menunjukkan penggunaan utang yang
meningkat setiap tahunnya, yaitu 0,09% pada tahun 2012, 0,34% pada tahun
2013, dan 1,01% pada tahun 2014. Peningkatan penggunaan utang pada tahun
2012 dan tahun 2013 menunjukkan peningkatan modal sendiri pula, yaitu sebesar
0,33% dan 0,47%. Akan tetapi, peningkatan penggunaan utang pada tahun 2014
menyebabkan penggunaan modal sendiri menurun sebesar 0,01%.
Perusahaan dengan kode EXCL menunjukkan penggunaan utang yang
meningkat setiap tahunnya, yaitu 0,15% pada tahun 2012, 0,24% pada tahun
2013, dan 0,99% pada tahun 2014. Berbeda halnya dengan penggunaan modal
sendiri yang mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012, modal sendiri yang
digunakan perusahaan menunjukkan peningkatan sebesar 0,12%, tetapi menurun

pada tahun 2013 dan tahun 2014 sebesar 0,005% dan 0,09%.
Perusahaan dengan kode TPMA menunjukkan penggunaan utang yang
meningkat pada tahun 2012 dan tahun 2013 sebesar 0,12% dan 0,79%. Pada tahun
2014, penggunaan utang menurun sebesar 0,04%. Penggunaan modal sendiri
menunjukkan peningkatan yang berturut-turut setiap tahunnya, yaitu 0,60% pada
tahun 2012, 0,47% pada tahun 2013, dan 0,18% pada tahun 2014.

4

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah utang per tahun
mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,20% pada tahun 2012, 0,49% pada tahun
2013, dan 0,32% pada tahun 2014. Jumlah penggunaan modal sendiri per
tahunnya juga menunjukkan peningkatan, yaitu sebesar 0,61% pada tahun 2012,
0,11% pada tahun 2013, dan 0,08% pada tahun 2014. Peningkatan penggunaan
modal modal sendiri tidak dapat dijadikan patokan bahwa perusahaan sektor ini
aman dan tidak perlu memperhatikan struktur modalnya. Justru sebaliknya,
perusahaan harus memperhatikan struktur modalnya dikarenakan penggunaan
utang juga mengalami peningkatan melebihi 50% dari modal yang dimiliki oleh

perusahaan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan jasa sektor
infrastruktur, utilitas, dan transportasi pada periode 2011-2014 lebih memilih
menggunakan utang dibandingkan modal sendiri.
Struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial leverage
yang diukur dengan menggunakan rasio leverage yaitu Debt to Equity Ratio
(DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas (Kasmir, 2013). DER yang semakin tinggi
menunjukkan penggunaan utang oleh perusahaan semakin besar, sehingga resiko
yang dihadapi perusahaan pun meningkat.
Struktur modal memberikan efek secara langsung pada posisi keuangan
suatu perusahaan, sehingga penting bagi perusahaan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal sebelum mengambil keputusan
pendanaan perusahaan. Terdapat faktor-faktor yang menentukan keputusan
manajer dalam memilih komposisi struktur modal yang optimal dalam
5

Universitas Sumatera Utara

perusahaan, antara lain profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, growth
opportunity, dan non debt tax shield, serta ukuran perusahaan (firm size) sebagai
variabel moderating pada penelitian ini. Keputusan pendanaan yang tidak cermat
akan menimbulkan biaya tetap berupa biaya modal yang tinggi, resiko yang
dihadapi oleh perusahaan tinggi, dan akan mengakibatkan rendahnya profitabilitas
perusahaan.

Tabel 1.2
Net Income, Current Asset, Fixed Asset, Total Aset, Depresiasi, dan Utang
Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Periode
2011-2014
(Rp Juta)
Kode
Tahun
NI
Perusahaan
2011
492.348
2012
927.415
TBIG
2013
1.351.524
2014
1.372.104
2011
1.318.824
2012
1.535.812
JSMR
2013
1.237.821
2014
1.215.332
2011
6.118.210
2012
8.850.528
PGAS
2013 10.967.963
2014
9.298.043
2011
2.830.101
2012
2.764.647
EXCL
2013
1.032.817
2014
-891.063
2011
9.157.456
2012
8.358.288
TPMA
2013
8.015.771
2014 12.002.480

CA

FA

TA

Depresiasi

Utang

1.186.268
2.301.229
2.598.596
3.152.206
3.996.741
4.531.117
3.746.345
3.641.372
13.656.295
19.183.520
21.847.077
23.141.099
3.387.237
3.658.985
5.844.114
13.309.762
16.550.900
14.593.005
16.550.440
14.047.027

5.693.938
12.016.254
16.120.615
18.881.876
17.435.393
20.222.434
24.620.000
28.216.576
15.866.650
16.378.657
22.542.829
30.904.599
27.783.417
31.796.720
34.433.512
50.396.726
44.137.292
64.034.529
112.847.805
122.058.699

6.880.206
14.317.483
18.719.211
22.034.082
21.432.134
24.753.551
28.366.345
31.857.948
30.976.446
37.791.930
53.536.157
77.295.913
31.170.654
35.455.705
40.277.626
63.706.488
60.688.192
78.627.534
129.398.245
136.105.726

15.618
25.678
22.728
34.381
490.606
112.688
130.268
211.900
192.828
189.405
185.636
176.976
4.611
4.994
5.643
6.222
2.781.715
3.460.537
4.672.474
7.573.583

4.174.997
10.072.090
14.605.172
17.903.053
12.191.853
14.965.766
17.499.365
20.432.952
13.791.734
15.021.091
20.073.088
40.447.177
17.478.142
20.085.669
24.977.479
49.745.863
38.219.732
42.648.312
76.410.251
73.498.365

Sumber: www.idx.co.id

Keterangan :
NI
= Net Income
CA
= Current Asset
FA
= Fixed Asset
TA
= Total Aset
6

Universitas Sumatera Utara

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Brigham dan Houston (2010:146) menyatakan bahwa rasio profitabilitas
mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan
operasional. Dalam meningkatkan sumber pendanaan internal, perusahaan harus
mampu meningkatkan laba, sebab tanpa laba, perusahaan tidak mempunyai modal
untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Apabila suatu perusahaan memiliki laba
yang tinggi, maka penggunaan utang pun akan semakin sedikit. Tabel 1.2
menunjukkan laba bersih perusahaan mengalami fluktuasi selama periode 20112014. Perusahaan yang menunjukkan peningkatan laba bersih per tahun secara
konsisten adalah perusahaan dengan kode TBIG, yaitu sebesar 0,88%, 0,46%,
dan 0,02%. Akan tetapi, jika dilihat dari jumlah laba bersih per tahun, laba
perusahaan meningkat berturut-turut sebesar 0,13%, 0,01%, dan 0,02%. Namun,
penggunaan utang tidak menurun, melainkan meningkat setiap tahunnya. Hal ini
tidak sesuai dengan pecking order theory yang menjelaskan mengapa perusahaan
yang sangat menguntungkan pada umumnya mempunyai utang yang lebih sedikit
(Cahyani, 2013).
Menurut Riyanto (2001:25), likuiditas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
Brigham dan Houston (2001:38) menjelaskan bahwa likuiditas yang tinggi
menunjukkan bahwa terdapat aktiva lancar terutama arus kas bebas yang besar.
Hal ini menunjukkan bahwa tersedianya dana internal yang cukup bagi
perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya, sehingga perusahaan

7

Universitas Sumatera Utara

mengutamakan pendanaan internal. Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan
transportasi memperlihatkan data yang berbeda dengan teori. Tabel 1.2
menunjukkan bahwa aktiva lancar perusahaan dengan kode JSMR, PGAS, dan
EXCL meningkat setiap tahun. Namun, peningkatan ini tidak menunjukkan
adanya penurunan penggunaan utang oleh perusahaan.
Menurut Brigham dan Weston (2005:175), struktur aktiva adalah
perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Menurut
Riyanto (2001:298) pada umumnya perusahaan industri menanamkan modalnya
dalam aktiva tetap dan akan mengutamakan pemenuhan modal yang permanen,
yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini
disebabkan oleh penggunaan aktiva tetap yang akan menimbulkan fixed cost,
sehingga jika perusahaan menggunakan sumber pendanaan lainnya dalam
membelanjakan aktiva tetap akan menyebabkan fixed cost yang ditanggung
perusahaan

menjadi

lebih

besar.

Dengan

demikian,

perusahaan

akan

menggunakan utang dalam jumlah yang lebih sedikit. Namun, pada Tabel 1.2
dapat dilihat bahwa aktiva tetap perusahaan yang meningkat setiap tahunnya,
yaitu sebesar 0,26%, 0,42%, dan 0,22% tidak diiringi dengan penurunan
penggunaan utang.
Growth opportunity (peluang pertumbuhan) adalah kesempatan yang
dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang dan mencakup kesempatan untuk
melakukan investasi di masa mendatang (Brigham & Weston, 2005:457).
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi berarti kesempatan bagi
perusahaan untuk bertumbuh juga semakin tinggi yang berakibat pada semakin

8

Universitas Sumatera Utara

besarnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi dan pertumbuhannya
di masa mendatang. Menurut signaling theory, perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan akan memilih menggunakan utang dibanding ekuitas saham baru
sebagai sumber pendanaannya dikarenakan adanya kesenjangan infromasi yang
tinggi antara investor dan manajer yang menyebabkan biaya modal ekuitas saham
lebih mahal. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur melalui total aktiva yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Total aktiva yang semakin besar menunjukkan
bahwa pertumbuhan perusahaan semakin tinggi dan berakibat pada tingginya
tingkat kepercayaan kreditor terhadap perusahaan yang dinilai memiliki prospek
pertumbuhan yang menguntungkan.
Penghematan pajak yang diperoleh perusahaan selain dari utang disebut
non debt tax shield. Menurut Bradley et al., (dalam Krisnanda dan Wiksuana,
2015), non debt tax shield tersebut berupa depresiasi aktiva tetap. Depresiasi
merupakan pendorong pengurangan utang bagi perusahaan sehingga terjadi
penghematan pajak. Semakin besar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan
menunjukkan penghematan pajak melalui depresiasi akan semakin besar dan
berakibat pada penurunan penggunaan utang. Non debt tax shield yang semakin
tinggi pada suatu perusahaan menunjukkan komposisi utang yang digunakan
dalam struktur modal perusahaannya semakin rendah (Krisnanda dan Wiksuana,
2015). Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang lebih menyukai internal
financing, sehingga perusahaan tidak perlu membuka diri pada pemodal asing.
Namun, Tabel 1.2 menunjukkan hal yang kontras pada perusahaan dengan kode
EXCL dan TPMA yang depresiasinya meningkat setiap tahun, Perusahaan dengan

9

Universitas Sumatera Utara

kode EXCL mengalami peningkatan depresiasi setiap tahun sebesar 0,08%,
0,13%, dan 0,10%. Perusahaan dengan kode TPMA juga mengalami peningkatan
depresiasi setiap tahun sebesar 0,24%, 0,35%, dan 0,62%. Sementara, penggunaan
utang mengalami peningkatan setiap tahunnya pada kedua perusahaan tersebut.
Total aktiva dapat menjadi indikator bagaimana perusahaan mengelola
sumber pendanaannya untuk meningkatkan ukuran perusaahan. Menurut Riyanto
(2001: 235), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang dilihat dari besarnya ekuitas, total penjualan, dan total aktiva. Pada
penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva perusahaan
karena nilai aktiva relatif lebih stabil. Riyanto (2001:279) menyebutkan bahwa
besarnya suatu perusahaan juga mempengaruhi struktur modal perusahaan.
Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki
laba dan aktiva yang besar, sehingga cenderung menggunakan sumber pendanaan
eksternal, yaitu utang. Hal ini dikarenakan perusahaan besar dinilai profitable dan
mempunyai tingkat kredibilitas yang tinggi dibandingkan perusahaan kecil,
sehingga perusahaan besar lebih mudah mendapatkan pinjaman dari kreditor.
Perusahaan yang besar juga memiliki growth opportunity yang tinggi dikarenakan
laba dan aktiva perusahaan besar, sehingga kesempatan perusahaan untuk
bertumbuh dan berkembang akan semakin besar. Perusahaan dengan aktiva yang
besar juga memperoleh manfaat pajak melalui depresiasi aktiva tetapnya. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi profitabilitas,
likuiditas, struktur aktiva, growth opportunity, non debt tax shield, dan struktur
modal suatu perusahaan.

10

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi dengan Ukuran
Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia .

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Aktiva, Growth Opportunity, dan
Non Debt Tax Shield berpengaruh terhadap Struktur Modal perusahaan sektor
infrastruktur, utilitas, dan transportasi di Bursa Efek Indonesia ?
2. Apakah Ukuran Perusahaan (Firm Size) sebagai variabel moderating dapat
memperkuat atau memperlemah pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Struktur
Aktiva, Growth Opportunity, dan Non Debt Tax Shield terhadap Struktur
Modal perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi di Bursa Efek
Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian tentang Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi dengan Ukuran Perusahaan
Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,

Struktur Aktiva, Growth

Opportunity, dan Non Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal perusahaan
sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi di Bursa Efek Indonesia.

11

Universitas Sumatera Utara

2. Menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size) sebagai variabel
moderating dalam memperkuat atau memperlemah pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, Struktur Aktiva, Growth Opportunity, dan Non Debt Tax Shield
terhadap Struktur Modal perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan
transportasi di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan
sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi.
2. Bagi manajemen perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan yang
diteliti agar mampu mengoptimalkan penggunaan sumber pendanaan
perusahaan.
3. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi investor yang ingin
berinvestasi pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi serta
dapat memilih perusahaan yang akan menghasilkan laba.

12

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

26 137 88

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 7 88

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

5 42 131

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

1 3 10

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

0 0 26

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

0 2 5

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

0 0 17