IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | SANTOSO | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 4002 8894 1 SM

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN
2013/2014

JURNAL

OLEH :
SUGENG SANTOSO
K8410056

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 3
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014.
Sugeng Santoso. K8410056
ABSTRAK


Sugeng Santoso. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Rumusan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemahaman warga sekolah tentang konsep pendidikan karakter dan strategi
implementasi pendidikan karakter di SMAN 3 Surakarta
Metodologi yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini adalah pengurus sekolah,
guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah onservasi,
wawancara dan dokumentasi. Tehnik analasis data yang digunakan adalah teknik
analisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Teknik uji validitas data mengunakan trianggulasi metode dan
sumber
Hasil menunjukan bahwa: 1) Pemahaman warga sekolah mengenai konsep
pendidikan karakter cukup beragam namun terdapat kesamaan bahwa konsep
pendidikan karakter adalah usaha menanamkan nilai karakter pada guru dan
siswa. 2) Penerapan pendidikan karakter ditujukan pada guru dan siswa, pada
guru pendidikan karakter diterapkan melalui sosialisasi, pengawasan serta
pembinaan dan pada siswa diterapkan di dalam kelas dengan mengintegrasikan
nilai karakter dengan pelajaran, dan di luar kelas diterapkan melalui aktivitas
pembiasaan, keteladanan dan pengawasan. Pendidikan karakter pada siswa dan

guru lebih berfokus dalam menanamkan karakter disiplin. Terdapat berbagai
kegiatan sekolah yang syarat pendidikan karakter namun intensitasnya kurang.
Pendidikan karakter di SMAN 3 Surakarta belum mampu mengembangkan
karakter kritis siswa karena model pendidikan yang masih konvensional.
Kata kunci: implementasi, pendidikan, karakter, nilai-nilai

PENGESAHAN

Jurnal ini telah disahkan oleh dosen pembimbing skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta,

April 2014

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Siti Rochani, M.Pd.

NIP. 19540213 198003 2 001

Siyani Indria L, S.Ant, M.Hum
NIP. 19800905 200501 2 002

kritis untuk membongkar sistem yang

PENDAHULUAN
Pendidikan

sekarang

menindas mereka.

ini

terus

inovasi


dan

Muncul penilaian dari pengamat

tujuan

pendidikan bahwa sekolah lebih fokus

pendidikan nasional semaksimal mungkin.

pada perkembangan siswa dalam ranah

Baik

kognitif

melakukan

berbagai


penyesuaian

untuk

dari

metode,

mencapai

teknologi

media

seperti

prestasi

belajar,


pembelajaran, kapasitas hingga kurikulum

kepemahaman pada materi pelajaran dan

selalu diperbaiki. Sebagai penyelenggara

transfer

pendidikan

pendidikan non-kognitif yang ditujukan

senantiasa

nampaknya
melakukan

pemerintah

berbagai


usaha

ilmu

pengetahuan.

Tetapi

untuk membangun karakter masyarakat

untuk mengembangkan kompetensi peserta

yang

didik di Indonesia agar menjadi manusia

pendidikan karakter tidak hanya dapat

yang siap untuk hidup di masyarakat luas.


membangun kepribadian yang paham dan

Tetapi

usaha

tersebut

belum

tangguh

dipinggirkan.

mengamalkan

moral

untuk


Padahal

mengatasi

mampu menjawab masalah-masalah yang

krisis moral yang marak terjadi, melainkan

ada di masyarakat. Seperti yang kita

juga membangun karakter positif lain

ketahui bahwa marak sekali pemberitaan

seperti

tentang korupsi, aksi terorisme, tawuran

berpikir kritis dan kompetensi positif


antar pelajar, pencabulan atau pelecehan

lainnya yang dapat meningkatkan kualitas

seksual serta berita kriminal lain yang

SDM Indonesia.

lebih mudah dijumpai daripada berita

Beberapa

kemandirian,

sifat

pengamat

pendidikan


positif tentang prestasi yang diperoleh

kemudian

bangsa Indonesia. Pendidikan juga belum

pendapatnya tentang pentingnya karakter

berhasil mencetak peserta didik yang

di sekolah, serta mengkritik berbagai

berkarakter tangguh, kritis, demokratis,

aspek pendidikan di Indonesia yang dinilai

mandiri, berani dan kompetensi positif

menjadi

lainnya. Terbukti dengan masih maraknya

kriminalisme

lulusan SMA hingga Sarjana dari berbagai

kompetensi masyarakat Indonesia. Di lain

jurusan keahlian yang sulit mendapatkan

sisi Presiden Republik Indonesia dalam

pekerjaan dan kalah bersaing. Keluaran

Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei

pendidikan juga belum mampu berpikir

2010 juga menyatakan bahwa pendidikan

berani

karakter

mengambil

menciptakan

lapangan

resiko
pekerjaan

untuk
atau

mulai

demokratis,

muara

permasalahan

dan

menjadi

mengemukakan

rendahnya

isu

penting

amoral,
kualitas

untuk

diterapkan secara serius dalam pendidikan
formal di Indonesia. Sehingga Pendidikan

karakter mulai dianggap penting serta

dilaksanakan

penerapannya diharapkan dapat mencapai

menggunakan pendekatan fenomenologi

tujuan pendidikan nasional semaksimal

Obyek penelitian

mungkin. Dengan pendidikan karakter

sekolah

keluaran pendidikan formal diharapkan

kesiswaan),

memiliki

Pengumpulan data menggunakan teknik

akhlak,

moral,

sikap,

tau

di

SMAN

3

Surakarta

adalah

(Wakasek
guru

pengurus

kurikulum
kelas

dan

dan

siswa.

kepribadian yang baik, serta yang tidak

observasi

kalah penting adalaha pendidikan karakter

tertsruktur dan dokumentasi arsip serta

dapat membangun potensi-potensi karakter

foto kegiatan sekolah yang berhubungan

positif yang dimiliki siswa. Dimana siswa

dengan

tidak hanya sopan, beriman dan memiliki

analasis data yang digunakan adalah teknik

karakter normatif, tetapi juga memiliki

analisis interaktif yang meliputi reduksi

karakter

data,

persaingan

yang
di

mampu
era

menjawab

moderniasasi

dan

langsung,

pendidikan

penyajian

mengunakan

tangguh dan lain-lain.

sumber
karakter

dapat

diterapkan pada proses pembelajaran di
pendidikan

formal.

Dengan

karakter.

data

dan

tidak

Tehnik

penarikan

kesimpulan. Teknik uji validitas data

globalisasi seperti mandiri, percaya diri,

Pendidikan

wawancara

trianggulasi

Teknik

mengunakan

uji

metode
validitas

trianggulasi

dan
data

metode

dan

sumber

metode

Penelitian ini bertujuan untuk 1)

pembelajaran yang sistematis di sekolah

mengetahui pemahaman warga sekolah

pendidikan karakter dapat lebih efisien

tentang konsep pendidikan karakter; 2)

diterapkan dalam proses pembelajaran

mengetahui

seperti skema yang tepat pada RPP dan

pendidikan karakter di SMAN 3 Surakarta

silabus, kompetensi guru, bahan ajar,

Penelitian ini diharapkan

manajemen pendidikan, lingkungan dan

memberikan informasi memberi kontribusi

lain-lain. Aspek pendidikan karakter satu

bagi

dengan yang lain harus saling berintegrasi

penerapan

agar dapat tercapai tujuan pendidikan

proses belajar mengajar di sekolah maupun

secara menyeluruh

di luar sekolah. Serta dapat membantu

para

strategi

pendidik
pendidikan

implementasi

berupa
karakter

dapat

strategi
dalam

peserta didik untuk menambah wawasan
dan menerapkan seluk beluk pendidikan

METODE
merupakan

karakter dalam upaya dalam meningkatan

penelitian deskriptif-kualitatif. Penelitian

perkembangan karaktef dalam kehidupan

Penelitian

ini

berbangsa dan bernegara.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat
konsep

beberapa

pendidikan

perbedaan

karakter

antara

memberikan pemahaman kepada guru
tentang konsep-konsep dasar pendidikan
karakter

untuk

diimplementasikan.

pemahaman guru dan pengurus sekolah

Sosialisasi tersebut dapat dilakukan secara

dan dari intisari visi misi SMAN 3

lisan melalui kegiatan pembinaan rutin

Surakarta. Guru dan pengurus sekolah

(briefing) atau seminar, sementara secara

memahami pendidikan karakter sebagai

tertulis

dilakukan

usaha untuk membuat peserta didiknya

melalui

web

patuh

penempelan poster-poster peraturan atau

pada

peraturan

adat

istiadat,

pengurus

Pendisiplinan dapat dilakukan dengan

3 Surakarta pendidikan karakter adalah

memberi

usaha untuk menghasilkan peserta didik

sekolah (Kepala Sekolah dan Wakasek).

yang mempunyai karakter lebih kompleks.

Bentuk

Nilai karakter kritis, dan rasa ingin tahu,

meliputi cara berpakaian, ketepatan waktu

adalah beberapa nilai karakter yang tidak

dalam melaksanakan

tergolong dalam ranah kepatuhan namun

berinteraksi

tidak

dalam

Dengan pendisiplinan sekolah berharap

penjelasan warga SMAN 3 Surakarta

agar para guru SMAN 3 Surakarta

tentang konsep pendidikan karakter.

memiliki karakter yang patuh dan taat

Implementasi pendidikan karakter

keteladanan

oleh

keteladanan

di

harus

dan

sementara dalam intisari visi misi SMAN

utama

yang

sekolah,

kode

fokus

guru

sosialisasi

kebuadayaan, agama dan peraturan tertulis

menjadi

etik

melalui

pengurus

yang

tugas

ditaati.

diberikan

dan

lingkungan

cara

sekolah.

pada peraturan yang berlaku. Bentuk-

tidak hanya ditujukan pada peserta didik

bentuk

tetapi juga diimplementasikan kepada guru

pengawasan yang dilakukan oleh pengurus

SMAN 3 Surakarta. Program pendidikan

sekolah dan Kepala sekolah baik secara

karakter dapat diimplementasikan dalam

langsung ataupun melalui CCTV.

serangkaian

kegiatan

di

pendisiplinan

lain

adalah

Pendidikan karakter pada siswa di

lingkungan

sekolah baik di dalam kelas dan di luar

dalam

kelas

dapat

dilakukan

dalam

kelas.

kegiatan belajar mengajar dengan cara
Pendidikan karakter pada guru

integrasi nilai-nilai karakter dalam setiap

dapat diterapkan melalui sosialisasi konsep

mata pelajaran. Nilai-nilai karakter yang

pendidikan karakter, pendisiplinan dan

disampaikan

pengawasan. Sosialisasi adalah program

nilai karakter yang dianggap guru sebagai

pendidikan

sesuatu

karakter

yang

bertujuan

disesuaikan dengan nilai-

yang

pendidikan

penting.

karakter

Ektifitas

melalui

dari

ceramah

sifatnya

relatif.

yang

sosial yang berlaku. Pengawasan dalam

mempengaruhi keberhasilan penanaman

pendidikan karakter pada siswa berfungsi

nilai

untuk memantau kondisi siswa khsususnya

karakter

Adapun

aspek

adalah

kepribadian,

kesesuaian tema dan tema yang diambil

tentang

dari pengalaman nyata orang terdekat.

tersebut menjadi tanggung jawab guru

Meskipun cara guru mengajar di kelas

bimbingan

sudah

Kesiswaan. Keterbukaan dan kedekatan

menggunakan

berbagai

media

kedisiplinan

siswa.

konseling

Aktifitas

dan

Wakasek

modern seperti LCd proyektor dan laptop

antara

namun moetode yang digunakan masih

Konseling di SMAN 3 Surakarta mampu

tergolong konvensional. Guru lebih sering

mengubah

berceramah untuk menjelaskan materi dan

Konseling yang biasa dikenal sebagai

juga

nilai-nilai

polisi sekolah menjadi teman siswa untuk

karakter. Dengan demikian lalu lintas nilai

berkonsultasi. Dengan kondisi kedekatan

karakter yang dibahas berjalan searah dari

yang demikian, maka akan mempermudah

guru

sekolah

ketika

menyampaikan

kepada

siswa

atau

kurang

siswa

kesan

mengarahkan

kegiatan belajar.

konsultasi
berupa

Guru

Guru

dalam

memperlibatkan partisipasi siswa dalam

Penerapan pendidikan karakter di

dan

siswa.

yang

Bimbingan

Bimbingan

mengawasi

dan

Namun

jenis

seringkali

pemberian

informasi

diberikan
dalam

SMAN 3 Surakarta di luar kegiatan kelas

melanjutkan pendidikan ke perguruan

bisa meliputi pada kegiatan pengawasan,

tinggi

pembiasaan

yang

yang dilakukan Bimbingan Konseling

diberikan guru ketika berinteraksi dengan

berfokus pada aspek kedisiplinan siswa

warga

(absensi siswa dan bagaimana keadaan

dan

sekolah.

keteladanan

Dengan

demikian

pendidikan karakter di luar kelas

tidak

lagi terbatas pada ceramah nilai-nilai
karakter. Pembiasaan dilakukan sekolah
melalui

progam-progam

rutin

negeri.

Pemantauan-pemantauan

siswa di kelas dalam mematuhi peraturan
sekolah)
Ektrakulikuler adalah salah satu

seperti

progam pendidikan karakter yang paling

progam salaman pagi yang bertujuan agar

efektif dalam membantu perkembangan

membiasakan hadir disekolah tepat waktu

karakter siswa. Beberapa siswa yang

dan menghormati orang yang lebih tua.

dijadikan informan mengaku mengalami

Bentuk-bentuk keteladanan yang diberikan

perubahan karakter sejak sebelum dan

guru kepada siswa seperti cara berpakaian,

sesudah mengikuti ekstrakurikuler atau

ketepatan waktu hadir di sekolah dan cara

organisasi. Pada umumnya para siswa

berinteraksi yang sesuai dengan nilai-nilai

mengaku mengalami perubahan karakter

yang

positif

seperti

bertambahnya

PENUTUP

kepercayaan diri dan mental yang lebih
kuat.

Pemahaman

warga

sekolah

mengenai konsep pendidikan karakter
Terdapat

berbagai

progam

cukup beragam namun dapat

terdapat

sekolah yang syarat pendidikan karakter

kesamaan

diantaranya

bahwa

konsep

seperti kegiatan senam jasmani yang

pendidikan

karakter

adalah

usaha

membiasakan

menanamkan nilai-nilai karakter pada guru

siswa

untuk

aktif

berolahraga, penghijauan sekolah yang
membiasakan

siswa

untuk

dan siswa,

peduli

Penerapan

pendidikan

karakter

lingkungan sekitar, namun intensitasnya

ditujukan pada guru dan siswa. Pendidikan

masih sangat kurang sehingga belum dapat

karakter pada guru diterapkan dengan

dikategorikan sebagai usaha pembiasaan.

sosialisasi

Dari

melalui

keteladanan, pengawasan dan pembinaan.

peneliti

Pendidikan karakter pada siswa dapat

pendidikan

dilakukan di dalam kelas ketika kegiatan

karakter di SMAN 3 Surakarta berfokus

belajar mengajar berlajar berlangsung

pada nilai kedisiplinan atau kepatuhan

dengan menginterasikan nilai karakter

warga sekolah pada peraturan. Nilai-nilai

dengan pelajaran, sementara pendidikan

karakter lain seperti

karakter di luar kelas diterapkan dalam

yang

mengindikaikan

penelitian

pendisiplinan

dan

pembahasan

hasil

dan

diperoleh
bahwa

kesadaran akan

tanggung jawab dan khususnya karakter

bentuk

kritis siswa belum menjadi perhatian

pengawasan ketika melaksanakan kegiatan

sekolah. Praksis pendidikan yang demikian

sekolah dan berinteraksi dengan warga

berdampak

sekolah.

pada

terhambatnya

pembiasaan,

keteladanan

dan

perkembangan karakter kritis siswa. Jika

Pendidikan karakter pada siswa

demikian siswa akan sulit mencapai

dan guru lebih dominan berfokus dalam

kesadaran kritis transitif dan terhenti pada

menanamkan karakter disiplin. Dalam

level kesadaran kritis dibawahnya. Hal

berbagai perilaku pendidikan karakter

seperti itu dapat mengindikasikan bahwa

pada siswa di dalam kelas menggunakan

para siswa kan sulit melepaskan diri dari

metode konvensional dengan berceramah

ketertindasan yang selama ini mereka

tentang nilai-nilai kedisiplinan atau patuh

alami.

pada

peraturan

dan

pendidikan karakter di

di

luar

kelas

terapkan dengan

kegiatan pembiasaan, keteladanan dan

pengawasan agar siswa dan guru dapat
petuh pada peraturan yang berlaku.
Terdapat kegiatan sekolah yang
syarat pendidikan karakter dan menyentuh
ranah karakter yang lebih kompleks tetapi

Kesuma, D.A. (2012). Pendidikan
Karakter: Utuh dan Menyeluruh.
Yogyakarta: Kanisius.
Moleong, L.J. (2006). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

intensitasnya masih kurang sehingga tidak
memberikan dampak yang signifikan pada
siswa. Misalnya kegiatan senam jasmani,
penghijauan sekolah dan rapat atar siswa
yang intensisnya masih minim.
Pendidikan karakter di SMAN 3
Surakarta belum mampu mengembangkan
karakter kritis siswa karena cara mengajar
yang

masih

konvensional

(kurang

partisipatif dan kontekstual) dan nilai-nilai
karakter

yang

cenderung

diperhatikan

berfokus

pada

sekolah
nilai-nilai

kedisiplinan.

DAFTAR PUSTAKA
Afifudin & Saebani, B.A. (2009).
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Pustaka Setia.
Asy’arie, M. (2005). NKRI, Budaya Politik
dan Pendidikan. Surakarta: LESFI.
.Bodgan, R. & Taylor, S.J. (1993).
Kualitatif:
Dasar-Dasar
Penelitian. Terj. A. Khozin Afandi.
Surabaya: Usaha Nasional.
Freire, P., Illich, I., & Fromm, E. (2009).
Menggugat
Pendidikan:
Fundamentalis Konservatif Liberal
Anarkis. Terj. Omi Intan Naomi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyasa, A.E. (2012). Manajemen
Pendidikan Karakter. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan
Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Petrus, S.H. (1997). Michel Faucault:
Disiplin Tubuh Bengkel Individu
Modern. Yogyakarta: Lkis.
Samani, M. & Hariyanto. (2012). Konsep
dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdyakarya