UJI KADAR KARBOHIDRAT DAN NILAI ORGANOLE

UJI KADAR KARBOHIDRAT DAN NILAI ORGANOLEPTIK PADA NATA DE BANANA
SKIN DARI KULIT PISANG TONGKAT LANGIT (MUSA TROGLODYTARUM) DENGAN
WAKTU FERMENTASI YANG BERDEDA
1

Bertha .E. Sohilait, 2Dr. Dra. M. Kaihena, M.Kes.,2Dr. Th. W. Watuguly, M.Kes.
(1) Alumni program studi Biologi. FKIP. Universitas Pattimura
(2) Staf pemgajar program studi pendidikan Biologi

ABSTRAK
Salah satu spesies pisang yang cukup unik di Maluku ialah pisang tongkat langit (Musa
troglodytarum) karena tandannya tidak melengkung ke bawah tetapi tandannya tegak ke atas,
sehingga masyarakat Maluku menyebutnya dengan nama pisang tongkat langit. Selama ini
masyarakat umumnya hanya mengkonsumsi buah pisangnya saja dan membuang kulitnya.Oleh
karena itu, agar limbah kulit pisang tongkat langit tidak terbuang begitu saja.Tetapi kulit pisang
tersebut bisa dijadikan sebagai makanan yang dapat diolah dalam bentuk nata.Nata merupakan salah
satu produk fermentasi menggunakan mikroba Acetobacter xylinum. Nata dapat dibuat dari bahan
baku limbah air kelapa, limbah cair tahu atau limbah kulit nenas dan limbah kulit pisang (Nata de
Banana Skin). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan karbohidrat dan nilai
organoleptik dari produk nata de banana skin yang diberi perlakuan waktu fermentasi yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar karbohidrat yang memiliki nilai rata-rata tertinggi yakni

pada nata de banana Skin 14 hari sebesar 9.9956%, sedangkan yang memiliki nilai rata-rata kadar
karbohidrat terendah adalah

pada nata de banana Skin 8 hari sebesar 2.2607%. dan Kualitas

organoleptik nata de banana skin yang terbaik pada spesifikasi tekstur adalah perlakuan lama
fermentasi 10. Kemudian, diikuti spesifikasi rasa dan warna adalah perlakuan lama fermentasi 8 hari.
Kata Kunci : Karbohidrat, Organoleptik, Nata, Waktu fermentasi yang berbeda
ABSTRACT
One of the species of bananas that are quite unique in Maluku is banana sticks sky (Musa
troglodytarum) for clusters that are not turned down but their stems upright, so that the people of
Maluku to call it by the name of banana sticks sky. During this time the public generally only
consume fruit and throw away the skin of the banana alone. Therefore, in order to stick sky banana
peel waste is not wasted. But the banana peel can be used as food that can be prepared in the form of
nata. Nata is one product of microbial fermentation using Acetobacter xylinum. Nata can be made
from waste materials of coconut water, liquid waste or waste skins out pineapple and banana peel

waste (Nata de Banana Skin). This study aims to determine the levels of carbohydrate content and
organoleptic value of nata de banana skin treated different fermentation time. The results showed that
levels of carbohydrate that has the highest average value that is on nata de banana Skin 14 days

amounted to 9.9956%, while those with an average value of the lowest carbohydrate content is in nata
de banana Skin 8 days amounted to 2.2607%. and organoleptic quality of nata de banana skin is the
best on the specifics of the texture is long fermentation treatment 10. Then, follow the specifications
of flavor and color are treated fermentation time of 8 days.
Keywords : Carbohydrates, Organoleptic, Nata, fermentation time different

PENDAHULUAN

pasar-pasar dan dapat dipakai sebagai

Indonesia adalah Negara dengan
kekayaan flora yang sangat melimpah.
Selain jumlah yang banyak, jenisjenisnya juga beranekaragam. Hampir
semua jenis flora dapat ditemukan di
Indonesia terutama jenis flora yang
tumbuh di daerah tropis, salah satunya
adalah pisang.
Pisang merupakan buah tropis
yang sudah popular di masyarakat dan
potensial dikembangkan di Indonesia.

Saat ini pisang termasuk komoditas
unggulan dan memberikan kontribusi
paling besar terhadap produksi buahbuahan nasional. Selain rasanya enak,
pisang juga mengandung gizi, vitamin,
dan kalori, sehingga bermanfaat untuk
kesehatan (Prahardini, dkk., 2010).

obat untuk menyembuhkan penyakit
kuning

(Louhenapessy

dalam

Karuwal, 2011).
Tingkat
kematangan
pisang

dapat


buah

ditentukan

dari

umurnya.Waktu yang diperlukan dari
saat tanaman panen rata-rata 12-15
bulan, jika dihitung dari saat mula
berbunga

adalah

Perubahan

4-6

warna


minggu.
merupakan

perubahan fisik yang sangat menonjol
pada proses pematangan buah pisang.
Buah

pisang

yang

masih

muda

(mentah) berwarna hijau karena masih
banyak

mengandung


klorofil,

sedangkan pada buah pisang yang
setengah matang dan yang sudah
matang memiliki warna kulit hijau
kekuningan hingga kuning. Perubahan

Salah satu varietas pisang yang
cukup unik di Maluku ialah pisang
tongkat langit (Musa troglodytarum)
karena tandannya tidak melengkung ke

warna kulit dari hijau menjadi kuning
disebabkan oleh hilangnya klorofil
tanpa atau hanya sedikit pembentukan

bawah tetapi tandannya tegak ke atas,

karotenoid (Serlahwaty, 2007).
Kulit pisang yang terbuang


sehingga

Maluku

merupakan limbah organik yang masih

menyebutnya dengan nama “Pisang

banyak mengandung karbohidrat dan

Tongka (Tongkat) Langit”. Pisang

nutrisi lain. Karbohidrat kulit pisang

tongkat langit memiliki panjang 14-15

berbentuk pati, serat kasar dan gula

cm, warna merah jingga, 1 tandan 5-6


reduksi yang relatif cukup tinggi.

sisir dan satu sisir 6-7 buah. Jenis

Pemanfaatan daging buah pisang yang

pisang ini digolongkan dalam jenis

besar untuk berbagai makanan, akan

pisang buah yaitu pisang yang dapat

menghasilkan limbah yang berupa

dimakan

setelah

diolah


terlebih

kulit pisang (Ariani, 2010). Sementara

dahulu.

Pisang

tongkat

langit

itu di dalam kulit pisang terkandung

yang

senyawa pektin yang cukup besar

komersial karena sering dijumpai di


(Astawan, 2008). Pektin atau senyawa

merupakan

masyarakat

jenis

pisang

pektat

adalah

suatu

polisakarida

umum digunakan adalah pupuk urea,


kompleks yang terdapat pada lamella

ZA,

tengah (middel lamella) atau ruang

(NH4)2SO4) dan ammonium phospat

antara sel dari jaringan tanaman

(NH4)2H2PO4)

tingkat

Kualitas

tinggi.

Senyawa

pektat

NPK,

Ammonium

sulfat

(Setyawan,

organoleptik

2006).

nata

yang

polisakarida dan serat-serat selulosa

dihasilkan akan semakin dipengaruhi

terikat bersama membentuk jaringan

oleh kandungan karbohidrat (pektin).

kuat yang berfungsi sebagai perekat

Semakin banyak jumlah kandungan

antara sel.
Nata adalah biomassa yang

pektin (polisakarida sruktural), warna

sebagian besar terdiri dari selulosa,
berbentuk agar dan berwarna putih
(Luthana, 2008). Pembentukan nata
terjadi karena proses pengambilan
glukosa yang ada pada larutan gula
oleh Acetobacter xylinum. Glukosa
tersebut digabungkan dengan asam
lemak membentuk prekursor (penciri
nata) pada membran sel. Prekursor ini
kemudian diekskresikan keluar sel dan
terjadi

polimerisasi

oleh

enzim

polymerase membentuk selulosa. Nata
merupakan makanan penyegar atau
pencuci

mulut

yang

dihidangkan

dalam bentuk campuran dengan buahbuahan (cocktail). Ada faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam proses
pembuatan nata, antara lain sumber
nitrogen.

Sumber

nitrogen

yang

diberikan

dalam

pembuatan

nata

bertujuan

untuk

pertumbuhan,

merangsang

perkembangan

dan

aktivitas bakteri Acetobacter xylinum.
Peningkatan

konsentrasi

nitrogen

dalam substrat dapat meningkatkan
jumlah
terbentuk.

polisakarida
Sumber

Nata
nitrogen

yang
yang

yang dihasilkan akan semakin kusam
(Setyowati, 2004). Selain itu, kualitas
nata juga dipengaruhi oleh lama
fermentasi,

lama

fermentasi

yang

digunakan

dalam

pembuatan

nata

berkisar antara 8-14 hari (Saragih,
2004), akan tetapi belum diketahui
secara pasti lama fermentasi yang tepat
untuk

mendapatkan

kualitas

nata

terbaik. Kandungan karbohidrat yang
cukup

tinggi

pada

kulit

pisang,

menyebabkan kulit pisang berpotensi
untuk dijadikan makanan nata de
banana skin. Nata adalah produk hasil
fermentasi

menggunakan

mikroba

Acetobacter xylinum (Suryani, dkk.,
2005). Acetobacter xylinum dapat
tumbuh dan berkembang membentuk
nata karena mengandung air, protein,
lemak

dan

karbohidrat.

Nata

de

banana skin adalah makanan yang
banyak

mengandung

serat,

kadar

selulosa tinggi yang bermanfaat bagi
kesehatan

dalam

membantu

pencernaan. Selain nata dari kulit buah
pisang banyak juga variasi baru seperti
buah nanas, air kelapa dan lain-lain.

Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kadar karbohidrat dan
nilai organoleptik dari produk nata de
banana skin yang diberi perlakuan
waktu fermentasi yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Jenis

penelitian

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah
Jenis penelitian bersifat Eksperimen
Laboratorik, untuk menguji kualitas
nata yang dihasilkan dengan perlakuan
fermentasi

yang

penelitian

ini

berbeda.
dilakukan

Lokasi
di

Laboratorium Biologi FKIP Unpatti
dan Kimia Dasar MIPA Unpatti, Poka.
Waktu

Penelitian

dilakukan

dari

Tanggal 13 April ‒14 Mei 2016 .Yang
menjadi Objek penelitian ini adalah

a. Tauge

dibersihkan

dan

ditimbang

sebanyak 2 kg
b. Tauge yang telah ditimbang dihaluskan
c. Dimasak dengan air sebanyak 800 ml
dan dibiarkan hingga mendidih
d. Disaring dan dipakai sesuai keperluan
3. Pembuatan sari kulit pisang
a. Kulit pisang dicuci bersih dan dipotongpotong
b. Kulit pisang ditimbang sebanyak 4 kg
c. Dihancurkan menggunakan blender
dengan ditambahkan air
d. Disaring untuk mengambil sari kulit
pisang
4. Pembuatan media
a. Sari kulit pisang dididihkan, menjelang
mendidih tambahakan ekstrak

tauge

dan gula pasir, biarkan mendidih kurang
lebih 10 menit dengan membuang buih
yang

mengapung

di

atas

dengan

menggunakan saringan.
b. Media sari kulit pisang diangkat, diberi

kulit pisang tongkat langit (Musa

asam

troglodytarum). Yang menjadi variabel

tercampur rata. Kemudian dimasukan ke

bebas dalam penelitian ini adalah

dalam

waktu fermentasi yang terdiri dari 8,

asetat
toples

glasial,
plastik

aduk
yang

hingga
sudah

10, 12, dan 14 hari. Variabel terikat

disterilkan.
c. Toples kemudian ditutup dengan kertas

dalam penelitian ini adalah kadar

copi yang sudah diuapkan dan dibiarkan

karbohidrat dan nilai organoleptik

selama 12 jam.

meliputi tektur, warna, dan rasa nata.

5. Fermentasi

Prosedur penelitian ini adalah sebagai

a. Starter

berikut.
1. Persiapan bahan dan alat
a. Menyiapkan bahan yang diperlukan
dalam pembuatan nata
b. Menyiapkan alat-alat yang digunakan
dalam pembuatan nata dan disterilkan
c. Menimbang
bahan-bahan
yang
digunakan untuk pembuatan nata.
2. Pembuatan ekstrak tauge

dimasukan

kemudian

dicampurkan hingga rata menggunakan
batang pengaduk
b. Toples kemudian ditutup dengan koran
kembali dan diikat dengan karet.
c. Media nata kemudian diletakkan pada
ruangan fermentasi selama 8 hari,

10

hari, 12 hari, dan 14 hari.
6. Pemanenan
a. Setelah hari yang ditentukan tutup
toples dibuka, nata kemudian diambil

dan dicuci dengan air yang mengalir
sampai bersih.
b. Nata
tersebut

d. Bila terbentuk warna pada larutan
tambahkan 1 gram karbon aktif dan

direbus

untuk

menghilangkan sisa asam selama 15
menit

larutan di panaskan sampai mendidih.
e. Saring larutan dengan keras saring
whatman 42 agar filtrate yang diperoleh
benar-benar jernih dan jadikan volume
500 ml dengan akuades dalam labu
takar
f. Larutan hasil pengenceran telah siap

Hasil Nata de banana
skin Lama Fermentasi

Hasil Nata de banana
skin Lama Fermentasi
8 Hari

dilakukan pengujian lanjut.
Pembuatan kurva Standar;

10 Hari

a. Sediakan 8 buah labu takar 100 ml,
kedalam masing-masing labu masukkan
larutan gula 100 ppm sebanyak 5, 10,
Hasil Nata de banana
skin Lama Fermentasi
12 Hari

7. Pengamatan
a. Pada tahap

Hasil Nata de banana
skin Lama Fermentasi
14 Hari

15, 20, 25, 30 , 35 dan 40 ml, kemudian
diencerkan dengan akuades sampai
tanda batas. Maka pada masing-masing

dilakukan

labu takar diperoleh larutan standar gula

kualitas

dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, 30,

organoleptik nata de banana skin yang

35 dan 40 ppm
b. Sediakan tabung reaksi yang telah diberi

pengamatan

pengamatan

terhadap

dihasilkan meliputi tekstur, rasa, dan
warna nata dengan melibatkan panelis
agar

terlatih

dan

menggunakan

kuesioner.
8. Tahap Uji Karbohidrat
a. Timbang Nata de banana skin yang
telah dihaluskan sebanyak 1 gram per
perlakuan masukkan dalam labu refluks

lebel sesuai dengan konsentrasi larutan
standar, masukkan dari masing-masing
larutan standar 1 ml, kedalam masingmasing tabung tambahkan 1 ml larutan
phenol 5 %, dan tambahkan melalui
dinding tabung reaksi 5 ml asam sulfat

klorida

pekat.
c. Panaskan tabung didalam penangas air

hubungkan kondensor dengan sumber

selama 5 – 10 menit pada suhu 60oC,

air sebagai pendingin.
b. Lakuan pemanasan selama 1 – 2 jam

dinginkan larutan dalam tabung reaksi

tambahkan

100

ml

asam

untuk memecahkan karbohidrat menjadi
gula sederhana.
c. Dinginkan
hasil
mencapai

suhu

dinetralkan

dengan

refluks

sampai

kamar,

larutan

NaOH

nilai absorbansi masing-masing larutan
pada panjang gelombang 465 nm.
d. Hitungah konsentrasi sesuai dengan
kurva standar yang telah dibuat.

sampai

mencapai pH netral (pH 7). Diuji
dengan kertas lakmus

sampai mencapai suhu kamar dan ukur

Kadar

karbohidrat
berat gula
=
x 100
gula
berat sampel

Penelitian

ini

menggunakan

Uji kadar karbohidrat nata de

rancangan acak kelompok (RAK)

banana

dengan

mengetahui berapa berat sampel,

4

perlakuan

pengulangan.
penelitian

Adapun

dapat

dan

3

rancangan

dilihat

nilai

sebagai

U1

H10

H12

U1H8

U1H10

U2H8

H14

U2H10

U3H8

U3H10

anthrone dapat dilihat pada Tabel 2.

U1H12

Tabel 2. Hasil Uji Kadar Karbohidrat Nata
de banana skin Menggunakan
Metode Antron

U2H12
U3H12
U3H14

Keterangan
Ulangan (U)
U1 = Ulangan 1
U2 =
Ulangan2
U3 = Ulangan 3
U4 =
Ulangan 4
Lama fermentasi (H)
H8 = Lama fermentasi 8 hari
H10 = Lama fermentasi 10
hari
H12 = Lama fermentasi 12
hari
H14 = Lama fermentasi 14 hari

inferensial,

menggunakan

Analisis

Kode
Sampel
U1H8
U2H8
U3H8

Berat
Sampel
1.1679
1.0783
1.0379

Absorbansi

C

0.068
0.078
0.084

4.6
4.9
5.2

Berat
Karbo
23.0
24.5
26.0

U1H10
U2H10
U3H10

0.5164
0.5756
0.5411

0.084
0.082
0.089

5.2
5.1
5.5

26.0
25.0
27.5

5.0348
4.4301
5.0822

U1H12
U2H12
U3H12

0.5321
0.5216
0.5523

0.112
0.107
0.118

6.9
6.7
7.4

34.5
33.5
37.0

6.4837
6.4225
6.6992

U1H14
U2H14
U3H14

0.5587
0.5397
0.5341

0.084
0.086
0.091

5.2
5.3
5.8

52.0
53.0
58.0

Berdasarkan

Kadar
Karbohidrat
1.9693
2.2720
2.5050

9.3073
9.8202
10.8593

Tabel

2.,

diketahui terdapat perbedaan kadar

Data yang diperoleh dianalisis
secara

kadar

banana skin menggunakan metode

U2H14
U3

dan

uji kadar karbohidrat nata de

U1H14
U2

absorbansi,

untuk

perlakuan lama fermentasi. Hasil

Lama Fermentasi

H8

bertujuan

karbohidrat pada masing-masing

berikut:
Table 1. Pengulangan
Ulangan

skin

dengan
Varian

karbohidrat pada masing-masing
perlakuan.

Dimana,

kadar

karbohidrat tertinggi diperoleh dari

(ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji

perlakuan H14 (lama fermentasi 14

Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan

hari) dengan nilai rata-rata yaitu

aplikasi SPSS versi 20 vor windows,

9.9956%.

serta

karbohidrat terendah diperoleh dari

analisis

deskriptif

untuk

kuisioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Uji Kadar Karbohidrat Nata
de banana skin
Menggunakan
Metode Anthrone

Sedangkan

kadar

perlakuan H8 (lama fermentasi 8
hari) dengan nilai rata-rata yaitu
2.2606%.
Pembentukan

nata

terjadi

karena pengambilan glukosa yang
ada

pada

larutan

gula

oleh

Acetobacter

xylinum.

Glukosa

banana skin (Yani dkk., 2000).

tersebut digabungkan dengan asam

Sumber nutrisi yang diperlukan

lemak

prekursor

Acetobacter

xylinum

dan

(penciri nata) pada membran sel.

berpengaruh

terhadap

kadar

Prekursor

kemudian

karbohidrat ialah sumber karbon,

diekstresikan keluar sel dan terjadi

nitrogen, dan pH. Sumber karbon

polymerisasi

yang digunakan dalam fermentasi

membentuk
ini
oleh

enzim

polymerase membentuk selulosa

nata

yang

karbohidrat,

merupakan

komponen

de

banana

skin

adalah

yang

tergolong

dan

disakarida.

penyusun lapisan nata. Selain itu,

monosakarida

bakteri Acetobacter xylinum akan

Media yang mengandung glukosa,

bekerja dengan baik apabila nutrisi

sukrosa

yang berfungsi sebagai makanan

membantu pembentukan nata. Gula

dan sumber karbon sebagai sumber

pasir juga dapat berfungsi sebagai

karbohidrat

pertumbuhan

bahan induser yang berperan dalam

bakteri nata yang dapat digunakan

pembentukan enzim ekstraseluler

untuk kegiatan metabolisme sel

polimerase yang bekerja menyusun

bakteri

benang-benang

bagi

tersebut.

Nutrisi

yang

dan

laktosa

dapat

nata

sehingga

digunakan nutrisi ekstrak tauge

pembentukan

yang mengandung unsur nitrogen

Selain itu juga gula sukrosa dalam

yang berfungsi dalam pertumbuhan

kulit

sel bakteri dan pembentukan enzim

senyawa pendukung pertumbuhan

yang

proses

(growth promoting factor) yang

metabolisme. Selain itu kualitas

dapat meningkatkan pertumbuhan

nata juga dipengaruhi oleh lama

mikroba, sedangkan mineral dalam

fermentasi, lama fermentasi yang

substrat

digunakan dalam pembuatan nata

meningkatkan

aktivitas

berkisar antara 8-14 hari (Saragih,

kinase

metabolisme

2004).
Perbedaan

Acetobacter

membantu

ini

disebabkan

karena kadar karbohidrat (pektin)
yang terdapat dalam kulit pisang

nata

pisang

maksimal.

yang

memiliki

akan
dalam

membantu

xylinum

enzim
sel

untuk

menghasilkan selulosa (Setyowati,
2004).
Faktor

eksternal

yang

sangat berpengaruh juga dalam

mempengaruhi kadar karbohidrat

pembentukan selulosa nata

yakni pH. Dimana

de

kondisi pH

awal

fermentasi,

hal

ini

semakin

besar

kemampuan

menunjukkan bahwa kinerja dalam

menumbuhkan

mekanisme reaksi senyawa kimia

maka semakin banyak selulosa

baik

yang terbentuk dalam nata de

untuk

memecah

ataupun

bakteri

reaksi yang terbentuk dipengaruhi

banana

oleh kondisi pH optimum (Lee,

karbohidrat

2002). Dari lama fermentasi nata

perlakuan

de

menunjukkan

memiliki banyak kebutuhan nutrisi,

bahwa semakin meningkatnya pH

gula, air dan bahan-bahan lainnya

maka kadar karbohidratnya akan

yang

semakin meningkat dikarenakan

pertumbuhan bakteri Acetobacter

adanya

xylinum sebagai bakteri pembentuk

banana

skin

pengaruh

pH

terhadap

kinerja Acetobacter xylinum untuk
mengubah
pengaruh

glukosa.
pH

Selain

terhadap

Acetobacter

xylinum

tidak

memberikan

pengaruh

yang

signifikan
karbohidrat,
karbohidrat

terhadap

kandungan

ini

dikarenakan

tersusun

dari

monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida
penambahan

sedangkan
pH

ini

tidak

memberikan penambahan jumlah
monosakarida, oligosakarida dan
polisakarida melainkan pengaruh
pH

berperan

untuk

mengoptimalkan pengubahan gula
yang

menjadi

Berdasarkan

karbohidrat.
hasil

kadar

karbohidrat dari perlakuan yang
berbeda

membuktikan

bahwa

semakin banyak kadar karbohidrat
dalam

nata

de

banana

skin,

Kandungan

pada
ini

kombinasi

tinggi

merupakan

karena

media

nata.
Hasil penelitian yang telah

itu

kinerja

skin.

tersebut

dilakukan oleh Susilowati (2002),
tentang pemanfaatan limbah cair
tahu untuk membuat nata dengan
gula

merah

aren

ternyata

berpengaruh

terhadap

kadar

karbohidrat.

Penelitian

lainnya

yang dilakukan oleh Fitriah (2009),
membuktikan

bahwa

besarnya

kandungan karbohidrat dan zat-zat
lain di dalam air cucian beras
membuatnya berpotensi sebagai
substrat

untuk

pembentukan

selulosa (nata).
2. Uji Hedonik Nata de Banana Skin
Hasil uji spesifikasi tekstur nata de
banana skin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Spesifikasi Tekstur
Nata de banana skin

masih

Spesifikasi
Lama Fermentasi
Hari ke-8 Hari ke-10 Hari ke-12 Hari ke-14
(H8)
(H10)
(H12)
(H14)

fermentasi,

Tekstur

menyebabkan

4.2

4.6

3.4

memadai

untuk

pertumbuhan nutrisi. Semakin lama
maka

nutrisi

pada

media semakin berkurang yang

2.4

tekstur

menjadi

lunak, sehingga untuk memperoleh
Dari Tabel 3.,
bahwa

dapat

terdapat

diketahui

perbedaan

tekstur yang kompak adalah lama

nilai

organoleptik terhadap tekstur nata de

fermentasi 10 hari.
Selain itu, sumber nitrogen

banana

juga

skin

pada

masing-masing

sangat

penting

untuk

perlakuan. Nilai tekstur tertinggi terdapat

menentukan tekstur dari nata de

pada perlakuan H10 (lama fermentasi 10

banana

hari), yaitu 4,6. Sedangkan, nilai tekstur

menjelaskan

terendah terdapat pada perlakuan H14

dipengaruhi oleh unsur nitrogen

(lama fermentasi 14 hari), yaitu 2,4.
Pada nata de banana skin

pada media karena ikatan yang

kandungan

pektin

mempunyai

prekursor

gula

menyatu

sehingga

jumlah

berpengaruh pada tekstur. Menurut
Loekmonohadi

(2002),

pektin

merupakan polisakarida yang dapat
membentuk

serat

(1984),

kualitas

tekstur

polisakarida

yang

mempunyai struktur polimer yang

membentuk gel dalam medium
dan

Widya

terbentuk antara unsur nitrogen dan

kemampuan sangat baik untuk
asam

skin.

dapat
serat

meningkatkan

yang

menetukan

tekstur yang dihasilkan.
Hasil uji spesifikasi rasa nata de
banana skin dapat dilihat pada Tabel 4.

polisakarida

struktural, yang berfungsi sebagai
penguat tekstur. Semakin banyak
kadar pektin maka pembentukan
gel akan semakin kompak sehingga

Tabel 4. Hasil Uji Spesifikasi Rasa Nata
debanana
skin
berdasarkan
waktu fermentasi
Spesifikasi

dapat mempengaruhi kekenyalan
nata.

Saragih

menjelaskan

(2004),
waktu

juga
yang

diperlukan untuk fermentasi adalah
selama 8-10 hari karena nutrisi
yang tersedia pada masa tersebut

Rasa

Lama Fermentasi
Hari ke-8 Hari ke-10 Hari ke-12 Hari ke-14
(H8) (H10)
(H12)
(H14)
4.9

4.2

3.6

2.8

Dari Tabel 4., dapat diketahui

bahwa terdapat perbedaan nilai
organoleptik terhadap rasa nata de

banana skin pada masing-masing
perlakuan.

Nilai

rasa

tertinggi

terdapat pada perlakuan H8 (lama
fermentasi 8 hari), yaitu 4,9.
Sedangkan, nilai rasa terendah

Hasil uji spesifikasi rasa warna de
banana skin dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Spesifikasi Warna Nata
de banana skin berdasarkan waktu
fermentasi

terdapat pada perlakuan H14 (lama

Spesifikasi
Lama Fermentasi
Hari ke-8 Hari ke-10 Hari ke-12 Hari ke-14
(H8)
(H10)
(H12)
(H14)

fermentasi 14 hari), yaitu 2,8. Ini

Warna

berarti bahwa semakin lama masa
fermentasi,

penerimaan

panelis

terhadap rasa nata de banana skin
cenderung menurun.
Hal ini disebabkan semakin

4.9

3.9

3.3

2.7

Dari Tabel 5., dapat diketahui bahwa

terdapat

perbedaan

nilai

organoleptik

terhadap warna nata de banana skin pada
masing-masing perlakuan. Nilai warna

lama waktu fermentasi, maka semakin

tertinggi terdapat pada perlakuan H8 (lama

banyak pula kandungan air pada

fermentasi 8 hari), yaitu 4,9. Sedangkan,

media yang mengisi rongga-rongga

nilai

antar selulosa, sehingga nilai rasa

perlakuan H14 (lama fermentasi 14 hari),

semakin menurun (Setyawan, 2006).

yaitu 2,7. Ini berarti bahwa semakin lama

Penurunan

masa

rasa

disebabkan

oleh

kekurangan unsur nitrogen pada media
yang

mempengaruhi

terbentuknya

ikatan antara unsur nitrogen dengan
prekursor

polisakarida

warna

terendah

fermentasi,

terdapat

penerimaan

pada

panelis

terhadap warna nata de banana skin
cenderung menurun.
Warna yang nampak pada nata de

yang

banana skin berbeda satu sama lain pada

mempunyai struktur polimer yang

masing-masing lama fermentasi. Warna nata

menyatuh dan dapat meningkatkan

yang diamati adalah derajat putih kecoklatan.

jumlah serat yang menentukan rasa

Kualitas warna nata dipengaruhi oleh jenis

nata yang dihasilkan. Faktor lama

nutrisi yang diberikan. Nata yang diberikan

fermentasi dan jenis nutrisi sangat

penambahan ekstrak tauge memiliki warna

berpengaruh terhadap rasa nata de

bening. Hal ini disebabkan semakin tinggi

banana skin karena semakin lama

kadar nitrogen yang ditambahkan, maka nata

fermentasi, maka semakin

banyak

akan semakin putih kecoklatan karena ion

kandungan air pada media yang

hidroksil nitrogen bereaksi dengan gula atau

mengisi rongga-rongga antar selulosa

komponen yang lain pada bahan dasar dan

mengakibatkan nata de banana skin

salah satu hasilnya memiliki warna lebih keruh

memiliki rasa yang kurang baik

(Sutarminingsih, 2004). Selain jenis nutrisi,

(Widya, 1984).

warna pada nata de banana skin juga
dipengaruhi oleh lama fermentasi karena

semakin

lama

fermentasi

maka

masing 4,9. Disarankan kepada peneliti

semakin banyak jalinan fibriler yang

lain untuk melanjutkan penelitian ini

terbentuk

dengan

sehingga

menyebabkan

warna nata menjadi pekat. Hal ini
terbukti pada lama fermentasi 12 dan
14 hari yang memiliki warna nata
yang

lebih

pekat

dibandingkan

dengan lama fermentasi sebelumnya.
Karena semakin lama fermentasi maka
semakin banyak jalinan selulosa yang
terbentuk akan menyebabkan nata de
banana skin yang dihasilkan pun
semakin pekat yakni memiliki warna
nata

kecoklatan

yang

rendah

(Loekmonohadi, 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka
disimpulkan bahwa semakin lama waktu
fermentasi, kadar karbohidrat nata de
banana skin semakin rendah. Kadar
karbohidrat nata de banana skin tertinggi
diperoleh

dari

perlakuan

H14,

yaitu

9.9956%, sedangkan kadar karbohidrat
nata de banana skin terendah terdapat pada
perlakuan H8, yaitu 2.2607%. Kualitas
organoleptik nata de banana skin yang
terbaik pada spesifikasi tekstur adalah
perlakuan H10 dengan nilai organoleptik
tertinggi yakni 4,6. Sedangkan kualitas
organoleptik nata de banana skin yang
terbaik pada spesifikasi rasa dan warna
adalah

perlakuan

organoleptik

H8

tertinggi,

dengan
yakni

nilai

masing-

perlakuan,

melakukan

berbagai

seperti

penambahan

variasi
gula,

pupuk, dan penggunaan kulit pisang
mentah atau matang.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani. 2010. Pemanfaatan kulit pisang
dalam pembuatan cuka. Artikel
(Online).
http://aksiguru.org.
Diakses tanggal 05 April 2016.
Astawan, M. 2008. Pisang Sebagai Buah
Kehidupan.
Artikel
(Online).
http://www.kompas.com/2008/08/1
7/Pisang.sebagai.buah.kehidupan.
Diakses 09 Maret 2016.
Fitriah, L. 2009. Pemanfaatan Air Cucian
Beras Sebagai Bahan Pembuatan
Nata (Seminar Kimia). Mataram:
Fakultas PMIPA Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Mataram.
Karuwal, R. L. 2011. Variasi Genetik
Pisang Tongkat Langit (Musa
troglodytarum)
Berdasarkan
Karakter
Morfologis
dan
Molekuler.
Tesis
(Tidak
Dipublikasikan).
Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Lee, J. M. 2002. Biochemical Enginering.
Pulman:
Washington
State
University.
Luthana, Yongki. 2008. Nata de coco.
Artikel
(Online).
http://yongkikastanyaluthana.word
press.com/2008/12/04/nata-decoco/, Diakses 15 April 2016.
Loekmonohadi. 2002. Kimia Makanan.
Semarang:
Fakultas
Teknik
UNNES.

Prahardini, Yuniarti, & Krismawati. 2010.
Karakteristik Varietas Unggul
Pisang Mas Kirana dan Agung
Semeru di Kabupaten Lumanjang.
Buletin Plasma Nutfah Vol 16 No.2.

Berbagai
Konsentrasi
Pada
Pembuatan Nata de coco. Skripsi
(Tidak Dipublikasikan). Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Yani,

Saragih. 2004. Membuat Nata de Coco.
Jakarta: Puspa Swara.
Serlahwaty, D. 2007. Kajian Isolasi
Karotenoid dari Minyak Sawit
Kasar dengan Metode Adsorbsi
Menggunakan Penjerap Bahan
Pemucat.
Tesis
(Tidak
Dipublikasikan). Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Setyawan, O. 2006. Pengaruh Jumlah
Acetobacter
xylinum
dan
Konsentrasi Ammonium Sulfat
Terhadap Produksi Nata de Pina.
Skripsi (Tidak Dipublikasikan).
Riau:
Fakultas
Pertanian
Universitas Riau.
Setyowati,
N.
2004.
Pengaruh
Penambahan Gula Terhadap Berat,
Ketebalan, Kadar Serat dan
Kekerasan Nata Jambu Mete.
Karya Tulis. Semarang: Politeknik
Kesehatan Semarang.
Suryani, A., Erliza, H., & Prayoga, S.
2005. Membuat Aneka Nata.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Susilowati, D. 2002. Pemanfaatan Limbah
Cair untuk Membuat Nata dengan
Penambahan Gula Merah Aren.
Laporan Penelitian Jurusan Teknik
Kimia. Surakarta: Fakultas Teknik.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Sutarminingsih, L. 2004. Peluang Usaha
Nata de coco. Yogyakarta: Kanisius.
Widya, I. W. 1984. Mempelajari Pengaruh
Penambahan Skim Milk Kelapa,
Jenis Gula, dan Mineral dengan

N., Rahayuningsih, Purwoko,
Suparno, D., & Setyaningsih. 2000.
Penuntun Praktikum Laboratorium
Bioproses.
Proyek
Kualitas
Pendidikan Sarjana Program Studi
Industri
Pertanian
Jurusan
Teknologi
Industri
Pertanian.
Bogor:
Fakultas
Teknologi
Pertanian. IPB.