PEMBENTUKAN SELF EFFICACY DAN KEMAMPUAN

PEMBENTUKAN SELF- EFFICACY DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC
BERPENDEKATAN PMR

..........................................................................................(diisi)
OLEH:

Yusak I. Bien
0401513083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar atau kegiatan yang bertujuan untuk menanamkan
nilai-nilai yang terbaik bagi manusia yang dilaksanakan dan dikembangkan secara sistematis
melalui pembelajaran yang terencana dengan baik. Proses pendidikan dilaksanakan

sedemikian rupa sehingga manusia dapat memahami dan menghayati makna pendidikan
tersebut agar dapat bermanfaat untuk membantu dirinya dalam menghadapi perkembangan
ilmu dan pengetahuan.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar, baik
dalam kehi dupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain.
Pendidikan matematika di sekolah diharapkan dapat mempersiapkan anak didik agar
menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan
menghadapi ilmu pengetahuan yang lain.

dalam

Matematika disajikan menggunakan simbol-

simbol, istilah-istilah, rumus, diagram, ataupun tabel, sehingga matematika juga dipandang
sebagai suatu bahasa. Baroody
bahasa,

(1993) berpendapat bahwa matematika sebagai sebuah

matematika tidak hanya sekedar alat


bantu berpikir, lebih dari alat untuk

menemukan pola, menyelesaikan masalah, atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika
juga alat yang tak ternilai untuk mengkomunikasikan berbagai gagasan dengan jelas, akurat,
dan ringkas.
Tujuan mata pelajaran matematika di sekolah untuk semua jenjang pendidikan dasar
dan menengah adalah agar siswa mampu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti
dan menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan

masalah yang

meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah (Depdiknas: 2004).
Komunikasi adalah bagian penting dari matematika dan pendidikan matematika
(NCTM, 2000: 60) sebab komunikasi merupakan cara berbagi ide dan mengklarifikasi
pemahaman sehingga ide tersebut menjadi lebih bermakna. Komunikasi bisa mendukung
belajar para siswa atas konsep-konsep matematis yang baru saat mereka memainkan peran
dalam suatu situasi, mengambil, menggunakan obyek-obyek, memberikan laporan dan
penjelasan-penjelasan lisan, menggunakan diagram, menulis, dan menggunakan simbolsimbol matematis.
Kemampuan

komunikasi

matematis

merupakan

kemampuan

siswa


dalam

menggunakan matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika), dan kemampuan
siswa dalam mengkomunikasikan matematika yang dipelajarinya sebagai isi pesan yang
harus disampaikan (NCTM, 1989). Menurut Kennedy dan Tipps

(1994), kemampuan

komunikasi matematika meliputi (1) penggunaan bahasa matematika yang disajikan dalam
bentuk lisan, tulisan, atau visual, (2) penggunaan representasi matematika yang disajikan
dalam bentuk tulisan atau visual, dan (3) penginterpretasian ide-ide matematika,
menggunakan istilah atau notasi matematika dalam merepresentasikan ide-ide matematika,
serta menggambarkan hubungan-hubungan atau model matematika.
Pegertian yang lebih luas tentang komunikasi matematis dikemukakan oleh Romberg
dan Chair (Sumarmo, 2000) yaitu: (a) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram
ke dalam ide matematika; (b) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan atau
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (c) menyatakan peristiwa sehari-hari
dalam bahasa atau simbol matematika; (d) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang
matematika; (e) membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis, membuat


konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi; (f) menjelaskan dan
membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari.
Kemampuan komunikasi matematis siswa SMPK Mollo Selatan masih rendah, hal
tersebut sesuai dengan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika pada sekolah
tersebut, terungkap bahwa siswa mampu menyelesaikan soal matematika dalam bentuk
komputasi (angka), tetapi bila diberikan soal cerita (soal penerapan), siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal tersebut. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika berdasarkan berbagai
studi menunjukkan bahwa siswa pada umumnya dapat melakukan berbagai perhitungan
matematik, tetapi kurang menunjukkan hasil yang menggembirakan terkait penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika hendaknya tidak hanya mencakup
berbagai penguasaan konsep matematika, melainkan juga terkait dengan aplikasinya dalam
kehidupan nyata.
Berdasarkan

pengalaman siswa dalam

mempelajari

matematika, mereka


menyatakan bahwa penyelesaian soal cerita lebih sulit daripada soal noncerita. Hal ini terjadi
karena ketika menyelesaikan soal cerita mereka dituntut untuk dapat memahami,
merencanakan penyelesaian dan membuat penyelesaian atas masalah yang ada. Beberapa
yang harus dilakukan dalam menyelesaiakan soal cerita merupakan indikator-indikator dari
kemampuan komunikasi matematis (Karimah, S: 2012).
Komunikasi matematis menjadi kemampuan yang harus dieksplor oleh guru agar
siswa memiliki kemampuan memberikan informasi yang padat, singkat dan akurat melalui
nilai-nilai yang dibahasakan. Kenyataan ini jelas karena matematika banyak diterapkan dalam
bidang ilmu lain. Dalam mengeksplor kemampuan komunikasi matematis siswa, guru perlu
menghadapkan siswa pada berbagai masalah yang merupakan situasi nyata (real) untuk
memberikan kesempatan kepada siswa mengkomunikasikan gagasannya.
Guru berperan melakukan perubahan cara pengajaran yang dilakukan selama ini
guna membantu memperbaiki kemampuan komunikasi siswa dalam menyelesaikan soal-soal
cerita dengan merencanakan dan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi

siswa. Proses pembelajaran

matematika

akan


bermakna apabila diterapkan model

pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Maksudnya siswa mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu upaya agar proses pembelajaran matematika dapat dirasakan bermakna
oleh siswa adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR).
Menurut Zulkardi (2001) dalam Nurhayati dan Maulana (2009) pendekatan matematika
realistik adalah pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi
siswa, menekankan pada keterampilan proses (process of doing mathematics) seperti
berdiskusi, berkolaborasi, dan berargumentasi dengan guru dan teman sekelas sehingga
mereka dapat menemukan sen diri (student inventing) dan siswa mampu menggunakan
matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.
Pendekatan matematika realistik yang diterapkan dalam proses pembelajaran matematika
membuat siswa tidak menerima secara langsung konsep dan rumus matematika yang
diberikan oleh guru melalui penjelasan. Akan tetapi siswa membangun sendiri pemahaman
konsep matematika melalui hal-hal yang sudah diketahui.
Sejalan dengan upaya perbaikan kualitas pembelajaran, penggunaan model
pembelajaranpun yang dipilih sangatlah penting agar dapat digunakan sebagai cara untuk
mewujudkan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Beberapa model pembelajaran dapat diterapkan berupa

model pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC).
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang timbul sebagai berikut:
1. Komunuikasi matematika rendah yang ditandai dengan kenyataan bahwa siswa
mempunyai kemampuan berhitung (komputasi) matematika tetapi belum mampu
mengkomunikasikan ide yang dimiliki.

2. Belum ada perangkat pembelajaran yang digunakan dalam membangun komunikasi
matematis siswa.
3. Dalam kegiatan pembelajaran belum
pendekatan

pembelajaran yang


menggunakan model pembelajaran dan
tepat

untuk membentuk

kemampuan

komuniukasi matematis siswa.
1.3. Pembatasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik pengembangan perangkat pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran CIRC berpendekatan

PMR dapat menumbuhkan

kemampuan komunikasi matematis siswa?
2. Apakah perangkat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran CIRC
berpendekatan PMR


dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis

siswa valid?
3. Apakah pembelajaran
berpendekatan

matematika

dengan

model

pembelajaran

CIRC

PMR dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis

siswa praktis?

4. Apakah pembelajaran

matematika

dengan

model

pembelajaran

CIRC

berpendekatan PMR dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis
siswa efektif?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah
1. Mengetahui karakteristik

pengembangan perangkat

pembelajaran matematika

dengan model pembelajaran CIRC berpendekatan PMR yang cocok agar dapat
digunakan dalam menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Apakah perangkat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran CIRC
berpendekatan PMR
siswa valid?

dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis

3. Apakah

pembelajaran

berpendekatan

matematika

dengan

model

pembelajaran

CIRC

PMR dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis

siswa praktis?
4. Apakah pembelajaran

matematika

dengan

model

pembelajaran

CIRC

berpendekatan PMR dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis
siswa efektif?
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Penegasan Istilah
1. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekumpulan
sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa
2.
3.
4.
5.
6.
7.

(LKS), Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa (TKKMS).
Model pembelajaran...
Realistik
Komunikasi matematis
Valid
Praktis
Efektif

.....................................................................................................................................

Baroody, A.J.(1993). Problem Solving, Reasoning, And Communicating, K-8 Helping
Children Think Mathematically. New York: Macmillan Publishing Company.
Depdiknas.2004. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Jakarta.
NCTM. 1989. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: National Council of
Teacher of Mathematics.
NCTM. 2000. Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics. Reston:
National Council of Teacher of Mathematics.
Kennedy, L.M. & Tipps, S. 1994. Guiding Children’s Learning of Mathematics. California:
Wadsworth Publishing Company.
Sumarmo, U. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan
Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian FMIPA
UPI. Tidak diterbitkan.

Barangsiapa ingin mutiara maka harus berani terjun di lautan yang dalam (Ir
Sukarno)
Pembelajaran matematika model two stray-two stray berbasis konstruktivisme berbantuan
CD Pembelajaran untuk menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis

siswa.

(M.Yunus, 2013) tesis Unnes.

Pembentukan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Pembelajaran Matematika
Model CIRC/ CIRC Berpendekatan Realistik
Apabila kita bertanya kepada siswa di sekolah tentang mata pelajaran yang tidak disukai,
sebagian besar akan menjawab matematika. Mata pelajaran matematka telah menjadi momok,
seperti hantu yang menakutkan untuk sebagian besar siswa di sekolah
Hadi (2005: 3). Akibatnya siswa di sekolah bukan mencintai matematika, bahkan sebaliknya.
Seiring dengan permasalahan di atas, menurut Mahmudi (2009:1) diperlukan perubahan
pendekatan pembelajaran yang selama ini digunakan, ia juga menyatakan bahwa selama ini
pembelajaran matematika lebih difokuskan pada aspek komputasi yang sifatnya algoritmik.
Tidak mengherankan jika berdasarkan berbagai studi menunjukkan bahwa siswa pada
umumnya dapat melakukan berbagai perhitungan matematik, tetapi
kurang menunjukkan hasil yang menggembirakan terkait penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran matematika hendaknya tidak hanya mencakup berbagai penguasaan
konsep matematika, melainkan juga terkait dengan aplikasinya

dalam kehidupan nyata.

(kaitan kom dg pendktn PMRI)
Kemampuan komunikasi matematika siswa dapat dilihat dari
kemampuan berikut :
a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika.
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
f. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi.
g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah
dipelajari.
Sedangkan indikator komunikasi matematika menurut National
Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 1989 : 214) antara lain:
a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan,
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.
b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide
matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual
lainnya.
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi
matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide,
menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.