Hubungan Gangguan Tidur Dan Tekanan Darah Terhadap Risiko Kejadian Demensia

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG
Sekitar 10% orang dengan usia lebih dari 65 tahun dan 50% orang
dengan usia lebih dari 85 tahun akan mengalami gangguan kognitif,
dimana dapat dijumpai gangguan kognitif yang ringan sampai demensia
(Yaffe dkk, 2001).
Tidur merupakan suatu hal yang esensial untuk fungsi kognitif yang
baik. Gangguan tidur, gangguan pernapasan saat tidur, merupakan faktor
risiko untuk terjadinya demensia. Mengingat tingginya prevalensi masalah
tidur pada orang tua, penting untuk menentukan apakah hal tersebut benar
berpengaruh terhadap demensia (Bliwise, 2005).
Suatu studi menunjukkan bahwa laki-laki dengan gangguan tidur
yang dilaporkannya sendiri (self-reported) memiliki risiko tinggi mengalami
demensia (33%) dan Alzheimer Disease (AD) yaitu sebesar 51%
dibandingkan laki-laki yang tidak memiliki gangguan tidur (P180 mmHg) memberikan sebuah peningkatan risiko yang
signifikan untuk demensia (risiko relatif adjusted 1,6) dan untuk AD (risiko
relatif adjusted 1,5). Tekanan diastolik yang tinggi (>90mmHg) tidak

berhubungan dengan peningkatan risiko demensia, tapi tekanan diastolik
yang sangat rendah (≤65 mmHg) berkaitan dengan peningkatan risiko
demensia dan AD (risiko relatif adjusted 1,5 dan 1,7). Subjek dengan
terapi antihipertensi pada saat awal studi kurang berisiko untuk mengalami
AD atau demensia dibandingkan subjek yang tidak menggunakan
antihipertensi. Meskipun penggunaan antihipertensi tidak secara signifikan
mempengaruhi hubungan risiko demensia dengan tekanan sistolik, risiko
demensia berkorelasi dengan tekanan diastolik rendah pada pasien yang
menggunakan obat antihipertensi (Chengxuan dkk, 2003).
Berdasarkan

hal-hal

tersebut

maka

peneliti

menilai


bahwa

mempelajari hubungan gangguan tidur dan tekanan darah terhadap risiko
kejadian demensia adalah suatu hal yang penting untuk dapat membantu
memprediksi demensia pada lanjut usia. Bila dapat diprediksi secara dini
timbulnya demensia berdasarkan adanya gangguan tidur dan berdasarkan
tekanan darah, maka diharapkan bisa dilakukan tindakan pencegahan,
baik lewat pendekatan farmakologis maupun non farmakologis, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup individu lanjut usia dan
orang-orang disekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

7

I.2. PERUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara gangguan tidur dan tekanan darah
terhadap risiko kejadian demensia?


I.3. TUJUAN PENELITIAN
I.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya hubungan antara gangguan tidur dan
tekanan darah terhadap risiko kejadian demensia.
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara gangguan tidur dan
tekanan darah terhadap risiko kejadian demensia pada individu lanjut
usia di Panti Jompo Karya Kasih Medan.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara gangguan tidur terhadap
risiko kejadian demensia pada individu lanjut usia di Panti Jompo
Karya Kasih Medan.
3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara tekanan darah terhadap
risiko kejadian demensia pada individu lanjut usia di Panti Jompo
Karya Kasih Medan.
4. Untuk mengetahui karakteristik demografi individu lanjut usia di Panti
Jompo Karya Kasih Medan.

Universitas Sumatera Utara

8


I.4. HIPOTESIS
Ada hubungan antara gangguan tidur dan tekanan darah terhadap
risiko kejadian demensia.

I.5. MANFAAT PENELITIAN
I.5.1. Manfaat Penelitian untuk Penelitian
Dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya tentang
hubungan antara gangguan tidur terhadap risiko kejadian demensia, dan
juga penelitian selanjutnya tentang hubungan antara tekanan darah
terhadap risiko kejadian demensia.
I.5.2. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan
Membantu memprediksi adanya kemungkinan munculnya demensia
berdasarkan adanya gangguan tidur dan nilai status tekanan darah
tertentu, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dini masalah
tersebut.
I.5.3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat
Dapat mempersiapkan tindakan pencegahan, perawatan atau
pengasuhan jika terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan
tidur dan nilai tekanan darah tertentu yang dapat menyebabkan demensia.


Universitas Sumatera Utara