Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Orang Tua Murid Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di SD Salsabila Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi demam berdarah dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus. Virus ini merupakan virus yang ditularkan oleh vektor
berupa nyamuk Aedes. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya demam, sakit
kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, sakit mata, dan timbulnya kemerahan
pada kulit. Penyakit ini bisa memberat hingga menyebabkan syok atau demam
berdarah.10
2.2 Virus Dengue
2.2.1 Taksonomi dan morfologi virus dengue
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Di Indonesia sekarang telah
dapat disolasi empat serotipe yang berbeda satu sama lain DEN-1, DEN-2, DEN3, DEN-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibody seumur
hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi

tidak ada perlindungan terhadap

serotipe yang lain.14 Virus Dengue memiliki taksonomi famili Flaviviridae, genus
flavivirus


dan termasuk kedalam golongan Arbovirus grup B. Arbovirus

merupakan golongan virus yang dibawa oleh arthropoda sebagai vektornya
(Arthrophod-borne virus).

9

Ada empat famili yang tergabung dalam golongan

Arbovirus yaitu Togavirus, Flavivirus, Bunyavirus, dan Reovirus.10
Flavivirus merupakan virus jenis positive sense RNA rantai tunggal dengan
diameter 40-60nm.10 Virus ini masuk ke tubuh vektor penjamu saat penghisapan
darah.12 Flavivirus memiliki nucleocapsid dan dikelilingi oleh lipid-envelope.10
Envelope tersebut merupakan struktur yang terdiri atas tiga lapisan polipeptida
dan dua lapisan glikosilat.11 Genom virus Dengue terdiri dari tiga protein
structural yaitu capsid (C), Membran (M), dan Envelope (E, serta tujuh protein
nonstructural yaitu NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4, NS4B, dan NS5.14

6
Universitas Sumatra Utara


7

2.2.2 Replikasi virus Dengue
Virus Dengue akan memperbanyak diri di dalam tubuh arthropoda tepatnya di
sitoplasma, tanpa merusak tubuh vektornya tersebut. Penyebaran virus ini dapat
berpindah secara vertikal dengan transmisi transovarium.11 Replikasi flavivirus
akan berlangsung di sitoplasma.9 Proses replikasi virus dimulai dengan
perlengketan virion ke reseptor spesifik di permukaan sel. Perlengketan ini akan
menginisiasi perubahan struktur virion yang bersifat irreversible. Setelah virion
diikat oleh reseptor, partikel virus akan ditelan masuk kedalam sel. Proses ini
dibantu oleh receptor mediated endocytosis untuk penetrasi virus ke dalam
endosom. Uncoating terjadi segera setelah penetrasi virus. Uncoating merupakan
proses pemisahan asam nukleat virus dengan struktur luarnya (nucleocapsid) agar
genom tersebut dapat dibebaskan dan menjadi asam nukleat bebas yang
selanjutnya berfungsi melakukan replikasi. Proses uncoating ini membutuhkan
lingkungan asam yang terdapat di dalam endosom. Bila virus tidak melakukan
uncoating, maka virus tersebut tidak dapat bereplikasi.10 RNA yang dilepaskan
akan mengkode perkusor poliprotein. Pengkodean ini selanjutnya akan
menghasilkan tiga protein struktural dan tujuh protein nonstruktural. Proteinprotein ini akan terlibat ke dalam proses replikasi RNA, proses penyatuan semua

struktur virus dan kemudian memodulasi respon sel penjamu. Proses replikasi
dimulai dengan transkripsi RNA (+) menjadi RNA (-). RNA (-) ini akan menjadi
template untuk menghasilkan RNA (+) yang baru. RNA (+) yang baru selanjutnya
akan menginisiasi siklus translasi atau akan disatukan untuk membentuk virion
baru. Pembentukan virion baru terjadi di permukaan retikulum endoplasma (RE),
dimana protein-protein struktural akan bergabung bersama RNA yang baru
disintesis ke dalam lumen RE. Proses ini akan menghasilkan virion imatur yang
selanjutnya akan di transpotasikan ke trans-Golgi untuk pematangan. Akhirnya
virion matur akan dikeluarkan dari sel ke ruang ekstraselular dengan proses
eksositosis.12

Universitas Sumatra Utara

8

2.3 Nyamuk Aedes
Vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang dapat menularkan, memindahkan,
atau menjadi sumber penularan DBD. Di Indonesia, ada tiga jenis nyamuk yang
bisa menularkan virus dengue yaitu : Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes
scutellaris. Perkembangan nyamuk Aedes terdiriri dari empat tahapan, yaitu telur,

jentik (larva), pupa, nymauk dewasa.13
2.3.1 Siklus hidup nyamuk Aedes
Telur nyamuk Aedes bewarna hitam dengan ukuran ± 0,80mm, berbentuk
oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau
menempel pada dinding tempat penampung air. Telur dapat bertahan sampai
kurang lebih enam bulan di tempat kering.11
Jentik (larva) nyamuk Aedes memiliki 4 tingkatan pertumbuhan (instar),
yaitu:11
1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : 2,5-3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm
Pupa merupakan bentuk lanjutan dari larva. Pupa berbentuk seperti ‘koma’.
Bentuknya lebih besar disbanding larva namun lebih ramping. Pupa Aedes aegypti
berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.11
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata
nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada
bagian badan dan kaki.11
Nyamuk Aedes yang menjadi vektor DBD adalah nyamu k dewasa betina.
Perbedaan nyamuk Aedes


dewasa jantan dan betina terletak pada perbedaan

morfologi antenanya. Nyamuk Aedes jantan meiliki antenna berbulu lebat
sedangkan yang betina berbulu agak jarang.13
Siklus hidup nyamuk Aedes seperti juga nyamuk lainnya yaitu mengalami
metamorfosis sempurna. Siklus nya mulai dari telur – jentik – pupa – nyamuk

Universitas Sumatra Utara

9

dewasa. Pada stadium telur, jentik dan pupa akan hidup di dalam air. Pada
umumnya, telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu kurang lebih dua
hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung selama
enam sampai delapan hari, dan stadium kepompong (pupa) berlangsung antara
dua sampai empat hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama
sembilan sampai sepuluh hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai dua sampai
tiga bulan.13
2.3.2 Habitat nyamuk Aedes

Habitat perkembangan Aedes sp. ialah tempat-tempat yang dapat menampung
air di dalam, di luar, atau disekitar rumah serta tempat-tempat umum. Habitat
perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. dapat dikelompokkan sebagai berikut:13
1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti drum,
tangki reservoir, tempayan, bak madi, wc, dan ember.
2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat
minum burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air,
tempat pembuangan air kulkas atau dispenser, dan barang-barang bekas
(contoh : ban, kaleng, botol, plastik).
3. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, dan potongan bamboo
dan tempurung cokelat atau karet.
Nyamuk berpindah tempat dengan terbang untuk mencari makanannya.
Nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan untuk keperluan hidupnya sedangkan
betina menghisap darah. Nyamuk betina lebih suka menghisap darah manusia
daripada hewan. Darah diperlukan untuk pematangan sel telur, agar dapat
menetas. Aktivitas menggigit nyamuk Aedes biasanya mulai pagi dan petang hari,
dengan dua waktu puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00 – 17.00.
Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali dalam satu
siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian

nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.13

Universitas Sumatra Utara

10

2.4 Patogenesis DBD
Mutiplikasi virus dengue berlangsung di dalam tubuh penjamu bertulang
belakang. Di bawah kulit, virus akan mengalami inokulasi. Virus akan bereplikasi
ke jaringan sekitar dan kelenjar limfe regional. Selanjutnya virus akan memasuki
aliran darah dan

kemudian menyebar. Multiplikasi virus terjadi di myeloid

maupun sel limfoid atau endotel pembuluh darah. Jika vektor menghisap darah
penjamu pada masa ini, maka penyebaran virus ke penjamu lainnya akan terjadi.10
Virus yang masuk kedalam tubuh akan beredar dalam sirkulasi darah dan akan
ditangkap oleh makrofag (Antigen Precenting Cell). Viremia akan terjadi sejak
dua hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari terjadinya demam.
Antigen yang meempel pada makrofag akan mengaktifasi sel T-Helper dan

menarik makrofag lainnya untuk menangkap lebih banyak virus. Sedangkan Thelper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag. Proses ini
diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator inflamasi. Mediator-mediator
yang dilepaskan akan merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri
sendi, nyeri otot, dan gejala lainnya.14
Beredarnya virus di dalam plasma bisa merupakan partikel virus yang bebas
atau berada dalam sel platelet, monosit, limfosit, dan monosit, akan tetapi tidak
eritrosit. Setelah itu, virus Dengue akan menyerang organ retikulum endoplasma
(RES) seperti sel kupfer di sinusoid hepar, endotel pembuluh darah, nodus
limfatikus, sumsum tulang, serta paru-paru.14
Infeksi virus Dengue mengakibatkan muncul respon imun humoral dan
seluler. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM. Pada infeksi
primer, IgM dapat dideteksi pada hari kelima setelah onset, sedangkan pada
infeksi sekunder, IgM dapat dideteksi lebih dini. Sementara IgG meningkat pada
hari ke-14 setelah onset infeksi primer, dan hari kedua pada infeksi sekunder.
Oleh karenanya diagnosis primer ditegakkan dengan mendeteksi IgM.14
Selanjutnya, ikatan antara kompleks virus antigen-antibodi (IgG) dengan
reseptor Fc gama pada sel akan menimbulkan proses opsonisasi dan internalisasi.
Akibatnya, makrofag akan mudah terinfeksi dan

menghasilkan mediator-


Universitas Sumatra Utara

11

mediator inflamasi yaitu IL-1, IL-6, dan TNF-α. IL-1 mempengaruhi
permeabilitas pembuluh darah kapiler dan menginduksi endotel untuk
memproduksi dan mensekresi IL-6 dan TNF-α. TNF-α akan menyebabkan
kebocoran dinding pembuluh adrah, merembesnya plasma ke jaringan tubuh
endotel yang rusak, dan berakibat pada syok hipovolemik.14

Gambar 2.1 Patogenesis demam berdarah dengue.

16

(A) virus dengue dilepaskan
dari sel yang telah terinfeksi pada infeksi sekunder, terikat pada sel B memori yang mana akan
berdiferensiasi dan berpoliferasi menjadi plasmablas, dan mencapai puncak pada hari ke 4-7
setelah onset. (B) antibodi yang diproduksi oleh plasmablas membentuk kompleks imun dengan
partikel virus NS1, mengaktivasi jalur komplemen klasik, sementara itu endotel menjadi target

antibody yang mana berpotensi menghancurkan endotel pembuluh darah secara langsung. (C)
NS1 dan MBL yang bebas mengikat pada partikel virus, juga akan mengaktivasi jalur komplemen.
Faktor-faktor komplemen, termasuk anafilaktosin vasoaktif mengikat endotel dan memediasi
terjadinya kebocoran plasma. (D) platelet teraktivasi melalui pengikatan koplemen dengan
antibodi dan virus partikel yang telah mengalami pembungkusan dengan cara terikat langsung
pada permukaan platelet. Platelet yang teraktivasi akan menghasilkan sitokin-sitokin inflamasi dan
mikropartikel yang bekerja pada endotel sehingga memicu kebocoran plasma. (E) Aktivasi
platelet akan memicu trombositopenia dan aktivasi fagosit, menyebabkan sitokin-sitokin
proinflamasi menghancurkan endotel.

Ikatan virus Dengue dengan antibody akan mengaktifasi jalur klasik yang
berakhir dengan dilepaskannya faktor C3a, C4a, dan C5a yang disebut
analfilaktosin. Analfilaktosin akan menyebabkan pelepasan histamine, serotonin,
dan platelet activating factor (PAF) yang merangsang peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, agregasi trombosit. Sel mast juga akan mensintesa asam
arakidonat menjadi prostaglandin yang berperan dalam keluhan nyeri pada pasien,
tromboksan, dan leukotrien.14

Universitas Sumatra Utara


12

Pada infeksi Dengue, endotel dapat langsung terinfeksi oleh virus Dengue.
Respon yang terjadi antara lain dengan disekresikannya sitokin antara lain IL-8
dan TNF-α. Pemaparan endotel dengan TNF-α akan menyebabkan apoptosis. Hal
ini meyebabkan mudahnya terjadi pendarahan pada penyakit DBD.14
Selama infeksi, terjadi overproduksi sitokin, diantaranya dihasilkan juga
macrophage inflammatory protein-1α (MIP 1a), IL-6, dan IL-8, dimana ketiganya
akan menghambat pertumbuhan sel progenitor hemopoetik awal.

Hal ini

menyebabkan supresi sumsum tulang yang akan menimbulkan trombositopenia.
Selain itu, penurunan stem cell factor (SCF) juga akan berpengaruh pada
penurunan sel progenitor hemopoetik. IL-10 yang juga dikeluarkan saat proses
peradangan juga menyebabkan penurunan jumlah trombosit. Trombosit yang
rendah akan menyebabkan perbesaran hati dan limpa.14

2.5 Manifestasi klinis DBD
Terdapat tiga fase klinis saat pasien menderita penyakit DBD yaitu fase
demam, fase kritis, dan fase penyembuhan.13
Pada fase demam, pasien umunya mengalami demam tinggi yang terjadi
secara tiba-tiba. Fase ini biasanya berlangsung selama dua hingga tujuh hari.
Selain demam, pasien juga mengalami kemerahan di wajah, eritema di kulit, nyeri
di sekujur badan, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri yang terasa di belakang mata,
fotofobia, anoreksia, mual, muntah, rubeliform exanthema, dan injeksi
konjungtiva. Terkadang sulit untuk membedakan demam dengue dengan demam
biasa, namun pada fase ini, tes tourniquet dapat membantu diagnose dini DBD.
Manifestasi pendarahan ringan dapat dijumpai pada fase ini, seperti petekie, dan
pendarahan membrane mukosa, pendarahan vagina yang massif, serta pendarahan
gastrointestinal dapat terjadi pada fase ini. Pada pemeriksaan fisik, dapat dijumpai
pembesaran hati dan nteri tekan setelah demam beberapa hari. Pada pemeriksaan
hitung darah lengkap, dapat dijumpai penurunan sel darah putih yang signifikan.
Sejak dimulainya demam, pasien merasakan penurunak kemampuan beraktifitas
yang dapat mengganggu aktifitas sehari-harinya.13

Universitas Sumatra Utara

13

Selanjutnya, penyakit DBD akan berkembang ke fase kritis. Pada fase ini,
demam dapat turun secara tiba-tiba menjadi 37,5º-38º C. Fase kritis berlangsung
ketika terjadi peningkatan permeablitas dinding pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan plasma akan berpindah dari pembuluh darah ke intersisial sehingga
pada pemeriksaaan darah akan menunjukkan penurunan jumlah platelet.
Menurunnya jumlah platelet di dalam pembuluh darah menyebabkan hematokrit
meningkat. Peningkatan hematokrit menandakan meningkatnya kekentalan darah
sehingga berpengaruh pada tekanan darah dan volume pulsasi.13
Tanda-tanda bahaya dapat muncul pada demam dengue yang umunya
merupakan manifestasi klinis dari syok. Tanda ini dapat timbul pada hari ketiga
hingga ketujuh sejak onset. Saat terjadi syok, mual dan muntah menjadi berat dan
nyeri perut juga dapat memburuk. Pasien merasa letargi, namun masih di atas
ambang sadar. Hati teraba semakin membesar. Hitung platelet menurun hingga
100.000/mm³, hematokrit semakin meningkat, dan umumnya timbul leukopneia
≤5000/mm³.13
Fase penyembuhan terjadi jika pasien dapat bertahan selama 24-48 jam setelah
fase kritis. Pada fase ini, cairan yang berada di ekstravaskular kembali ke dalam
kompartemen pembuluh darah. klinis pasien akan menunjukkan perbaikan seperti
kembalinya selera makan, gejala gastrointestinal berkurang, status hemodinamik
semakin stabil, serta terjadi dieresis. Hematokrit akan stabil, sel darah putih akan
kembali meningkat.13
Klasifikasi DBD dapat dibedakan berdasarkan derajat keparahan yaitu:2
1. Dengue dan tanda bahaya
Kemungkinan dengue:
Tinggal atau berkelana ke daerah endemik, mengalami demam dan 2 tanda
di bawah ini:






Mual, muntah
Bintik-bintik merah pada kulit
Sakit-sakit seluruh badan
Tes tourniquet positif
Leukopenia

Universitas Sumatra Utara

14



Ada tanda bahaya.

Tanda-tanda bahaya:








Nyeri perut atau nyeri tekan
Terus-menerus muntah
Adanya tanda klinis akumulasi cairan
Pendarahan mukosa
Letargi
Pembesaran hati >2 cm
Pemeriksaan lab: Ht meningkat dan hitung patelet menurun

2. Dengue Berat
Dengan kriteria :
-

-

Kebocoran plasma berat, dapat menjadi:
 Syok
 Akumulasi cairan dan distress pernapasan
Pendarahan berat
Mengenai organ:
 Hati: AST atau ALT≥ 1000
 SSP: gangguan kesadaran
 Jantung dan organ lainnya. 2

2.6 Tatalaksana DBD
2.6.1 Pertotolongan pertama penderita demam berdarah dengue oleh
masyarakat
Pada awal penyakit DBD, tanda dan gejalanya tidak spesifik. Masyarakat dan
keluarga diharapkan wasapada terhadap tanda-tanda dan gejala awal DBD. Jika
ditemukan gejala awal DBD, maka yang harus dilakukan keluarga pertama kali
adalah:11
a. Tirah baring selama demam
b. Antipiretik (parasetamol) 3 kali 1 tablet untuk dewasa, 10-15 mg/kgBB/kali
untuk anak. Asetosal, salisilat, ibuprofen jangan dipergunakan karena apat
menyebabkan nyeri ulu hati akibat gastritis atau perdarahan.

Universitas Sumatra Utara

15

c. Kompres hangat
d. Minum banyak (1-2 liter/hari), semua cairan berkalori diperbolehkan kecuali
cairan yang berwarna coklat dan merah (susu coklat, sirup merah).
e. Bila terjadi kejang (jaga lidah agar tidak tergigit, longgarkan pakaian, tidak
memberikan apapun lewat mulut selama kejang).
Apabila dalam 2-3 hari panas tidak turun atau panas turun disertai timbulnya
gejala dan tanda lanjut seperti perdarahan di kulit (seperti bekas gigitan nyamuk),
muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera dibawa berobat/ periksakan
ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan untuk segera mendapat pemeriksaan
dan pertolongan.11

2.6.2 Tatalaksana Demam Berdarah Dengue
a. Fase Demam
Tatalaksana DBD fase demam bersifat simtomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,
maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-kadang
diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi
lama demam pada DBD.11

b. Fase Kritis
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya hari
ke 3-5 fase demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang
mungkin terjadi. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan
laboratorium yang terbaik untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu
menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan
intravena. Hematokrit harus diperiksa minimal satu kali sejak hari sakit ketiga
sampai suhu normal kembali.11 Cairan intravena diberikan apabila terlihat adanya
kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan Ht 10-20% atau pasien tidak
mau makan dan minum melalui oral. Cairan yang dipilih adalah golongan
kristaloid (ringer laktat dan ringer asetat). Selama fase kritis pasien harus

Universitas Sumatra Utara

16

menerima cairan rumatan ditambah defisit 5-8% atau setara dehidrasi sedang.
Pada kasus non syok, untuk pasien dengan berat badan (BB) 40 kg, cairan cukup diberikan dengan tetesan 3-4
ml/kg/jam.22

c. Fase penyembuhan
Setelah masa kritis terlampaui, pasien akan masuk dalam fase penyembuhan,
yaitu saat keadaan overload mengancam. Pada pasien DBD, cairan intravena
harus diberikan dengan seksama sesuai kebutuhan agar sirkulasi intravaskuler
tetap memadai. Apabila cairan yang diberikan berlebihan maka kebocoran terjadi
ke dalam rongga pleura dan abdominal yang selanjutnya menyebabkan distres
pernafasan.22

2.6.3 Tatalaksana syok
Apabila terjadi syok, maka berikan cairan paling banyak 10-20 ml/kgBB atau
tetesan lepas selama 10-15 menit sampai tekanan darah dan nadi dapat diukur,
kemudian turunkan sampai 10 ml/kg/jam. Berikan oksigen pada kasus dengan
syok. Setelah resusitasi awal, pantau pasien 1 sampai 4 jam. Apabila tanda vital
tidak stabil (tekanan nadi sempit, cepat dan lemah), ulangi pemeriksaan Ht. Dalam
keadaan seperti ini, dapat dipertimbangkan pemberian koloid (diindikasikan pada
keadaan syok berulang atau syok berkepanjangan) dengan tetesan 10ml/kg/jam.
Indikasi transfusi darah adalah bila terdapat kehilangan darah bermakna, misalnya
>10% volume darah total.22
Apabila syok masih berkepanjangan meski telah diberikan cairan memadai
dan didapatkan penurunan Ht, maka mungkin terdapat perdarahan tersembunyi.
Pasien dengan perdarahan tersembunyi dicurigai apabila ada penurunan Ht dan
tanda vital yang tidak stabil meski telah diberi cairan pengganti dengan volume
cukup banyak. Pada keadaan demikian, berikan packed red cell (PRC) 5
ml/kg/kali. Apabila tidak tersedia, dapat diberikan sediaan darah segar 10

Universitas Sumatra Utara

17

ml/kg/kali. Transfusi trombosit hanya diberikan pada perdarahan masif untuk
menghentikan perdarahan yang terjadi. Dosis transfusi trombosit adalah 0,2
U/kg/dosis. Pemberian trombosit sebagai upaya pencegahan perdarahan atau
untuk menaikkan jumlah trombosit tidak dianjurkan. Secara umum, sebagian
besar pasien DBD akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu 24-48 jam setelah
syok.22
Tanda pasien masuk ke dalam fase penyembuhan adalah keadaan umum
membaik, meningkatnya nafsu makan, tanda vital stabil, Ht stabil dan menurun
sampai 35-40%, dan diuresis cukup. Cairan intravena harus dihentikan segera
apabila memasuki fase ini. Penderita dapai dipulangkan apabila paling tidak
dalam 24 jam tidak terdapat demam tanpa antipiretik, kondisi klinis membaik,
nafsu makan baik, nilai Ht stabil,tiga hari sesudah syok teratasi, tidak ada sesak
napas atau takipnea, dan junlah trombosit >50.000/mm3.22

2.7 Metode pengendalian vektor
Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh
vektor dengan meminimalkan habitat perkembangbiakan vektor, menurunkan
kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia
serta memutus rantai penularan penyakit. Metode pengendalian vektor DBD
bersifat spesifik lokal, dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan fisik
(cuaca/iklim, permukiman, habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya
(Pengetahuan Sikap dan Perilaku) dan aspek vektor.11 Berbagai metode
PengendalianVektor (PV) DBD, yaitu secara kimiawi, biologi, manajemen
lingkungan, pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN, serat Pengendalian Vektor
Terpadu (Integrated Vector Management/IVM).11

2.7.1 Kimiawi
Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida
merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih populer di masyarakat
dibanding dengan cara pengendalian lain. Sasaran insektisida adalah stadium
dewasa dan jentik. Karena insektisida adalah racun, maka penggunaannya harus

Universitas Sumatra Utara

18

mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran
termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan metode
aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan
pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan
menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran. Golongan insektisida
kimisawi untuk pengendalian DBD adalah :11
1.

Sasaran dewasa (nyamuk) adalah : Organophospat (Malathion, methyl
pirimiphos), Pyrethroid (Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrine,
Permethrine & S-Bioalethrine). Yang ditujukan untuk stadium dewasa
yang diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging dan
pengabutan dingin/ULV

2.

Sasaran jentik : Organophospat (Temephos).

Pengasapan dilakukan jika:18
1. House Index di lokasi tempat tinggal penderita ≥ 10% atau jika ditemukan

lebih dari 1 penderita di wilayah RW tersebut dalam kurun waktu 1 bulan,
dilakukan pengasapan di seluruh wilayah RW tersebut.
2.

Di suatu wilayah RW terdapat 2 penderita atau lebih dengan jarak waktu
kurang dari 4 minggu/1 bulan.

3.

Jika di suatu wilayah kelurahan dalam satu minggu terjadi peningkatan
jumlah penderita 2 kali atau lebih dibandingkan dengan minggu
sebelumnya, dilakukan pengasapan di semua wilayah RW yang terdapat
penderita dalam minggu sebelumnya dan minggu sedang berjalan (2
minggu terakhir).

4.

Jika di suatu wilayah kelurahan dalam 1 bulan terdapat peningkatan
jumlah penderita 2 kali atau lebih dibandingkan dengan bulan sebelumnya
atau dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, dilakukan
pengasapan di wilayah RW yang ada penderita dalam bulan yang lalu dan
bulan yang sedang berjalan.

Universitas Sumatra Utara

19

5.

Jika di sekolah tempat penderita bersekolah ditemukan Ae. aegypti,
dilakukan pengasapan di sekolah dan halamannya (bila perlu rumahrumah
di sekitarnya).

2.7.2 Biologi
Pengendalian

vektor

biologi

menggunakan

agen

biologi

seperti

predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium telur, larva, dan
pupa vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik
(cupang, tampalo, gabus, guppy), sedangkan larva Capung, Toxorrhyncites,
Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode
yang lazim untuk pengendalian vektor DBD.11
Bakteri Baccilus thuringiensis israelensis (BTi) merupakan pembunuh jentik
nyamuk/larvasida yang tidak menggangu lingkungan. BTi terbukti aman bagi
manusia bila digunakan dalam air minum pada dosis normal. Keunggulan BTi
adalah menghancurkan jentik nyamuk tanpa menyerang predator entomophagus
dan spesies lain. Formula BTi cenderung secara cepat mengendap di dasar wadah,
karena itu dianjurkan pemakaian yang berulang kali. Racunnya tidak tahan sinar
dan rusak oleh sinar matahari.11
Golongan insektisida biologi untuk pengendalian DBD (Insect Growth
Regulator/IGR dan Bacillus Thuringiensis Israelensis/BTi), ditujukan untuk
stadium jentik yang diaplikasikan kedalam habitat perkembangbiakan vektor.
Insect Growth Regulators (IGRs) mampu menghalangi pertumbuhan nyamuk di
masa jentik dengan cara merintangi/menghambat proses chitin synthesis selama
masa jentik berganti kulit atau mengacaukan proses perubahan pupae dan nyamuk
dewasa. IGRs memiliki tingkat racun yang sangat rendah terhadap mamalia (nilai
LD50 untuk keracunan akut pada methoprene adalah 34.600 mg/kg ).11

2.7.3 Program pemerintah dalam penanggulangan vektor DBD
Manajemen lingkungan yang merupakan upaya pengelolaan lingkungan
sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal sebagai
source reduction seperti 3M plus (menguras, menutup dan memanfaatkan barang

Universitas Sumatra Utara

20

bekas, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida dll);
dan menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah,
mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah dll)
sudah lantang diutarakan oleh pemerintah kepada masyarakat. 11
Untuk mengendalikan penyebaran penyakit DBD, pemerintah telah membuat
beberapa program kesehatan dan lingkungan yatu, Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).5 Kegiatan PSN
meliputi:
1. Menguras bak mandi/wc dan tempat penampungan air lainnya sekurangkurangnya seminggu sekali (perkembangan telur – larva – pupa – nyamuk
kurang lebih 9 hari) Secara teratur menggosok dinding bagian dalam dari
bak mandi, dan semua tempat penyimpanan air untuk menyingkirkan telur
nyamuk.
2. Menutup rapat TPA (tempayan, drum, dll.) sehingga nyamuk tidak dapat
masuk.

Ternyata

TPA

tertutup

lebih

sering mengandung larva

dibandingkan TPA yang terbuka karena penutupnya jarang terpasang
dengan baik dan sering dibuka untuk mengambil air di dalamnya.
Tempayan dengan penutup yang longgar seperti itu lebih disukai nyamuk
untuk tempat bertelur karena ruangan di dalamnya lebih gelap daripada
tempat air yang tidak tertutup sama sekali.
3.

Membersihkan pekarangan/halaman dari kaleng, botol, ban bekas,
tempurung, dll, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.

4. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung.
5.

Mencegah/mengeringkan air tergenang di atap atau talang

6.

Menutup lubang pohon atau bambu dengan tanah.

7. Membubuhi garam dapur pada perangkap semut.
8. Pembuangan secara baik kaleng, botol dan semua tempat yang mungkin
menjadi tempat sarang nyamuk.
9. Pendidikan kesehatan masyarakat.18

Universitas Sumatra Utara

21

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. Ada 10 indikator PHBS di tatanan rumah tangga yaitu:5
1. Persalinan di rumah tangga harus ditolong oleh tenaga kesehatan
2.

Menimbang balita

3. RT yang memiliki bayi harus member ASI eksklusif
4. Cukup makan buah dan sayur setiap hari
5. Menggunakan air yang memenuhi syarat kesehatan
6. Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
7. Memberantas jentik nyamuk di dalam rumah
8. Mencuci tangan dengan sabun
9. Beraktifitas fisik minimal 30 menit
10. Tidak merokok di dalam ruangan.5

2.8 Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
pancainderanya. Pengetahuan merupakan segala apa yang diketahui berdasarkan
pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan merupakan hasil
mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami
baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang
melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang termasuk ke dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan: 20
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

Universitas Sumatra Utara

22

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda
kekurangan kalori dan protein pada anak balita. 17,20
b.Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat
menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.17,20
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya

dapat

menggunakan

rumus

statistik

dalam

perhitungan-

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.17,20
d.Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.17,20
e. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

Universitas Sumatra Utara

23

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan,
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.17,20
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu di
dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingakan antara
anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi
terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa
ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.17,20

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Terdapat tujuh faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan
seseorang:20
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang akan dimilikinya akan
semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut
terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.20
b.Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.20

Universitas Sumatra Utara

24

c. Umur
Dengan bertambahnya umur, seseorang akan mengalami perubahan aspek
fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri
atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru. Perubahan ini terjadi
karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf
berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.20
d.Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu
hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.20
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi

dengan

lingkungannya.

Jika

pengalaman

tersebut

menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang
sangat mendalam dan membekan dalam emosi kejiwaan seseorang.20
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap kita. Apabila
dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga lingkungan, maka sangat
mungkin

masyarakat

sekitarnya

mempunyai

sikap

selalu

menjaga

kebersihan lingkungan.20
g.Informasi
Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat mempercepat seseorang
meperoleh pengetahuan yang baru. 20

Universitas Sumatra Utara