PENGARUH PROFESIONALISME INDEPENDENSI KO. pdf

PENGARUH PROFESIONALISME, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN
PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT DI KANTOR AKUNTAN
PUBLIK BANDUNG
Fietoria
School of Accounting
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected]
Elisabeth Stefany Manalu
School of Accounting
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of professionalism, independence, competence, and work
experience have an impact toward audit quality, both partially or simultaneously. The type research is
quantitative research causality. Data obtained in this study are primary data through questionnaires
closed to the auditor who works at KAP Bandung listed in the Directory Ikatan Akuntan Publik
Indonesia in 2015.
The result in this study is the professionalism, independence, and work experiencepartially no
significant effect on audit quality except competence partially significant effect on audit quality, while
simultaneous professionalism, independence, competence, and work experience effect on audit quality.
Keywords: Audit quality, Competence, Independence, Professionalism, Work Experience


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi, dan
pengalaman kerja terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik baik secara parsial maupun
simultan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat kausalitas. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer melalui penyebaran kuesioner tertutup kepada
auditor yang bekerja di KAP Bandung yang terdaftar di Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme, independensi, pengalaman kerja secara
parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit kecuali kompetensi secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan secara simultan profesionalisme,
independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit.
Kata Kunci: Independensi, Kualitas Audit, Kompetensi, Pengalaman Kerja, Profesionalisme

1.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen yang
dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pengguna untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, laporan keuangan yang disajikan harus relevan dan dapat diandalkan. Para
pemakai informasi menggunakan jasa auditor eksternal untuk mengukur karakteristik yang
dibutuhkan dan memberikan jaminan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen

relevan dan dapat diandalkan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang
berkepentingan.
Akuntan publik mendapat kepercayaan dari klien dan pihak-pihak lain untuk
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh klien. Laporan keuangan yang
telah di buat perlu diaudit oleh auditor eksternal karena laporan keuangan kemungkinan
mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Besarnya
1

kepercayaan pengguna laporan keuangan pada akuntan publik ini mengharuskan akuntan
publik memperhatikan profesionalismenya yang akan mempengaruhi kualitas auditnya.
Profesionalisme merupakan suatu keharusan bagi seorang auditor dalam menjalankan
tugasnya. Profesionalisme seorang profesional akan semakin penting apabila profesionalsime
dihubungkan dengan hasil kerja individunya sehingga pada akhirnya dapat memberi keyakinan
terhadap laporan keuangan bagi sebuah perusahaan atau organisasi dimana auditor bekerja.
Oleh karena itu, auditor dituntut untuk profesional dalam setiap tugasnya, auditor yang
memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusinya yang dapat
dipercaya oleh para pengambil keputusan.
Selain ini juga, akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa
kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh
klien. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran

laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Oleh karena itu, akuntan publik memiliki kewajaran menjaga
kualitas audit yang dihasilkannya (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).
Seorang auditor juga membutuhkan sikap yang independen dan mematuhi kode etik
yang sudah ditetapkan demi mendapatkan kualitas audit yang baik. Auditor harus memegang
teguh independensinya sehinga dapat melakukan audit dengan baik. Auditor harus memiliki
sikap netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan. Jika independensi dari auditor
terganggu maka dapat mempengaruhi kualitas dari hasil audit.
Seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi terlebih dahulu sebelum
dapat menjadi independen karena seorang auditor yang tidak kompeten tidak mungkin dapat
bertindak independen dalam melaksanakan tugas auditnya. Auditor yang tidak berkompeten
cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas auditnya karena
keterbatasan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki.
Auditor dalam melaksanakan audit harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang
selanjutnya melalui pengalaman dan praktik audit. Selain itu auditor harus menjalani pelatihan
teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Adanya pelatihan
khusus bagi auditor bertujuan untuk meningkatkan mutu personal dan meningkatkan keahlian
khusus di salah satu bidang untuk auditor menghasilkan kualitas audit yang baik.

Kompetensi merupakan kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan
audit dengan benar dan juga bermanfaat untuk menjaga objektivitas dan integritas auditor.
Selain profesionalisme, independensi dan kompetensi, pengalaman kerja seorang
auditor juga merupakan suatu faktor yang penting untuk menunjang suatu kualitas audit yang
baik. Adanya pengalaman kerja yang baik seorang auditor akan memiliki keahlian audit dalam
mendeteksi masalah yang diperiksanya. Pengalaman kerja juga sangat berperan penting dalam
meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor.
Berdasarkan kasus yang terjadi pada akuntan publik, maka KAP perlu meningkatkan
kualitas audit sehingga dapat dipercaya oleh pihak yang berkepentingan. Selain itu, terkait
kasus-kasus kegagalan audit muncul pertanyaan bagaimana kualitas audit yang dihasilkan,
seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini, seberapa besar tingkat
profesionalisme terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Kualitas audit penting karena dengan
kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya
sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain seperti investor. Selain itu adanya
kekawatiran akan merebaknya skandal keuangan dapat mengikis kepercayaan publik terhadap
laporan keuangan dan profesi akuntan publik.

2

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan berbagai uraian diatas, maka rumusan masalah yang diambil oleh penulis
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh profesionalisme terhadap kualitas audit?
2. Bagaimana pengaruh independensi terhadap kualitas audit?
3. Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit?
4. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit?
5. Bagaimana pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman
kerja terhadap kualitas audit?
II. TINJAUAN LITERATUR
II.1 Tinjauan Teori
II.1.1 Profesionalisme
Seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai
keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau
profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan
tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Institut Akuntan Publik
Indonesia, 2011).
Standar umum yang ketiga menyebutkan bahwa pelaksanaan audit dalam penyusunan
laporannya menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dam seksama (Institut
Akuntan Publik Indonesia, 2011). Auditor dalam menjalankan perannya, dituntut ntuk
memiliki tanggung jawab yang semakin besar. Sikap profesionalisme seoang auditor sangat

berperan penting dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Auditor adalah profesional
yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama. Kecermatan
mencakup pertimbangan mengenai kelengkapan dokumentasi audit, kecukupan bukti audit,
serta kelengkapan laporan audit. Sebagai profesional, auditor tidak boleh bertindak ceroboh
atau dengan niat buruk, tetapi mereka juga tidak diharapkan selalu sempurna (Arens, Elder, &
M., 2011).
II.1.3 Independensi
Independensi menurut Arens, Elder, & M. (2011) dapat diartikan mengambil sudut
pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus
independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila
auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan
independensi dalam penampilan (independence in apperance) adalah penghindaran fakta dan
keadaan yang begitu signifikan yang bagi pihak ketiga yang layak dan mempunyai cukup
informasi (reasonable and informed third party) akan menyimpulkan bahwa integrity,
objectivity atau professional skepticism dari anggota tim sudah tercemar.
Independensi menurut Mulyadi (2011) adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi menurut
Arens, Radal, Mark, & Amir (2011), berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam
pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit.
Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah dalam semua hal yang berkaitan

dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap
mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat
mempengaruhi independensinya. Pernyataan standar umum kedua ini menjelaskan bahwa
organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan
independensinya sedemikian rupa sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan dan
rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak
memihak oleh pihak manapun (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).
3

II.1.4 Kompetensi
Standar umum pertama dalam SPAP menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
(Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Standar ini diinterpretasikan sebagai keharusan bagi
auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi serta mengikuti
pendidikan profesional yang berkelanjutan (Arens, Elder, & M., 2011).
Arens, Elder, & M. (2011) menegaskan bahwa:
“Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan
harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan
guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti”.
Arens mengingatkan juga bahwa kompetensi orang-orang yang bertugas untuk

melaksanakan kegiatan audit tidak akan ada nilainya apabila tidak bersikap independen dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Menurut Tuanakotta (2013), kompetensi merupakan
keahlian seorang auditor diperoleh dari pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan. Setiap
auditor wajib memenuhi persyaratan tertentu untuk menjadi auditor. Menurut Lilis (2010)
seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang
atau tidak pernah membuat kesalahan.
II.1.5 Pengalaman Kerja
Menurut Hasibuan (2010) pengalaman auditor adalah tingkat pengetahuan auditor yang
diperoleh dari kurun waktu yang panjang dan menambah serta memperluas pengetahuannya
dalam menghadapi hal yang material. Pengalaman seseorang ditunjukkan dengan telah
dilakukannya berbagai pekerjaan atau lamanya seseorang dalam bekerja untuk mendapatkan
ilmu yang sebenarnya selain dari pendidikan formal. Semakin lama masa kerja dan pengalaman
yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin baik dan kualitas audit yang dihasilkan akan
semakin baik. Auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian dan kemampuan yang
baik dalam menyelesaikan pekerjaannya.
II.1.6 Kualitas Audit
Kualitas audit menurut Arens, Elder, & M. (2011) adalah sebagai berikut:
“Audit quality means how tell an audit detects an report material misstatement in
financial statement. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while
reporting is a reflection of ethic or auditor integrity, particulary independence”.

Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan oleh
seorang auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing
yang berlaku umum (generally accepted auditing standards = GAAS) dan standar
pengendalian mutu. Standar auditing tersebut menjadi acuan auditor dalam memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2011).
Menurut Budiman (2010) kualitas audit yang dihasilkan dinilai dari seberapa banyak
auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan. Kualitas
audit juga bisa dilihat dari kualitas keputusan yang diambil. Menurut Hasibuan (2010) kualitas
audit merupakan suatu hasil kerja auditor dalam mengevaluasi tentang kewajaran pada laporan
keuangan klien dan melaporkanya.
Auditor harus memiliki kualitas audit yang memadai sehingga dapat mengurangi
ketidakselarasan yang terjadi antara manajemen dengan pemegang saham karena pengguna
laporan terutama pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang
telah diaudit oleh auditor.

4

II.2 Penelitian Sebelumnya
Berikut beberapa penelitian sebelumnya terkait profesionalisme, independensi,

kompetensi, pengalaman kerja, dan kualitas audit:
Judul Penelitian

Tabel II. 1 Penelitian Sebelumnya
Nama
Variabel
Metode
Peneliti
Penelitian

Kesimpulan

Pengaruh
Profesionalisme,
Pengalaman Kerja,
Keahlian Audit,
Independensi dan
Etika Pemeriksa
Terhadap Kualitas
Hasil Pemeriksaan

Pengaruh
Kompetensi,
Independensi dan
Pengalaman Kerja
Terhadap Kualitas
Audit (Survei
Terhadap Auditor
KAP di Bandung

(Mahardika, Profesionalisme, Analisis
Herawati, & Pengalaman
regresi
Putra, 2015) Kerja, Keahlian berganda
Audit,
Independensi,
Etika Pemeriksa,
Kualitas Audit
(Rumengan
& Rahayu,
2014)

Kompetensi,
Independensi,
Pengalaman
Kerja, Kualitas
Audit

Analisis
regresi
berganda

Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
Pengalaman Kerja
Terhadap Kualitas
Audit (Studi Pada
Auditor di KAP
Wilayah Surakarta
dan Yogyakarta)
Pengaruh
Kompetensi,
Independensi,
Tekanan Waktu dan
Etika Auditor
Terhadap Kualitas
Audit
Pengaruh
Kompetensi dan
Independensi
Auditor Terhadap
Kualitas Audit

(Putri,
2013)

Kompetensi,
Independensi,
Pengalaman
Kerja, Kualitas
Audit

Analisis
regresi
berganda

(Kurnia,
Komsiyah,
& Sofie,
2014)

Kompetensi,
Independensi,
Tekanan Waktu,
Etika Auditor,
Kualitas Audit

Analisis
regresi
berganda

Komptensi,
independensi,
tekanan waktu, etika
auditor berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit

Analisis
regresi
berganda

Kompetensi
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit,
independensi
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit

(Tjun,
Kompetensi,
Marpaung,
Independensi,
& Setiawan, Kualitas Audit
2012)

Profesionalisme,
pengalaman kerja,
keahlian audit,
independensi, etika
pemeriksa
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit.
Kompetensi dan
pengalaman kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit.
Independensi tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit.
Kompetensi,
independensi dan
pengalaman kerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit

5

Judul Penelitian

Nama
Peneliti

Variabel

Metode
Penelitian

Kesimpulan

Pengaruh
(Futri &
Independensi,
Analisis
Tingkat pendidikan,
Independensi,
Juliarsa,
Profesionalisme, regresi
, etika profesi,
Profesionalisme,
2014)
Tingkat
berganda
kepuasan kerja
Tingkat
Pendidikan,
auditor berpengaruh
Pendidikan, Etika
Etika Profesi,
terhadap kualitas
Profesi,
Pengalaman,
audit. Independensi,
Pengalaman dan
Kepuasan Kerja,
profesionalisme,
Kepuasan Kerja
Kualitas Audit
pengalaman tidak
Auditor Pada
berpengaruh
Kualitas Audit
terhadap kualitas
Kantor Akuntan
audit
Publik di Bali
Sumber : Mahardika, Herawati, & Putra (2015); Rumengan & Rahayu (2014); Putri
(2013); Kurnia, Komsiyah, & Sofie (2014); Tjun, Marpaung, & Setiawan (2012); Futri
& Juliarsa (2014)
II.4 PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (independen) dan variabel
bebas (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah profesionalisme,
independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja, sedangkan variabel dependennya adalah
kualitas audit.
II.3.2.1 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit
Auditor dalam menjalankan perannya, dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang
semakin besar. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat berperan penting dalam
pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi. Kajian
mengenai profesionalisme ini menitikberatkan pada cerminan tingkah laku seseorang dalam
hal ini adalah auditor dalam bertindak dan berperilaku sesuai dengan etika.
Menurut PSA No. 4 SPAP kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran
profesional menuntut auditor untuk melaksanakan professional sceptism yaitu sikap auditor
yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi terhadap bukti audit. Auditor yang gagal dalam menerapkan sikap skeptis maka akan
menghasilkan opini audit yang tidak berdaya guna dan tidak memiliki kualitas audit yang baik
(Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).
Berdasarkan penelitian (Mahardika, Herawati, & Putra, 2015) menunjukkan hasil
bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Menurut
penelitian (Agusti & Pertiwi, 2013) menunjukkan profesionalisme berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H1: Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
II.3.2.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
Independensi merupakan sikap auditor yang tidak memihak, tidak mempunyai
kepentingan dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam
memberikan pendapat. Independensi merupakan salah satu faktor penting untuk menghasilkan
audit yang berkualitas.

6

Pentingnya independensi dalam menghasilkan kualitas audit mengharuskan auditor
memiliki dan mempertahankan sikap independensi dalam menjalankan tugasnya. Auditor juga
harus mempertahankan sikap independen karena opini yang dikeluarkannya bertujuan untuk
menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan manajemen. Jika auditor tidak
independen maka kualitas audit yang dihasilkan tidak baik.
Berdasarkan penelitian (Tjun, Marpaung, & Setiawan, 2012) menunjukkan hasil bahwa
independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Menurut penelitian
(Kurnia, Komsiyah, & Sofie, 2014) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H2: Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
II.3.2.3 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit
Kompetensi adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya
dalam melakukan audit sehingga audtor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat serta
objektif. Audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor. Tingginya pendidikan yang dimiliki oleh seorang auditor, maka akan
semakin luas juga pengetahuan yang dimiliki oleh auditor.
Berdasarkan penelitian (Tjun, Marpaung, & Setiawan, 2012) menyatakan bahwa
kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian Rahmawati
(2013) menyatakan bahwa kompetensi (terdiri dari pengetahuan dan pengalaman) berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang
diajukan adalah:
H3: Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
II.3.2.4 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit
Sesuai dengan Standar Umum dalam Standar Profesi Akuntan Publik, auditor
disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya serta
dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang
digeluti kliennya. Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin
banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang
diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan
auditing.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang
dimiliki oleh auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang
dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian (Putri, 2013) menunjukkan hasil bahwa pengalaman
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil Penelitian (Rumengan & Rahayu, 2014)
menunjukkan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan
penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H4: Pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
II.3.2.5 Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Kompetensi, dan Pengalaman Kerja
Terhadap Kualitas Audit
Auditor dalam menjalankan perannya dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang
semakin besar. Menurut SPAP mensyaratkan auditor harus bersikap profesional, independen,
memiliki kualifikasi teknis,dan berpengalaman. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat
berperan penting dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan. Selain itu independensi
merupakan salah satu hal yang penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Pentingnya
independensi dalam menghasilkan kualitas audit yang baik mengharuskan auditor memiliki
dan mempertahankan sikap independensi dalam menjalankan tugasnya. Kompetensi juga
memegang peranan yang penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Kompetensi
7

adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan
audit sehingga audtor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat serta objektif. Selain itu juga
pengalaman kerja merupakan salah satu hal yang penting dalam menghasilkan audit yang
berkualitas sehingga dapat memperluas pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seorang auditor.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H5: Profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit
III. METODE PENELITIAN
III.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian
kuantitatif yang bersifat kausalitas. Penelitian yang bersifat kausalitas digunakan untuk
mengetahui hubungan sebab akibat dari variabel-variabel yang diteliti untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
III.2 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Tabel III. 1 Definisi Operasional Variabel
Skala
No
Variabel Penelitian
Indikator
Pengukuran
X1 Profesionalisme
Menjalankan tugas sesuai dengan
Skala Ordinal
bidangnya, melaksanakankan tugas
sesuai dengan standar profesi,
mematuhi etika profesi yang telah
ditetapkan
X2 Independensi
Hubungan dengan klien,
Skala Ordinal
independensi pelaksanaan
pekerjaan, independensi laporan
X3 Kompetensi
Pengetahuan umum, tingkat
Skala Ordinal
pendidikan
X4 Pengalaman Kerja
Lamanya bekerja sebagai seorang
Skala Ordinal
auditor
Y
Kualitas Audit
Kesesuaian pemeriksaan dengan
Skala Ordinal
standar audit, kualitas hasil laporan
pemeriksaan
III.3 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
(KAP) dan terdaftar pada Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut (Hartono, 2010),
pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mangambil sampel dari
populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan
pertimbangan (judgment) tertentu atau jatah (quota ) tertentu. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan judgment. Kriteria-kriteria yang
digunakan dalam pemilihan sampel adalah:
1. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada Direktori
Ikatan Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2015.
2. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah
Bandung.
3. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah melakukan audit
lebih dari 2 tahun.
8

4. Pendidikan dari auditor sesuai dengan bidang yang ditekuni dan minimal D3 Akuntansi.
5. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dengan jabatan pimpinan sampai
dengan staff audit.
III.5 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data
primer dalam penelitian ini melalui cara menyebarkan kuesioner secara langsung dengan
pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini. Kuesioner disusun berbentuk sejumlah
pertanyaan yang berkaitan dengan persepsi atas indikator dari variabel.
III.6 ANALISIS DATA
Metode penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan dibantu SPSS 21.
Analisis dan uji yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Uji validitas dan reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji reliabilitas
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel
atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
2. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum.
3. Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dengan
menggunakan kolomogorv-smivorv, uji multikolonieritas dengan melihat nilai
tolerance dan VIF, uji heteroskedastisitas dengan menggunakan scatterplots dan uji
park.
4. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan koefisien
determinasi, uji t, dan uji F.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 DESKRIPTIF PENGAMBILAN SAMPEL
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik Indonesia yang terdaftar di Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Sampel
dalam penelitian ini adalah 11 KAP dari 27 KAP yang terfatar dengan jumlah auditor sebanyak
35 responden. Berikut adalah daftar sampel yang dipakai dalam penelitian ini:
Tabel IV.1 Daftar Sampel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama KAP
KAP Abubakar Usman & Rekan
KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
KAP AF. Rachman & Soetjipto WS.
KAP Asep Rianita Manshur & Suharyono
KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali
KAP Drs. Gunawan Sudradjat
KAP Prof. Dr. H. TB Hasanuddin, MSc & Rekan
KAP Dr. H.E.R/ Suhardjadinata & Rekan
KAP Jojo Sunarjo & Rekan

Jumlah Sampel
2
3
6
2
2
2
3
5
5
9

No Nama KAP
10 KAP Moch. Zainuddin, Sukmadi & Rekan
11 KAP Sabar & Rekan
Jumlah

Jumlah Sampel
3
2
35

IV.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut hasil data yang di dapatkan:
Tabel IV. 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
Pria
23
65,71
Wanita
12
34,29
Jumlah
35
100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
65,71% berjenis kelamin pria dan 34,29% berjenis kelamin wanita. Berdasarkan tabel diatas,
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah pria dengan persentase 65,71%.
IV.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berikut hasil data yang di dapatkan:
Tabel IV. 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
S3
0
0
S2
14
40
S1
18
51,43
D3
3
8,57
Jumlah
35
100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
40% memiliki pendidikan terakhir S2, 51,43% memiliki pendidikan terakhir S1 dan 8,57%
memiliki pendidikan terakhir D3. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir S1 dengan persentase sebesar 51,43%.
IV.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Berikut hasil data yang di dapatkan:
Tabel IV. 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan
Jumlah Persentase
Pimpinan / Partner 0
0
Manajer
2
5,71
Senior Auditor
8
22,86
Junior Auditor
24
68,51
Staff Audit
1
2,86
Jumlah
35
100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
5,71% memiliki jabatan manajer, 22,86% memiliki jabatan senior auditor, 68,51% memiliki
jabatan junior auditor, dan 2,86% memiliki jabatan staff audit. Berdasarkan tabel diatas, dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki jabatan junior auditor dengan persentase
sebesar 68,51%.

10

IV.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Berikut hasil data yang di dapatkan:
Tabel IV. 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja
Jumlah Persentase
Antara 2-5 tahun 27
77,14
>5 tahun
8
22,86
Jumlah
35
100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
77,14% memiliki pengalaman kerja antara 2 sampai dengan 5 tahun dan 22,86% memiliki
pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki pengalaman antara 2 sampai dengan 5 tahun dengan persentase
sebesar 77,14%.
IV.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sertifikasi yang Dimiliki
Berikut hasil data yang di dapatkan:
Tabel IV. 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sertifikasi yang Dimiliki
Sertifikasi yang Dimiliki
Jumlah Persentase
CPA
2
5,71
CA/Ak
29
82,86
CPSAK
1
2,86
Lain-lain (Brevet A & B)
3
8,57
Jumlah
35
100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
5,71% memiliki sertifikasi CPA dan 82,86% memiliki sertifikasi CA/Ak, 2, 86% memiliki
sertifikasi CPSAK, 8,57% memiliki sertifikasi lain-lain yaitu Brevet A & B. Berdasarkan tabel
diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki sertifikasi CA/Ak dengan
persentase 82,86%.
IV.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
IV.3.1 Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n-5. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
35 responden dan besarnya df dapat dihitung 35 – 5 = 30, dengan df=30 dan alpha=0.05 didapat
r tabel = 0,34. Nilai r hitung yang lebih besar dari nilai r tabel menyatakan bahwa pertanyaan
atau indikator tersebut dinyatakan valid.
IV.3.2 Uji Reliabilitas
Berikut adalah hasil dari uji reliabilitas:
Tabel IV. 7 Uji Reliabilitas

5
Sumber: SPSS (2016)

11

Berdasarkan hasil uji reliabilitas di dapatkan hasil cronbach alpha (α) >0,70 yaitu 0,942
sehingga dapat disimpulkan pengukuran tersebut memiliki tingkat konsistensi atau reliabilitas
yang baik dengan kata lain hasil kuesioner dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang
konsisten.
IV.4 Hasil Analisis Statistik
IV.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif yang dipakai berisi nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan
standar deviasi. Berikut adalah hasil dari analisis deskriptif atas variabel-variabel penelitian:
Tabel IV. 8 Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas, maka variabel-variabel penelitian ini dapat
dideskripsikan dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Variabel profesionalisme menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30.
Nilai rata-rata profesionalisme sebesar 25,4857 sedangkan standar deviasinya sebesar
2,36856. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8.
Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1 dan 10.
2. Variabel independensi menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 22. Nilai
rata-rata (mean) independensi sebesar 19,9714 sedangkan standar deviasinya sebesar
1,31699. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1,
6, 9, 11, 21, 22, 23, dan 35. Nilai maksimum sebesar 22 merupakan indikator jawaban
dari responden ke 5, 8, dan 31.
3. Variabel kompetensi menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 29. Nilai
rata-rata (mean ) kompetensi sebesar 25,6571 sedangkan standar deviasinya sebesar
2,28734. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8.
Nilai maksimum sebesar 29 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1, 2, 7, 9,
10, 17, dan 33.
4. Variabel pengalaman kerja menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30.
Nilai rata-rata (mean ) pengalaman kerja sebesar 25,6857 sedangkan standar deviasinya
sebesar 2,37352. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari
responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari
responden ke 1, 2, 10, dan 17.
5. Variabel kualitas audit menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30. Nilai
rata-rata (mean ) kualitas audit sebesar 25,6857 sedangkan standar deviasinya sebesar
2,50277. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8.
Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 2, 10, 17,
dan 33.
IV.4.2 Uji Asumsi Klasik
IV.4.2.1 Uji Normalitas
Berikut adalah hasil dari uji normalitas:

12

Tabel IV. 9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sumber: SPSS (2016)
Nilai Asymp. Sig. sebesar 0,398 lebih besar dari 0,05. Hal ini menyatakan
bahwa H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal.
IV.4.2.2 Uji Multikolonieritas
Berikut adalah hasil dari uji multikolonieritas:
Tabel IV. 10 Uji Multikolonieritas

Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF menunjukkan tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance 10. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian
ini tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi
IV.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas:
Tabel IV.11 Uji Heteroskedastisitas

Sumber: SPSS (2016)
Grafik scatterplots di atas, menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak
ada heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil uji menggunakan scatterplots tersebut
dipastikan kembali dengan menggunakan uji park. Berdasarkan hasil dari uji
13

heteroskedastisitas menggunakan uji park yang dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai
t hitung dengan t tabel. Apabila nilai t hitung lebih kecil daripada nilai t tabel maka tidak ada
heterokedastisitas. Nilai t tabel dalam penelitian ini adalah 2,04. Keseluruhan nilai t yang di
dapat menunjukkan hasil lebih kecil daripada t tabel. Maka dapat disimpulkan model regresi
dalam penelitian ini tidak ada heteroskedastisitas.
IV.4.3 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
IV.4.3.1 Hasil Koefisien Determinasi
Berikut adalah hasil koefisien determinasi:
Tabel IV.12 Adjusted R Square

Sumber: SPSS (2016)
Hasil di atas, menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 adalah sebesar 0,680 atau sama
dengan 68%, hal ini menunjukkan bahwa variabel kualitas audit dapat dijelaskan oleh variabel
profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja sebesar 68%. Sedangkan
sisanya (100%-68%) yaitu 32% dijelaskan oleh sebab lain di luar model penelitian ini.
IV.4.3.2 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (uji-t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil output parsial pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel IV. 13 Uji t

Sumber: SPSS (2016)
Berdasarkan hasil output di atas, menujukkan bahwa variabel kompetensi saja yang
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, hal ini dapat dilihat dari probabilitas
signifikansi untuk kompetensi sebesar 0,022. Dapat dilihat bahwa nilai yang dihasilkan lebih
kecil dari 0,05. Sedangkan nilai signifikansi untuk variabel profesionalisme adalah sebesar
0,504 nilai signifikansi untuk variabel independensi adalah sebesar 0,685, sedangkan untuk
variabel pengalaman kerja nilai signifikansinya adalah 0,156. Variabel profesionalisme,
independensi, dan pengalaman kerja menunjukkan nilai signifikansi di atas 0,05, ini
menunjukkan bahwa variabel profesionalisme, independensi, dan pengalaman kerja tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Variabel independen dikatakan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansinya berada di bawah atau lebih
kecil dari 0,05.

14

IV.4.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Simultan (uji-F)
Berikut adalah hasil uji-F:
Tabel IV. 14 Uji F

Sumber: SPSS (2016)
Berdasarkan tabel diatas, nilai statistik F sebesar 19,091 Nilai statistik F tersebut lebih
besar jika dibandingkan dengan F tabel yaitu 2,69. Maka dapat disimpulkan profesionalisme,
independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja secara bersama-sama
IV.5.1 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi profesionalisme adalah
sebesar 0,504. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
profesionalisme tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara koefisien
regresinya sebesar 0,119. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi profesionalisme maka semakin tinggi pula kualitas audit
yang dihasilkan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Futri & Juliarsa (2014) yang mengatakan bahwa
profesionalisme tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Profesionalisme dalam penelitian
ini mengacu kepada menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya, menjalankan tugas sesuai
dengan standar profesi dan etika profesi yang telah ditetapkan. Standar yang telah ditetapkan
seharusnya ditaati oleh auditor dalam setiap penugasan audit agar tidak melenceng dari batasbatas yang telah ditetapkan sehingga tindak kecurangan dapat dihindari. Tuntutan auditor untuk
bersikap profesional benar-benar dipacu sebagai pembuktian dari kredibilitas auditor. Klien
dapat menekan kepada auditor untuk melawan standar profesional sehingga auditor tidak dapat
bertahan dalam tekanan klien seperti menerima suap agar melakukan kecurangan. Hal ini telah
melanggar standar profesi dan etika profesi yang telah ditetapkan.
Tabel IV.15 Tanggapan Pernyataan Profesionalisme
Persentase
Tanggapan
1
2
3
4
5
6
SS
28,57 42,86 48,57 22,86
34,29
14,29
S
65,71 45,71 48,57 74,29
62,86
80
RR
2,86
2,86
2,86
2,86
2,86
5,71
TS
2,86
8,57
0
0
0
0
STS
0
0
0
0
0
0

Jumlah
31,90
62,85
3,34
1,91
0

Berdasarkan tabel IV.23 tentang pernyataan profesionalisme didapatkan hasil sebanyak
31,90% responden menjawab sangat setuju untuk pernyataan yang berhubungan dengan
profesionalisme, sebanyak 62,85% responden menjawab setuju, terdapat juga 3,34%
responden yang menjawab ragu-ragu, dan 1,91% responden yang menjawab tidak setuju.

15

Berdasarkan penjabaran diatas di dapatkan hasil yaitu hipotesis yang diajukan
profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang
didapatkan yaitu 0,504 lebih besar daripada 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.
IV.5.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi independensi adalah
sebesar 0,685. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien
regresinya sebesar 0,084. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi independensi maka semakin tinggi pula kualitas audit
yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Rumengan & Rahayu (2014) yang
mengatakan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Independensi auditor
merupakan landasan dari profesi akuntan publik.
Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur independensi di dapatkan
hasil:
Tabel IV.16 Tanggapan Pernyataan Independensi
Persentase
Tanggapan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
SS
11,43 0
2,86
0
11,43
34,29 10,00
S
65,71 11,43 20
25,71
80
60
43,81
RR
11,43 34,29 20
40
2,86
5,71
19,05
TS
11.43 45,71 42,86 34,29
5,71
0
23,33
STS
0
8,57
14,29 0
0
0
3,81
Berdasarkan tabel IV.30 didapatkan hasil 10% rsponden menjawab sangat setuju
dengan pernyataan yang berhubungan dengan independensi yang diproksikan dengan
hubungan dengan klien, independensi dalam pekerjaan dan laporan, sebanyak 43,81%
responden menjawab setuju, 19,05% responden menjawab ragu-ragu, 23,33% responden
menjawab setuju, dan sebanyak 3,81% responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan
yang berhubungan dengan independensi.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu independensi
berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang dihasilkan yaitu
0,685 lebih besar dari 0,05. Berdasarkan jawaban dari kuesioner yang dibagikan mengenai
independensi di dapatkan hasil independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel independensi di dapatkan banyaknya responden
yang menjawab ragu-ragu atas pernyataan yang berkaitan dengan independensi seperti auditor
akan menerima penugasan dari klien walaupun ada hubungan dalam bisnis. Persentase untuk
jawaban ragu-ragu sebanyak 34,29%. Seharusnya auditor tidak boleh menerima penugasan
audit jika pernah ada hubungan dalam bisnis karena dapat mengurangi sikap independensi dari
seorang auditor.
Persentase untuk jawaban ragu-ragu atas pernyataan auditor selalu menolak
pemeriksaan dari klien jika pernah menjadi konsultan dari klien adalah sebesar 40%. Hal ini
juga seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang auditor yaitu menerima tugas pemeriksaan
dari klien jika pernah menjadi konsultan dari klien karena akan mengurangi sikap independensi
seorang auditor. Berdasarkan penjabaran diatas, di dapatkan hasil H2 yang diajukan yaitu
independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang
didapatkan yaitu 0,685 lebih besar daripada 0,05 sehingga HO diterima dan H2 ditolak.
Jika dilihat secara keseluruhan penyebab dari tidak berpengaruhnya independensi
adalah sebanyak 19,05% responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan yang berhubungan
dengan independensi, 23,33% responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang
16

berhubungan dengan independensi, dan sebanyak 3,81% responden menjawab sangat tidak
setuju. Berdasarkan hasil yang didapat dapat dilihat auditor kurang bisa menjaga sikap
independensinya yaitu sikap netral dan menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan.
IV.5.3 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi kompetensi adalah sebesar
0,022. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa kompetensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien regresinya sebesar
0,486. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi kompetensi maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan.
Kompetensi berdasarkan penelitian ini diukur berdasarkan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh auditor. Hasil yang didapatkan sejalan dengan penelitian dari
Agusti & Pertiwi (2013) yang mendapatkan hasil kompetensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Artinya, semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin tinggi
pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Standar umum pertama dalam SPAP
menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Berdasarkan hasil didapatkan 29 responden
telah memiliki sertifikasi CA, 1 responden telah memiliki sertifikasi CPSAK, 3 responden telah
memiliki sertifikasi Brevet A&B, dan 2 responden yang memiliki sertifikasi CPA. Berdasarkan
hasil ini di dapatkan bahwa rata-rata auditor telah memiliki sertifikasi.
Agar dapat memberikan jasa audit yang berkualitas, auditor harus memiliki dan
mempertahankan kompetensi. Auditor harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keahlian
profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa KAP di mana merka bekerja
dapat menerima manfaat dari jasa yang diberikan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Putri (2013) kompetensi auditor adalah
auditor dengan pengetahuan yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif,
cermat dan seksama. Seorang auditor yang memiliki pengetahuan yang memadai akan lebih
memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam
mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit klien.
Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur kompetensi di dapatkan hasil:
Tabel IV.17 Tanggapan Pernyataan Kompetensi
Persentase
Tanggapan
1
2
3
4
5
6
SS
51,43 22,86 28,57 40
20
42,86
S
45,71 74,29 68,57 57,14
77,14
54,29
RR
2,86
2,86
2,86
2,86
2,86
2.86
TS
0
0
0
0
0
0
STS
0
0
0
0
0
0

Jumlah
34,28
62,86
2,86
0
0

Berdasarkan tabel IV.37 didapatkan hasil yaitu sebanyak 32,28% responden menjawab
sangat setuju dengan pernyataan yang berkaitan dengan kompetensi yang diproksikan dengan
pengetahuan umum dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seorang auditor, sebanyak
62,86% responden menjawab setuju, dan sebanyak 4,76% responden menjawab ragu-ragu
untuk pernyataan yang berhubungan dengan kompetensi. Berdasarkan penjabaran di atas di
dapatkan hasil hipotesis yang diajukan yaitu kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit
diterima sehingga H0 ditolak, H3 diterima.

17

IV.5.4 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi pengalaman kerja adalah
sebesar 0,156. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien
regresinya sebesar 0,367. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman kerja maka semakin tinggi pula kualitas audit
yang dihasilkan.
Hasil yang di dapat sejalan dengan penelitian Futri & Juliarsa (2014) yang mengatakan
bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Faktor yang menyebabkan
kurangnya pengalaman seorang auditor adalah kurang lamanya auditor bekerja pada Kantor
Akuntan Publik dan selain itu kurangnya tugas yang dihadapi auditor.
Penyebab pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dalam penelitian
ini adalah sebagian besar responden adalah auditor yang menjabat sebagai junior auditor dan
masa kerjanya masih kurang sehingga respon untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan variabel pengalaman kerja cederung menghasilkan jawaban tidak berpengaruh.
Berdasarkan jawaban kuesioner 1 orang yang memiliki jabatan staff suadit, 24 orang responden
yang memiliki jabatan junior auditor, 8 responden yang memiliki jabatan senior auditor, 2
responden yang memiliki jabatan manager. Berdasarkan jawaban kuesioner juga didapatkan
hasil hanya 8 responden yang sudah memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun sedangkan
sisanya 27 responden sudah memiliki pengalaman kerja antara 2 sampai dengan 5 tahun.
Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur pengalaman kerja di dapatkan
hasil:
Tabel IV.18 Tanggapan Pernyataan Pengalaman Kerja
Persentase
Tanggapan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
SS
31.43 60
28,57 25,71
22,86 20
31,43
S
65,71 37,14 68,57 68,57
74,29 77,14
65,24
RR
2,86
2,86
2,86
5,71
2,86
2,86
3,33
TS
0
0
0
0
0
0
0
STS
0
0
0
0
0
0
0
Berdasarkan tabel IV.44 didapatkan hasil sebanyak 31,43% responden menjawab
sangat setuju dengan pernyataan yang berhubungan dengan pengalaman kerja yang
diproksikan dengan lamanya auditor bekerja di KAP, sebanyak 65,24% responden menjawab
setuju, dan sebanyak 3,34% responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan yang berkaitan
dengan pengalaman kerja.
Berdasarkan penjabaran di atas, di dapatkan hasil hipotesis yang diajukan yaitu
pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak sehingga H0 diterima, H4 ditolak.
IV.5.5 Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Kompetensi, dan Pengalaman Kerja
Terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan tabel IV.16 dapat diketahui bahwa nilai statistik F adalah sebesar 19,091
lebih besar daripada F tabel yaitu sebesar 2,69. Sedangkan nilai signifikansinya adalah sebesar
0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada 0,05. Hal ini berarti bahwa
profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
Auditor dalam melakukan tugas pemeriksaan harus memiliki sikap profesionalisme,
independensi, mempunyai kompetensi yang baik, dan memiliki pengalaman audit yang cukup
agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Profesionalisme dalam hal ini berkaitan
dengan menjalankan tugas sesuai dengan bidang, mematuhi standar dan etika yang telah
18

ditetapkan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menghasilkan audit yang
berkualitas. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat berperan penting dalam pemeriksaan
laporan keuangan perusahaan. Pernyataan ini sesuai dengan standar umum ketiga dalam SPAP
yaitu dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Independensi meru