Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja pada Pekerja Pabrik Tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kondisi fisik lingkungan tempat kerja di mana para pekerja beraktivitas

sehari-hari mengandung banyak bahaya, langsung maupun tidak langsung, bagi
keselamatan dan kesehatan pekerja. Salah satunya adalah kebisingan (Tambunan,
2005).
Kebisingan di tempat kerja sering kali merupakan problem tersendiri bagi
tenaga kerja. Umumnya berasal dari mesin kerja, genset serta berbagai peralatan
yang bergerak dan kontak dengan logam, kompresor, dan sebagainya. Sayangnya
banyak tenaga kerja yang telah terbiasa dengan kebisingan tersebut. Meskipun
tidak mengeluh, gangguan kesehatan tetap terjadi. Sementara efek kebisingan
terhadap kesehatan tergantung pada intensitasnya (Anies, 2014).
Tingginya kadar kebisingan kerja menjadi masalah di seluruh wilayah
dunia. Contohnya di Amerika Serikat lebih dari 30 juta pekerja terpapar
kebisingan berbahaya dan di Jerman 4-5 juta orang (12-15% dari tenaga kerja)
terpapar kebisingan (World Health Organization, 2004).
The Third European survey on working conditions 2000 oleh European

Foundation untuk peningkatan hidup dan kondisi kerja mengidentifikasi pekerja
yang terpapar kebisingan di tempat kerja, mereka menemukan bahwa 29% dari
seluruh pekerja yang terpapar kebisingan di tempat kerja paling sedikit
seperempat jam dan 11% sepanjang waktu. Pengerajin dan operator mesin yang
diidentifikasi memiliki risiko terbesar terpapar kebisingan di tempat kerja, diikuti

1

Universitas Sumatera Utara

2

oleh petani, angkatan bersenjata seperti anggota militer dan polisi, pelatih dan
wajib militer (European Agency for Safety and Health at Work, 2005).
Kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja. Untuk beberapa
orang yang rentan, kebisingan dapat menyebabkan rasa pusing, kantuk, sakit,
tekanan darah tinggi, tegang dan stres yang diikuti dengan sakit maag, kesulitan
tidur (Anizar, 2009). Selain gangguan terhadap kemampuan memusatkan
perhatian atau mengalihkan perhatian atau melemahkan motivasi, kebisingan
dapat menyebabkan rasa terganggu yang merupakan reaksi psikologis seseorang.

Kebisingan menyebabkan orang tidak dapat tenang beristirahat atau terganggu
tidur sehingga tidak dapat memulihkan kondisi fisik dan psikisnya (Suma‟mur,
2013).
Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh
tenaga kerja. Tergantung dari persepsi tenaga kerja terhadap lingkungannya,
apakah ia merasakan adanya stres ataukah tidak. Hal ini berarti bahwa pada situasi
kerja yang sama, seorang tenaga kerja dapat mengalami stres sedangkan lainnya
tidak (Anies, 2014).
Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami
beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja
mereka, seperti: mudah marah, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap
tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat dan kesulitan dalam
masalah tidur (Agung, 2008).
Stres berpengaruh terhadap pelaksanaan kerja pekerja terutama kinerja
pekerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurlaila Jum‟ati (2013),

Universitas Sumatera Utara

3


stres berpangaruh pada kinerja individu pekerja di Dinas Kesehatan Bidang
Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P-PL).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Risa Diah Noviani dengan judul
Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja
Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo (2010), diperoleh adanya
pengaruh kebisingan terhadap stres kerja dengan p value yaitu 0,044 yang berarti
p < 0,05. Hasil pengkuran stres kerja pada pekerja yang terpapar intensitas
kebisingan di atas 85 dB terdapat 6 pekerja mengalami stres dan 2 orang lainnya
tidak, sedangkan pengukuran stres kerja pada pekerja yang terpapar intensitas
kebisingan di bawah 85 dB terdapat 3 pekerja mengalami stres sedangkan 6 orang
lainnya tidak.
Penelitian yang senada juga dilakukan oleh Idhayu Oktarini dengan judul
Pengaruh Kebisingan terhadap Stres Kerja Tenaga Kerja Penggilingan Padi CV
Padi Makmur Karangayar (2010). Dalam penelitiannya diperoleh bahwa adanya
pengaruh kebisingan terhadap stres kerja. Hasil pengukuran stres kerja pada
pekerja yang terpapar intensitas kebisingan di atas 85 dB terdapat 18 pekerja yang
mengalami stres dan 0 pekerja tidak mengalami stres, sedangkan pengukuran stres
kerja pada pekerja yang terpapar intensitas kebisingan di bawah 85 dB terdapat 10
pekerja yang mengalami stres sedangkan 8 lainnya tidak.
PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti adalah pabrik

penghasil tepung tapioka yang berdiri sejak tahun 2010. Berdasarkan survey awal
yang dilakukan, tenaga kerja di pabrik berjumlah 60 orang. Pekerja dibagi
menjadi 2 shift dimana tiap shift memiliki waktu kerja 7 jam/hari dengan 6 hari

Universitas Sumatera Utara

4

kerja. Proses produksi pembuatan tepung tapioka di pabrik dimulai dengan proses
pengangkutan bahan baku berupa ubi kayu ke dalam pabrik, pembersihan,
pengolahan, pengeringan, dan pengemasan. Dalam proses produksi, pabrik
menggunakan mesin-mesin seperti Belt Conveyor, Washing Slot, Cutting
Machine, Rasper, Centrifuge Sieve, Disc Separator, Peeler Centrifuge, Fiber
Press, Heat Exchanger, Double Bin Starch Sifter, dan Automatic Packer. Pabrik
memiliki ventilasi. Atap pabrik terbuat dari seng yang memungkinkan suara atau
bunyi yang berasal dari mesin produksi terpantul. Mesin tersusun tanpa ada sekat
sebagai batas tiap mesin.
Penulis mengajukan beberapa pertanyaan pada 6 pekerja mengenai gejala
stres seperti gangguan tidur pada pekerja, konsentrasi selama bekerja serta
kebiasaan merokok. Dari wawancara tersebut, seorang pekerja mengatakan

terkadang mengalami susah tidur, 2 orang mengatakan terkadang sulit
berkonsentrasi dan mengalihkannya dengan merokok, sementara 3 orang pekerja
lainnya mengatakan sudah terbiasa dengan lingkungan kerjanya yang bising.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan
kebisingan dengan stres kerja pada pekerja di pabrik tapioka PT. Hutahaean
Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti 2016.
1.2

Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan kebisingan dengan stres
kerja pada pekerja pabrik tapioka di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan
Laguboti tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

5

1.3

1.3.1

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan kebisingan dengan stres kerja pada

pekerja pabrik tapioka di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti
2016.
1.3.2

Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kebisingan di pabrik tapioka PT. Hutahaean
Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti 2016.
2. Mengetahui gambaran stres pada pekerja di pabrik tapioka PT.
Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti 2016.
3. Mengetahui hubungan kebisingan dengan stres pada pekerja pabrik
PT. Hutahahean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti 2016.

1.4


Hipotesis
Ada hubungan kebisingan dengan stres kerja pada pekerja pabrik tapioka

PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti.
1.5

Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi pihak PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli
Kecamatan Laguboti mengenai dampak yang ditimbulkan kebisingan
terhadap kesehatan pekerja.
2. Menambah ilmu dan pengalaman bagi penulis mengenai kebisingan
serta dampaknya pada pekerja.
3. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara