Analisis Penerapan Good Corporate Governance (Gcg), Manajemen Risiko Dan Pengaruhnya Terhadap Laba Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance
2.1.1 Sejarah Good Corporate Governance
Konsep Corporate Governance yang komprehensif mulai berkembang
sejak setelah kejadian The New York Stock Exchange Crash
pada 19
Oktober 1987 dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat
di bursa efek New York, mengalami kerugian finansial yang cukup besar.
Saat itu untuk mengantisipasi permasalahan internal perusahaan, para
eksekutif
melakukan
rekayasa
keuangan
yang
intinya
bagaimana
menyembunyikan kerugian perusahaan atau memperindah penampilan kinerja
manajemen dan laporan keuangan. Yang dilakukan tidak hanya window
dressing tetapi juga financial engineering. Pada situasi kondisi bisnis
kondusif, penyimpangan kelakuan baik oleh oknum maupun secara kolektif
dalam perusahaan sangat kabur, namun pada saat kesulitan, mulailah terbuka
segala macam sumber-sumber penyimpangan (irregularities) dan penyebab
kerugian dan kejatuhan perusahaan, mulai dari kelakuan profiteering,
commercial crime hingga economic crime.
Good Corporate Governance muncul sekitar tahun 1990-an. Pada saat
itu terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin. Krisis ini
terjadi karena adanya kegagalan GCG yang diterapkan oleh perusahaan.
Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan GCG pada saat itu yaitu
Universitas Sumatera Utara
diantaranya sistem hukum yang buruk, tidak konsistennya standar akuntansi
dan audit, praktek-praktek perbankan yang lemah dan kurangnya perhatian
Board of Directors (BOD) terhadap hak-hak pemegang saham minoritas.
Karena hal-hal tersebut diatas maka pada dasarwarsa 1990-an
muncullah tuntutan-tuntutan agar GCG diterapkan secara konsisten dan
komprehensif. Tuntutan ini datang secara beruntun. Tuntutan ini disuarakan
oleh berbagai lembaga investasi baik domestik maupun mancanegara.
Diantara lembaga-lembaga tersebut termasuk didalamnya ialah World Bank,
IMF, OECD, dan APEC. Lembaga-lembaga ini berkesimpulan bahwa
prinsip-prinsip dasar GCG seperti fairness, transparency, accountability, dan
stakeholder
concern
dapat
menolong
perusahaan
dan
membantu
perekonomian negara yang sedang tertimpa krisis agar dapat bangkit kearah
yang lebih sehat dan mampu bersaing serta dikelola dengan dinamis dan
profesional. Tujuannya adalah agar mempunyai daya saing yang tangguh dan
untuk mengembalikan kepercayaan investor. GCG diyakini sebagai kunci
sukses bagi suatu perusahaan untuk tumbuh dan berkembang serta
menguntungkan dalam jangka panjang (Ahmad, 2006)
Prinsip Good Corporate Governance dalam peraturan perundangundangan di Indonesia terdapat dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut Penjelasan Umum UU No.19 Tahun
2003 dinyatakan bahwa untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu
mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang
semakin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya
Universitas Sumatera Utara
korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan
dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance).
2.1.2 Definisi Good Corporate Governance
Pengertian Good
Corporate Governance menurut
PBI nomor
11/33/PBI/2009 pasal 1 angka 10, Good Corporate Governance yang
selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan
prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban
(responsibility),
profesional
(professional),
dan
kewajaran (fairness).
Menurut IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance)
konsep Corporate Governance sebagai serangkaian mekanisme untuk
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional
perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan
(stakeholders). IICG mendefinisikan pengertian mengenai Corporate
Governance yang baik sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan
oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah
perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Definisi tersebut
mengandung
kesimpulan
bahwa
Corporate
Governance
merupakan
serangkaian mekanisme, yang mana mekanisme tersebut terdiri dari struktur,
sistem dan proses yang digunakan oleh organ-organ dalam perusahaan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan dan mengendalikan operasional perusahaan agar berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Di Indonesia sendiri, Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI) mendefinisikan Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan
yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan, pengurus, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal
dan eksternal lainnya.
Menurut Komite Cadbury, Good Corporate Governance (GCG) adalah
prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam
memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya,
dan stakeholder pada umumnya.
Dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan:
1.
Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran
dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lainnya.
2.
Suatu
sistem
pengecekan
dan
perimbangan
kewenangan
atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang:
pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3.
Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
Dengan mempertimbangkan semua hal diatas maka kita dapat
menyimpulkan elemen utama sebagai persyaratan dan penentuan Corporate
Governance:
Universitas Sumatera Utara
1.
Corporate Governance menitikberatkan pada metode (struktur) dari mana
penentuan tujuan perusahaan dilakukan dan metode untuk mencapai tujuan
tersebut diawasi secara periodik.
2.
Corporate Governance mengarah pada penentuan peran, tanggung jawab
dan pemisahaan kekuasaan dalam sistem yang kompleks.
2.1.3 Konsep Good Corporate Governance
IICG menjelaskan Internalisasi konsep Corporate Governance dan
membangun komitmen terhadap GCG bagi suatu perusahaan merupakan awal
membangun GCG sebagai sistem. Internalisasi Corporate Governance
menjadi sebuah sistem di perusahaan yang membutuhkan pendekatan dan
mekanisme yang disepakati oleh organ perusahaan dan menjadi pedoman
bersama bagi seluruh insan perusahaan. Dalam membangun komitmen
terhadap GCG di perusahaan juga memerlukan tingkat kesadaran dan
pemahaman terhadap praktik dan manfaat GCG dari seluruh organ dan
anggota perusahaan sehingga dapat menciptakan suasana kondusif dan tekad
bersama dalam menegakkan GCG.
Penerapan
Corporate
Governance
di
suatu
perusahaan
perlu
mendapatkan perhatian penuh dan selalu dilakukan upaya pemantauan dan
perbaikan kualitasnya. Salah satu upaya pemantauan praktik Corporate
Governance yaitu melalui evaluasi secara berkala baik dalam bentuk evaluasi
kinerja, review, assessment, audit, ataupun bentuk evaluasi yang ingin
Universitas Sumatera Utara
memastikan tingkat pemenuhan kualitas Corporate Governance secara
berkala dan berkesinambungan.
Penerapan prinsip Good Corporate Governance adalah untuk
menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui
harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh
komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam
menjalankan kegiatan perusahaan sehingga menghasilkan kinerja perusahaan
yang baik.
2.1.4 Prinsip-prinsip Good Corporate Gorvernance
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 menimbang
bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance
perbankan syariah harus memenuhi
di dalam industri
prinsip syariah (sharia compliance);
bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance
merupakan salah satu
upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilainilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 menjelaskan
Pelaksanaan Good Corporate Governance pada industri perbankan syariah
harus berlandaskan pada lima prinsip dasar, yaitu
a.
b.
Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan.
Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan
secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
c.
d.
e.
Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaianpengelolaan bank
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan bank yang sehat.
Profesional (professional) yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak
obyektif dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun
(independen) serta memiliki komitmen yang tinggi untuk
mengembangkan bank syariah.
Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi
hak-hak stakeholdersberdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2.1.5 Unsur-unsur Good Corporate Governance
Menurut Sutedi (2011:43) terdapat dua unsur good corporate
governance terdiri dari:
a. Unsur internal adalah unsur yang berasal dari dalam perusahaan seperti
pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan dan
komite audit.
b. Unsur Eksternal adalah unsur yang berasal dari luar perusahaan dan
mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, seperti
undang-undang, perangkat hukum, investor, akuntan publik, institusi
penyedia informasi dan pengesah legalitas.
Dalam Penjelasan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009
disebutkan bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance terdiri dari :
a. Dewan Komisaris, wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan prinsip-prinsip GCG.
b. Direksi, bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS
berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah
c. Dewan Pengawas Syariah, memberikan nasihat dan saran kepada Direksi
serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Dalam rangka menerapkan kelima prinsip dasar yang telah di atur oleh
Bank Indonesia bahwa bank (dalam hal ini perbankan syariah) wajib
berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan
pelaksanaan Good Corporate Governance.
Pelaksanaan Good Corporate Governance perbankan syariah tidak
hanya dimaksudkan untuk memperoleh pengelolaan bank yang sesuai dengan
lima prinsip dasar dan sesuai dengan prinsip syariah, akan tetapi juga
ditujukan untuk kepentingan yang lebih luas. Kepentingan ini antara lain
adalah untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilainilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah.
Menurut Sutojo dan Aldridge (2005:5-6), Good Corporate Governance
mempunyai lima macam tujuan utama. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non-pemegang
saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board
of Directors (BOD) dan manajemen perusahaan, dan
5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors (BOD) dengan
manajemen senior perusahaan.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001)
pelaksanaan Good Corporate Governance diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders,
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga
dapat lebih meningkatkan corporate value,
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia,
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
2.2
Manajemen Risiko
2.2.1 Definisi Manajemen Resiko
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 mendefinisikan
Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa(events)
tertentu. Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur
yang digunakan untuk
mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan
mengendalikan Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.
Idroes (2008:5) mendefinisikan Manajemen Risiko adalah suatu
metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan
sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang
berlangsung pada setiap aktifitas atau proses.
2.2.2 Jenis-jenis Risiko Perbankan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Pasal 5 Angka 1
menyebutkan beberapa jenis resiko perbankan sebagi berikut :
1. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang
disepakati.
Universitas Sumatera Utara
2. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai
dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
3. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
4. Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal
yang mempengaruhi operasional Bank.
5. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis.
6. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
7. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku, serta Prinsip Syariah.
9. Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat perubahan
tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi
perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana,
yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.
10. Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank ikut
menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan
bagi hasil berbasis profit and loss sharing.
2.2.3 Tujuan Penerapan Manajemen Risiko
Tujuan dari manajemen risiko dalam Tampubolon (2004:83) adalah
pengelolaan risiko yang mencakup atas prosedur dan metodologi yang
digunakan sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali pada batas /
limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Penerapan manajemen
risiko tersebut akan memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun
otoritas pengawasan bank.
Universitas Sumatera Utara
Bagi perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan
shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai
kemungkinan kerugian bank dimasa datang, meningkatkan metode dan proses
pengambilan yang sistematis yang didasarkan atas ketersedian informasi,
digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank
dan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan usaha
bank yang relatif kompleks, serta menciptakan infrastruktur infrastruktur
yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.
2.3 Laba Bank
2.3.1 Definisi Laba
Menurut Kamus Perbankan Laba adalah setiap keuntungan keuangan
yang diambil manfaatnya. Selanjutnya Laba adalah kelebihan pendapatan atas
biaya. Dalam Kasmir (2008:1) definisi dari laba adalah “Memperoleh
keuntungan merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik
badan usaha yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas), Yayasan maupun
bentuk-bentuk badan usaha lainnya”.
Perusahaan
Jasa
seperti
perbankan
dikatakan
laba
apabila
pendapatan lebih besar dari beban-beban yang terjadi, sebaliknya dikatakan
rugi apabila pendapatan lebih kecil daripada beban-beban yang terjadi.
Kuncoro dan Suhardjono (2002:545) dengan pendapat mengenai
laba bank. Apabila nilai total pendapatan lebih besar dari pada nilai total
biaya untuk kurun waktu yang sama maka bank menghasilkan laba.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya apabila total pendapatan lebih kecil dari nilai total biaya maka
bank mengalami kerugian”.
Berdasarkan penjelasa berbagai pendapat tersebut maka dapat
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan laba dalam penelitian ini
merupakan laba bersih.
2.3.2 Unsur-unsur Laba
2.3.2.1 Unsur pendapatan.
Unsur-unsur pendapatan dalam bisnis perbankan biasanya meliputi:
a.
Bunga pinjaman yang diperoleh dari nasabah.
b.
Kompensasi atas jasa (pelayanan) yang diberikan oleh bank, seperti
konsultasi untuk menyusun kajian kelayakan
c.
Laba atas investasi portepel (kumpulan sekuritas yang dimiliki atau
atas nama investor;sekuritas).
2.3.2.2 Unsur Biaya
Unsur-unsur biaya dalam bisnis perbankan biasanya meliputi:
a.
Bunga yang dibayar kepada penitipan (deposan).
b.
Gaji dan upah personalia bank
c.
Biaya operasional lainnya, seperti biaya kontrak kredit dan biaya
inkaso
Universitas Sumatera Utara
2.4 Tinjauan Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu (skripsi) tentang penerapan
Good Corporate Governance & Manajemen Risiko, yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah :
a.
Ibnu Austrindanney (2010), dengan judul Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Go Public
di Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Penerapan Good
Corporate Governance tidak memiliki pengaruh terhadap Profitabilitas
perusahaan (ROA);
b.
Ristifani (2009); dengan judul Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip
Good Corporate Governance dan Hubungannya terhadap Kinerja PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Hasil penelitian disimpulkan
bahwa Implementasi Good Corporate Governance menunjukkan
hubungan yang kuat terhadap kinerja perusahaan;
c.
Shofwatul Uyun (2011), dengan judul Pengaruh Manajemen Resiko,
Ukuran Perusahaan,
dan
Leverage
terhadap
Kinerja
Keuangan
Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Manajemen risiko
berpengaruh terhadap ROE dan ROI, Ukuran Perusahaan dan Leverage
berpengaruh terhadap ROA dan ROI.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Tinjauan terdahulu
No
1.
2.
Nama Peneliti
dan Tahun
Ibnu
Austrindanney
Sina Azhar
(2010)
Ristifani (2009)
Judul Penelitian
PENGARUH PENERAPAN
GOOD CORPORATE
GOVERNANCETERHADAP
PROFITABLITAS PADA
PERUSAHAAN GO PUBLIC
DI INDONESIA
Analisis Implementsi PrinsipPrinsip Good Corporate
Governance(GCG) Dan
Hubungannya Terhadap
Kinerja PT.Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Independen
: Penerapan GCG
Variabel Dependen :
Profitabilitas
Perusahaan
Variabel Penerapan
Good Corporate
Governance tidak
memiliki pengaruh
terhadap kinerja
perusahaan dalam hal ini
ROA
Variabel Independen:
implementasi prinsip
Good
Corporate
Governance (GCG)
dalam perusahaan
Variabel Dependen:
Kinerja Perusahaan
Variabel Implementasi
prinsip Good Corporate
Governance
berpengaruh terhadap
kinerja PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk
Variabel manajemen
3.
Shofwatul Uyun
(2011)
Pengaruh Manajemen Resiko,
Ukuran Perusahaan, dan
Leverage terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan pada
perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Variabel
Independen:
Manajemen
Resiko, Ukuran
Perusahaan, dan
Leverage
Variabel Dependen
:ROA, ROE, ROI
risiko berpengaruh
positif
tidak signifikan terhadap
ROA, namun
berpengaruh positif
signifikan terhadap
ROE dan ROI. Ukuran
perusahaan berpengaruh
positif signifikan
terhadap ROA
dan ROE, dan
berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap
ROI. Sedangkan
Leverage perusahaan
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
ROA dan ROI, serta
berpengaruh positif
signifikan terhadap ROI.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka yang
dikemukakan, diketahui bahwa dengan penerapan Good Corporate Governance
dan Manajemen Resiko dalam perusahaan akan membantu meningkatkan kinerja
perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan di ukur dengan laba
perusahaan.Bagaimanakah pelaksanaan Good Corporate Governance dan
Manajemen Resiko pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, dan pengaruhnya
terhadap Laba perusahaan.
PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk
MENGHIMPUN
DANA
MENYALURKAN
DANA
TATA KELOLA PERUSAHAAN
(GOOD CORPORATE
JASA-JASA
KEUANGAN
MANAJEMEN RISIKO
(RISK MANAGEMENT)
LABA
PERUSAHAAN
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
PT. Bank Muamalat dalam mencapai visi misinya serta aktifitasnya dalam
menghimpun dana, menyalurkan kredit (pembiayaan) dan menawarkan jasa-jasa
keuangan harus memastikan bahwa pengelolaan aset dilakukan secara hati-hati
serta perusahaan akan menjalankan bisnisnya sesuai dengan standar dan etika
Universitas Sumatera Utara
yang berlaku. Oleh sebab itu, pentingnya melaksanakan tata kelola perusahaan
yang baik serta memiliki kebijakan manajemen resiko dalam mengelola berbagai
jenis risiko dari aktifitas perbankan.
PT. Bank Muamalat Indonesia meyakini bahwa implementasi good
corporate governance dan menajemen risiko yang baik memberikan kontribusi
signifikan dalam pencapaian visi misi serta akan mendukung profitabilitas bank
yang di ukur dengan laba.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance
2.1.1 Sejarah Good Corporate Governance
Konsep Corporate Governance yang komprehensif mulai berkembang
sejak setelah kejadian The New York Stock Exchange Crash
pada 19
Oktober 1987 dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat
di bursa efek New York, mengalami kerugian finansial yang cukup besar.
Saat itu untuk mengantisipasi permasalahan internal perusahaan, para
eksekutif
melakukan
rekayasa
keuangan
yang
intinya
bagaimana
menyembunyikan kerugian perusahaan atau memperindah penampilan kinerja
manajemen dan laporan keuangan. Yang dilakukan tidak hanya window
dressing tetapi juga financial engineering. Pada situasi kondisi bisnis
kondusif, penyimpangan kelakuan baik oleh oknum maupun secara kolektif
dalam perusahaan sangat kabur, namun pada saat kesulitan, mulailah terbuka
segala macam sumber-sumber penyimpangan (irregularities) dan penyebab
kerugian dan kejatuhan perusahaan, mulai dari kelakuan profiteering,
commercial crime hingga economic crime.
Good Corporate Governance muncul sekitar tahun 1990-an. Pada saat
itu terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin. Krisis ini
terjadi karena adanya kegagalan GCG yang diterapkan oleh perusahaan.
Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan GCG pada saat itu yaitu
Universitas Sumatera Utara
diantaranya sistem hukum yang buruk, tidak konsistennya standar akuntansi
dan audit, praktek-praktek perbankan yang lemah dan kurangnya perhatian
Board of Directors (BOD) terhadap hak-hak pemegang saham minoritas.
Karena hal-hal tersebut diatas maka pada dasarwarsa 1990-an
muncullah tuntutan-tuntutan agar GCG diterapkan secara konsisten dan
komprehensif. Tuntutan ini datang secara beruntun. Tuntutan ini disuarakan
oleh berbagai lembaga investasi baik domestik maupun mancanegara.
Diantara lembaga-lembaga tersebut termasuk didalamnya ialah World Bank,
IMF, OECD, dan APEC. Lembaga-lembaga ini berkesimpulan bahwa
prinsip-prinsip dasar GCG seperti fairness, transparency, accountability, dan
stakeholder
concern
dapat
menolong
perusahaan
dan
membantu
perekonomian negara yang sedang tertimpa krisis agar dapat bangkit kearah
yang lebih sehat dan mampu bersaing serta dikelola dengan dinamis dan
profesional. Tujuannya adalah agar mempunyai daya saing yang tangguh dan
untuk mengembalikan kepercayaan investor. GCG diyakini sebagai kunci
sukses bagi suatu perusahaan untuk tumbuh dan berkembang serta
menguntungkan dalam jangka panjang (Ahmad, 2006)
Prinsip Good Corporate Governance dalam peraturan perundangundangan di Indonesia terdapat dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut Penjelasan Umum UU No.19 Tahun
2003 dinyatakan bahwa untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu
mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang
semakin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya
Universitas Sumatera Utara
korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan
dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance).
2.1.2 Definisi Good Corporate Governance
Pengertian Good
Corporate Governance menurut
PBI nomor
11/33/PBI/2009 pasal 1 angka 10, Good Corporate Governance yang
selanjutnya disebut GCG, adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan
prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban
(responsibility),
profesional
(professional),
dan
kewajaran (fairness).
Menurut IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance)
konsep Corporate Governance sebagai serangkaian mekanisme untuk
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional
perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan
(stakeholders). IICG mendefinisikan pengertian mengenai Corporate
Governance yang baik sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan
oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah
perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Definisi tersebut
mengandung
kesimpulan
bahwa
Corporate
Governance
merupakan
serangkaian mekanisme, yang mana mekanisme tersebut terdiri dari struktur,
sistem dan proses yang digunakan oleh organ-organ dalam perusahaan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengarahkan dan mengendalikan operasional perusahaan agar berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Di Indonesia sendiri, Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI) mendefinisikan Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan
yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan, pengurus, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal
dan eksternal lainnya.
Menurut Komite Cadbury, Good Corporate Governance (GCG) adalah
prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam
memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya,
dan stakeholder pada umumnya.
Dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan:
1.
Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran
dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lainnya.
2.
Suatu
sistem
pengecekan
dan
perimbangan
kewenangan
atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang:
pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3.
Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
Dengan mempertimbangkan semua hal diatas maka kita dapat
menyimpulkan elemen utama sebagai persyaratan dan penentuan Corporate
Governance:
Universitas Sumatera Utara
1.
Corporate Governance menitikberatkan pada metode (struktur) dari mana
penentuan tujuan perusahaan dilakukan dan metode untuk mencapai tujuan
tersebut diawasi secara periodik.
2.
Corporate Governance mengarah pada penentuan peran, tanggung jawab
dan pemisahaan kekuasaan dalam sistem yang kompleks.
2.1.3 Konsep Good Corporate Governance
IICG menjelaskan Internalisasi konsep Corporate Governance dan
membangun komitmen terhadap GCG bagi suatu perusahaan merupakan awal
membangun GCG sebagai sistem. Internalisasi Corporate Governance
menjadi sebuah sistem di perusahaan yang membutuhkan pendekatan dan
mekanisme yang disepakati oleh organ perusahaan dan menjadi pedoman
bersama bagi seluruh insan perusahaan. Dalam membangun komitmen
terhadap GCG di perusahaan juga memerlukan tingkat kesadaran dan
pemahaman terhadap praktik dan manfaat GCG dari seluruh organ dan
anggota perusahaan sehingga dapat menciptakan suasana kondusif dan tekad
bersama dalam menegakkan GCG.
Penerapan
Corporate
Governance
di
suatu
perusahaan
perlu
mendapatkan perhatian penuh dan selalu dilakukan upaya pemantauan dan
perbaikan kualitasnya. Salah satu upaya pemantauan praktik Corporate
Governance yaitu melalui evaluasi secara berkala baik dalam bentuk evaluasi
kinerja, review, assessment, audit, ataupun bentuk evaluasi yang ingin
Universitas Sumatera Utara
memastikan tingkat pemenuhan kualitas Corporate Governance secara
berkala dan berkesinambungan.
Penerapan prinsip Good Corporate Governance adalah untuk
menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui
harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh
komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam
menjalankan kegiatan perusahaan sehingga menghasilkan kinerja perusahaan
yang baik.
2.1.4 Prinsip-prinsip Good Corporate Gorvernance
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 menimbang
bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance
perbankan syariah harus memenuhi
di dalam industri
prinsip syariah (sharia compliance);
bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance
merupakan salah satu
upaya untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilainilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 menjelaskan
Pelaksanaan Good Corporate Governance pada industri perbankan syariah
harus berlandaskan pada lima prinsip dasar, yaitu
a.
b.
Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan.
Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organ bank sehingga pengelolaannya berjalan
secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
c.
d.
e.
Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaianpengelolaan bank
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan bank yang sehat.
Profesional (professional) yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak
obyektif dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun
(independen) serta memiliki komitmen yang tinggi untuk
mengembangkan bank syariah.
Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi
hak-hak stakeholdersberdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2.1.5 Unsur-unsur Good Corporate Governance
Menurut Sutedi (2011:43) terdapat dua unsur good corporate
governance terdiri dari:
a. Unsur internal adalah unsur yang berasal dari dalam perusahaan seperti
pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan dan
komite audit.
b. Unsur Eksternal adalah unsur yang berasal dari luar perusahaan dan
mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, seperti
undang-undang, perangkat hukum, investor, akuntan publik, institusi
penyedia informasi dan pengesah legalitas.
Dalam Penjelasan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009
disebutkan bahwa pelaksanaan Good Corporate Governance terdiri dari :
a. Dewan Komisaris, wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan prinsip-prinsip GCG.
b. Direksi, bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS
berdasarkan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah
c. Dewan Pengawas Syariah, memberikan nasihat dan saran kepada Direksi
serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Dalam rangka menerapkan kelima prinsip dasar yang telah di atur oleh
Bank Indonesia bahwa bank (dalam hal ini perbankan syariah) wajib
berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan
pelaksanaan Good Corporate Governance.
Pelaksanaan Good Corporate Governance perbankan syariah tidak
hanya dimaksudkan untuk memperoleh pengelolaan bank yang sesuai dengan
lima prinsip dasar dan sesuai dengan prinsip syariah, akan tetapi juga
ditujukan untuk kepentingan yang lebih luas. Kepentingan ini antara lain
adalah untuk melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilainilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah.
Menurut Sutojo dan Aldridge (2005:5-6), Good Corporate Governance
mempunyai lima macam tujuan utama. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non-pemegang
saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board
of Directors (BOD) dan manajemen perusahaan, dan
5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors (BOD) dengan
manajemen senior perusahaan.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001)
pelaksanaan Good Corporate Governance diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders,
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga
dapat lebih meningkatkan corporate value,
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia,
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
2.2
Manajemen Risiko
2.2.1 Definisi Manajemen Resiko
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 mendefinisikan
Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa(events)
tertentu. Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur
yang digunakan untuk
mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan
mengendalikan Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.
Idroes (2008:5) mendefinisikan Manajemen Risiko adalah suatu
metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan
sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang
berlangsung pada setiap aktifitas atau proses.
2.2.2 Jenis-jenis Risiko Perbankan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Pasal 5 Angka 1
menyebutkan beberapa jenis resiko perbankan sebagi berikut :
1. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang
disepakati.
Universitas Sumatera Utara
2. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai
dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
3. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
4. Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal
yang mempengaruhi operasional Bank.
5. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis.
6. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
7. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
8. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku, serta Prinsip Syariah.
9. Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat perubahan
tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi
perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana,
yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank.
10. Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank ikut
menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan
bagi hasil berbasis profit and loss sharing.
2.2.3 Tujuan Penerapan Manajemen Risiko
Tujuan dari manajemen risiko dalam Tampubolon (2004:83) adalah
pengelolaan risiko yang mencakup atas prosedur dan metodologi yang
digunakan sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali pada batas /
limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Penerapan manajemen
risiko tersebut akan memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun
otoritas pengawasan bank.
Universitas Sumatera Utara
Bagi perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan
shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai
kemungkinan kerugian bank dimasa datang, meningkatkan metode dan proses
pengambilan yang sistematis yang didasarkan atas ketersedian informasi,
digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank
dan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan usaha
bank yang relatif kompleks, serta menciptakan infrastruktur infrastruktur
yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.
2.3 Laba Bank
2.3.1 Definisi Laba
Menurut Kamus Perbankan Laba adalah setiap keuntungan keuangan
yang diambil manfaatnya. Selanjutnya Laba adalah kelebihan pendapatan atas
biaya. Dalam Kasmir (2008:1) definisi dari laba adalah “Memperoleh
keuntungan merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, baik
badan usaha yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas), Yayasan maupun
bentuk-bentuk badan usaha lainnya”.
Perusahaan
Jasa
seperti
perbankan
dikatakan
laba
apabila
pendapatan lebih besar dari beban-beban yang terjadi, sebaliknya dikatakan
rugi apabila pendapatan lebih kecil daripada beban-beban yang terjadi.
Kuncoro dan Suhardjono (2002:545) dengan pendapat mengenai
laba bank. Apabila nilai total pendapatan lebih besar dari pada nilai total
biaya untuk kurun waktu yang sama maka bank menghasilkan laba.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya apabila total pendapatan lebih kecil dari nilai total biaya maka
bank mengalami kerugian”.
Berdasarkan penjelasa berbagai pendapat tersebut maka dapat
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan laba dalam penelitian ini
merupakan laba bersih.
2.3.2 Unsur-unsur Laba
2.3.2.1 Unsur pendapatan.
Unsur-unsur pendapatan dalam bisnis perbankan biasanya meliputi:
a.
Bunga pinjaman yang diperoleh dari nasabah.
b.
Kompensasi atas jasa (pelayanan) yang diberikan oleh bank, seperti
konsultasi untuk menyusun kajian kelayakan
c.
Laba atas investasi portepel (kumpulan sekuritas yang dimiliki atau
atas nama investor;sekuritas).
2.3.2.2 Unsur Biaya
Unsur-unsur biaya dalam bisnis perbankan biasanya meliputi:
a.
Bunga yang dibayar kepada penitipan (deposan).
b.
Gaji dan upah personalia bank
c.
Biaya operasional lainnya, seperti biaya kontrak kredit dan biaya
inkaso
Universitas Sumatera Utara
2.4 Tinjauan Terdahulu
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu (skripsi) tentang penerapan
Good Corporate Governance & Manajemen Risiko, yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah :
a.
Ibnu Austrindanney (2010), dengan judul Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Go Public
di Indonesia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Penerapan Good
Corporate Governance tidak memiliki pengaruh terhadap Profitabilitas
perusahaan (ROA);
b.
Ristifani (2009); dengan judul Analisis Implementasi Prinsip-Prinsip
Good Corporate Governance dan Hubungannya terhadap Kinerja PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Hasil penelitian disimpulkan
bahwa Implementasi Good Corporate Governance menunjukkan
hubungan yang kuat terhadap kinerja perusahaan;
c.
Shofwatul Uyun (2011), dengan judul Pengaruh Manajemen Resiko,
Ukuran Perusahaan,
dan
Leverage
terhadap
Kinerja
Keuangan
Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Manajemen risiko
berpengaruh terhadap ROE dan ROI, Ukuran Perusahaan dan Leverage
berpengaruh terhadap ROA dan ROI.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Tinjauan terdahulu
No
1.
2.
Nama Peneliti
dan Tahun
Ibnu
Austrindanney
Sina Azhar
(2010)
Ristifani (2009)
Judul Penelitian
PENGARUH PENERAPAN
GOOD CORPORATE
GOVERNANCETERHADAP
PROFITABLITAS PADA
PERUSAHAAN GO PUBLIC
DI INDONESIA
Analisis Implementsi PrinsipPrinsip Good Corporate
Governance(GCG) Dan
Hubungannya Terhadap
Kinerja PT.Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Independen
: Penerapan GCG
Variabel Dependen :
Profitabilitas
Perusahaan
Variabel Penerapan
Good Corporate
Governance tidak
memiliki pengaruh
terhadap kinerja
perusahaan dalam hal ini
ROA
Variabel Independen:
implementasi prinsip
Good
Corporate
Governance (GCG)
dalam perusahaan
Variabel Dependen:
Kinerja Perusahaan
Variabel Implementasi
prinsip Good Corporate
Governance
berpengaruh terhadap
kinerja PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk
Variabel manajemen
3.
Shofwatul Uyun
(2011)
Pengaruh Manajemen Resiko,
Ukuran Perusahaan, dan
Leverage terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan pada
perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Variabel
Independen:
Manajemen
Resiko, Ukuran
Perusahaan, dan
Leverage
Variabel Dependen
:ROA, ROE, ROI
risiko berpengaruh
positif
tidak signifikan terhadap
ROA, namun
berpengaruh positif
signifikan terhadap
ROE dan ROI. Ukuran
perusahaan berpengaruh
positif signifikan
terhadap ROA
dan ROE, dan
berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap
ROI. Sedangkan
Leverage perusahaan
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
ROA dan ROI, serta
berpengaruh positif
signifikan terhadap ROI.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka yang
dikemukakan, diketahui bahwa dengan penerapan Good Corporate Governance
dan Manajemen Resiko dalam perusahaan akan membantu meningkatkan kinerja
perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan di ukur dengan laba
perusahaan.Bagaimanakah pelaksanaan Good Corporate Governance dan
Manajemen Resiko pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, dan pengaruhnya
terhadap Laba perusahaan.
PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk
MENGHIMPUN
DANA
MENYALURKAN
DANA
TATA KELOLA PERUSAHAAN
(GOOD CORPORATE
JASA-JASA
KEUANGAN
MANAJEMEN RISIKO
(RISK MANAGEMENT)
LABA
PERUSAHAAN
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
PT. Bank Muamalat dalam mencapai visi misinya serta aktifitasnya dalam
menghimpun dana, menyalurkan kredit (pembiayaan) dan menawarkan jasa-jasa
keuangan harus memastikan bahwa pengelolaan aset dilakukan secara hati-hati
serta perusahaan akan menjalankan bisnisnya sesuai dengan standar dan etika
Universitas Sumatera Utara
yang berlaku. Oleh sebab itu, pentingnya melaksanakan tata kelola perusahaan
yang baik serta memiliki kebijakan manajemen resiko dalam mengelola berbagai
jenis risiko dari aktifitas perbankan.
PT. Bank Muamalat Indonesia meyakini bahwa implementasi good
corporate governance dan menajemen risiko yang baik memberikan kontribusi
signifikan dalam pencapaian visi misi serta akan mendukung profitabilitas bank
yang di ukur dengan laba.
Universitas Sumatera Utara