Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Orang Tua Murid Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di SD Salsabila Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka teori
Pengendalian vektor
DBD:
1. Kimiawi
2. Biologi
3. Manajemen
lingkungan

Pengetahuan Ibu

Pencegahan penyebaran
Virus Dengue

Penurunan Kejadian Demam
Berdarah Dengue

3.2 Kerangka Konsep


Ibu-ibu orang tua
murid SD
Salsabila

Pengetahuan tentang
penularan Demam
Berdarah Dengue

25
Universitas Sumatra Utara

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian
Jenis

penelitian

yang


digunakan

adalah

metode

deskriptif

dengan

menggunakan kuisioner untuk melihat gambaran pengetahuan dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pendekatan potong lintang (cross sectional) dengan cara pendekatan observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

4.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan
Deli Kecamatan Medan Marelan pada bulan September 2016.


4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini adalah ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan
Deli Kecamatan Medan Marelan yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a.

Kriteria inklusi:
1. Memiliki anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Salsabila.
2. Telah memahami inform consent dan bersedia menjadi responden.

b. Kriteria eksklusi:
1. Tidak bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian.

26
Universitas Sumatra Utara

27


4.3.2 Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu orang tua murid
Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan
yang merupakan bagian dari populasi. Untuk menentukan ukuran besarnya sampel
yang mewakili populasi maka peneliti menggunakan perhitungan sampel mimimal
sebagai berikut :
n = Zα²PQ


Dimana:
n = besar sampel
Zα = deviat baku alpha (tabel Z)
P = perkiraan proporsi pada populasi dari penelitian sebelumnya
Q = 1-P
d = tingkat ketepatan absolut

maka perhitungannya jika:
Zα = 1,960 tingkat kesalahan adalah 0,05

P = 0,67 dari penelitian sebelumnya (Wati)19
Q = 1-P = 0,33
d = 10% = 0,1

n=

(1,960)²(0,67)(0,33)
(0,1)²

=

84,9377 dibulatkan menjadi minimal 85 orang

Universitas Sumatra Utara

28

4.4 Teknik Pengumpulan data
4.4.1 Teknik
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

probability sampling jenis simple random sampling yaitu pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak dari daftar populasi yang telah diketahui
terlebih dahulu jumlah populasinya tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.

4.4.2 Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara yaitu
suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden,
atau bercakap - cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. Hasil percakapan
tersebut didokumentasi menjadi sebuah data primer, yaitu materi atau kumpulan
fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung.
Data primer yang diambil adalah data tentang nama responden, jenis kelamin
responden usia responden, pekerjaan responden, pendidikan responden, serta
pengetahuan responden.

4.4.3 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan umur, status pekerjaan, pendidikan, kejadian, serta pengetahuan
tentang demam berbarah dengue (DBD). Kuisioner yang digunakan adalah

kuisioner yang telah divalidasi dan diuji reliabilitasnya dalam penelitian yang
dilakukan oleh Anindia Larasati (2009).18 Kuesioner ini sebanyak 20 pertanyaan
dengan pilihan jawaban berganda maupun isian. Masing-masing item telah diberi
nilai.

Universitas Sumatra Utara

29

4.5 Definisi Operasional
No

Definisi

Cara

.

Operasional


Ukur

1.

Alat Ukur

a. < 25 tahun

Kuisioner/

Usia adalah lama

Analisa

hidup sejak

Kuisioner b. 26-45 tahun

dilahirkan
2.


kategori

Skala
Ukur
Ordinal

wawancara

c. 46-65 tahun

Tingkat

Analisa

pendidikan adalah

Kuisioner

jenjang pendidikan


a. Tidak tamat
SD

Kuisioner/

Ordinal

wawancara

b. Tamat SD

terakhir yang

atau sederajat

dimiliki oleh

c. Tamat SMP


seseorang melalui

atau sederajat

pendidikan formal

d. Tamat SMA

pemerintah

atau sederajat
e. Tamat
perguruan
tinggi

3.

Pekerjaan adalah

Analisa

kegiatan aktif yang kuisioner

a. Bekerja

Kuisioner/

b. Tidak bekerja

wawancara

Nominal

dilakukan manusia
untuk
menghasilkan
uang
4.

Sumber informasi

Analisa

a. 5 Sumber

mendapatkan
informasi
mengenai DBD
yaitu petugas

Universitas Sumatra Utara

30

kesehatan, media
cetak, media
elektronik,
kegiatan setempat,
keluarga, dan
tetangga
5.

Sumber informasi

Analisa

a. 5 Sumber

informasi dimana
responden
mendapatkan
informasi
terbanyak tentang
DBD sehingga
responden
memahami
penyakit DBD.
6.

Pernah mendengar

Analisa

a. Tidak

Kuisioner/

DBD adalah

kuisioner

b. Ya

wawancara

Anggota keluarga

Analisa

a. Tidak

Kuisioner/

pernah DBD

kuisoner

b. Ya

wawancara

Nominal

kejadian masa
lampau dimana
responden pernah
mendapatkan
informasi tentang
DBD
7.

Nominal

adalah ada
tidaknya kejadian

Universitas Sumatra Utara

31

DBD di dalam
keluarga
8.

Tingkat

Analisa

pengetahuan

kuisioner

adalah pemahaman
yang dimiliki

a. Pengetahuan

Ordinal

kurang adalah wawancara
jika nilai ≤ 21
b. Pengetahuan

responden tentang

cukup adalah

demam berdarah

jika nilai 22-

yang meliputi

27

pengertian, tanda

Kuisioner/

c. Pengetahuan

dan gejala,

baik

adalah

pengobatan, cara

jika nilai ≥ 28.

penularan,
pemberantasan
vektor, dan
pemberantasan
sarang nyamuk.

4.6 Analisa Hasil
Pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat. Data yang diperoleh
dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis menggunakan komputer. Agar
analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat
tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi formulir atau
kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:
1) Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
2) Jelas: apakah tulisannya cukup jelas terisi jawabannya
3) Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaannya

Universitas Sumatra Utara

32

4)Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawabannya konsisten
2. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk
mempermudah pada saat analis data dan juga mempercepat pada saat entry
data.
3. Processing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah
melewati proses coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data
agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry
data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam
paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke komputer

Universitas Sumatra Utara

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Salsabila Jalan Young Panah Hijau
Lingkungan IX, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota
Medan. SD Salsabila merupakan Sekolah Dasar swasta yang terdiri dari kelas 1
hingga kelas 6. SD Salsabila terletak kurang lebih 30 meter dari sungai Deli.
Peserta didik sekolah ini merupakan masyarakat setempat di kelurahan Labuhan
Deli dan sekitarnya.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Dari penelitian yang dilakukan pada ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar
Salsabila, Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan,
didapati jumlah sampel 90 orang dari sampel minimal 85 orang, didapati
karakteristik sebagai berikut:
5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa responden terbanyak usia 26-45 tahun
yaitu 66 orang (73,3%) dan responden terendah usia 21-25 tahun yaitu 9 orang
(10%). Responden usia 46-65 tahun sebanyak 15 orang (16,7%).

Sebaran

responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No
1
2
3

Usia
21-25 tahun
26-45 tahun
46-65 tahun
Total

N
9
66
15
90

%
10
73,3
16,7
100

33
Universitas Sumatra Utara

34

5.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh bahwa tingkat pendidikan
responden terbanyak tamat SMP sederajat dan tamat SMA sederajat yaitu masingmasing 24 orang (26,7%). Sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tamat
perguruan tinggi yaitu 1 orang (1,1%). Tingkat pendidikan responden tidak tamat
SD sebanyak 23 orang (25,6%) dan tamat SD atau sederajat sebanyak 18 orang
(20%). Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
1
2
3
4
5

Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD atau sederajat
Tamat SMP atau sederajat
Tamat SMA atau sederajat
Tamat Perguruan Tinggi
Total

N
23
18
24
24
1
90

%
25,6
20
26,7
26,7
1,1
100

5.1.5 Distiribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan, diperoleh bahwa responden sebagian besar tidak
bekerja yaitu sebanyak 73 orang (81,1%). Responden yang bekerja sebanyak 17
orang (18,9%). Sebaran responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No
1
2

Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Total

N
17
73
90

%
18,9
81,1
100

5.1.6 Distiribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Berdasarkan sumber informasi, dijumpai sebagian besar responden hanya
mendapat kurang dari 3 sumber informasi tentang DBD sebanyak 71 orang

Universitas Sumatra Utara

35

(78,9%). Sedangkan proporsi terendah adalah responden yang mendapat sumber
informasi lebih dari 5 yaitu sebanyak 9 orang (10%). Terdapat 10 orang (11,1%)
responden yang mendapat 3-5 sumber informasi. Adapun distribusi responden
berdasarkan sumber informasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
No
1
2
3

Sumber Informasi
< 3 sumber
3 – 5 sumber
> 5 sumber
Total

N
71
10
9
90

%
78,9
11,1
10
100

5.1.7 Distiribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling Berkesan
tentang DBD
Berdasarkan sumber informasi yang paling berkesan, dijumpai bahwa
sebagian besar responden mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari
kurang 3 sumber yaitu sebanyak 82 orang (91,1%). Proporsi terendah adalah
responden yang mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari 3-5
sumber yaitu sebanyak 3 orang (3,3%). Responden yang mendapat informasi
DBD paling berkesan berasal dari lebih 5 sumber sebanyak 5 orang (5,6%).
Adapun distribusi responden berdasarkan sumber informasi paling berkesan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling Berkesan
tentang DBD
No
1
2
3

Sumber Informasi Paling
Berkesan
< 3 sumber
3 – 5 sumber
> 5 sumber
Total

N

%

82
3
5
90

91,1
3,3
5,6
100

Universitas Sumatra Utara

36

5.1.8 Distiribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendengar DBD
Berdasarkan pernah tidaknya mendengar DBD, diperoleh bahwa sebagian
besar ibu-ibu sudah pernah mendengar tentang DBD yaitu sebanyak 78 orang
(86,7%). Responden yang belum pernah mendengar tentang DBD sebanyak 12
orang (13,3%). Adapun distribusi responden berdasarkan pernah tidaknya
mendengar DBD dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendengar DBD
Pernah Mendengar
DBD

No
1
2

Tidak
Ya
Total

N

%

12
78
90

13,3
86,7
100

5.1.9 Distiribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Pernah DBD
Berdasarkan anggota keluarga yang pernah menderita DBD, diperoleh bahwa
sebagian besar keluarga responden belum pernah menderita DBD yaitu sebanyak
86 orang (95,6%). Anggota keluarga responden yang pernah menderita DBD
sebanyak 4 orang (4,4%). Adapun jumlah responden berdasarkan ada tidaknya
anggota keluarga pernah menderita DBD dapat dilihat pada berikut.
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Pernah DBD
Anggota Keluarga
Pernah DBD

No
1
2

Tidak
Ya
Total

N

%

86
4
90

95,6
4,4
100

5.1.10 Distiribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan tingkat pengetahuan, dijumpai bahwa sebagian besar tingkat
pengetahuan responden tentang DBD adalah cukup (skor 22-27) yaitu sebanyak
40 orang (44,4%). Proporsi terendah adalah tingkat pengetahuan tinggi sebanyak
11 orang (12,2%). Sedangkan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 39 orang

Universitas Sumatra Utara

37

(43,3%). Adapun jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
No
1
2
3

Tingkat Pengetahuan
Rendah
Cukup
Tinggi
Total

N
39
40
11
90

%
43,3
44,4
12,2
100

5.1.11 Distribusi Jawaban Responden
Tingkat pengetahuan responden diukur dari 20 pertanyaan yang diberikan
tentang Demam Berdarah Dengue. Dari penelitian, diketahui bahwa terdapat
beberapa pertanyaan dimana responden umumnya tidak mampu menjawab dengan
benar. Didapati hanya 18 orang (20%) responden yang mampu menjawab virus
sebagai penyebab DBD. Sebanyak 26 orang (28,9%) yang mampu menjawab
dengan benar pola demam DBD berupa pelana kuda. Mengatasi demam tinggi
dengan meminum obat penurun panas dan membawa ke dokter/puskesmas, hanya
29 orang (32,2%) responden yang mampu menjawab benar, dan hanya 10 orang
(11,1%) yang mengetahui kapan harus membawa pasien ke rumah sakit. Didapati
hanya 1 orang (1,1%) responden yang mengetahui cara membersihkan bak mandi
dengan benar. Terdapat 15 orang (16,7%) responden yang mengetahui kapan
dilakukannya fogging dan 36 orang (40%) mengetahui fogging dilakukan di dalam
dan halaman rumah. Sebaran jawaban 18 soal dapat dilihat pada tabel berikut.

Universitas Sumatra Utara

38

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pertanyaan tentang Demam Berdarah Dengue
Penilaian
Benar % Salah
78
86,7
12

Pertanyaan
Mengetahui nyamuk sebagai penular DBD
Mengetahui virus sebagai penyebab DBD
Mengetahui
tempat peristirahatan nyamuk
penular DBD
Mengetahui ciri-ciri nyamuk penular DBD
Mengetahui tempat perkembangbiakan nyamuk
penular DBD
Mengetahui waktu
nyamuk penular DBD
menggigit manusia
Mengetahui pola demam DBD
Mengetahui tindakan jika pasien mengalami
demam tinggi
Mengetahui indikasi membawa pasien ke rumah
sakit
Mengetahui penurunan nilai trombosit sebagai
penanda DBD
Mengetahui pertolongan pertama DBD
Mengetahui gerakan 3M
Mengetahui frekuensi pengurasan tempat
penampungan air
Mengetahui cara membersihkan bak mandi
Mengetahui
perlunya
pemberantas jentik
Mengetahui serbuk abate

menebar

bubuk

Mengetahui waktu dilakukannya pengasapan
(fogging)
Mengetahui cara pengasapan (fogging)

%
13,3

18

20

72

80

79

87,8

11

12,2

72

80

18

20

72

80

18

20

66

73,3

24

26,7

26

28,9

64

71,1

29

32,2

61

67,8

10

11,1

80

88,9

37

41,1

53

58,9

61

67,8

29

32,2

61

67,8

29

32,2

84

93,3

6

6,7

1

1,1

89

98,9

67

74,4

23

25,6

72

80

18

20

15

16,7

75

83,3

36

40

54

60

Berdasarkan pertanyaan nomor 7 dari kuisioner, diperoleh bahwa sebagian
besar responden tahu 3-5 gejala DBD yaitu sebanyak 58 orang (64,4%). Proporsi
paling sedikit adalah responden tahu lebih dari 5 gejala DBD sebanyak 14 orang
(15,6%). Responden tahu kurang dari 3 gejala sebanyak 18 orang (20%). Gejala
DBD meliputi demam tinggi mendadak, mimisan, bintik-bintik merah pada kulit,

Universitas Sumatra Utara

39

mual dan muntah, lemah lesu, dan sakit kepala. Sebaran jawaban responden
berdasarkan pertanyaan 7 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.10. Pertanyaan 7: Gejala DBD
No
1
2
3

Pertanyaan 7
Tahu 5 gejala
Total

N
18
58
14
90

%
20
64,4
15,6
100

Berdasarkan pertanyaan nomor 18 dari kuisioner, diperoleh bahwa sebagian
besar responden tahu 2-3 cara mencegah gigitan nyamuk penular DBD yaitu
sebanyak 45 orang (50%). Proporsi terendah adalah responden tahu kurang dari 2
cara yaitu sebanyak 10 orang (11,1%). Sedangkan responden tahu lebih dari 3
cara sebanyak 35 orang (38,9%). Cara pencegahan tersebut adalah dengan
memakai kelambu pada saat tidur siang, memakai obat penolak nyamuk,
melakukan penyemprotan dengan obat yang dibeli di toko (baygon, hit, dll), serta
dengan

melakukan

pengasapan

(fogging).

Sebaran

jawaban

responden

berdasarkan pertanyaan 18 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.11 Pertanyaan 18: Cara mencegah gigitan nyamuk penular DBD
No
1
2
3

Pertanyaan 18
Tahu 3cara
Total

N
10
45
35
90

%
11,1
50
38,9
100

Universitas Sumatra Utara

40

5.1.12 Deskripsi Tabulasi Silang Usia terhadap Tingkat Pengetahuan
Responden
Berdasarkan usia responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa tingkat
pengetahuan tinggi terbanyak pada usia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak
33,3%. Sementara usia lebih dari 45 tahun memliki tingkat pengetahuan tinggi
terendah yaitu sebanyak 7,1%. Adapun tabulasi silang usia responden terhadap
tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.12 Usia terhadap Tingkat Pengetahuan
Usia
45 tahun
Total

Rendah %
5
55,6
27
40,3
7
50,0
39

Tingkat Pengetahuan
Cukup
%
Tinggi
3
1
11,1
7
33
49,3
1
6
42,9
40
11

%
33,3
10,4
7,1

Total

%

9
67
14

100
100
100

90

5.1.13 Deskripsi Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat
Pengetahuan Responden
Berdasarkan tingkat

pendidikan responden

terhadap pengetahuan,

diperoleh bahwa tingkat pengetahuan rendah terbanyak pada responden tidak
tamat SD dengan persentase 73,9%. Sementara itu persentase tingkat pengetahuan
tinggi terbanyak pada responden tamat perguruan tinggi yaitu sebanyak 100%.
Pada responden tamat SD sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan rendah
dengan persentase 55,6% dan pada responden tamat SMP

sebagian besar

memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan persentase 58,3% serta pada
responden tamat SMA sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup
dengan persentase 54,2%. Adapun tabulasi silang tingkat pendidikan responden
terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Universitas Sumatra Utara

41

Tabel 5.13 Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan
Tingkat
Pendidikan
Tidak Tamat SD

Tingkat Pengetahuan
Rendah % Cukup
% Tinggi
17
73,9
5
21,7
1

%
4,3

Total

%

23

100

Tamat SD

10

55,6

8

44,4

0

0

18

100

Tamat SMP

8

33,3

14

58,3

2

8,3

24

100

Tamat SMA

4

16,7

13

54,2

7

29,2

24

100

0

0

0

0

1

100

1

100

Tamat Perguruan
Tinggi
Total

39

40

11

90

5.1.14 Deskripsi Tabulasi Silang Pekerjaan terhadap Tingkat Pengetahuan
Responden
Berdasarkan pekerjaan responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa
persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden tidak bekerja
yaitu 12,3% sedangkan tingkat pengetahuan tinggi pada responden bekerja
sebanyak 11,8%. Adapun tabulasi silang pekerjaan responden terhadap tingkat
pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.14 Pekerjaan terhadap Tingkat Pengetahuan
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Total

Tingkat Pengetahuan
Rendah % Cukup
%
Tinggi
8
47,1
7
41,2
2
31
39

42,5

33
40

45,2

9
11

%
11,8
12,3

Total

%

17

100

73
90

100

5.1.15 Deskripsi Tabulasi Silang Sumber Informasi terhadap Tingkat
Pengetahuan Responden
Berdasarkan sumber informasi terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa tingkat
pengetahuan responden yang rendah sebagian besar pada responden yang
mendapat informasi DBD kurang dari 3 sumber dengan persentase 47,9%.
Sementara itu tingkat pengetahuan tinggi terbanyak

pada responden yang

Universitas Sumatra Utara

42

mendapat informasi lebih dari 5 sumber yaitu dengan persentase 44,4%. Adapun
tabulasi silang sumber informasi terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5.15 Sumber Informasi terhadap Tingkat Pengetahuan
Sumber Informasi
5 Sumber

2
39

7,7

3
40

33,3

4
11

44,4

9
90

100

Total

5.1.16 Deskripsi Tabulasi Silang Anggota Keluarga Pernah DBD terhadap
Tingkat Pengetahuan Responden
Berdasarkan sum ber informasi terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa
persentase tingkat pengetahuan responden rendah terbanyak pada responden
dengan anggota keluarga yang belum pernah menderita DBD yaitu sebanyak
44,2%. Sedangkan persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada
responden dengan anggota keluarga yang sudah pernah mengalami penyakit DBD
yaitu sebanyak 25%. Adapun tabulasi silang sumber informasi terhadap tingkat
pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.16 Anggota Keluarga Pernah DBD terhadap Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan
Anggota Keluarga
Pernah DBD
Rendah % Cukup
%
Tinggi
Tidak
38
44,2
38
44,2
10
Ya
1
25
2
50
1
Total

39

40

11

%
11,6
25

Total

%

86

100

4
90

100

Universitas Sumatra Utara

43

5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa usia terbanyak responden adalah 26-45
tahun yaitu sebanyak 73,3%. Hal ini dikarenakan usia ibu-ibu yang memiliki anak
yang masih bersekolah SD umumnya berusia 26-45 tahun. Tingkat pendidikan
responden sebagian besar adalah tamat SMP dan SMA sederajat yaitu masingmasing sebnyak 26,7%. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden
tergolong rendah dimana menurut Kemendikbud persentase tamat pendidikan
SMA atau sederajat ≤55% tergolong rendah.23 Dari hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 73%. Sebagian
besar responden mendapat informasi mengenai DBD hanya kurang dari 3 sumber
yaitu sebnyak 78,9%. Sebagian besar responden sudah pernah mendengar
informasi tentang DBD yaitu sebanyak 86,7%. Dari data hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar anggota keluarga responden tidak pernah menderita DBD
yaitu sebanyak 95,6%. Hal ini dapat disebabkan genangan air tanah di sekitar
lingkungan Kelurahan Labuhan Deli bukan menjadi habitat yang baik bagi
nyamuk Aedes dimana umumnya nyamauk tersebut lebih menyukai genangan air
bersih seperti pada bak mandi dan genangan air pada kaleng-kaleng bekas.
Tingkat pengetahuan responden umumnya rendah-cukup dimana persentase
tingkat pengetahuan rendah 43,3% dan pengetahuan cukup sebanyak 44,4%.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan responden tentang nyamuk
sebagai penular DBD sudah baik yaitu dengan persentase 86,7%. Namun,
pengetahuan responden tentang virus sebagai penyebab DBD sangat kurang yaitu
hanya 20%. Hal ini menandakan informasi mengenai vektor penular DBD telah
sampai pada responden namun umumnya responden belum dapat memahami
bahwa virus sebagai penyebab penyakit DBD. Pengetahuan responden tentang
pola demam DBD kurang, yaitu hanya 20%. Pengetahuan tentang kapan
seharusnya pasien dibawa ke rumah sakit juga sangat kurang, hanya 11,1%
pasien yang mampu menjawab benar. Hal ini menandakan bahwa umumnya
responden belum dapat memahami ciri khas demam pada penyakit DBD dan tidak
tahu kapan harus membawa tersangka DBD ke rumah sakit. Hal ini cukup
menghawatirkan karena jika informasi mengenai pentingnya membawa tersangka

Universitas Sumatra Utara

44

DBD ke rumah sakit jika tanda tanda bahaya DBD sudah ditemukan, maka akan
mempengaruhi hasil akhir berupa meningkatnya resiko kematian pada tersangka
DBD. Hal yang cukup menarik perhatian adalah sebanyak 93,3% responden
sudah mengetahui minimal seminggu sekali harus menguras bak mandi, namun,
cara membersihkan bak mandi dengan menggosok bagian dalam dinding bak
mandi, hanya 1,1% saja responden yang mengetahuinya. Umumnya pengetahuan
pasien tentang serbuk abate untuk memberantas jentik sudah baik.
Pengetahuan responden tentang pengasapan (fogging) kurang. Responden
yang tahu fogging dilakukan setelah seseorang terjangkit DBD di lingkungan
rumah hanya 16,7% dan pengetahuan mengenai fogging dilakukan di dalam dan
di luar rumah hanya 40 responden saja yang menjawab benar. Selanjutnya,
responden dianggap mampu membedakan gejala DBD dari gejala demam biasa
jika responden mampu mengenali 5 gejala DBD, namun persentase responden
yang mengetahui gejala DBD lebih dari 5 sebanyak 15,6%. Pengetahuan
responden tentang cara mencegah DBD baik dimana responden yang mengetahui
cara pencegahan DBD 2-3 cara sebanyak 50% dan lebih dari 3 cara sebanyak
38,9%. Dari hasil tersebut, kemungkinan kejadian DBD yang rendah disebabkan
oleh pengetahuan responden yang baik tentang 3M (67,8%), pengetahuan tentang
tempat perkembang biakan nyamuk penular DBD yang baik (80%), pengetahuan
tentang frekuensi pengurasan tempat penampungan air yang baik (93,3%), serta
pengetahuan tentang bubuk abate sebagai pemberantas jentik (80%). Pengetahuan
tentang cara mencegah gigitan nyamuk demam berdarah juga cukup baik dimana
responden yang mentahui 2-3 cara pencegahan sebanyak 50% dan mengetahui
lebih dari 3 cara sebanyak 38,9%. Pengetahuan yang baik tentang 3M dapat
memutus rantai perkembangbiakan nyamuk penular DBD sehingga tidak
mencapai stadium dewasa.19
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat pengetahuan tinggi terbanyak
pada responden usia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 33,3%. Ibu-ibu dengan
usia 26-45 tahun dan lebih dari 45 tahun umumnya memiliki tingkat pengetahuan
rendah-cukup. Kemampuan responden berusia muda dalam mendapatkan
informasi baik dari tempat kerja, majalah, maupun media elektronik seperti

Universitas Sumatra Utara

45

internet akan lebih baik dibandingkan dengan responden berusia lebih tua. Dalam
era globalisasi, umumnya usia muda lebih mudah mendapatkan informasi dari
gadget dibandingkan dengan usia tua karena umumnya penggunaan gadget pada
usia tua lebih sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anugerahwati N tahun 2010 di Sidoarjo dimana dengan bertambahnya umur
seseorang mepengaruhi tingkat pengetahuannya.24 Namun tidak selamanya
semakin tua usia maka pengetahuan semakin tinggi. Hal ini seseuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur dimana tidak
ada hubungan yang bermakna terhadap umur responden. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi seperti mendapat informasi tentang DBD dari berbagai
media elektronik dan cetak juga petugas kesehatan yang lebih mudah didapatkan
oleh responden berumur lebih muda.25
Dari hasil penelitian diketahui tingkat pendidikan memiliki korelasi positif
terhadap tingkat pengetahuan responden. Sebagian besar responden tidak tamat
SD memiliki tingkat pengetahuan rendah (73,9%). Sebagian besar responden
tamat SD memiliki tingkat pengetahuan rendah (55,6%) dan cukup (44,4%).
Sebagian besar responden tamat SMP memiliki tingkat pengetahuan rendah
(33,3%) dan cukup (58,3%). Sebagian besar responden tamat SMA memiliki
tingkat pengetahuan cukup (54,2%) dan tinggi (29,2%). Sementara responden
tamat perguruan tinggi memiliki tingkat pengetahuan tinggi (100%). Semakin
tinggi tingkat pendidikan, informasi yang sampai kepadanya akan lebih banyak.
Selain itu rasa ingin tahu tentang penyakit yang berbahaya akan semakin tinggi
didukung dengan lebih mudahnya mendapat informasi tentang penyakit tersebut.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanti A tahun 2008 di
Salatiga menyatakan dimana terdapat korelasi positif tingkat pendidikan dengan
pengetahuan responden dimana semakin tinggi maka pendidikan semakin tinggi
pula pengetahuan tentang DBD.26 Makin tinggi pendidikan seseorangan, semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya.24 Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan
lebih tinggi mengetahui lebih banyak masalah kesehatan, dan memiliki status
kesehatan yang lebih baik. 27

Universitas Sumatra Utara

46

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak jauh berbeda antara responden
yang bekerja dan tidak bekerja pada tingkat pengetahuan rendah, cukup, dan
tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh profesi responden dimana umumnya
responden yang bekerja memiliki profesi sebagai nelayan. Kemungkinan
informasi tentang DBD tidak begitu berkembang di kalangan nelayan sehingga
tidak memperngaruhi tingkat pengetahuan pada responden yang bekerja. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukana oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur
dimana tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan faktor pekerjaan.25 Namun
hal ini berbeda menurut Mubarak dimana Lingkungan pekerjaan dapat membuat
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.20
Dari penelitian diketahui semakin banyak sumber informasi yang didapatkan
oleh responden mengenai DBD, maka semakin baik tingkat pengetahuannya. Hal
ini dapat dilihat dari responden yang mendapat kurang dari 3 sumber sebagian
besar memiliki tingkat pengetahuan rendah (47,9%). Responden yang mendapat
3-5 sumber informasi sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup (50%).
Responden yang mendapat lebih dari 5 sumber sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan tinggi (44,4%). Semakin banyak informasi yang pernah didapatkan
oleh responden maka semakin banyak pula informasi yang sampai kepadanya,
semakin mudah pula ia mengidentifikasi informasi yang benar amupun informasi
yang salah sehingga tingkat pengetahuannya akan semakin meningkat. Hal ini
sesuai menurut Mubarak yang mengatakan kemudahan untuk memperoleh
informasi dapat mempercepat seseorang meperoleh pengetahuan yang baru.20 Hal
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Larasati A tahun 2009 di
Jakarta yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan
jumlah sumber informasi.18
Dari penelitian diketahui bahwa responden yang anggota keluarganya sudah
pernah menderita DBD memiliki persentase tingkat pengetahuan tinggi paling
banyak yaitu 25%. Responden yang anggota keluarganya belum pernah menderita
DBD umumnya memiliki tingkat pengetahuan rendah (44,2%) dan cukup
(44,2%). Responden yang memiliki anggota keluarga serumah yang pernah

Universitas Sumatra Utara

47

terjangkit DBD maka ia pernah memiliki pengalaman merawat pasien DBD. Dari
pengalaman tersebut, informasi dari tenaga kesehatan seperti perawat, bidan,
maupun dokter akan sampai kepadanya sehingga pengetahuan tentang DBD akan
lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerahwati N
tahun 2010 di Sidoarjo yang mengatakan bahwa apabila keluarga sebelumnya
sudah pernah menderita DBD, secara tidak langsung dapat meningkatkan
informasi mengenai penyakit ini.25 Kejadian DBD yang cukup rendah (4,4%) pada
anggota keluarga responden dinilai dalam dua tahun terakhir.

5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara sekaligus dalam satu waktu, oleh karena itu
memperoleh kelemahan sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa responden yang meniru jawaban responden lain sehingga
peneliti harus mengingatkan kembali responden untuk menjawab sesuai
dengan pengetahuannya sendiri.
2. Tidak pernah diberikannya penjelasan secara formatif sehingga ada rasa
ketakutan untuk menjawab salah pada responden.
Akan tetapi, hal-hal tersebut tidak berpengaruh terlalu besar pada hasil yang
diperoleh. Secara umum, tidak ada kesulitan berarti yang dialami selama
pengambilan data.

Universitas Sumatra Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
1. Tingkat pengetahuan ibu-ibu orang tua murid SD Salsabila Kelurahan
Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan umumnya rendahcukup dimana persentase tingkat pengetahuan rendah 43,3% dan
pengetahuan cukup sebanyak 44,4%. Sedangkan responden yang memiliki
tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 11,2%.
2. Angka kejadian DBD pada keluarga murid SD Salsabila Kelurahan
Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan sebanyak 4,4%.
3. Responden dengan kelompok usia kurang dari 25 tahun memiliki tingkat
pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 33,3%.
4. Responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki tingkat
pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 100%.
5. Responden yang tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan tinggi
terbanyak yaitu sebanyak 12,3%
6. Responden yang mendapat sumber informasi lebih dari 5 memiliki tingkat
pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 44,4%.
7. Responden dengan anggota keluarga pernah menderita DBD memiliki
tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 25%.
6.2 Saran
Sebagai saran dari penelitian, dapat diperluas dalam empat aspek yaitu:
Bagi Bidang Pelayanan Masyarakat
1. Perlu dikembangkan upaya-upaya yang lebih tepat untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai penularan DBD melalui berbagai iklan
layanan

media

informasi

khususnya

dari

pelayanan

medis.

48
Universitas Sumatra Utara

49

2. Pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan harus lebih efektif dan
intensif kepada masyarakat khususnya puskesmas dan dinas kesehatan
setempat.
3. Memberi penyuluhan menyeluruh kepada masyarakat tentang indikasi
membawa tersangka DBD ke rumah sakit atau puskemas terdekat saat
telah menjumpai tanda-tanda bahaya DBD.

Bagi pihak sekolah
1. Agar dapat memberdayakan orang tua murid untuk menyebarluaskan
informasi yang telah diterima

Bagi Masyarakat
1. Masyarakat hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan mengenai DBD
secara aktif.
2. Masyarakat diharapkan dapat berbagi pengalaman dan informasi yang
telah dimilikinya mengenai DBD untuk disebarluaskan kepada orang lain.
3. Masyarakat hendaknya lebih meningkatkan kepedulian terhadap penyakit
DBD, terutama untuk lebih mengetahui cara pencegahan agar dapat
menghentikan rantai penularan DBD di lingkungan masyarakat.

Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan menambah
jumlah variabel dan jumlah sampel penelitian, sehingga diharapkan dapat
memperkuat kesimpulan yang diambil.

Universitas Sumatra Utara