PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJ

 Jurnal At-Tajdid 

PENDIDIKAN KARAKTER SISWA
DALAM PEMBELAJARAN PAI
MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION
Agus Zamroni *
Abstract: In line with the functions and purposes of National Education, Islamic Education (PAI) learning holds strategic roles in moral and character building. Meanwhile, the quality measurement of
Islamic Education learning experience itself is always evolving in tune
with the development of religious society demands and the challenges
faced in the context of space and time.
Cooperative learning’s Students Team Achievement Division (STAD)
model, in Islamic Education learning, is developed to achieve at least
three particular objectives, i.e., 1) the results of academic learning;
cooperative lelarning aims to improve student learning thoroughness
to understand diicult concepts. his cooperative learning can be a
beneit to low or higher students either to work together and inish
the academic tasks. he students of high group will improve others’
academic skills with taking role as tutor. 2) he acceptance of individual diferences; cooperative learning gives opportunities for students
from diferent backgrounds and conditions for mutual cooperation,
depend on each other for common tasks, and through the use of cooperative reward sturctures, learn to appreciate each another. 3) development of social skills; cooperative learning aims to teach students
the skills of cooperation and colaboration in the interaction between

group members.
Keywords: Character, learning model, Student Achievement Teams
Division (STAD), Islamic Education learning (PAI)

*

Dosen STIT Muhammadiyah Pacitan dan Guru PAI SMAN I Pacitan
49

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Pendahuluan
Ada kesan yang memprihatinkan bahwa, “peradaban makin maju,
tetapi keadaban makin mundur”. Di seluruh penjuru bumi hampir semua
orang bangga dan terkesima oleh perkembangan teknologi dan perkembangan insfrastruktur, tetapi dibalik itu umat manusia juga ketakutan
terhadap makin merosotnya nilai kemanusiaan yang menggejala di depan matanya. Umat manusia menjadi cemas dan bersedih oleh perilaku
sendiri, dimana-mana terjadi tindakan kekerasan, ketidakadilan, perusakan, pembunuhan, kebohongan publik serta berbagai pengingkaran
terhadap nilai-nilai mulia. Dengan singkat, manusia telah maju dalam
hal pengetahuan (kognitif) tetapi menjadi mundur dalam hal perilaku
positif, penghayatan terhadap agama, moralitas (akhlak), hasrat untuk

membangun bersama, dan miskin penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang diembanya sejak lahir.
Dilihat dari kacamata moral, manusia yang hidup pada era digital ini
berada dalam situasi yang cukup mencemaskan. Betapa tidak? Sebagian
anggota masyarakat kini tidak bisa lagi membedakan antara membangun
dan merusak, susila dan asusila, kejujuran dan kebohongan. Di sekolahsekolah para guru mengeluh karena para siswa tidak memiliki prilaku
positif, tidak lagi menghiraukan sopan santun, dan kurang memiliki rasa
tanggung jawab. Di luar sekolah, banyak anggota masyarakat mengeluh
karena hukum dan etika tidak ditegakkan, dan tindakan menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan merupakan menu sehari-hari yang
dinikmati sebagian orang dengan tanpa beban.
Lembaga pendidikan di negeri ini memikul tanggung jawab berat karena dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional diamanahkan, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

50

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012


Agus Zamroni

Selama ini terdapat berbagai kritik terhadap pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam di SMA, yang lebih bersifat verbalistis dan formalistis,
atau me rupakan tempelan saja. Metodologi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam tidak kunjung berubah sejak dulu hingga sekarang, padahal peserta didik yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan.
Strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam kurang konstektual serta
tanpa dibarengi illustrasi konstek sosial budaya, sehingga siswa kurang
menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian,
karena intisari dari Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan akhlak
(moral dan karakter).
Makalah ini hendak menyajikan gambaran tentang pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA dengan pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) untuk membangun karakter siswa.

MeMBangun karakter SiSwa
Trend (kecenderungan) keragaman internal, keragaman struktural
dan kemajemukan budaya, menggaris bawahi perlunya upaya inovasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang mampu membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial pada diri siswa, sehingga
Pendidikan Agama Islam diharapkan jangan sanpai : a) menumbuhkan

semangat fanatisme berlebihan, b) menumbuhkan sikap intoleren di kalangan siswa dan masyarakat Indonesia, c) memperlemah kerukunan hidup beragama serta persatuan dan kesatuan nasional.
Walhasil, Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menciptakan Ukhuwah Islamiyah dalam arti luas yaitu ukhuwah i al­‘ubudiyah,
ukhuwah i al­ insaniyah, ukhuwah i al­ wathaniyah wa an­nasab, dan
ukhuwah i ad­din al­ Islam. Masyarakat Indonesia yang pluralistik,
dalam arti masyarakat yang serba plural, baik dalam agama, ras, etnis,
tradisi, budaya dan sebagainya, adalah sangat rentan terhadap timbulnya
perpecahan dan konlik-konlik sosial. Karena itu, agama dalam kehidupan masyarakat majemuk dapat berperan sebagai faktor pemersatu/integratif, dan dapat pula berperan sebagai faktor pemecah/disintegratif.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

51

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Masyarakat yang plural membutuhkan ikatan keadaban (the bound
of civility), yaitu pergaulan antara satu sama lain yang diikat dengan
suatu “civility” (keadaban). Ikatan ini pada dasarnya dapat dibangun dari
nilai-nilai universal dari ajaran agama. Yaitu bahwa, “Manusia dicipta­
kan oleh Allah sebagai makhluk yang terbaik dan termulia” (QS. at-Tin
(95): 4)1 serta diciptakan dalam kesucian asal (itrah), sehingga setiap ma­

nusia mempunyai potensi benar (QS. al-Isra (17) :70)2 Disisi lain, dijelaskan sehingga manusia mempunyai potensi salah (QS. an-Nisa’ (4) : 28).3
Pandangan semacam ini akan berimplikasi pada sikap dan perilaku peserta didik, yang harus mau mendengarkan dan menghargai pendapat
serta pandangan orang lain, tidak berfaham kemutlakan (absolutisme).

Model PeMBelajaran konStruktiviSMe dan kooPeratif
Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berikir (ilosoi) pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu bahwa
pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut
dengan ide-ide. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi
proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melelui
keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru yang menjadi pusat kegiatan.
Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses
tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan
bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi
mereka sendiri dalam belajar.
Pengertian pembelajaran kooperatif adalah metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen kemampuannya.
Pada pembelajaran kooperatif siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai
jika dan hanya jika siswa lain akan mencapai tujuan tersebut.4 Siswa be52


Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Agus Zamroni

lajar untuk bersepakat dalam memutuskan suatu masalah dan lebih bertoleransi atau menghargai pendapat dan perasaan orang lain. Hubungan
dengan teman sebaya membuat siswa semakin senang menikmati bagian dari proses belajar.
Menurut Lundgren, unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan
pada diri siswa agar pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut :
1. Para siswa harus mempunyai persepsi bahwa mereka tenggelam
atau berenang bersama;
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam
kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi;
3. Para siswa harus berpandangan mereka semua memiliki tujuan
yang sama;
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama
besarnya diantara para anggota kelompoknya;
5. Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok;
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
ketrampilan bekerja sama selama belajar;

7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif;
Dalam teori Piaget dijelaskan beberapa keuntungan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:5
1. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung
tinggi norma-norma kelompok;
2. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama
berhasil;
3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok;
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat;

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

53

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

5.

Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan
kognitif yang non-konservatif menjadi konservatif.


Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran atau indikator pencapaian dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi.
Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Untuk lebih
jelasnya tahap pembelajaran kooperatif lebih lanjut terdapat pada tabel
di bawah ini :
tabel 1
tahapan Pembelajaran kooperatif
faSe
Fase-1: menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Fase-2: menyajikan informasi
Fase-3: mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok
belajar
Fase-4: membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Fase-5: evaluasi


Fase-6: memberi penghargaan

tingkah laku guru
Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin
dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
Guru menyampaikan informasi kepada siswa
dengan demonstrasi atau lewat bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa cara
membentuk kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar bekerjasama
Guru membimbing kelompok bela-jar pada saat
mereka mengerjakan tugas
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau mempresentasikan
hasil kerja masing-masing kelompok

Guru memberikan penghargaan atas hasil
belajar individu dan kelompok


Terdapat empat tipe dalam pembelajaran kooperatif yang digunakan, yaitu Student Teams Achievement Division, Jigsaw, Investigasi
Kelompok dan Pendekatan Struktural.

kelebihan dan kelemahan Pembelajaran kooperatif
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi
dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
54

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Agus Zamroni

teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil
belajar daripada kelompok pembelajaran tradisional.
tabel 2
Perbedaan Pembelajaran kooperatif dan Pembelajaran tradisional
kelompok Pembelajaran
kooperatif
A. Kepemimpinan bersama


kelompok Pembelajaran
tadisional
A. Satu pemimpin

B. Saling ketergantungan positif

B. Tidak ada saling ketergantungan

C. Keanggotaan yang heterogen

C. Keanggotaan yang homogen

D. Mempelajari ketrampilan
kooperatif
E. Tanggungjawab terhadap
hasil belajar seluruh anggota
kelompok
F. Menekan pada tugas dan
hubungan kooperatif
G. Ditunjang oleh guru

D. Asumsi adanya keterampilan
sosial yang efektif
E. Tanggungjawab terhadap hasil
belajar sendiri

H. Satu hasil kelompok

H. Beberapa hasil individu

G. Evaluasi kelompok

G. Evaluasi individu

F. Hanya menekan pada tugas
G. Diarahkan oleh guru

Berdasarkan hasil penelitian homson,6 dalam Moh. Nur pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat sebagai berikut : 1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, 2) meningkatkan rasa harga diri, 3)
memperbaiki kehadiran, 4) saling memahami adanya perbedaan individu, 5) mengurangi perilaku yang mengganggu, 6) mengurangi konlik
antara pribadi, 7) mengurangi sikap apatis, 8) meningkatkan motivasi, 9)
meningkatkan hasil belajar, 10) memperbesar retensi, 11) meningkatkan
kebaikan budi, kepakaan dan toleransi.
Selain mempunyai kelebihan pembelajaran kooperatif juga mempunyai kekurangan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Hal ini akan terjadi bila dalam satu kelompok hanya
mempunyai permasalahan. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara
sebagai berikut :

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

55

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

1.
2.

Tiap-tiap anggota kelompok bertanggungjawab pada bagian-bagian kecil dari permasalahan kelompok;
Tiap-tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan hasil kelompok ditentukan pada hasil kuis
dari anggota kelompok yang ada, maka tiap anggota kelompok harus benar-benar mempelajari isi permasalahan secara keseluruhan.

Pembelajaran kooperatif tipe Stad
STAD (Student Team Achivement Division) merupakan salah satu
metode pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan. Metode ini
sangat populer dikalangan para ahli pendidikan. Dalam metode STAD
siswa dipasangkan secara merata yang memiliki kemampuan tinggi
dan rendah dalam suatu kelompok sebanyak 4–5 orang. Skor kelompok
diberikan berdasarkan atas prestasi anggota kelompoknya. Ciri-ciri yang
penting dalam STAD adalah bahwa siswa dihargai atas prestasi kelompok dan juga terhadap semangat kelompok untuk bekerjasama.
Menurut Slavin,7 dalam Muh. Nur pembelajaran kooperatif tipe
STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu : pengajaran kelas, belajar tim, tes atau kuis, skor peningkatan individu dan pengakuan kelompok. Lima komponen utama tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.

Pengajaran kelas
Pengajaran yang diberikan di depan kelas adalah secara
klasikal.

2.

Belajar dalam tim
Dalam metode STAD siswa dibagi dalam kelompok secara
heterogen sebanyak 4 - 5 orang. Hal ini dimaksudkan untuk saling
menyakinkan bahwa semua anggota kelompok dapat bekerjasama
dalam belajar untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan.

3.

Tes atau kuis
Setelah siswa menerima pengajaran dari guru dan bekerjasama
dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes perseorangan. Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggung-

56

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Agus Zamroni

jawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai kesuksesan kelompoknya. Karena kegiatan pembelajaran ini terdiri
dari 2 putaran, maka tes diberikan sebanyak 2 kali pada setiap akhir
putaran.
4.

Skor Peningkatan Individu
Peningkatan skor individu dapat berupa skor awal dan skor tes
individu. Skor awal dapat berupa nilai pretest yang dibentuk pada
saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah pemberian tes atau kuis skor tersebut juga akan menjadi skor awal dan
selanjutnya bagi perhitungan individu. Skor peningkatan individu
merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa sebelumnya.
Skor kelompok merupakan jumlah dari masing-masing anggota
kelompok, sehingga setiap siswa bertanggungjawab terhadap skor
anggota kelompoknya. Dari skor kelompok inilah dapat ditentukan
kelompok-kelompok yang memperoleh nilai terbaik dan berhak
atas hadiah atau penghargaan yang dijanjikan.
tabel 3
langkah Pemberian Skor Pembelajaran kooperatif Stad
langkah

Perilaku siswa

Langkah 1
Menetapkan skor dasar / BS
Langkah 2
Menghitung skor kuis terkini

Setiap siswa diberikan skor
berdasarkan skor awal
Siswa memperoleh poin untuk kuis
yang berkaitan dengan pelajaran
terkini
Hasil yang di dapat siswa dijum-lahkan
kemudian dibagi jumlahnya

Langkah 3
Menghitung skor
perkembangan

Keterangan :
BS
: Base Score / Skor Dasar (A), dapat diperoleh dari
• Nilai rata2 Ulangan Harian sebelumnya
• Pre-Tes
• Nilai Raport sebelumnya
Skor Kuis : Tes Individu / Pos-Tes (B)
B-A
: Selisih nilai kuis ( Pos-Tes ) dan BS

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

57

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

tabel 4
kriteria Pemberian Skor Pembelajaran kooperatif Stad
kriteria
B – A = -11 dst
B – A = -1 s.d -10
B–A=0
B – A = 1 s.d 10
B – A = 11 keatas

5.

Skor Siswa ( iP )
5
10
15
20
30

Penghargaan Kelompok
Nilai kelompok dihitung berdasarkan jumlah total nilai perkembangan semua anggota kelompok yang ada. Nama kelompok / team
dianjurkan diambil dari istilah kompetensi yang dibahas.
Skor kelompok/team : Skor yang ditetapkan Guru Mata Pelajaran
AIP

: Average Improvement Point / rata2 IP

AIP =

Σ IP kelompok
Σ anggota team

aiP yang diperoleh
15 - 19
20 - 24
25 - 30

Penghargaan / gelar
GOOD TEAM
GREAT TEAM
SUPER TEAM

ketuntaSan Belajar
Belajar tuntas merupakan usaha memperoleh pencapaian kepandaian suatu ilmu secara menyeluruh. Ketuntasan belajar merupakan suatu
usaha pencapaian hasil belajar mengajar, melalui proses analisis yang telah ditentukan berdasarkan rambu-rambu yang telah disepakati bersama
oleh suatu lembaga pendidikan.
Ketuntasan belajar siswa pada kurikulum 2004 ditentukan berdasarkan rambu-rambu kurikulum sekolah. Sekolah dapat menentukan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (SKBM) merupakan tingkat pencapaian kompetensi
dasar yang harus dicapai oleh siswa permata pelajaran. Siswa mengala-

58

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Agus Zamroni

mi ketuntasan belajar bila mencapai standar ketuntasan belajar minimal
yang sudah ditentukan oleh sekolah tersebut.
Penetapan SKBM tentunya mempunyai tujuan dan manfaat yang
akan diperoleh siswa. Penetapan SKBM bertujuan untuk menentukan
target kompetensi yang harus dicapai siswa, dan menjadi Patokan / acuan / dasar menentukan kompeten siswa. Sedangkan manfaatnya adalah
sebagai sekolah / guru / siswa yang memiliki patokan yang jelas dalam
menentukan ketuntasan, dan adanya keseragaman batas ketuntasan setiap mata pelajaran kelas paralel.

contoh Penelitian Pendidikan karakter SiSwa dalaM PeMBelajaran Pai Model student teams aChieVement diViCion
Untuk memudahkan memahami pembelajaran kooperatif model STAD ini, maka dalam tulisan ini akan diberikan contoh penelitian
yang dilakukan di SMAN I Pacitan kelas X pada tahun 2010.8 Dengan
menggunakan penelitian tindakan kelas, penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, yakni 4 jam
pelajaran untuk pokok bahasan sebagai berikut : materi pembelajaran
siklus 1 tentang Membiasakan perilaku terpuji dan materi pembelajaran siklus 2 tentang menghindari perilaku tercela. Pada tiap Siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu : 1) Rancangan, 2)Kegiatan dan Pengamatan, 3)
Releksi, 4) Revisi.
Pada siklus 1, perencanaan yang dilakukan adalah 1) menyiapkan silabus, 2) menyiapkan skenario pembelajaran (RP), 3) menyiapkan materi
pelajaran, 4) menyiapkan lembar kegiatan siswa (LKS 1), 5) menyiapkan
soal tes hasil belajar (Pos-Tes I), dan 6) menyiapkan lembar pengamatan
untuk pengelolaan kelas. Setelah itu pada tahap kegiatan dan pengamatan dilakukan hal-hal berikut:
1. Proses pembelajaran siklus I, guru mengaitkan materi pelajaran
dengan mengaitkan pengetahuan awal siswa mengenai pengertian perilaku terpuji, kemudian guru memotivasi siswa dengan menyebutkan contoh dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan
dengan akhlak mahmudah dan dilanjutkan dengan menyampaikan
indikator pencapaian pada siswa.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

59

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

2.
3.

4.

5.

6.

Pembelajaran dimulai dengan guru mempresentasikan materi pokok pelajaran dengan menyajikan gambar perilaku terpuji.
Pembelajaran dilaksanakan dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa yang heterogen yaitu laki-laki dan perempuan dengan kemampuan akademik yang berbeda.
Membahas jawaban dari semua kelompok dengan salah satu anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Sedangkan kelompok
yang lain menanggapi dan guru mengevaluasi.
Guru membimbing siswa merangkum materi pelajaran yang dilanjutkan dengan mengerjakan Soal Kuis 1 (tes hasil belajar siklus I)
secara mandiri bukan secara kelompok dan guru mengevaluasi.
Guru mengumumkan penghargaan pada kelompok yang telah beraktivitas baik dan memahami materi adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, dilanjutkan dengan memberi tugas rumah berupa
portofolio dengan membuat resume tentang berbagai macam contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, dan bertamu, dan memberikan tugas baca atau mempelajari materi yang
akan dibahas pada pertemuan berikutnya, yaitu mengenai membiasakan perilaku terpuji dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, atau dan menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil kegiatan dan pengamatan tersebut diperoleh data-data
sebagai berikut :
1.

Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran
Pada tabel berikut disajikan data tentang pengelolaan pembe-

lajaran.
tabel 5
data Pengelolaan Pembelajaran kooperatif Stad
no.
I
II

60

aspek yang diamati
Persiapan
• Pelaksanaan
• Pendahuluan
• Menyampaikan indikator pencapaian
• Memotivasi siswa

Skor

kategori

3

Cukup baik

4
3

Baik
Cukup baik

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Agus Zamroni

III
IV

• Menghubungkan pelajaran sekarang
dengan pelajaran terdahulu
• Kegiatan inti
• Menyampaikan materi
• Mengatur siswa dalam kelompok
• Melatih keterampilan kooperatif
• Menyampaikan ide/pendapat
• Mendengarkan secara aktif
• Berada dalam tugas
• Menghargai pendapat orang lain
• Mengajukan pertanyaan
• Menjawab pertanyaan dan menanggapi
• Mengawasi kelompok secara bergantian
• Membantu kelompok yang mengalami
kesulitan
• Membimbing siswa menger-jakan LKS
• Memberi resitasi/umpan balik/ evaluasi
• Penutup
• Membimbing siswa membuat rangkuman
• Memberikan penghargaan
• Memberikan tugas rumah
Pengelolaan Waktu
• Suasana Kelas
• Berpusat pada siswa
• Siswa antusias
• Guru antusias

3

Cukup baik

4
4

Baik
Baik

3
3
4
3
4
3
3
4
4
4

Cukup baik
Cukup baik
Baik
Cukup baik
Baik
Cukup baik
Cukup baik
Baik
Baik
Baik

4
4
4
3

Baik
Baik
Baik
Cukup baik

3
4
4

Cukup baik
Baik
Baik

Pada tabel di atas, ada 4 tahap dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD, yaitu: (1) Persiapan, mendapat skor 3 (cukup baik); (2)
Pelaksanaan yang mempunyai 3 sub bagian pengamatan yaitu pendahuluan, mendapat skor rata-rata 3 (cukup baik), kegiatan inti mendapat
skor rata-rata 3,5 (cukup baik), dan penutup mendapat skor rata-rata
4 (baik); (3) Pengelolaan waktu mendapat skor 3 (cukup baik); dan (4)
Suasana kelas mendapat skor rata-rata 3,6 (mengarah ke baik).
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, fase yang mendapatkan skor
3 (cukup baik) adalah persiapan. Hal ini disebabkan karena sebagian
siswa kurang mengerti tentang metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan sebagian siswa datangnya terlambat sehingga mereka terkesan kurang siap mengikuti tahap 1.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

61

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

2.

Nilai Perkembangan Individu Terhadap Nilai Kelompok pada Siklus I

tabel 6
data nilai Perkembangan individu terhadap nilai kelompok Siklus i
no

nama Siswa

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.

Aini Arofah
Ambar Wijayanti
Andi Cahyo B
Arum Ngesti
Bayu Tri
Dannis Yoan
Desi
Dewinta
Dian
Dias
Dita Indra
Eli R
Fanny
Fendhi
Firman
Hardi
Herlina
Itus Erwin
Khoiri
Muhammad
Mahrisa
Maulana
Maya
Mochamad
Normaningsih
Nurrani F
Nurul S
One Yunita
Riska Agustin
Rizka Liatmaja
Satrya
Septian
Tamara
Tomi
Yayuk
Yuni

62

BS
(Pre-test)

kuis
(Post test )

(B-a)

60
61
64
71
54
44
71
65
58
71
61
60
62
46
60
70
72
63
65
54
65
60
70
58
53
60
62
51
63
55
55
58
59
50
59
60

70
71
74
70
64
54
70
75
68
70
60
80
62
56
70
80
72
73
64
64
75
60
80
68
63
70
72
50
73
65
65
68
69
50
69
70

10
10
10
-1
10
10
-1
10
10
-1
-1
20
0
10
10
10
0
10
-1
10
10
0
10
10
10
10
10
-1
10
10
10
10
10
0
10
10

iP
20
20
20
10
20
20
10
20
20
10
10
30
15
20
20
20
15
20
10
20
20
15
20
20
20
20
20
10
20
20
20
20
20
15
20
20

nama
team

Skor
team

aiP

gelar
team

Arrahman

80 17,50

Good
Team

Arrahim

75 17,50

Good
Team

Alwahid

85 17,50

Good
Team

Al Majid

70 18,75

Good
Team

AlFatah

75 16,25

Good
Team

Al Aziz

80 18,75

Good
Team

Al’afwu

90 17,50

Good
Team

AlQohhar

80

AlWahab

70

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Agus Zamroni

Pada siklus I rata-rata nilai Pre-Tes 61,67 dan rata-rata nilai PosTes 67,61 sedangkan nilai perkembangan individu berkisar antara 1020, dengan nilai kelompok rata-rata 18,05. Siswa kelas X SMA Negeri 1
Pacitan yang berjumlah 36 orang, dibagi menjadi 9 kelompok, masingmasing kelompok mempunyai 4 anggota. Pada proses pembelajaran siklus I, 8 kelompok mendapat penghargaan sebagai kelompok “Good”
dan 1 kelompok mendapat penghargaan sebagai kelompok “Great”. Hasil
ini perlu ditingkatkan lagi pada siklus selanjutnya.
3.

Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

Pada siklus I didapat hasil cukup baik dengan nilai rata-rata Pre-Tes
61,67 dan Pos-Tes 67,61. Hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
tabel 7
data hasil tes Belajar pada Siklus i
no.

karakteristik

nilai

1

N (Jumlah Siswa)

36

2

Rata-rata Pretest

61,67

3

Rata-rata Postest

67,61

4

Jumlah siswa yang tuntas ≥ SKBM

5

Jumlah siswa yang belum tuntas < SKBM

25
11

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 36 siswa yang mendapatkan
nilai ≥ SKBM 25 siswa. Jadi pembelajaran Siklus I dari 36 siswa yang 25
siswa tuntas belajarnya.
Selanjutnya pada tahap releksi diperoleh data bahwa dalam belajar,
siswa sudah menerapkan belajar kelompok kooperatif, hal ini dibuktikan hasil belajar siswa mengalami peningkatan 9,63 %, namun demikian
masih ada siswa yang belum memahami pembelajaran kooperatif tipe
STAD terutama dalam proses pembentukkan dan kerja kelompok, hal
ini berdampak pada keaktifan siswa yang masih banyak diantara mereka
bermain sendiri pada saat diskusi kelompok maupun pada saat presentasi hasil kerja kelompok.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

63

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Terakhir pada tahap Revisi perlu dilakukan perbaikan pada siklus
II nanti, yaitu pertama, perlu adanya sosialisasi sistem penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa sehingga siswa siap melakukan proses
pembelajaran dan berupaya untuk mendapatkan nilai sebaik-baiknya
untuk individu maupun kelompoknya. Kedua, guru hendaknya tidak
terlalu banyak membimbing siswa yang mengalami kesulitan karena
berdampak kurang baik terhadap siswa yaitu siswa kurang mandiri dan
akan bergantung pada penjelasan guru saja.
Pada siklus II, perencanaan yang dilakukan adalah 1)menyiapkan silabus II, 2)menyiapkan skenario pembelajaran (RP 2), 3)menyiapkan materi pelajaran, 4)menyiapkan lembar kerja siswa (LKS 2), 4)menyiapkan
lembar pengamatan pengelolaan kelas, 5)menyiapkan soal tes hasil belajar siklus II (Pos-Tes II), 6)memperhatikan releksi pada siklus I. Setelah
itu pada tahap kegiatan dan pengamatan dilakukan hal-hal berikut:
1. Awal pertemuan ke-II, guru mengaitkan pelajaran dengan mengingatkan siswa tentang pengertian perilaku tercela kemudian memotivasi siswa dengan menujukkan contoh-contoh perilaku tercela
yang sering dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
bertujuan agar siswa mudah mengingatnya. dilanjutkan dengan
menyampaikan indikator pencapaian.
2. Pembelajaran dimulai dengan guru mempresentasikan materi pokok pelajaran dengan menunjukkan gambar seseorang yang melakukan perbuatan tercela.
3. Guru membentuk kelompok kooperatif seperti pada pertemuan
sebelumnya dan mengingatkan pada setiap kelompok untuk beraktivitas lebih baik lagi dan maksimal. Pada tahap ini, guru meminta siswa mengerjakan LKS 2 yaitu tentang menghidari perilaku
tercela, sedangkan guru mengamati kegiatan dan memberi bantuan
pada kelompok yang mengalami kesulitan. Membahas jawaban dari
semua kelompok
4. Dengan menyuruh salah satu anggota kelompok membacakan
hasil diskusi, sedangkan kelompok yang lain menanggapi dan Guru
mengevaluasi.

64

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Agus Zamroni

5.

6.

Guru membimbing siswa merangkum materi pelajaran dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal Pos-Tes II (tes hasil belajar siklus
II) dan Guru mengevaluasi.
Guru mengemukakan penghargaan pada kelompok, memberikan
tugas rumah dan mempelajari materi berikutnya.

Dari hasil kegiatan dan pengamatan tersebut diperoleh data-data
sebagai berikut :
1.

Hasil pengamatan pengelolaan pengajaran

Pada tabel berikut disajikan data tentang pengelolaan pembelajaran:
tabel 8
data Pengelolaan Pembelajaran kooperatif tipe Stad
no.
I
II

III
IV

aspek yang diamati
Persiapan
• Pelaksanaan
• Pendahuluan
• Menyampaikan indikator pencapaian
• Memotivasi siswa
• Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran
terdahulu
• Kegiatan inti
• Menyampaikan materi
• Mengatur siswa dalam kelompok
• Melatih keterampilan kooperatif
• Menyampaikan ide/pendapat
• Mendengarkan secara aktif
Berada dalam tugas
• Menghargai pendapat orang lain
• Mengajukan pertanyaan
• Menjawab pertanyaan dan menanggapi
• Mengawasi kelompok secara bergantian
• Membantu kelompok yang mengalami kesulitan
• Membimbing siswa mengerjakan LKS
• Memberi resitasi / umpan balik / evaluasi
• Penutup
• Membimbing siswa membuat rangkuman
• Memberikan penghargaan
• Memberikan tugas rumah

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Skor

kategori
4 Baik

4 Baik
4 Baik
4 Baik

4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4

Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup baik
Baik

4 Baik
4 Baik
3 Cukup baik

65

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division






Pengelolaan Waktu
Suasana Kelas
Berpusat pada siswa
Siswa antusias
Guru antusias

4 Baik
4 Baik
4 Baik

Pada tabel di atas, pengelolaan kelas dengan model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD ada yang mengalami peningkatan dan ada yang
tetap. Pada bagian pertama yaitu persiapan meningkat menjadi skor 4
(baik). Bagian kedua (pelaksanaan) pada sub bagian pertama yaitu pendahuluan meningkat menjadi skor 4 (baik). Pada sub bagian kedua yaitu
kegiatan inti hampir keseluruhan aspek yang diamati mendapat skor 4
(baik) kecuali pada aspek menyampaikan ide/pendapat mendapat skor
3 (cukup baik). Pada bagian penutup mendapat skor tetap yaitu 4 (baik).
Sedangkan pengelolaan waktu mendapat skor tetap yaitu 3 (cukup baik).
Bagian keempat yaitu suasana kelas, skor secara keseluruhan mendapat
skor 4 (baik).
2.

Nilai Perkembangan Individu Terhadap Nilai Kelompok Siklus II

tabel 9
data nilai Perkembangan individu terhadap nilai kelompok Siklus ii
no

nama Siswa

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Aini Arofah
Ambar Wijayanti
Andi Cahyo B
Arum Ngesti
Bayu Tri
Dannis Yoan
Desi
Dewinta
Dian
Dias
Dita Indra
Eli R
Fanny
Fendhi
Firman
Hardi

66

BS
kuis
(Pre-test) (Pos-test)
60
62
73
63
59
54
69
75
75
65
55
68
56
55
69
70

70
72
74
73
70
65
70
76
73
75
65
86
66
55
69
76

(B-a)
10
10
1
10
11
11
1
1
-2
10
10
18
10
0
0
6

iP
20
20
20
20
30
30
20
20
10
20
20
30
20
15
15
20

nama
team

Skor
team

aiP

gelar
team

Arahman

90 20,00

Great
Team

Arrahim

85 25,00

Super
Team

Alwahid

95 20,00

Great
Team

AlMajid

80 17,50

Good
Team

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Agus Zamroni
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.

Herlina
Itus Erwin
Khoiri
Muhammad
Mahrisa
Maulana
Maya
Mochamad
Normaningsih
Nurrani F
Nurul S
One Yunita
Riska Agustin
Rizka Liatmaja
Satrya
Septian
Tamara
Tomi
Yayuk
Yuni

74
71
57
49
65
50
57
58
65
63
64
49
63
65
56
59
67
61
70
60

74
81
67
49
69
67
68
69
66
67
74
60
72
70
65
66
67
61
72
66

0
10
10
0
4
17
11
11
1
4
10
11
9
5
10
7
0
0
2
6

15
20
20
15
20
30
30
30
20
20
20
30
20
20
20
20
15
15
20
20

Alfatah

70 17,50

Good
Team

Al’aziz

75 27,50

Super
Team

Al’afwu

80 22,50

Great
Team

Alqahar

80 20,00

Great
Team

Alwahab

80 17,50

Good
Team

Pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata nilai Pre-Tes
62,33 dan rata-rata Pos-Tes 69,02 sedangkan nilai perkembangan individu berkisar 10-30. Peningkatan ini dapat dilihat ada 3 kelompok yang
mendapat penghargaan “Good”, 4 kelompok mendapat penghargaan
“Great” dan 2 kelompok mendapat penghargaan “Super”.
3.

Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Dari hasil ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
tabel 10
data hasil tes Belajar Siswa pada Siklus ii
no.

karakteristik

nilai

1

N (Jumlah Siswa)

36

2

Rata-rata Pretest

62,33

3

Rata-rata Postest

69,02

4

Jumlah siswa yang tuntas ≥ SKBM

5

Jumlah siswa yang belum tuntas < SKBM

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

32
4

67

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Pada siklus II ini, hasil ketuntasan belajar siswa secara individu dapat dikatakan memuaskan. Hal ini terjadi karena dari 36 siswa, hanya 4
siswa yang belum mendapatkan ketuntasan belajar.
Selanjutnya pada tahap releksi diperoleh data bahwa proses
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada Siklus II dilihat hasil Pre-Tes
dan Pos-Tes terdapat peningkatan hasil belajar siswa 10,73 %, hal ini
terjadi karena kelemahan-kelemahan pada Siklus I sudah dapat diatasi
dengan adanya siswa dapat mengatasi permasalahan sendiri tidak tergantung pada guru karena aktiitas guru membantu kelompok berkurang.
Siswa sudah memahami Pembelajaran Kooperatif tipe STAD terlihat
saat pengelompokkan siswa langsung melakukan diskusi kelompok dan
setiap anggota kelompok aktif mengikutinya, pada saat presentasi berlangsung siswa sangat antusias memperhatikan hasil presentasi temannya dengan mengajukan pertanyaan maupun menanggapinya.
Terakhir, pada tahap tindak lanjut (follow up), anak yang belum
mengalami ketuntasan belajar (4 Siswa) akan diberikan program perbaikan khusus dengan memberi tugas membuat beberapa kliping tentang perilaku terpuji. Sedangkan pada anak yang sudah mengalami
ketuntasan belajar (32 siswa) guru akan memberikan program pengayaan dengan memberi tugas membuat lealet atau poster tentang perilaku terpuji dan tercela.

PenutuP
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dalam pendidikan karakter siswa sehingga meningkatkan
ketuntasan belajar siswa, hal ini dapat dibuktikan dengan :
1. Inovasi pembelajaran PAI ini meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola KBM mengalami peningkatan dari Siklus I, dan
Siklus II yaitu dengan nilai rata-rata 3,37 pada siklus I dengan kategori baik menjadi 3,80 (mendekati nilai maksimal 4,00) dengan
kategori baik pada Siklus II.

68

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

Agus Zamroni

2.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu:
pada Siklus I, siswa mengalami peningkatan hasil belajar 9,63 % sehingga siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 25 siswa
dan pada siklus II siswa mengalami peningkatan hasil belajar 10,73
% sehingga siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 32
siswa. [ ]

endnoteS
َ َ ْ َْ َ ََ
َْ
ٍ‫لق ْد خلقنَا اإن َسان ِي أ ْح َس ِن تقوِيم‬

1

2

3

4

5

6

7

8

َ َ ‫َولََق ْد َكَرمْنَا بَن آ َدَم َو‬
‫ات َوَف َضلْنَا ُه ْم عَلَى َكثِرٍ ِمَ ْن َخلَْقنَا تَْف ِضيا‬
ِ ‫حلْنَا ُه ْم ِي الَْبِّ َوالَْب ْحرِ َو َر َزقْنَا ُه ْم مِ َن ا َلطيَِّب‬
ِ

َ َُ
ُ
‫يُرِ ُيد اه أ ْن َُيّفِ َف َعنْك ْم َو ُخلِ َق اإنْ َسا ُن َضعِ ًيفا‬

Ibrahim, Muslimin dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Un Pres Unesa,
2000), hlm. 11
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1992),
hlm. 5.
Muh. Nur, Pemotivasian Siswa untuk Belajar, (Surabaya: University Press Unesa ,
2001), hlm. 32
Muh. Nur, Keterampilan Kooperatif, (Surabaya: Un Pres Unesa, 2000), hlm.
42
Penelitian ini dilakukan penulis pada tanggal 19 April 2011untuk siklus I,
dan tanggal 24 April 2011 untuk siklus II.

daftar PuStaka
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Mi­
lennium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru,
1992.
Muhaimin, Kurikulum PAI di Sekolah Umum Antara Harapan dan Tan­
tangan, makalah disajikan pada penataran GPAI, 2004.

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012

69

Pendidikan Karakter Siswa dalam Pembelajaran PAI Model Student Teams Achievement Division

Muslimin dkk., Ibrahim, Pembelajaran kooperatif, Surabaya: University
Pres Unesa, 2000.
Nur, Muh., Ketrampilan kooperatif, Surabaya: Un Pres Unesa, 2000.
_________, Pemotivasian Siswa untuk Belajar, Surabaya: University Press
Unesa, 2001
Sardiman, A. M. Interaksi dan Motivasi Belajae Mengajar, Jakarta: Bina
Aksara, 1996
Sutarto, Ayu, Budi Pekerti Suatu Tinjauan Filosois, makalah disajikan
dalam sarasehan budi pekerti, Surabaya, 2004.
Wriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

70

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 1, Januari 2012