Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
OLEH :
IRENE KRISTINA NATALIA SIJABAT
110503238
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL
DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING
PADA PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG
TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA
(2)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL
DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PERUSAHAAN SEKTOR
ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh suku bunga, struktur
aktiva, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal baik secara
simultan maupun parsial pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri yang
terdaftar di BEI serta menguji profitabilitas memoderasi hubungan faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan industri Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di BEI. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak 38
perusahaan
Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun
2010-2014. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling
berjumlah 23 perusahaan.
Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi
linier berganda dan uji moderating menggunakan selisih mutlak. Hasil penelitian
ini membuktikan SBI, RTA, SIZE dan ROA secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan Sektor Aneka Industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2010-2014. Pengujian secara
parsial hanya variabel RTA dan ROA yang berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal pada perusahaan Sektor Aneka Industri terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode 2010-2014. Pengujian moderating membuktikan bahwa
profitabilitas tidak terbukti sebagai variabel moderating yang mampu memperkuat
atau memperlemah dan memoderasi hubungan SBI, RTA, dan SIZE
dengan
struktur modal pada perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI
untuk periode 2010-2014.
Kata kunci
: Suku Bunga (SBI), Struktur Aktiva (RTA), Ukuran Perusahaan
(3)
FACTORS AFFECTING CAPITAL STRUCTURE WITH PROFITABILITY
AS VARIABLE MODERATING IN SECTOR LISTED IN VARIOUS
INDUSTRIES INDONESIA STOCK EXCHANGE
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of interest rates, asset
structure, company size and profitability of the capital structure either
simultaneously or partially on industrial enterprises Miscellaneous Industry
Sector listed on the Stock Exchange as well as test the profitability moderate the
relationship factors that affect the capital structure of industrial enterprises
Various industry sectors listed on the Stock Exchange. This study population as
many as 38 companies Various Industries listed in the Indonesia Stock Exchange
since 2010-2014. Samples were selected using purposive sampling method
amounted to 23 companies. The data is processed using statistical test of multiple
linear regression and moderating test using an absolute difference. Results of this
study prove the SBI, RTA, SIZE and ROA simultaneously significant effect on the
company's capital structure Miscellaneous Industry Sector listed in the Indonesia
Stock Exchange for the period 2010-2014. Testing only partially RTA and ROA
variables that significantly influence the company's capital structure
Miscellaneous Industry Sector is listed in the Indonesia Stock Exchange for the
period 2010-2014. Moderating testing proves that profitability is not proven as a
moderating variable that can strengthen or weaken and moderate the relationship
SBI, RTA, and SIZE with the company's capital structure Miscellaneous Industry
Sector listed on the Stock Exchange for the period 2010-2014.
Keywords: Interest Rate (SBI), Structure Assets (ROA), Company Size
..
(SIZE),
Profitability (ROA) and Capital Structure (DER).
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, karena atas segala
berkat, kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia”. Penulisan skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih
kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen
S1 Akuntansi dan Bapak Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen
S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 dan
selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan nasihat dan masukan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4.
Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
(5)
5.
Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak selaku Dosen Pembibing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
6.
Bapak Syahrur Rahman, SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberikan nasihat dan masukan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
7.
Orangtua Penulis yang terkasih, Papa saya Pdt. Jhonfri Sijabat, BA dan Mama
saya tercinta Rosmawati Br. Berutu yang telah menjadi motivator dan pendoa
sehingga penulis tetap bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini.
8.
Teman - teman seperjuangan yang terkasih, Matius Rikky Yaputra, Santa,
Dessy, Yessica, Emmanuella, Azura, MAGIC MUSHROOMS, MCM
(Medan Campus Ministry), dan nama-nama yang tidak dapat saya uraikan
satu per satu yang telah berkorban, membantu, mendoakan, dan mendukung
sehingga penulis dapat bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmatNya
kepada seluruh pihak yang telah memberikan banyak bantuan dan motivasi
kepada penulis selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa keterbatasan Penulis membuat penelitian ini menjadi kurang
sempurna, karena itu masih diperlukan saran maupun masukan dari pembaca.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bermanfaat
bagi penelitian selanjutnya.
Medan, 4 November 2015
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK
... i
ABSTRACT
... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI
... vi
DAFTAR TABEL
... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. PerumusanMasalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis ... 9
2.1.1. Struktur Modal ... 9
2.1.1.1. Pengertian dan Teori Struktur Modal ... 9
2.1.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 13
2.1.1.3. Suku Bunga ... 18
2.1.1.4. Struktur Aktiva ... 19
2.1.1.5. Ukuran Perusahaan (Size) ... 22
2.1.2. Profitabilitas ... 23
2.1.2.1. Pengertian Profitabilitas ... 23
2.1.2.2. Jenis-Jenis Profitabilitas ... 24
2.1.2.3. Pengukuran Profitabilitas ... 26
2.2. ReiewPenelitianTerdahulu ... 27
2.3.Kerangka Konseptual ... 29
(7)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. JenisPenelitian... 32
3.2.Tempat dan WaktuPenelitian ... 32
3.3.DefinisiVariabel ... 32
3.4.Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 36
3.5. Populasi Penelitian ... 36
3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.7. Metode Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ...
45
4.1.1. Deskriptif Data ...
45
4.1.2. Uji Asumsi Klasik ...
47
4.1.2.1. Uji Normalitas ...
48
4.1.2.2. Uji Normalitas Setelah Transformasi ...
50
4.1.2.3. Uji Multikolonieritas ...
52
4.1.2.4 Uji Heterokedasitas ...
53
4.1.2.5 Uji Autokorelasi ...
54
4.1.3. Hasil Analisis Data Hipotesis Pertama...
54
4.1.3.1. Uji Signifikansi Simultan ...
54
4.1.3.2. Uji Signifikansi Parsial...
55
4.1.3.3. Regresi Linier Berganda...
60
4.1.3.4. Koefisien Determinasi ...
61
4.1.4. Hasil Analisis Data Hipotesis Kedua ...
62
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ...
63
4.2.1. Hasil Uji Simultan (F) ...
63
4.2.2. Hasil Uji Parsial (t) ...
64
4.2.3. Pengaruh Variabel Moderating (Profitabilitas) ...
67
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...
69
5.2 Keterbatasan Penelitian ...
70
5.3 Saran ...
70
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Struktur Modal Beberapa Perusahaan Industri Sektor Aneka
Industri Periode tahun 2010 – 2014 ... 5
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ... 27
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 35
Tabel 3.2 Proses Purposive Sampling ... 37
Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan ... 37
Tabel 4.1 Descriptive Statistics ... 45
Tebel 4.2 Uji Normalitas Data ... 49
Tebel 4.3 Uji Normalitas Data Setelah Transformasi ... 52
Tebel 4.4 Uji Multikolinieritas ... 52
Tebel 4.5 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Setelah Transformasi ... 54
Tebel 4.6 Uji F
... 54
Tebel 4.7 Hasil Uji Statistik t ... 56
Tebel 4.8 Regresi Linier Berganda ... 60
Tebel 4.9 Koefisien Determinasi... 62
Tebel 4.10 Hasil Pengujian Moderating... 62
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 29
Gambar 4.1 Normal PP-Plots ... 48
Gambar 4.2 Grafik Histogram... 49
Gambar 4.3 Normal PP-Plots Setelah Transformasi ... 50
Gambar 4.4 Grafik Histogram Setelah Transformasi ... 51
Gambar 4.5 Scatterplot Setelah Transformasi ... 53
Gambar 4.6 Kurva Pengujian Hipotesis ... 54
Gambar 4.6 Kurva Pengujian Hipotesis ... 56
Gambar 4.6 Kurva Pengujian Hipotesis ... 57
Gambar 4.6 Kurva Pengujian Hipotesis ... 58
(10)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL
DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PERUSAHAAN SEKTOR
ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh suku bunga, struktur
aktiva, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal baik secara
simultan maupun parsial pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri yang
terdaftar di BEI serta menguji profitabilitas memoderasi hubungan faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan industri Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di BEI. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak 38
perusahaan
Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun
2010-2014. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling
berjumlah 23 perusahaan.
Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi
linier berganda dan uji moderating menggunakan selisih mutlak. Hasil penelitian
ini membuktikan SBI, RTA, SIZE dan ROA secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan Sektor Aneka Industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2010-2014. Pengujian secara
parsial hanya variabel RTA dan ROA yang berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal pada perusahaan Sektor Aneka Industri terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode 2010-2014. Pengujian moderating membuktikan bahwa
profitabilitas tidak terbukti sebagai variabel moderating yang mampu memperkuat
atau memperlemah dan memoderasi hubungan SBI, RTA, dan SIZE
dengan
struktur modal pada perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI
untuk periode 2010-2014.
Kata kunci
: Suku Bunga (SBI), Struktur Aktiva (RTA), Ukuran Perusahaan
(11)
FACTORS AFFECTING CAPITAL STRUCTURE WITH PROFITABILITY
AS VARIABLE MODERATING IN SECTOR LISTED IN VARIOUS
INDUSTRIES INDONESIA STOCK EXCHANGE
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of interest rates, asset
structure, company size and profitability of the capital structure either
simultaneously or partially on industrial enterprises Miscellaneous Industry
Sector listed on the Stock Exchange as well as test the profitability moderate the
relationship factors that affect the capital structure of industrial enterprises
Various industry sectors listed on the Stock Exchange. This study population as
many as 38 companies Various Industries listed in the Indonesia Stock Exchange
since 2010-2014. Samples were selected using purposive sampling method
amounted to 23 companies. The data is processed using statistical test of multiple
linear regression and moderating test using an absolute difference. Results of this
study prove the SBI, RTA, SIZE and ROA simultaneously significant effect on the
company's capital structure Miscellaneous Industry Sector listed in the Indonesia
Stock Exchange for the period 2010-2014. Testing only partially RTA and ROA
variables that significantly influence the company's capital structure
Miscellaneous Industry Sector is listed in the Indonesia Stock Exchange for the
period 2010-2014. Moderating testing proves that profitability is not proven as a
moderating variable that can strengthen or weaken and moderate the relationship
SBI, RTA, and SIZE with the company's capital structure Miscellaneous Industry
Sector listed on the Stock Exchange for the period 2010-2014.
Keywords: Interest Rate (SBI), Structure Assets (ROA), Company Size
..
(SIZE),
Profitability (ROA) and Capital Structure (DER).
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Struktur modal merupakan kombinasi pendanaan yang berasal dari ekuitas
dan hutang. Bila kebijakan pendanaan yang diambil adalah kebijakan leverage
rendah maka biasanya perusahaan harus membayarkan deviden rendah pula agar
perusahaan dapat menahan diri dari penerbitan saham baru yang membutuhkan
biaya penerbitan dan pemasaran sekuritas. Perusahaan akan menentukan struktur
modalnya dengan mengevaluasi jenis investasi dan apakah kebutuhan dananya
dipenuhi dari laba ditahan atau dari hutang. Harnanto (2005:306) menjelaskan
“Struktur modal perusahaan sebagai salah satu faktor fundamental dalam operasi
perusahaan. Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan
pembelanjaan (financing policy) dari manajer keuangan yang senantiasa
dihadapkan pada pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif”.
Perusahaan dalam mengelola fungsi keuangan sebagai salah satu unsur
yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi
kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan
usahanya. Pemenuhan dana ini bisa bersumber dari dana sendiri, modal saham
maupun dengan hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka
panjang. Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan
kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan
berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan
(13)
resiko keuangan perusahaan. Begitu juga sebaliknya perusahaan harus
memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli berpendapat bahwa
penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat profitabilitas.
Untuk itu sebagian manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya dengan
modal tetapi juga disertai penggunaan dana melalui hutang baik itu hutang jangka
pendek maupun hutang jangka panjang karena terkait dengan sifat penggunaan
dari hutang tersebut yaitu bersifat mengurangi pajak.
Teori yang menjelaskan tentang struktur modal setidaknya ada dua teori
yang dapat mengemukakan penggunaan struktur modal yaitu Trade Of Theory
dan Pecking Order Theory. Berdasarkan Trade Of Theory yang dikemukakan
oleh Myers (1984) dikutip dalam Bringham (2010:115) menjelaskan “Perusahaan
mendasarkan diri pada keputusan suatu struktur modal yang optimal. Struktur
modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan keuntungan atas penggunaaan
hutang terhadap biaya kebangkrutan. Apabila keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan dengan menambah hutang lebih besar dari resiko hutang maka
penambahan hutang tersebut dapat di perkenankan”.
Myers (1984) dikutip dalam Bringham (2010:116) menjelaskan “Pecking
Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan
yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan dana
internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang
bersumber dari eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal
pendanaan adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan
(14)
menunjukkan bahwa pendanaan ini didasarkan dari tingkat cost of fund dari
sumber-sumber tersebut yang juga berkaitan dengan tingkat resiko suatu investasi.
Riyanto (2001: 296) menjelaskan bahwa “struktur modal suatu perusahaan
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah tingkat bunga, stabilitas dari
earnings, struktur aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang
dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, besarnya suatu perusahaan”.
Penelitian ini ingin mencoba meneliti ada beberapa faktor yang mempengaruhi
struktur modal, tetapi yang diteliti hanya variabel suku bunga, struktur aktiva,
ukuran perusahaan (Size) dan profitabilitas sebagai variabel moderating. Alasan
menggunakan variabel bebas tersebut dikarenakan masih membuktikan hasil
penelitian yang berbeda-beda sehingga perlu diuji kembali untuk memperkuat
hasil penelitian yang sudah ada. Alasan menggunakan profitabilitas sebagai
variabel moderating adalah dikarenakan profitabilitas merupakan unsur
kesuksesan perusahaan dalam menghasilkan laba. Tinggi rendahnya profitabilitas
akan dapat memperkuat atau memperlemah hubungan faktor-faktor profitabilitas
tersebut.
Faktor suku bunga menjadi kunci dalam penentuan struktur modal yang
optimal. Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal
adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu itu.
Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik,
apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi. Tinggi rendahnya
suku bunga akan mempengaruhi manajer dalam memutuskan struktur modal yang
(15)
mengurangi struktur modal dari penggunaan hutang untuk menghindari resiko
yang terlalu besar. Sebaliknya apabila suku bunga rendah maka manajer akan
menambah porsi hutangnya untuk kebutuhan struktur modal di perusahaan.
Faktor kedua dalam penelitian ini adalah struktur aktiva perusahaan.
Dilihat dari asetnya, perusahaan yang memiliki asset tetap alam jumlah besar
dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari
skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki struktur aset
yang besar akan lebih mudah menggunaan struktur modal dari hutang karena
adanya jaminan aset yang cukup untuk menutupi hutang-hutangnya.
Faktor ketiga dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (Size).
Perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih
berani mengeluarkan saham baru dan menambah hutang dalam memenuhi
kebutuhan
permodalannya untuk membiayai aktivitas operasionalnya
dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar akan lebih mudah
mendapatkan sumber dana eksternal dari hutang.
Faktor keempat dalam penelitian ini adalah profitabilitas sebagai variabel
moderating. Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor dalam
menentukan sruktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaa akan lebih
senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang. Perusahaan
dengan profitabilitas yang tinggi cenderung akan mengurangi penggunaan hutang
karena menganggap kebutuhan modal internal masih cukup untuk membiayai
(16)
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di BEI. Alasan menggunakan perusahaan industri ini yaitu
perusahaan ini memiliki aktivitas produksi yang relatif besar dimana perusahaan
membutuhkan modal yang besar dalam menjalankan aktivitas operasionalnya.
Selain itu industri ini memiliki produk yang bervariasi dengan tingkat produksi
yang cepat sehingga struktur modalnya sangat peka terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Berikut ini adalah beberapa perusahaan Sektor Aneka Industri
di BEI yang memiliki fluktuasi struktur modal terlihat pada tabel I.1.
Tabel I.1. Struktur Modal Beberapa Perusahaan Industri Sektor Sektor
Aneka Industri Periode tahun 2010 – 2014
NO TAHUN EMITEN Long Term
Debt Total Equity
Struktur Modal
1
2010
INDF
12.563.999 24.852.838 0,51
2011 9.144.404 31.610.225 0,29
2012 12.100.989 34.142.674 0,35
2013 20.248.351 38.373.129 0,53
2014 23.164.973 40.766.701 0,57
2
2010
KLBF
113.872 5.771.917 0,02
2011 128.031 6.515.935 0,02
2012 154.696 7.371.644 0,02
2013 174.513 8.499.958 0,02
2014 185.364 9.222.109 0,02
3
2010
GGRM
939.470 21.320.276 0,04
2011 1.003.458 24.550.928 0,04
2012 1.101.295 26.605.713 0,04
2013 1.259.400 29.416.271 0,04
2014 1.359.107 31.900.984 0,04
4
2010
HMSP
503.492 10.461.616 0,05
2011 530.729 10.214.464 0,05
2012 684.657 10.201.789 0,07
2013 1.041.130 13.308.420 0,08
2014 1.030.696 8.324.464 0,12
5
2010
UNVR
249.469 4.048.853 0,06
2011 326.781 3.680.937 0,09
2012 480.718 3.968.365 0,12
2013 674.076 4.254.670 0,16
2014 805.199 5.472.869 0,15
(17)
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa struktur modal
beberapa perusahaan berbeda-beda setiap tahunnya. Struktur modal yang tertinggi
terlihat pada perusahaan INDF menunjukkan perusahaan menganut trade of
theory dimana menggunakan modal eksternal dari hutang jangka panjang cukup
besar. Sedangkan struktur modal yang terendah terlihat pada perusahaan KLBF
menunjukkan bahwa perusahaan menganut packing order theory dimana
perusahaan cenderung mengurangi hutang.
Alasan diadakannya penelitian ini adalah untuk menguji kembali
variabel-variabel yang telah dikemukakan oleh Muhammad Rizal (2002) berpengaruh
terhadap struktur modal yaitu Ownership Structure, Retained Earning, Business
Risk, Devidend Payout Ratio, dan Expectied Growth Rate dan Ike Tri Anggraini
(2007) mengungkapkan variabel Tangible Assets (FTA), Firm Size (SIZE),
Liquidity (CR) dan Growth Sales (GS) yang mempengaruhi struktur modal. Hasil
penelitian Rizal (2002) membuktikan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap
struktur modal, sedangkan hasil penelitian Ike Tri Anggraini (2007) membuktikan
bahwa firm size, Liquidity (CR) dan Growth Sales (GS) berpengaruh terhadap
struktur modal. Haryanto (2003) membuktkan bahwa Liquidity (CR) dan Growth
Sales (GS) tidak berpengaruh sedangkan firms size berpengaruh terhadap struktur
modal. Hasil penelitian tersebut menimbulkan ketidak cocokan (GAP), untuk itu
penulis ingin membuktikan kembali pengaruh variabel firm size terhadap struktur
modal dengan menambahkan beberapa variabel seperti variabel suku bunga,
struktur aktiva (tangibility of assets), profitabilitas (profitability). Alasan
(18)
pengaruhnya terhadap struktur modal berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu
yang masih rancu. Selain itu untuk memperluas hasil penelitian ini maka
digunakan profitabilitas sebagai variabel moderating karena dianggap
profitabilitas merupakan faktor yang dapat memperkuat atau memperlemah
hubungan faktor-faktor struktur modal di perusahaan.
Berdasarkan hal ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan
Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka
Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah suku bunga, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh terhadap struktur modal baik secara simultan maupun parsial
pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI?
2.
Apakah profitabilitas memoderasi hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal pada perusahaan industri Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di BEI?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk menguji pengaruh suku bunga, struktur aktiva, ukuran perusahaan
(19)
parsial pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri yang terdaftar di
BEI.
2.
Untuk membuktikan profitabilitas memoderasi hubungan faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan industri Sektor
Aneka Industri yang terdaftar di BEI.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian.
1.
Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan
khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal .
2.
Manfaat Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan karya ilmiah
di lingkungan Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3.
Manfaat Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi
perusahaan- perusahaan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan
berkaitan dengan struktur modal di perusahaan.
4.
Manfaat Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Uraian Teoritis
2.1.1.
Struktur Modal
2.1.1.1.Pengertian dan Teori Struktur Modal
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan
mengenai pembelanjaan perusahaan. Kelana dan Wijaya (2005:121) menjelaskan
“Struktur modal merupakan sisi kanan dari neraca, jadi merupakan kombinasi
antara utang dan modal sendiri. Riset biasanya berkenaan dengan komposisi dua
hal ini, biasa dikenal sebagai DER (Debt to Equity Ratio) atau Leverage
[debt/(debt+equity)]”. Komposisi ini dianggap dipengaruhi oleh berbagai faktor
fundamental keuangan, dan selanjutnya dilakukan pengetesan empiris. Selain itu
(khusus untuk utang) biasanya dikaitkan dengan financial distress atau peluang
bangkrut dan expectid return atau imbalan yang diharapkan.
Sumber pendanaan di dalam suatu perusahaan dibagi ke dalam dua
kategori yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal. Jadi, keputusan
pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam
(internal) maupun dari luar (eksternal). Sumber dana internal perusahaan berasal
dari laba bersih atau arus kas masuk. Dana internal ini berasal dari hasil operasi
perusahaan yang pada dasarnya milik pemegang saham. Sedangkan sumber dana
eksternal perusahaan berasal dari ekuitas pemegang saham dan utang dari
(21)
Pengukuran struktur modal dapat menggunakan beberapa teori yang
menjelaskan struktur modal dalam suatu perusahaan, diantaranya adalah Trade
Off Theory dan Pecking Order Theory.
a.
Trade Off Theory
Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (1977) dikutip dari
Kelana dan Wijaya (2005:121), menjelaskan “Perusahaan akan berhutang sampai
pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari
tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”.
Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan
(bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang
meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Husnan (2005:231) mengatakan bahwa “secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa Trade Off menganut pola keseimbangan antara keuntungan
penggunaan dana dari utang dengan tngkat bunga yang tinggi dan biaya
kebangkrutan”.
Sundjaya dan Barlian (2002:242) menjelaskan bahwa ”struktur modal
yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari
pembiayaan dengan pinjaman. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan
pinjaman adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang
mengizinkan bunga atas pinjaman dapat dikurangi dalam menghitung pendpatan
(22)
Brigham dan Weston, (1999:431) teori trade off memberi 3 pernyataan
penggunaan utang yang dapat digunakan untuk menentukan secara pasti struktur
modal optimal setiap perusahaan, yaitu :
1.
Perusahaan dengan resiko lebih tinggi, diukur dengan variabelitas retur
atas aktiva perusahaan, harus meminjam lebih sedikit dari pada
perusahaan dengan resiko lebih rendah. Semakin tinggi variabelitas,
semakin tinggi kemungkinan tekanan finansial pada setiap tingkat
resiko utang, semakin tinggi espektasi biaya tekanan finansial. Dengan
demikian, perusahaan dengan resiko bisnis yang lebih rendah dapat
meminjam lebih banyak sebelum biaya tekanan finansial menyerap
habis keuntungan pajak dari utang.
2.
Perusahaan yang operasinya menggunakan aktiva berwujud, aktiva
yang memiliki pasar misalnya real estate dapat meminjam lebih
banyak dari pada perusahaan yang nilainya terutama berasal dari aktiva
tak berwujud, misalnya paten dan goodwill. Aktiva spesifik, aktiva
tidak berwujud, dan peluang pertumbuhan akan kehilangan nilainya
jika tekanan finansial terjadi dibanding dengan aktiva berwujud
standar.
3.
Perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi, yang kemungkinan
berlanjut pada masa yang akan datang dapat meminjam lebih banyak
daripada perusahaan dengan tarif pajak dan prospek pajak yang lebih
rendah. Tarif pajak yang tinggi menyebabkan keuntungan yang lebih
besar daripada pendanaan dengan utang, sehingga perusahaan dengan
tarif pajak yang lebih tinggi dapat meminjam lebih banyak, hal lain
dianggap sama, sebelum keuntungan pajak diserap oleh biaya tekanan
finansial dan biaya keagenan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
teori trade off mengindikasikan setiap perusahaan harus menetapkan target
struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan
marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi keseimbangan biaya
dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi itu nilai
perusahaan menjadi maksimum. Teori Trade Off juga menjelaskan bahwa struktur
modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan
(23)
dari penambahan utang di trade off (saling tukar antara satu sama lain). Tekanan
finansial biasanya terjadi hanya pada perusahaan yang memiliki utang, perusahaan
yang bebas dari utang biasanya tidak mengalami tekanan finansial.
b. Pecking Order Theory
Pecking Order Theory menitikberatkan struktur modal pada dana internal
perusahaan yang bersumber dari laba ditahan. Perusahaan akan lebih baik
mengurangi hutang dari pada menambah hutang dalam struktur modalnya.
Sartono (2010:242) menjelaskan :
Teori pecking order adalah teori yang menjelaskan bahwa manajemen
secara sistematis mendahulukan pendanaan investasi dengan
menggunakan dana internal (laba ditahan) daripada penggunaan dana
eksternal dan mendahulukan utang daripada ekuitas jika pendanaan
eksternal dibutuhkan. Dalam pandangan pecking order, perusahaan
sebaiknya menggunakan dana internal sebanyak mungkin untuk mendanai
proyek baru. Apabila dana internal tidak mencukupi maka utang atau
sekuritas yang paling aman lebih didahulukan daripada sumber dana
eksternal lainnya.
Myers (1977) dikutip dari Kelana dan Wijaya (2005:121) berpendapat
bahwa :
Manajer mengikuti teori pecking order menyatakan bahwa manajer lebih
mengutamakan pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dengan
demikian, jika arus kas internal lebih besar dari kebutuhan investasi maka
manajer akan membayarkan free cash flow untuk melunasi utang atau
membeli sekuritas. Sebaliknya jika arus kas internal lebih kecil dari
kebutuhan investasi maka manajer pertama akan menjual sekuritas, jika
tidak cukup akan menggunakan utang, penerbitan ekuitas merupakan
pilihan terakhir.
Kesimpulannya menurut teori pecking order, perusahaan tidak memiliki
struktur modal optimal, sebab pendanaan perusahaan tidak sepenuhnya tergantung
(24)
dan ekuitas). Urutan pendanaan dimulai dari laba ditahan, utang, dan penerbitan
saham (ekuitas) pada urutan terakhir. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa
penggunaan laba ditahan lebih murah dibandingkan utang dan ekuitas. Menurut
teori pecking order juga mengisyaratkan peningkatan profitabilitas akan
meningkatkan laba ditahan, yang dapat digunakan untuk pendanaan investasi.
Sehingga semangkin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin
sedikit pendanaan dengan menggunakan utang. Teori ini menjelaskan mengapa
perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah
sedikit.
2.1.1.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Banyak faktor yang mempengaruhi struktur modal di perusahaan. Menurut
Sutrisno (2000:307), ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
penentuan kebijaksanaan struktur modal adalah :
1.
Persesuaian atau suitability
Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka
waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan dana berjangka
pendek, bila dibelanjai dengan hutang, obligasi atau dengan
mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara
pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya
artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek, maka sebaiknya
dipenuhi dari sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan dana
jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang.
2.
Pengawasan atau control
Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para
pemegang saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk
menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya sebuah
perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegenag saham sehingga bila
diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan apakah fungsi
pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu
(25)
dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih
menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan menambah
saham.
3.
Laba atau earning per share
Memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara financial
harusnya yang bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham
atau earning per share lebih besar.
4.
Tingkat resiko atau riskness
Utang merupakan sumber dana yang mempunyai resiko tinggi sebab
bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan
mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu
semakin besar penggunaan dana dari utang mengindikasikan
perusahaan mempunyai tingkat resiko yang besar.
Menurut Sartono (2003:248), fakor yang mempengaruhi struktur moal
adalah :
1.
Tingkat penjualan, Struktur asset, Tingkat Pertumbuhan
perusahaan, Profitabilitas, Variabel laba dan pelindung pajak,
Skala perusahaan, Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki
aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang
lebih besar dari pada perusahaan dengan penjualan yang tidak
stabil.
2.
Struktur asset
Perusahaan yang memiliki asset tetap alam jumlah besar dapat
menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena
dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan
akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.
3.
Tingkat Pertumbuhan perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar
kebutuhan dana dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar
kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar
keinginan perusahaan untuk menahan laba.
4.
Profitabilitas
Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor dalam
menentukan sruktur modal. Dengan laba ditahan yang besar,
perusahaa akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum
menggunakan hutang.
(26)
5.
Variabel laba dan pelindung pajak
Variabel ini sanga erat kaitannya dengan stabilitas penjualan. Jika
variabilitas atau volalitas laba perusahaan kecil maka perusahaan
mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung
beban tetap dari utang. Ada kecnderungan bahwa penggunaan
utang akan memberikan manfaat berupa perlindungan pajak.
6.
Skala perusahaan
Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah
memperoleh modal dipasar modal dibanding dengan perusahaan
kecil.
7.
Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual saham dan
obligasi. Secara umum kondisi yang paling tepat untuk menjual
obligasi atau saham adalah pada saat tingkat bunga pasar sedang
rendah dan pasar sedang bullish.
Empat faktor lain yang mempengaruhi keputusan struktur modal
menurut Brigham (1999:6) yaitu :
1.
Risiko bisnis, yakni risiko yang melekat pada operasi perusahaan
apabila perusahaan tidak menggunakan utang. Makin besar risiko
bisnis perusahaan, maka makin rendah rasio utang yang optimal.
2.
Posisi pajak perusahaan, yakni dengan menggunakan utang maka
biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga
menurunkan biaya utang yang sesungguhnya.
3.
Fleksibelitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk.
Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang
kuatdiperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik modal lebih
suka menanamkan modalnya pada perusahaan denganposisi neraca
yang baik bila keadaan perekonomian sulit.
4.
Konservatisme atau agresivitas manajemen, yakni ada sebagian
besar manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian
perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk
meningkatkan laba, dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur
modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktur modal
yang ditargetkan.
Sedangkan menurut (Riyanto, 2001, hal 296), struktur modal suatu
perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama
(27)
1. Tingkat bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal
adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada
waktu itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal
apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham
ataukah obligasi.
2. Stabilitas dari earnings
Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu
dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari
penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai
earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung risiko
tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang
buruk.
3. Susunan dari aktiva
Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya
tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri,
sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara
itu, perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar
akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang
jangka pendek.
4. Kadar risiko dari aktiva
Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah
tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva
didalam perusahaan, makin besar derajat risikonya. Dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang
tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak
digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat
digunakan.
5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan
perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa
golongan sekuritas secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan
yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya
mengeluarkan satu golongan sekuritas saja.
6. Keadaan pasar modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena
adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang
meninggi (upsaving) para investor lebih tertarik untuk menanamkan
modalnya dalam saham. Oleh karena itu, dalam rangka mengeluarkan atau
(28)
menjual sekuritasnya, perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan
pasar modal tersebut.
7. Sifat manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan
keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.
8. Besarnya suatu perusahaan
Perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan
lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya
untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan
yang lebih kecil
Berdasarkan
beberapa pendapat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari internal perusahaan seperti tingkat
pencapaian laba (profitabilitas), susunan aktiva perusahaan dan ukuran dari
perusahaan serta faktor dari eksternal perusahaan seperti perkembangan tingkat
suku bunga pinjaman yang berdampak pada struktur modal perusahaan. Penelitian
ini menggunakan faktor suku bunga, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan
profitabilitas dalam mempengaruhi struktur modal di perusahaan.
Struktur modal dalam penelitian ini diindikasikan dengan debt to equity
ratio (DER) yang sering disebut rasio utang satuannya adalah rasio. Rasio ini
menunjukan banyaknya utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai
seluruh ekuitas yang dimilikinya. Struktur modal diformulasikan sebagai berikut :
Long Term Debt
DER =
Total Equity
Dimana :
DER
= Debt to Equity Ratio
Long Term Debt
= Hutang Jangka Panjang
(29)
2.1.1.3. Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair (2001:635), “suku bunga adalah pembayaran bunga
tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman”.
Pengertian tingkat bunga menurut Sunariyah (2006:80) adalah “harga dari
pinjaman. Tingkat bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit
waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh
debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur”.
Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah :
1.
Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih
untuk diinvestasikan.
2.
Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah
terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi.
3.
Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan
suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari
industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi
tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
4.
Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol
jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi
uang dalam suatu perekonomian.
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran
tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan
adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan
sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan
akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga,
(30)
Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah : jika suku
bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena
ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini,
permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena
mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito
dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja
pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan,
atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat
cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.
2.1.1.4. Struktur Aktiva
Struktur aktiva (Tangible Assets) pada penelitian ini diproyeksikan oleh
Fixed Asset (FA) atau aktiva tetap. Menurut Sartono (2003:249), menyatakan
“Perusahaan yang memiliki asset tetap alam jumlah besar dapat menggunakan
utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan
besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan
dengan perusahaan kecil”.
Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya
tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing
sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar
dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
dananya dengan hutang jangka pendek. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009,
(31)
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedian barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan b). diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Menurut Sofyan (2008:20) mendefinisikan aktiva tetap sebagai berikut :
“aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan
secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”.
Menurut Mulyadi dan Kanaka (2002:175) aktiva tetap adalah “kekayaan
perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu
tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan
untuk dijual kembali”.
Dari ketiga definisi di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan,
yang bukan dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan
dan aktiva tetap tersebut memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.
Aktiva tetap yang dinilai perusahaan bermacam-macam jenisnya dan
bersifat heterogen. Adapun ragam aktiva tetap pada setiap perusahaan adalah
tergantung pada jenis kegiatan perusahaan itu sendiri dan luasnya operasi
perusahaan tersebut. Untuk tujuan akuntansinya maka aktiva tetap perlu
digolongkan berdasarkan pada suatu aturan tertentu. Aktiva tetap menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2009, PSAK no.16 par. 16.2) dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1.
Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas.
Jenis aktiva tetap sudah jelas relatif tidak berubah bentuk wujudnya
sehingga tidak perlu dilakukan penyusutan terhadap harga
(32)
perolehannya, misalkan tanah yang dimiliki oleh perusahaan yang
dipergunakan sebagai lokasi kegiatan perusahaan.
2.
Aktiva tetap yang umurnya terbatas, dapat dibagi atas :
a.
Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaatnya harus diganti dengan
aktiva sejenisnya, untuk aktiva tetap ini dilakukan penyusutan
(depresiasi) terhadap harga perolehannya. Jenis aktiva tetap ini
misalnya bangunan, gedung, mesin-mesin, kendaraan dan lain-lain.
b.
Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaatnya tidak dapat diganti
dengan aktiva tetap sejenisnya, untuk aktiva tetap tersebut dilakukan
penyusutan yang disebut dengan istilah “Deplesi”, misalnya sumber
alam seperti lahan pertambangan, hutan dan lain-lain.
Secara umum aktiva tetap dapat digolongkan sebagai berikut :
a.
Tanah
Tanah adalah permukaan bumi atau tempat berdirinya suatu bangunan,
halaman tanah perkebunan dan lain sebagainya. Tanah ini mempunyai
umur yang tidak terbatas yang berarti dapat dimanfaatkan selama umur
perusahaan, sehingga tidak perlu disusutkan apabila tanah tersebut tidak
milik perusahaan, akan tetapi hanya sebagai hak guna usaha atau hak
pakai maka hak tersebut harus diamortisasi karena masa menikmati
aktiva tetap tersebut adalah terbatas.
b.
Bangunan
Bangunanan adalah gedung yang didirikan di atas tanah dan
diggunakan sebagai kantor, pabrik, perumahan dan sebagainya. Aktiva
tetap ini mempunyai masa manfaat yang terbatas tetapi aktiva dalam
kelompok ini dimaksudkan untuk dijual-belikan maka harus dicatat
sebagai persediaan barang bukan sebagai kelompok aktiva tetap.
c.
Mesin
Mesin adalah alat mekanis yang dikuasai oleh perusahaan yang
digunakan untuk proses produksi atau kegiatan perusahaan, maka
terhadap aktiva tetap ini juga harus disusutkan karena mempunyai masa
manfaat yang terbatas.
d.
Peralatan
Peralatan selain mesin digunakan dalam proses produksi misalnya
peralatan bengkel, peralatan kantor, peralatan gudang dan lain-lain.
e.
Kendaraan
Kendaraan adalah alat pengangkutan yang dimiliki dan digunakan
untuk operasi perusahaan baik untuk pengangkutan di pabrik maupun
untuk pengangkutan orang. Aktiva tetap ini memberikan masa manfaat
yang terbatas sehingga harus dilakukan penyusutan.
f.
Perabotan
Perabotan biasanya terdapat di bagian administrasi atau bagian
penjualan dari perusahaan seperti meja, kursi dan sebagainya. Perabotan
juga memperoleh masa manfaat yang terbatas sehingga harus dilakukan
penyusutan.
(33)
Struktur aktiva merupakan susunan dari aktiva yang digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan. Struktur aktiva pada penelitian ini
diproyeksikan rasio aktiva tetap yaitu antara Fixed Asset (FA) terhadap Total
Asset (TA) diformulasikan sebagai berikut :
Fixed Assets
Rasio Tangible Assets =
Total Assets
Dimana :
Rasio Tangible Assets = Rasio Ukuran Aktiva Tetap
Fixed Assets
= Aktiva Tetap
Total Assets
= Total Aktiva
2.1.1.5. Ukuran Perusahaan (Size)
Suwito dan Herawaty (2005), perusahaan publik yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (mediumsize) dan
perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan
kepada total asset perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana
dapat diklasifikasikan besar atau kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara
lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain (Machfoedz, 1994)
dalam Atarwaman (2011).
Sutrisno (2003, hal 57) mengatakan “Ukuran perusahaan adalah besar
kecilnya kapasitas perusahaan yang dinilai dari asset-aset yang dimilikinya.
Semakin besar asset suatu perusahaan maka dapat dikatakan semakin besar pula
(34)
Ukuran perusahaan (firm size) pada penelitian ini diproyeksikan oleh
logaritma natural dari aktiva. Semakin besar total aktiva yang dimiliki
perusahaan maka dapat dikatakan semakin besar pula ukuran perusahaan sehingga
ukuran perusahaan dapat diproyeksikan menurut Cahyana (2009:137) sebagai
berikut :
SIZE = LnTA
Dimana :
SIZE = Ukuran Perusahaan
LnTA= Logaritma Natural dari Total Aset
2.1.2.
Profitabilitas
2.1.2.1.Pengertian Profitabilitas
Profit merupakan hasil dari kebijakan manajemen. Oleh karena itu, kinerja
perusahaan dapat diukur dengan profit. Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan profit disebut profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2001,
hal 89), menyatakan bahwa: “Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian
kebijakan dan keputusan”.
Menurut Munawir (2007, hal 33)” Profitabilitas atau rentabilitas adalah
kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu”. Menurut
Agus Sartono (2001, hal 122).“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri.” Menurut Brigham dan Houston (2006, hal 107), Profitabilitas
(35)
perusahaan. Rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi efek-efek dari
likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
adalah mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang
dihasilkan dari volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Dan juga rasio
profitabilitas merupakan rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba selama periode tertentu.
2.1.2.2. Jenis-Jenis Profitabilitas
Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Sawir (2005: 18) adalah
sebagai berikut:
1. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
2. Marjin Laba Operasi (Operating Profit Margin)
3. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
4. Hasil Atas Total Asset (Return on Assets)
5. Hasil Atas Ekuitas (Return on Equity)
Berikut ini penjelasannya :
1. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Gross Profit Margin adalah persentase dari setiap hasil sisa penjualan
sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi
marjin laba kotor, maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah
harga pokok barang yang dijual. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai
berikut :
Sales – Cost of Good Sold
Gross Profit Margin =
x 100%
(36)
2. Marjin Laba Operasi (Operating Profit Margin)
Operating Profit Margin adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa
penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali
bunga dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah
penjualan. Marjin laba operasi mengukur laba yang dihasilkan murni dari
operasi perusahaan tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban dari
pemerintah (pajak).
3. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Net Profit Margin adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan
sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan
pajak.
4. Hasil Atas Total Asset (Return on Assets)
Return on Total Assets adalah ukuran keseluruhan keefektifan manajemen
dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia disebut juga hasil
atas investasi.
EBIT
Operating Profit Margin
=
x 100%
Sales
Net Income
Net Profit Margin
=
x 100%
Sales
Net Income
Return On Assets
=
x 100%
(37)
5. Hasil Atas Ekuitas (Return on Equity)
Return on Equity adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik
(baik pemegang sahan biasa dan saham istimewa) atas investasi di
perusahaan. Semakin tinggi pengembalian semakin baik..
2.1.2.3.Pengukuran Profitabilitas
Pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan rasio ROA.
Harahap (2008:305) mengatakan bahwa “rasio ini menunjukan berapa besar laba
bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Menurut Radardjo
(2007:120) Return on Assets merupakan salah satu rasio Profitabilitas yaitu
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan
modal yang tertanam di dalamnya. Sedangkan Sutrisno (2000:266) mengatakan
bahwa “Return on Assets juga sering disebut rentabilitas ekonomis merupaklan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan”.
Rumus Return on Assets (ROA) menurut Sutrisno (2000:266) dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Aktiva Total
Bersih Laba ROA =
Net Income
Return On Equity
=
x 100%
Total Equity
(38)
Keterangan :
-
ROA adalah Return On Assets yaitu perbandingan laba bersih dengan
total aset perusahaan.
-
Laba bersih adalah laba bersih setelah dipotong bunga dan pajak.
-
Total aktiva adalah jumlah aset yang dimiliki perusahaan dalam
menjalankan aktivitas operasionalnya
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Berikut ini dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh
EVA, dan likuiditas terhadap struktur modal pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
NO Peneliti dan
Tahun
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Rizal (2002)
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Periode 1997-2001
Ownership Structure, Retained Earning, Business Risk, Devidend Payout Ratio, dan Expectied Growth Rate berpengaruh terhadap struktur modal
2
Ike Tri Anggraini
(2007)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan Industri Rokok di BEJ.
variabel Tangible Assets (FTA), Firm Size
(SIZE), Liquidity (CR) dan Growth Sales (GS) yang mempengaruhi struktur modal
3 Seftianne
(2011)
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur
Grouwt oportunity dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas, likuiditas, resiko bisnis, kepemilikan manajerial dan struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
4 Haryanto
(2003)
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan
Food and Beverages di BEJ.
Liquidity (CR) dan Growth Sales (GS)
tidak berpengaruh sedangkan firms size berpengaruh terhadap struktur modal
5 Bangun dan
Vivi (2008)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (studi empiris terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta)
Suku bunga, ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan dan resiko bisnis tidak berpengaruh
(39)
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat diketahui adanya
perbedaan-perbedaan hasil penelitian berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal. Hasil penelitian Rizal (2002) berpengaruh
terhadap struktur modal yaitu Ownership Structure, Retained Earning, Business
Risk, Devidend Payout Ratio, dan Expectied Growth Rate dan Ike Tri Anggraini
(2007) mengungkapkan variabel Tangible Assets (FTA), Firm Size (SIZE),
Liquidity (CR) dan Growth Sales (GS) yang mempengaruhi struktur modal. Hasil
penelitian Rizal (2002) membuktikan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap
struktur modal, sedangkan hasil penelitian Ike Tri Anggraini (2007) membuktikan
bahwa firm size, Liquidity (CR) dan Growth Sales (GS) berpengaruh terhadap
struktur modal. Haryanto (2003) membuktkan bahwa Liquidity (CR) dan Growth
Sales (GS) tidak berpengaruh sedangkan firms size berpengaruh terhadap struktur
modal.
Hasil-hasil penelitian yang berbeda inilah yang memotivasi peneliti untuk
meneliti kembali dengan originalitas dari penelitian Seftianne (2011).
Perbedaanya adalah pada penelitian sekarang hanya menggunakan tiga variabel
bebas yaitu suku bunga, struktur aktiva dan ukuran perusahaan, serta
menambahkan variabel moderating yaitu profitabilitas. Objek penelitian juga
berbeda dimana sebelumnya menggunakan perusahaan manufaktur maka pada
penelitian sekarang menggunakan objek yang berbeda yaitu
(40)
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah dan teori yang ada maka penelitian ini
dapat digambarkan kedalam skema kerangka konseptual yang dapat dilihat pada
Gambar 2.1
H
1H
2Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
= Pengaruh langsung variabel bebas terhadap variabel terikat secara
...
bersama-sama (simultan) dan masing-masing (parsial).
= Moderasi antara bebas terhadap variabel terikat.
Struktur modal merupakan bauran antara hutang dengan modal sendiri
atau yang biasa disebut debt to equity ratio (DER). Penggunaan hutang dalam
suatu perusahaan akan berdampak pada optimalisasi struktur modal yang ada.
Struktur modal perusahaan ini akan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya adalah suku bunga, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan
profitabilitas. Riyanto (2001:296), mengatakan : “pada waktu perusahaan
merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh
Suku Bunga (X
1)
Struktur Aktiva (X
2)
Struktur Modal
(Y)
Ukuran Perusahaan (X
3)
(41)
tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat bunga akan
mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan
akan mengeluarkan saham ataukah obligasi”. Dari pendapat ini dapat disimpulkan
bahwa suku bunga berpengaruh terhadap struktur modal, dimana perusahaan akan
menyesuaikan struktur modalnya yang bersumber dari utang. Jika tingkat bunga
meningkat maka perusahaan akan mengurangi sumber modalnya yang berasal dari
utang karena akan berdampak pada biaya modal yang semakin besar.
Sartono (2003:248), menjelaskan “perusahaan yang memiliki asset tetap
alam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini
disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah
mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.” Dari
pendapat ini dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva berpengaruh terhadap
struktur modal karena perusahaan yang memiliki asset yang besar akan lebih
mudah mendapatkan sumber modalnya dari utang Perusahaan dapat menjaminkan
asset yang dimiliki untuk memperoleh utang yang akan digunakan sebagai sumber
modal didalam struktur modal perusahaan.
Sartono (2003:248) menjelaskan “Perusahaan besar yang sudah
well-established akan lebih mudah memperoleh modal dipasar modal dibanding
dengan perusahaan kecil”. Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal karena perusahaan yang besar
akan mempermudah untuk mengakses hutang dalam struktur modalnya.
Sartono (2003:249), menjelaskan “profitabilitas periode sebelumnya
(42)
besar, perusahaa akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum
menggunakan hutang.” Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
dapat memoderasi hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal. Perusahaan yang memiliki laba yang besar tentu akan dapat memenuhi
kebutuhan modalnya dari laba ditahan sehingga perusahaan tidak perlu untuk
menambah proporsi utang didalam struktur modalnya.
.
2.2
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran yang telah dikemukakan
sebelumnya, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H
1: Suku bunga, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh terhadap struktur modal baik secara simultan maupun parsial
pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri yang terdaftar di BEI.
H
2: Profitabilitas dapat memoderasi hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi
..
struktur modal pada perusahaan industri Sektor Aneka
(43)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2003 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variable lainya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Variabel Independen (X)
dalam penelitian ini adalah Suku bunga, struktur aktiva dan ukuran perusahaan
untuk kemudian diuji dan dianalisis pengaruhnya terhadap struktur modal (Y)
sebagai variabel dependen dan profitabilitas sebagai variabel moderating (Z)
dalam penelitian ini.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan industri Sektor Aneka Industri
yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia dengan melakukan browsing pada situs
www.idx.co.id. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai dari Agustus
2015 sampai Maret 2015.
3.3
Defenisi Variabel
Terdapat lima variabel dalam penelitian ini yaitu tiga variabel bebas, satu
variabel moderating dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah Suku
bunga, struktur aktiva dan ukuran perusahaan. Variabel moderatingnya adalah
(44)
a.
Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (Sugiono, 2009:59). Variabel independen dalam
penelitian ini ada 3 yaitu:
1.
Suku bunga (X
1)
Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan
oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur Suku bunga dalam
penelitian ini diproksikan dengan tingkat suku bunga yang berlaku
umum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia satuannya adalah rasio.
2.
Struktur Aktiva (X
2)
Struktur aktiva merupakan susunan dari aktiva yang digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan. Struktur aktiva pada penelitian ini
diproyeksikan rasio aktiva tetap yaitu antara Fixed Asset (FA) terhadap
Total Asset (TA) selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun
2014. Diformulasikan sebagai berikut :
Fixed Assets
Rasio Tangible Assets =
Total Assets
3.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar atau kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total
aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Formulasi ukuran
perusahaan adalah :
(45)
b.
Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel independen yang akan memperkuat
atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap
variabel dependen. Variabel moderating dalam penelitian ini adalah
profitabilitas yaitu tingkat keuntungan bersih yang mampu dihasilkan
perusahaan dalam menjalankan operasinya. Profitabilitas perusahaan
dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan rasio return on
assets yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada penggunaan asetnya. Diformulasikan
sebagai berikut :
Net Income
Return On Assets =
Total Assets
c.
Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono,
2009:59). Variabel dependen dalam penelitian ini ada 1 yaitu Struktur
modal (Y) merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal
internal dan modal eksternal. Ukuran dari variabel DER diformulasikan
sebagai berikut :
DER =
Long Term Liabilities
Shareholders’ Equity
Untuk memperjelas indikator dan alat ukur yang digunakan untuk
(46)
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Jenis Variabel NamaVariabel
Definis Variabel Parameter Skala
Dependent (Y) Struktur
Modal
Perimbangan atau perbandingan antara modal internal dan modal eksternal DER = Long Term Liabilities Shareholders’ Equity Rasio Independent
(X)
1.
Suku bunga (X1)
2.
StrukturAktiva (X2)
3.
UkuranPerusahaan
Suku bunga dalam penelitian ini diproksikan dengan tingkat suku bunga yang berlaku umum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Struktur aktiva pada
penelitian ini diproyeksikan rasio aktiva
tetap yaitu antara Fixed
Asset (FA) terhadap Total Asset (TA)
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar atau kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain.
SBI
Fixed Assets RTA =
Total Assets
SIZE = LnTA
Rasio
Rasio
Rasio
Moderating (Z) Profitabilitas Profitabilitas perusahaan
dalam penelitian ini dapat
diukur dengan menggunakan rasio return
on assets yang
menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada penggunaan asetnya.
Net Income ROA =
Total Assets
Rasio
(47)
3.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu jenis data yang
berupa angka-angka yang dapat dihitung dan diinterprestasikan untuk menarik
sebuah kesimpulan.
3.4.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan meteode dokumentasi yaitu data
yang telah dikumpulkan oleh pihak lain atau lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003: 127).
3.5. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 115). Populasi
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan pada
sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.
Sampel adalah bagian dari populasi atau yang mewakili untuk diteliti.
Teknik pengambilan sampling penelitian menggunakan purposive sampling.
Menurut Suliyanto (2008:125) “Purposive sampling merupakan penetapan sampel
dengan didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang bertujuan memberikan
informasi yang maksimal”. Berikut ini adalah kriteria penarikan sampel:
1.
Perusahaan terdaftar di BEI periode 2010 - 2014.
2.
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan periode 2010 – 2014.
(1)
Lampiran Output SPSS
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SBI 115 5.77 7.54 6.57 0.57
RTA 115 .00 4.87 0.36 0.46
SIZE 115 9.52 18.27 14.56 1.77
ROA 115 .00 295.87 16.69 29.63
DER 115 .01 2.62 0.24 0.35
Valid N (listwise) 115
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SBI RTA SIZE ROA DER
Unstandardiz ed Residual
N 115 115 115 115 115 115
Normal Parametersa
Mean 6.5740 .3605 14.5636 16.6870 .2440 .0000000 Std.
Deviation .56708 .46185 1.76851
2.96291E
1 .35084 .34456184 Most Extreme
Differences
Absolute .296 .262 .114 .287 .253 .255 Positive .296 .252 .114 .252 .232 .255 Negative -.234 -.262 -.086 -.287 -.253 -.252 Kolmogorov-Smirnov Z 3.172 2.806 1.225 3.074 2.712 2.730 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .099 .000 .000 .000 a. Test distribution is Normal.
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SBI.Ln RTA.Ln SIZE.Ln ROA.Ln DER.Ln
Unstandardized Residual
N 115 114 115 114 115 113
Normal Parametersa
Mean 1.8795 -1.2559 2.6711 2.2659 -2.0436 .0000000 Std.
Deviation .08532 .62975 .12284 1.0617
4 1.08938 .98134552 Most Extreme
Differences
Absolute .279 .085 .096 .068 .127 .051 Positive .279 .057 .092 .068 .127 .051 Negative -.250 -.085 -.096 -.068 -.088 -.036 Kolmogorov-Smirnov Z 2.989 .913 1.031 .725 1.358 .545 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .375 .238 .669 .050 .928 a. Test distribution is Normal.
(2)
(3)
(4)
Model Summaryb Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .445a .198 .168 .99935 1.459
a. Predictors: (Constant), ROA.Ln, SBI.Ln, RTA.Ln, SIZE.Ln b. Dependent Variable: DER.Ln
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -2.545 3.004 -.847 .399
SBI.Ln .222 1.122 .017 .197 .844 .998 1.002 RTA.Ln .448 .150 .259 2.985 .004 .990 1.010 SIZE.Ln .585 .796 .066 .735 .464 .918 1.090 ROA.Ln -.402 .093 -.385 -4.297 .000 .925 1.081 a. Dependent Variable: DER.Ln
(5)
Regression
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .445a .198 .168 .99935
a. Predictors: (Constant), ROA.Ln, SBI.Ln, RTA.Ln, SIZE.Ln
b. Dependent Variable: DER.Ln
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 26.657 4 6.664 6.673 .000a
Residual 107.860 108 .999
Total 134.517 112
a. Predictors: (Constant), ROA.Ln, SBI.Ln, RTA.Ln, SIZE.Ln
b. Dependent Variable: DER.Ln
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.545 3.004 -.847 .399
SBI.Ln .222 1.122 .017 .197 .844
RTA.Ln .448 .150 .259 2.985 .004
SIZE.Ln .585 .796 .066 .735 .464
ROA.Ln -.402 .093 -.385 -4.297 .000
(6)
Regression Moderating
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .114a .013 .004 .67816
a. Predictors: (Constant), DER.Ln
b. Dependent Variable: AbsRes_1
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .677 1 .677 1.473 .227a
Residual 51.049 111 .460
Total 51.726 112
a. Predictors: (Constant), DER.Ln
b. Dependent Variable: AbsRes_1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .600 .135 4.448 .000
DER.Ln -.071 .058 -.114 -1.214 .227