HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (10)

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Reza Saniah, Annisa Rachmawati, M. Rizki Sukma R.
Departemen Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Annisa.rachmawati@student.upi.edu
Dra. Muthia Alinawati, M.Pd., Dr. Juhanaini, M.Ed., Ence Surahman, M.Pd.
A. Pendahuluan
Pada esensinya, kegiatan belajar dilakukan oleh semua makhluk hidup
yang ada di dunia, termasuk manusia. Sejak lahir hingga meninggal, manusia
akan terus belajar sepanjang hidupnya. Manusia dapat memilih untuk belajar
di jenjang yang formal maupun informal. Meskipun begitu, nilai-nilai
penting di kehidupan banyak dipelajari seseorang ketika mereka berada di
jenjang yang formal, seperti keterampilan kerja, kemampuan, dan ilmu
pengetahuan. Tujuan belajar yang sebelumnya hanya untuk bertahan hidup
perlahan-lahan berubah ke arah yang lebih rumit. Ketika seseorang memiliki
tujuan yang ingin dicapai diluar mencari makan, maka hal yang pertama
dilakukannya adalah belajar. Di jaman sekarang yang modern ini, belajar
tidak hanya sekedar menerima informasi yang baru, tetapi juga
menghayatinya dan memanfaatkannya sedemikian rupa sehingga berguna
bagi diri sendiri dan orang lain. Hakekat dari belajar dan pembelajaran itu
sendiri akan dibahas di makalah ini.
Penulis ingin menjelaskan pengertian belajar dan pembelajaran dan

mengidentifikasikannya, serta memberikan contoh tentang penerapan prinsip
belajar dan pembelajaran. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk memberikan wawasan kepada pembaca.

1

Penyusunan makalah ini dibentuk dengan kutipan dari berbagai sumber
buku yang relevan. Buku yang digunakan adalah buku cetakan UPI maupun
buku yang berhubungan dengan kurikulum pembelajaran dan buku asing
yang berada di perpustakaan UPI.
B. Pembahasan
1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu
agar terjadi perubahan kemampuan diri (Tim Pengembang MKDP, 2016:124).
Selain itu Hilgard dalam Makmun (2007:157) menjelaskan bahwa konsep
belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Lalu Hilgard
(1948: 4) menjelaskan bahwa learning is the process by which an activity
originates or is changed through training procedures (wherether in the
laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by

factors not attributable to training. Jadi, belajar merupakan suatu kegiatan yang
dapat dilakukan individu untuk merubah perilaku maupun kemampuan dirinya.
Mungkin pula belajar merupakan reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian
tertentu atau perilaku yang tidak dikehendaki (misalnya kebiasaan merokok,
mudah marah, takut dan sebagainya) dalam kasus tertentu (Woodworth &
Mawquis, 1957).
Belajar menurut Gagne (1985), adalah suatu proses di mana suatu
otganisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian
tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu : (a) proses, (b)
perubahan perilaku, dan (c) pengalaman.
a. Proses
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup (Arief Sadiman, 1990: 1).
Belajar merupakan suatu proses mental dan emosional atau proses

2

berfikir dan merasakan (Tim Pengembang MKDP, 2016:125). Seseorang
dapat dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Sebagai
contoh, yaitu : siswa bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan guru,

diskusi, memecahkan permasalahan, melaporkan hasil kerja, membuat
rangkuman, dan sebagainya. Semuanya merupakan gejala yang tampak
dari aktivitas mental dan emosional siswa.
Kegiatan belajar tidak hanya dengan mendengarkan penjelasan
guru saja (tidak harus ada yang mengajar), karena belajar dapat
dilakukan siswa dengan berbagai macam cara dan kegiatan, asal terjadi
interaksi antara individu dengan lingkungannya, seperti : mencoba
sendiri, berdiskusi dengan teman, melakukan eksperimen , dan
sebagainya.
b. Perubahan Perilaku
Hasil belajar dapat terlihat dari perubahan perilaku individu
karena

pengetahuannya

dan

keterampilannya

bertambah,


serta

penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula. Tidak semua
perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku karena
faktor kematangan, karena lupa, karena mabuk minuman keras bukan
termasuk sebagai hasil belajar, karena bukan perubahan dari hasil
pengalaman (berinteraksi dengan lingkungan), dan tidak terjadinya
proses mental emosional dalam beraktivitas.
Perubahan perilaku menurut Bloom ini dapat diklasifikasikan
menjadi tiga domain yaitu: Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Domain
kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan
intelektual manusia, diantaranya : kemampuan mengingat (knowledge),
memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis
(analysis), mensintesis (syntesis), dan mengevaluasi (evaluation).
Domain afektif berkaitan dengan perilaku daya atau emosional manusia,
yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang dapat membentuk sikap
seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam
bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).


3

Pada pembelajaran perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang
ingin dicapai dapat dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran
maupun rumusan kompetensi yang ingin dicapai dengan segala
indikatornya.
c. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi
karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial (Tim Pengembang MKDP, 2016:126).
Lingkungan fisik merupakan lingkungan di sekitar individu baik dalam
entuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia
(cultural). Macam-macam lingkungan fisik yang bersifat natural antara
lain hutan, pantai sungai, udara, dan sebagainya. Bersifat cultural adalah
buku,

pembelajaran,

gedung


sekolah,

dan

sebagainya. Adapun

lingkungan sosial siswa diantaranya guru, orang tua, pustakawan, kepala
sekolah, pemuka masyarakat dan sebagainya.
Belajar dapat dilakukan melalui pengalaman langsung maupun
tidak langsung. Siswa melakukan eksperimen merupakan contoh dengan
pengalaman langsung. Sedangkan siswa belajar dengan mendengarkan
penjelasan guru atau membaca buku adalah contoh belajar melalui
pengalaman tidak langsung.
Belajar pada hakikatnya merupakan proses interaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang
sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Sudjana (1989: 28) menjelaskan belajar juga
merupaka proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.
Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi
dimana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila

ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatankegiatan yang diinginkan. Proses penyesuaian diri mengatasi rintangan
terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap yang
dilakukan. Pada kasus ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau

4

tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang
memuaskan. Gagne dan Briggs (dalam Tim Pengembang MKDP,
2016:128) menyatakan bahwa perbuatan hasil belajar menghasilkan
perubahan dalam bentuk tingkah laku dalam aspek: a) kemampuan
membedakan, b) konsep konkret, c) konsep terdefinisi, d) nilai, e) nilai /
aturan tingkat tinggi, f) strategi kognitif, g) informasi verbal, h) sikap,
dan i) kemampuan motorik.
2. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru
atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar (Tim Pengembang
MKDP,

2016:


128).

Pembelajaran

adalah

suatu

sistem

atau

proses

membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

secara efektif dan efisien. Pada


pendidikan formal kegiatan pembelajaran merupakan tugas bagi seorang guru
yang merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu. Kegiatan
pembelajaran tidak sekedar melakukan kegiatan belajar-mengajar, melainkan
lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang
bervariasi.
Pada garis besarnya menurut Mudhodir dalam Tim Pengembang MKDP
(2016:128) pola pembelajaran dibagi menjadi empat. Pertama pola pembelajaran
guru dengan siswa tanpa alat bantu pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola
ini sangat bergantung pada kemampuan guru dalam menyampaikan bahan
tersebut secara lisan kepada siswa. Kedua pola (guru + alat bantu) dengan siswa.
Pada pola pembelajaran ini guru menjelaskan dan memperagakan suatu pesan
yang bersifat abstrak. Ketiga pola (guru + media) dengan siswa. Pola
pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak
mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar. Keempat pola media dengan
siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan yang
telah dipersiapkan.

5

Menurut Adams dan Dickey (dalam Tim Pengembang MKDP,

2016:129), peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
b. Guru sebagai pembimbing (teacher as conselor)
c. Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
d. Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Lebih luasnya lagi dimana sekolah berubah fungsi menjadi penghubung
antara ilmu/teknologi dengan masyarakat, dan sekolah lebih aktif dalam
membangun masyarakat, guru memiliki peran lebih luas lagi. Dalam kaitannya
dengan aktivitas belajar sebagai proses mental dan emosional siswa dalam
mencapai kemajuan, maka guru hendaknya berperan dalam memfasilitasi agar
terjadi proses mental emosional siswa tersebut sehingga dapat tercapai kemajuan
tersebut. Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas
belajar dengan cara memotivasi siswa (motivator), memfasilitasi belajar
(fasilitator), mengorganisasi kelas (organisator), mengembangkan bahan
pembelajaran (developer, desainer), menilai program-proses-hasil pembelajaran
(evaluator), memonitor aktivitas siswa (monitor) dan sebagainya.
3. Karakteristik Belajar dan Pembelajaran
a. Karakteristik Balajar
Pada hakikatnya “Belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah
laku si subjek dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang

berulang-ulang, dan perubahan tingkah laku tersebut tak dapat dijelaskan
atas dasar kecenderungan-kecenderungan respon bawaan, kematangan
atau keadaan temporer dari subjek (misalnya keletihan, dan sebagainya)”
(Hilgard dan Gordon dalam Hamalik, 2014)
1) Belajar berbeda dari kematangan
Pertumbuhan adalah saingan utama sebagai pengubah
tingkah laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara
wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan maka, dikatakan bahwa
perkembangan itu adalah berkat kematangan (maturation) dan
bukan karena belajar. Bila prosedur latihan (training) tidak secara
cepat mengubah tingkah laku, maka berarti prosedur tersebut bukan

6

penyebab yang penting dan perubahan-perubahan tak dapat
diklasifikasikan sebagai belajar.
2) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental
Perubahan tingkah laku dapat terjadi, disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena melakukan
suatu perbuatan berulangkali yang mengakibatkan badan
menjadi letih/lelah. Sakit atau kurang gizi juga dapat
menyebabkan tingkah laku berubah, atau karena mengalami
kecelakaan tetapi hal ini tidak dapat dinyatakan sebagai hasil
perbuatan belajar.
3) Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap
Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku.
Belajar berlangsung dalam bentuk latihan (practice) dan
pengalaman (experience). Tingkah laku yang dihasilkan
menetap dan sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Tingkah
laku itu berupa perilaku (perfomance) yang nyata dan dapat
diamati.
4. Karakteristik Pembelajaran
Terdapat ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu :
a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang
merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana
khusus.
b. Kesaling bergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem
c.

pembelajaran.
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh
manusia dan sistem yang alami (natural). Tujuan utama sistem
pembelajaran agar siswanya belajar. Tugas seorang perancang sistem
adalah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar
dengan

efisien

dan

efektif.

7

Dengan

proses

mendesain

sistem

pembelajaran si peraancang membuat rancanagan untuk memberikan
kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut.
5. Prinsip Belajar dan Pembelajaran serta Contoh Penerapannya
Rusman

(2011:22)

menjelaskan

bahwa

prinsip-prinsip

belajar

dan

pembelajaran yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan
motivasi,

keaktifan,

keterlibatan

langsung/berpengalaman

pengulangan,

tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
a) Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Siswa akan memiliki perhatian lebih terhadap sebuah pelajaran apabila
dirasa penting olehnya, dan rasa perhatian itu kemudian akan menaikkan
motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi ini kemudian dibagi lagi menjadi dua,
yaitu motivasi intrinsik (motivasi dari dalam diri) dan motivasi ekstrinsik
(motivasi dari luar diri). Contohnya adalah salah satu siswa yang di masa SMA
nya senang belajar bahasa Jepang karena ingin mendapat nilai yang bagus
(intrinsik) dan dukungan dari gurunya (ekstrinsik).

b) Keaktifan
Seorang siswa harus aktif melakukan kegiatan pembelajaran dengan
sadar dan kemauan sendiri tanpa paksaan dari pihak lain agar kegiatan
belajarnya menjadi lebih efektif. Keaktifan tersebut dapat berupa kegiatan fisik
seperti membaca dan mendengar, dan kegiatan psikis seperti berpikir dan
bernalar. Contoh dari prinsip ini adalah siswa yang tetap mempelajari biologi
dengan membaca buku-buku biologi walaupun di waktu libur.
c) Keterlibatan Langsung
Salah satu cara belajar terbaik bagi siswa adalah dengan mengalaminya
secara langsung. Selain itu, siswa juga harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh,
mahasiswa kedokteran yang ingin menjadi dokter melakukan magang di daerah
yang terpencil.

8

d) Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada diri manusia, dan
dengan melakukan terus-menerus pengulangan, maka daya-daya tersebut akan
berkembang dan tidak mudah tumpul. Contohnya, anak yang diajarkan untuk
menghafal doa sholat dan membacanya setiap dia melakukan sholat.
e) Tantangan
Kegiatan pembelajaran yang monoton dan membosankan sehingga
menurunkan perhatian dan motivasi siswa. Untuk mencegah hal tersebut, perlu
diberikan tantangan-tantangan yang menunjang pelajaran. Tantangan yang
dihadapi diharapkan membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Sebagai
contoh, bahan ajar yang diisi dengan permasalahan yang harus dipecahkan
dengan penalaran tingkat tinggi. Hambatan yang muncul dari dalam diri pun
dapat dikatakan sebagai tantangan bagi siswa itu sendiri walaupun dalam artian
lain.

f) Balikan dan Penguatan
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah feedback. Siswa tentu ingin
mendapatkan umpan balik berkaitan dengan upaya dan hasil belajarnya selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Umpan balik tersebut dapat menguatkan
atau melemahkan siswa yang bersangkutan. Contoh, siswa yang telah belajar
dengan baik dan mendapat nilai yang memuaskan, akan terus terdorong untuk
memacu dirinya menjadi lebih baik lagi. Sebaiknya, siswa yang walaupun
belajar tetapi mendapat nilai jelek, akan mengalami kemunduran. Contoh yang
lain lagi adalah forum tanya jawab dan diskusi.

g) Perbedaan Individu
Di dalam kelas yang berisi 30 siswa yang memiliki keunikan tersendiri,
seorang guru dituntut untut kreatif dan berinovasi dalam penggunaan metode
atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi. Metode yang tepat harus
diberikan kepada siswa yang tepat pula; tidak semua siswa dapat dipukul rata

9

dengan metode yang sama. Sebagai contoh, pemberian mata pelajaran tambahan
bagi siswa yang berprestasi.

C. Penutup
Belajar adalah sebuah tindakan mencari dan menerima ilmu pengetahuan
baru yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan suatu perubahan ke arah
yang lebih baik dari sebelumnya. Hakikat belajar adalah interaksi dengan
lingkungan disekitar. Pembelajaran adalah rencana membelajarkan siswa yang
telah disusun secara sistematis dengan tujuan siswa dapat mencapai kompetensi
yang diinginkan. Pembelajaran dibagi 4, yaitu pola guru-siswa tanpa alat peraga,
pola guru-siswa dengan alat peraga, pola guru-siswa dengan media, dan pola
siswa dengan media. Terdapat 7 prinsip belajar dan pembelajaran, yaitu
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan, dan perbedaan individu.
Disarankan bahwa sebagai calon pendidik nantinya generasi bangsa kita
dapat memahami pentingnya belajar serta prosesnya. Guru disarankan untuk
memahami proses belajar dapat berjalan dengan baik apabila ada aktivitas
pikiran dan perasaan siswa. Masyarakat juga disarankan perlu memahami bahwa
proses belajar bukan hanya ada di bangku sekolah, karena belajar dapat
dilakukan siswa dengan berbagai macam cara dan kegiatan, asal terjadi interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Dalam kegiatan ini khususnya bagi
seorang guru diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep yang telah
dipaparkan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di lapangan.

Daftar Pustaka:

10

Gagne, R.M. 1985. Essentials of Learning for Instruction. New York: Dryden Press.
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hilgard, Ernest R. 1948. Theories of Learning. New York: Appleton Century Crofits.
Makmun, Abin Samsyuddin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rusman dkk. 2011. Pembelajaran Berbasi Teknologi Informasi dan Komunikasi:
Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sadiman, Arif. 1990. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan.
Jakarta: Rajawali.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, R. . 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru.
Tim Pengembang MKDP. 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Woodworth, R. S. dan Marquis D. G. 1957. Psychology. New York: Holt

11