Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja pada Pekerja Pabrik Tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti Tahun 2016

(1)

Data Umum Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Pendidikan Terakhir : Riwayat Pekerjaan

1. Masa Kerja di PT. Hutahaean : …. tahun 2. Lama kerja : …. jam/hari

3. Selain bekerja di PT. Hutahaean, apakah saudara mempunyai pekerjaan sampingan?

a. Ya b. Tidak

Kebisingan

1. Apakah saudara merasa lingkungan kerja saudara terlalu bising?

a. Ya b. Tidak

Penilaian Stres Akibat Kerja Berdasarkan Gejala - Gejala Stres Cara pengisian : beri tanda “X” pada nilai yang saudara pilih

Nilai 0 : tidak pernah sama sekali 1 : kadang-kadang

2 : cukup sering 3 : sangat sering 4.: terus menerus

A Gejala Fisik Nilai

0 1 2 3 4

1. Sakit kepala/pusing 2. Jantung berdebar

3. Diare/gangguan buang air besar 4. Gatal-gatal/gangguan kulit 5. Rasa sakit pada rahang 6. Kerongkongan kering 7. Sering buang air kecil 8. Perubahan pola makan 9. Banyak keringat 10. Kaku leher belakang

B. Gejala Emosional 1. Cepat marah & murung 2. Lemas/takut/panik


(2)

5. Gelisah

6. Merasa tidak berdaya

7. Selalu mengkritik diri sendiri dan orang lain 8. Merasa diabaikan

9. Mudah tersinggung C. Gejala Perilaku

1. Menurunnya kegairahan

2. Konsumsi alkohol yang berlebihan 3. Meningkatnya konsumsi rokok/kopi 4. Gangguan pada kebiasaan makan 5. Gangguan tidur

6. Kecenderungan menyendiri 7. Sering absen di tempat kerja

8. Kecendrungan perilaku berisiko tinggi seperti berkendaraan dengan tidak hati-hati

9. Kekerasan/tindakan agresif 10. Menunda pekerjaan

D. Gejala Intelektual 1. Lemahnya daya ingat

2. Ketidakmampuan berkonsentrasi 3. Sukar mengambil keputusan 4. Menyalahkan diri sendiri 5. Binggung/pikiran kacau

6. Produktivitas/prestasi kerja menurun 7. Mutu kerja rendah

8. Melamun secara berlebihan 9. Kehilangan rasa humor 10. Berfikir negatif

E. Gejala Interpersonal

1. Kehilangan kepercayaan kepada orang lain 2. Mudah mempersalahkan orang lain

3. Mudah membatalkan janji

4. Suka mencari kesalahan orang lain

5. Menyerang teman/orang lain dengan kata-kata 6. Mengambil sikap terlalu membentengi diri 7. Mengambil sikap terlalu mempertahankan diri 8. Mendiamkan orang

TOTAL NILAI

(Grant Brecht, 2000 dalam penelitian Murani Dwi Putri dengan judul Gambaran Kebisingan Lalu Lintas dan Stres Kerja pada Operator Pompa Bensin di SPBU X


(3)

4

10

DENAH PABRIK & TITIK PENGUKURAN KEBISINGAN

3

2

12

6

1

5

9

11

11

11

11

9

9

7


(4)

Nomor 1 : Pengupasan Nomor 2 : Pencucian Nomor 3 : Cassava Bin Nomor 4 : Rasper Section Nomor 5 : Control Room Nomor 6 : Peeler Section Nomor 7 : Packing Nomor 8 : Boiler

Nomor 9 : Separator Section Nomor 10 : Workshop (Bengkel) Nomor 11 : Extractor Section Nomor 12 : Fiber Press Section


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

No. Nama Umur MK PDK LB KT KBS SK

1 H1 2 2 2 2 2 1 2

2 H2 1 1 1 1 2 1 1

3 H3 2 2 2 2 2 2 1

4 H4 1 2 1 1 1 2 2

5 H5 1 1 3 1 2 2 1

6 H6 1 2 1 2 2 1 2

7 H7 2 1 2 2 2 2 2

8 H8 1 1 2 1 1 2 1

9 H9 1 2 2 1 1 1 2

10 H10 2 2 1 1 2 2 1

11 H11 1 2 1 2 2 2 1

12 H12 2 2 2 1 2 2 1

13 H13 1 1 2 1 1 2 1

14 H14 1 1 2 1 1 2 2

15 H15 1 2 2 2 1 1 2

16 H16 1 1 2 1 2 2 2

17 H17 2 1 1 2 1 2 1

18 H18 1 2 2 2 1 1 1

19 H19 1 1 2 1 1 1 2

20 H20 1 2 2 2 1 2 1

21 H21 2 1 1 2 1 1 2

22 H22 2 2 1 2 1 2 1

23 H23 2 2 3 1 2 1 1

24 H24 2 2 1 2 2 1 1

25 H25 2 2 3 2 1 2 1

26 H26 1 1 1 2 2 2 1

27 H27 1 1 1 2 2 2 1

28 H28 1 2 2 1 1 2 1

29 H29 1 1 1 1 1 2 1

30 H30 1 1 1 2 2 2 1

31 H31 1 1 2 1 1 1 2

32 H32 2 2 2 2 2 2 1

33 H33 1 2 2 2 2 1 1

34 H34 1 2 2 2 2 2 1

35 H35 2 2 3 1 2 1 1


(10)

MK : Masa Kerja dalam bentuk kategori (1 = < 5 tahun ; 2 = ≥ 5 tahun) PDK : Pendidikan dalam bentuk Kategori (1 = SMA; 2 = SKM; 3 = STM) LB : Lingkungan Bising dalam bentuk kategori (1 = Ya; 2 = Tidak) KT : Kerja Tambahan dalam bentuk kategori (1 = Ya; 2 = Tidak) KBS : Kebisingan dalam bentuk kategori (1 = ≥ 85 dB ; 2 = < 85 dB) SK : Stres Kerja dalam bentuk kategori (1 = Tidak Stres; 2 = Stres)


(11)

a. Uji Univariat

Statistics

Umur Pekerja Masa Kerja

Lingkungan Kerja

Kerja

Tambahan Pendidikan

N Valid 36 36 36 36 36

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1.39 1.56 1.53 1.53

Median 1.00 2.00 2.00 2.00

Mode 1 2 2 2

Umur Pekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <27 22 61.1 61.1 61.1

>=27 14 38.9 38.9 100.0

Total 36 100.0 100.0

Masa Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 5 16 44.4 44.4 44.4

>= 5 20 55.6 55.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Lingkungan Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 17 47.2 47.2 47.2

Tidak 19 52.8 52.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kerja Tambahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 17 47.2 47.2 47.2

Tidak 19 52.8 52.8 100.0


(12)

Valid SMA 13 36.1 36.1 36.1

SMK 19 52.8 52.8 88.9

STM 4 11.1 11.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Pengukuran Kebisingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 78.5 8 22.2 22.2 22.2

83.0 4 11.1 11.1 33.3

84.3 6 16.7 16.7 50.0

84.6 4 11.1 11.1 61.1

86.8 3 8.3 8.3 69.4

87.1 3 8.3 8.3 77.8

87.9 2 5.6 5.6 83.3

88.4 2 5.6 5.6 88.9

89.9 4 11.1 11.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kebisingan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >= 85 dB 14 38.9 38.9 38.9

< 85 dB 22 61.1 61.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Gejala stres kerja berdasarkan kuesioner:

Sakit kepala/pusing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 10 27.8 27.8 27.8

kadang-kadang 24 66.7 66.7 94.4

cukup sering 2 5.6 5.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Jantung berdebar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 21 58.3 58.3 58.3

kadang-kadang 12 33.3 33.3 91.7

cukup sering 3 8.3 8.3 100.0


(13)

Valid tidak pernah sama sekali 18 50.0 50.0 50.0

kadang-kadang 15 41.7 41.7 91.7

cukup sering 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Gatal-gatal/gangguan kulit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 34 94.4 94.4 94.4

kadang-kadang 2 5.6 5.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Rasa sakit pada rahang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 17 47.2 47.2 47.2

kadang-kadang 17 47.2 47.2 94.4

cukup sering 2 5.6 5.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kerongkongan kering

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 15 41.7 41.7 41.7

kadang-kadang 14 38.9 38.9 80.6

cukup sering 7 19.4 19.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sering buang air kecil

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 11 30.6 30.6 30.6

kadang-kadang 17 47.2 47.2 77.8

cukup sering 7 19.4 19.4 97.2

sangat sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Perubahan pola makan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah sama sekali 5 13.9 13.9 13.9

kadang-kadang 11 30.6 30.6 44.4

cukup sering 9 25.0 25.0 69.4

sangat sering 11 30.6 30.6 100.0


(14)

Valid tidak pernah sama sekali 8 22.2 22.2 22.2

kadang-kadang 11 30.6 30.6 52.8

cukup sering 9 25.0 25.0 77.8

sangat sering 4 11.1 11.1 88.9

terus-menerus 4 11.1 11.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kaku leher belakang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 14 38.9 38.9 38.9

kadang-kadang 16 44.4 44.4 83.3

cukup sering 6 16.7 16.7 100.0

Total 36 100.0 100.0

Cepat marah & murung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah sama sekali 3 8.3 8.3 8.3

kadang-kadang 24 66.7 66.7 75.0

cukup sering 7 19.4 19.4 94.4

sangat sering 2 5.6 5.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Lemas/takut/panik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 11 30.6 30.6 30.6

kadang-kadang 18 50.0 50.0 80.6

cukup sering 7 19.4 19.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

Cemas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 23 63.9 63.9 63.9

kadang-kadang 13 36.1 36.1 100.0


(15)

Valid tidak pernah sama sekali 4 11.1 11.1 11.1

kadang-kadang 24 66.7 66.7 77.8

cukup sering 7 19.4 19.4 97.2

terus-menerus 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Gelisah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah sama sekali 7 19.4 19.4 19.4

kadang-kadang 22 61.1 61.1 80.6

cukup sering 7 19.4 19.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

Merasa tidak berdaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 19 52.8 52.8 52.8

kadang-kadang 14 38.9 38.9 91.7

cukup sering 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Selalu mengkritik diri sendiri dan orang lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah sama sekali 7 19.4 19.4 19.4

kadang-kadang 23 63.9 63.9 83.3

cukup sering 6 16.7 16.7 100.0

Total 36 100.0 100.0

Merasa diabaikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 18 50.0 50.0 50.0

kadang-kadang 15 41.7 41.7 91.7

cukup sering 2 5.6 5.6 97.2

sangat sering 1 2.8 2.8 100.0


(16)

Valid tidak pernah sama sekali 6 16.7 16.7 16.7

kadang-kadang 21 58.3 58.3 75.0

cukup sering 8 22.2 22.2 97.2

sangat sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Menurunnya kegairahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 29 80.6 80.6 80.6

kadang-kadang 7 19.4 19.4 100.0

Total 36 100.0 100.0

Konsumsi alkohol yang berlebihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 21 58.3 58.3 58.3

kadang-kadang 14 38.9 38.9 97.2

cukup sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Meningkatnya konsumsi rokok/kopi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah sama sekali 5 13.9 13.9 13.9

kadang-kadang 11 30.6 30.6 44.4

cukup sering 16 44.4 44.4 88.9

sangat sering 4 11.1 11.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Gangguan pada kebiasaan makan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah sama sekali 5 13.9 13.9 13.9

kadang-kadang 11 30.6 30.6 44.4

cukup sering 9 25.0 25.0 69.4

sangat sering 11 30.6 30.6 100.0


(17)

Valid tidak pernah sama sekali 5 13.9 13.9 13.9

kadang-kadang 14 38.9 38.9 52.8

cukup sering 11 30.6 30.6 83.3

sangat sering 6 16.7 16.7 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kecenderungan menyendiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 17 47.2 47.2 47.2

kadang-kadang 15 41.7 41.7 88.9

cukup sering 2 5.6 5.6 94.4

sangat sering 2 5.6 5.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sering absen di tempat kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 14 38.9 38.9 38.9

kadang-kadang 19 52.8 52.8 91.7

cukup sering 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kecendrungan perilaku berisiko tinggi seperti berkendaraan dengan tidak hati-hati

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 11 30.6 30.6 30.6

kadang-kadang 17 47.2 47.2 77.8

cukup sering 7 19.4 19.4 97.2

terus-menerus 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kekerasan/tindakan agresif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 23 63.9 63.9 63.9

kadang-kadang 10 27.8 27.8 91.7

cukup sering 3 8.3 8.3 100.0


(18)

Valid tidak pernah sama sekali 22 61.1 61.1 61.1

kadang-kadang 13 36.1 36.1 97.2

cukup sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Lemahnya daya ingat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 14 38.9 38.9 38.9

kadang-kadang 21 58.3 58.3 97.2

cukup sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Ketidakmampuan berkonsentrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 13 36.1 36.1 36.1

kadang-kadang 15 41.7 41.7 77.8

cukup sering 8 22.2 22.2 100.0

Total 36 100.0 100.0

Sukar mengambil keputusan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 17 47.2 47.2 47.2

kadang-kadang 16 44.4 44.4 91.7

cukup sering 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Menyalahkan diri sendiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 13 36.1 36.1 36.1

kadang-kadang 19 52.8 52.8 88.9

cukup sering 4 11.1 11.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Binggung/pikiran kacau

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 11 30.6 30.6 30.6

kadang-kadang 22 61.1 61.1 91.7

cukup sering 2 5.6 5.6 97.2

sangat sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0


(19)

kadang-kadang 21 58.3 58.3 91.7

cukup sering 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Mutu kerja rendah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 20 55.6 55.6 55.6

kadang-kadang 11 30.6 30.6 86.1

cukup sering 4 11.1 11.1 97.2

sangat sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Melamun secara berlebihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 13 36.1 36.1 36.1

kadang-kadang 15 41.7 41.7 77.8

cukup sering 8 22.2 22.2 100.0

Total 36 100.0 100.0

Kehilangan rasa humor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 19 52.8 52.8 52.8

kadang-kadang 13 36.1 36.1 88.9

cukup sering 2 5.6 5.6 94.4

sangat sering 2 5.6 5.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Berfikir negatif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 15 41.7 41.7 41.7

kadang-kadang 16 44.4 44.4 86.1

cukup sering 5 13.9 13.9 100.0


(20)

Valid tidak pernah sama sekali 14 38.9 38.9 38.9

kadang-kadang 18 50.0 50.0 88.9

cukup sering 3 8.3 8.3 97.2

sangat sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Mudah mempersalahkan orang lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 11 30.6 30.6 30.6

kadang-kadang 19 52.8 52.8 83.3

cukup sering 5 13.9 13.9 97.2

sangat sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Mudah membatalkan janji

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 15 41.7 41.7 41.7

kadang-kadang 19 52.8 52.8 94.4

cukup sering 2 5.6 5.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Suka mencari kesalahan orang lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 16 44.4 44.4 44.4

kadang-kadang 14 38.9 38.9 83.3

cukup sering 5 13.9 13.9 97.2

sangat sering 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Menyerang teman/orang lain dengan kata-kata

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 12 33.3 33.3 33.3

kadang-kadang 23 63.9 63.9 97.2

cukup sering 1 2.8 2.8 100.0


(21)

Valid tidak pernah sama sekali 12 33.3 33.3 33.3

kadang-kadang 21 58.3 58.3 91.7

cukup sering 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Mengambil sikap terlalu mempertahankan diri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 12 33.3 33.3 33.3

kadang-kadang 21 58.3 58.3 91.7

cukup sering 3 8.3 8.3 100.0

Total 36 100.0 100.0

Mendiamkan orang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak pernah sama sekali 17 47.2 47.2 47.2

kadang-kadang 15 41.7 41.7 88.9

cukup sering 3 8.3 8.3 97.2

terus-menerus 1 2.8 2.8 100.0

Total 36 100.0 100.0

Stres Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid stres 12 33.3 33.3 33.3

tidak stres 24 66.7 66.7 100.0


(22)

Kebisingan * Stres Kerja Crosstabulation

Stres Kerja Total stres tidak stres

Kebisingan >= 85 dB Count 8 6 14

Expected Count 4.7 9.3 14.0

% within Kebisingan 57.1% 42.9% 100.0% % within Stres Kerja 66.7% 25.0% 38.9%

% of Total 22.2% 16.7% 38.9%

< 85 dB Count 4 18 22

Expected Count 7.3 14.7 22.0

% within Kebisingan 18.2% 81.8% 100.0% % within Stres Kerja 33.3% 75.0% 61.1%

% of Total 11.1% 50.0% 61.1%

Total Count 12 24 36

Expected Count 12.0 24.0 36.0

% within Kebisingan 33.3% 66.7% 100.0% % within Stres Kerja 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.844(b) 1 .016

Continuity

Correction(a) 4.222 1 .040

Likelihood Ratio 5.845 1 .016

Fisher's Exact Test .029 .020

Linear-by-Linear

Association 5.682 1 .017

N of Valid Cases 36

a Computed only for a 2x2 table


(23)

Gambar 1. Pintu Utama Pabrik


(24)

Gambar 3. Kondisi di dalam Pabrik


(25)

Gambar 5. Rambu K3 di dalam Pabrik


(26)

Gambar 7. Kondisi di dalam Pabrik


(27)

Gambar 9. Pekerja Boiler


(28)

Gambar 11. Pengisian Kuesioner


(29)

Gambar 11. Pengisian Kuesioner


(30)

Gambar 13. Pengisian Kuesioner


(31)

Gambar 15. Pengukuran Kebisingan


(32)

Agung, 2008. Stress Kerja. http://www.johan-suyanto.com//2008/04/bahaya- stres-di-tempat-kerja.html diakses pada tanggal 11 Desember 2015 Anises, 2014. Kedokteran Okupasi: Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan

Upaya Penanggulangan dari Aspek Kedokteran. AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta.

Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Cetakan Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anoraga, P., 2001. Psikologi Kerja. Cetakan Ketiga. PT RINEKA CIPTA, Jakarta.

Chandra, B., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC, Jakarta. Doelle, Leslie L., 1990. Akustik Lingkungan. Erlangga : Jakarta.

European Agency for Safety and Health at Work, https://osha.europa.eu/en/ tools-and-publications/publications/reports/6805535, diakses pada tanggal 24 Mei 2016.

Harrianto, R., 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. EGC, Jakarta.

Heryati E., & Faizah N., 2008. Diktat Kuliah Psikologi Faal. http://file.upi.edu/ Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197710132005012-EUIS HERYATI/DIKTAT_KULIAHx.pdf., diakses pada tanggal 18 September 2016.

Idhayu Oktarini, 2010. Pengaruh Kebisingan terhadap Stres Kerja Tenaga Kerja Penggilingan Padi CV Padi Makmur Karangayar. https://dglib.uns.ac.id/dokumen/download/15217/MzAxMzQ=/Pengar uh-kebisingan-terhadap-stress-kerja-tenaga-kerja-penggilingan-padi-CV-Padi-Makmur-Karanganyar-abstrak.pdf, diakses pada tanggal 23 Juli 2016.

Jum‟ati, N., dkk, 2013. Stres Kerja (Occupational Stres) yang Mempengaruhi Kinerja Individu pada Dinas Kesehatan Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P-PL) di Kabupaten Bangkalan. http://download.portalgaruda.org diakses pada tanggal 6 Mei 2016


(33)

Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Notoadmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT RINEKA CIPTA, Jakarta.

Noviani R.D., 2010. Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo. http://lib.unnes.ac.id/18361/1/6450408013.pdf, diakses pada tanggal 19 Juli 2016.

Subaris, H., Haryono, 2008. Hygiene Lingkungan Kerja. Cetakan Kedua. MITRA CENDIKIA Press, Yogyakarta.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Kedelapan. Alfabeta, Bandung.

Suma‟mur, 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). CV Sagung Seto, Jakarta.

Soeripto, 2008. Higiene Industri. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Tambunan, Sihor TB, 2005. Kebisingan di Tempat Kerja (Occupational Noise). ANDI. Jakarta.

Tarwaka, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas. Cetakan Pertama. UNIBA PRESS, Surakarta.

World Health Organization. Occupational Noise. http://www.who.int/ quantifyingehimpacts/publications/en/ebd9.pdf, diakses pada tanggal 6 Januari 2016.

Waluyo, M., 2009. Psikologi Teknik Industri. Cetakan Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Wijono, S., 2011. Psikologi Industri dan Organisasi. Cetakan Kedua. KENCANA, Jakarta.


(34)

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan desain penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmojo, 2005).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan di pabrik PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli, Jl. Indorayon, Desa Pintubosi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tobasa, dengan alasan:

a. Belum pernah dilakukannya penelitian mengenai hubungan kebisingan dengan stres kerja pada pekerja di pabrik tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti.

b. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli untuk melakukan penelitian pada pekerja pabrik.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Februari 2016 – Agustus 2016. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk


(35)

dilakukan dengan populasi sebanyak 60 orang pekerja. 3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil populasi yang digunakan dalam uji untuk memperoleh informasi statistik mengenai keseluruhan populasi (Chandra, 2008). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Populasi yang diambil untuk dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pekerja yang melakukan aktivitas kerja dekat dengan sumber bunyi. b. Usia 20-50 tahun

c. Tidak mengalami gangguan pendengaran.

Berdasarkan keterangan di atas, jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang pekerja.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer penelitian ini yaitu data kebisingan di pabrik yang diperoleh dengan melakukan pengukuran secara langsung menggunakan alat Sound Level Meter dan pengisian lembar kuesioner oleh pekerja di pabrik untuk memperoleh data stres kerja.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti meliputi data-data yang berkaitan dengan pekerja dan gambaran umum mengenai PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli di Kecamatan Laguboti.


(36)

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel independen berupa intensitas kebisingan dan variabel dependen berupa stres kerja. 3.5.2 Defenisi Operasional

a. Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari mesin-mesin produksi di pabrik. Pada penelitian ini kebisingan di tempat kerja diukur dengan menggunakan alat ukur Sound Level Meter.

b. Stres kerja adalah sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Stres kerja diukur dengan menggunakan kuesioner mengenai gejala-gejala stres kerja. 3.6 Metode Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur kebisingan dan stres kerja pada pekerja di pabrik. Untuk dapat mengetahuinya dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat serta wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai gejala-gejala stres kerja.

3.6.1 Kebisingan

Kebisingan diukur dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM) oleh Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan. Pengukuran dilakukan di 9 titik dimana pekerja melakukan aktivitas kerjanya.

Alat ukur : Sound Level Meter (SLM) Metode Analisis : SNI 7231 – 2009


(37)

Gambar 3.1 Sound Level Meter Wohler SP 22 Sumber : Dokumentasi Pribadi

Hasil pengukuran :

a. Kebisingan ≥ 85 dB(A)

b. Kebisingan < 85 dB(A) Prosedur pengukuran:

Alat diletakkan pada tripord sebagai alat penyangga untuk memudahkan petugas dalam melakukan pengukuruan. Adapun prosedur pengukurannya antara lain:

a. Hidupkan alat ukur

b. Periksa kondisi baterai, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.


(38)

sumber bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk sumber bunyi kejut).

e. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di tempat kerja. Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.

f. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan karakteristik mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 700– 800 dari sumber bunyi)

g. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara (Leq). Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.

h. Catatlah hasil pengukuran kebisingan pada lembar data sampling. Lembar data sampling minimum memuat ketentuan seperti nama perusahaan, alamat perusahaan, tanggal sampling, lokasi titik pengukuran, rentang waktu pengukuran, dan hasil pengukuran kebisingan.

3.6.2 Stres kerja

Penilaian stres dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada tenaga kerja. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner adopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Murani Dwi Putri dengan judul Gambaran Kebisingan Lalu Lintas dan Stres Kerja pada Operator Pompa Bensin di SPBU X Kecamatan Medan Petisah Tahun 2004. Menurut Brecht (2000) dalam penelitian Murani, penilaian stres dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang timbul akibat stres. Daftar periksa yang diberikan merupakan daftar gejala-gejala dari stres yang


(39)

adalah sebagai berikut: a. ≥ 60 = Stres b. < 60 = Tidak Stres

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

No. Variabel Cara Ukur dan

Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur 1. Kebisingan Pengukuran

(Sound Level Meter)

1. Kebisingan ≥ 85 dB 2. Kebisingan < 85 dB

Nominal

2 Stres Kerja Wawancara (Kuesioner)

1. Stres 2. Tidak stres

Nominal

3.7 Metode Analisa Data

Data yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode atau skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan entry data.

3. Entry Data, data yang telah diberikan kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah. 4. Analysis, data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan secara

univariat dan bivariat. 3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi


(40)

stres kerja, dan lain-lain (Notoadmojo, 2005). 3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi dengan menggunakan uji Chi-Square (Notoadmojo, 2005). Jika hasil uji statistik tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, maka yang digunakan adalah uji alternatif Exact Fisher.


(41)

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan

Cita-cita yang tinggi dan mulia yang timbul di hati Bapak Harangan Wilmar Hutahaean dan Ibu Tio Monika br. Sibarani (Op. Gora Hutahaean) untuk membangun bonapasogit, Tapanuli Raya dinyatakan dengan membangun pabrik tapioka dan membuka perkebunan ubi sebagai bahan baku utama sungguh sangat mengagumkan dan menggembirakan hati pemerintah, masyarakat, karyawan dan supplier serta pelanggan pembeli tepung tapioka hasil produksi perusahaan ini.

Pemilik perusahaan dan sekaligus Direktur Utama perusahaan ini telah memancangkan satu tonggak sejarah perekonomian di Tapanuli Raya khususnya dan Provinsi Sumatera Utara. Setelah sukses di Kabupaten Riau, Bapak Harangan Wilmar Hutahaean ingin mewariskan semangat membangun daerah kelahirannya dan ingin memberi contoh kepada generasi muda untuk berkarya di daerah asalnya, desa Simatibung Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.

PT. Hutahaean merupakan salah satu industri di Sumatera Utara yang menghasilkan Tepung Tapioka Cap Beringin yang memadukan kegiatan hulu yaitu penyedian bahan baku utama untuk 2 pabrik pengolahan tapioka yang berada di Jalan Indorayaon Desa Pintubosi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir dan di Desa Bahal Batu Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.


(42)

yang langsung dikelola PT. Hutahaean dengan luas lahan 1.400 hektar di Desa Natumingka Kecamatan Borbor, Desa Sibide Kecamatan Silaen, Desa Sibuntuon Kecamatan Uluan, Kompleks Kompi 125 Kecamatan Balige, Desa Pintubosi Kecamatan Laguboti di Kabupaten Toba Samosir dan sekitarnya serta di Kecamatan Garoga, Pangaribuan, Parmonangan, Siatas Barita, Pagaran di Kabupaten Tapanuli Utara dan di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Selain hasil bahan baku ubi dari kebun inti, perusahaan juga membeli ubi dari para petani yang berada di sekitar pabrik di Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Simalungun ataupun dari Kabupaten Dairi dan Samosir melalui para pemasok ubi, namun ada juga yang langsung diantarkan oleh para petani ke perusahaan.

4.1.2 Visi dan Misi a. Visi PT. Hutahaean

“Menjadi Perusahaan terbaik di Indonesia di dalam memproduksi tepung tapioka dengan teknologi ramah lingkungan”

b. Misi PT. Hutahaean

1. Ikut serta membangun dan memajukan Tapanuli Raya di bidang perekonomian melalui program pertanian dan tanaman ubi singkong 2. Meningkatkan kesejahteraan petani di bidang ekonomi dengan


(43)

menanam ubi kayu yang menjadi bahan baku untuk memproduksi tepung tapioka.

4. Meningkatkan pengalaman berbisnis dalam budaya industri dalam perpaduannya dengan budaya agraris.

4.1.3 Lokasi

Secara geografis lokasi pabrik pengolahan tepung tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli terletak antara 02.21.20.7” – 02.21‟22.7” LU dan 099.10‟58.9”

– 099.06‟11” BT, beralamat di Jl. Indorayon Desa Pintubosi, Kecamatan Laguboti, Kab. Toba Samosir, Sumatera Utara.

4.1.4 Proses Produksi

a. Pengangkutan bahan baku ubi kayu masuk ke dalam pabrik

Bahan baku berupa ubi kayu yang dibutuhkan sebanyak 84 ton per hari. Apabila kapasitas mobil barang pengangkut ubi kayu berkapasitas 2 ton, maka akan ada sebanyak 42 kali pengangkutan ubi kayu keluar masuk pabrik. Dan jika pabrik beroperasi menjadi 2 shift maka kebutuhan ubi menjadi 128 ton ubi per hari dengan angkutan kurang lebih 82 truk per hari.

b. Bagian Pembersihan (Washing Section)

Pada proses ini, kotoran dan kulit ubi kayu akan dibuang dengan menggunakan Dry Sieve (saringan kering) yang berputar pada kecepatan seragam. Ubi kemudian masuk ke dalam Washing Slot yang akan mencuci ubi dengan cara mengadopsi lingkaran Countercurrent, sehingga dapat menghilangkan lumpur,


(44)

bagian pengolahan setelah melalui Water Leaking.

Peralatan: Row Material Buffer Silo; Belt Conveyor; Dry Sieve; Washing Slot; Water Leaking Sieve

c. Processing Section (Bagian Pengolahan)

Ubi kayu yang berasal dari Washing Section akan jatuh ke dalam Cutting Machine untuk dipotong kecil-kecil dengan pisau pemutar dan selanjutnya masuk ke mesin Rasper untuk proses pemarutan. Ubi yang telah diparut akan berbentuk bubur dan selanjutnya dipompa ke Centrifugal Sieve. Pada bagian ini akan terjadi 2 tahap proses pemisahan, yaitu tahap pertama untuk memisahkan serat tipis dan tahap kedua proses dehidrasi. Melalui penggunaan kombinasi aliran air bersih dan saringan, maka pati dapat terpisah secara efisien yang kemudian akan dipompa ke Fiber Ground dan dikeringkan (dehidrasi) dengan Fiber Compressor. Pati bubur dengan konsentrasi sekitar 5,4 Be‟ akan dipompa ke Desander dengan tujuan untuk membuang pasir, lumpur atau benda yang kemungkinan masih ada pada pati dengan gravitasi berat lainnya (merupakan impurities) sehingga memperlancar proses berikutnya. Bubur pati dengan konsentrasi 5,4 Be‟ ini akan dipompa ke Vertikal Sieve dan dikirim ke Disc Separator. Bubur pati yang mengandung air sekitar 62,8% akan diangkut ke tangki lalu dikirim ke Peeler Centrifuge untuk mengurangi kadar airnya.

Peralatan: Cassava Cutting Machine; Buffer Silo; Screw Conveyor; Flashboard Value; Magnet Device; Rasper; Screw Pump; Centrifuge Sieve; Desander; Disc Separator; Peeler Centrifuge; Belt Conveyour; Fiber Press


(45)

Di bagian pengeringan pati basah akan diturunkan kadar airnya dari 39% menjadi 13,5% sehingga menjadi produk akhir. Pati basah dengan kandungan air 39% dikirim ke Buffer Bind melalui Secrew Conveyor. Pati basah didorong ke Winnow dan akan berputar dengan kecepatan tinggi, yang selanjutnya akan terdorong ke dalam Drying Tubes. Udara panas akan masuk ke dalam Heat Exchanger melalui Air Filter. Setelah pemanasan, udara akan masuk ke dalam Drying Tubes. Pati basah akan tersedot di udara panas dengan kecepatan tinggi dan pati akan mengalir ke Cyclone. Setelah dikeringkan produk akhir ini akan dikeluarkan dari Air Proof Secrew dengan kandungan air 12%. Selanjutnya diisikan ke Packer Otomatis melalui Double Bin Starch Filter (ayakan ganda). Produk akhir setelah ditimbang dan dikemas akan disimpan dalam gudang.

Peralatan: Secrew Conveyour; Winnow; Heat Exchanger; Air Filter; Drying Pipes; Cyclones; Airproof Secrew; Double Bin Starch Sifter; Automatic Packer; Exhaust Fan

e. Pengangkutan produk tepung tapioka keluar dari pabrik

Sesuai dengan pesanan para customer, perusahaan mengirimkan tepung tapioka dengan pengangkutan truk. Tujuan penjualan antara lain ke Medan, Tanjung Morawa, Pematangsiantar, Pekanbaru, Payakumbuh, Balige dan kota lainnya sesuai orderan.


(46)

(47)

4.2.1 Umur Pekerja Pabrik

Distribusi pekerja pabrik berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Umur di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti

Umur (tahun) Jumlah %

< 27 22 61,1

≥ 27 14 38,9

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, pekerja pabrik paling banyak berumur < 27 tahun yaitu berjumlah 22 orang (61,1 %), sedangkan pekerja berumur ≥ 27 tahun berjumlah 14 orang (38,9).

4.2.2 Masa Kerja Pekerja Pabrik

Distribusi pekerja pabrik berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Masa Kerja di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti

Masa Kerja (tahun) Jumlah %

< 5 16 44,4

≥ 5 20 55,6

Jumlah 36 100

Berdasarka tabel di atas, masa kerja pekerja pabrik paling banyak adalah masa kerja ≥ 5 tahun yaitu berjumlah 20 orang (55,6 %), sedangkan masa kerja pekerja < 5 tahun berjumlah 16 orang (44,4).

4.2.3 Pendidikan

Distribusi pekerja pabrik berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:


(48)

Pendidikan Jumlah %

SMA 13 36,1

SMK 19 52,8

STM 4 11,1

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, pendidikan pekerja paling banyak adalah SMK yaitu berjumlah 19 orang (52,8%), sedangkan pendidikan paling sedikit adalah STM yaitu berjumlah 4 orang (11,1 %).

4.2.4 Lingkungan Kerja Bising

Distribusi pekerja pabrik berdasarkan penilaian pekerja terhadap kebisingan di tempat kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Penilaian Pekerja terhadap Kebisingan di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti

Terlalu Bising Jumlah %

Ya 17 47,2

Tidak 19 52,8

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, lingkungan kerja terlalu bising menurut pekerja pabrik paling banyak mengatakan Tidak yaitu berjumlah 19 orang (52,8 %), sedangkan yang mengatakan Ya berjumlah 16 orang (47,2).

4.2.5 Pekerjaan Tambahan

Distribusi pekerja pabrik berdasarkan kebisingan menurut pekerjaan tambahan pekerja pabrik dapat dilihat pada tabel berikut:


(49)

Laguboti

Pekerjaan Tambahan Jumlah %

Ada 17 47,2

Tidak 19 52,8

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, pekerja pabrik yang memiliki pekerjaan tambahan berjumlah 16 orang (47,2) dan yang tidak memiliki pekerjaan tambahan berjumlah 19 orang (52,8 %).

4.2.6 Kebisingan di Pabrik

a. Besar Paparan Kebisingan pada Pekerja

Distribusi pekerja pabrik berdasarkan besar paparan kebisingan di pabrik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Besar Paparan Kebisingan di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti

Lokasi Pengukuran Intensitas

Kebisingan (dB)

Frekuensi (orang)

%

Packaging 78,5 8 22,2

Control Room 83,0 4 11,1

Workshop 84,3 6 16,7

Boiler 84,6 4 11,1

Pengupasan 86,8 3 8,3

Washing section 87,1 3 8,3

Separator Section 87,9 2 5,6

Extractor Section 88,4 2 5,6

Peeler Section 89,9 4 11,1

Total 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 9 titik pengukuran kebisingan, dimana nilai kebisingan terendah sebesar 78,5 dB dengan 8 orang pekerja (22,2%) dan nilai kebisingan tertinggi sebesar 89,9 dB dengan 4 orang pekerja (11,1%).


(50)

Distribusi kebisingan di pabrik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Kebisingan di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti

Intensitas Kebisingan

(dB) Jumlah Pekerja %

≥ 85 14 38,9

< 85 22 61,1

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, pekerja pabrik lebih banyak bekerja di lingkungan kerja dengan nilai kebisingan < 85 dB yaitu berjumlah 22 orang (61,1%), sedangkan pada kebisingan ≥ 85 dB, yaitu sebanyak 14 orang pekerja (38,9%).


(51)

Distribusi pekerja di pabrik berdasarkan gejala stres kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Gejala Stres Kerja di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti Tidak pernah sama sekali Kadang-kadang Cukup sering Sangat sering Terus-menerus Jumlah

(n) % (n) % (n) % (n) % (n) % (n) %

Gejala fisik

Sakit kepala/pusing 10 27,8 24 66,7 2 5,6 36 100

Jantung berdebar 21 58,3 12 33,3 3 8,3 36 100

Diare/gangguan buang air besar 18 50,0 15 41,7 3 8,3 36 100

Gatal-gatal/gangguan kulit 34 94,4 2 5,6 36 100

Rasa sakit pada rahang 17 47,2 17 47,2 2 5,6 36 100

Kerongkongan kering 15 41,7 14 38,9 7 19,4 36 100

Sering buang air kecil 11 30,6 17 47,2 7 19,4 1 2,8 36 100

Perubahan pola makan 5 13,9 11 30,6 9 25,0 11 30,6 36 100

Banyak keringat 8 22,2 11 30,6 9 25,0 4 11,1 4 11,1 36 100

Kaku leher belakang 14 38,9 16 44,4 6 16,7 36 100

Gejala emosional

Cepat marah & murung 3 8,3 24 66,7 7 19,4 2 5,6 36 100

Lemas/takut/panic 11 30,6 18 50,0 7 19,4 36 100

Cemas 23 63,9 13 36,1 36 100

Emosi berlebihan 4 11,1 24 66,7 7 19,4 1 2,8 36 100

Gelisah 7 19,4 22 61,1 7 19,4 36 100

Merasa tidak berdaya 19 52,8 14 38,9 3 8,3 36 100


(52)

Konsumsi alkohol yang berlebihan 21 58,3 14 38,9 1 2,8 36 100

Meningkatnya konsumsi rokok/kopi 5 13,9 11 30,6 16 44,4 4 11,1 36 100

Gangguan pada kebiasaan makan 5 13,9 11 30,6 9 25,0 11 30,6 36 100

Gangguan tidur 5 13,9 14 38,9 11 30,6 6 16,7 36 100

Kecenderungan menyendiri 17 47,2 15 41,7 2 5,6 2 5,6 36 100

Sering absen di tempat kerja 14 38,9 19 52,8 3 8,3 36 100

Kecendrungan perilaku berisiko tinggi seperti berkendaraan dengan tidak hati-hati

11 30,6 17 47,2 7 19,4 1 2,8 36 100

Kekerasan/tindakan agresif 23 63,9 10 27,8 3 8,3 36 100

Menunda pekerjaan 22 61,1 13 36,1 1 2,8 36 100

Gejala intelektual

Lemahnya daya ingat 14 38,9 21 58,3 1 2,8 36 100

Ketidakmampuan berkonsentrasi 13 36,1 15 41,7 8 22,2 36 100

Sukar mengambil keputusan 17 47,2 16 44,4 3 8,3 36 100

Menyalahkan diri sendiri 13 36,1 19 52,8 4 11,1 36 100

Binggung/pikiran kacau 11 30,6 22 61,1 2 5,6 1 2,8 36 100

Produktivitas/prestasi kerja menurun 12 33,3 21 58,3 3 8,3 36 100

Mutu kerja rendah 20 55,6 11 30,6 4 11,1 1 2,8 36 100

Melamun secara berlebihan 13 36,1 15 41,7 8 22,2 36 100

Kehilangan rasa humor 19 52,8 13 36,1 2 5,6 2 5,6 36 100

Berfikir negatif 15 41,7 16 44,4 5 13,9 36 100

Gejala Interpersonal

Kehilangan kepercayaan kepada orang lain 14 38,9 18 50,0 3 8,3 1 2,8 36 100

Mudah mempersalahkan orang lain 11 30,6 19 52,8 5 13,9 1 2,8 36 100

Mudah membatalkan janji 15 41,7 19 52,8 2 5,6 36 100

Suka mencari kesalahan orang lain 16 44,4 14 38,9 5 13,9 1 2,8 36 100


(53)

(54)

Distribusi pekerja di pabrik berdasarkan stres kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Stres Kerja pada Pekerja di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti

Stres Kerja Jumlah Pekerja %

Stres 12 33,3

Tidak Stres 24 66,7

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, pekerja pabrik lebih banyak tidak mengalami stres kerja yaitu berjumlah 24 orang (66,7%), sedangkan pekerja yang mengalami stres kerja berjumlah 24 orang pekerja (33,3%).

4.3 Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan serta hasil kuesioner, dilakukan uji statistik Chi-Square untuk melihat apakah ada hubungan kebisingan dengan stres kerja pada pekerja di Pabrik Tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti 2016.

Hubungan kebisingan dengan stres kerja pada pekerja di Pabrik Tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja pada Pekerja di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti

Kebisingan

Stres Kerja

Jumlah

Sig. (p) Stres Tidak Stres

N % N % N %

≥ 85 dB 8 22,2 6 16,7 14 38,9 0,029 < 85 dB 4 11,1 18 50,0 22 61,1


(55)

orang pekerja pabrik yang mengalami stres kerja yang terdiri dari 8 orang pekerja

(22,2%) dengan kebisingan ≥ 85 dB dan 4 orang (11,1%) dengan kebisingan < 85

dB.

Hasil uji Exact Fisher antara kebisingan dengan stres kerja didapatkan nilai p = 0,029 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada pekerja di pabrik tepung tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti.


(56)

52 5.1 Kebisingan

Pengukuran kebisingan di dalam Pabrik Tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli dilakukan di 9 titik dimana titik-titik pengukuran tersebut dikategorikan

menjadi dua yaitu kebisingan ≥ 85 dB(A) dan < 85 dB(A). Dari hasil pengukuran kebisingan, 5 titik pengukuran memiliki nilai kebisingan ≥ 85 dB(A) dan 4 titik pengukuran lainnya memiliki nilai kebisingan < 85 dB.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.3 tahun 2011 mengenai Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja, dikatakan bahwa faktor bahaya (kebisingan) yang dapat diterima tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Dalam hal ini Nilai Ambang Batas kebisingan adalah 85 dB. Jika tenaga kerja bekerja di lingkungan kerja dengan kebisingan di atas 85 dB, maka lama kerja tenaga kerja harus dikurangi. Pekerja di pabrik tapioka memiliki lama kerja 7 jam/hari. Artinya, dengan nilai kebisingan yang telah melebihi 85 dB maka lama kerja pekerja pabrik seharusnya dikurangi. Namun hal tersebut tentu sulit dilakukan karena akan mengganggu jalannya proses produksi.

Hasil pengukuran kebisingan pada 4 titik masih berada di bawah 85 dB. Kebisingan yang masih di bawah NAB tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadirannya sering dapat menyebabkan penurunan performansi kerja (Tarwaka, 2004).


(57)

mengatakan lingkungan kerjanya terlalu bising dan 19 orang lainnya berkata tidak. Walaupun hampir 50% pekerja mengatakan lingkungan kerjanya tidak terlalu bising, hal tersebut harus menjadi perhatian bagi perusahaan untuk melakukan pengendalian kebisingan agar kebisingan tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang pada pekerja.

Kebisingan yang bersumber dari mesin produksi dapat dikendalikan dengan beberapa cara, seperti perawatan pada mesin dengan mengganti komponen mesin yang sudah tua, aus atau mengeras dan melakukan pelumasan pada bagian-bagian mesin yang bergesekan, termasuk penggunaan pelumas pada proses machining (bubut dan sejenisnya), pengencangan bagian-bagian mesin yang mulai longgar, terutama bagian-bagian yang dihubungkan dengan sambungan baut (Tambunan, 2005).

Selain itu, kebisingan dapat dikendalikan dengan memberikan alat pelindung telinga (ear plug) pada pekerja. Alat pelindung telinga tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 10 – 25 dB (Sumakmur, 2009). Pengendalian kebisingan pada penerima ini telah banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih murah. (Tarwaka, 2004).

Perusahaan telah menyediakan APD (Alat Pelindung Diri) bagi pekerja, khususnya alat pelindung telinga. Namun demikian ada kendala yang ditemukan dalam pelaksanaannya seperti kedisiplinan pekerja dalam memakai alat pelindung telinga serta ketidaknyamanan pekerja dalam menggunakannya.


(58)

Dari hasil penilaian stres kerja pada pekerja pabrik terdapat 12 orang pekerja mengalami stres kerja sedangkan 24 orang pekerja tidak mengalami stres kerja. Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh tenaga kerja tergantung dari persepsi tenaga kerja terhadap lingkungan, apakah ia merasakan adanya stres kerja ataukah tidak. Hal ini berarti bahwa pada situasi kerja yang sama, seorang tenaga kerja dapat mengalami stres sedangkan lainnya tidak (Anies, 2014).

Stres biasanya merupakan perasaan subjektif seseorang sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan dan depresi. Setelah beberapa lama mengalami kegelisahan, depresi, konflik dan stres di tempat kerja, maka pengaruhnya akan dibawa ke dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Bila tubuh mengalami stres maka akan terjadi perubahan fisiologis sebagai jawaban atas stres. (Tarwaka, 2004).

Gejala psikologis berupa kecemasan dan ketegangan, sering berupa ancaman terhadap keselamatan maupun kesehatan, meskipun kadang-kadang juga terkait dengan jaminan sosial. Gejala fisik yang terjadi berupa peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Biasanya dirasakan oleh para pekerja yang bersangkutan sebagai berdebar-debar, sakit kepala, mual, dan sebagainya (Anies, 2014).

Gejala psikologis lain berupa bingung, marah, mudah tersinggung. Hal ini akan diikuti dengan meningkatnya produksi hormon adrenalin dan nonadrenalin. Pekerja yang bersangkutan, prestasi dan produktivitas kerjanya menurun. Sering


(59)

dari faktor psikologis (Anies, 2014).

Pekerja yang memendam perasaan, misalnya tidak cocok dengan bidang pekerjaan tetapi tidak berani mengungkapkan. Gejala ini akan diikuti dengan gejala fisik berupa gangguan pada saluran pencernaan berupa rasa mual, muntah, perih di ulu hati karena tukak lambung. Pekerja ini juga berpotensi untuk lari menggunakan minuman keras atau yang memamukkan (Anies, 2014).

Sementara pada pekerja yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya, cenderung lebih sering berkeringat. Gejala perilaku yang muncul antara lain terjadi kecenderungan peningkatan agresivitas dan tindakan kriminal. Pada taraf tertentu, pekerja dapat mengalami kelelahan mental, disertai gejala fisik berupa gangguan pada kulit. gejala perilaku yang kelihatan antara lain penurunan kualitas hubungan antarmanusia, baik hubungan dengan teman maupun dengan anggota keluarga lainnya (Anies, 2014).

Selain itu, stres juga dapat menjadi bagian dari masalah di luar lingkungan pekerjaan, sehingga masalah “di belakang layar” dalam keluarga atau lingkungan sosial dapat bermanifes sebagai gejala stres di tempat kerja dan membuat pengungkapan gejala stres ini menjadi lebih menyulitkan (Harrianto, 2011). 5.3 Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja

Dari hasil uji statistik yang dilakukan, diperoleh nilai p = 0,029 dimana p < 0,05 yang artinya ada hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada pekerja pabrik tepung tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti.


(60)

mengalami stres kerja pada kebisingan ≥ 85 dB dan 4 orang pekerja pada kebisingan < 85 dB. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja berpotensi menyebabkan pekerja mengalami stres psikologis dan menurunkan produktivitas kerja. Lingkungan kerja yang tidak nyaman misalnya bising (Anies, 2014). Semakin tinggi kebisingan, pekerja semakin berpotensi terkena stres kerja.

Pada situasi kerja yang sama, seorang tenaga kerja dapat mengalami stres sedangkan yang lainnya tidak. Hal tersebut dapat dikarenakan sumber-sumber lingkungan kerja yang dapat menimbulkan stres seperti ruangan kerja fisik yang kurang baik, beban kerja terlalu berat, tempo kerja terlalu cepat, pekerjaan terlalu sederhana, dll (Anies, 2014). Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja, 17 orang memiliki pekerjaan tambahan di luar pekerjaannya di pabrik sedangkan 19 orang lainnya tidak memiliki pekerjaan tambahan. Pekerjaan tambahan tersebut kemungkinan dapat memicu timbulnya stres karena dengan bertambahnya beban kerja pada pekerja berarti tuntutan pekerjaan yang harus dikerjakan juga bertambah.

Kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai gangguan ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran (Anizar, 2009), antara lain:

d. Gangguan terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan menurunnya kuantitas dan kualitas kerja. Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah perusahaan film di mana penurunan intensitas kebisingan berhasil


(61)

baku.

e. Gangguan dalam kenikmatan kerja berbeda-beda untuk tiap orang. Untuk beberapa orang yang rentan, kebisingan dapat menyebabkan rasa pusing, kantuk, sakit, tekanan darah tinggi, tegang dan stres yang diikuti dengan sakit maag, kesulitan tidur. Gangguan konsentrasi dan kehilangan semangat kerja.

f. Gangguan terhadap komunikasi akan mengganggu kerjasama antara pekerja dan kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian yang secara tidak langsung menurunkan kuantitas dan kualitas kerja.

Telinga manusia terdiri dari telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Tulang berbentuk spiral di bagian dalam telinga disebut cochlea, yang dilapisi sel rambut halus. Gelombang bunyi dihantarkan dari telinga bagian luar ke telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam, gelombang tekan menggerakkan sel rambut yang kemudian mengirim sinyal suara yang didengar telinga ke otak melalui jaringan saraf. (Anies, 2014).

Stresor pertama kali ditampung oleh panca indera dan diteruskan ke pusat emosi yang terletak di sistem saraf pusat. Aksis HPA memegang peranan penting dalam beradaptasi terhadap stress baik stress eksternal maupun internal. Ketika berespon terhadap ketakutan, marah, cemas, dan hal-hal yang tidak menyenangkan atau bahkan juga terhadap harapan dapat terjadi peningkatan aksis HPA (Heryati, 2008).


(62)

Gambar 5.1 Skema Aksis HPA

Kortisol mempunyai efek umpan balik negatif yang sifatnya langsung terhadap hipotalamus untuk menurunkan CRF, dan kelenjar hipofisis anterior untuk menurunkan ACTH. Namun jika stressor terus-menerus ada, maka mekanisme umpan balik ini tidak akan mampu lagi menekan sekresi CRF maupun ACTH sehingga aktivitas pada aksis HPA ini akan meningkat terus. Bila peningkatan aktivitas ini terus terjadi sehingga produksi kortisal terus meningkat, dapat merusak sel-sel neuron di hipotalamus sehingga terjadi atrofi hipotalamus, dan akibatnya bisa muncul gangguan kognitif, seperti pada penderita depresi. Dan bahkan kortisol yang meningkat terus diduga kuat dapat mempengaruhi kekebalan tubuh dengan menekan T-cell (Heryati, 2008).

Dalam hubungannya dengan gangguan pada badan, dikatakan bahwa

„stres‟ emosional mempengaruhi otak, yang kemudian melalui sistem


(63)

menimbulkan kadar asam lemak bebas juga meningkat dan ini merupakan persediaan sumber energi ekstra. Bila peningkatan ini tidak disertai kegiatan fisik, energi ekstra ini tidak akan dibakar habis dan akan diubah hati menjadi lemak kolesterol dan trigliserid yang kemudian menimbun pada dinding pembuluh darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah, termasuk pembuluh jantung koroner. Selanjutnya terjadi kenaikan tekanan darah, denyut jantung yang bertambah dan keduanya mengakibatkan gangguan pada kerja jantung. Pada sistem saraf otonom, menimbulkan gejala seperti keluarnya keringat dingin dan keringat pada telapak tangan, rasa panas dingin, asam lambung yang meningkat, kejang lambung dan usus, mudah kaget, gangguan seksual dan lain-lain (Anoraga, 2001).

Menurut Harrianto (2011), dalam menghadapi sumber stres (stressor), manusia mengalami tiga tahap reaksi tubuh yaitu reaksi alarm, tahap kebal, dan tahap kelelahan. Reaksi alarm (tanda bahaya) merupakan respon yang datang dengan cepat ketika manusia menghadapi suatu tantangan atau ancaman. Terjadi mobilisasi dari sistem saraf otonom yang mencetuskan respon stres dalam bentuk respon perlawanan (fight) atau respon menghindar (flight). Tahap kebal (resisten) terjadi ketika pajanan yang berkepanjangan terhadap stresor akan menyebabkan individu kebal. Pada tahap ini sesungguhnya tubuh sudah dapat beradaptasi. Pada tahap kelelahan, stres yang lama dan berkelanjutan dapat menimbulkan masalah-masalah yang menahun, sehingga individu akan menderita suatu kelelahan yang berat seakan-akan semua cadangan energi menghilang dan menimbulkan depresi.


(64)

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja pabrik tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti Tahun 2016 dapat disimpulkan:

a. Pengukuran kebisingan dilakukan di 9 titik dimana 5 titik memiliki nilai

kebisingan ≥ 85 dB dan 4 titik lainnya memiliki nilai kebisingan < 85 dB.

b. Penilaian stres pada pekerja pabrik tapioka dengan sampel sebanyak 36 orang, diperoleh 12 orang pekerja mengalami stres kerja sedangkan 24 orang tidak mengalami stres kerja.

c. Hasil uji statistik (p value = 0,029 < 0,05) diperoleh adanya hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada pekerja pabrik tepung tapioka PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti.

6.2 Saran

a. Sebaiknya dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) khususnya pelindung telinga pada pekerja pabrik agar pekerja mengerti dan menyadari bahwa alat pelindung tersebut merupakan suatu kebutuhan perlindungan untuk menghindari terjadinya peningkatan gangguan kesehatan yang salah satunya adalah stres kerja. b. Sebaiknya dilakukan pengawasan terhadap pekerja agar selalu


(65)

(66)

2.1. Kebisingan

2.1.1. Defenisi Kebisingan

Bising (noise) adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu. Di sektor industri, bising berarti bunyi yang sangat mengganggu dan menjengkelkan serta sangat membuang energi (Harrianto, 2008).

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I.. No. Per.13/MEN/X/2011).

Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja, kebisingan diartikan sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Suma‟mur, 2013)

Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang dapat menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia “Bising adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran”. Dari kedua defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat menggangu kesehatan dan keselamatan (Anizar, 2009).


(67)

Menurut Wisnu, sumber kebisingan dilihat dari sifatnya dibagi menjadi dua yaitu: (Subaris & Haryono, 2008)

a. sumber kebisingan statis: pabrik, mesin, tape, dan lainnya.

b. sumber kebisingan dinamis: mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan lainnya.

Sedangkan menurut Men.KLH, sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang dikeluarkannya ada dua, yaitu: (Subaris & Haryono, 2008)

a. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contoh: sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang tak bergerak

b. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, misalnya kebisingan yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak. Di tempat kerja, disadari maupun tidak, cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut menciptakan dan menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya: (Tambunan, 2005)

a. Mengoperasikan mesin-mesin produksi “ribut” yang sudah cukup tua. b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja

cukup tinggi dalm periode operasi cukup panjang.

c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya, misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan parah.


(68)

komponen-komponen mesin produksi tanpa mengindahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan.

e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat (terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad connection).

f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya penggunaan palu (hammer)/alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda metal atau alat bantu pembuka baut.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebisigan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebisingan antara lain :

a. Intensitas, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur dengan logaritma dalam decibel (dB).

b. Frekuensi, frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-20000 Hertz. Frekuensi bicara terdapat antara 250-4000 Hertz.

c. Durasi, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.


(69)

berfluktuasi, intermiten). Bising impulsive (satu/lebih lonjakan energi bunyi, dengan durasi kurang dari 1 detik) sangat berbahaya.

Menurut Anizar, bagian yang paling penting adalah: 1. intensitas kebisingan (tingkat tekanan suara)

2. jenis kebisingan (wide band, narrow band, impulse) 3. lamanya terpapar per hari

4. jumlah lamanya terpapar (dalam tahun) 5. usia yang terpapar

6. masalah pendengaran yang telah diderita sebelumnya 7. lingkungan yang bising

8. jarak pendengaran dengan sumber kebisingan 2.1.4. Jenis Kebisingan

Menurut Suma‟mur, kebisingan yang sering ditemukan adalah:

a. Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum frekuensi yang lebar (steady state,wide band noise), misalnya bising mesin, kipas angin dapur pijar dan lain-lain

b. Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis (steady state, narrow band noise), misalnya bising gergaji sirkuler, kutup gas, dan lain-lain.

c. Kebisingan terputus-putus (intermittent noise), misalnya bising lalu lintas, suara kapal terbang di bandara.


(70)

pukulan palu, tembakan bedil atau meriam, dan ledakan.

e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya bising mesin tempa di perusahaan atau tempaan tiang pancang bangunan.

Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non-steady noise) (Tambunan, 2005).

Kebisingan tetap (steady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise)

Kebisingan ini berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang beragam, contohnya suara mesin, suara kipas, dan sebagainya.

b. Broad band noise

Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise).

Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni)

Sementara itu, kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagikan lagi menjadi:

a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu b. Intermittent noise


(71)

kebisingan lalu lintas. c. Impulsive noise

Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya.

Sedangkan menurut Anizar (2009), kebisingan dapat dikelaskan kepada beberapa jenis yaitu:

a. Bising secara terus menerus adalah bising yang mempunyai perbedaan tingkat intensitas bunyi di antara maksimum dan minimum yang kurang dari 3 dBA. Contohnya adalah bunyi yang dihasilkan oleh mesin penenun tekstil.

b. Bising fluktuasi ialah bunyi bising yang mempunyai perbedaan tingkat di antara intensitas yang tinggi dengan yang rendah lebih dari 3 dBA. c. Bising impuls ialah bising yang mempunyai intensitas yang sangat

tinggi dalam waktu yang singkat seperti tembakam senjata api, lagan besi dan sebagainya.

d. Bising bersela ialah bunyi yang terjadi di dalam jangka waktu tertentu serta berulang. Contohnya bising ketika memotong besi akan berhenti apabila gergaji itu dihentikan. Terdapatnya kombinasi daripada jenis bunyi di atas, contohnya kebisingan berterusan dan bersela dapat terjadi secara serentak.


(72)

Nilai Ambang Batas (NAB) untuk Kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu (Soeripto, 2008). NAB kebisingan sebagai faktor bahaya di tempat kerja adalah standar sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 (delapan) jam sesehari-hari dan 5 (lima) sehari-hari kerja seminggu atau 40 jam seminggu (Suma‟mur, 2013)

NAB kebisingan adalah 85 dB(A). NAB kebisingan tersebut merupakan ketentuan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : Kep-51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja dan merupakan standar dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-7063-2004 Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja (Suma‟mur, 2013)


(73)

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.3 tahun 2011: Tabel 1.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Sumber: Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.3 tahun 2011

2.1.6. Pengukuran Kebisingan

Telinga manusia sama sekali tidak dapat dijadikan “referensi” tingkat kebisingan yang terdapat pada sebuah temapat. Berdasarkan hasil percobaan, pada intensitas kebisingan sesungguhnya berkurang 2 dB dari tingkat kebisingan awal, pengurangan kebisingan yang dirasakan oleh telinga manusia adalah sekitar 15%, sedangkan pada saat pengurangan (actual) sebesar 20% maka kebisingan yang dirasakan akan berkurang sebesar 81%. Untuk mendapatkan hasil pengukuran tingkat kebisingan yang akurat, diperlukan alat-alat khusus (Tambunan, 2005).


(74)

besarnya tekanan udara yang ditimbulkan oleh gelombang bunyi. Satuan decibel diukur dari 0 sampai 140, atau bunyi terlemah yang masih dapat didengar oleh manusia sampai tingkat bunyi yang dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada telinga manusia. Desibel biasa disingkat dB dan mempunyai skala A, B, dan C. Skala yang terdekat dengan pendengaran manusia adalah skala A atau dBA (Anies, 2009).

Dua suara atau lebih dengan intensitas sama, jika digabungkan akan menghasilkan intensitas kebisingan yang lebih tinggi. Untuk memperoleh hasil pengukuran kebisingan di tempat kerja yang teliti, maka kebisingan dari setiap sumber sebaiknya diukur secara terpisah atau satu per satu (Subaris dan Haryono, 2008).

Menurut Suma‟mur (2013), maksud dilakukannya pengukuran kebisingan ada dua dua hal, yaitu:

a. Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di perusahaan atau di mana saja

b. Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam rangka upaya konservasi pendengaran tenaga kerja, atau perlindungan masyarakat dari gangguan kebisingan atas ketenangan dalam kehidupan masyarakat atau tujuan lainnya.

Anizar (2009) berpendapat bahwa pengukuran ada yang hanya bertujuan untuk pengendalian terhadap lingkungan kerja namun ada juga pengukuran yang


(75)

bersangkutan di mana:

a. Pengukuran dilakukan di tempat kerja, tempat si pekerja berada dan menghabiskan waktu kerjanya. Pengukuran ini dilakukan pada pagi hari, siang dan sore hari.

b. Pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan tingkat kebisingan rata-rata yang diterima tenaga kerja selama 8 jam kerja berturut-turut, sehingga hasilnya dapat dihubungkan dengan penelitian terhadap tenaga kerja yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengukuran harus dilakukan selama jam kerja secara intensif dan bila tenaga kerja selalu berpindah tempat maka harus dilakukan pengukuran tingkat kebisingan pada tempat di mana tenaga kerja itu berada dan pencatatan waktu selama tenaga kerja berada di tempat-tempat tersebut, selanjutnya diperhitungkan tingkat kebisingan rata-rata yang diterima tenaga kerja selama 8 jam kerja.

Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30 – 130 dB dan dari frekuensi 20 -20.000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai alat kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur oleh amplifier. Atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi tersebut yang tergantung pada tekanan udara, sehingga perlu koreksi berdasarkan atas perbedaan tekanan barometer. Kalibrator dengan intensitas tinggi (125 dB) lebih disukai oleh


(76)

mengukur kebisingan yang intensitasnya tinggi (Suma‟mur, 2013).

Adapun bagian-bagian yang terdapat pada Sound Level Meter adalah sebagai berikut (Subaris & Haryono, 2008):

a. Tombol pengatur hidup/mati atau power on/off b. Tombol pengontrol battery

c. Tombol pengatur penunjuk cepat lambat (slow/fast) d. Tombol pengukur skala angka puluhan

e. Tombol pengatur penunjuk maksimum (max hold) f. Microphone

g. Filter microphone h. Kalibrator

i. Display

Komponen dasar sebuah Sound Level Meter adalah sebuah microphone, penguat suara (amplifier) dengan pengatur frekuensi dan sebuah layar indikator. Sesuai namanya, fungsi dasar minimum yang harus ada pada sebuar Sound Level Meter adalah sebagai alat ukur tingkat suara (dB). Fungsi – fungsi tambahan lain cukup bervariasi, seperti fungsi pengukuran TWA (Time Weigted Average) secara otomatis dan pengukuran dosis kebisingan (Tambunan, 2005).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah sebagai berikut (Subaris & Haryono, 2008):

a. Sebelum pengukuran dilaksanakan, battery harus diperiksa untuk mengetahui apakah masih berfungsi atau tidak.


(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 5

1.4 Hipotesis penelitian ... 5

1.5 Manfaat penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kebisingan... 6

2.1.1 Defenisi kebisingan ... 6

2.1.2 Sumber kebisingan ... 7

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kebisingan ... 8

2.1.4 Jenis kebisingan ... 9

2.1.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan ... 12

2.1.6 Pengukuran kebisingan ... 13

2.2 Stres Kerja ... 18

2.2.1 Defenisi ... 18

2.2.2 Sumber stres kerja ... 20

2.2.3 Faktor penyebab stres kerja ... 23

2.2.4 Gejala stres kerja ... 24

2.2.5 Dampak stres kerja ... 27

2.3 Pengaruh Paparan Kebisingan terhadap Stres Kerja ... 28

2.4 Kerangka konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 32


(2)

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 34

3.6 Metode Pengukuran ... 34

3.7 Metode Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 39

4.1.1 Sejarah Perusahaan... 39

4.1.2 Visi dan Misi ... 40

4.1.3 Lokasi ... 41

4.1.4 Proses Produksi ... 41

4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan ... 44

4.2 Analisis Univariat... 45

4.3 Analisis Bivariat ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 54

5.1 Kebisingan... 54

5.2 Stres Kerja ... 56

5.3 Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 62

6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 NAB Kebisingan ... 13 Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 37 Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Umur di PT. Hutahaean

Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti ... 45 Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Masa Kerja di PT. Hutahaean

Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti ... 45 Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Pendidikan di PT. Hutahaean

Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti ... 46 Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Kebisingan Menurut Pekerja di

PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Pekerjaan Tambahan Pekerja

di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti ... 47 Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Besar Paparan Kebisingan di

PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti ... 47 Tabel 4.7 Distribusi Kebisingan di PT. Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan

Laguboti ... 48 Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Pabrik Berdasarkan Gejala Stres Kerja di PT.

Hutahaean Wilayah Tapanuli Kecamatan Laguboti ... 49 Tabel 4.9 Distribusi Stres Kerja pada Pekerja di PT. Hutahaean Wilayah

Tapanuli Kecamatan Laguboti... 52 Tabel 4.10 Hubungan Kebisingan dengan Stres Kerja pada Pekerja di PT.


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep... 31

Gambar 3.1 Sound Level Meter ... 35

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Hutahaean ... 44


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Denah Pabrik dan Pengukuran Kebisingan Lampiran 3. Hasil Analisa Laboratorium

Lampiran 4. Surat Peminjaman Alat Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

Lampiran 6. Surat Selasai Melakukan Penelitian Lampiran 7. Master Data

Lampiran 8. Output Hasil Uji Univariat dan Bivariat Lampiran 9. Dokumentasi


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Citra Christin Saragih

Tempat Lahir : Balige

Tanggal Lahir : 16 Maret 1993

Suku Bangsa : Batak

Agama : Katolik

Nama Ayah : Jan Sudin Saragih

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Erniati Tiurmauli Sinaga

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD RK San Francesco Balige/2005

2. SLTP/Tamat tahun : SMP Swasta Budhi Dharma Balige/2008

3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 2 Soposurung Balige/2011