Analisis manajemen risiko pembiayaan dan pengaruhnya terhadap laba: studi kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

(1)

(STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)

Oleh

DIAN ROSALIA PRADINI

H24062329

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

DIAN ROSALIA PRADINI. H24062329. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

Dunia Perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi. Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional, terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Dengan semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan maka potensi terjadinya risiko pun semakin besar. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaaan, (3) Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba, (4) Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah korelasi

pearson product moment untuk melihat derajat hubungan pembiayaan dan NPF terhadap laba bank, dan regresi linier berganda untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank dengan alat analisis minitab 14.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pembiayaan dipengaruhi oleh faktor internal (sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur, keuangan, dan pengendalian internal) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, peminjam, dan persaingan dengan bank lain). Manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan dan mengelola risiko dengan cara preventive control of finance (penetapan prosedur dan kebijakan umum pembiayaan, asuransi, peningkatan kualitas SDM, penagihan intensif, dan manajemen kolektibilitas) dan repressive control of finance (proses revitalisasi, dan penyelesaian melalui jaminan baik secara non litigasi maupun litigasi). Pembiayaan pada PT Bank Muamalat

Indonesia, Tbk terus mengalami peningkatan dengan rata-rata 5,54% per triwulan selama periode 2007-2010 yang didominasi oleh pembiayaan

murabahah dengan persentase rata-rata 44,70% terhadap total pembiayaan. Sedangkan NPF dan laba mengalami fluktuasi pada periode yang sama dimana NPF tertinggi terjadi pada triwulan ke tiga 2009 sebesar 8,86% dan terendah pada triwulan terakhir 2007 sebesar 2,91%. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada triwulan pertama 2008 yaitu mencapai 37,89% dan terendah turun sebesar 18,66% pada triwulan ke tiga 2009. Model regresi menunjukkan bahwa pembiayaan memberikan pengaruh positif terhadap laba dengan koefisien 0,0257 atau setiap kenaikan pembiayaan sebesar satu miliar


(3)

rupiah akan menaikkan perolehan laba sebesar 0,0257 miliar rupiah. Sedangkan NPF memberikan pengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien -2147 atau dengan kenaikan NPF sebesar 1% akan menurunkan laba sebesar 2,147 miliar rupiah. Hasil uji F menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembiayaan dan NPF berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikansi 5% dengan nilai p-value 0,021. Namun, secara parsial hanya pembiayaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikasi 5 % dengan nilai p-value 0,008. Model ini memiliki nilai

R-square sebesar 50,3% yang berarti keragaman nilai dari laba 50,3% dipengaruhi oleh variabel dalam model yaitu pembiayaan dan NPF, sedangkan 49,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian.


(4)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN

DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA

(STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

DIAN ROSALIA PRADINI

H24062329

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Skripsi : Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

Nama : Dian Rosalia Pradini NIM : H24062329

Menyetujui: Pembimbing,

(Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP: 197103072005012001

Mengetahui: Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP: 196101231986011002


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 10 September 1988. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan H. Endang Ruswandi dan Hj. Sudiarti. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Desfita Pondok Indah, Cilegon. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SD Yayasan Pendidikan Warga Krakatau Steel (YPWKS) III Cilegon pada tahun 1994 hingga 2000. Setelah selesai dari sekolah dasar penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cilegon dari tahun 2000-2003. Kemudian tahun 2003-2006, penulis menempuh pendidikan di SLTA Negeri 1 Cilegon. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006 dan menempuh pendidikan di Departemen Manajemen tahun 2007. Selama perkuliahan penulis aktif berorganisasi di kelembagaan mahasiswa

sebagai bendahara divisi pendidikan dan keilmuan, Sharia Economic Student Club (SES-C) dan sekretaris divisi keputrian FORMASI. Selain itu penulis juga

berkesempatan menjadi tentor kajian ekonomi syariah pada Small Group Discussion SES-C.

Pada tahun 2009 penulis tergabung dalam divisi acara untuk SEASON 4 (Sharia Economic at Seminar, Expo, and Campaign). Pada tahun 2008, penulis melaksanakan praktek kerja pada bidang Subdit Subsidiaris, Management Accounting Krakatau Steel dan pada tahun 2009 pada bidang pemasaran dan purchasing Krakatau Industrial and Entertainment Company.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Alloh SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini mengambil judul “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)” dilaksanakan sejak bulan November hingga Desember 2010. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skipsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Alloh SWT. Amin.

Bogor, April 2011

Dian Rosalia Pradini


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Alloh SWT atas karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba dilaksanakan pada PT. BMI, Tbk sejak bulan November hingga Desember 2010.

Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibunda dan Ayahanda, atas kasih sayang dan pengorbanan Beliau berdua

kepada penulis dan sebagai motivator utama penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini, juga adik-adikku tercinta Sevy Dwi Putri dan Nanda Chesaria atas keceriaan, motivasi, dan dukungan yang diberikan.

2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM atas bimbingan Beliau dalam penyelesaian pendidikan sarjana yang ditempuh oleh penulis, dan atas kesabaran Beliau dalam membimbing.

3. Ibu Dra. Siti Rahmawati, MPd dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji dan memberikan masukan yang membangun bagi penulis.

4. Bapak Ir. Arviyan Arifin selaku presiden direktur BMI dan Bapak Ahmad Fadjri selaku direktur Muamalat Institute atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian pada PT. BMI, Tbk. 5. Ibu Sunarti atas segala bantuan dalam proses perolehan data, wawancara, dan

orientasi serta motivasi yang diberikan.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.

7. Sahabat-sahabat rohis kelas manajemen 43 Manajemen Moeslem Society (MMS) Ade gustika, Hendra Etri Gunawan, Munawar Holil, Indra Yuda, Tri Joko, Yunita Tri Rahayu Purba, Dwi Rahayu, Lulus Fitriana, serta rekan-rekan seperjuangan Salam ISC 2010 atas kerjasama, pengorbanan, teladan, dan ukhuwah yang tak akan terlupakan.

8. Yunita Tri Rahayu Purba dan Dwi Rahayu atas bingkai persahabatan terindah selama perkuliahan serta dukungan dan motivasi terselesainya skripsi.


(9)

9. Sahabat-sahabat SES-C angkatan 41, 42, 43, 44, dan 45 atas kerjasama, pengorbanan, teladan, dan ukhuwah yang indah dan tak terlupakan.

10.Saudari-saudari NJ Houz atas bantuan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.

11.Rekan-rekan Manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah.

12.Teman-teman satu bimbingan skripsi Astrid, Dwi, Alini, Tunjung, Faisal, Winda, Mevi, dan Ajit atas motivasi dan dukungan untuk segera menyelesaikan tugas akhir.

13.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah diberikan.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pengertian Bank ... 7

2.2. Bank Syariah ... 8

2.2.1. Definisi Bank Syariah ... 8

2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah ... 8

2.3. Pembiayaan Bank Syariah ... 11

2.3.1. Pengertian Pembiayaan ... 11

2.3.2. Jenis-jenis Pembiayaan... 12

2.3.3. Produk Pembiayaan ... 12

2.3.4. Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan ... 15

2.4. Risiko ... 17

2.4.1. Pengertian Risiko ... 17

2.4.2. Jenis-jenis Risiko ... 17

2.5. Risiko Pembiayaan ... 20

2.6. Teknik Pengelolaan Risiko ... 23

2.7. Manajemen Risiko ... 24

2.7.1. Definisi Manajemen Risiko ... 24

2.7.2. Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah ... 25

2.7.3. Proses Manajemen Risiko ... 27

2.8. Laba Bank ... 29

2.9. Hasil Penelitian Terdahulu ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Kerangka Pemikiran ... 30


(11)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4. Metode Pengolahan Dan Hasil Analisis Data ... 32

3.4.1. Analisis Deskriptif ... 32

3.4.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment ... 32

3.4.3. Analisis Regresi Linear Berganda... 33

3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F) ... 36

3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t) ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 38

4.1.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan ... 38

4.1.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ... 39

4.1.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan ... 39

4.1.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 40

4.2. Proses Penyaluran Pembiayaan ... 44

4.3. Perkembangan Pembiayaan ... 53

4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaaan ... 58

4.5. Manajemen Risiko Pembiayaan ... 64

4.5.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan ... 65

4.5.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ... 66

4.5.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan ... 68

4.5.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 70

4.6. Laba Bank Muamalat Indonesia ... 75

4.7. Pengaruh Pembiayaan Dan Rasio NPF Terhadap Laba ... 76

4.7.1. Analisis Korelasi ... 76

4.7.2. Analisis Regresi Linear Berganda... 77

4.7.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) ... 81

4.7.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) ... 82

4.8. Implikasi Manajerial ... 83

KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

1. Kesimpulan ... 85

2. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 89


(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional ... 2

2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah ... 2

3. Perbandingan bank syariah dan bank konvensional ... 11

4. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ... 33

5. Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia ... 40

6. Garis besar pelaksanaan On The Spot (OTS) ... 48

7. Perkembangan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010 ... 54

8. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ... 56

9. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas ... 61

10. Jumlah kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 ... 67

11. Persentase Non Performing Finance (NPF) periode 2007-2010... 69

12. Laba periode 2007-2010 ... 75

13. Nilai korelasi antar variabel pembiaayaan, NPF, dan laba ... 76

14. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda ... 78


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Proses manajemen risiko bank Islam dan konvensional ... 25

2. Penilaian risiko bank Islam dengan pendekatan kualitatif ... 26

3. Siklus manajemen risiko ... 28

4. Kerangka pemikiran penelitian ... 31

5. Proses penyaluran pembiayaan PT. BMI, Tbk ... 52

6. Grafik perkembangan pembiayaan berdasarkan produk ... 53

7. Grafik perkembangan DPK dan pembiayaan periode 2007-2010 ... 55

8. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ... 56

9. Grafik perkembangan jumlah peminjam periode 2007-2010... 57

10. Komposisi kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 ... 66

11. Grafik perkembangan rasio NPF periode 2007-2010 ... 70

12. Grafik perkembangan laba periode 20017-2010 ... 76

13. Output uji heteroskedastisitas pada regresi ... 79

14. Hasil run test terhadap residual model ... 80

15. Output uji heteroskedastisitas pada regresi ... 81


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ... 89

2. Tingkat pembiayaan bermasalah Bank Umum Syariah (BUS) ... 90

3. Pertumbuhan NPF perbankan syariah periode 2006-2010 ... 91

4. Komposisi pembiayaan BMI terhadap total pembiayaan BUS ... 92

5. Pembiayaan BMI periode 2006-2010 ... 93

6. Skema proses pemberian pembiayaan BMI ... 94

7. Proyeksi tingkat kesehatan pembiayaan ... 95

8. Kuesioner penelitian ... 96

9. Data kolektibilitas BMI periode 2007-2010 ... 101

10. Hasil perhitungan regresi berganda ... 115


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan. Sehingga kebijakan pengembangan industri perbankan diarahkan untuk mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada gilirannya akan membantu mendorong perekonomian nasional secara berkesinambungan.

Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional saja. Terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Bank syariah adalah bank yang tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam dengan prinsip yang berorientasi produktif, berlandaskan keadilan, dan mengembangkan investasi yang halal dalam perbaikan kesejahteraan masyarakat (Karim, 2003).

Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Salah satu faktornya disebabkan oleh dukungan permintaan islamic product dari penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah muslim. Pada perkembangannya, jumlah perbankan syariah dalam 5 tahun terakhir selama periode 2006-2010 mengalami peningkatan. Dengan berdirinya 5 bank syariah baru yaitu BCA syariah, BNI syariah, Bank Jabar Banten syariah, Bank Victoria syariah, dan Maybank Indonesia Syariah semakin mendorong pertumbuhan perbankan syariah secara signifikan. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010),

jumlah jaringan kantor perbankan syariah mengalami peningkatan rata-rata 29,83% per tahun selama periode 2006-2010, persentase tersebut

lebih besar dibanding perbankan konvensional yang mencapai 11,11%. Tabel 1 menunjukkan jumlah jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2010.


(16)

Tabel 1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional

Sumber: Bank Indonesia, 2010

Kondisi perbankan syariah yang semakin tumbuh berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Di samping itu, fungsi bank sebagai lembaga keuangan untuk menyalurkan dana kepada peminjam yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan dan semakin kompleksnya kebutuhan pendanaan baik yang bersifat modal, investasi maupun konsumsi dari masyarakat dan korporasi mengakibatkan pembiayaan perbankan syariah pun semakin berkembang.

Tabel 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah (triliun rupiah)

Akad 2006 2007 2008 2009 2010

Akad Mudharabah 2,335 4,406 7,411 10,412 14,624 Akad Musyarakah 4,062 5,578 6,205 6,597 8,631 Akad Murabahah 12,624 16,553 22,486 26,321 37,.508

Akad Salam 0 0 0 0 0

Akad Istishna 337 351 369 423 347

Akad Ijarah 836 516 765 1,305 2,341

Akad Qardh 250 540 959 1,829 4,731

Total 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181

Sumber: Bank Indonesia, 2010

Tabel 2 menunjukkan bahwa total pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2006 total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 20,445 triliun dan terus meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2010 menjadi Rp

Jenis Bank 2006 2007 2008 2009 2010

Bank Umum Syariah

Jumlah Bank 3 3 5 6 11

Jumlah Kantor 349 401 581 711 1.215

Unit Usaha Syariah

Jumlah Bank 20 26 27 25 23 Jumlah Kantor 183 196 241 287 262

BPR Syariah

Jumlah Bank 105 114 131 138 150 Jumlah Kantor 105 185 202 225 287

Bank Konvensional

Jumlah Bank 130 130 124 121 122 Jumlah Kantor 9110 9680 10868 12837 13837


(17)

68,181 triliun atau mengalami pertumbuhan rata-rata 35,38 persen per tahun.

Dari kegiatan pembiayaan ini, semakin banyak dana yang disalurkan maka potensi timbulnya risiko pun semakin besar. Hal ini karena pembiayaan merupakan salah satu aktivitas perbankan yang memiliki risiko disebabkan oleh adanya ketidakmampuan peminjam untuk melunasi kewajibannya kepada pihak bank. Besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan dalam rasio Non Performing Finance (NPF). Tingginya NPF menunjukkan banyaknya jumlah peminjam yang tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati bersama antara bank dengan peminjam. Pembiayaan dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk dalam NPF. Semakin besar NPF menunjukkan semakin tinggi tingkat pembiayaan bermasalah, sehingga mengakibatkan turunnya pendapatan yang berpengaruh pada kinerja, tingkat kesehatan, dan kelangsungan bank.

Saat ini, dunia perbankan syariah di Indonesia mengalami kendala dengan tingkat pembiayaan bermasalah. Bank Indonesia mencatat sebanyak 6 periode triwulan selama 2006-2010, rasio pembiayaan bermasalah (NPF) berada pada tingkat di atas 5%. Selama periode tersebut, NPF tumbuh dengan persentase rata-rata sebesar 0,31% per triwulan. NPF meningkat dari 3,02% pada Desember 2010 menjadi 3,28% per Januari 2011 dengan komposisi 45,2% modal kerja, 19,5% investasi, dan 35,3% konsumsi (Lampiran 2).

Di Indonesia, salah satu bank syariah besar yang berkontribusi dalam industri perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010), BMI merupakan bank syariah besar dilihat dari sisi jumlah aktiva dan pembiayaan. BMI menyediakan berbagai produk syariah bagi nasabah perorangan, usaha kecil dan menengah (UKM), korporasi dan badan usaha milik negara (BUMN). Sebagai lembaga intermediasi, BMI tidak hanya menyimpan dana dari masyarakat tetapi juga menyalurkan dana kepada peminjam yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Jumlah pembiayaan BMI


(18)

mencapai 14,38% dari total pembiayaan industri perbankan syariah di Indonesia. Jumlah tersebut menempati posisi pertama. Selanjutnya, BSM 13,46% dan Bank Mega Syariah 0,70%, sedangkan 71,46% lainnya merupakan pembiayaan dari 8 bank umum syariah yaitu BRI syariah, Bank Bukopin Syariah, Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Syariah BNI, dan Maybank Indonesia Syariah serta 24 unit usaha syariah (Lampiran 4). Berdasarkan laporan keuangan BMI (2010), pembiayaan BMI terus mengalami peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 4,57% per triwulan dalam kurun waktu tahun 2006 sampai Juni 2010 (Lampiran 5). Dari kegiatan pembiayaan tersebut bank memperoleh pendapatan. Namun di sisi lain, potensi timbulnya risiko pun semakin besar.

Dalam upaya pencapaian laba yang maksimum, BMI sebagai bank syariah besar dengan visi “Bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional” harus terus berusaha meningkatkan pembiayaan dengan nilai NPF yang rendah melalui pengelolaan risiko pembiayaan yang baik. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh kualitas sistem manajemen risiko pembiayaan yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba. Dengan pencapaian laba yang maksimum, BMI diharapkan mampu meningkatkan kinerja, mempertahankan kesehatan, dan kelangsungan bank serta semakin mapan dalam persaingan di dunia perbankan Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Fungsi Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi menimbulkan kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan dalam kegiatan penyaluran dana. Pembiayaan yang semakin besar mengakibatkan potensi terjadinya risiko pembiayaan semakin tinggi. Hal ini karena pembiayaan merupakan salah satu aktivitas bisnis bank yang memiliki risiko besar dan


(19)

signifikan. Pada penelitian ini, besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan dalam Non Performing Financing (NPF). Tingginya nilai NPF menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati bersama antara bank dengan peminjam. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen risiko yang baik melalui pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan agar dapat memaksimalkan pencapaian laba dan meminimalisasi kerugian yang dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia?

2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia?

3. Bagaimana perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank Muamalat Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank Muamalat Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia.

3. Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank Muamalat Indonesia.

4. Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank Muamalat Indonesia.


(20)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba sehingga dapat meminimalisasi kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan.

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia terutama bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai analisis manajemen risiko pembiayaan dan pengaruhnya terhadap laba. Terfokus pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan, manajemen risiko pembiayaan, perkembangan pembiayaan, NPF dan laba, serta pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba Bank BMI. Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian hanya berdasarkan dari sudut pandang perusahaan. Perhitungan risiko pembiayaan tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga dan inflasi serta tidak memperhitungkan aspek makroekonomi yang mempengaruhi kinerja PT BMI. Penelitian ini hanya membahas risiko pembiayaan sedangkan risiko operasional dan risiko pasar tidak menjadi bahasan dalam penelitian.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bank

Bank secara etimologi memiliki arti tempat untuk menukarkan uang. Secara lembaga keuangan, bank adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dan menyalurkan dana, atau kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan (Kasmir, 2000).

Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank diartikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dari definisi bank diatas, menunjukkan bahwa kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank dan dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tapi juga kegiatannya harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat (Siamat, 2004).

Bank sebagai suatu badan usaha yang memberikan jasa atau pelayanan keuangan memiliki beberapa tujuan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Menurut Siamat (2004), tujuan tersebut dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, yaitu:

1. Tactical Planning (Jangka pendek)

a. Pemenuhan likuiditas, terutama untuk memenuhi likuiditas wajib minimum yang ditetapkan oleh otoritas moneter disamping kebutuhan likuiditas untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah sehari-hari.

b. Memberikan pelayanan kepada nasabah secara maksimum. 2. Strategic Planning (Jangka Panjang)

a) Meningkatkan nilai perusahaan. b) Memperoleh laba maksimum.


(22)

2.2. Bank Syariah

2.2.1. Definisi Bank Syariah

Bank Islam adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam (Siamat, 2004).

Menurut Karim (2003), dalam kegiatan operasionalnya, bank syariah melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan, memberikan pinjaman, dan memberikan pelayanan jasa dengan berlandaskan prinsip syariah. Baraba dalam Darajat (2007), menambahkan satu fungsi bank syariah, yaitu sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan.

2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah

Menurut Muhammad dalam Darajat (2007), hal-hal yang harus dilakukan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya adalah dengan cara menjauhkan diri dari praktik-praktik yang memiliki unsur riba serta menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.

Unsur riba tersebut dihindari dengan cara:

1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan keberhasilan suatu usaha di muka secara pasti.

2) Menghindari penggunaan sistem presentasi untuk pembebanan biaya terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis utang atau simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu.


(23)

3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.

4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan atas utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai utang secara sukarela.

Hal lain yang membedakan bank syariah dengan bank konvesional terlihat dari beberapa aspek, yaitu aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Antonio, 2001).

a) Akad dan Aspek Legalitas

Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi baik duniawi maupun ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam bank syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad seperti hal-hal berikut:

a. Rukun, mencakup penjual, pembeli, barang yang dipertukarkan, harga, dan akad (ijab kabul).

b. Syarat, seperti:

1) Barang dan jasa bersifat halal, sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah.

2) Harga barang dan jasa harus jelas.

3) Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi.

4) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan, tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki dan dikuasai.

b) Struktur Organisasi

Unsur yang paling membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah adanya Dewan Pengawas


(24)

Syariah (DPS) pada bank syariah, yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini bertujuan untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh DPS. Oleh karena itu, biasanya penetapan anggota DPS dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota DPS tersebut mendapatkan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

c) Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bank syariah tidak mungkin membiayai usaha yang terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai berikut: Apakah objek pembiayaan itu halal atau haram? Apakah proyek menimbulkan kerugian bagi masyarakat? Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila? (Antonio, 2001).

d) Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah, antara lain sikap amanah dan

shiddiq yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus memiliki skill yang baik dan profesional, dan tabhligh. Dalam reward dan dan punishment pun juga diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan juga harus mengikuti syariat Islam (Antonio, 2001). Tabel 3 menunjukkan perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.


(25)

Tabel 3.Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvesional Bank Syariah Bank Konvensional Melakukan investasi-investasi

yang halal saja

Investasi yang halal dan haram

Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

Memakai perangkat bunga

Profit dan falah oriented Profit oriented

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan

Hubungan dengan nasabah adalah hubungan debitur-kreditur

Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa DPS

Tidak ada dewan sejenis

Sumber: Antonio, 2001 2.3. Pembiayaan Bank Syariah

2.3.1. Pengertian Pembiayaan

Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Bank Indonesia (2007), menyebutkan bahwa pembiayaan syariah mengandung beberapa nilai dasar dalam pelaksanaannya, yaitu:

1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana. 2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan

persetujuan pembiayaan baik dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.


(26)

2.3.2. Jenis-Jenis Pembiayaan

Jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah, yaitu (Karim, 2003): 1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah.

Adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

2. Pembiayaan Investasi Syariah

Adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk: a. Pendirian proyek baru, yaitu pendirian atau pembangunan

proyek atau pabrik dalam rangka usaha baru.

b. Rehabilitasi, yaitu penggantian mesin atau peralatan lama yang sudah rusak dengan mesin atau peralatan baru yang lebih baik.

c. Modernisasi, yaitu penggantian secara keseluruhan mesin atau peralatan lama dengan mesin atau peralatan baru dengan teknologi yang lebih baik.

d. Relokasi proyek yang sudah ada, yaitu pemindahan lokasi proyek atau pabrik secara keseluruhan (termasuk sarana penunjang pabrik, seperti laboratorium).

3. Pembiayaan Konsumsi Syariah

Adalah pembiayaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan nasabah baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha dan umumnya bersifat perorangan.

2.3.3. Produk Pembiayaan

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu (Karim, 2003):

1. Berdasarkan Prinsip Jual Beli

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga


(27)

atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan barangnya, yaitu:

a. Murabahah

Adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan dengan margin atau keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.

b. Salam

Adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. Dalam transaksi ini, kualitas, kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

c. Istishna

Adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.

2. Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil a. Musyarakah

Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

b. Mudharabah

Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana

shahibul maal (pihak pertama) menyediakan seluruh atau

100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut


(28)

rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola.

c. Muzara’ah

Adalah akad kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemiliki lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.

d. Musaqah

Adalah akad kerja sama, merupakan bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

3. Berdasarkan Prinsip Sewa a. Ijarah

Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Harga sewa disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan nasabah.

b. Ijarah Muntahiyyah Bittamlik

Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa. Pada akhir masa sewa, bank menjual barang yang disewakannya kepada nasabah yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan nasabah.

4. Berdasarkan Prinsip Pinjaman

Penyaluran dana bank syariah berdasarkan prinsip pinjaman dilakukan dengan menggunakan akad qardh yaitu penyediaan dana atau tagihan yang diberikan kepada pihak peminjam dan


(29)

mewajibkannya melakukan pembayaran baik secara langsung maupun angsuran dalam jangka waktu tertentu tanpa disertai tambahan pada saat pengembaliannya. Pembiayaan ini bersifat khusus dan bersumber dari sadaqah, infak, zakat atau modal yang sengaja dialokasikan untuk tujuan sosial. Oleh karenanya,

al-qardh dikenal sebagai pembiayaan dana talangan bagi nasabah atau sebagai sumber dana talangan antar bank.

2.3.4 Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan

Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan risiko yang harus dipertaruhkan. Untuk memperkecil risiko pembiayaan yang mungkin terjadi, maka pembiayaan harus dinilai dengan memperhatikan (Munawir dalam Hartati, 2005):

1. Character

Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya. Bank melakukan beberapa pendekatan untuk mengetahui karakter nasabah, diantaranya dengan mengenal dekat nasabah, mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur, dan mengumpulkan keterangan serta meminta pendapat dari rekan-rekannya, pegawai, dan pesaing mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, pergaulan sosial, dan lain-lain.

2. Capacity

Penilaian terhadap kemampuan calon peminjam baik dalam manajemen maupun keahlian pada bidang usaha yang dijalani. Hal-hal yang diperhatikan dalam penilaian, yaitu angka-angka hasil produksi, angka-angka penjualan dan pembelian, perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya, data-data finansial terdahulu yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Sehingga dapat mengukur kemampuan


(30)

nasabah untuk melaksanakan rencana kerjanya terkait dengan penggunaan pembiayaan tersebut.

3. Capital

Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam dengan cara menganalisa posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya. Untuk itu bank melakukan analisa rasio sehingga dapat mengetahui likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari calon peminjam, serta analisis neraca, minimal neraca dua tahun terakhir.

4. Collateral

Penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon peminjam untuk dapat meyakinkan, jika terjadi risiko kegagalan pembayaran maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Untuk itu bank harus meneliti kepemilikian jaminan tersebut, mengukur stabilitas nilai jaminan, memperhatikan kemampuan jaminan untuk dapat dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa terlalu mengurangi nilainya, dan memperhatikan barang jaminan adalah benar-benar menjamin kepentingan bank sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

5. Condition

Penilaian terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat keterkaitannya dengan jenis usaha yang dijalani oleh calon peminjam. Bank memperhatikan keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan dan kondisi usaha, membandingkan dengan usaha sejenis lainnya didaerah dan lokasi lingkungannya, dan prospek usaha di masa yang akan datang serta pengaruh kebijakan pemerintah terhadap prospek industri dimana usaha calon peminjam termasuk didalamnya.


(31)

2.4. Risiko

2.4.1. Pengertian Risiko

Risiko dalam konteks perbankan menurut Karim (2003) merupakan suatu kejadian potensial, baik anticipated (dapat diperkirakan) maupun unanticipated (tidak dapat diperkirakan) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Menurut Djohanputro (2004), risiko terkait dengan adanya keadaan tidak pasti dan tingkat ketidakpastian terukur secara kuantitatif yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.

Menurut Kountur (2004), risiko sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan sehingga dapat memberikan dampak yang merugikan.

2.4.2. Jenis-Jenis Risiko

Secara umum, risiko yang terjadi pada aktivitas fungsional bank syariah diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu (Karim, 2003): 1. Risiko Pembiayaan

Risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan pihak lawan transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan pembiayaan korporasi.

2. Risiko Pasar

Risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki bank akibat adanya pergerakan variabel pasar berupa suku bunga dan nilai tukar. Risiko pasar mencakup empat hal, yaitu: a. Risiko Tingkat Suku Bunga

Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak menetapkan tingkat bunga baik dari sisi pendanaan maupun dari sisi pembiayaan, namun bank syariah tidak terlepas dari risiko tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau oleh bank syariah tidak hanya untuk nasabah-nasabah yang memiliki tingkat keloyalan penuh terhadap syariah


(32)

sehingga terdapat kemungkinan bank syariah menghadapi beberapa kondisi, diantaranya:

1) Direct Competitor Market Rate (DCMR) yaitu tingkat bagi hasil dari bank-bank yang menjalankan usaha dengan prinsip syariah.

2) Indirect Copetitor Market Rate (ICMR) yaitu tingkat bunga pada bank-bank konvensional.

3) Expected Competitive Return for Investor, yaitu hasil investasi yang kompetitif yang diharapkan oleh investor.

Dari kondisi tersebut, interest rate risk timbul jika bagi hasil pendanaan syariah lebih kecil dari tingkat bunga atau pada sisi pembiayaan, jika margin yang dikenakan lebih besar dari tingkat bunga maka nasabah dapat beralih pada bank konvensional.

b. Risiko Pertukaran Mata Uang

Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank. Hal ini karena bank syariah tidak terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing meskipun aktivitas treasury syariah tidak terpengaruh risiko kurs secara langsung.

c. Risiko Harga

Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari perubahan harga. Pada bank syariah, risiko harga timbul dari perubahan harga atas instrumen keuangan (obligasi syariah dan reksadana syariah) dan komoditas.

d. Risiko Likuiditas

Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Risiko likuiditas yang dihadapi bank syariah, diantaranya: 1) Turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem


(33)

2) Turunnya kepercayaan nasabah pada bank syariah yang bersangkutan.

3) Dalam mudharabah kontrak, memungkin nasabah untuk menarik dananya kapan saja.

4) Mismatcing antara dana jangka pendek dengan pembiayaan jangka panjang.

5) Keterbatasan instrumen keuangan untuk solusi likuiditas.

3. Risiko Operasional

Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional mencakup lima hal, yaitu:

1. Risiko Reputasi

Adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif terkait dengan kegiatan bank atau persepsi negatif terhadap bank.

2. Risiko Kepatuhan

Adalah risiko yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun eksternal.

3. Risiko Strategik

Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidaktepatan dalam hal penetapan dan pelaksanaan strategi bank, pengambilan keputusan bisnis, dan ketidakpatuhan bank dalam melaksanakan perubahan perundang-undangan atau ketentuan lain yang berlaku.

4. Risiko Transaksi

Adalah risiko yang disebabkan oleh permasalahan yang yang timbul dalam pelayanan atau produk-produk yang disediakan. Diantaranya, yaitu kekeliruan dalam penetapan


(34)

akad, kesempurnaan akad, dan sistem teknologi informasi dari bank tersebut.

5. Risiko Hukum

Adalah risiko yang disebabkan oleh kelemahan aspek yuridis. Diantaranya, yaitu adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung dan kelemahan perjanjian sehingga tidak terpenuhinya syarat keabsahan suatu kontrak.

2.5. Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan pihak lawan transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan pembiayaan korporasi, diantaranya (Karim, 2003):

1. Risiko Terkait Produk

a) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Certainty Contracts (NCC) Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang memiliki kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihak-pihak yang bertransaksi saling menukarkan asetnya. Pembiayaan berbasis NCC, yaitu:

1) Murabahah

Risiko yang timbul dari pembiayaan murabahah, diantaranya: - Default atau kelalaian diakibatkan oleh nasabah yang tidak

membayar angsuran dengan sengaja.

- Penundaan kewajiban pembayaran pada waktu jatuh tempo yang disebabkan oleh ketidakmampuan nasabah menimbulkan kerugian bagi bank, karena bank tidak diperbolehkan menerima tambahan pendapatan dari keterlambatan tersebut melainkan menunggu hingga nasabah mampu membayar angsurannya.


(35)

- Penolakan nasabah terhadap barang yang dibeli karena rusak atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari permintaan nasabah.

2) Ijarah

Risiko yang timbul dari pembiayaan ijarah, diantaranya:

- Dalam hal barang yang disewakan adalah milik bank, ketiadaan nasabah akan menimbulkan risiko tidak produktifnya aset ijarah.

- Dalam hal barang yang disewakan adalah bukan milik bank, timbul risiko kerusakan barang diluar pemakaian normal.

- Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kepada nasabah memungkinkan timbulnya risiko ketidaksesuaian nasabah terhadap performance pemberi jasa.

3) Salam dan Istishna

Risiko yang timbul dari pembiayaan salam dan istishna, diantaranya:

- Risiko gagal-serah barang. - Risiko jatuhnya harga barang.

b) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC) Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang belum memiliki kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya menjadi satu kesatuan untuk mendapatkan keuntungan serta risiko ditanggung bersama. Pembiayaan berbasis NUC, yaitu

mudharabah dan musyarakah.

Risiko yang timbul dari pembiayaan mudharabah dan

musyarakah, diantaranya:

- Asymmetric information problem, yaitu kecenderungan salah satu pihak lebih banyak menguasai informasi bersikap tidak jujur.


(36)

- Side streaming, yaitu nasabah tidak mengelola dana sesuai dengan kontrak perjanjian.

- Kelalaian dan kesalahan yang disengaja. 2. Risiko Pembiayaan Korporasi

Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan risiko tambahan selain risiko terkait produk, yaitu:

a) Risiko Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah Setelah Pencairan Pembiayaan

Adalah risiko yang dapat timbul dari perubahan kondisi bisnis nasabah setelah pencairan biaya, diantaranya:

1) Over Trading

Terjadi ketika nasabah mengembangkan volume bisnis yang besar dengan dukungan modal yang kecil.

2) Adverse Trading

Terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan kebijakan melakukan pengeluaran tetap yang besar setiap tahunnya sedangkan volume penjualannya tidak stabil. Dalam keadaan ini, posisi nasabah lemah dan berisiko tinggi.

3) Liquidity Run

Terjadi ketika nasabah mengalami kesulitan likuiditas karena kehilangan sumber pendapatan dan peningkatan pengeluaran yang tidak terduga. Keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan nasabah dalam menyelesaikan kewajibannya kepada bank.

b) Risiko Analisis Bank

1) Analisis Pembiayaan yang Keliru

Terjadi karena kesalahan dalam pengambilan keputusan pembiayaan dari informasi yang tersedia. Kekeliruan bukan karena perubahan kondisi nasabah yang tidak terduga tetapi nasabah yang bersangkutan berisiko tinggi.


(37)

2) Creative Accounting

Terjadi karena adanya kecurangan dari pihak nasabah melalui penggunaan kebijakan akuntansi perusahaan yang memberikan keterangan tidak sesuai dengan laporan keuangan yang sebenarnya. Seperti, menggambarkan keuntungan lebih besar, aset lebih bernilai, pengurangan kewajiban pada neraca keuangan.

3) Karakter Nasabah

Terjadi karena adanya kesengajaan dari pihak nasabah untuk menciptakan pembiayaan macet dan bank belum secara objektif memberikan penilaian terhadap karakter nasabah.

2.6. Teknik Pengelolaan Risiko

Pada prinsipnya, terdapat empat teknik pengelolaan risiko secara klasik. Keempat teknik tersebut adalah penghindaran risiko, pengurangan risiko, pemindahan risiko, dan penanganan risiko (Djohanputro, 2004): 1. Penghindaran Risiko

Penghindaran risiko adalah tindakan bank untuk tidak melakukan kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan. Pada dasarnya, tidak ada manusia yang bisa menghindari risiko, demikian halnya dengan bank. Oleh karena itu, bank dapat menghindari beberapa risiko dengan tidak memasuki wilayah bisnis atau kegiatan tertentu. Hal terpenting adalah kemampuan bank melakukan studi dan identifikasi risiko.

2. Pengurangan Risiko

Pengurangan risiko penting dilakukan oleh bank agar dapat menekan besarnya risiko. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara pengurangan kemungkinan terjadinya peril (risiko yang menjadi kenyataan) atau menekan besarnya dampak bila peril terjadi.

3. Pemindahan Risiko

Pemindahan atau pengalihan risiko dilakukan dengan cara memindahkan risiko dari satu pihak ke pihak lainnya dengan tujuan bisnis, seperti asuransi.


(38)

Akibat pemindahan risiko menimbulkan biaya. Terdapat dua macam biaya yang ditanggung bank akibat mengalihkan risiko kepada pihak lain. Biaya berupa premi yang harus dibayarkan kepada pihak penanggung risiko dan biaya berupa hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dengan menanggung risiko.

4. Penanganan Risiko

Penanganan terhadap risiko dilakukan karena dua sebab. Pertama, bank secara sadar ingin mempertahankan risiko dan mengelolanya sendiri. Dengan pertimbangan didasarkan atas efektivitas biaya dan selama manajemen memiliki kemampuan serta sumber daya untuk mengelola sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari risiko itu sendiri. Kedua, bank tidak mengetahui risiko tersebut sehingga risiko yang tidak teridentifikasi tidak akan dikelola.

2.7. Manajemen Risiko

2.7.1. Definisi Manajemen Risiko

Kontur (2004), mendefinisikan manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses manajemen dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur, dan menangani risiko-risiko yang dihadapi perusahaan.

Menurut Karim (2003), manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter terhadap kegiatan usaha bank.

Tujuan manajemen risiko adalah (Karim, 2003):

1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. 2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat

unacceptable.

3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat


(39)

4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko. 5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko. 2.7.2 Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah

Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut terletak pada proses manajemen risiko operasional bank Islam yang meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko, dan monitoring risiko (Karim, 2003). Gambar 1 menunjukkan perbandingan proses manajemen risiko antara bank Islam dengan bank konvensional.

Gambar 1. Perbandingan Proses Manajemen Risiko antara Bank Islam dengan Bank Konvensional (Karim, 2003)

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko yang dilakukan bank Islam tidak hanya mencakup risiko yang ada pada bank-bank secara umum, tetapi Bank Konvensional Bank Syariah

Identifikasi Risiko

Penilaian Risiko

Antisipasi Risiko

Monitoring Risiko

General Banking General Banking Risk

Penilaian Risiko Penilaian Risiko Syariah Spesific Risk

Antisipasi Risiko

General Banking Response

Syariah Banking Response

General Banking Activities

Syariah Spesific Activities Monitoring Risiko


(40)

juga meliputi risiko pada bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah.

2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko pada bank Islam mengacu pada hubungan antara probability dan impact yang ditunjukkan dalam pendekatan kualitatif pada (gambar 2).

Gambar 2. Penilaian Risiko Bank Islam Dengan Pendekatan Kualitatif (Karim, 2003)

Berdasarkan kuadran tersebut:

a) Kuadran I sampai IX merupakan posisi suatu jenis risiko b) Jenis risiko V, VI, VIII, IX (area abu-abu) merupakan jenis

risiko yang memiliki prioritas pengendalian karena kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dalam tingkat sedang dan tinggi.

c) Jenis risiko dalam kuadran I, II, III, IV, dan VII (area putih) diselesaikan setelah penyelesaian risiko pada area abu-abu. d) Adanya otoritas perbankan dan otoritas syariah

mengakibatkan risiko di area putih masuk ke daerah abu-abu.

3. Antisipasi Risiko

Pada bank Islam, antisipasi risiko dilaksanakan dengan Tujuan:

a) Preventive, bank Islam diharuskan mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah terkait kebijakan atas segala kegiatan usahanya untuk mencegah kekeliruan dalam proses dan transaksi dari aspek syariah. Selain itu, bank

IM

P

A

C

T High III VI IX

Med II V VIII

Low I IV VII

Low Med High


(41)

Islam memerlukan fatwa Dewan Syariah Nasional bila Bank Indonesia memandang persetujuan Dewan Pengawas Syariah belum memadai atau berada diluar kewenangannya.

b) Detective, pengawasan terhadap jalannya setiap kegiatan usaha bank Islam baik dari segi aspek perbankan oleh Bank Indonesia maupun aspek syariah oleh Dewan Pengawas Syariah.

c) Recovery, koreksi atas kesalahan dengan melibatkan Bank Indonesia untuk aspek perbankan dan Dewan Syariah Nasional untuk aspek syariah.

4. Monitor dan Pengendalian Risiko

Aktivitas monitoring dalam bank Islam tidak hanya melibatkan manajemen bank Islam tetapi juga Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah nasional (DSN). 2.7.3. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko pada bank Islam menurut Karim (2003) dimulai dengan mengenal, memahami, dan mengidentifikasi risiko baik yang sudah ada maupun yang mungkin terjadi dari kegiatan usaha baru. Kemudian, dilakukan pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko secara berkesinambungan membentuk sebuah siklus.

Menurut Djohanputro (2004), secara umum siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian risiko dapat ditunjukkan pada (gambar 3).


(42)

Gambar 3. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004)

Tahap 1 : Identifikasi Risiko

Pada tahap ini, perusahaan mengidentifikasi risiko yang akan dihadapi. Langkah pertama dalam memulai proses identifikasi adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan.

Tahap 2 : Pengukuran Risiko

Pada tahap ini, perusahaan mengukur seberapa besar kemungkinan risiko yang akan terjadi. Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai eksposure yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko dapat terjadi.

Tahap 3 : Pemetaan Risiko

Pada tahap ini, perusahaan menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingan. Penetapan prioritas disebabkan karena keterbatasan sumber daya yang ada untuk menghadapi semua risiko.

Tahap 4 : Model Pengelolaan Risiko

Pada tahap ini, risiko dikelola dengan model pengelolaan risiko perusahaan. Pengelolaan risiko dapat dilakukan secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan.

Identifikasi Risiko Evaluasi Pihak

Berkepentingan

Pemetaan Risiko

Pengukuran Risiko

Model Pengelolaan Pengawasan dan


(43)

Tahap 5 : Monitor dan Pengendalian

Pada tahap ini, perusahaan melakukan monitoring dan pengendalian. Hal ini penting untuk dilakukan, karena: manajemen perlu (1) memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana, (2) memastikan bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif, dan (3) memantau perkembangan terhadap kecenderungan berubahnya profil risiko, karena perubahan ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko atau prioritas risiko.

2.8. Laba Bank

Menurut Sastradipoera dalam Rohaeni (2009), laba adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank, kelebihan pendapatan di atas pengeluaran bank. Jadi untuk mengetahui laba suatu perusahaan (bank) harus mengetahui terlebih dahulu nilai seluruh pendapatan dan nilai biaya secara keseluruhan. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan menunjukkan sejauh mana manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis dan sebaliknya.

2.9. Hasil Penelitian Terdahulu

Gumayantika (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh risiko kredit terhadap laba pada Bank Jabar Ciamis. Hasil penelitian ini dengan menggunakan korelasi pearson product moment membuktikan bahwa terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba. Pada penelitian Rohaeni (2009), menganalisis pengaruh kredit bermasalah terhadap laba pada PT Bank X. Penelitian ini membuktikan bahwa berdasarkan model regresi linier berganda NPL memberikan pengaruh negatif sebesar 1,13E+08, artinya bahwa kenaikan NPL satu satuan akan menurunkan laba sebesar 1,13E+08. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji t, membuktikan bahwa kredit bermasalah berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap laba.


(44)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi mempunyai kegiatan utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Sumber dana yang ada akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Namun dalam realisasinya, pembiayaan tidak terlepas dari prinsip risk and return, dimana kegiatan yang diharapkan akan mempunyai hasil atau pendapatan yang besar, biasanya mempunyai risiko yang tinggi. Dengan jumlah pembiayaan yang semakin besar maka peluang untuk mendapatkan keuntungan pun semakin besar. Namun di sisi lain, tingkat risiko yang mungkin terjadi akan semakin tinggi pula.

Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dalam kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih besar. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba.

Dalam penelitian ini, pembiayaan dan Non Performing Finance (NPF) adalah variabel yang digunakan untuk meneliti pengaruh manajemen risiko terhadap laba. Manajemen risiko secara tidak langsung berpengaruh pada pencapaian laba yang maksimal melalui pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan yang mungkin terjadi akibat tingginya konsentrasi pembiayaan dan nilai NPF. Pengelolaan dan pengendalian manajemen risiko diharapkan mampu menekan tingkat NPF meski pembiayaan terus ditingkatkan sehingga pencapaian laba dapat maksimal. NPF menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat membayar secara kontinyu pinjamannya. Sedangkan laba bank yang digunakan adalah laba bersih sebelum dikurangi pajak.


(45)

Besarnya pembiayaan dan nilai NPF berpengaruh terhadap laba bank. Analisis linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank. Sedangkan analisis korelasi digunakan untuk melihat derajat hubungan diantara pembiayaan dan nilai NPF terhadap laba bank. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi input alternatif dalam peningkatan laba. Adapun kerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat dilihat pada (gambar 4).

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian

Keterangan :

: Alur pemikiran : Alat analisis

Pembiayaan

Laba

Pengaruh Pembiayaan dan NPF terhadap laba

Korelasi Pearson Product Moment

Regresi Linear Berganda

Uji F Uji t Risiko Pembiayaan

Implikasi Manajerial

Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Pembiayaan Manajemen Risiko

Pembiayaan

Pembiayaan NPF

Murabahah Mudharabah Musyarakah Istishna Qardh Ijarah BMI


(46)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Muamalat Institute dengan objek penelitian PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk yang berlokasi di Arthaloka Building Jalan Jenderal Sudirman No.2 Jakarta Pusat. Data diperoleh melalui Muamalat Institute yang berlokasi di Gedung Dana Pensiun Telkom Lantai 2 Jalan Jenderal S Parman kav 56 Slipi, Jakarta Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2010 sampai Desember 2010.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan, pengumpulan data, dan wawancara langsung dengan pihak analisis pembiayaan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur, buku, skripsi, data historis, dan laporan keuangan bank.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode statistik yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif, analisis korelasi pearson product moment, analisis linier berganda, dan diolah dengan menggunakan minitab 14.

3.4.1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiono, 2006).

3.4.2. Analisis Korelasi Person Product Moment

Korelasi pearson product moment adalah statistik yang mengukur keserasian hubungan diantara dua variabel. Rumus dibawah ini digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan regresi.


(47)

Dalam sugiono (2006), perumusan untuk korelasi pearson product moment yaitu:

n∑XiYi__ ( ∑Xi ) ( ∑Yi )

r

= = ...(1)

n ∑ Xi2__ ( ∑ Xi )2 n ∑ Yi2__ ( ∑ Yi )2 Dimana:

r =Koefisien korelasi Y = Variabel terikat ( laba )

X = Variabel bebas ( tingkat risiko kredit ) n = Lamanya periode

Korelasi pearson product moment dilambangkan dengan (r)

dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤+1). Nilai r = -1 memiliki arti korelasi negatif sempurna; r = 0 berarti

tidak ada korelasi; dan r = 1 memiliki arti korelasi sangat kuat. Tabel 4. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien

Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat rendah

0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat kuat Sumber : Sugiono, 2006

3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Arief (2006), analisis regresi digunakan untuk melihat bagaimana variasi peubah dari beberapa peubah bebas mempengaruhi peubah tidak bebas dalam suatu fenomena yang kompleks. Analisis regresi dapat dibedakan menjadi regresi sederhana dan regresi berganda. Jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu peubah tidak bebas dengan lebih dari satu peubah bebas maka yang digunakan adalah regresi berganda. Analisis berganda menjelaskan seberapa jauh suatu peubah mempengaruhi peubah lainnya. Pada penelitian ini pembiayaan yang disalurkan dan pembiayaan bermasalah menjadi


(48)

peubah bebas yang mempengaruhi peubah tidak bebas yaitu laba. Model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e ………...…... (2)

Keterangan : Y = Laba β = Konstanta X1= Pembiayaan X2= NPF

e = Tingkat kesalahan (galat)

Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi. Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan heroskedastisitas menurut (Gujarati dalam Rohaeni, 2009).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui distribusi kenormalan data, yaitu apakah data dapat dianggap berdistribusi normal atau tidak. Ketika data telah berdistribusi normal, maka data tersebut dapat diolah menggunakan model regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dilakukan dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari α,

maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006) b. Uji Multikoliniearitas

Multikolinieritas adalah kondisi dimana peubah-peubah bebas memiliki korelasi diantara satu dengan lainnya. Jika peubah-peubah bebas memiliki korelasi sama dengan 1 atau berkorelasi sempurna mengakibatkan koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat diperkirakan dan nilai standar error


(49)

setiap koefisien regresi menjadi tak hingga (Arief, 2006). Uji multikolinieritas adalah uji untuk melihat apakah terdapat korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinieritas pada model regresi dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinieritas sehingga menjadi tidak valid (Iriawan dan Astuti, 2006)

c. Uji Autokorelasi

Menurut Arief (2006), penaksiran model regresi linear memiliki asumsi bahwa tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi kemungkinan terjadi pada data time series. Model regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyimpang pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.

Uji autokorelasi dengan perangkat lunak minitab melalui uji run test residual. Jika hasil perhitungan didapatkan p-value

lebih besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan homoskedastisitas. Jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas (Arief, 2006). Asumsi pada model regresi adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian yang sama. Masalah heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross sectional. Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam


(50)

uji F karena pengujian yang kurang kuat (Iriawan dan Astuti, 2006).

Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan dan Astuti, 2006).

3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik F:

1. Merumuskan hipotesis a) H0 : βi = 0, i=1,2,3 b) H1 : βi≠ 0, i=1,2,3 2. Menentukan F tabel

a) F α (k-1, n-k)

b) Taraf nyata (α) = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih

dapat ditolerir.

c) Derajat bebas pembilang = k-1 d) Derajat bebas penyebut = n-k

3. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui perangkat lunak minitab 14.

4. Membandingkan F hitung dengan F tabel

a) Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F tabel) atau F hitung < -F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

b) Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik table (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.


(51)

3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t )

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik t adalah:

1. Merumuskan Hipotesis a. H0: β1 = 0

Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu

parameter (β1) sama dengan nol. Artinya, suatu variabel

independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. H0: β1≠ 0

Hipotesis alternatifnya (H1), parameter suatu variabel tidak sama dengan nol. Artinya, semua variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Menentukan t tabel

a. Menentukan besarnya t-tabel : t (α/2,df)

b. Taraf nyata (α) = 0,05 yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir

c. Derajat bebas (df) = n-k

3. Menentukan t hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui program minitab 14.

4. Membandingkan t hitung dengan t tabel

a. Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t tabel) atau t hitung < –t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.

b. Jika –t tabel < statistik hitung (angka t output) < statistik tabel (t tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.


(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991. Pendirian Bank Muamalat Indonesia ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Kegiatan operasi BMI di mulai pada 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Setelah dua tahun sejak didirikan, bank Muamalat berhasil mendapatkan predikat sebagai Bank Devisa tepatnya pada tanggal 27 Oktober 1994. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus berkembang.

Pada akhir tahun 90an, bank Muamalat terkena dampak krisis moneter. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, bank Muamalat memperoleh bantuan dari Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham bank Muamalat. Dalam kurun waktu 1999-2002, bank Muamalat berhasil mengubah kondisi dari rugi menjadi laba melalui upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat, kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Pada akhir tahun 2004, bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar. Saat ini, BMI


(53)

merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri yaitu Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam upaya aksesibilitas nasabah di Malaysia, BMI melakukan kerjasama melalui jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank Muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional, dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur),

Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.

b. Misi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Menjadi Role Model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.

4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Pemegang tertinggi dalam struktur organisasi bank Muamalat adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang membawahi Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris. Pada struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia, Presiden Direktur terletak dibawah Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris serta


(54)

membawahi 5 Divisi diantaranya Compliance and Corporate Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking Director, Treasury and International Banking Director, Finance and Operation Director. Tabel 5 menunjukkan struktur organisasi PT BMI, Tbk.

Tabel 5. Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

Compliance and Corporate Planning

1. Compliance Division

2. Corporate Secreatry Division 3. Corporate Planning Division Corporate Banking 1. Financing Support Division

2. Remedial Division

3. Product Development Division Retail Banking 1. Retail Division

2. Sales Management and Support Division

3. Channel Management Division Treasury and

International Banking

1. Treasury Division

2. International Banking and Financial Institution Division 3. Funding Policy and Service

Division

Finance and Operations 1. Administration and Network Operation Division

2. IT Management Division 3. Finance and Accounting

Division

Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 4.1.4. Produk dan Jasa

Produk dan jasa pada Bank Muamalat Indonesia terdiri dari penghimpunan dan penyaluran dana.


(55)

a. Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana merupakan kegiatan Bank Muamalat Indonesia untuk menghimpun dana dari masyarakat. BMI memiliki 8 produk penghimpunan dana, yaitu:

1. Shar-e, Merupakan tabungan investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit, dan Phone Banking dalam satu kartu. Shar-e sudah terhubung dengan jaringan ATM Malaysia yang tergabung dalam MEPS (Malaysian Electronis Payment System): Maybank, Hong Leong Bank, Affin Bank, dan Southern Bank serta bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia, antara lain: PT. Asuransi Takaful Keluarga, PT. Asuransi Jiwa Mega Life, PT. Asuransi Bintang, dan PT. Asuransi Jiwa Sinarmas.

2. Tabungan Ummat, merupakan investasi murni yang sesuai dengan syariah dalam mata uang rupiah yang memungkinkan nasabah melakukan penyetoran dan penarikan tunai dengan mudah. Selain itu, Tabungan Ummat merupakan tabungan investasi dengan akad mudharabah yang penarikannya dapat dilakukan secara bebas biaya di seluruh counter bank Muamalat dan jaringan ATM bersama.

3. Tabungan Ummat Junior, merupakan tabungan yang diperuntukkan khusus untuk pelajar.

4. Tabungan Haji Arafah, merupakan tabungan yang ditujukan bagi nasabah yang berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang nasabah inginkan. Tabungan Haji Arafah plus ditujukan bagi nasabah premium yang memiliki perencanaan haji singkat.

5. Deposito Mudharabah, merupakan jenis investasi syariah, tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan dengan


(1)

(2)

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Regresi Berganda

Correlations: Laba, Pembiayaan, NPF

Laba Pembiayaan Pembiayaan 0.707

0.005

NPF 0.197 0.344 0.499 0.229

Cell Contents: Pearson correlation P-Value

Uji multikolenieritas

Regression Analysis: Laba versus Pembiayaan, NPF The regression equation is

Laba = 59635 + 0.0257 Pembiayaan - 2147 NPF

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 59635 78426 0.76 0.463

Pembiayaan 0.025686 0.008019 3.20 0.008 1.1 NPF -2147 9305 -0.23 0.822 1.1

S = 50066.1 R-Sq = 50.3% R-Sq(adj) = 41.2%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F p

Regression 2 27874530161 13937265080 5.56 0.021 Residual Error 11 27572717396 2506610672

Total 13 55447247557

Source DF Seq SS Pembiayaan 1 27741125636 NPF 1 133404525


(3)

Lanjutan Lampiran 10

Unusual Observations

Obs Pembiayaan Laba Fit SE Fit Residual St Resid 9 10655895 432384 319580 17886 112804 2.41R R denotes an observation with a large standardized

residual.

Uji Autokorelasi Runs Test: RESI1

Runs test for RESI1

Runs above and below K = -9.32232E-11

The observed number of runs = 6

The expected number of runs = 7.85714 6 observations above K, 8 below

* N is small, so the following approximation may be invalid.

P-value = 0.291

Uji Normalitas RESI 1 P e rc e n t 100000 50000 0 - 50000 - 100000 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean > 0.150 - 9.35480E- 11

StDev 46054

N 14

KS 0.153

P- Valu e

Pr obability Plot of RESI 1 Nor mal


(4)

Lanjutan Lampiran 10

Uji Heteroskedastisitas

Fit t ed Value

R e s id u a l 400000 350000 300000 250000 200000 100000 50000 0 - 50000

Residuals Versus t he Fit ted Values

( r esponse is Laba)

Residual Histogram for Laba

Residua l Fr e q u e n c y 120000 80000 40000 0 -40000 5 4 3 2 1 0

Histogr am of the Residuals

(response is Laba)

Residual vs Order for Laba

Obser vat ion Order

R e s id u a l 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 100000 50000 0 - 50000

Residuals Ver sus the Or der of the Data

( r esponse is Laba)


(5)

(6)