HUKUM HAM DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM (1)

HUKUM, HAM DAN DEMOKRASI
DALAM ISLAM
muhamad salim
AGAMA, UMUM
Friday, March 22, 2013
Mata kuliah Hukum dan HAM
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum, HAM, dan Demokrasi Dalam islam berisi tentang penjelasan
konsep-konsep hukum islam, HAM menurut islam dan demokrasi dalam Islam
meliputi

prinsip

Demokrasi

bermusyawarah

merupakan

konsepsi


dan

prinsip

kemanusiaan

dalam

ijma’.

dan relasi

HAM

sosial

dan
yang


dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. HAM
dan demokrasi juga dapat dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia untuk
mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya, sebab hingga saat
ini hanya konsepsi HAM dan demokrasilah yang terbukti paling mengakui
dan menjamin harkat kemanusiaan.Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa dengan seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai
manusia. Hak-hak inilah yang kemudian disebut dengan hak asasi manusia,
yaitu hak yang diperoleh sejak kelahirannya sebagai manusia yang
merupakan karunia Sang Pencipta.
Karena setiap manusia diciptakan kedudukannya sederajat dengan
hak-hak yang sama, maka prinsip persamaan dan kesederajatan merupakan
hal utama dalam interaksi sosial. Namun kenyataan menunjukan bahwa
manusia selalu hidup dalam komunitas sosial untuk dapat menjaga derajat
kemanusiaan dan mencapai tujuannya. Hal ini tidak mungkin dapat
dilakukan secara individual. Akibatnya, muncul struktur sosial. Dibutuhkan
kekuasaan untuk menjalankan organisasi sosial tersebut.

B.
1.
2.

3.
4.
5.

RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian Hukum dalam islam ?
Berapakah sumber hukum islam?
Apakah tujuan hukum islam?
Apa pengertian Hak Asazi Manusia ?
Apa perbedaan HAM dalam pandangan Islam dan Barat?
PEMBAHASAN

A. Pengertiam Hukum Dalam Islam
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyuNya yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad
sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik
dalam kitab-kitab hadits. Terdapat perbedaan pendapat antara ulama ushul
fiqh dan ulama fiqh dalam memberikan pengertian hukum syar’i karena
berbedanya sisi pandang mereka. Ulama fiqh berpendapat bahwa hukum
adalah akibat yang ditimbulkan oleh tuntutan yaitu wajib, sunnah, haram,
makruh dan mubah. Sedangkan ulama ushul fiqh mengatakan bahwa yang

disebut hukum adalah dalil itu sendiri. Mereka membagi hukum tersebut
kepada dua bagian besar yaitu hukum taklifi dan hukum wadh’i. Hukum
taklifi berbentuk tuntutan dan pilihan yang disebut dengan wajib, sunnat,
haram, makruh dan mubah.
Dan hukum wadh’i terbagi kepada lima macam yaitu sabab, syarat, mani’,
shah dan bathal. Masyarakat Indonesia disamping memakai istilah hukum
Islam juga menggunakan istilah lain seperti syari’at Islam, atau fiqh Islam.
Istilah-istilah tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan. Syari’at Islam
sering dipergunakan untuk ilmu syari’at dan fiqh Islam dipergunakan istilah
hukum fiqh atau kadang-kadang hukum Islam, yang jelas antara yang satu
dengan yang lain saling terkait.[1]
B. Sumber Hukum dalam Islam
Ada 2 sumber hukum dalam islam yaitu :[2]
1. Al-Qur’an sebagai sumber hukum

2. Definisi: al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad
dalam bahasa

Arab yang berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai


pedoman bagi umat Islam.
Tiga Fungsi: sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang berupa:
a.

doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di
dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syari’at,
metafisika tentang Tuhan dan kosmologi alam, dan penjelasan tentang

b.
c.
3.
a.

sejarah dan eksistensi manusia.
Ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi,kaum
Mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.
Penjelasan Al-Qur’an:
Ijmali (global): yaitu penjelasan yang masih memerlukan penjelasan lebih

lanjut dalam pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat

b. Tafshili (rinci): yaitu keterangannya jelas dan sempurna, seperti masalah
akidah, hukum waris dan sebagainya.
c. Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum: berdasarkan kandungan ayat,
jika mengandung ketetapan hukum maka disebut dengan ayat hukum dan
dapat menjadi dalil fiqh. Dalalah atau petunjuk al-Qur’an dibagi dua:
1. Qat’y (definitive text): lafal yang mengandung pengertian tunggal dan tidak
bisa dipahami dengan makna lainnya. Lafal ini tidak membutuhkan ijtihad
dan takwil.
2. Zanny (speculative text): lafal yang mengandung pengertian lebih dari satu
dan memungkinkan untuk ditakwil, dan dapat menerima ijtihad.
4. Hadis sebagai sumber Hukum:
Definisi: Hadis adalah penuturan sahabat tentang Rasulullah baik
mengenai perkataan, perbuatan, dan taqrirnya.
Keshahihan Hadis: Hadis yang dapat digunakan sebagai sumber adalah
hadis yang sahih dan hasan. Hadis dha’if tidak dapat dipakai sebagai sumber
hukum. Sebagian ulama membolehkan menggunakan hadis dha’if sebagai
dalil dengan syarat:
1. Kedha’ifanya tidak terlalu lemah
2. Memiliki beberapa jalur sanad
3. Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum sunnah atau

makruh.

Penentuan

kesahihan

hadis

dibuat

oleh

ulama

sehingga

terjadi

perbedaan pendapat.
C. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul
mashaalihi

(mencegah

terjadinya

kerusakan

dan

mendatangkan

kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima tujuan hukum islam:
[3]
1. Memelihara agama
Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh
martabatnyadapat terangkat lebih tinggi dan martabat makhluk lain
danmemenuhi hajat jiwanya. Agama islam memberi perlindungan kepada
pemeluk agam lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya.

2.

Memelihara jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib
memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.
Islam melarang pembunuhan sebagai penghilangan jiwa manusia dan
melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
mempertahankan kemaslahatannya hidupnya (Qs.6:51,17:33)

3.

Memelihara akal
Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal
mempunyai peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia.
Seseorang tidak akan dapat menjalankan hukum islam dengan baik dan
benar tanpa mempergunakan akal sehat. (QS.5:90)

4.

Memelihara keturunan

Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat
penting. Karena itu, meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang
sah menurut ketentuan Yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan
dilarang melakukan perzinahaan.(qs4:23)

5.

Memlihara harta

Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada
manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai
khalifah di bumi dilindungi haknya untuk memperoleh harta dengan caracara yang halal, sah menurut hukum dan benar menurut aturan moral. Jadi
huku slam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
itu sendiri, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri,
haaji, dan tahsini).
D. Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan
yang maha pencipta(hak-hak yang bersifat kodrati.) oleh karena itu, tidak
ada kekuasaan apapun yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian, bukan
berarti manusia daengan hak-haknya dapat berbuat semauny, sebab apabila

seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikatagorikan memperkosa atau
merampas

hak

asasi

orang

lain,

harus

mempertangung

jawabkan

perbuatanya.[4]
Hak asasi yang dimiliki oleh manusia telah dideklerasikan oleh ajaran
islam jauh sebelum masyarakat(Barat) mengenalnya, melalui berbagai ayat
Al-Qur’an misalnya manusia tidak dibedakan berdasarkan warna kulitnya,
rasnya tingkat sosialnya. Allah menjamin dan memberi kebebasan pada
manusia untuk hidup dan merasakan kenikmatan dari kehidupan, bekerja
dan menikmati hasil usahanya, memilih agama yang diyakininya.
1. Musyawarah
Kedaulatan mutlak dan Keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep
tauhid dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep kilafah
memberikan kerangka yang dengannya para cendikiawan belakangan ini
mengembangkan teori politik tertentu yang dapat dianggap demokratis.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual
islam, bayak perhatian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah
sosial

dan

politik.

Demokrasi

islam

dianggap

sebagai

sistem

yang

mengukuhkan konsep-konsep islami yang sudah lama berakar, yaitu
musyawarah, konsensus (ijma’) dan ijtihad. Masalah musyawarah ini dengan

jelas telah disebutkan dalam QS. 42:28, yang berisi perintah kepada para
pemimpin dalam kedudukan apapun untuk menyelesaikan urusan mereka
yang dipimpinnya dengan cara bermusyawarah. Dengan, demikian, tidak
akan terjadi kesewenang-wenangan dari seorang pemimpi terhadap rakyat
yang dipimpinnya.
2. Konsensus Atau Ijma’
Disamping musyawarah, ada hal lain yang sangat penting dalam
masalah

demokrasi,

yakni

consensus

atau

ijma’.

Konsep

consensus

memberikan dasar bagi penerima system yang mengakui suara mayoritas.
Selain syura dan ijma’ ada konsep yang sangat penting dalam proses
demokrasi islam, yaitu ijtihad. Ini merupakan langkah kunci menuju
penerapan perintah Allah, berkaitan debgan tempat dan waktu.
Dalam pengertian politik murni, Muhammad iqbal dalam tulisanya
menegaskan tentang hubungan anatara consensus, demokratisasi, dan
ijtihad, bahwa tumbuhnya semangat legislatif di Negara – Negara muslim
merupakan langkah awal yang besar. Pengalihan wewenang ijtihad dan
individu-individu berbagai madzab kepada suatu majelis legislatif muslim
yang dalam kondisi kemajemukan madzabmerupakan satu-satunya bentuk
ijma’ yang dapat diterima di zaman modern, akan terjamin kontribusi dalam
pembahasan hukum dari kalangan rakyat yang memliki wawasan yang
tajam.[5]
E. HAM dalam pandangan Islam dan Barat
Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui
wahyu-Nya, dalam Al-Quran dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai
rasulnya melalui sunah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam alqur’an dan

hadist.[6] HAM terbagi menjadi 2 HAM Menurut barat dan

menurut islam.
HAM barat bersifat anthroposentris: segala sesuatu berpusat pada
manusia sehingga menempatkan manusia sebagai tolak ukur segala
sesuatu. HAM islam bersifat theosentris: segala sesuatu berpusat pada Allah.
Dalam konsep demokrasi modern, kedaulatan rakyat merupakan inti dari

demokrasi sedang demokrasi islam meyakini bahwa kedaulatan Allah-lah
yang menjadi inti dari demokrasi.[7]
KESIMPULAN
1.

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya
yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad
sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik

dalam kitab-kitab hadits.
2. Sumber hukum islam adalah Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, Qiyas
3.
Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul
mashaalihi

(mencegah

terjadinya

kerusakan

dan

mendatangkan

kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima tujuan hukum islam.
4. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang
maha pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati), oleh karena itu, tidak ada
kekuasaan apapun yang dapat mencabutnya.
5. Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyuNya, dalam Al-Quran dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai Rasul Nya
melalui sunah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam Al-Qur’an dan
Hadits
PUSTAKA



Terjemah AL-QUR’AN
Husain, syekh syaukat, 1991, Hak asasi – manusia dalam islam, Jakarta.



Gema Insani perss
Lopa, Baharuddin, 1999. Al Qur’an dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT.



Dana Bakti Prima Yasa.
Ilyas, Muhtarom, 2009. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Gramedia



Widiasarana Indonesia.
Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia
2004
http://serbamakalah.blogspot.co.id/2013/03/hukum-ham-dan-demokrasi-dalam-islam_6683.html