Peran Media Sosial Dalam Membantu Revolu

PERAN MEDIA SOSIAL DALAM MEMBANTU
REVOLUSI DI NEGARA – NEGARA TIMUR TENGAH
Oleh : Nurul Dewi Utari
105120401111009

Ringkasan Eksekutif

T

ulisan ini akan mengangkat mengenai bagaimana media – media
sosial seperti twitter, facebook dan twitter telah berkembang dan
menjadi alat bagi para demonstran dan aktivis di berbagai negara

di Timur - Tengah untuk melancarkan proses demokratisasi yang sedang
diupayakan. Selain itu tulisan ini akan memaparkan mengenai teori social network
yang menyatakan bahwa adanya media sosial akan menciptakan komunitas yang
utopis. Tulisan ini menjadi penting dan menarik dikarenakan adanya teori social
network tersebut yang tidak sesuai jika digunakan untuk mengkaji kasus
pergolakan yang terjadi di negara – negara Timur – Tengah. Adanya media sosial
justru memberikan warna baru, dan varian baru dalam perpolitikan dunia,
digunakan untuk tujuan politik tertentu, dan menjadi senjata non-konvensional.


Latar Belakang

Fenomena media sosial telah menciptakan suasana baru dalam arus
informasi kepada masyarakat luas. Media sosial telah membuat siapa saja yang
ingin membuat berita, dapat membuat berita sesuai dengan keinginan
pembuatnya. Gambar yang telah dipaparkan penulis diatas menunjukkan bahwa
saat ini era media konvensional perlahan mulai tergeser oleh adanya media sosial.
Hal tersebut dibuktikan ketika terjadi konflik di negara – negara Arab, media
sosial telah menjadi “media” bagi para demonstran untuk menunjukkan
bagaimana kekerasan dan “kejahatan” yang telah dilakukan oleh pihak pemerintah
yang sedang mempertahankan kekuasaannya. Pada kasus gejolak dan konflik
yang terjadi di negara – negara Arab, telah muncul sebuah pola yang sangat
menarik untuk diteliti mengenai bagaimana media sosial, yang dimiliki oleh para
warga negara di negara – negara Arab digunakan untuk membangun sebuah
gerakan sosial, serta digunakan untuk menarik perhatian, simpati, dan empati dari
masyarakat di dalam negeri, maupun masyarakat dunia. Bahkan di dalam berita
yang dikeluarkan oleh salah satu situs berita online terpapar bahwa beberapa surat
kabar menuliskan FACEBOOK REVOLUTION ataupun TWITTER REBELLION
di headline surat kabarnya1. Kedua media tersebut ditambah dengan media sosial

youtube, menjadi tiga media yang paling menjadi sorotan dunia. Penggunaan
media sosial ini semakin menguatkan efek dari globalisasi yang juga
mempermudah persebaran informasi.
Pergeseran era informasi dimana sebelumnya, mayarakat memperoleh
informasi dari surat kabar, maupun berita elektronik yang di produksi oleh sebuah
kantor berita, mengalami proses editing dan proses sensor, dan dikerjakan oleh
seseorang yang ahli di bidang jurnalistik, menjadi era media sosial dimana
Menurut Andreas Kaplan dan Michael Heinlein media sosial merupakan sebuah
kelompok aplikasi internet yang menghasilkan kreasi dari penggunanya dan dapat
pengguna dapat saling bertukar informasi di dalamnya. 2 Dari definisi tersebut
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa era media sosial terjadi ketika masyarakat
1

Facebook, Twitter, Youtube Help The Arab Spring Blossom, diakses dari
http://www.wired.com/magazine/2013/04/arabspring/ pada tangal 08 Januari 2014-01-15
2
Social Media Resources, diakses dari http://www.iaee.com/resources/social_media_resources
pada tanggal 08 Januari 2013

memperoleh informasi dari sesama masyarakat yang bebas untuk menyuarakan

isu, kabar berita sesuai dengan apa yang dialaminya tanpa sensor, editing, dan
hanya didasarkan pada sudut pandangnya saja.
Terdapat sebuah teori yang dapat menjelaskan mengenai fenomena media
sosial yang telah mempengaruhi terjadinya revolusi di negara – negara Arab
seperti Mesir, Libya, dan Suriah. Social Network Theory atau teori jaringan sosial
menurut Wattz dan Stogratz merupakan teori yang didasarkan pada anggapan
bahwa secara biologis, teknologis ataupun diantaranya, pola tersebut muncul di
setiap aspek dalam kehidupan yang mewakili organis, dan dapat sistem organisasi
yang dapat diprediksikan.3 Lebih lanjut Wattz dan Stogratz membuat karakteristik
bahwa jaringan merupakan sesuatu yang sangat terhubung, mengelompokkan
dunianya dengan sangat baik dengan karakteristik langkah yang pendek.4 Inti dari
Social Network Theory ini adalah semakin lemahnya suatu koneksi, maka akan
semakin memperkuat jaringan yang telah dikarakteristikkan oleh dunia yang kecil
dan tersentralkan.5 Selain itu, Castell menyatakan juga menjelaskan bagaimana
jaringan, dan membuat sebuah jaringan memiliki kekuatan yang tidak dapat
diduga. Conell telah meminjam penjelasan yang dilakukan oleh Castell mengenai
bagaimana internet telah menghasilkan komunitas yang utopis, komunal, dan
kebebasan yang tersembunyi. Castell menjelaskan networking power dapat terjadi
karena adanya aktor yang memiliki kapabilitas untuk membangun sebuah
jaringan, dan network-making-power sebagai kemampuan sebuah programmer

yang ahli di bidang teknologi dan informasi untuk memanipulasi arus pengaruh
yang akan masuk ke dalam jaringan.6
Dari penjelasan Castell yang menjelaskan bahwa era internet telah
menghasilkan komunitas yang utopis, apabila ditarik ke dalam kasus bagaimana
pergolakan yang terjadi di negara – negara Arab seperti Mesir, Libya, dan Suriah
3

Connel, Carrie O.2011, Network Theory and Political Revolution:
A Case Study of the Role of Social Media in the Diffusion of Political Revolution in Egypt
Journalism and Media Studies, San Diego State University
4
ibid
5
ibid
6
ibid

maka teori tersebut menjadi berseberangan. Karena dalam kasus tersebut adanya
internet justru telah membentuk komunitas, dan gerakan sosial yang ‘nyata’ dan
benar benar sangat mempengaruhi pergolakan yang terjadi karena mampu

menciptakan gerakan sosial yang sangat kuat dan berskala besar.

Pembahasan
Negara – negara di Timur Tengah cenderung memiliki sistem
pemerintahan yang sama, dan identik satu sama lain. Pola pemerintahan dan
sistem negaranya sudah dapat terlihat yaitu Kerajaan Monarki Absolut ataupun
Negara “demokratis” dengan pemimpin diktator. Dengan semakin menguatnya
nilai – nilai modernitas dan meningkatnya globalisasi, setiap manusia bebas untuk
mengakses berita, dan bahkan ilmu pengetahuan. Kebebasan akses tersebut
membuat masyarakat di negara – negara Arab semakin terbuka dan berkembang
pemikirannya atas apa yang selama ini dirasakan warga negaranya merupakan
bentuk penindasan dan ketidak adilan oleh para penguasa negaranya. Terdapat
tiga negara yang akan menjadi fokus permasalahan dalam tulisan ini yaitu mesir,
libya, dan suriah.
1. Mesir :
Mesir yang terletak di Afrika Utara merupakan negara dengan mayoritas
muslim, dan memiliki tingkat keakmuran yang cukup baik dikarenakan
adanya terusan Suez dan sungai Nil. Dengan bentuk Republik, seharusnya
Mesir dapat dikatakan sebagai negara yang demokratis. Namun apa yang
direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan ketika para penguasa negara

terus ingin melanggengkan kekuasaan negaranya. Selama lebih dari 30
tahun Presiden Hosni Mubarak telah memerintah Mesir dan selama itu
pula warga negara mesir tidak melakukan pemberontakan apapun, atau
walaupun terdapat pemberontakan bukan merupakan pemberontakan yang
berarti bagi pemerintah dan militer Mesir. Hingga pada tahun 2011 ketika
terdapat sekelompok orang yang menamakan kelompok tersebut moslem

brotherhood7 menyuarakan suaranya agar Presiden Hosni Mobarak segera
mundur dari jabatannya. Kelompok ini merupakan salah satu gerakan
sosial yang didasarkan pada agama islam, yang banyak mempengaruhi
beberapa peristiwa di Mesir, bahkan di negara lain. Kekacauan yang
terjadi di Mesir berlangsung selama kurang lebih 2 bulan hingga Hosni
Mubarak turun dari jabatannya. Sejak awal Januari 2011 sejumlah aktivis
sudah melakukan aksi di Kairo menuntut adanya perubahan mengenai
tingginya angka pengangguran, dan korupsi.8 Tidak disangka ternyata
aksi terebut telah menyebar di beberapa kota lain dan skala nya bertambah
besar. Aksi tersbut semakin berlalrut dan berubah menjadi pergolakan
yang mengerikan dimana militer negara mesir telah menggunakan senjata
– senjata untuk meredam aksi demonstran.9 Didalam kekacauan yang
terjadi ini, jaringan internet untuk mengakses blackberry messenger,

twitter, facebook, maupun youtube mengalami gangguan. Gangguan
tersebut banyak dipercaya sebagai upaya dari pemerintah untuk meredam
aksi para demonstran yang terus melaporkan kejadian secara langsung di
akun media sosialnya masing – masing. Semakin sering demonstran
melaporkan kejadian tersebut ternyata, telah menghasilkan sebuah efek
domino dimana masyarakat di kota lain juga melakukan aksi di daerahnya
masing masing untuk menuntut Presiden Hosni Mubarak agar turun dari
jabatannya. Sebanyak ratusan orang menjadi korban dan ribuan
mengalami luka – luka dalam pergolakan dan kekacauan yang terjadi dari
bulan Januari hingga Februari tersebut. Pada akhirnya perjuangan
masyarakat Mesir dalam menuntut Presidennya untuk turun dari
jabatannya berhasil, pada tanggal 11 Februari 2011 Presiden Husni
Mobarak menyatakan mundur sebagai Presiden Republik Mesir dan
7

Profile: Egypt's Muslim Brotherhood diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east12313405 pada tanggal 12 Januari 2014
8
Timeline: Egypt's revolution A chronicle of the revolution that ended the three-decade-long
presidency of Hosni Mubarak. Diakses dari
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2011/01/201112515334871490.html pada tanggal 15

Januari 2014
9
ibid

menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada Militer Mesir. 10 Revolusi di
Mesir ini dikatakan telah berhasil karena adanya aktor aktor intelektual
yang telah merancang adanya pergolakan. Salah satunya adalah Wael
Ghonim. Wael Ghonim merupakan Google Marketing Executive yang
mengatur adanya revolusi melalui facebook. Bagi masyarakat Ghonim
merupakan seorang pahlawan yang sangat berjasa terhadap perubahan
yang ada di Mesir. Namun, bagi pemerintahan Ghonim merupakan musuh
negara yang sangat
2. Libya
Libya, salah satu negara timur tengah yang juga berlokasi di Afrika Utara
yang juga memiliki pemerintahan yang otoriter, dan memiliki pemimpin
negara yang memimpin Libya selama lebih dari 40 tahun, Moammar
Khadafi. Selama 40 tahun lebih Moammar Khadafi memimpin Libya,
Khadafi memiliki kekayaan yang sangat melimpah sehingga terdapat
golongan masyarakat tertentu yang melihat ketidakadilan yang sangat
melukai rakyat Libya. Hingga akhirnya pada tahun 2011 terjadilah

pergolakan di negara – negara Arab termasuk juga Libya, yang mengalami
efek domino dari apa yang terjadi di Mesir. Pergolakan yang terjadi di
Libya memakan waktu yang lebih lama, yaitu delapan bulan sejak bulan
Februari hingga bulan Oktober 2011, dibandingkan dengan Mesir yang
hanya memakan waktu 2 bulan. Pergolakan tidak hanya terjadi di ibukota
Libya, Tripoli, tetapi juga terjadi di kota – kota lain seperti Benghazi.
Hingga pada saat penangkapan Khadafi, di rekam dalam video dan
diunggah ke situs youtube, yang awalnya mendapatkan suntikan semangat
tersendiri bagi rakyat Libya. Namun berbanding terbalik dengan apa yang
dirasakan oleh rakyat Libya, adanya video yang dapat disaksikan oleh
seluruh umat manusia di dunia justru mendatangkan protes dari
masyarakat internasional. Sejumlah kelompok anti pemerintah yang telah
menangkap Moamar Khadafi dianggap tidak memiliki hati nurani dan
10

ibid

telah melanggar Hak Asasi Manusia karena menyiksa Moamar Khadafi
dengan sangat tidak manusiawi, dan membunuhnya dengan sebuah
tembakan tepat di kepala.11

3. Suriah :
Meskipun belum berhasil melakukan revolusi di negaranya, namun
pergolakan dan kekacauan yang bertujuan untuk meruntuhkan Rezim
Presiden Bazar Al- Assad sudah cukup menarik perhatian dunia. Efek
domino pun terjadi setelah kedua negara Mesir dan Libya berhasil
melakukan revolusi di negara masing – masing. Pemberitaan mengenai
kekacauan di Suriah sudah sangat jelas tersorot dan mendapat perhatian
masyarakat internasional tentang bagaimana kemewahan yang dimiliki
penguasanya. Namun hingga saat ini Presiden Bazar Al-Assad tetap
bertahan menggunakan seluruh kekuatan militer untuk melawan
demonstran

dan

kelompok

aktivis

yang


menentang

pemerintah.

Berdasarkan data dari PBB sekitar 1000 orang sudah menjadi korban dari
pergolakan di Suriah.12 Hal yang serupa seperti di Mesir juga terjadi di
Suriah ketika Syrian American Council yang merupakan sebuah organisasi
grassroot yang menuntut demokrasi dan kebebasan di Suriah13, melakukan
sebuah wawancara dengan aktivis revolusi di dalam dan luar negeri yang
telah memnggunakan internet sebagai alat pembantu revolusi14. Aktivis
tersebut telah memaparkan seluruh daftar kegiatan yang akan dilaksanakan
melalui internet, bagaimana seluruh kegiatan didiskusikan melalui sosial
media yang dimiliki oleh masing – masing aktivis.15 Bahkan menurut situs
Social Media Exchange, seluruh kegiatan yang dilakukan oleh para aktivis
11

Eight month struggle : Timeline of Libyan Revolution diakses dari
http://www.alarabiya.net/articles/2011/10/20/172797.html pada tanggal 15 Januari 2014
12
Syria, Origins of the uprising : diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-17344858
pada tanggal 14 Januari 2013
13
Syrian American Council- freedom and democracy in Syria diakses dari
http://www.sacouncil.com/ pada tanggal 16 Januari 2014
14
How Social Media Has Helped the Syrian Revolution: A Hangout diakses dari
http://www.smex.org/syrian-internet-revolution/ pada tanggal 16 Januari 2014
15

ibid

dan dipaparkan di media sosial sengaja dilakukan untuk membentuk
legitimasi dan kredibilitas untuk membuktikan bahwa kelompok mereka
ada dan nyata, dan dapat mendominasi militer.16
Dari ketiga kasus di negara tersebut sudah dapat terlihat dengan jelas
bahwa internet merupakan sesuatu yang penting bagi para aktivis dan demonstran
untuk di gunakan sebagai media komunikasi maupun membangun gerakan sosial.
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada latar belakang, media sosial telah
hadir di dalam setiap aspek manusia. Manusia telah berkomunikasi satu sama lain
dan telah membuat jaringan, dan ketika terdapat media sosial, jaringan akan lebih
cepat terbentuk dan informasi pun akan lebih mudah untuk disebarkan kepada
sesama anggota. Media – media sosial yang paling sering digunakan pada saat
pergolakan di Mesir, Libya dan Suriah adalah Twitter, Facebook dan Youtube.
Twitter merupakan suatu situs mikro blogging dan jaringan sosial yang
menyediakan fasilitas bagi penggunanya untuk menulis dengan maksimal 160
karakter dalam setiap tweet nya.17 Sedangkan facebook yang lebih dulu hadir dan
memiliki fitur yang lebih lengkap merupakan sebuah media sosial yang ditemukan
oleh Mark Zuckenberg, seorang mahasiswa Harvard yang sangat pintar dan
sempat mendapat cemoohan dari orang – orang disekelilingnya. Dengan adanya
media sosial yang menjamur dan telah menjadi populer, menunjukkan telah
terjadi liberalisasi teknologi dan telekomunikasi di negara – negara di Arab yang
selama ini dianggap tertutup, dan kurang maju. Namun dengan berkembangnya
telekomunikasi dan teknologi di negara – negara Arab, tidak sejalan dengan
kebebasan pers yang seharusnya beriringan. Pada studi kasus di negara Mesir,
negara telah mengeluarkan undang – undang yang melarang kebebasan pers, dan
hal tersebut sangat mengejutkan media internasional.18 Apa yang telah dipaparkan
Conell mengenai social network theory bahwa sesuatu yang hanya tejadi di

16

Ibid
Connect with people, wherever you are, whenever you like, diakses dari
https://about.twitter.com/ pada tanggal 15 Januari 2014
18
Connel, Carrie O.2011, Network Theory and Political Revolution:
A Case Study of the Role of Social Media in the Diffusion of Political Revolution in Egypt
Journalism and Media Studies, San Diego State University
17

internet merupakan sesuatu yang tidak nyata ternyata hanyalah isapan jempol
belaka. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya gerakan sosial yang terjadi
di beberapa negara di Timur Tengah yang melakukan revolusi dan menggunakan
media sosial sebagai perangkat komunikasinya.

Kesimpulan
Jangan pernah melupakan sebuah konsep “people power” karena suara
rakyat terkadang lebih besar dan lebih berkuasa daripada seorang pemimpin yang
diktator. Dengan meminjam istilah “sedikit – sedikit lama – lama menjadi bukit”,
rakyat biasa tampaknya memang hanya bagian kecil dari negara yang tidak
memiliki pengaruh apapun terhadap kebijakan dan apa yang terjadi pada negara
tersebut. Namun bila rakyat – rakyat biasa saling berkumpul, membentuk
kelompok dan komunitas yang didasarkan pada kesamaan rasa, identitas, dan
kesamaan nasib, maka kekuatan dari rakyat akan menjadi tak tertandingi. Teori
yang dipaparkan oleh Conell, seorang penstudi komunikasi bahwa sebuah media
sosial hanyalah sebatas media sosial dan tidak akan berbuah menjadi nyata.
Tampaknya apa yang telah dinyatakan Conell tidak sepenuhnya benar karena
dengan adanya revolusi di Mesir, meskipun para anggota kelompok pemberontak
dan aktivis tidak bertatap muka secara langsung namun segala strategi dan
rencana dapat disebarkan melalui media sosial, dan dapat dengan mudah di terima
oleh para anggota. Dengan adanya media sosial, masyarakat yang ada di negara –
negara yang dianggap tertutup dan jauh dari modern dapat mengakses informasi,
dan menjadi berkembang pengetahuannya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai
liberalisasi pengetahuan. Diharapkan selanjutnya proses demokrasi dapat berjalan
dengan baik di negara – negara di dunia tanpa adanya kekerasan, dan korban
dengan jumlah yang banyak yang berjatuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Online :
Connel, Carrie O.2011, Network Theory and Political Revolution:
A Case Study of the Role of Social Media in the Diffusion of Political Revolution in Egypt
Journalism and Media Studies, San Diego State University
Web :
Al Arabiya News, 2011, Eight month struggle : Timeline of Libyan Revolution diakses dari
http://www.alarabiya.net/articles/2011/10/20/172797.html pada tanggal 15 Januari
2014
Al Jazeera, 2011, Timeline: Egypt's revolution A chronicle of the revolution that ended the
three-decade-long presidency of Hosni Mubarak. Diakses dari
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2011/01/201112515334871490.html pada
tanggal 15 Januari 2014
BBC News Middle East, 2013, Journalism and Media Studies, San Diego State University
Profile: Egypt's Muslim Brotherhood diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/worldmiddle-east-12313405 pada tanggal 12 Januari 2014
BBC News Middle East, 2012, Syria, Origins of the uprising : diakses dari
http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-17344858 pada tanggal 14 Januari 2013
David Wolman, 2013, Facebook, Twitter, Youtube Help The Arab Spring Blossom, diakses
dari http://www.wired.com/magazine/2013/04/arabspring/ pada tangal 08 Januari
2014
Exebhitions and Events Mean Business, Social Media Resources, diakses dari
http://www.iaee.com/resources/social_media_resources pada tanggal 08 Januari 2013
Syrian American Council- freedom and democracy in Syria diakses dari
http://www.sacouncil.com/ pada tanggal 16 Januari 2014
Smex, 2011, How Social Media Has Helped the Syrian Revolution: A Hangout diakses dari
http://www.smex.org/syrian-internet-revolution/ pada tanggal 16 Januari 2014
Twitter, Connect with people, wherever you are, whenever you like, diakses dari
https://about.twitter.com/ pada tanggal 15 Januari 2014