Pengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada keluarga di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur Kota Tanjungbalai Tahun 2011

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA

KELUARGA DI KELURAHAN SEMULA JADI KECAMATAN DATUK BANDAR TIMUR

KOTA TANJUNG BALAI TAHUN 2011

SKRIPSI Oleh:

UMMI MUTHIA LUBIS NIM. 041000290

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA

KELUARGA DI KELURAHAN SEMULA JADI KECAMATAN DATUK BANDAR TIMUR

KOTA TANJUNG BALAI TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

UMMI MUTHIA LUBIS NIM. 041000290

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA

KELUARGA DI KELURAHAN SEMULA JADI KECAMATAN DATUK BANDAR TIMUR

KOTA TANJUNG BALAI TAHUN 2011 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

UMMI MUTHIA LUBIS NIM. 041000290

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripisi Pada Tanggal 27 Juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H NIP. 196803201993082001 NIP. 140010774

Penguji II Penguji III dr. Heldy BZ, M.P.H dr. Fauzi, S.K.M

NIP. 195206011982031003 NIP. 140052649

Medan, Juni 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan dapat menyebabkan kematian. DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kota Tanjung Balai, karena jumlah penderitanya semakin meningkat dan wilayah terjangkitnya semakin luas. Kasus DBD di Kota Tanjung Balai pada Tahun 2009 mengalami peningkatan tajam di banding tahun-tahun sebelumnya. Pada Tahun 2006 terdapat 52 penderita dan 6 meninggal, Tahun 2007 terdapat 21 penderita dan 2 meninggal, Tahun 2008 terdapat 26 penderita dan 3 meninggal, pada Tahun 2009 terdapat 448 penderita dan 10 meninggal, dan pada Tahun 2010 terdapat 234 penderita dan tidak ada yang meninggal dunia.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan, dan sikap) terhadap pencegahan penyakit DBD pada keluarga di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjung Balai pada tahun 2011. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang tinggal di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur yaitu sebanyak 843 ibu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 ibu yang diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel karakteristik yang berpengaruh terhadap pencegahan penyakit DBD pada keluarga yaitu pendidikan (ρ=0,017) dan pengetahuan(ρ=0,002). Variabel karakteristik yang tidak berpengaruh terhadap pencegahan penyakit DBD pada keluarga adalah pekerjaan (ρ=0,188), pendapatan keluarga (ρ=0,558) dan sikap (ρ=0,176).

Diharapkan kepada petugas Puskesmas Semula Jadi supaya lebih meningkatkan pemberian informasi dan penyuluhan yang jelas mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue pada masyarakat sembari melakukan posyandu maupun penyuluhan khusus, lebih teratur dalam melakukan kunjungan berkala kepada masyarakat dalam melakukan pemeriksaan jentik, dan memberdayakan kader posyandu dalam upaya mencegah terjadinya penyakit DBD dengan memberikan pembinaan.


(5)

ABSTRACT

Dengue or hemorrhagic fever (DBD) is a contagious disease caused by dengue virus which can cause death. DBD is still health problem at Tanjung Balai city since the number of persons who suffer from this disease is increasing and the affected area is getting widespread. The case of DBD at Tanjung Balai in 2009 increased significantly, compared with the same case in the previous years. In 2006 there were 52 persons who suffered from DBD and six of them died; in 2007, 21 persons and two of them died; in 2008, 26 persons and three of them died; in 2009, 448 persons and ten of them died; and in 2010, 234 persons but none of them died.

The type of the research was explanatory research which was aimed to explain the influence of mother characteristics (education, occupation, family income, knowledge, and attitude) on the prevention of the families from DBD at Semula Jadi Village, Datuk Bandar Timur Subdistrict, Tanjung Balai in 2011. The population were 843 mothers who lived at Semula Jadi Village, Datuk Bandar Timur Subdistrict; 90 of them were used as the samples which were taken by simple random sampling. The data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple linier regression test.

The results of the research showed that the characteristics variable which influenced the prevention of the families from DBD were education (ρ=0.017), knowledge (ρ=0.002). The characteristics variables which did not influence the prevention of the families from DBD were occupation (ρ=0.188), family income (ρ=0.558), and attitude (ρ=0.176).

It is recommended that the Health Center officers at Semula Jadi to increase their activities in giving clear information and counseling about dengue to the people, establish posyandu (integrated services post) or special counseling, visit them regularly in checking mosquito larvae, and empower the posyandu’s cadres to prevent the people from DBD by giving supervision.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Ummi Muthia Lubis

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjungbalai, 6 September 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara Status Perkawinan : Menikah

Alamat Rumah : Komplek Tasbi 2 Blok XI no. 4 Medan 20155

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1992-1998 : SD Negeri 112143 Rantauprapat 2. Tahun 1998-2001 : SLTP Negeri 2 Rantauprapat 3. Tahun 2001-2003 : SMA Negeri 2 Rantauprapat 4. Tahun 2003-2004 : SMA Negeri 1 Tanjungbalai

5. Tahun 2004-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada keluarga di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur Kota Tanjungbalai Tahun 2011”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Selama penulisan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Prof. Dr. Ida Yustina, MSi, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Prof. dr. Aman Nasution, MPH, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus sebagai Penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan serta saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Dosen Penguji II sekaligus Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah banyak meluangkan waktu,


(8)

tulus dan sabar memberikan saran, dukungan, nasehat, bimbingan, serta pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. dr. Fauzi, SKM, selaku dosen Penguji III yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. dr. Hj Leny F lubis, selaku Kepala Puskesmas Tanjung Beringin dan seluruh staf yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda dr. Azwar Mahmud Lubis, MHA dan Ibunda Hj. Mahyuni yang senantiasa memberikan dukungan,do’a dan kasih sayang kepada penulis selama ini, serta Kakakku Aisyah Atika Lubis.

9. Khusus buat suamiku Candra Tarigan, SH. beserta kedua putriku Kanaya Namira Tarigan dan Luna HN Tarigan terima kasih untuk cinta, doa, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.

10.Teman-temanku Syafriani, Juwita, Irene, Ema, Wieke yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini.

11.Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK : Rina, Yeyen, Sairama, Yanni, Cici, Mira, Vina, Lobert, Dedy, Deni atas segala bantuan dan pertemanan kita selama ini.

12.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat, dukungan,


(9)

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Perilaku Kesehatan ... 8

2.1.1. Pengaruh Karakteristik Individu dalam Perilaku Kesehatan ... 13

2.2. Penyakit Demam Berdarah Dengue ... 15

2.2.1. Pengertian ... 15

2.2.2. Nyamuk Penular Penyakit DBD ... 16

2.2.3. Penyebab Terjadinya dan Penularan DBD ... 18

2.2.4. Diagnosis DBD ... 19

2.3. Upaya Pencegahan Penyakit DBD ... 21

2.4. Upaya Pemberantasan vektor DBD Oleh Masyarakat ... 24

2.5. Kerangka Konsep ... 26

2.6. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi Penelitian ... 27

3.3. Populasi dan Sampel... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.5. Defenisi Operasional ... 29

3.6. Aspek Pengukuran ... 31

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 31

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 32


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 35

4.2.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan... 35

4.2.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 36

4.2.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan ... 36

4.2.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 37

4.2.5. Deskripsi Responden Berdasarkan Sikap ... 40

4.2.6. Deskripsi Responden Berdasarkan Pencegahan ... 43

4.3. Hasil Uji Statistik Bivariat ... 47

4.4. Hasil Uji Statistik Multivariat ... 49

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Pencegahan Penyakit DBD ... 51

5.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pencegahan Penyakit DBD ... 52

5.3. Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Pencegahan Penyakit DBD... 53

5.4. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pencegahan Penyakit DBD ... 54

5.5. Pengaruh Sikap terhadap Pencegahan Penyakit DBD... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 56

6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 2. Master Data

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Statistik Lampiran 4. Surat Permohonan Penelitian Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 31

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 32

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Semula Jadi ... 33

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 34

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 34

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 34

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 35

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan ... 35

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 36

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan ... 36

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan ... 37

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 39

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 40

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 42

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap ... 43

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Pencegahan Penyakit DBD ... 45

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pencegahan ... 47

Tabel 4.16. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson ... 48


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Kerangka Konsep ... 26


(14)

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan dapat menyebabkan kematian. DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kota Tanjung Balai, karena jumlah penderitanya semakin meningkat dan wilayah terjangkitnya semakin luas. Kasus DBD di Kota Tanjung Balai pada Tahun 2009 mengalami peningkatan tajam di banding tahun-tahun sebelumnya. Pada Tahun 2006 terdapat 52 penderita dan 6 meninggal, Tahun 2007 terdapat 21 penderita dan 2 meninggal, Tahun 2008 terdapat 26 penderita dan 3 meninggal, pada Tahun 2009 terdapat 448 penderita dan 10 meninggal, dan pada Tahun 2010 terdapat 234 penderita dan tidak ada yang meninggal dunia.

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan, dan sikap) terhadap pencegahan penyakit DBD pada keluarga di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjung Balai pada tahun 2011. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang tinggal di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur yaitu sebanyak 843 ibu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 ibu yang diambil secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel karakteristik yang berpengaruh terhadap pencegahan penyakit DBD pada keluarga yaitu pendidikan (ρ=0,017) dan pengetahuan(ρ=0,002). Variabel karakteristik yang tidak berpengaruh terhadap pencegahan penyakit DBD pada keluarga adalah pekerjaan (ρ=0,188), pendapatan keluarga (ρ=0,558) dan sikap (ρ=0,176).

Diharapkan kepada petugas Puskesmas Semula Jadi supaya lebih meningkatkan pemberian informasi dan penyuluhan yang jelas mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue pada masyarakat sembari melakukan posyandu maupun penyuluhan khusus, lebih teratur dalam melakukan kunjungan berkala kepada masyarakat dalam melakukan pemeriksaan jentik, dan memberdayakan kader posyandu dalam upaya mencegah terjadinya penyakit DBD dengan memberikan pembinaan.


(15)

ABSTRACT

Dengue or hemorrhagic fever (DBD) is a contagious disease caused by dengue virus which can cause death. DBD is still health problem at Tanjung Balai city since the number of persons who suffer from this disease is increasing and the affected area is getting widespread. The case of DBD at Tanjung Balai in 2009 increased significantly, compared with the same case in the previous years. In 2006 there were 52 persons who suffered from DBD and six of them died; in 2007, 21 persons and two of them died; in 2008, 26 persons and three of them died; in 2009, 448 persons and ten of them died; and in 2010, 234 persons but none of them died.

The type of the research was explanatory research which was aimed to explain the influence of mother characteristics (education, occupation, family income, knowledge, and attitude) on the prevention of the families from DBD at Semula Jadi Village, Datuk Bandar Timur Subdistrict, Tanjung Balai in 2011. The population were 843 mothers who lived at Semula Jadi Village, Datuk Bandar Timur Subdistrict; 90 of them were used as the samples which were taken by simple random sampling. The data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple linier regression test.

The results of the research showed that the characteristics variable which influenced the prevention of the families from DBD were education (ρ=0.017), knowledge (ρ=0.002). The characteristics variables which did not influence the prevention of the families from DBD were occupation (ρ=0.188), family income (ρ=0.558), and attitude (ρ=0.176).

It is recommended that the Health Center officers at Semula Jadi to increase their activities in giving clear information and counseling about dengue to the people, establish posyandu (integrated services post) or special counseling, visit them regularly in checking mosquito larvae, and empower the posyandu’s cadres to prevent the people from DBD by giving supervision.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional karena upaya memajukan bangsa Indonesia tidak akan efektif apabila tidak memiliki dasar yang kuat yaitu derajat kesehatan yang tinggi. Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat (Depkes RI, 2007).

Salah satu pokok program kesehatan adalah pemberantasan penyakit menular dengan salah satu sasaran yang hendak dicapai adalah menurunnya angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi kurang dari 20 per 100.000 penduduk di suatu wilayah dan secara nasional 5 per 100.000 penduduk dengan angka kematian (CFR) di Rumah Sakit menjadi di bawah 1% (Depkes RI, 2004).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh Nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus. Sampai saat ini yang paling berperan dalam penularan

adalah Aedes aegypti, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan

Aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga jarang kontak dengan manusia,

DBD ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam (ecchymosis) atau ruam


(17)

(purpura). Kadang-kadang mimisan, feses berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan/syok (Depkes RI, 2005).

Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya dan di DKI Jakarta pada Tahun 1968 kemudian menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Sejak Tahun 1998 setiap tahun rata-rata 18.000 orang dirawat di Rumah Sakit. Dari jumlah itu tercatat 700-750 orang penderita meninggal dunia dan Crude Fayality Rate (CFR) 4,16 % (Depkes RI, 2004).

DBD adalah penyakit infeksi virus yang dibawa melalui gigitan nyamuk

Aedes aegepty. Biasanya ditandai dengan demam yang bersifat bifasik selama 2-7

hari, ptechia dan adanya manisfestasi perdarahan.

Pada tahun 2000 jumlah penderita di Indonesia sebesar 39.405 kasus, jumlah ini terus meningkat. Pada Tahun 2005 jumlah penderita DBD di Indonesia sebanyak 95.279 kasus dan angka kematian sebesar 1,36% dengan angka insiden sebesar 43,42 kasus per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2008).

Subdit Arbovirosis, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan menganggap perlu meningkatkan efektivitas pencegahan dan pemberantasan DBD. Program terfokus pada Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) untuk mengubah perilaku penduduk agar melakukan 3M+ (3M plus) melalui advokasi, sosialisasi, pemberdayaan dan penyuluhan penduduk oleh petugas kesehatan, kader, juru pemantau jentik (Jumantik) dan sukarelawan melalui berbagai alat komunikasi termasuk mass media, media elektronik, media cetak, dan komunikasi personal (Depkes RI, 2006).


(18)

DBD sampai saat ini masih dinilai menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, sebanyak 77.489 kasus terjadi di Indonesia selama Tahun 2009, dengan angka kematian 585 jiwa (Depkes RI, 2009).

Di Propinsi Sumatera Utara kasus DBD selalu terjadi, Tahun 2008-2010 menunjukkan adanya variasi yang berbeda yaitu 2.131 penderita dan 34 meninggal pada Tahun 2008, menjadi 4103 penderita dan 34 meninggal pada Tahun 2009, dan Tahun 2010 didapati 4578 penderita dan 50 orang meninggal. Beberapa kabupaten/kota yang dinyatakan daerah endemis DBD dengan jumlah kasus yaitu Kota Medan 1837 kasus, Kota Pematang Siantar 510 kasus, Kota Tanjung Balai 448 kasus dan Kabupaten Simalungun dengan jumlah kasus yaitu 397 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2010).

DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Tanjung Balai, karena jumlah penderitanya semakin lama semakin meningkat dan wilayah terjangkitnya semakin luas. Kasus DBD di Kota Tanjung Balai pada Tahun 2009 mengalami peningkatan tajam di banding tahun-tahun sebelumnya. Pada Tahun 2006 terdapat 52 penderita dan 6 orang meninggal, Tahun 2007 terdapat 21 penderita dan 2 orang meninggal, Tahun 2008 terdapat 26 penderita dan 3 orang meninggal, pada Tahun 2009 terdapat 448 penderita dan 10 orang meninggal dan pada Tahun 2010 terdapat 234 penderita dan tidak ada yang meninggal dunia (Dinkes Kota Tanjung Balai, 2010).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Tanjung Balai pada Tahun 2010 dari 8 puskesmas di Kota Tanjung Balai terdapat 2 puskesmas


(19)

penderita 32 orang dan Puskesmas Semula Jadi dengan jumlah penderita 45 orang (Dinkes Kota Tanjung Balai, 2010).

Puskesmas Semula Jadi terletak di Kecamatan Datuk Bandar Timur merupakan salah satu wilayah endemis di Kota Tanjung Balai, setiap tahun dijumpai adanya kasus DBD pada wilayah ini. Pada Tahun 2007 tercatat 36 penderita. Tahun 2008 tercatat 57 penderita, puncaknya pada Tahun 2009 sebanyak 149 penderita (48 di antaranya balita) dengan kasus meninggal 4 orang. Tahun 2010 hingga akhir Bulan Desember terdapat 45 penderita DBD dan 15 di antaranya adalah balita (Dinkes Kota Tanjung Balai, 2010).

Tingginya angka prevalensi penyakit DBD antara lain dipengaruhi oleh semakin menigkatnya kepadatan dan mobilitas penduduk, semakin baiknya sarana transportasi dalam kota maupun antar daerah dan masih tersebarnya nyamuk penular DBD di perumahan/permukiman (Depkes RI, 2005).

Permasalahan utama dalam upaya menekan angka kesakitan DBD adalah masih belum berhasilnya upaya penggerakkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD yaitu melakukan pengendalian jentik Aedes aegypti melalui cara fisik, kimia dan biologi yang mulai diintensifkan sejak Tahun 1992 ( Depkes RI, 2006).

Strategi pemberantasan penyakit Demam Berdarah yang diterapkan di Indonesia yaitu dengan cara membuat strata daerah atau desa endemis dan daerah atau desa non endemis. Pembuatan strata tersebut berdasarkan adanya kasus 3 tahun berturut-turut, di mana intervensi yang dilakukan sesuai strata tersebut. Untuk desa/kelurahan endemis kegiatan pemberantasan sarang nyamuk adalah fogging massal, pemberantasan terhadap jentik dengan cara abatisasi selektif dengan 4 kali


(20)

setahun. Diadakan penyuluhan, pembentukan kader, pertemuan lintas sektoral untuk masyarakat. Daerah non endemis dilakukan pengamatan penderita dan PSN. Selain itu juga dilakukan kegiatan fogging focus yaitu jenis pengasapan pada lokasi tertentu untuk penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) bagi daerah endemis dan non endemis (Depkes RI, 2005).

Perilaku masyarakat perlu diarahkan pada perilaku hidup sehat sebagai sasaran dari pembangunan kesehatan. Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya sakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya. Latar belakang sosial, struktur sosial ekonomi mempunyai pengaruh terhadap prilaku kesehatan masyarakat.

Menurut penelitian Widyana dalam Florensi (2004) bahwa faktor-faktor risiko seperti lingkungan, sosio ekonomi dan perilaku masyarakat merupakan faktor-faktor risiko yang erat kaitannya dengan DBD. Menurutnya pengetahuan dan sikap masyarakat akan berpengaruh terhadap prilaku kesehatannya (Florensi, 2004).

Pembentukan perilaku diawali dari kelompok sosial terkecil yaitu keluarga. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat karena pengalaman interaksi sosial di dalam keluarga, turut menentukan cara-cara tingkah laku anggota keluarganya. Dalam keluarga, Ibu memegang peranan yang besar karena ibu merupakan penggerak atau motivator utama dalam membentuk,


(21)

membina, dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan lingkungan bagi anggota keluarga (Florensi, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Shinta (2007), karakteristik KK (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) berpengaruh terhadap tindakan pencegahan penyakit DBD di Kelurahan Lubuk Pakam dan menurut Alexander (2008), dalam penelitiannya bahwa karakteristik KK (pengetahuan) yang berpengaruh terhadap pencegahan penyakit DBD di Kelurahan Sri Padang Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian apakah ada pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan dan sikap) terhadap pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada keluarga di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjung Balai.

1.2. Permasalahan

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan dan sikap) terhadap pencegahan penyakit DBD pada keluarga di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur Kota Tanjung Bali Tahun 2011.


(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu (pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan dan sikap) terhadap pencegahan penyakit DBD pada keluarga di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjung Balai pada tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitianan

Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Tanjung Balai dalam menyusun kebijakan mengenai penanggulangan penyakit DBD.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dalam meningkatkan prilaku sehat terhadap penanggulangan penyakit DBD.

3. Memberi kontribusi dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

4. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor karakteristik (pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan dan sikap) dalam upaya mencegah penyakit DBD.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Secara lebih terperinci, perilaku kesehatan mencakup :

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya) maupun secara aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik modern maupun tradisional.

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan sehubungan dengan kebutuhan tubuh.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior).

Kwick dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.


(24)

Menurut Blum dalam Butunuhal (1990), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama yaitu lingkungan (fisik,biologis, sosial budaya), perilaku manusia yang menjadi faktor yang paling besar pengaruhnya di samping genetik dan upaya pelayanan kesehatan. Suatu langkah bijaksana apabila di dalam penanggulangan penyakit ini yang secara jelas terbukti bahwa faktor manusia dan lingkungan yang paling besar pengaruhnya, maka mengubah perilaku individu merupakan intervensi yang tepat guna.

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003), perilaku dibagi ke dalam tiga domain (ranah atau kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Ketiga domain tersebut adalah kognitif, afektif dan psikomotor.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain tersebut diukur dari:

a. Pengetahuan (knowledge) b. Sikap atau tanggapan (attitude) c. Praktik atau tindakan (practice)

Uraian sari ketiga domain tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt


(25)

behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat, yaitu: 1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,


(26)

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek, atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional yang afektif (senang, benci, sedih, dan sebagainya), di samping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek tersebut) serta aspek konotatif (kecenderungan bertindak). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosial (Sarwono, 1997).

Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan predisposisi tindakan atau


(27)

perilaku. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo, 2003):

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan respons terhadap suatu objek.

c. Praktik atau tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain,


(28)

misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003).

Praktik mempunyai beberapa tingkatan, yakni: 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respons terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.1.1. Pengaruh Karakteristik Ibu dalam Perilaku Kesehatan

Manusia adalah individu dengan jati diri yang khas yang memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah sifat individu yang relatif tidak berubah, atau yang dipengaruhi lingkungan seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa,


(29)

Para ahli telah merumuskan berbagai faktor karakteristik individu yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatannya. Menurut Notoatmodjo (2003), beberapa faktor individu (person) yang terkait kesehatan antara lain:

1. Jenis pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Anderson menyatakan bahwa struktur sosial yang salah satunya adalah pekerjaan menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Notosiswoyo dkk (2003), dari 340 responden 255 orang (75% ) di antaranya adalah ibu rumah tangga yg tidak bekerja lebih dapat memahami keadaan anaknya.

2. Tingkat pendidikan

Menurut Feldstein, tingkat pendidikan dipercaya memengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi akan memungkinkan seseorang untuk mengetahui atau mengenal gejala-gejala awal. Anderson dan Antonovsky, mengatakan bahaw kunjungan dokter yang rendah adalah sebagai akibat rendahnya pendidikan dan sikap masa bodoh terhadap pelayanan kesehatan (Nasution, 2001).

Menurut Sutrisno dalam Kasnodiharjo (1999), seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan rendah atau bahkan buta huruf, pada umumnya akan mengalami kesulitan untuk menerapkan ide-ide baru dan membuat mereka bersifat konservatif, karena mereka tidak mengenal alternatif yang lebih baik yang tersedia baginya. Sebaliknya menurut Soekanto dalam Kasnodiharjo (1999),


(30)

orang yang berpendidikan tinggi akan lebih menerima gagasan-gagasan baru, karena orang yang berpendidikan relatif cukup tinggi lebih terbuka jalan pikirannya untuk menerima hal-hal atau ide-ide baru

3. Penghasilan

Penghasilan merupakan variabel yang dinilai ada hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan penyakit (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat penghasilan merupakan penghasilan yang diperoleh bapak dan ibu yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari, sehingga semakin besar jumlah pendapatannya, maka taraf kehidupan akan semakin membaik (Kartasasmita, 2003).

2.2. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.2.1. Pengertian DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. DBD ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik-bintik perdarahan (petechiae), lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, feses berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan atau syok (Depkes RI, 2000).


(31)

Tahun 1968, jumlah kasusnya cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Pada Tahun 1994, DBD telah tersebar ke seluruh provinsi di Indonesia (Depkes RI, 2000).

Penyakit ini berkembang sangat pesat dan bahkan dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau vaksin bagi penyakit DBD. Berat tidaknya penyakit ini sangat ditentukan oleh daya tahan tubuh seseorang. Jika daya tahan tubuh kuat maka virus penyebabnya akan mati dan dalam waktu lebih kurang dari satu minggu penderita akan sembuh. Berbagai upaya pemberantasan telah dilakukan, namun sampai sekarang belum berhasil dengan baik, sehingga daerah endemis semakin meluas di Indonesia dan kejadian luar biasa masih sering terjadi (Depkes RI, 2000).

Faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD ini sangat kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkontrol, tidak adanya kontrol terhadap nyamuk yang efektif di daerah endemik dan peningkatan sarana transportsi. Morbiditas dan mortalitas infeksi

dengue dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologis pejamu,

kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, faktor keganasan virus dan kondisi geografis setempat (Hadinegoro dkk, 2004).

2.2.2. Nyamuk Penular Penyakit DBD

Menurut riwayatnya nyamuk penular penyakit demam berdarah disebut nyamuk Aedes aegypti itu, awal mulanya bersal dari mesir yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, melalui kapal laut dan udara. Nyamuk hidup dengan subur di


(32)

belahan dunia yang mempunyai iklim tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Nyamuk Aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah. Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti tersebar di seluruh peosok tanah air, baik di kota maupun di desa, kecuali di wilayah yang ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Suroso 2004).

Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti

Menurut Depkes RI (2004), ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah :

1. Nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuhnya.

2. Hidup di dalam dan sekiyar rumah, juga di tempat umum 3. Mampu terbang sampai 100 meter.

4. Nyamuk betina aktif menggigit (menghisap) darah pada pagi hari yaitu pukul 09.00-10.00 dan sore hari yaitu pukul 16.00-1700. Nyamuk jantan biasa menghisap sari bunga/tumbuhan yang mengandung gula.

5. Umur nyamuk Aedes aegypti rata-rata 2 minggu, tetapi sebagian diantaranya dapat hidup hidup 2-3 bulan.

Adapun siklus nyamuk Aedes aegypti adalah telur → jentik → kepompong (pupa) → nyamuk. Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk kurang lebih 9-10 hari. Tempat hinggap yang paling disenangi adalah benda-benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat


(33)

Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada musim hujan, dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk

Aedes aegypti,selain nyamuk Aedes aegypti , penyakit demam berdarah juga dapat

ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus, yang kurang berperan dalam menyebarkan penyakit DBD, jika di banding nyamuk Aedes aegypti. Hal ini karena nyamuk Aedes

albopictus hidup dan berkembangbiak di kebun atau semak-semak, sehingga lebih

jarang kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti yang berada di dalam dan sekitar rumah (Suroso dan Umar, 2004)

Menurut Anonim dalam Suroso dan umar (2004), genangan yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti berupa genagan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut container atau tempat penampungan air (TPA), antara lain:

1. TPA yang digunakan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya.

2. Tempat perindukan tambahan atau non-TPA, seperti tempat minum hewan, barang bekas, vas bunga, perangkap semut dan lain-lainnya.

3. TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu dan lain-lainnya.

2.2.3. Penyebab Terjadinya dan Penularan DBD

Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang yang sakit DBD atau tidak sakit DBD tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue


(34)

(karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus dengue). Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar-kelenjar, bila nyamuk menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak) ia akan mengandung virus dengue, seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang 1 minggu (Depkes RI, 2007).

2.2.4 Diagnosis DBD

Terdapat empat gejala utama DBD, yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi (Hadinegoro, 2004). Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau simtomatik. Gejala klinik utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun uji tourniquet (Soegianto, 2004).

Menurut WHO dalam Tumbelaka (2004), pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis DBD secara dini, di samping menentukan derajat beratnya penyakit adalah:

a. Secara Klinis, antara lain : 1. Demam mendadak tinggi


(35)

2. Perdarahan (termasuk uji bendung/tourniquet (+) seperti petekie apistaksis, hematemesis, dan lain-lain

3. Hepatomegali

4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau hipotensi disertai gelisah dan menggigil.

b. Laboratoris :

1. Trombositopenia (< 100.000/μl)

2. Hemokonsentrasi (kadar Ht ≥ 20% dari normal) c. Berat penyakit :

1. Derajat I : demam uji bendung (+)

2. Derajat II : derajat I ditambah perdarahan spontan

3. Derajat III : nadi cepat dan lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmHg (hipotensi), menggigil

4. Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur

Dua gejala klinis pertama ditambah dua gejala laboratories dianggap cukup untuk menegakkan diagnosis kerja DBD.

Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DBD, gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita adalah:

1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.

2. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, tak nafsu makan (anoreksia), diare, konstipasi.

3. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada


(36)

seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan(flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fofobia otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal (Effendi, 1995).

2.3. Upaya Pencegahan Penyakit DBD

Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit DBD hingga dewasa ini belum ditemukan, maka upaya untuk pemberantasan penyakit DBD dititikberatkan pada pemberantasan nyamuk penularnya (Aedes aegypti) di samping kewaspadaan dini terhadap kasus DBD untuk membatasi angka kematian (Suroso dan Umar, 2004).

Penyakit DBD perlu diberantas karena penyakit ini menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian pada banyak orang dalam waktu singkat. Penyakit DBD semakin menyebar luas sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk. Semua desa/kelurahan mempunyai risiko untuk terjangkitnya penyakit DBD karena nyamuk penularnya (Aedes aegypti) tersebar luas di seluruh pelosok tanah air (Suroso dan Umar, 1994).

Menurut Notoatmodjo (2003), partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam partisipasi, setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan yang diwujudkan dalam 4 M, yakni man power (manusia), money (uang), material ( benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras, dan sebagainya) dan mind (ide atau gagasan).


(37)

ini dimaksud untuk meyakinkan masyarakat bahwa program ini perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang ada di lingkungannya. Melalui kegiatan ini dapat menaikkan rasa percaya diri masyarakat dalam ikut melaksanakan pembangunan. Peningkatan partisipasi masyarakat menumbuhkan berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat untuk secara aktif berkontribusi dalam pembangunan sehingga dapat menghasilkan manfaat yang merata bagi seluruh warganya (Depkes RI, 2000).

Adapun cara-cara memberantas nyamuk Aedes aegypti menurut Depkes RI (2008) adalah:

1. Penyemprotan

Nyamuk Aedes aegypti dapat diberantas dengan menyemprotkan racun serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan sehari-hari di rumah tangga.

Melakukan penyemprotan saja tidak cukup, karena dengan penyemprotan itu yang mati hanya nyamuk (dewasa) saja. Selama jentiknya tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk baru yang menetas dari tempat perkembangbiakannya. 2. PSN DBD (Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue)

PSN DBD dilakukan dengan cara 3M+1T (baca: plus atau satu T) yaitu:

1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali.

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.

3. menguburkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, ban bekas, plastik bekas, dan lain-lain.


(38)

4. Menelungkupkan barang bekas yang dapat menampung air.

Selain itu ditambah dengan cara lain (yang dikenal dengan istilah 3M plus), seperti:

a. Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali.

b. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.

c. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lainnya misalnya dengan tanah.

d. Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampungan air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk termpat-tempat yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain-lain.

e. Abatisasi

f. Ikanisasi, pelihara ikan pemakan jentik. g. Pasang kawat kasa di rumah.

h. Pencahayaan dan ventilasi yang memadai.

i. Jangan membiasakan menggantung pakaian di dalam rumah. j. Tidur menggunakan kelambu.

k. Gunakan obat nyamuk (bakar, gosok, oles, semprot/spray) dan lain-lain untuk mencegah gigitan nyamuk.

3. Larvasiding


(39)

tempat-Menurut Suroso dan Umar (2004), kegiatan pokok penanggulangan penyakit DBD antara lain:

1. Penemuan dan pelaporan penderita 2. Penanggulangan fokus

3. Pemberantasan vektor intensif, meliputi: 1) Fogging focus. 2) Abatisasi. 3) Penyuluhan dan pergerakan masyarakat dalam PSN DBD (Gerakan 3M). 4) Penyuluhan kepada masyarakat. 5) Pemantauan jentik berkala (PJB).

2.4. Upaya Pemberantasan Vektor DBD Oleh Masyarakat

Cara yang paling tepat dalam pemberantasan penyakit DBD adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M plus (Sutrisna, 2003).

Ahmad (2004) mengemukakan bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang dilaksanakan oleh masyarakat adalah menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali dan menutup rapat-rapat atau menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi), mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan sampah-sampah lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.

Menurut Depkes (2006), hal-hal yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat dalam pencegahan DBD adalah:

1. Memberikan informasi dan penyuluhan kepada warga tentang DBD seperti memberikan penyuluhan DBD kepada keluarga, penyuluhan di posyandu, di


(40)

arisan, PKK, kelompok agama, memberikan informasi kepada teman dan tetangganya, menyampaikan pesan-pesan bahaya penularan DBD melalui poster, spanduk, dan selebaran.

2. Mengajak masyarakat untuk kerja bakti secara berkala, seperti membersihkan lingkungan dan menimbun barang-barang bekas kedalam satu lobang atau mengumpulkannya ke tempat pembuangan sampah umum, menabur bubuk abate, membersihkan genangan air.

3. Kunjungan rumah secara berkala memberikan penyuluhan dan pemeriksaan jentik Salah satu cara untuk mencegah dan menaggulangi penyakit DBD adalah dengan gerakan PSN-DBD yang dilakukan masyarakat dan pemerintah secara berkesinambungan. Melalui gerakan ini semua masyarakat diharapkan untuk : a. Melakukan konsultasi (memeriksakan) kepada petugas jika ada anggota

kelurga yang sakit dan diduga menderita penyakit DBD.

b. Melaporkan kepada Kepala Desa/Kelurahan jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit DBD.

c. Membantu kelancaran penaggulangan kejadian penyakit DBD yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

Untuk memberantas penularan DBD secara tuntas yang paling penting adalah usaha-usaha masyarakat sendiri dalam memelihara kebersihan lingkungan rumah, tempat kerja dan tempat-tempat umum agar bebas dari nyamuk penular demam berdarah.


(41)

anak melalui sekolah serta kepada orangtua, agar PSN sebagai bagian dari kebersihan lingkungan dapat dilakukan di rumah dan di lingkungan masing-masing. Pesan yang disampaikan meliputi tanda dan gejala DBD dan pertolongan serta cara pencegahannya (Suroso,1998).

2.5. Kerangka Konsep

Variabel bebas Varibel terikat

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Defenisi Konsep:

1. Karakteristik ibu adalah hal-hal yang melekat dalam diri ibu yang membedakan seseorang dengan yang lainnya, meliputi: tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan dan sikap.

2. Pencegahan penyakit DBD adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh ibu agar penyakit DBD pada keluarga tidak terjadi.

2.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh karakteristik Ibu (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan,sikap dan tindakan) terhadap perilaku ibu dalam pencegahan penyakit demam berdarah dengue.

Karakteritik Ibu - Pendidikan - Pekerjaan

- Pendapatan keluarga - Pengetahuan

- Sikap

Pencegahan Penyakit DBD


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menjelaskan pengaruh karakteristik individu (pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan, sikap dan tindakan) terhadap perilaku ibu dalam pencegahan penyakit DBD di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur Kota Tanjung Balai Tahun 2011 (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur Kota Tanjung Balai pada bulan Juni Tahun 2011 dengan pertimbangan tingginya kasus DBD di antara kecamatan yang ada di Kota Tanjung Balai dan Keluraha Semula Jadi pernah terjadi kematian akibat penyakit DBD.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang tinggal di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur yaitu 843 ibu. Pertimbangan memilih ibu sebagai populasi karena ibu diasumsikan merupakan penggerak/motivator utama keluarga dalam membentuk, membina dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan


(43)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Besar sampel dihitung dengan rumus dalam Notoadmodjo (2003) :

n = 2

) ( 1 N d

N

+ 843 n =

1 + 843 (0,12 )

n = 90 Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Derajat ketetapan yang diinginkan (sebesar 0,1)

Berdasarkan perhitungan diperoleh sampel sebanyak 90 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan simple random sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Data sekunder diambil dari kantor camat mengenai keadaan monografi dan demografi serta dari Dinas Kesehatan Kota Tanjung Balai dan Puskesmas Datuk Bandar.


(44)

3.5.Definisi Operasional

Untuk memudahkan penelitian serta memiliki persepsi yang sama, maka definisi operasional penelitian adalah:

1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden. Pendidikan dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a. Tinggi, bila responden tamat SLTA, Diploma dan Sarjana

b. Rendah, bila responden tidak sekolah/tidak tamat SD, SD dan SLTP

2. Pekerjaan adalah sumber mata pencaharian responden. Pekerjaan dibagi menjadi 2 kategori yaitu:

a. Bekerja, bila responden PNS, pegawai swasta, wiraswasta dan buruh b. Tidak bekerja, bila responden ibu rumah tangga (IRT)

3. Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diterima responden sebagai pendapatan setiap bulannya. Pendapatan diukur berdasarkan Upah Minimum Propinsi (UMP) tahun 2008 sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 561/4213/K Tahun 2010, yaitu:

1. ≤ UMP (Rp. 1.100.000,-) per bulan 2. > UMP (Rp. 1.100.000,-) per bulan

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang penyakit DBD. Pengetahuan terdiri dari 10 pernyataan dan diukur dengan menggunakan metode skoring melalui kuesioner yang telah diberikan bobot 1-2. Berdasarkan jumlah yang telah diperoleh maka pengetahuan responden dikategorikan menjadi tiga, yaitu:


(45)

a. Pengetahuan baik, bila responden mengetahui segala sesuatu tentang penyakit DBD

b. Pengetahuan sedang, bila responden cukup mengetahui segala sesuatu tentang penyakit DBD

c. Pengetahuan buruk, bila responden kurang mengetahui segala sesuatu tentang penyakit DBD

4. Sikap adalah kecenderungan responden untuk merespons (secara positif atau negatif) dalam pencegahan dan penanggulangan DBD. Sikap terdiri dari 6 pertanyaan dan diukur dengan menggunakan metode skoring melalui kuesioner yang telah diberikan bobot 1-3. Berdasarkan jumlah yang telah diperoleh maka sikap responden dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Sikap baik, bila responden merespons segala sesuatu tentang penyakit DBD b. Sikap sedang, bila responden cukup merespons segala sesuatu tentang

penyakit DBD

c. Sikap buruk, bila responden kurang merespons segala sesuatu tentang penyakit DBD

5. Pencegahan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh responden agar penyakit DBD tidak terjadi pada keluarga. Pencegahan terdiri dari 10 pertanyaan dan diukur dengan menggunakan metode skoring melalui kuesioner yang telah diberikan bobot 1-3. Berdasarkan jumlah yang telah diperoleh maka pencegahan responden dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Pencegahan baik, bila responden melakukan segala upaya agar keluarga tidak menderita penyakit DBD


(46)

b. Pencegahan sedang, bila responden cukup melakukan upaya agar keluarga tidak menderita penyakit DBD

c. Pencegahan buruk, bila responden kurang melakukan upaya agar keluarga tidak menderita penyakit DBD

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek pengukuran Variabel Bebas

Variabel karakteristik individu meliputi skala pengukuran nominal, dan ordinal. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Aspek pengukuran Variabel Bebas No Variabel Jumlah

Indika- tor Kategori Jawaban Bo- Bot Nilai

Kriteria Nilai Inter-

Val

Skala 1. Pendidikan 1. Tidak

sekolah/ tidak tamat SD 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. Diploma 6. Sarjana 1.Tinggi 2. Rendah Ordinal

2 Pekerjaan 1. PNS

2. Pegawai Swasta 3.Wiraswasta 4. Buruh 5. IRT 1. Bekerja 2. Tidak bekerja Nomi- nal

3 Pendapatan keluarga

1. ≤ UMP 2. > UMP

Ordinal 4 Pengetahuan 10 1. Tahu

2. Tidak tahu

2 1 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 16-20 13-15 10-12 Interval

5 Sikap 6 1. Setuju

2. Kurang setuju 3 2 1. Baik 2. Sedang 14-18 10-13 Interval


(47)

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Pencegahan penyakit DBD dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Aspek pengukuran Variabel Terikat

No Variabel Jumlah Indika- tor Kategori Jawaban Bo- Bot Nilai

Kriteria Nilai Inter-

Val

Skala 1 Pencegahan 10 1.Selalu

2.Kadang-kadang 3.Tidak pernah 3 2 1 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 24-30 17-23 10-16 Interval

3.7. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpul diolah, dianalisa dan diuji dengan statistik regresi linear berganda yaitu untuk melihat pengaruh variabel independent (karakteristik ibu) terhadap variabel dependen (pencegahan penyakit DBD).

Rumus :

Keterangan :

Y = variabel dependen X = variabel independen

a = konstanta

b = koefisien regresi

e = komponen kesalahan (Pratisto, 2009)

Regresi Linier Berganda :


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Semula Jadi merupakan salah satu dari lima kelurahan yang terletak di Kecamatan Datuk Bandar Timur yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bunga Tanjung b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pulau Simardan c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Selat Lancang d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Medan

Luas wilayah 68 Ha terdiri dari 5 Dusun dengan jumlah penduduk 5.555 jiwa, laki-laki terdiri dari 2.805 jiwa dan perempuan sebanyak 2.750 jiwa .Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Semula Jadi

No Dusun Jumlah Penduduk

1 Dusun I 1289

2 Dusun II 1676

3 Dusun III 1198

4 Dusun IV 876

5 Dusun V 516

Jumlah 5.555

Sumber: Data Potensi Kelurahan Semula Jadi Tahun 2009.

Distribusi penduduk berdasarkan suku bangsa sebagian besar Melayu yaitu sebanyak 2.234 orang dan selanjutnya Mandailing yaitu sebanyak 1.876. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(49)

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah

1 Melayu 2.234

2 Jawa 1.150

3 Batak Toba 103

4 Minang 72

5 Karo 28

6 Mandailing 1.876

7 Simalungun 53

8 Tionghoa 39

Sumber: Data Potensi Kelurahan Semula Jadi Tahun 2009.

Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan sebagian besar buruh/swasta yaitu sebanyak 2.427 orang dan selanjutnya sebagai nelayan sebanyak 2.178. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Buruh/swasta 2.427

2 Nelayan 2.178

3 Pedagang 674

4 PNS 136

5 TNI/POLRI 113

Sumber: Data Potensi Kelurahan Semula Jadi Tahun 2009.

Distribusi penduduk berdasarkan agama sebagian besar beragama Islam yaitu sebanyak 4.765 orang dan selanjutnya Kristen Katolik sebanyak 439. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 4.765

2 Kristen Katolik 439

3 Kristen Protestan 327

4 Budha 24

5 Hindu -


(50)

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang tinggal di Kelurahan Semula Jadi Kecamatan Datuk Bandar Timur. Dari hasil penelitian pada 90 orang responden dapat digambarkan karakteristik berdasarkan pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, pengetahuan, dan sikap.

4.2.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pendidikan paling banyak adalah tamat SLTP sebanyak 25 responden (27,8%) dan jumlah responden dengan kelompok pendidikan yang paling sedikit adalah Sarjana sebanyak 3 responden (3,3%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %

1 Tidak sekolah/tidak tamat SD 12 13,3

2 SD 21 23,3

3 SLTP 25 27,8

4 SLTA 20 22,3

5 Diploma 9 10,0

6 Sarjana 3 3,3

Jumlah 90 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pendidikan paling banyak adalah kelompok pendidikan pada kategori rendah sebanyak 57 responden (63,3%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan

No Karakteristik Kategori Jumlah %

1 Pendidikan Tinggi

Rendah

33 36,7 57 63,3


(51)

4.2.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pekerjaan paling banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 35 responden (38,9%) dan jumlah responden dengan kelompok pekerjaan yang paling sedikit adalah pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 6 responden (6,7%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah %

1 PNS 6 6,6

2 Pegawai Swasta 9 10,0

3 Wiraswasta 16 17,8

4 Buruh 24 16,7

5 Ibu Rumah Tangga 35 38,9

Jumlah 90 100

Berdasarkan kategori pekerjaan didapatkan bahwa terbanyak responden bekerja yaitu sebanyak 55 responden (61,1%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah %

1 2

Bekerja Tidak bekerja

55 35

61,1 38,9

Jumlah 90 100

4.2.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendapatan di bawah atau sama dengan Upah Minimum Propinsi (UMP) atau ≤ Rp.1.100.000,- per bulan adalah kelompok responden yang paling banyak yaitu 53 responden (58,9%), sedangkan yang memiliki pendapatan > UMP sebanyak 37 responden (41,1%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.9.


(52)

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan

No Pendapatan Jumlah %

1 ≤ UMP 53 58,9

2 > UMP 37 41,1

Jumlah 90 100

4.2.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan dapat dilihat dari apa diketahui tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD); penyebab penyakit DBD; ciri-ciri/perilaku nyamuk Aedes

aegypti; siapa yang menjadi sasaran DBD; tanda-tanda/gejala penderita DBD; cara

penularan DBD; tempat perkembangbiakan/hidup nyamuk DBD; yang dimaksud dengan 3M; cara mencegah/memberantas perkembangbiakan nyamuk DBD; dan cara mencegah penularan DBD jika ada salah satu penghuni rumah atau tetangga kita yang sudah tertular penyakit DBD.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu tentang penyakit DBD sebanyak 61 responden (67,8%) dan responden yang tidak tahu sebanyak 29 responden (32,2%). Distribusi pengetahuan responden tentang penyebab penyakit DBD, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu sebanyak 41 responden (45,6%) dan responden yang tidak tahu sebanyak 49 responden (54,4%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai ciri-ciri/perilaku nyamuk Aedes

aegypti, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu sebanyak 40

responden (44,4%) dan responden yang tidak tahu sebanyak 50 responden (55,6%). Distribusi pengetahuan responden mengenai siapa yang menjadi sasaran DBD, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu sebanyak 70 responden (77,8%)


(53)

Distribusi pengetahuan responden mengenai tanda-tanda/gejala penderita DBD, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu sebanyak 45 responden (50%) dan responden yang tidak tahu sebanyak 45 responden (50%). Distribusi pengetahuan responden mengenai cara penularan DBD, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu sebanyak 27 responden (30%) dan responden yang tidak tahu sebanyak 63 responden (70%).

Distribusi pengetahuan responden mengenai tempat perkembangbiakan/hidup nyamuk DBD, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu sebanyak 42 responden (46,7%) dan responden yang tidak tahu sebanyak 48 responden (53,3%). Distribusi pengetahuan responden mengenai yang dimaksud dengan 3M, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu sebanyak 48 responden (53,3%) dan responden yang tidak tahu sebanyak 42 responden (46,7%).

Distribusi pengetahuan responden tentang cara mencegah/memberantas perkembangbiakan nyamuk DBD, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu sebanyak 25 responden (27,8%) dan responden yang tidak tahu sebanyak 65 responden (72,2%). Distribusi pengetahuan responden tentang cara mencegah penularan DBD jika ada salah satu penghuni rumah atau tetangga kita yang sudah tertular penyakit DBD, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tahu sebanyak 21 responden (23,3%) dan responden yang tidak tahu sebanyak 69 responden (76,7%).

Uraian hasil penelitian dalam bentuk tabulasi pengetahuan responden mengenai DBD dapat dilihat pada Tabel 4.10.


(54)

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

No Uraian Jawaban Pengetahuan F (%)

1 Yang diketahui tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

a. Tahu 61 67,8

b. Tidak tahu 29 32,2

Jumlah 90 100

2 Penyebab penyakit DBD

a. Tahu 41 45,6

b. Tidak tahu 49 54,4

Jumlah 90 100

3 Ciri-ciri/perilaku nyamuk Aedes aegypti

a. Tahu 40 44,4

b. Tidak tahu 50 55,6

Jumlah 90 100

4 Yang menjadi sasaran DBD

a. Tahu 70 77,8

b. Tidak tahu 20 22,2

Jumlah 90 100

5 Tanda-tanda/gejala penderita DBD

a. Tahu 45 50

b. Tidak tahu 45 50

Jumlah 90 100

6 Cara penularan DBD

b. Tahu 27 30

b. Tidak tahu 73 70

Jumlah 90 100

7 Tempat perkembangbiakan/hidup nyamuk DBD

a. Tahu 42 46,7

b. Tidak tahu 48 53,3

Jumlah 90 100

8 Yang dimaksud dengan 3M

b. Tahu 48 53,3

b. Tidak tahu 42 46,7

Jumlah 90 100

9 Cara mencegah/memberantas perkembangbiakan nyamuk DBD

a. Tahu 25 27,8

b. Tidak tahu 65 72,2


(55)

Tabel 4.10 (Lanjutan)

10 Cara mencegah penularan DBD jika ada salah satu penghuni rumah atau tetangga kita yang sudah tertular penyakit DBD

a. Tahu 21 23,3

b. Tidak tahu 69 76,7

Jumlah 90 100

Berdasarkan tabulasi distribusi variabel pengetahuan setelah dilakukan pengkategorian maka diketahui bahwa pengetahuan responden dikategorikan sedang, yaitu sebanyak 36 responden (40%). Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

No Kategori Pengetahuan Jumlah %

1 Baik 29 32,2

2 Sedang 36 40,0

3 Buruk 25 27,8

Jumlah 92 100

4.2.5. Deskripsi Responden Berdasarkan Sikap

Sikap responden meliputi sikap terhadap anjuran setiap keluarga harus melakukan gerakan 3M; 3M cara terbaik dalam mencegah terjadinya perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti; penyuluhan mengenai DBD; jika dilakukan fogging (pengasapan) dalam menanggulangi DBD; jika ditaburkan serbuk abate ke bak mandi, drum, atau tempat penampungan air lainnya; dan jika diadakan kunjungan berkala oleh petugas pemeriksaan jentik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang setuju terhadap anjuran setiap keluarga harus melakukan gerakan 3M sebanyak 59 responden (65,6%), untuk responden yang kurang setuju sebanyak 22 responden (24,4%) dan responden yang tidak setuju sebanyak 9 responden (10%). Distribusi sikap responden terhadap 3M


(56)

cara terbaik dalam mencegah terjadinya perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang setuju sebanyak 44 responden (48,9%), untuk responden yang kurang setuju sebanyak 40 responden (44,4%) dan responden yang tidak setuju sebanyak 6 responden (6,7%).

Distribusi sikap responden terhadap penyuluhan mengenai DBD, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang setuju sebanyak 54 responden (60%), untuk responden yang kurang setuju sebanyak 29 responden (32,2%) dan responden yang tidak setuju sebanyak 7 responden (7,8%). Distribusi sikap responden jika dilakukan fogging (pengasapan) dalam menanggulangi DBD, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang setuju sebanyak 46 responden (51,1%), untuk responden yang kurang setuju sebanyak 41 responden (45,6%) dan responden yang tidak setuju sebanyak 3 responden (3,3%).

Distribusi sikap responden jika ditaburkan serbuk abate ke bak mandi, drum, atau tempat penampungan air lainnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang setuju sebanyak 29 responden (32,2%), untuk responden yang kurang setuju sebanyak 43 responden (47,8%) dan responden yang tidak setuju sebanyak 18 responden (20%). Distribusi sikap responden jika ditaburkan serbuk abate ke bak mandi, drum, atau tempat penampungan air lainnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang setuju sebanyak 77 responden (85,6%), untuk responden yang kurang setuju sebanyak 10 responden (11,1%) dan responden yang tidak setuju sebanyak 3 responden (3,3%).


(57)

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

No Uraian Jawaban Sikap F (%)

1 Anjuran setiap keluarga harus melakukan gerakan 3M

a. Setuju 59 65,6

b. Kurang setuju 22 24,4

c. Tidak setuju 9 10

Jumlah 90 100

2 3M cara terbaik dalam mencegah terjadinya perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti

a. Setuju 44 48,9

b. Kurang setuju 40 44,4

c. Tidak setuju 6 6,7

Jumlah 90 100

3 Penyuluhan mengenai DBD

a. Setuju 54 60

b. Kurang setuju 29 32,2

c. Tidak setuju 7 7,8

Jumlah 90 100

4 Jika dilakukan fogging (pengasapan) dalam menanggulangi DBD

a. Setuju 46 51,1

b. Kurang setuju 41 45,6

c. Tidak setuju 3 3,3

Jumlah 90 100

5 Jika ditaburkan serbuk abate ke bak mandi, drum, atau tempat penampungan air lainnya

a. Setuju 29 32,2

b. Kurang setuju 43 47,8

c. Tidak setuju 18 20

Jumlah 90 100

6 Jika diadakan kunjungan berkala oleh petugas pemeriksaan jentik

a. Setuju 77 85,6

b. Kurang setuju 10 11,1

c. Tidak setuju 3 3,3


(58)

Berdasarkan tabulasi distribusi variabel sikap setelah dilakukan pengkategorian maka diketahui bahwa sikap responden dikategorikan baik, yaitu sebanyak 77 responden (85,6%). Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap

No Kategori Sikap Jumlah %

1 Baik 77 85,6

2 Sedang 13 14,4

3 Buruk - -

Jumlah 90 100

4.2.6. Deskripsi Responden Berdasarkan Pencegahan

Perilaku pencegahan responden meliputi menguras bak mandi sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu; tidak membiarkan pakaian bergantung di dalam rumah; jika keluarga anda tidur siang, menggunakan obat anti nyamuk ( bakar, gosok, semprot ) atau alat lain untuk menghindari gigitan nyamuk; menaburkan bubuk abate pada bak penampungan air; menutup tempat penampungan air; mengubur barang bekas yang menjadi tempat berkembangabiaknya nyamuk Aedes aegypti; menelungkupkan barang bekas yang dapat menampung air; jika ada penderita dalam rumah, apakah ibu akan melakukan periksa darah terhadap anggota keluarga yang lain; jika anggota keluarga menderita DBD, apakah ibu membawa ke sarana kesehatan; dan jika tetangga dicurugai menderita DBD, apakah ibu melaporkan ke kepala lingkungan atau ke lurah untuk dibawa ke sarana kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang selalu menguras bak mandi sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu sebanyak 25 responden (27,8%),


(59)

responden (41,1%). Responden yang selalu tidak membiarkan pakaian bergantung di dalam rumah sebanyak 1 responden (1,1%), kadang-kadang sebanyak 30 responden (33,3%) dan tidak pernah sebanyak 59 renponden (65,6%). Responden yang selalu jika keluarga tidur siang, menggunakan obat anti nyamuk ( bakar, gosok, semprot ) atau alat lain untuk menghindari gigitan nyamuk sebanyak 1 responden (1,1%), kadang-kadang sebanyak 15 responden (16,7%) dan tidak pernah sebanyak 74 renponden (82,2%).

Responden yang selalu menaburkan bubuk abate pada bak penampungan air sebanyak 1 responden (1,1%), kadang-kadang sebanyak 55 responden (61,1%) dan tidak pernah sebanyak 34 responden (37,8%). Responden yang selalu menutup tempat penampungan air sebanyak 27 responden (30%), kadang-kadang sebanyak 17 responden (18,9%) dan tidak pernah sebanyak 46 renponden (51,1%).

Responden yang selalu mengubur barang bekas yang menjadi tempat berkembangabiaknya nyamuk Aedes aegypti sebanyak 5 responden (5,6%), kadang-kadang sebanyak 15 responden (16,7%) dan tidak pernah sebanyak 70 renponden (77,7%). Responden yang selalu menelungkupkan barang bekas yang dapat menampung air sebanyak 22 responden (24,5%), kadang-kadang sebanyak 47 responden (52,2%) dan tidak pernah sebanyak 21 renponden (23,3%).

Responden yang selalu jika ada penderita dalam rumah, akan melakukan periksa darah terhadap anggota keluarga yang lain sebanyak 14 responden (15.6%) dan tidak pernah sebanyak 76 renponden (84,4%). Responden yang selalu jika anggota keluarga menderita DBD, membawa ke sarana kesehatan yang lain sebanyak 80 responden (88,9%), kadang-kadang sebanyak 6 responden (6,7%) dan tidak pernah


(1)

Bagaimana mencegah penularan DBD jika ada salah satu penghuni rumah atau tetangga kita yang sudah tertular penyakit DBD?

69 76,7 76,7 76,7

21 23,3 23,3 100,0

90 100,0 100,0

Tidak tahu Tahu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pengetahuan kategori

29 32,2 32,2 32,2

36 40,0 40,0 72,2

25 27,8 27,8 100,0

90 100,0 100,0

Baik (16-20) Sedang (13-15) Buruk (10-12) Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Bagaimana sikap anda terhadap anjuran setiap keluarga harus melakukan gerakan 3M ?

9 10,0 10,0 10,0

22 24,4 24,4 34,4

59 65,6 65,6 100,0

90 100,0 100,0

Tidak setuju Kurang setuju Setuju

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah 3M cara terbaik dalam mencegah terjadinya perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti?

6 6,7 6,7 6,7

40 44,4 44,4 51,1

44 48,9 48,9 100,0

90 100,0 100,0

Tidak setuju Kurang setuju Setuju

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Bagaimana sikap ibu terhadap penyuluhan mengenai DBD ?

7 7,8 7,8 7,8

29 32,2 32,2 40,0

54 60,0 60,0 100,0

90 100,0 100,0

Tidak setuju Kurang setuju Setuju

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Bagaimana jika dilakukan fogging (pengasapan) dalam menanggulangi DBD ?

3 3,3 3,3 3,3

41 45,6 45,6 48,9

46 51,1 51,1 100,0

90 100,0 100,0

Tidak setuju Kurang setuju Setuju

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Bagaimana sikap ibu jikaditaburkan serbuk abate ke bak mandi, drum, atau tempat penampungan air lainnya ?

18 20,0 20,0 20,0

43 47,8 47,8 67,8

29 32,2 32,2 100,0

90 100,0 100,0

Tidak setuju Kurang setuju Setuju

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Bagaimana jika diadakan kunjungan berkala oleh petugas pemeriksaan jentik ?

3 3,3 3,3 3,3

10 11,1 11,1 14,4

77 85,6 85,6 100,0

90 100,0 100,0

Tidak setuju Kurang setuju Setuju

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

sikap kategori

77 85,6 85,6 85,6

13 14,4 14,4 100,0

90 100,0 100,0

Baik (14-18) Sedang (10-13) Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah ibu menguras bak mandi sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu ?

37 41,1 41,1 41,1

28 31,1 31,1 72,2

25 27,8 27,8 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Apakah ibu tidak membiarkan pakaian bergantung di dalam rumah ?

59 65,6 65,6 65,6

30 33,3 33,3 98,9

1 1,1 1,1 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah jika keluarga anda tidur siang, menggunakan obat anti nyamuk ( bakar, gosok, semprot ) atau alat lain untuk menghindari gigitan nyamuk ?

74 82,2 82,2 82,2

15 16,7 16,7 98,9

1 1,1 1,1 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah ibu menaburkan bubuk abate pada bak penampungan air?

34 37,8 37,8 37,8

55 61,1 61,1 98,9

1 1,1 1,1 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah Ibu menutup tempat penampungan air?

46 51,1 51,1 51,1

17 18,9 18,9 70,0

27 30,0 30,0 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah ibu menguur barang bekas yang menjadi tempat berkembangabiaknya nyamuk Aedes Aegypti?

70 77,8 77,8 77,8

15 16,7 16,7 94,4

5 5,6 5,6 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Apakah ibu menelungkupkan barang bekas yang dapat menampung air?

21 23,3 23,3 23,3

47 52,2 52,2 75,6

22 24,4 24,4 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Jika ada penderita dalam rumah ibu, apakah ibu akan melakukan periksa darah terhadap anggota keluarga yang lain?

76 84,4 84,4 84,4

14 15,6 15,6 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Selalu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Jika anggota keluarga ibu menderita DBD, apakah ibu membawa ke sarana kesehatan?

4 4,4 4,4 4,4

6 6,7 6,7 11,1

80 88,9 88,9 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Jika ada tetangga ibu dicurugai menderita DBD, apakah ibu melaporkan ke kepala lingkungan atau ke lurah untuk dibawa ke sarana kesehatan?

29 32,2 32,2 32,2

33 36,7 36,7 68,9

28 31,1 31,1 100,0

90 100,0 100,0

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pencegahan kategoti

4 4,4 4,4 4,4

40 44,4 44,4 48,9

46 51,1 51,1 100,0

90 100,0 100,0

Baik (14-16) Sedang (11-13) Buruk (8-10) Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Correlations

Correlations

1 ,634** -,367** ,441** ,639** ,288**

. ,000 ,000 ,000 ,000 ,006

90 90 90 90 90 90

,634** 1 -,405** ,559** ,695** ,218*

,000 . ,000 ,000 ,000 ,039

90 90 90 90 90 90

-,367** -,405** 1 -,475** -,287** -,044

,000 ,000 . ,000 ,006 ,682

90 90 90 90 90 90

,441** ,559** -,475** 1 ,419** ,179

,000 ,000 ,000 . ,000 ,092

90 90 90 90 90 90

,639** ,695** -,287** ,419** 1 ,287**

,000 ,000 ,006 ,000 . ,006

90 90 90 90 90 90

,288** ,218* -,044 ,179 ,287** 1

,006 ,039 ,682 ,092 ,006 .

90 90 90 90 90 90

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

pencegahan total

pendidikan

pekerjaan

pendapatan

pengetahuan total

sikap total

pencegahan

total pendidikan pekerjaan pendapatan

pengetahuan

total sikap total

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(6)

Regression

Variables Entered/Removedb

sikap total, pekerjaan, pengetahu an total, pendapata n,

pendidikana

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: pencegahan total b.

Model Summary

,711a ,506 ,477 2,054

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), sikap total, pekerjaan,

pengetahuan total, pendapatan, pendidikan a.

ANOVAb

363,230 5 72,646 17,220 ,000a

354,370 84 4,219

717,600 89

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), sikap total, pekerjaan, pengetahuan total, pendapatan, pendidikan

a.

Dependent Variable: pencegahan total b.

Coefficientsa

7,050 2,557 2,758 ,007

,624 ,257 ,287 2,427 ,017

-,270 ,203 -,118 -1,329 ,188

,332 ,564 ,058 ,588 ,558

,396 ,123 ,350 3,214 ,002

,207 ,151 ,110 1,365 ,176

(Constant) pendidikan pekerjaan pendapatan pengetahuan total sikap total Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: pencegahan total a.