DEMOKRASI INDONESIA DAN PEMILU YANG ADA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Secara Etimologis Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata
”demos” (rakyat) dan ”kratos” (pemerintahan). Sehingga demokrasi diartikan secara
sederhana adalah pemerintahan oleh rakyat (Rule of The People). Menurut Koentjoro
Poerbopranoto (1978) dalam bukunya Sistem Pemerintahan Demokrasi, menyatakan
demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan negara dimana dalam pokoknya semua
orang (rakyat) adalah berhak sama untuk memerintah dan juga untuk diperintah.
Mungkin jika kita menanyakan tentang arti demokrasi, kebanyakan orang akan
mengatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hal ini
sering diartikan sebagai semua keinginan rakyat adalah yang paling benar. Dan ada
juga yang mengatakan bahwa kehendak rakyat adalah kehendak Tuhan. Hal ini
tentunya tidak sesuai dengan konsep demokrasi itu sendiri. Sebagai contoh bila ada
dua pendapat yang saling bertentangan dari rakyat, pastinya kedua pendapat itu tidak
mesti dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu adanya sosok pemimpin yang dapat
memimbing dan memutuskan pendapat yang terbaik yang bisa digunakan.
Untuk itu, makalah yang kami susun ini akan membahas tentang bagaimana
pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini, yang berdasarkan pada Undang-Undang
Dasar 1945.


1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Demokrasi?
2. Bagaimana perkembangan dan pelaksanaan Demokrasi di Negara Indonesia?
3. Apa itu Pemilu?
4. Bagaimana pelaksanaan pemilu sebagai sarana pesta demokrasi rakyat saat ini?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.PENGERTIAN DEMOKRASI
2.1.1. Secara Etimologis
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari
kata “demos” (rakyat) dan “kratos” (pemerintahan). Sehingga
demokrasi diartikan secara sederhana adalah pemerintahan
oleh rakyat (Rule of The People).

2.1.2. Secara Terminologi



Menurut Koentjoro Poerbopranoto (1978) dalam bukunya
Sistem Pemerintahan Demokrasi, menyatakan demokrasi
adalah suatu sistem pemerintahan negara dimana dalam
pokoknya semua orang (rakyat) adalah berhak sama untuk
memerintah dan juga untuk diperintah.



Afan

Gafar

(2003:3)

menyatakan

ada

dua


macam

pemahaman tentang demokrasi yaitu pemahaman secara
normatif

dan

pemahaman
sesuatu

pemahaman
secara

yang

secara

normatif,

secara


adil

empirik.

demokrasi

hendak

Dalam

merupakan

dilakukan

atau

diselenggarakan oleh sebuah negara, seperti ungkapan
“pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”.
Ungkapan


normatif

tersebut

biasanya

diterjemahkan

dalam konstitusi pada masing-masing negara, misalnya
dalam

UUD

1945

sebagai

pemerintahan


Republik

Indonesia:
Kedaulatan



berada

di

tangan

rakyat

dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (Pasal
1 ayat (2)).
Kemerdekaan




berserikat

dan

berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya

ditetapkan

dengan

undang-undang

(Pasal 28).
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk




untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk

meribadat

menurut

agama

dan

kepercayaannya itu (Pasal 29 ayat (2)).
Kutipan pasal-pasal diatas merupakan definisi normatif
dari demokrasi. Tetapi kita harus memperhatikan bahwa apa
yang normatif belum tentu dapat dilihat dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlu untuk melihat
makna demokrasi secara empirik, yakni demokrasi dalam

perwujudannya di kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian inti (hakekat) demokrasi terletak pada
peran senyatanya rakyat dalam proses politik yang berjalan
terutama
publik,

dalam

yakni

memecahkan

pembuatan

berbagai
berbagai

dan

program

persoalan

pelaksanaan
yang

kebijakan

bertujuan

publik

untuk

(masyarakat,

berbangsa dan bernegara) yang diputuskan oleh pejabat atau
lembaga

yang


berwenang.

mengembangkan

Persoalan

kebebasan

publik

menyatakan

misalnya:
pendapat,

mengatasi kemiskinan dan pengangguran, meningkatkan hak
warga negara untuk memperoleh pendidikan dan pelayanan
kesehatan dll.

2.2.PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Dalam sejarah Negara Republik Indonesia, perkembangan
demokrasi telah mengalami pasang surut. Masalah pokok yang
dihadapi

bangsa

Indonesia

adalah

bagaimana

meningkatkan

kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial politik yang
demokratis

dalam

masyarakat.

Perkembangan

demokrasi

di

Indonesia dibagi dalam empat periode:
2.2.1.

Demokrasi Pada Masa Revolusi (1945-1950)
Tahun

1945-1950,

Indonesia

masih

berjuang

menghadapi Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. Pada
saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik.
Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal
kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu
terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi
sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala
kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP.
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah
negara yang absolut pemerintah mengeluarkan:



Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober
1945, KNIP berubah menjadi lembaga legislatif.



Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945
tentang Pembentukan Partai Politik.



Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945
tentang perubahan sistem pemerintahan presidensil
menjadi parlementer.

2.2.2.

Demokrasi Pada Masa Orde Lama

2.2.2.1.

Masa Demokrasi Liberal/Parlementer (1950-1959)
Masa

presiden
sebagai

demokrasi

sebagai
kepala

liberal

lambang
negara

atau
atau

bukan

parlementer,
berkedudukan

sebagai

kepala

eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen
akuntabilitas

politik

sangat

tinggi

dan

berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa
ini dinilai gagal disebabkan:


Dominannya partai politik.



Landasan sosial ekonomi yang masih lemah.



Tidak

mampunya

konstituante

bersidang

untuk mengganti UUDS 1950.
Atas

dasar

kegagalan

itu

maka

mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959:


Bubarkan konstituante.

presiden



Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS
1950.



Pembentukan MPRS dan DPAS.

2.2.2.2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:




Dominasi presiden.
Terbatasnya peran partai politik.
Berkembangnya pengaruh PKI.

Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:


Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak



yang dipenjarakan.
Peranan parlemen lemah bahkan akhirnya dibubarkan oleh






presiden dan presiden membentuk DPRGR.
Jaminan HAM lemah.
Terjadi sentralisasi kekuasaan.
Terbatasnya peranan pers.
Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok
Timur).

Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G30 September
1965 oleh PKI yang menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde
Lama.

2.2.3. Demokrasi Pada Masa Orde Baru (1966-1998)
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Awal Orde baru memberi
harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II,
III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan
Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini
dianggap gagal sebab:






Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada.
Rekrutmen politik yang tertutup.
Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
Pengakuan HAM yang terbatas.
Tumbuhnya KKN yang merajalela.

Sebab jatuhnya Orde Baru:





Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi).
Terjadinya krisis politik.
TNI tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba.
Gelombang demonstrasi yang hebat menuntut Presiden Soeharto
untuk turun jadi Presiden.

2.2.4. Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998-Sekarang)
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan
dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei
1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain:


Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-



pokok reformasi.
Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR



tentang Referandum.
Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara



yang bebas dari KKN.
Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa




jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI.
Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemilihan
umum sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.

2.3. PENGERTIAN PEMILU
Pemilihan umum adalah salah satu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat
yang sekaligus merupakan perwujudan dari negara demokrasi atau suatu cara untuk
menyalurkan aspirasi atau kehendak rakyat. Dalam UU RI No. 12 tahun 2003 tentang
pemilu anggota DPR, DPP dan DPRD pasal 1 berbunyi “Pemilihan umum yang
selanjutnya disebut pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Dan UU No. 23
tahun 2003 mengatur pemilu untuk presiden dan wakil presiden negara RI yang
dipilih langsung oleh rakyat.
Dalam tatanan demokrasi, Pemilu juga menjadi mekanisme atau cara untuk
memindahkan konflik kepentingan dari tataran masyarakat ke tataran badan
perwakilan agar dapat diselesaikan secara damai dan adil sehingga kesatuan
masyarakat tetap terjamin. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa dalam system
demokrasi segala perbedaan atau pertentangan kepentingan di masyarakat tidak boleh
diselesaikan dengan cara kekerasan atau ancaman kekerasan, melainkan melalui
musyawarah (deliberation).
Pemilu yang dilaksanakan di Indonesia menganut asas LUBER dan JURDIL
mengandung pengertian bahwa pemilihan umum harus diselenggarakan secara
demokratis dan transparan berdasarkan pada asas-asas pemilihan yang bersifat
langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil:


Langsung, berarti rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung
memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa
perantara.



Umum, berarti pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi
persyaratan minimal dalam usia 17 tahun atau telah/pernah kawun berhak
iktu memilih dalam pemilihan umum. Warganegara yang sudah berumur
21 tahun berhak dipilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung
makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua
warganegara yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi
(pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,



kedaerahan dan status social.
Bebas, berarti setiap warganegara berhak memilih bebas menentukan
pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam
melaksanakan haknya setiap warganegara dijamin keamanannya, sehingga



dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.
Rahasia, berarti dalam memberikan suaranya pemilih dijamin bahwa
pemilihnya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan



apapun.
Jujur,

berarti

dalam

menyelenggarakan

pemilu;

penyelenggaraan/pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta pemilu,
pengawas dan pemantau pemilu. Serta semua pihak yang telibat secara
tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan


perundangan yang berlaku.
Adil berarti dalam menjalankan pemilu setiap pemilih dan partai politik
peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari
kecurangan pihak manapun.

Untuk mewujudkan Pemilu yang LUBER dan JURDIL dibutuhkan
persyaratan minimal, diantaranya :



Peraturan perundangan yang mengatur Pemilu harus tidak membuka
peluang terjadinya tindak kecurangan maupun menguntungkan satu atau



beberapa pihak tertentu.
Peraturan pelaksanaan pemilu yang memuat petunjuk teknis dan petunjuk
pelaksanaan pemilu harus tidak membuka peluang bagi terjadinya tindak



kecurangan maupun menguntungkan satu atau beberapa pihak tertentu.
Badan/lembaga penyelenggara pemilu harus bersifat mandiri dan
independent, bebas dari campur tangan pemerintah atau partai politik
peserta pemilu baik dalam hal kebijakan maupun operasionalnya serta



terdiri dari tokoh-tokoh yang kredibilitasnya tidak diragukan.
Panitia pemilu di tingkat Nasional maupun daerah harus bersifat mandiri
dan independent,bebas dari campur tangan pemerintah atau partai politik
peserta pemilu baik dalam hal kebijakan maupun operasionalnya serta
terdiri dari tokoh-tokoh yang kredibilitasnya tidak diragukan. Keterlibatan
aparat pemerintahan dalam kepanitiaan pmilu sebatas pada dukungan



teknis operasional dan hanya bersifat administratif.
Partai politik peserta pemilu memiliki kesiapan yang memadai untuk
terlibat dalam penyelenggaraan pemilu. Khususnya yang berkaitan dengan
kepanitiaan

pemilu

serta

kemampuan

mempersiapkan

saksi-saksi

ditempat-tempat pemungutan suara.

2.3.1. Tujuan Pemilu
Pada dasarnya Tujuan diselenggarakannya Pemilu adalah untuk
memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta untuk membentuk

pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat
dalam rangka mencapai tujuan nasional sesuai dengan UUD 1945.
Selain hal-hal diatas, berikut juga ada beberapa tujuan yang
mendasari pelaksanaan pemilu di Indonesia diantaranya :


Untuk memilih anggotar DPR, DPRD Provinsi dan DPRD




kabupaten / kota.
Melaksanakan demokrasi Pancasila.
Untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat



Indonesia.
Untuk mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan





Republik Indonesia.
Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia.
Menjamin kesinambungan pembangunan.
Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman



dan tertib.
Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam Negara.

2.3.2. Dasar Pemikiran Dilaksanakan Pemilu Di Indonesia
Ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran dilaksanakan pemilu
di Indonesia, diantaranya adalah :


Sebagai sarana untuk dapat melaksanakan reformasi dalam
berbagai bidang kehidupan, khususnya reformasi dalam bidang



politik.
Membentuk lembaga permusyawarah / perwakilan rakyat agar
dapat berpartisipasi dalam pemerintahan.



Melaksanakan asas kedaulatan rakyat sesuai sila keempat
Pancasila, yaitu kerakyatan yang dimpimpin oleh hikmat



kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia.

Pemilu yang demokratis merupakan suatu cara untuk menyatakan
diri sebagai negara demokrasi karena suatu negara dikatakan demokratis
apabila memenuhi dua asas pokok pemerintahan demokrasi yaitu :



Adanya pengakuan hak asasi manusia.
Adanya partisipasi rakyat dalam pemerintahan yang diwujudkan
dalam bentuk pemilu yang demokratis.

2.4. DEMOKRASI DAN PEMILU
Konsep negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, negara yang
demokratis atau berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan melihat rumusan yang dipakai oleh pembentuk UUD 1945, yaitu “Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum”. Bahwa negara kita bedasarkan atas
negara hukum yang dilandasi pancasila dan UUD 1945 dengan pengertian adanya
sistem demokratis yang bertanggugjawab dari individu masing-masing. Negara kita
menjamin kebebasan tiap-tiap individu untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya.
Dasar hukum negara Indonesia adalah berdaulat menurut rakyatnya dan
berdasarkan atas demokrasi yang utuh untuk kepentingan masyarakat luas. Bedaulat
tersebut bermaksud demokrasi yang utuh dan kebebasan berpendapat di depan umum
kepada rakyatnya dengan disertai dengan tanggungjawab individu masing-masing.

Kedaulatan tersebut mengatakan bahwa tujuan negara itu adalah untuk menegakkan
hukum dan menjamin kebebasan warganegaranya.
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan
tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk
pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemilu memang bukanlah segala-segalanya menyangkut
demokrasi. Pemilu adalah sarana pelaksanaan asas demokrasi (sarana bagi penjelmaan
rakyat menjadi MPR) dan sendi-sendi demokrasi bukan hanya terletak pada pemilu,
tetapi bagaimana pun pemilu memiliki arti yang sangat penting dalam proses
demokrasi dalam dinamika ketatanegaraan.
Dan yang tidak boleh kita lupakan pemilu adalah peristiwa perhelatan rakyat
yang paling akbar yang hanya terjadi lima tahun dan hanya pemilulah rakyat secara
langsung tanpa kecuali benar-benar menunjukkan eksistensinya sebagai pemegang
kedaulatan dalam Negara berdasarkan itulah agaknya tidak berlebihan bila ditegaskan
bahwa pemilu sebagai wujud paling nyata dari demokrasi.
Pemilu dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan
kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai-nilai demokrasi,
meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan
umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

2.5. PELAKSANAAN PEMILU SEBAGAI PESTA DEMOKRASI RAKYAT
Pemilihan wakil rakyat di Indonesia saat ini akrab disebut sebagai Pesta
Demokrasi. Sebagai negara demokrasi, pemerintahan berlandaskan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Salah satu bukti dari ke-demokrasi-an Indonesia adalah
pelaksanaan Pemilu (pemilihan umum). Masyarakat sebagai pemilih memeliki peran
penting dalam penyusunan daftar pemilih, peran tersebut antara lain melakukan
pengecekan nama pemilih dalam Daftar Pemilih Sementara (DPS) yang diumumkan
ditempat-tempat strategis. Bila nama pemilih yang bersangkutan atau pemilih lain
yang memang memenuhi syarat belum dimasukkan atau ada nama pemilih yang
sudah tidak memenuhi syarat tetapi masih dimasukkan (seperti sudah meninggal
dunia, anggota TNI/Polri, dibawah umur dan lain-lain) dapat memberikan masukan
kepada petugas terkait.
Peranan masyarakat dalam hal ini RT dan RW sangatlah penting dan strategis
dalam pengumpulan data kependudukan di tingkat paling bawah untuk mendata
pemilih yang berhak menjadi pemilih pada pelaksanaan pendaftaran pemilih dan
pemutakhiran data pemilih. Kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan pemilu
menandakan dukungan terhadap pelaksanaan pemilu dan demokrasi di negara kita.
Pada saat pemilu, diharapkan masyarakat ikut serta mensukseskan proses ini dengan
cara mengawasi pelaksanaannya.
Namun pada kenyataanya Pemilu bagi sebagian kalangan rakyat justru
melahirkan sikap yang acuh. Sebab, hajatan politik ini hanya menjadi ritus yang tak
mewakili kepentingan substansial rakyat kecil pada umumnya. Adalah wajar, perasaan
diperalat para elite timbul dalam kesadaran mereka. Sebagai konstituen, rakyat
seharusnya mendapat perlakuan istimewa. Kapan dan dimana pun berada. Ironisnya,

prinsip rakyat sebagai raja hanya muncul pada tempat dan momen tertentu. Rakyat
dimanja ketika Pemilu diambang pintu, kemudian dilupakan tatkala pesta itu usai.
Inilah kenyataan yang selalu terulang setiap kali bangsa ini melangsungkan pesta
demokrasi.

BAB III
KESIMPULAN & SARAN

3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat ditarik beberpa
kesimpulan, yaitu :
1. Demokrasi adalah suatu paham yang menegaskan bahwa pemerintahan
suatu negara di pegang oleh rakyat, karena pemerintahan tersebut pada
hakikatnya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
2. Demokrasi di Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang
terbagi menjadi empat periode, yakni: Demokrasi Parlementer (19451959), Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Demokrasi Pancasila Era Orba
(1966-1999), dan Demokrasi Pancasila Era Reformasi (1999-sekarang).
3. Pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan asas kedaulatan di
tangan rakyat sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu hubungan
kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat hal ini sepaham dengan
arti demokrasi yang artinya demokrasi dan pemilihan umum memiliki
keterkaitan yang erat.
4. Pemilihan umum merupakan perwujudan nyata demokrasi dalam praktek
berbegeara masa kini (modern) karena menjadi sarana utama bagi rakyat
untuk menyatakan kedaulatannya atas Negara dan pemerintah.
5. Dalam tatanan demokrasi, pemilu juga menjadi mekanisme atau cara untuk
memindahkan konflik kepentingan dari tataran masyarakat ke tataran
badan perwakilan agar dapat diselesaikan secara damai dan adil sehingga
kesatuan masyarakat tetap terjamin.

3.2. SARAN
Sebagai warga negara Indonesia yang telah menerapkan Demokrasi Pancasila,
hendaknya kita dapat menjalankan hak dan kewajibannya serta berpartisipasi secara
aktif dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Sudah seharusnya kita saling
bergotong royong demi mewujudkan bangsa Indonesia yang demokratis seperti yang
telah dicita-citakan oleh pahlawan-pahlawan bangsa ini.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Cholisin.2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta : UNY Press.
Cholisin. Buku PLPG. Demokrasi Dalam Berbagai Aspek Kehidupan.
Cholisin. Buku PLPG. Kedaulatan Rakyat dalam Sistem Pemerintahan di Indonesia.
Rochimudin. 2013. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Budaya Demokrasi. [Online]. Tersedia:
http://pkndisma.blogspot.com/2013/09/pengertian-dan-prinsip-prinsip-budaya.html [03
November 2016].
Wikipedia.

2013.

Demokrasi.

[Online].

Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi [03 November 2016].
_______. 2012. Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia:
http://www.beritaterhangat.net/2012/11/pengertian-demokrasimenurut-para-ahli.html [03 November 2016].