Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak– Berastagi)

BAB II
URAIAN TEORITIS

2.1

Kerangka Teori
Kerangka teori berisi pokok-pokok pikiran yang menjadi titik tolak atau

landasan dalam menyoroti masalah, sehingga menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian disoroti. Kerlinger, menyebutkan teori adalah himpunan
konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan
sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 2004:6)
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori
Komunikasi Organisasi, Jaringan Komunikasi, Komunikasi antar Pribadi, Human
Relations, dan Produktivitas Kerja.

2.1.1) Komunikasi Organisasi
2.1.1.1 Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia,

baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Manusia tidak akan
terlepas dari hubungannya dengan manusia lain, yang saling mempengaruhi dan
berinteraksi demi memenuhi kebutuhannya dan kepentingannya. Pada hakikatnya,
komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia,yang dinyatakan adalah
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan mengunakan bahasa
alat penyalurannya.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu
juga halnya dengan organisasi. Karena setiap organisasi harus melakukan
komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya. Sebuah organisasi
adalah sebuah masyarakat dalam bentuk kecil. Hubungan antara anggota
organisasi direkatkan dengan komunikasi sehingga terbentuk kebersamaan yang
memungkinkan organisasi dapat menjalankan fungsinya. Dengan adanya

Universitas Sumatera Utara

komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan
begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat
macet atau berantakan. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua
organisasi. Dalam pembagian tugas dan tanggung jawab, pemecahan masalah,
penyebaran informasi atau apapun juga, intinya komunikasi merupakan dasar dari

segala aktifitas dalam organisasi.
Menurut Schein, organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui hierarki otoritas
dan tanggung jawab (dalam Muhammad 2009:23) . Selanjutnya menurut Stephen
Robbins organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu
yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama
dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan
untuk mencapai tujuan bersama atau set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
(dalam Sobirin, 2007:5)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan suatu
sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum.
Pada dasarnya organisasi mempunyai karakteristik yang umum yaitu:

1) Dinamis, organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami
perubahan, karena selalu mengahadapi tantangan baru dari lingkungannya
dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah
tersebut.
2) Memerlukan informasi, setiap organisasi memerlukan informasi untuk tetap
bertahan, untuk mendapatkan informasi perlu adanya komunikasi. Informasi
yang dibutuhkan baik berasal dari dalam organisasi maupun dari luar

organisasi.
3) Mempunyai tujuan, organisasi merupakan kelompok orang yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan organisasi harus dihayati oleh seluruh
anggota organisasi.
4) Terstruktur, organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuannya, biasanya
membuat aturan-aturan, undang-undang dan hierarki hubungan dalam
organisasi dan hal ini dinamakan struktur organisasi.
(Muhammad, 2009:29-31)
Adanya karakteristik dalam organisasi yang bersifat dinamis, memerlukan
informasi, mempunyai tujuan dan struktur, dapat menerangkan bagaimana
keteraturan hubungan dan kerjasama antar manusia dalam wadah tersebut. Selain
itu, sebuah organisasi juga mempunyai unsur yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1) Ada sejumlah orang, menunjukkan bahwa organisasi dibentuk oleh orangorang yang telah diseleksi, memenuhi syarat-syarat tertentu, jenis kelamin,
tingkat pendidikan formal dan jenis pendidikan informal, pengalaman
kemampuan individual dan kerjasama.
2) Ada tugas-tugas tertentu, berkaitan dengan pelimpahan tugas, fungsi d2kuti
dengan kekuasaan dan kewenangan untuk melaksanakannya sebagai

tanggung jawab baik bagi dirinya maupun untuk kepentingan organisasi
maupun orang-orang lain yang berkaitan dengannya atau mereka yang
dilayani.
3) Ada sarana dan prasarana, berkaitan dengan segala fasilitas material dan non
material yang mendukung atau memudahkan terlaksananya satu atau lebih
tugas yang telah dipercayakan kepada dia.
4) Ada kerjasama, mengacu pada sebuah dinamika hubungan antara satu jenis
pekerjaan dengan pekerjaan lain, dan juga prasarana abstrak seperti aturan
atau regulasi yang menetapkan ruang lingkup kekuasaan dan wewenang serta
pengaturan hubungan-hubungan di antara mereka.
5) Ada tujuan, berkaitan dengan harapan atau cita-cita yang ideal yang akan
dicapai dalam kebersamaan tersebut. (Liliweri, 2004:15)
Sejalan dengan itu, komunikasi organisasi sering diartikan sebagai
perilaku pengorganisasian (organizing behavior) yakni bagaimana para karyawan
terlibat dalam proses bertransaksi dan memberikan makna atas apa yang sedang
terjadi. Jadi kedudukan komunikasi dalam organisasi itu sebenarnya menekankan
pada bagaimana suatu organisasi dikonstruksi dan dipelihara lewat proses
komunikasi. Dengan kata lain keberadaan komunikasi dalam organisasi itu
membuat kita mampu membedakan dua hal yaitu: (1) menunjukkan bagaimana
para anggota bekerja sebagai seorang organisatoris, (2) bagaimana operasi

jaringan kerja yang mengaitkan mereka satu sama lain. (Liliweri, 2004: 60-61)
Menurut Pace dan Faules definisi komunikasi organisasi diklasifikasikan
menjadi dua, yakni definisi fungsionalis (objektif) dan definisi interpretif
(subjektif), definisi fungsionalis komunikasi organisasi adalah sebagai
pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya
dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Sedangkan definisi interpretif komunikasi
organisasi cenderung menekankan pada kegiatan penanganan pesan yang
terkandung dalam suatu “batas organisasional (organization boundary)”. Dengan
kata lain, definisi interpretif komunikasi organisasi adalah proses penciptaan
makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi.
Jadi, perspektif interpretif menekankan peranan “orang-orang” dan “proses”
dalam menciptakan makna. Makna tersebut tidak hanya pada orang namun juga
dalam “transaksi” itu sendiri. Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah
penciptaan pesan, penafsiran dan penanganan kegiatan anggota organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi organisasi dan apa

maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi.
(Pace, 2010:33)
Menurut Redding dan Sanborn komunikasi organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam
bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan satuan
pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan,
komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi
horizontal atau komunikasi dari orang-orang sama level/tingkatnya dalam
organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis
dan komunikasi evaluasi program. Selanjutnya menurut Katz dan Kahn bahwa
komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan
pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi
adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya
dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan
mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.
(dalam Muhammad, 2009:65-66)
Jadi, dapat disimpulkan komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem
terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal
maupun eksternal, yang didalamnya meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah,
media, orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan ketampilan/skillnya.


2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Organisasi
Menurut Liliweri dalam bukunya yang berjudul “Wacana Organisasi” menyatakan
fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

a. Fungsi umum
- To tell. Komunikasi berfungsi untuk “menceritakan” informasi terkini
mengenai bagaimana atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan
pekerjaan.
- To sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat,
fakta, termaksud menjual sikap organisasi, sikap tentang sesuatu yang
merupakan subjek layanan.
- To learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para
karyawan agar mereka bisa “belajar” dari orang lain, belajar tentang apa
yang dipikirkan, dirasakan dan dikerjakan orang lain yang berhubungan
dengan organisasi.
- To decide. Komunikasi berfungsi untuk “menentukan” apa dan bagaimana
organisasi membagi pekerjaan, menentukan kekuasaan dan wewenang,
menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana
memanfaatkan sumber daya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan

teknik dalam organisasi.

Universitas Sumatera Utara

b. Fungsi khusus
- Membuat para karyawan melibatkan diri kedalam isu organisasi lalu
menterjemahkannya kedalam
tindakan tertentu di dalam sebuah
“komando”.
- Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antara
sesama bagi peningkatan produk organisasi”
- Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau
mengambil keputusan-keputusan salam suasana yang “ambigu’ atau tidak
pasti”. (Liliweri, 2004:66-67)
Tujuan Komunikasi organisasi adalah sebagai saluran untuk melakukan dan
menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong produktivitas
dan sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya.
Menurut Effendy (2006) ada empat tujuan komunikasi yaitu:

1) Mengubah sikap (to change the attitude) yaitu sikap individu atau

kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang mereka
terima.
2) Mengubah pendapat atau opini (the change opinion) yaitu pendapat
individu atau kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi
yang mereka terima.
3) Mengubah perilaku (to change the behaviour) yaitu perilaku individu
atau kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang
diterima.
4) Mengubah masyarakat (to change the society) yaitu tingkat sosial
indovidu atau kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi
yang mereka terima.

2.1.1.3 Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus
seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam suatu organisasi terjadi salah
pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan
bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi.
Robbins meringkaskan beberapa hambatan komunikasi sebagai berikut:

1) Penyaringan (filtering).

Hambatan ini merupakan komunikasi yang dimanipulasikan oleh sipengirim
sehingga nampak lebih bersifat menyenangkan si penerima. Komunikasi
semacam ini dapat berakibat buruk bagi organisasi, karena jika informasinya
dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka keputusan yang kelak akan
dihasilkan berkualitas rendah.

Universitas Sumatera Utara

2) Perspektif selektif.
Hambatan ini merupakan keadaan dimana penerima pesan di dalam proses
komunikasi melihat dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar
belakang pengalaman, dan cirri-ciri pribadi lainnya. Jadi, boleh jadi tidak
sama dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang lain. Hal ini disebut
juga adanya perbedaan persepsi sehingga dapat menjadi penghambat bagi
komunikasi yang efektif.
3) Perasaan
Hambatan ini merupakan bagaimana perasaan penerima pada saat dia
menerima
pesan
komunikasi

akan
mempengaruhi
cara
dia
menginterpretasikan pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang di
saat sedang marah akan berbeda penafsirannya jika ia menerima pesan itu
dalam keadaan normal.
4) Bahasa
Kata-kata memiliki makna yang berbeda antara seseorang dengan orang lain.
Kadang-kadang, arti dari sebuah kata tidak berada pada kata itu sendiri tetapi
pada kita. Umur, pendidikan, lingkungan kerja dan budaya adalah hal-hal
yang secara nyata dapat mempengaruhi bahasa yang dipakai oleh seseorang,
atau definisi yang dilekatkan pada suatu kata. (dalam Masmuh, 2010:80-82)

2.1.1.4 Usaha-Usaha Untuk Mengurangi Hambatan Komunikasi dalam
Organisasi
Menurut Down, ada empat cara umum yang dapat dilakukan oleh anggota
organisasi untuk menambah ketepatan mengkomunikasikan informasi dalam
organisasi. Cara tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan lebih dari satu saluran komunikasi
Bila seorang karyawan atau pimpinan merasa bahwa informasi yang dia
terima mungkin mendapat ganguan maka salah satu cara menemukan
gangguan maka salah satu cara untuk menemukan ganguan tersebut adalah
mengkonfirmasikan pesan itu dengan berbagai sumber pesan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara berikut:
a. Menggunakan sumber informasi yang di luar organisasi, termasuk
materi yang telah dipublikasikan, teman dari organisasi lain, langganan
organisasi, orang yang memberikan bantuan terhadap organisasi,
kenalan, kontak yang bersifat politik dan desas-desus.
b. Menciptakan bidang tanggung jawab yang tumpang tindih diantara
karyawan sehingga adanya kompetisi dalam proses komunikasi. Tiap
orang dalam bagian itu akan mengetahui apabila laporannya kurang
tepat maka akan dibantah oleh karyawan lainnya.
2) Menciptakan prosedur untuk mengimbangi distorsi atau hambatan
Seorang pemimpin hendaklah mengindentifikasi gangguan dengan teliti
sehingga dia dapat mengenal mana informasi yang lebih dekat pada yang asli.
Bila prosedur pengimbangan digunakan dalam organisasi, sebagaimana

Universitas Sumatera Utara

kecenderungan biasanya banyak efek faktor personal dan organisasi ini dapat
dikurangi.
3) Menghilangkan pengantara antara pembuat keputusan dengan pemberi
informasi
Cara ini dapat dilakukan dengan memelihara struktur organisasi yang
mendatar atau dengan menggunakan bermacam-macam strategi langsung.
Dengan mengurangi jumlah mata rantai jaringan komunikasi maka jumlah
penyaringan dan distorsi komunikasi akan berkurang. Struktur organisasi
yang datar menghendaki pengontrolan yang luas. Bawahan mempunyai
tingkat kebijaksanaan yang lebih besar karena supervisor mempunyai waktu
yang sedikit dengan tiap-tiap bawahan. Kecenderungan dalam struktur
organisasi yang datar adalah kurangnya distorsi dalam komunikasi vertikal
karena kurangnya jumlah tingkat yang dilalui oleh suatu pesan.
4) Mengembangkan pembuktian gangguan pesan
Satu cara untuk mengurangi hambatan adalah menciptakan sistem pesan yang
tidak boleh mengubah arti pesan selama dalam pengiriman. Untuk
membuktikan tidak ada distorsi, suatu pesan, suatu pesan harus dapat
dikirimkan tanpa penyingkatan atau perluasan diantara sumber dan tujuan si
penerima. (dalam Masmuh, 2010:95-97)
2.1.2) Jaringan Komunikasi Organisasi
Berdasarkan sejarahnya dalam Mc phee dan Tompkins (1985), diceritakan
bahwa penelitian tentang jaringan ini dilakukan berdasarkan sebuah eksperimen
pemecahan masalah dalam kelompok. Penelitian dilakukan dalam kelompok kecil
(biasanya terdiri dari lima orang). Mereka diberikan masalah yang kompleks dan
diminta untuk menyelesaikannya. Dari hasil percobaan tersebut ditemukan bahwa
jaringan komunikasi dalam kelompok mempengaruhi efisiensi pengambilan
keputusan, aktivitas komunikasi, pengembangan organisasi dan kepuasan
kelompok. Pada dasarnya menurut Ruben dan Stewart, alasan mengapa
mempelajari jaringan komunikasi adalah cara untuk mengkoordinir aktivitas
individu, hubungan kelompok, subunit lain dalam organisasi, menyediakan
mekanisme untuk mengarahkan aktivitas organisasi secara keseluruhan,
memfasilitasi pertukaran informasi dalam organisasi dan memastikan aliran
informasi antara organisasi dan lingkungan eksternal dimana organisasi tersebut
berada. Sebuah organisasi terdiri dari orang-orang dalam berbagai jabatan. Ketika
orang-orang dalam jabatan itu mulai berkomunikasi satu dengan yang lainnya,
berkembanglah keteraturan dalam kontak dan “siapa” berbicara kepada siapa”.
Lokasi setiap individu dalam pola dan jaringan yang terjadi memberi peranan

Universitas Sumatera Utara

pada orang tersebut. Pertukaran pesan melalui jalan tertentu itulah yang
dinamakan jaringan komunikasi.
(kk.mercubuana.ac.id/files/42004-9-899936226325.doc‎, diakses pada tanggal 13
April 2013)
Pada dasarnya jaringan komunikasi dalam organisasi adalah pola interaksi
yang terjadi dalam organisasi oleh anggota organisasi. Menurut Muhammad
(2009:102), jaringan komunikasi adalah pertukaran pesan melalui jalan tertentu.
Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya
mungkin hanya di antara dua orang, tiga atau lebih dan mungkin juga di antara
keseluruhan orang dalam organisasi. Bentuk stuktur dari jaringan itupun juga akan
berbeda-beda.
Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan
struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan
ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam
jaringan komunikasi. Untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranannya
dapat digunakan analisis jaringan dan dari hasil analisis jaringan dapat diketahui
bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok
tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orangorang yang memegang peranan utama dalm suatu organisasi. Ada tujuh peranan
jaringan komunikasi menurut Pace yaitu:

1) Anggota klik
Sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya
merupakan hubungan dengan anggota lainnya. Kebanyakan anggota klik
relatif akrab satu dengan lainnya dalam hierarki formal organisasi dan ini
menunjukkan kemiripan sistem komunikasi formal dan informal. Satu syarat
bagi anggota klik adalah bahwa individu-individu harus mampu melakukan
kontak satu dengan lainnya bahkan dengan cara tidak langsung. Hal ini terjadi
dalam klik, pada saat berkomunikasi mereka cenderung lebih suka melakukan
komunikasi tatap muka meskipun harus menempuh jarak teretntu. Hal ini
tidak berlaku bila kita berkomunikasi dengan orang yang tidak/kurang kita
sukai maka kita cenderung menghindari komunikasi tatap muka. Klik
seringkali terdiri dari individu yang memiliki alasan formal yang
berhubungan dengan jabatan untuk melakukan kontak sekaligus juga
mempunyai alasan informal maupun antarpersonal.
2) Penyendiri (Isolate/loners)
Mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak mengadakan
kontak dengan anggota kelompok yang lainnya. Goldhaber meringkaskan

Universitas Sumatera Utara

3)

4)

5)

6)

7)

sifat-sifat khusus penyendiri. Ia menyatakan bahwa penyendiri berbeda
dengan anggota klik dalam arti:
• kurang aman dalam konsep-diri mereka;
• kurang termotivasi oleh cita-cita;
• kurang bersedia untuk berinteraksi dengan orang lain;
• lebih muda dan kurang berpengalaman dalam sistem;
• lebih jarang menduduki posisi yang kuat dalam organisasi;
• lebih cenderung menahan daripada melancarkan aliran informasi;
• relatif lebih tidak puas dengan sistem;
• beranggapan bahwa sistem komunikasi tertutup bagi mereka.
Jembatan (Brige)
Seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam
kontak antarkelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain.
Sebuah jembatan berlaku sebagai pengontak langsung antara dua kelompok
pegawai. Farace dan rekan-rekannya (1977) memperkirakan bahwa
penyimpangan pesan akan meningkat bila kontak dan hubungan di antara
klik-klik ditangani oleh jembatan. Sebuah jembatan rentan terhadap semua
kondisi yang menyebabkan kehilangan, kerusakan dan penyimpangan
informasi.
Penghubung (Liaison)
Orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia
bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut. Penghubung
mengaitkan satuan-satuan organisasi bersama-sama dan menggambarkan
orang-orang yang berlaku sebagai penyaring informasi dalam organisasi.
Penjaga gawang (Gate Keepers)
Orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat
melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui sistem
tersebut.
Pemimpin pendapat (Opinion Leader)
Orang tanpa jabatan formal dalm semua sistem sosial, yang membimbing
pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Mereka
merupakan orang-orang yang mengikuti permasalahan dan dipercayai orangorang lainnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Kosmopolit (Cosmopolites)
Individu yang melakukan kontak dengan dunia luar, dengan individu-individu
di luar organisasi. Kosmopolit menghubungkan para anggota dengan orangorang dan peristiwa-peristiwa di luar batas-batas struktur organisasi. Anggota
organisasi yang aktif keluar biasanya lebih menyukai peran ini. Mereka
memiliki kontak dengan sumber-sumber di luar organisasi dan bertindak
sebagai saluran bagi gagasan yang akan diadopsi organisasi.
(Pace, 2010:176-183)
Setiap peranan memiliki bagian/peran khusus dalam jaringan komunikasi.

Anggota klik adalah jantung sistem dan bertindak sebagai tujuan akhir dari pesan.
Penyendiri memberikan sumbangan pada sistem dan menciptakan derajat
ketidakpastian pada keefektifan program penyebaran pesan. Jembatan merupakan

Universitas Sumatera Utara

pemroses informasi (sebagai sentral) yang menyediakan hubungan langsung di
antara klik-klik yang berlainan. Penghubung mengintegrasikan dan menjadi
penghubung antar klik. Penjaga gawang mengendalikan perpindahan pesan dan
kontak dengan tujuan meminimalkan kelebihan beban dan meningkatkan
keefektifan. Pemimpin pendapat melancarkan pembentukan dan perubahan sikap
dan

membantu

dalam

pengambilan

keputusan

informal.

Kosmopolit

menghubungkan organisasi dengan orang-orang dan gagasan dalam lingkungan
yang lebih besar.
Pada umumnya dalam jaringan komunikasi organisasi ini dapat dibedakan atas
dua bagian yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal.
Dengan kata lain hubungan yang terjadi dalam organisasi dapat terjadi secara
formal dan informal. (Muhammad, 2009:107)

2.1.2.1

Jaringan Komunikasi Formal
Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang

telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi
formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen
maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang
ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda. Pesan dalam jaringan
komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas
atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari
arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi
seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu:

1) Komunikasi ke bawah (downward communication)
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para
atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke
bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan
tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan
pengarahan, tujuan disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.
Sedangkan menurut Lewis (1987), komunikasi ke bawah adalah untuk
menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi
ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah
kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. (dalam Muhammad, 2009:108)

Universitas Sumatera Utara

Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada
bawahan menurut Katz dan Kahn (1966) di antaranya: (1) informasi mengenai
bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk
melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik
organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk
mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). Sedangkan untuk
pemilihan metode dan media dalam proses komunikasi ke bawah dilakukan secara
lisan, tertulis, dengan gambar atau simbol-simbol, dalam bentuk surat edaran,
pengumuman atau buku-buku pedoman karyawan/anggota.
(dalam Pace, 2010:185),
Arus komunikasi daripada atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancar,
tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

1) Keterbukaan, kurangnya sifat terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan
menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan
dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus
komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila
mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas.
2) Kepercayaan pada pesan tulisan, kebanyakan para pimpinan lebih percaya
pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik
daripada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka.
3) Pesan yang berlebihan, karena banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan
secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, bulletin, suratsurat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak
sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan
terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya.
4) Timing, ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke
bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi
pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.
5) Penyaringan, pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah
semuanya diterima mereka. Tetapi mereka saring mana yang mereka
perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam
faktor di antaranya perbedaan persepsi di antara karyawan, jumlah mata rantai
dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada supervisor.
Menurut Mellinger, karyawan yang kurang percaya kepada seorang
supervisor mungkin memblok pesan supervisor. (Muhammad, 2009:110-112)
Hasil studi Tompkin mengenai komunikasi ke bawah ini menyimpulkan bahwa:

a.

Kebanyakan karyawan
organisasinya.

tidak

menerima

banyak

informasi

dari

Universitas Sumatera Utara

b.

c.

d.

Kebutuhan informasi yang utama bagi karyawan mencakup informasi
yang banyak berhubungan dengan pekerjaannya dan informasi tentang
pembuatan keputusan.
Sumber-sumber informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat
dengan karyawan dan yang paling buruk adalah orang yang paling jauh
dengan mereka. Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan
lebih banyak informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, langsung
dari supervisor dan informasi mengenai organisasi dari pimpinan tingkat
atas.
Informasi dari pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya
daripada sumber yang penting lainnya. (dalam Muhammad, 2009:112)

Adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan maka
pimpinan perlu memperhatikan cara-cara penyampaian pesan yang efektif. Davis
memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut:
1) Pimpinan hendaklah sanggup memberikan informasi kepada karyawan
apabila dibutuhkan mereka.
2) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan.
3) Pimpinan hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi,
sehingga karyawan dapat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya
untuk diperoleh berkenaan dengan tindakan-tindakan pengelolaan yang
mempengaruhi mereka.
4) Pimpinan hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim
dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan menegarahkan kepada komunikasi
yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan
antara bawahan dan atasan. (dalam Muhammad, 2009:112-113)
2) Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.
Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran,
dan mengajukan pertanyaan. Jenis komunikasi ke atas ini juga mencakup: (1)
kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. Artinya, apa yang sedang terjadi di
pekerjaan, seberapa jauh pencapaiannya, apa yang masih harus dilakukan, dan
masalah lain yang serupa; (2) masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan
pertanyaan yang belum terjawab; (3) berbagai gagasan untuk perubahan dan
saran-saran perbaikan; dan (4) perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan
mengenai organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan masalah lain
yang serupa (Masmuh, 2010:67-68). Hal-hal itulah yang diharapkan pimpinan

Universitas Sumatera Utara

untuk disampaikan karyawan kepada atasannya melalui komunikasi ke atas.
Sedangkan untuk pemilihan metode dan media dalam proses komunikasi ke
bawah dilakukan secara lisan, tertulis atau dengan menggunakan simbol dan
gambar.
Hal –hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya
seperti yang disebutkan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan. Banyak
kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Menurut Sharma, kesulitan itu
mungkin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan
pikirannya.
2) Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada
masalah mereka.
3) Kurangnya reward atau penghargaan terhadapa karyawan yang
berkomunikasi ke atas.
4) Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima
dan merespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan.
(dalam Muhammad, 2009:118-119)
Kombinasi dari perasaan dan kepercayaan karyawan tersebut menjadikan
penghalang yang kuat untuk menyatakan ide-ide, pendapat-pendapat atau
informasi oleh bawahan kepada atasan.
Untuk mengurangi kesulitan dalam mendapatkan informasi ke atas,
Jackson menyatakan bahwa, secara keselurahan, kekuatan yang mengarahkan
komunikasi dalam sebuah organisasi adalah motivasi. Karyawan cenderung
berkomunikasi untuk mencapai beberapa tujuan, untuk memuaskan kebutuhan
pribadinya, atau untuk mencoba memperbaiki lingkunagn pribadinya. Ia
mengemukakan bahwa setiap program komunikasi organisasi harus didasarkan
pada ilkim kepercayaan. Bila ada kepercayaan, karyawan mungkin lebih berani
mengemukakan gaagsan dan perasaannya lebih bebas, dan pimpinan dapat
menafsirkan apa yang dimaksud oleh karyawan dengan lebih cermat. Selanjutnya
menurut Wendlinger untuk memperlancar komunikasi ke atas dapat diciptakan
sebuah program “saluran ke atas” yang memungkinkan pegawai mengemukakan
masalah, keluhan, atau pendapat kepada manajemen puncak sementara identitas
mereka benar-benar dirahasiakan, hanya diketahui oleh koordinator saluran
terbuka, dengan jaminan memperoleh jawaban tertulis yang jujur dari manajer-

Universitas Sumatera Utara

yang dikirimkan ke rumah karyawan tersebut. Keberhasilan program ini
disebabkan oleh dua faktor: identitas pegawai dirahasiakan, dan jawabannya jujur.
Koordianator saluran terbuka mengemban satu misi: membuat pekerjaan itu
sendiri menjadi tidak perlu, yang berarti tiba pada suatu waktu ketika komunikasi
bebas dan terbuka, tidak membutuhkan lagi saluran terbuka sebagai tempat
kepercayaan dan pemahaman bersama, yang menjadikan komunikasi ke atas
sebagai suatu pekerjaan yang mudah. (dalam Pace, 2010:192-193)
3) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal atau mendatar adalah pertukaran pesan di antara
orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang
disampaikan biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan,
seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling
memberikan informasi. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat
komite, interaksi informal, memo dan nota, dan lain-lain. (Muhammad, 2009:121)
Hambatan-hambatan pada komunikasi horizontal banyak persamaannya
dengan hambatan yang memepengaruhi komunikasi ke atas dan komunikasi ke
bawah. Ketiadaan kepercayaan di anatara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi
pada mobilitas ke atas, dan persaingan dalam sumber daya dapat menggangu
komunikasi karyawan-karyawan yang sama tingkatnya dalam organisasi-dengan
sesamanya. (Pace, 2010:197)

2.1.2.2 Jaringan Komunikasi Informal
Jaringan komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diantara
para anggota organisasi atas dasar kehendak pribadi, tanpa memperhatikan
posisi/kedudukan mereka dalam organisasi. Informasi dalam komunikasi informal
ini mengalir ke atas, ke bawah, atau secara horizontal. Dan ini terjadi jika
komunikasi formal kurang memuaskan anggota akan informasi yang diperlukan.
Komunikasi informal disebut juga dengan grapevine (desas desus) cenderung
berisi laporan rahasia mengenai orang, atau kejadian-kejadian di luar dari arus
informasi yang mengalir secara resmi. Namun walaupun informasinya bersifat
informal, grapevine ini bermanfaat bagi organisasi. Bagi pimpinan grapevine
dapat menjadi masukan tentang perasaan karyawannya, sedangkan bagi sesama

Universitas Sumatera Utara

karyawan komunikasi informal ini bisa menjadi saluran emosi mereka. Agar
komunikasi berjalan efektif maka diperlukan jaringan komunikasi (network) baik
yang bersifat formal maupun informal. (Muhammad, 2009:107)

2.1.3) Komunikasi Antarpribadi
2.1.3.1

Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan dasar dari konteks atau level komunikasi
lain, demikian dasar–dasar peran dan kredibilitas komunikator dalam komunikasi
antarpribadi yang ditunjukkan dalam suatu percakapan dapat dijadikan dasar bagi
perlakuan terhadap peranan dan kredibilitas komunikator dalam konteks komunikasi
lainnya.

Effendy mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis
komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. (dalam Liliweri, 1991:12)
Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan
yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui
tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui tanggapan
komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah
pesan-pesan yang ia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau
negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan member kesempatan seluasluasnya kepada komunikan untuk bertanya.
Tan mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap
muka antara dua orang atau lebih. (Liliweri, 1991:12)
Selain itu, Dean C Barnlund mengemukakan, komunikasi interpersonal selalu
dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, tiga atau mungkin empat orang yang
terjadi secara spontan dan tidak berstruktur. (Alo Liliweri, 1997:12).

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana
orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling
mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga
merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu

Universitas Sumatera Utara

pribadi. Dalam komunikasi antarpribadi, Joseph Luft menekankan bahwa setiap

orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain.
Hal ini digambarkan dalam Johari Window (Jendela Johari) yakni:
I
OPEN AREA
Known by ourselves and known by
others
III
HIDDEN AREA
Known by ourselves but not known by
others

II
BLIND AREA
Known by others but not known by
ourselves
IV
UNKNOWN AREA
Not known by ourselves and not known
by others

Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara
skematis seperti terlihat pada skema di atas.
• Bidang I, yakni Bidang Terbuka (Open Area) menunjukkan bahwa kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan,
juga oleh orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan, dengan lain perkataan
tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.
• Bidang II, yakni Bidang Buta (Blind Area) menggambarkan bahwa kegiatan
seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa
yang ia lakukan.
• Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi (Hidden Area) yaitu bahwa kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tetapi tidak dapat
diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang seperti itu bersikap tertutup.
• Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal (Unknown Area). Bidang ini
menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya sendiri
dan tidak diketahui oleh orang lain. (Liliweri, 1991)
Berdasarkan

definisi

Devito,

maka

komunikasi

antarpribadi

adalah

komunikasi yang terjadi secara dialogis, dimana saat seorang komunikator berbicara
maka akan terjadi umpan balik dari komunikan sehingga terdapat interaksi. Dalam
komunikasi dialogis, baik komunikator maupun komunikan, keduanya aktif dalam
proses pertukaran informasi yang berlangsung dalam interaksi.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.2 Ciri dan Sifat Komunikasi Antarpribadi
Bersadarkan beberapa pengertian komunikasi antarpribadi ada beberapa
ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakannya dengan komunikasi
massa dan komunikasi kelompok.
Menurut Burnlund (dalam Liliweri, 1991:12) ada beberapa cirri yang bisa
diberikan untuk mengenal komunikasi antarpribadi yaitu:

1)
2)
3)
4)
5)

Komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan
Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur
Terjadi secara kebetulan
Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu
Dilakukan oleh orang–orang yang identitas keanggotaan yang terkadang
kurang jelas

6)

Dapat terjadi sambil lalu.

Reardon mengemukakan komunikasi antarpribadi mempunyai paling sedikit enam
ciri, yaitu:

a. Dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong
b. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja
c. Kerapkali berbalas-balasan
d. Mempersyaratkan adanya hubungan (paling sedikit dua orang) antarpribadi
e. Suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan
f. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang bermakna.
(dalam Liliweri, 1991:13)
Selain itu Devito juga mengemukakan suatu komunikasi antarpribadi
mengandung ciri-ciri:
1) Keterbukaan (opennes), komunikator dan komunikan saling mengungkapkan
segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi)
dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling memahami dan
mengerti peranan orang lain.
2) Empati (empathy), kemampuan seseorang untuk memproyeksi dirinya kepada
peranan orang lain.
3) Dukungan (suppotivnes), setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan
mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dukungan
membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas
serta meraih tujuan yang didambakan.
4) Rasa positif (positivenes), setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat
tanggapan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang
berkomunikasi untuk tidak curiga atau prasangka yang mengganggu jalinan
interaksi.

Universitas Sumatera Utara

5) Kesamaan (equality), suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antarpribadi
lebih kuat, apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan,
sikap, usia, ideologi dan sebagainya.
(dalam Liliweri 1991:13)
Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri komunikasi antarpribadi yaitu:
a. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan, simultan dan
sambil lalu;
b. Komunikasi antarpribadi dilakukan secara tatap muka dan berada pada
jarak yang dekat;
c. Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung secara berbalas-balasan
atau pihak yang terlibat menangkap reaksi orang lain secar langsung baik
verbal maupun non verbal;
d. Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang yang bermakna
yang berasal dari bahasa nonverbal, dimana bahasa nonverbal ini akan
lebih memperkuat dan memperjelas bahasa verbal yang kita sampaikan;
e. Pihak komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau
gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka
tanpa rasa takut atau malu;
Miller dan Steinberg menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi hanya dengan
memperhatikan situasi maka hal itu sifatnya statis, tidak seorangpun dapat
mengembangkannya lagi. Padahal situasi hubungan antar manusia demikian
bebasnya dan selalu dapat berubah-ubah.
Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang
merupakan komunikasi antarpribadi. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu
adalah:
1) Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan
nonverbal
2) Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan
3) Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis
4) Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi
dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain
sebelumnya)
5) Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik
6) Komunikasi antarpribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan
7) Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya bidang persuasif.
(Liliweri, 1991:30-31)

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.3 Fungsi Komunikasi Antarpribadi
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi
antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi
umumnya berlangsung secara tatap muka (face-to-face). Oleh karena itu individu
(komunikator) dengan individu (komunikan) saling bertatap muka, maka
terjadilah kontak pribadi (personal contact); pribadi komunikator menyentuh
pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik
berlangsung seketika (immediate feedback); komunikator mengetahui pada saat
itu tanggapan komunikan terhadap pesan, ekspresi wajah, dan gaya bicara
komunikator.
Apabila

umpan

baliknya

positif,

artinya

tanggapan

komunikan

menyenangkan komunikator, sehingga komunikator mempertahankan gaya
komunikasinya; sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, komunikator harus
mengubah gaya komunikasinya sampai berhasil. Oleh karena keampuhan dalam
mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan itulah maka bentuk
komunikasi antarpribadi acapkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi
persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara
psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau
rayuan. (Effendy, 2003:61)
Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan
hubungan insan (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik
pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat
berusaha membina hubungan yang baik dengan individu lainnya, sehingga
menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara individu-individu
tersebut. (Cangara, 2005:56)

2.1.4) Human Relations
Pengertian human relations dalam praktek manajemen organisasi interaksi
antara seseorang dengan orang lain dalam segala aspek kehidupan untuk
memperoleh kepuasan bagi kedua belah pihak (Ruslan, 1998:72)

Universitas Sumatera Utara

Human relations sesuai objek penelitiannya mempunyai beberapa pengertian
dalam penggunaannya. Human relations dalam arti luas adalah komunikasi
persuasif yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam
segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan
kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Human relations dalam
pengertian luas ini menyangkut hubungan manusiawi, etika/moral, aktivitas
sehari-hari yang pada umumnya betujuan untuk memperoleh kepuasaan bagi
kedua belah pihak, hal ini menyangkut aspek komunikasi sosial dalam
berinteraksi dengan sesamanya.
Human relations dalam arti sempit diartikan sebagai komunikasi persuasif
yang dilakukan oleh seseorang kepada orang/kelompok lain dalm situasi kerja
(work situation) dan dalam sebuah organisasi (wok organization) dengan tujuan
ntuk membangun kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerjasama
yang produktif, meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) dan
menciptakan kepuasan kerja. Dengan kegiatan human relations, anggota dalam
sebuah organisasi, baik itu atasan atau bawahan selalu berusaha untuk
memecahkan

masalah,

menghilangkan

rintangan-rintangan

komunikasi,

mencegah salah pengertian dan menegmbangkan segi konstruktif sifat tabiat
manusia. Pengertian human relations dalam arti sempit dalam suatu organisasi
bersifat formal yakni untuk mencapai suatu tujuan. (Effendy, 1993:49-50)
Menurut Haloran human relations adalah studi tentang interaksi
anatarmanusia dalam organisasi untuk mencegah, mengurangi terjadinya konflik
dalam lingkungan kerja (dalam Liliweri, 2004:239). Jadi, human relations bukan
keadaan yang pasif, melainkan suatu aktivitas. Suatu kegiatan untuk
mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan. Human relations
mengintegrasikan orang-orang ke dalam suatu situasi kerja yang menggiatkan
mereka untuk bekerja bersama-sama serta dengan rasa puas, baik kepuasan
ekonomis, kepuasan psikologis maupun kepuasan sosial. Atau singkatnya human
relations adalah pengembangan usaha kelompok karyawan secara produktif dan
memuaskan. (Effendy, 1993:52)
Human relations dalam aktivitas manajemen organisasi/lembaga bertujuan
untuk mengupayakan agar para karyawan atau pekerja, menciptakan suatu

Universitas Sumatera Utara

kerjasama anatar karyawan dalam suatu tim kerja, meningkatkan produktivitas
dan memperoleh kepuasan dalam bekerja. Kunci aktivitas human relations adalah
mampu menimbulkan “motivasi”, yang berkaitan dengan kooperatif, kedisiplinan,
produktivitas dan kepuasan bagi perusahan dan pekerja/karyawan.
(Ruslan, 1998:74)

2.1.4.1 Falsafah Human Relations
Falsafah human relations menurut Keith Davis, mencakup:

1) Mutual interest (kepentingan bersama)
Setiap orang termasuk pimpinan dengan yang dipimpin masing-masing
mempunyai tujuan atau kepentingan sendiri-sendiri, namun dalam suatu
organisasi/lembaga, mereka harus mempunyai kepentingan bersama (mutual
interest) untuk mencapai tujuan dan sasaran demi kepentingan utama
organisasi yang bersangkutan dan bukan berdasarkan kepentingan
perindividu. Intinya dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing
dalam suatu organisasi pimpinan dan bawahan harus saling terkait erat dalam
suatu kesatuan (integratif) dan saling bekerjasama untuk mencapai
kepentingan bersama pula.
2) Human Dignity (harga diri)
Pada dasarnya manusia itu ingin dihargai, dihormati dan diperhatikan.
Menurut Keith Davis, harga diri merupakan etika utama atau moral dalam
human relations, yang pada akhirnya diberlakukan sebagai manusia (human
being) yang terhormat dan mempunyai harga diri.
3) Perbedaan-perbedaan pada individu
Setiap perbedaan tersebut ditentukan oleh field of experience (berdasarkan
pengalaman), karena perbedaan yang ada pada individu merupakan dinamika
dan falsafah dalam human relations yang dimulai dari apa dan bagaimana
mengenai pandangan, pengertian dan pemecahan dari perorangan. Di dalam
berbagai sikap tindak ataui perilaku sebagai individu tetap dituntut untuk
bertanggung jawab. (dalam Ruslan,1998:74)

2.1.4.2 Kedudukan Human Relations dalam Kegiatan Komunikasi
Pada dasarnya titik sentral human relations adalah manusia. Dan titik
sentral human relations dalam organisasi adalah karyawan. Dengan orang-orang
yang berada dalam suatu organisasi, jelasnya para karyawan, human relations
perlu dilaksanakan untuk mengatasi gangguan akibat salah komunikasi atau salah
interpretasi,

lebih-lebih

untuk

menghilangkan

frustasi

dalam

pekerjaan,

Universitas Sumatera Utara

menggugah gairah bekerja, sehingga timbul kerja sama yang lebih produktif dari
pada sebelumnya dengan perasaan yang bahagia dan puas hati. Human relations
ini dilaksanakan dalam perkumpulan olah raga, kesenian, keagamaan dan
lingkungan lainnya; diupacara perayaan, di seminar, dan ditempat pergaulan
lainnya; di restoran dan lain-lain.
Komunikasi yang belangsung dalam kegiatan human relations adalah
komunikasi antar personal (interpersonal communication). Karena komunikasi
bentuk ini sifatnya dialogis, maka prosesnya berlangsung secara timbal balik.
Salah satu teknik human relations yang banyak dilakukan adalah komunikasi
konserling. Yang bertindak sebagai konselor adalah manajer atau pimpinan dan
sebagai konserling adalah karyawan yang sedang menghadapi suatu masalah.
Tujuan komunikasi konserling adalah membantu para karyawan memecahkan
masalahnya sendiri, memecahkan masalah yang bersangkutan dengan karyawan,
atau mengusahakan adanya suatu suasana yang menimbulkan keberanian untuk
memecahkan masalah yang mungkin ada. (Effendy, 1993:75)
Dilihat dari tujuan akhir dari komunikasi maka human relations dapat
ditempatkan sebagi teknik komunikasi untuk mendapatkan atau meningkatkan
perubahan sosial individu, partisipasi, perubahan sikap, pendapat dan perubahan
perilaku yang disebut perubahan tindakan komunikasi. Human relations
merupakan pusat atau inti dari aktivitas kerjasama antarmanusia dalam organisasi
untuk mencapai suatu tujuan. Dan human relations tidak dapat dilakukan tanpa
melalui sebuah aktivitas komunikasi. Oleh karena itu human relations tidak dapat
dipisahkan dari komunikasi antarmanusia yang efektif dalam organisasi. (dalam
Liliweri, 2004:243)

2.1.5) Produktivitas
Produktivitas ialah rasio daripada apa yang dihasilkan (ouput) terhadap
keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input). Produktivitas
merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni: investasi
termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen; dan
tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara

Penge

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antar Pribadi dan Produktivitas Kerja ( Studi Korelasional Tentang Peranan Komunikasi Antar Pribadi antara Pimpinan Dan Karyawan Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja di PT. LOGIKREASI UTAMA MEDAN)

0 51 85

Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Hotel Internasional Sibayak Berastagi,

5 52 66

Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak– Berastagi)

2 15 124

PENGARUH KOMUNIKASI, KEPEMIMPINAN, DAN PENGAWASAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PENGARUH KOMUNIKASI, KEPEMIMPINAN, DAN PENGAWASAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. WANGSA JATRA LESTARI.

1 2 16

Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak– Berastagi)

0 0 16

Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak– Berastagi)

0 0 2

Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak– Berastagi)

0 0 7

Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak– Berastagi)

0 0 2

Pengaruh Jaringan Komunikasi dan Produktivitas Kerja (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Hotel Internasional Sibayak– Berastagi)

0 0 10

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN GRAND ROCKY HOTEL BUKITTINGGI

0 2 13