MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (3)

1

MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: Muhammad Rozali
A. Latar Belakang
Madrasah merupakan salah satu institusi sosial yang memiliki peran
strategis dalam pembinaan kepribadian anak. Di dalam madrasah terjadi proses
pembudayaan bagi anak-anak (akulturasi). Transformasi kebudayaan berlangsung
melalui pembelajaran sesuai kurikulum yang berisikan berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.1 Fungsi pendidikan
sebagai institusi sosial yang menjamin kelangsungan hidup generasi muda suatu
bangsa. Baik pendidikan di madrasah, keluarga maupun di masyarakat pada
intinya untuk mengalihkan, dan mengembangkan kebudayaan agar kehidupan
masyarakat survive sesuai dengan cita-cita bangsanya.2
Belakangan ini madrasah mengalami perkembangan yang sangat
menggembirakan. Ini ditandai dengan beberapa hal, yaitu pertama, madrasah saat
ini sudah menjadi sub sistem pendidikan nasional. Artinya, politik pendidikan di
Negara ini memperhatikan dan memberikan ruang terhadap upaya-upaya
pengembangan madrasah dan pengakuan atas kesetaraan kedudukan dalam sistem
pendidikan nasional. Berbagai kebijakan pengembangan madrasah bisa kita lihat
dengan adanya Madrasah Wajib Belajar (MWB), program penegerian madrasah,

SKB 3 Menteri, UUSPN tahun 1989, pengembangan madrasah model dan MA
keagamaan dan akhir-akhir ini pengembangan madrasah unggulan.3 Kedua, animo
masyarakat terhadap lembaga pendidikan madrasah semakin hari semakin
meningkat.4 Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para orang tua memasukkan
anak-anaknya ke madrasah.
Perkembangan madrasah ini tentu saja menjadi angin segar bagi
masyarakat Muslim pada khususnya. Madrasah diharapkan mampu memainkan
1

Maksum, Madrasah; sejarah dan perkembangannya (Jakarta: logos, 1999), h. 90.
Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam (Malang: UMM Press, 2006), h. 12.
3
PP. No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
4
Ahmad Barizi, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005),
h. 34.
2

2


peranan dalam kehidupan yang mengalami perubahan. Pendidikan madrasah harus
mampu membekali pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar bisa
menghadapi tantangan zaman.5 Dengan terlaksananya manajemen yang baik,
maka kualitas lulusan kelas unggulan akan tercapai dengan memuaskan dan baik
pula. Dalam konteks ini, diperlukan penerapan fungsi-fungsi manajemen yang
memungkinkan program pengajaran berjalan dengan baik, sehingga berbasis pada
kompetensi dan bermuara kepada kualitas pelayanan yang baik dan kualitas
lulusan madrasah yang dibanggakan. Para manajer pendidikan mengintegrasikan
dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dan pekerjaan dari sejumlah orang
yang terlibat dalam proses manajerial secara profesional. Untuk itu setiap
pengelola pendidikan harus menyadari bahwa keterampilan manajerial sangat
penting artinya dalam memajukan madrasah terutama meningkatkan produktivitas
pendidikan.
Bergulirnya kebijakan otonomi bidang pendidikan merupakan peluang
bagi pemberdayaan lembaga pendidikan. Hal ini memberikan peluang bagi
restrukturisasi lembaga pendidikan, baik bidang manajemen maupun kurikulum.
Pelaksanaan otonomi pendidikan yang paling pokok adalah terletak pada
pemberian otonomi kepada pengelola lembaga pendidikan. Isu pendidikan
nasional yang berkaitan dengan kualitas atau mutu, banyak direspon para

pengelola pendidikan sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya dalam
mengelola lembaga pendidikannya. Maka penerapan sistem manajemen sangat
menentukan arah perbaikan sebuah lembaga pendidikan, khususnya peningkatan
kualitas pembelajaran semakin diberikannya otonomi, namun sejurus dengan
kebijakan yang telah digulirkan pada tataran realitasnya cara pimpinan lembaga
pendidikan merespon kebijakan Pendidikan Nasional ini sangat beragam dan
cenderung lamban, terutama dalam sistem manajemen yang belum sepenuhnya
berorientasi pada peningkatan kualitas, masih sukarnya madrasah dalam
meningkatkan pembiayaan, kecilnya dukungan masyarakat, banyaknya pengaruh
lingkungan bagi pembinaan kesiswaan, target pelaksanaan kurikulum yang terlalu
berat, pembinaan personil guru cenderung masih kurang, karena rendahnya biaya
5

Iqbal Fahri, Madrasah Unggulan dalam Tinjauan (Artikel PDF)

3

pendidikan. Jika di pahami lebih mendalam, pengelolaan organisasi pendidikan
sesungguhnya tidak boleh asal-asalan, karena kehadiran organisasi pendidikan
merupakan tuntutan moderenisasi, kemajuan sains dan teknologi dalam rangka

mengoptimalkan pembinaan potensi pribadi manusia sebagai makhluk yang
berbudaya.6
Berkaitan dengan program kelas unggulan, di satu sisi memiliki beberapa
kelebihan, tapi di sisi lain juga tidak lepas dari kelemahan. Oleh karena itu,
penulis berupaya melakukan peninjauan terhadap pelaksanaan manajemen
pendidikan program kelas unggulan di MTs Negeri 2 Medan. Apakah program
kelas unggulan sudah sejalan dengan makna filosofis pendidikan ataukah malah
bertentangan, sehingga pengembangan madrasah unggulan malah bersifat kontra
produktif. Untuk mengetahui program kelas unggulan ini berjalan atau tidak bisa
dilihat dari pelaksanaan manajemen pendidikannya, yang akan menjadi
pembahasan pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi

beberapa masalah

yang berkaitan

dengan latar belakang


pembahasan:
1.

Bagaimana perencanaan pendidikan program kelas unggulan di MTs
Negeri 2 Medan?

2.

Bagaimana pengorganisasian sumber daya program kelas unggulan di
MTs Negeri 2 Medan?

3.

Bagaimana pelaksanaan rencana pendidikan program kelas unggulan di
MTs Negeri 2 Medan?

4.

Bagaimana pengawasan pendidikan program kelas unggulan di MTs

Negeri 2 Medan?

6

Muhaimin, Eksistensi Madrasah sebagai madrasah Umum yang berciri khas Islam
(Malang: IAIN Tarbiyah, 1997), h. 76.

4

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka
tujuan penelitian ini adalah:
Mendeskripsikan perencanaan pendidikan program kelas unggulan di

1.

MTs Negeri 2 Medan.
Mendeskripsikan pengorganisasian sumber daya program kelas unggulan

2.


di MTs Negeri 2 Medan.
3.

Mendeskripsikan pelaksanaan rencana pendidikan program kelas
unggulan di MTs Negeri 2 Medan.
Mendeskripsikan pengawasan pendidikan program kelas unggulan di

4.

MTs Negeri 2 Medan.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Secara Teoretis
a.

Untuk menambah khazanah pengetahuan tentang perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan dan pelaksanaan manajemen pendidikan
di madrasah.


b.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih
lanjut dalam rangka pengembangan penelitian di berbagai institusi.

c.

Pengembangan

keilmuan

bagi

peneliti,

khususnya

dalam

melakukan penelitian pelaksanaan manajemen pendidikan madrasah

dalam meningkatkan mutu lulusan.
2. Secara Praktis
a.

Kepala MTs Negeri 2 Medan dalam mengevaluasi pelaksanaan
manajemen pendidikan, sehingga dapat diperbaiki berbagai kelemahan
yang ada untuk kemajuan di masa depan.

b.

Sebagai bahan pertimbangan/masukan bagi pendidik dan pengawas
dalam meningkatkan kinerjanya dalam melakukan perencanaan,
pengorganisasian sumber daya, melaksanakan rencana dan mengawasi

5

pendidikan sehingga pada masa yang akan datang dapat meningkatkan
mutu lulusan MTs Negeri 2 Medan.
c.


Bahan penelitian lain, sebagai bahan masukan dalam memperkaya
penelitian ini pada masa yang akan datang.

6

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Manajemen Pendidikan Program Kelas Unggulan
1. Pengertian Pendidikan Program Kelas Unggulan

Pada dasarnya program kelas unggulan menurut Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang ditulis kembali oleh Supriyono adalah
”suatu kelas yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam proses
dan hasil pendidikan”.7 Selanjutnya program kelas unggulan dapat diartikan
sebagai kelas yang menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta didik
dengan cara mengembangkan bakat dan kreativitas yang dimilikinya untuk
memenuhi kebutuhan pesertta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa.
Dari


pengertian

tersebut,

maka

dapat

diartikan

adanya

pengelompokkan kepada kelas tertentu bagi siswa yang memiliki kemampuan
di atas rata-rata dibandingkan teman yang lainnya. Penyelenggaraan kelas
unggulan tersebut telah menimbulkan pro dan kontra di dalam masyarakat.
Pendapat yang kontra dengan munculnya program kelas unggulan beranggapan
bahwa dengan kelas unggulan dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif
pada peserta didik. Sebagian masyarakat beranggapan dengan keberadaan kelas
unggulan

berarti memisahkan anak dari kehidupan alamiah yang ada di

sekelilingnya sehingga akan mengalami keterlambatan dalam bersosialisasi.
Terlepas dari pro dan kontra mengenai keberadaan kelas unggulan
oleh para ahli di atas, secara umum penyelenggaraan kelas unggulan memang
belum ada keseragaman antara sekolah yang satu dengan yang lainnya. Namun,
satu hal yang menjadi acuan pokok dalam penyelenggaraan pendidikan adalah
setiap siswa merupakan pribadi yang unik dan memiliki keberagaman
kemampuan, oleh karena itu, diperlukan adanya perlakuan berbeda atas

7

Agus Supriyono,Penyelenggaraan Kelas Unggulan (Surakarta: Universitas Sebelas
Maret, 2009), h. 13.

7

perbedaan kemampuan siswa tersebut agar kemampuan yang dimiliki dapat
tersalurkan sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
Dalam kaitan dengan pelaksanaan kelas unggulan tersebut, setiap
mata pelajaran yang ada di dalamnya harus diberikan secara intensif/sungguhsungguh kepada siswa, tidak terkecuali dengan mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan suatu sistem pendidikan
yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia
dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam
kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Menurut
Marimba:
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukumhukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali
beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah Kepribadian
muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih
dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.8
Berpijak dari tujuan mulia dari pendidikan Islam ini, maka sangat
dimungkinkan pelaksanaan Pendidikan Agama khususnya agama Islam bukan
lagi menjadi anak tiri tetapi Pendidikan Agama Islam menjadi motor serta
kemudi terhadap pendidikan yang lainnya.
Program kelas unggulan merupakan program kelas yang dikemas
berbeda dari kelas regular pada umumnya. Program ini dilaksanakan oleh MTs
Negeri 2 Medan dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan seiring
dengan semakin cepat persaingan lembaga pendidikan dalam memberikan
perubahan di dalam tubuh pendidikan. Di kelas unggulan inilah siswa ditempa
dengan berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor. Mereka dibina dengan program-program terstruktur
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

8

Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: al-Maarif, 2006), h. 23.

8

2. Tujuan Manajemen Kelas Unggulan
Untuk

melayani

kebutuhan

anak

berbakat

perlu

diusahakan

pendidikan yang berdiferensiasi yaitu yang memberikan pengalaman
pendidikan dengan disesuaikan minat, bakat dan kemampuan intelektual siswa.
Keberbakatan tidak akan muncul apabila kegiatan pembelajaran terlalu mudah
dan tidak mengandung tantangan bagi anak berbakat sehingga kemampuan
mereka yang unggul tidak akan tampil. 9 Anak-anak berbakat membutuhkan
perhatian khusus agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk
mewujudkan bakat-bakatnya yang unggul. Istilah “diferensiasi” dalam
pengertian kurikulum berdiferensiasi menunjuk pada kurikulum yang tidak
berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang
bakat tertentu. Kurikulum berdiferensiasi adalah sebuah kurikulum yang
dirancang secara khusus untuk melayani anak-anak berbakat unggul dengan
program pendidikan yang dipercepat, diperluas dan diperdalam yang memberi
keleluasaan gerak pada anak berbakat unggul untuk belajar sesuai dengan
bakat, minat dan kemampuan masing-masing.
Pengembangan kurikulum berdiferensiasi terutama menunjuk suatu
kebutuhan berkenaan dengan tumbuh kembangnya kreativitas seseorang.
Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua siswa, kurikulum
berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok
belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program khusus, siswa
berbakat akan memperoleh pengayaan (enrichment) dari materi pelajaran,
proses belajar, dan produk belajar. Isi pelajaran yang menunjuk pada konsep
dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi tingkat instruksional yang
akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat, dan rencana yang memfasilitasi
kinerja siswa. Untuk menerapkan kurikulum yang tepat bagi anak berbakat,
harus memperhatikan penerjemahan prinsip-prinsip teori kedalam praktek
secara holistik sedemikian rupa sehingga pendidikan anak berbakat menjadi
lengkap.
9

Utami Munandar,
Gramedia, 1990), 141.

Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Jakarta:

9

3. Fungsi Manajemen Kelas Unggulan
Kegiatan manajemen sangat luas, sebab dimulai dari bagaimana
menentukan arah masa depan, menciptakan kegiatan-kegiatan, mendorong
terbinannya kerja sama antara sesama, serta mengawasi kegiatan dalam
mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan beberapa
langkah diantaranya:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas pada setiap
organisasi. Karena itu, perencanaan akan menentukan adanya perbedaan
kinerja satu organisasi dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana
untuk mencapai tujuan. Perencanaan merupakan proses menentukan apa
yang seharusnya dicapai

dan bagaimana

mewujudkannya

dalam

kenyataan. Berarti di dalam perencanaan akan ditentukan apa yang akan
dicapai dengan membuat rencana dan cara-cara melakukan rencana untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Terdapat tiga unsur pokok dalam
kegiatan perencanaan yaitu: (1) pengumpulan data, (2) analisis fakta dan,
(3) penyusunan rencana yang konkrit.
Dalam perencanaan ada tujuan khusus, tujuan tersebut secara
khusus sunguh-sungguh dituliskan dan dapat diperoleh semua anggota
organisasi. Perencanaan mencakup periode tahun tertentu. Jelasnya, ada
tindakan program khusus untuk mencapai tujuan ini, karena memiliki
kejelasan pengertian sebagai bagian yang mereka inginkan. Perencanaan
adalah suatu rangkaian tindakan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan perencanaan disusun berbagai visi, misi, strategi, tujuan dan
sasaran organisasi yang pada tingkat awal menggunakan pengambilan
keputusan (decision making) yang juga merupakan inti dari manajemen.
Perencanaan memberikan arah, mengurangi pengaruh perubahan,
meminimalkan pengulangan dan menyusun ukuran untuk memudahkan
pengawasan. Dengan kata lain proses perencanaan merupakan langkah
awal kegiatan manajemen dalam setiap organisasi, karena melalui
perencanaan ini ditetapkan apa yang akan dilakukan, kapan melakukannya

10

dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Akan tetapi sebelum
sampai pada langkah-langkah ini diperlukan data dan informasi yang
cukup serta analisis untuk menetapkan rencana yang konkrit sesuai
kebutuhan organisasi.
Sementara menurut Siagian suatu proses perencanaan harus dapat
menjawab lima pertanyaan pokok, yaitu:
(1) apa yang akan dikerjakan dalam satu kurun waktu tertentu? (2)
siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan dan kepada siapa
bertanggung jawab? (3) prosedur, mekanisme dan metode kerja yang
bagaimana yang akan diberlakukan dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut agar terintegrasi dengan baik? (4) adakah penjadwalan
kegiatan yang jelas dan harus ditaati? (5) apa alasan yang benar-benar
dipertanggung jawabkan tentang mengapa berbagai kegiatan harus
dilaksanakan?10
Menurut Winardi, fungsi perencanaan mencakup aktivitas-aktivitas
manajerial yang mendeterminasi sasaran-sasaran dan alat-alat yang tepat
untuk mencapai sasaran-saran tersebut. Selanjutnya dikemukakan pula
bahwa elemen-elemen perencanaan itu terdiri dari: (1) sasaran-sasaran, (2)
tindakan-tindakan, (3) sumber-sumber daya, dan (4) implementasi. 11
Perencanaan telah berkembang sebagai hasil dari banyak perubahanperubahan penting baik dalam lingkungan tertentu organisasi harus bekerja
maupun dalam kegiatan internal organisasi. Perencanaan di masa depan
menjadi kegiatan manajer yang meningkat kepentingannya dalam industri,
sosial dan lingkungan politik berkembang semakin kompleks dan semakin
besar menekankan fungsi perencanaan akibat banyak ketidakpastian di
masa depan.

10

Sondang. P. Siagian, Filsafat
Administrasi (Jakarta: Gunung Agung, 1985), h. 70.

11

Winardi,
Manajemen (Bandung: Sinar Baru, 1990), h. 89.

Dasar-Dasar

11

Perencanaan

dapat

membangun

usaha-usaha

koordinatif.

Memberikan arah kepada para manajer dan pegawai tentang apa yang akan
dilakukan. Bila setiap orang mengetahui di mana organisasi berada dan apa
yang diharapkan memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan, maka
akan meningkat koordinasi, kerja sama dan tim kerja. Konsep tentang
sistem dalam perencanaan memerlukan pandangan organisasi sebagai
suatu integrasi dari berbagai macam sub sistem pembuatan keputusan.
Fungsi utama perencanaan manajemen puncak adalah salah satu rancangan
sistem mencakup: (1) penetapan tujuan, sasaran, kebijakan, prosedurprosedur dan hubungan organisasi di atas landasan sistematis untuk
pedoman pembuatan keputusan dan perencanaan pada berbagai macam
tingkatan organisasi, dan (2) pengaturan bagi rangkaian informasi ke dan
dari pusat-pusat perencanaan ini.
Elemen perencanaan yang mesti dipenuhi para manajer dalam
pekerjaannya, yaitu: (1) Sasaran, Sasaran adalah rencana terpadu sebab
kondisi khusus masa depan yang diimpikan para perencana akan terwujud
dengan memuaskan, (2) Tindakan-Tindakan, Tindakan adalah kekhususan
untuk mencapai sasaran, (3) Sumberdaya, adapun sumberdaya adalah
tuntutan yang diperlukan dalam melakukan tindakan, (4) Implementasi,
akhirnya adalah rencana harus termasuk cara dan tujuan dilaksanakan
sesuai dengan maksud tindakan. Pelaksanaan mencakup tugas-tugas dan
perintah terhadap personal untuk merencanakan rencana-rencana yang
ditetapkan, (5) Misi, adalah suatu bagian tujuan berkelanjutan, atau alasan
bagi adanya perusahaan. Dalam hal ini misi adalah pernyataan yang secara
luas dari sasaran dasar dan ruang lingkup suatu unit organisasi. Pernyataan
misi organisasi memberikan arah dan bimbingan bagi individu, kelompok
dan manajer melalui organisasi, dan (6) Sasaran, begitu misi dapat
dipahami maka sasaran khusus dapat dikembangkan. Sasaran adalah
keinginan akhir dan hasil akhir suatu aktivitas. Sasaran disusun setiap level
manajer dalam organisasi, baik level terendah organisasi, seharusnya
konsisten dengan sasaran yang dirumuskan pada level tertinggi.

12

Akhirnya sasaran yang terlalu mudah mencapainya memberikan
kepuasan yang sedikit bila dicapai. Sementara di lain pihak, sasaran yang
tidak tercapai adalah lebih membuat pekerjaan frustasi dari pada
mendorong mereka. Karena itu, sasaran harus menantang tetapi dapat
dicapai. Sasaran dikembangkan pada setiap level manajemen.
b. Pengorganisasian Sumber Daya
Organisasi dalam bentuk apapun pada dasarnya terdiri dari sumber
daya, proses manajemen yang jelas dan tujuan organisasi. Seluruh sumber
daya yang dimiliki organisasi tersebut dimanfaatkan dalam proses
manajemen secara terintegrasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
Pengorganisasian sumber daya merupakan fungsi manajemen yang kedua
dan merupakan langkah strategis untuk mewujudkan suatu rencana
organisasi. Menurut Winardi pengorganisasian ialah suatu proses di mana
pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat
ditangani dan aktivitas-aktivitas mengkoordinasikan hasil yang dicapai
untuk mencapai tujuan tertentu.12
Sejalan dengan pendapat di atas, pengorganisasian merupakan
usaha penciptaan hubungan tugas yang jelas antara personalia, sehingga
dengan demikian setiap orang dapat bekerja bersama-sama dalam kondisi
yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Pengorganisasian yang
dilaksanakan para manajer secara efektif, akan dapat: 1). menjelaskan
siapa yang akan melakukan apa; 2). menjelaskan siapa memimpin siapa;
3). menjelaskan saluran-saluran komunikasi; 4). memusatkan sumbersumber data terhadap sasaran-sasaran.13
Setiap lembaga pendidikan memerlukan pengorganisasian sumber
daya manusia agar organisasinya dapat berjalan secara sistematis dan
efisien. Walaupun pada kenyataannya, masih banyak lembaga pendidikan
yang belum mengembangkan sistem pengorganisasian sumber daya
manusia yang komprehensif, padahal pengorganisasian sumber daya
12
13

Winardi, Dasar, h. 91.
Ibid., h. 93.

13

manusia merupakan sesuatu yang penting dalam organisasi untuk
menanggapi dengan baik dan tepat perubahan-perubahan yang terjadi pada
lingkungan eksternal organisasi. Daya adaptabilitas organisasi pada
perubahan lingkungan eksternal dapat dikembangkan melalui peningkatan
kapasitas dan kompetensi sumber daya yang ada. Pengembangan sumber
daya bermakna perwujudan tanggung jawab sosial suatu organisasi.
Dalam menjalankan kegiatan untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan, maka lembaga pendidikan harus memiliki pola pengembangan
sistem pengorganisasian sumber daya. Oleh karena itu, dalam menjawab
berbagai tantangan perubahan pada lingkungan internal dan eksternal
lembaga pendidikan, pengorganisasian sumber daya harus dilaksanakan
dengan cara yang berkesinambungan.
c. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan rencana merupakan kegiatan nyata yang
dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan pendidik.
Kegiatan pelaksanaan rencana merupakan kegiatan pemberian bantuan
dari supervisor kepada pendidik, agar dapat terlaksana dengan efektif
pelaksanaannya harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan
dan ada follow up untuk melihat keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan
manajemen.
Pada akhirnya manajer menyimpulkan hasil dengan melihat
keinginan yang sebenarnya dicapai, kemudian menentukan bersama
rencana menajerial yang akan datang baik berupa dorongan untuk
meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses
belajar mengajar yang telah dilakukan) maupun keterampilan-ketrampilan
yang perlu disempurnakan.
d. Pengawasan
Pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para
manajer pada suatu organisasi. Siagian berpendapat bahwa pengawasan
merupakan proses pengamatan atau pemantauan terhadap pelaksanaan
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang

14

dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.14
Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal
dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncanakan
dijalankan dengan benar sesuai hasil musyawarah dan pendayagunaan
sumber daya material akan mendukung terwujudnya tujuan organisasi.
Pengawasan dimaknai sebagai segala aktivitas untuk menjamin pencapaian
tujuan sebagaimana direncakan dan pemeriksaan terhadap adanya
penyimpangan menjadi hakekat pengawasan. Pengawasan ini dapat
dilakukan secara langsung maupun pengawasan tidak langsung.
Proses pengawasan yang akan menjamin standar bagi pencapaian
tujuan merupakan usaha yang sistematis dalam menentukan apa yang telah
dicapai yang mengarah kepada penilaian kinerja dan pentingnya
mengkoreksi atau mengukur kinerja yang didasarkan pada rencanarencana yang ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya Siagian berpendapat
bahwa sasaran pengawasan adalah untuk menjamin hal-hal berikut:
(1) kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan terselenggara sesuai
dengan jiwa dan semangat kebijaksanaan dan strategi dimaksud, (2)
anggaran yang tersedia untuk menghidupi berbagai kegiatan
organisasi benar-benar dipergunakan untuk melakukan kegiatan
tersebut secara efisien dan efektif, (3) para anggota organisasi benarbenar berorientasi kepada berlangsungnya hidup dan kemajuan
organisasi sebagai keseluruhan dan bukan kepada kepentingan
individu yang sesungguhnya ditempatkan di bawah kepentingan
organisasi, (4) penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
kerja sedemikian rupa sehingga organisasi memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana tersebut, (5) standar mutu
hasil pekerjaan terpenuhi semaksimal mungkin, dan (6) Prosedur kerja
ditaati oleh semua pihak.15
14
15

Siagian, Filsafat, h. 74.
Ibid., h. 76.

15

Pengawasan menjadi sangat strategis apabila setiap orang
menyadari betapa pentingnya hal tersebut agar tidak terjadinya
penyimpangan. Pengawasan yang dibuat dalam fungsi manajemen
sebenarnya merupakan strategi untuk menghindari penyimpanganpenyimpangan dari segi pendekatan rasional terhadap keberadaan jumlah
dan kualitas bahan, uang, staf, peralatan, faslititas, dan informasi,
demikian pula pengawasan terhadap aktivitas (penjadwalan dan ketepatan
pelaksanaan kegiatan organisasi), sedangkan yang lain adalah pengawasan
terhadap standar produk yang diinginkan.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan, mengenai pelaksanaan
manajemen pendidikan program kelas unggulan di MTs Negeri 2 Medan, maka
penulis merasa perlu untuk mengajukan kerangka pikir penelitian untuk
memberikan arah penelitian ini sebagai berikut:

Perencanaan
Manajemen

Pelaksanaan Manajemen
Pendidikan Kelas Program
Unggulan di Mts Negeri 2
Medan

Pengorganisasian
Sumber Daya

Peningkatan Mutu
Lulusan

Pelaksanaan Rencana

Pengawasan
Manajemen

Gambar 1 : Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan pada gambar kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa
manajemen pendidikan hendaknya berlangsung pada tahapan-tahapan yang runtut,

16

yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang
kesemuanya memungkinkan terlaksananya manajemen pendidikan program kelas
unggulan di MTs Negeri 2 Medan.
D. Penelitian Yang Relevan
Dari observasi yang penulis lakukan di MTsN 2 Medan, penelitian tentang
Pelaksanaan Manajemen Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Lulusan di
MTsN 2 Medan, belum pernah dilakukan.
Namun setelah dilakukan studi kepustakaan terdapat beberapa judul
penelitian yang mirip, diantaranya:
1. Abdul Mukmin Dalimunthe, dengan judul: Pelaksanaan Manajemen
Pendidikan di MAN 1 Medan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dalam rangka mengungkapkan secara mendalam data dan fakta
tentang pelaksanaan manajemen pendidikan di MAN 1 Medan.
2. Warhamni, dengan judul: Manajemen Pembelajaran Kecakapan Hidup

(Life Skill) dalam Peningkatan Mutu Lulusan di Madrasah Aliyah Swasta
al-Ittihadiyah Medan. Penelitian difokuskan pada upaya manajerial yang
dilakukan pihak lembaga, yang dalam hal ini adalah stakeholder Madrasah
Aliyah Swata al-Ittihadiyah Medan dan masyarakat/orang tua siswa dalam
menerapkan program pendidikan kecakapan hidup dalam meningkatkan
mutu lulusan terutama mereka yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang
yang lebih tinggi.
3. Sunardi, dengan judul: Manajemen Komite Sekolah dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan di SD an-Nizam Medan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui

seberapa

penting

manajemen

peningkatan mutu pendidikan di SD an-Nizam.

komite

sekolah

dalam

17

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis.16 Hal itu didasarkan pada maksud untuk mendeskripsikan
perilaku informan yaitu Kepala Madrasah, pendidik dan siswa-siswi sesuai situasi
sosial yang ada. Penelitian kualitatif dilaksanakan untuk membangun pengetahuan
melalui pemahaman dan penemuan. Sebagaimana dijelaskan oleh Nasution
bahwa:
Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha mengalami
bahasa tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus
turun kelapangan dan berada di sana dalam waktu yang cukup lama. Apa
yang dilakukan oleh peneliti kualitatif banyak persamaan dengan detektif
atau mata-mata, penjelajah atau jurnalis yang juga turun ke lapangan untuk
mempelajari manusia tertentu dengan mengumpulkan data yang banyak.
Tentu saja yang dilakukan ilmuan lebih cermat, formal dan canggih.17
Bogdan dan Taylor, mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 18 Indikasi dari model penelitian ini
yang membedakannya dengan penelitian jenis lainnya, antara lain:
(1) adanya latar alamiah; (2) manusia sebagai alat atau instrumen; (3)
metode kualitatif; (4) analisis data secara induktif; (5) teori dari dasar
(grounded theory); (6) deskriptif; (7) lebih mementingkan proses dari pada
hasil; (8) adanya batas yang di tentukan oleh fokus; (9) adanya kriteria
khusus untuk keabsahan data; (10) desain yang bersifat sementara; (11) hasil
penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.19
Karena data yang di peroleh berupa kata-kata atau tindakan, maka jenis
16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1998), h. 245.
17
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 2003), h. 5.
18
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), cet. XXVII, h. 4.
19
Ibid., h. 8-13.

18

penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian deskriptif, yakni jenis
penelitian yang menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau
berbagai variabel. Menurut Moleong, penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang datanya di kumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.20
Metode yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai-nilai
keunggulan yang sama pada bagian tertentu dan pada bagian lain terdapat
perbedaan. Pendekatan ini merupakan suatu proses penelitan dan pemahaman
yang berdasarkan pada metodologi yang meneliti suatu fenomena sosial dan
permasalahan manusia. Dalam hal ini, peneliti membuat suatu gambaran yang
cukup lengkap, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden
dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif ini dilakukan
pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.
Menurut

Moleong

bahwa

penelitian

kualitatif

menghasilkan

deskripsi/uraian berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku para aktor yang
dapat diamati dalam suatu situasi sosial.21 Dalam konteks ini peneliti berusaha
memahami pelaksanaan manajemen pendidikan program kelas unggulan di MTs
Negeri 2 Medan. Selanjutnya dalam mempelajari perilaku manusia diperlukan
penelitian mendalam sampai ke perilaku intinya (inner behavior) secara holistik
dan bertolak dari sudut pandang manusia pelakunya. Aktivitas penelitian kualitatif
yang akan dilaksanakan ini memiliki ciri-ciri: 1). latar alamiah sebagai sumber
data 2). peneliti adalah instrumen kunci 3). penelitian kualitatif lebih
mementingkan proses dari pada hasil 4). peneliti dengan pendekatan kualitatif
cenderung menganalisis data secara induktif 5). makna yang dimiliki pelaku yang
mendasari tindakan-tindakan mereka merupakan aspek esensial dalam penelitian
kualitatif.
Dalam menafsirkan data, atas makna perilaku informan maka digunakan
penafsiran fenomenologik dengan pola maksud, tujuan dan pemaknaan.
Selanjutnya Bogdan dan Biklen berpendapat bahwa penelitian kualitatif
dimaksudkan untuk menemukan makna perilaku atau tema budaya yang
20

21

Ibid., h. 6.
Ibid., h. 92.

19

merupakan alasan seseorang atau kelompok dalam melakukan sesuatu perilaku
sesuai latar sosial.22
Oleh karena itu, hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan suatu
gambaran yang utuh dan terinci dengan baik tentang pelaksanaan manajemen
pendidikan program kelas unggulan di MTs Negeri 2 Medan.
B. Subjek Penelitian
Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.23 Subjek penelitian ini adalah aktor yang terlibat dalam kepengurusan
program kelas unggulan di MTs Negeri 2 Medan. Kegiatan penelitian ini
diarahkan pada pencarian data dari Kepala Madrasah, wakil Kepala Madrasah,
ketua program kelas unggulan, bidang pendidikan, pendidik, pegawai, siswa-siswi
maupun komite madrasah.
Informan adalah subjek yang diperlukan untuk memperoleh informasi
dalam mengungkap kasus-kasus yang diperhatikan. Kasus dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai fenomena yang terjadi pada suatu waktu dalam lingkup
(konteks) penelitian yang menjadi perhatian dan memberikan informasi penting
serta diperlukan berkaitan dengan fokus dan tujuan penelitian. Penentuan
informan bergantung pada unsur-usur sebelumnya dipilih menurut kaidah
purposif. Karakteristik utama pemilihan informan adalah berkembang dan
berkelanjutan, senantiasa disesuaikan dan diarahkan untuk mencapai kejenuhan
(redudance) data. Dengan perkataan lain, pencapaian data dihentikan manakala
tidak ada lagi variasi data yang muncul ke permukaan ketika peneliti melakukan
pengumpulan dan analisis data.
Penelitian ini menggunakan teknik sampel bola salju (snow ball technique)
atau sampel yang tidak dibatasi terlebih dahulu tetapi batasan sampel berdasarkan
kecukupan informasi atau data yang diperlukan. Apabila data dan informasi yang

22

Ibid.
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet.
VIII, h. 157.
23

20

diperoleh dari para informan tidak bervariasi lagi, maka sampel penelitian tidak
perlu ditambah lagi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama
(key instrument) dengan berpegang pada pertanyaan pokok penelitian ini: (1)
Bagaimana perencanaan manajemen pendidikan program kelas unggulan di MTs
Negeri 2 Medan? (2) Bagaimana pengorganisasian sumber daya program kelas
unggulan di MTs Negeri 2 Medan? (3) Bagaimana pelaksanaan rencana program
kelas unggulan di MTs Negeri 2? (4) Bagaimana pengawasan program kelas
unggulan di MTs Negeri 2 Medan? Dengan demikian, pertanyaan penelitian ini
menjadi fokus dalam pengumpulan data lapangan. Pengumpulan data selanjutnya
bergerak dari fokus yang tercermin dalam keempat pertanyaan penelitian itu.
Sementara itu hakikat peneliti sebagai instrumen kunci diaplikasikan dalam
penggunaan teknik pengumpulan data kualitatif yang terdiri dari wawancara,
observasi dan studi dokumen.
Wawancara baik yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur terhadap
para informan. Proses wawancara dilakukan dalam lima tahapan: (1) menentukan
informan yang akan diwawancarai, (2) mempersiapkan kegiatan wawancara, sifat
pertanyaan, alat bantu, menyesuaikan waktu dan tempat, membuat janji, (3)
langkah awal, menentukan fokus permasalahan, membuat pertanyaan-pertanyaan
pembuka (bersifat terbuka dan terstruktur), dan mempersiapkan catatan
sementara, (4) pelaksanaan melakukan wawancara sesuai dengan persiapan yang
dikerjakan, dan (5) menutup pertemuan. Dalam kesempatan ini peneliti akan
melakukan wawancara dengan beberapa informan yang terlibat dalam
pelaksanaan manajemen pendidikan di MTs Negeri 2 Medan seperti pengawas,
Kepala Madrasah, maupun pendidik.
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung dalam situs penelitian,
dimulai dengan rentang pengamatan yang bersifat umum atau luas, kemudian
terfokus pada permasalahan dan penyebab baik situs utama yakni informan atau

21

ruang, peralatan yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan manajemen
pendidikan di MTs Negeri 2 Medan.
Studi dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah suatu tulisan
atau catatan yang berupa laporan, arsip, atau catatan lain, tidak dipersiapakan
secara khusus untuk merespon permintaan peneliti. Dokumen yang tergolong
sumber informasi dalam penelitian ini antara lain menyangkut peraturanperaturan, kelengkapan madrasah atau hal-hal lainnya yang dianggap mendukung
penelitian ini. Data yang berasal dari studi dokumentasi ini untuk selanjutnya
dikelompokkan pada temuan umum maupun khusus dalam penelitian ini.
Penggunaan ketiga teknik pengumpulan data di atas didukung dengan
menggunakan alat bantu berupa audio record dan kamera foto. Akan tetapi tidak
ada penggunaan secara khusus, satu dan lainnya saling melengkapi.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
kedalam suatu pola, kategori dan uraian sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data.24 Untuk itu data yang
didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif model
interaktif: 1). reduksi data 2). penyajian data, dan 3). kesimpulan, dimana
prosesnya berlangsung secara sirkuler selama penelitian berlangsung. Pada tahap
awal pengumpulan data, fokus penelitian masih melebar dan belum tampak jelas,
sedangkan observasi masih bersifat umum dan luas. Setelah fokus semakin jelas
maka peneliti menggunakan observasi yang lebih berstruktur untuk mendapatkan
data yang lebih spesifik.
1.

Reduksi Data
Reduksi data yaitu, membuat abstraksi seluruh data yang diperoleh dari

catatan lapangan hasil observasi, wawancara dan pengkajian dokumen. Setelah
data penelitian yang diperlukan dikumpulkan, maka agar tidak bertumpuktumpuk dan untuk memudahkan dalam mengelompokkan serta dalam
menyimpulkannya perlu dilakukan reduksi data. Miles dan Huberman
24

Ibid., h. 161.

22

mendefinisikan reduksi data sebagai suatu proses pemilihan, memfokuskan
pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data mentah/kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.25
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
mengungkapkan

hal-hal

yang penting,

menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak dibutuhkan dan mengorganisasikan data agar lebih
sistematis sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan yang bermakna. Adapun
data yang telah direduksi akan dapat memberikan gambaran yang lebih tajam
tentang pelaksanaan manajemen pendidikan di MTs Negeri 2 Medan.
2.

Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah proses reduksi, menurut Miles dan

Huberman penyajian data merupakan proses pemberian sekumpulan informasi
yang sudah disusun yang memungkinkan untuk penarikan kesimpulan. 26 Proses
penyajian data ini adalah mengungkapkan secara keseluruhan dari sekelompok
data yang diperoleh agar mudah dibaca dan dipahami, yang paling sering
digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.27
Data dapat menggambarkan bagaimana proses pelaksanaan manajemen
pendidikan dalam meningkatkan mutu lulusan di MTs Negeri 2 Medan berjalan
sesuai dengan jadwal dan rencana kerja yang dilakukan supervisor. Penyajian
data dapat berupa matriks, grafik, jaringan kerja dan lainnya, dengan adanya
penyajian data maka peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dalam
kancah penelitian dan apa yang akan dilakukannya selanjutnya dalam
mengantisipasinya.
3. Kesimpulan
Setelah kedua langka di atas dilaksanakan, perlu untuk menyajikan
secara jelas yaitu dengan cara menginterprestasikan data yang sudah tersusun
sesuai pengkodean. Data penelitian pada pokoknya berupa kata-kata, tulisan
25

Ibid.
Ibid., h. 112.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2008), cet. VI, h. 341.
26

23

dan tingkah laku sosial para aktor yang terkait dengan pelaksanaan manajemen
pendidikan di MTs Negeri 2 Medan. Miles dan Huberman menjelaskan bahwa
kesimpulan pada awalnya masih longgar namun kemudian meningkat menjadi
lebih rinci dan mendalam dengan bertambahnya data dan akhirnya kesimpulan
merupakan suatu konfigurasi yang utuh. Pada tahap awal pengumpulan data,
fokus penelitian masih melebar dan belum tampak jelas, sedangkan observasi
masih bersifat umum dan luas. Setelah fokus semakin jelas maka peneliti
menggunakan observasi yang lebih berstruktur untuk mendapatkan data yang
lebih spesifik tentang pelaksanaan manajemen pendidikan pada MTs Negeri 2
Medan.
E. Teknik Pencermatan Kesahihan Data
Untuk memperkuat kesahihan data hasil temuan dan keotentikan
penelitian, maka peneliti mengacu kepada penggunaan standar keabsahan data
yang terdiri dari:
1. Kredibilitas (credibility)
Adapun usaha untuk membuat lebih terpercaya (credible) proses,
interpretasi dan temuan dalam penelitian ini yaitu dengan cara: (a) keterikatan
yang lama dengan yang diteliti dalam berhubungan dengan pelaksanaan
manajemen pendidikan di MTs Negeri 2 Medan baik berasal dari Kepala
Madrasah, pendidik, pegawai, siswa-siswi maupun komite madrasah,
dilaksanakan dengan tidak tergesa-gesa sehingga pengumpulan data dan
informasi tentang situasi sosial dan fokus penelitian akan diperoleh secara
sempurna, (b) ketekunan pengamatan terhadap aktivitas manajemen di MTs
Negeri 2 Medan untuk memperoleh informasi yang sahih, (c) melakukan
triangulasi (triangulation), yaitu informasi yang diperoleh dari beberapa
sumber diperiksa silang antara data wawancara dari seluruh elemen MTs
Negeri 2 Medan mulai dari Kepala Madrasah, pendidik, pegawai, siswa
maupun komite madrasah kemudian diperiksa silang data wawancara dengan
data pengamatan, observasi dan data yang diperoleh dari penggalian dokumen.
Dalam hal ini triangulasi atau pemeriksaan silang terhadap data yang diperoleh

24

dapat dilakukan dengan membandingkan data wawancara dengan data
observasi atau pengkajian dokumen yang terkait dengan aktivitas pelaksanaan
manajemen pendidikan di MTs Negeri 2 Medan yang telah berlangsung selama
ini. (d) mendiskusikan dengan teman sejawat yang tidak berperan serta dalam
penelitian, sehingga penelitian akan mendapat masukan dari orang lain, (e)
analisis kasus negatif yaitu menganalisis dan mencari kasus atau keadaan yang
menyangggah temuan penelitian, sehingga tidak ada lagi bukti yang menolak
temuan penelitian.
Kasus di sini menjadi kekuatan atau satuan analisis dalam pengumpulan
data baik dalam satu kasus maupun berbagai kasus, bahkan sub kasus. Dalam
pengumpulan data kasus-kasus ini menjadi fokus sekaligus satuan analisis
(mencakup satuan sosial, fisik dan waktu atau rangkaian waktu). Adapun
kasus-kasus dalam penelitian ini dibedakan atas kasus utama, kasus negatif dan
kasus ekstrim.
Kasus utama pada penelitain di MTs Negeri 2 Medan ini adalah kasuskasus yang menjadi perhatian utama, terdapat pada keempat situs dan
mencakup keempat parameter di atas. Kriteria utama penentuan kasus adalah
informasi penting yang diperlukan dan sesuai dengan fokus serta dapat
digunakan sebagai satuan analisis atas kasus terpilih. Informasi-informasi yang
diperoleh dari kasus utama ini merupakan data induk, data yang harus diperiksa
lagi keabsahannya melalui kasus negatif atau kaidah-kaidah keabsahan lainnya.
Kasus negatif dalam penelitian ini adalah kasus-kasus yang memunculkan data
tidak mendukung data utama, data yang diperoleh sebelum dan sesudahnya.
Peneliti secara sungguh-sungguh mengamati ada atau tidaknya kasus negatif
pada setiap kasus yang diperhatikan. Dalam pengumpulan data kasus negatif
ini digunakan untuk mencapai tingkat kepercayaan tinggi data dan hasil
penelitian.
Adapun kasus ekstrim merupakan kasus yang berada di luar kasus yang
diperlihatkan. Peneliti juga secara sungguh-sungguh mengidentifikasi kasus
yang berada pada dua bagian sebagai kasus ekstrim. Dalam penelitian di MTs
Negeri 2 Medan ini, kasus ekstrim dibagi atas dua tipe, yaitu (1) situasi,

25

sesuatu yang seharusnya ada pada situasi tertentu, dan (2) bias informan,
sesuatu yang diingkari kebenarannya oleh informan keduanya ditinjau atas
dasar nilai positif dan negatif. Dalam proses pengumpulan dan analisis data
peneliti memperhatikan kasus-kasus negatif dan ekstrim yang tujuannya agar
bukti-bukti yang diperoleh benar-benar dapat dipercaya. Mekanismenya
terpadu dalam proses pengumpulan data.
2. Keteralihan (transferability)
Keteralihan atau sering juga disebut sebagai external validity yang
merupakan keteralihan adalah sejauh mana hasil suatu penelitian dapat
diterapkan dan dialihkan atau diserahkan kepada pembaca dan pemakai.
Pembaca laporan penelitian ini diharapkan mendapat gambaran yang jelas
mengenai latar (situasi) yang bagaimana agar hasil penelitian dapat
diaplikasikan atau diberlakukan kepada konteks atau situasi lain yang sejenis.
Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mendeskripsikan dengan rinci tentang
kemungkinan diterapkannya hasil penelitian ini sebagai rekomendasi untuk
implementasi pelaksanaan manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu
lulusan.
3. Dapat dipercaya atau dapat dipegang kebenarannya (dependability)
Peneliti

mengusahakan

konsistensi

dalam

keseluruhan

proses

penelitian ini agar dapat memenuhi persyaratan yang berlaku. Semua aktivitas
penelitian harus ditinjau ulang terhadap data yang telah diperoleh dengan
memperhatikan konsistensi dan dapat dipertanggungjawabkan. Bagaimana pun
juga penelitian ini mengandalkan manusia sebagai instrument (human
instrument) sehingga peneliti perlu mengadakan pengulangan suatu studi dalam
kondisi yang sama agar hasil dicapai secara esensial sama. Dengan demikian
peneliti yakin bahwa apa yang terjadi dalam implementasi pelaksanaan
manajemen pendidikan dalam meningkatkan mutu lulusan adalah suatu
kenyataan.
4. Dapat dikonfirmasikan (confirmability)
Data harus dapat dipastikan keterpercayaannya atau diakui oleh
banyak orang (objektivitas) sehingga kualitas data dapat dipertanggung

26

jawabkan sesuai spektrum, fokus dan latar alamiah penelitian yang dilakukan.
Dalam hal ini kegiatan dilakukan dengan cara ‘audit trial’ yaitu suatu usaha
melacak dan mengikuti jejak dengan mengadakan pemeriksaan terhadap
ketelitian yang sudah dikerjakan sehingga timbul keyakinan bahwa apa yang
dilaporkan dalam penelitian ini seperti apa adanya. Dengan melakukan
konfirmasi dapat dikatakan bahwa kebenaran data tersebut dapat dipercaya.28
Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam hal ini meliputi:
a. Menyusun data mentah berdasarkan catatan lapangan sewaktu
mengadakan observasi, wawancara dan dikumentasi.
b. Mengadakan unitasi dan kategorisasi berdasarkan data yang terkumpul.
c. Menyajikan (deskriptif) dan menganalisa data.
Melaporkan proses pengumpulan data hingga diperoleh kesimpulan,
mendeskripsikan dan mensintesis hasil temuan dengan teori-teori yang
diungkapkan oleh para pakar berkenaan dengan permasalahan yang dikaji oleh
penulis.

28

Moleong, Metodologi, h. 173.

27

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah Singkat MTs Negeri 2 Medan
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan beralamat di Jl. Peratun nomor
3 Kecamatan Medan Estate. Berdasarkan studi dokumentasi diperoleh data
bahwa MTs Negeri 2 Medan didirikan pada tahun 1980. Operrasional
akreditasi untuk menjadi status Madrasah Tsanawiyah Negeri dikeluarkan
pada tahun pelajaran 1995-1996,29 pada saat itu jabatan Kepala Madrasah
dipercayakan kepada Drs. Marahalim Siregar, selaku Kepada Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Tanjung Morawa Deli Serdang.
Penelitian ini penulis lakukan pada tanggal 12-20 September 2012,
mulai dari observasi, wawancara, sampai dengan pengumpulan hasil angket
dari responden, pengolahan dan analisa data serta pembuatan laporan. Selama
melakukan penelitian ini penulis juga dibimbing oleh guru-guru MTs Negeri 2
Medan.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Visi MTs Negeri 2 Medan adalah: Mewujudkan MTsN 2 Medan yang
populis, Islami, berkualitas dan berwawasan lingkungan.30 Sedangkan Misi
MTsN 2 Medan adalah:
a) Membentuk akhlakul karimah di kalangan siswa, guru dan pegawai.
b) Membina, mengembangkan peningkatan kualitas IMTAQ siswa, guru
dan pegawai secara berkesinambungan.
c) Mengembangkan, meningkatkan kualitas IPTEK siswa, guru dan
pegawai.
d) Mengembangkan,
menyempurnakan
sarana
dan
prasarana
pembelajaran siswa.
e) Menumbuhkembangkan apresiasi seni budaya dan meningkatkan
kegiatan olah raga di kalangan siswa.
f) Menciftakan lingkungan sehat, kondusif dan bernuansa Islami.31
29

Hasil wawancara
Profil dan Strategi Pencapaian Visi dan Misi Madrasah di MTsN 2 Medan
31
Ibid.
30

28

Untuk mencapai visi dan misi ini MTsN 2 Medan mempunyai target
dalam jangka 5 tahun yaitu tahun pelajaran 2009-20013 harus sudah tercapai,
adapun target tersebut antara lain:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)

Kelulusan UN 95%
Nilai rata-rata UN 7,5
Penyusunan dan pelaksanaan KTSP 100%
Proses pembelajaran dengan mengembangkan PAIKEM/CTL untuk
semua mata pelajaran 90%
Lulusan MTsN 2 Medan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
lebih tinggi pada sekolah negeri dan favorit
Kualifikasi pendidik yang berpredikat (S-1) 100%
Kompetensi pendidik S-1 dengan kompetensi pade gogik,kepribadian,
profesional 90%
Pengadaan, pemberdayaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang
memadai 95%
Pelaksanaan manajemen pendidikan yang profesional 98%
Tersedianya biaya pendidikan baik biaya investasi, operasional
maupun personal 95%
Sistem pelaksanaan penilaian mengacu kepada aspek kognisi, afeksi,
psikomotorik, dan sikap prilaku 98%32
Untuk mencapai target 2009-2013 tersebut MTsN 2 Medan

mempunyai beberapa strategi pencapaian visi dan misi madrasah diantaranya
dikemukakan sebagai berikut:
a) Mengupayakan madrasah selalu menang dan menang
b) Menghidupkan sance of belonging dan melaksanakan sence of urgency
c) Menumbuhkan motivasi intrisik dan membuat semboyan/kalimat
Thoyibah yang bisa memacu semangat kerja dan bisa dijadikan alat
pembelajaran
d) Menggugah nuansa batin seluruh warga madrasah untuk ikhlas dalam
bekerja
e) Melibatkan semua pihak baik di madrasah maupun di luar madrasah
untuk menggapai keberhasilan/prestasi
f) Menumbuhkan semangat kerja be the berst and do the best
g) Menciptakan akuntabilitas kinerja
h) Bekerja sama dan sama-sama bekerja serta melakukan komunikasi
yang aktif
i) Melakukan evaluasi secara kontiniu terhadap hasil kerja yang telah
dilaksanakan
j) Menghidupkan semangat amal sholeh dan gemar berinfaq33
32
33

Ib

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

MOTIVASI BERTINDAK KRIMINAL PADA REMAJA(STUDI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK BLITAR)

3 92 22

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA NO. 03/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

6 67 59

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 108 89