Materi Perpajakan 2 | Dwi Martani

KETENTUAN UMUM DAN
TATACARA PERPAJAKAN
(UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU Nomor 28 Tahun
2007)

Oleh
DR.H.M.HARY DJATMIKO,SH.,MS

DEFINISI PAJAK
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
(Pasal 1 angka 1 UU KUP)

Fase
timbulnya
hak dan

kewajiban
Berlakunya
UU

Fase self
Fase
Fase
Fase
assessm Pengawa Sengketa Penyele
ent
saian
san
Sengket
Ber-NPWP
a
& PKP

Pemeriksaan

Keberatan Pengadila

n Pajak

Pembukuan
Hak dan
kewajiban

Menyampaikan SPT
Diperiksa ?

Ketetapan
Pajak
Setuju?

S
BANDING E
L
Surat Kep.
E
Keberatan
S

PUTUSAN A
Setuju?
BANDING I

Tidak
5 Th

Tidak

Ya

Tidak
Ya

Ya

I
NPWP dan PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK


KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
(Pasal 2 angka 1 UU KUP)
Persyaratan bagi subjek pajak yang
Sesuai dengan ketentuan
menerima atau memperoleh
mengenai subjek pajak
penghasilan atau diwajibkan untuk
dalam UU PPh 1984 dan
melakukan pemotongan/pemungutan
perubahannya.
sesuai UU PPh 1984 dan
perubahannya

Kewajiban mendaftarkan diri tsb berlaku pula thd wanita kawin yg
dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan

keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan & harta.
Wanita kawin selain tsb di atas dapat mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tsb dapat
melaksanakan hak & memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
hak & kewajiban perpajakan suaminya.

KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak
berdasarkan UU PPN 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan
usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 2 UU KUP)

orang pribadi atau badan
dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya

menghasilkan barang,
mengimpor barang,
mengekspor barang,
melakukan usaha
perdagangan,
memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha
jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar daerah

Pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan
Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya, tidak termasuk Pengusaha
Kecil yang batasannya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan, kecuali
Pengusaha Kecil yang memilih untuk

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
pengusaha
yang selama
satu15
tahun
melakukan
(Pasal
1 angka
UUbuku
PPN)
penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah
peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih
dari Rp600juta.{Kep. Menkeu No:571/KMK.03/2003}

KETENTUAN MENGENAI JANGKA
WAKTU PENDAFTARAN
Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta
tata cara pendaftaran dan pengukuhan termasuk
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau
pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
(Pasal 2 angka 5 UU KUP)
Sebelumnya diatur dengan
Keputusan Dirjen Pajak

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
(NPWP)
adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya.
(Pasal 1 angka 5 UU KUP)
terdiri dari 15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama
merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya
merupakan Kode Administrasi Perpajakan.

01.234.567.8 – 999 . 000
Kode WP


Kode
KPP

Kode
cbg

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
(NPWP)
Khusus untuk Wajib Pajak berstatus cabang, orang
pribadi pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak
pisah harta diberikan NPWP dengan aturan sebagai
berikut :
a) Kode WP sama dengan kode WP pusat, kode WP
domisili atau kode WP suami.
b) Kode Administrasi perpajakan: 3 (tiga) digit
pertama merupakan kode KPP dimana WP
mendaftar dan 3 (tiga) digit terakhir
menunjukkan kode urutan cabang.
Kep-161/PJ/2001


Lama

JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DIRI
WAJIB PAJAK
BADAN
Orang pribadi
yang
menjalankan
usaha atau
pekerjaan bebas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008

wajib mendaftarkan
diri bulan setelah
paling lama 1 (satu)
saat usaha mulai dijalankan

kepadany

a
diberikan
NPWP

saat pendirian, atau saat
usaha atau pekerjaan bebas
nyata-nyata dimulai

Pekerjaan bebas : pekerjaan yg dilakukan oleh orang pribadi yg mempunyai keahlian khusus
sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yg tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.

Orang pribadi yg tidak
menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas,
apabila jumlah
penghasilannya s/d
suatu bulan yg
disetahunkan telah

wajib mendaftarkan
diri
paling lama pada akhir
bulan berikutnya

kepadany
a
diberikan
NPWP

CONTOH
Udin bersama rekan-rekannya bermaksud mendirikan sebuah
Yayasan di bidang pendidikan. Akte pendirian dibuat
dihadapan Notaris pada tanggal 20 Mei 2008 dengan nama
Yayasan Bhakti Utama. Kegiatan usaha baru benar benar
dilaksanakan secara aktif pada 1 November 2008.
Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling
lama 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai
dijalankan.
Saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi lebih dulu
antara saat pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai
dilakukan.
Saat usaha mulai dijalankan Yayasan Bhakti Utama adalah
tanggal
20 Mei 2006.
Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling lama
tanggal
20 Juni 2006.

CONTOH
Udin, seorang bujangan (TK/-) mulai bekerja pada tanggal 1
April 2008 sebagai karyawan pada sebuah perusahaan
swasta nasional dengan penghasilan neto sebulan sebesar
Rp2.000.000,00.
Karena Udin belum menikah dan tidak mempunyai
tanggungan maka PTKP setahun adalah
Rp13.200.000,00.
Asumsi penghasilan neto Udin tetap, maka pada bulan ke-7
(Oktober 2008) penghasilan neto Udin adalah Rp14.000.000,00
telah melebihi PTKP.

Udin wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan
berikutnya setelah bulan memperoleh penghasilan yang
jumlahnya telah melebihi PTKP setahun,

yaitu paling lambat akhir bulan November 2008.

CONTOH
Seno, bujangan (TK/-) adalah pengangguran. Namun Seno
memiliki deposito dengan bunga per bulan sebesar
Rp2.000.000,00. Bunga tersebut mulai diperoleh sejak bulan
Februari 2008. Atas penghasilan bunga tersebut telah
dipotong PPh yang bersifat Final oleh bank.

Bagaimana kewajiban
NPWPnya?

JANGKA WAKTU PELAPORAN USAHA
WAJIB PAJAK

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008

BADAN
Orang pribadi
yang
menjalankan
usaha atau
pekerjaan
bebas
PENGUSAH
A KECIL

Sebagai
PENGUSAHA
yang
menyerahkan
BKP/JKP

yang memilih sebagai
PKP
Tidak memilih sebagai
PKP sampai dengan
suatu bulan dalam suatu
tahun buku OMSET BKP
&/ JKP> batasan yang
ditentukan sebagai

wajib melaporkan
usahanya untuk
dikukuhkan sebagai
PKP sebelum
melakukan
penyerahan BKP
dan/ atau JKP
wajib melaporkan
usahanya untuk
dikukuhkan sebagai
PKP paling lama
akhir bulan
berikutnya

Contoh
PT Pluto adalah perusahan yang mengelola rumah makan
berdasarkan perjanjian franchise dengan pemilik merk “Kentucky
Fried Chicken” di USA. Akte pendirian dibuat di hadapan Notaris
pada tanggal 10 Januari 2008. Usaha mulai aktif dijalankan pada
tanggal 1 Maret 2008 dan rumah makan mulai dibuka tanggal 1
April 2008.
PT Pluto adalah Wajib Pajak badan dan wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 bulan setelah tanggal
10 Januari 2008.
PT Pluto adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya melakukan usaha perdagangan dan memanfaatkan
barang tidak berwujud (franchise) dari luar Daerah Pabean.
Namun PT Pluto bukan PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang
diserahkan adalah makanan minuman di rumah makan (bukan
Barang Kena Pajak)
PT Pluto tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak

Contoh
PT Yupiter adalah pedagang besar komputer. Akte pendirian dibuat
dihadapan Notaris pada tanggal 10 Mei 2008. Usaha mulai aktif
dijalankan yaitu dengan mulai menjual komputer pada tanggal 1
Juni 2008.
PT Yupiter adalah Wajib Pajak badan dan wajib mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 10 Juni 2008.
PT Yupiter adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya melakukan usaha perdagangan.
PT Yupiter adalah PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang diserahkan
adalah komputer yang merupakan Barang Kena Pajak
PT Yupiter wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan
BKP, yaitu sebelum tanggal 1 Juni 2008 (bersamaan dengan
kewajiban mendaftarkan diri).

Contoh
Misalkan PT Yupiter tersebut dalam tahun buku 2009 omset
penjualan komputernya tidak lebih dari Rp600juta.

PT Yupiter merupakan PENGUSAHA KECIL dan dengan
permohonan, pengukuhan PKP dapat dicabut.

Setelah pengukuhan PKP dicabut, apabila sampai dengan suatu
masa pajak dalam suatu tahun buku OMSET BKP dan atau JKP lebih
dari Rp600juta
PT Yupiter wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya

NPWP dan PKP JABATAN
Pasal 2 angka 4 UU KUP

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok
Wajib Pajak dan atau mengukuhkan Pengusaha
Kena Pajak secara jabatan, apabila Wajib Pajak
tidak melaksanakan kewajiban mendaftarkan
diri dan atau Pengusaha Kena Pajak tidak
melaporkan usahanya.

Dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang
diperoleh atau dimiliki oleh Dirjen Pajak ternyata
orang pribadi atau badan atau Pengusaha tersebut
telah memenuhi syarat untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai

Kewajiban Perpajakan untuk NPWP dan PKP
JABATAN

Pasal 2 angka 4a UU KUP

Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP
dan/atau yang dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dimulai

sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama
5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok
Wajib Pajak dan/atau dikukuhkannya sebagai Pengusaha
Kena Pajak.

Misalnya terhadap Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib
Pajak secara jabatan pada tahun 2008 dan ternyata Wajib
Pajak telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan terhitung sejak tahun 2003, kewajiban
perpajakannya timbul terhitung sejak tahun 2003.
Terhadap kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat NPWP dan pengukuhan PKP
secara jabatan dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan paling lama 24 bulan
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP)

TEMPAT MENDAFTARKAN
DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi
WP Orang Pribadi
tempat tinggal WP

WP Badan

tempat
kedudukan
Wajib Pajak

&/tempat
kegiatan usaha,
apabila WP OP
melakukan
kegiatan usaha
Dalam hal tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak berada dalam
dua atau lebih wilayah kerja KPP,
Direktur Jenderal Pajak dapat
menetapkan KPP tempat Wajib Pajak

Ditetapkan oleh
Dirjen Pajak
Bagi WP tertentu
KPP BUMN, KPP PMA,
KPP Badan & Orang
Asing, KPP Perusahaan
Masuk Bursa, KPP WP
Besar
(Kep-67/PJ./2004 jo Per91/PJ/2005)

TEMPAT MENDAFTARKAN
DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kedudukan Wajib
Pajak badan/ tempat
tinggal WP orang pribadi

tempat kegiatan usaha
apabila WP OP melakukan
kegiatan usaha/ kantor
cabang
Untuk kewajiban
perpajakan:
- PPh Pot Put
- PPN dan PPnBM

Untuk kewajiban
perpajakan:
- PPh badan/PPh Orang
Pribadi (PPh Pasal 25 dan
29)
- PPh Pot Put
Kewajiban pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan
- PPN
dan PPnBM

PPnBM terutang dapat dilakukan secara terpusat (sentralisasi)
apabila memenuhi persyaratan tertentu. Sedangkan untuk PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 tidak dapat dilakukan pemusatan
pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak terutang. (SE-

TEMPAT MENDAFTARKAN
DIRI
Bagi WP OP yang berstatus sebagai
karyawan
Di KPP Domisili

Melalui KPP Lokasi

Diproses sesuai ketentuan
yang berlaku.

KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kegiatan
usaha Pemberi
Kerja/Bendaharawan
Pemerintah terdaftar.
KPP lokasi mengirimkan
permohonan pendaftaran ke
KPP Domisili.
NPWP diberikan oleh KPP
Domisili.

Kep-338/PJ/2001

TEMPAT PELAPORAN KEGIATAN
USAHA
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi

tempat kegiatan
usaha Wajib
Pajak

Ditetapkan oleh
Dirjen Pajak
PKP tertentu
KPP BUMN, KPP PMA, KPP
Badan & Orang Asing,
KPP Perusahaan Masuk
Bursa, KPP WP Besar
(Kep-67/PJ./2004 jo Per91/PJ/2005)

KEWAJIBAN MEMILIKI NPWP BAGI WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU
Kep-171/PJ./2002
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Tertentu adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di
bidang perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang
konsumsi melalui tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di
beberapa lokasi, tidak termasuk perdagangan kendaraan dan
restoran.
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP bagi setiap
tempat usaha/gerai (outlet) di Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat usaha/gerai (outlet) tersebut
(KPP lokasi) dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP domisili).

Lama

SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN
MENDAFTARKAN DIRI DAN MELAPORKAN KEGIATAN
USAHA

Administrasi

apabila WP tidak melaksanakan
kewajiban mendaftarkan diri
dan atau PKP tidak melaporkan
usahanya
Dirjen Pajak menerbitkan
NPWP dan atau mengukuhkan
PKP secara jabatan
Terhadap kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat NPWP dan
pengukuhan PKP secara jabatan
dikenai sanksi administrasi berupa
bunga 2% per bulan paling lama 24
bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya SKPKB.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP)

Pidana

Setiap orang yang dengan
sengaja : a. tidak mendaftarkan
diri untuk diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak atau tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak; b.
menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak; sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara, dipidana
dengan pidana penjara paling
singkat 6 (enam) bulan dan paling
lama 6 (enam) tahun dan denda
paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak
4 (empat) kali jumlah pajak

PEMINDAHAN WAJIB PAJAK

Lama

Dalam hal WP terdaftar pindah tempat tinggal atau tempat
kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja
KPP lain
Wajib Pajak wajib mengajukan permohonan pindah dengan
menyampaikan surat pernyataan pindah beserta
persyaratannya.

Ke KPP Lama

KPP Lama menerbitkan
Surat Pindah paling lama
pada hari kerja
berikutnya, untuk
diberikan ke KPP baru

Kep-161/PJ./2001

Ke KPP Baru

KPP Baru menerbitkan
Kartu NPWP dan Surat
Keterangan Terdaftar
paling lama pada
hari kerja berikutnya
atau setelah menerima
Surat Pindah

PEMINDAHAN WAJIB PAJAK

Lama

Dalam hal surat pernyataan pindah berisikan pernyataan
pindah sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka

KPP lama menerbitkan Surat Pindah paling lama pada hari kerja
berikutnya setelah menerima surat pernyataan pindah beserta
persyaratannya secara lengkap dari PKP atau pemberitahuan
adanya surat pernyataan pindah dari KPP baru
KPP baru menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak dan bila diperlukan sekaligus menerbitkan Kartu Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama 3
(tiga) hari kerja setelah menerima Surat Pindah dari KPP lama
KPP lama menerbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak setelah diterimanya tembusan Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang diterbitkan oleh KPP
baru paling lama pada hari kerja berikutnya.

Kep-161/PJ./2001

PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak
apabila:

a.

Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP dan/atau ahli
warisnya apabila WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan;

b.

WP badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan
usaha;

c.

WP bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia; atau

d.

Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan
NPWP dari WP yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundangTermasuk
wanita
yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah
undangan
perpajakan.
tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
(Pasal 2 angka 6 UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus
memberikan keputusan atas permohonan penghapusan NPWP dalam
jangka waktu 6 (enam) bulan untuk WP orang pribadi atau 12 (dua belas)
bulan untuk WP badan, sejak tanggal permohonan diterima secara
lengkap.

PENCABUTAN PKP
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan
Wajib Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 8 UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus
memberikan keputusan atas permohonan pencabutan
pengukuhan PKP dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan diterima secara lengkap.
(Pasal 2 angka 9 UU KUP)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008:

> PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan
Pajak lain;
> Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai Pengusaha
Kena Pajak yang jumlah peredaran dan/atau penerimaan
bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas
jumlah peredaran dan/atau penerimaan brruto untuk
Pengusaha Kecil

II
PEMBUKUAN DAN
PENCATATAN

PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data
dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut .
(Pasal 1 angka 29 UU KUP)
Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan
secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang termasuk penghasilan yang bukan
objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang
bersifat final.

YANG WAJIB PEMBUKUAN
Pasal 28 angka 1 dan 2 UU KUP

Wajib Pajak Badan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, kecuali
yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto

YANG TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI WAJIB
MENYELENGGARAKAN PENCATATAN
Pasal 28 angka 2 UU KUP)
1

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan perundangundangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan
neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto.
(Pasal 14 ayat 2 UU PPh)
Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun
kurang dari Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah), boleh menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto, dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
Mulai tahun pajak 2007 diubah menjadi kurang dari Rp1,8 milyar dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.03/2007.

2 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.

WP Orang Pribadi yang tidak memilih
menyelenggarakan pembukuan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas yang menghitung penghasilan neto usaha
atau pekerjaan bebasnya dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto

wajib memberitahukan mengenai penggunaan
Norma Penghitungan kepada Direktur Jenderal
Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak awal tahun
pajak yang bersangkutan
Pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto yang disampaikan dalam jangka waktu
tersebut dianggap disetujui kecuali berdasarkan hasil
pemeriksaan ternyata Wajib Pajak Orang Pribadi tidak
memenuhi persyaratan untuk menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memberitahukan kepada
Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan jangka waktu tersebut
dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan
SE-02/PJ.43/2001

KETENTUAN MENGENAI PEMBUKUAN
Pasal 28 UU KUP
1 harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik
2

dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya; ayat 3
harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh
Menteri Keuangan;ayat 4

3 diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel
akrual atau stelsel kas; ayat 5

4
5

Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun
buku, harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Pajak;ayat
6 dari catatan mengenai
Pembukuan sekurang-kurangnya
terdiri

harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan
dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang;ayat 7
6 Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak
setelah mendapat izin Menteri Keuangan; ayat 8

PRINSIP TAAT ASAS
prinsip yang sama digunakan dalam
metode pembukuan dengan tahuntahun sebelumnya, untuk mencegah
penggeseran laba atau rugi
misalnya dalam penerapan : Stelsel
pengakuan penghasilan; Tahun buku; Metode
penilaian persediaan; Metode penyusutan dan
amortisasi

STELSEL AKRUAL DAN STELSEL
KAS
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan
penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan
diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada
waktu terutang. Jadi tidak tergantung kapan
penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu
dibayar tunai.
Stelsel kas adalah suatu metode yang
penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang
diterima dan biaya yang dibayar secara tunai.
Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap sebagai
penghasilan, bila benar-benar telah diterima tunai dalam
suatu periode tertentu, serta biaya baru dianggap sebagai
biaya, bila benar-benar telah dibayar tunai dalam suatu
periode tertentu.

STELSEL KAS UNTUK PENGHITUNGAN
PPh

Pemakaian stelsel kas murni dapat mengakibatkan
penghitungan yang mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu
besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan
dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam
memakai stelsel kas harus memperhatikan hal-hal antara lain
sbb:
Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus
meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang
bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus
diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan.
Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hakhak yang dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan
dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan
dan amortisasi.
Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas
(konsisten).

stelsel campuran

PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG
SELAIN RUPIAH (Per. Menkeu No: 196/PMK.03/2007)
Dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak:
Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing
Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan
Pemerintah RI sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang memerlukan reksadana dalam denominasi satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan
Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal –Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pasar modal;

bentuk usaha tetap
WP yg mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar
negeri;
Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu perusahaan
anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasasi oleh perusahaan induk (parent
company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa.

PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG
SELAIN RUPIAH (Per. Menkeu No: 196/PMK.03/2007)
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar AS oleh WP harus terlebih dahulu
mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan, kecuali bagi WP
dalam rangka Kontrak Karya atau WP dalam rangka Kontraktor
Kontrak Kerja Sama;
Izin tertulis dapat diperoleh WP dengan mengajukan surat
permohonan kepada Kepala Kanwil, paling lambat 3 (tiga)
bulan:
 sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar AS tersebut dimulai; atau
 sejak tanggal pendirian bagi WP baru untuk
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama.
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan
keputusan atas permohonan dimaksud paling lama 1 (satu) bulan
sejak permohonan dari WP diterima secara lengkap;
Apabila jangka waktu tsb telah lewat dan belum ada keputusan
maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah
atas nama Menkeu menerbitkan keputusan pemberian izin.

KETENTUAN MENGENAI PENCATATAN
Pasal 28 UU KUP
1 harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik
dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya
2
harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh
Keuangan
3 Pencatatan terdiri dariMenteri
data yang dikumpulkan secara teratur
tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan
bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau
yang dikenakan pajak yang bersifat final

PENYIMPANAN DOKUMEN
Pasal 28 angka 11 UU KUP
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara program aplikasi online wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat
tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat
kedudukan Wajib Pajak badan.
Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan buku,
catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai batas daluwarsa penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan. Penyimpanan buku, catatan, dan
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain termasuk yang diselenggarakan secara
program aplikasi on-line harus dilakukan dengan
memperhatikan faktor keamanan, kelayakan, dan kewajaran
penyimpanan.

SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
ADMINISTRASI
apabila kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28
(Pembukuan) atau Pasal 29
(Pemeriksaan) tidak dipenuhi,
sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang
berupa kenaikan sebesar :50 %
dari PPh yang tidak atau kurang
dibayar;100 % dari PPh yang
tidak atau kurang dipotong,
tidak atau kurang dipungut,
tidak atau kurang disetorkan,
dan dipotong atau dipungut
tetapi tidak atau kurang
disetorkan;100 % dari PPN dan
PPnBM yang tidak atau kurang
dibayar
Pasal 13 (1) d jo Pasal 13 (3)
UU KUP

PIDANA
Pasal 39 ayat 1 UU KUP
Setiap orang yang dengan sengaja:
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain
yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar atau tidak
menggambarkan keadaan yg sebenarnya; g. tidak
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya; h. tidak menyimpan buku, catatan, atau
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara
program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (11);
sehingga dapat menimbulkan kerugian pd pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.

III
SURAT PEMBERITAHUAN
(SPT)

Definisi SPT

SPT

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1
angka 11 UU KUP)

SPT Masa

yaitu Surat Pemberitahuan
untuk suatu Masa Pajak,
terdiri dari:
PPh Pasal 21 dan Pasal 26
PPh Pasal 22
PPh Pasal 23 dan Pasal 26
PPh Pasal 25
PPh Pasal 4 ayat 2
PPh Pasal 15
PPN (Form 1107)
PPN bagi Pemungut (Form
1107 PUT)

SPT Tahunan

yaitu Surat Pemberitahuan
untuk suatu Tahun Pajak
atau bagian Tahun Pajak
meliputi:
- SPT Tahunan PPh WP
Badan (SPT 1771 dan SPT
1771$)
- SPT Tahunan PPh WP
Orang Pribadi (SPT
1770, 1770S dan 1770SS)
- SPT Tahunan PPh Pasal
21 (1721)

SPT

Kewajiban penyampaian SPT

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar,
lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta
menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
{Pasaldimaksud
3 ayat pada
1 UUayat
KUP}
Penandatanganan sebagaimana
(1) dapat dilakukan secara

biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau
digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
{Pasal 3 ayat 1b UU KUP}
Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan
mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain
Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 1b UU KUP)
Wajib Pajak mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 2 UU KUP)

SPT

Penandatangan SPT

Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.{Pasal 4 ayat (1) UU tentang KUP}
Surat Pemberitahuan WP
badan harus
ditandatangani oleh
pengurus atau direksi.
(Pasal 4 ayat 2 UU KUP)

yaitu yang
tercantum namanya
dalam susunan
pengurus yang
tertera dalam akte
pendirian maupun
akte perubahan

Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang
kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
mengisi dan menandatangani Surat
Pemberitahuan, surat kuasa khusus tersebut
harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan.
(Pasal 4 ayat 3 UU KUP)
(PMK:22/PMK.03/2008)
harus memenuhi syarat sbb:
-memiliki NPWP;
-telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir;
-menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
dan
-memiliki Surat Kuasa Khusus dari WP yang memberi kuasa dengan
format terlampir.

Dalam hal seorang kuasa bukan konsultan pajak dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat brevet
atau ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan yg diterbitkan oleh perguruan tinggi negeri
atau swasta dg status terakreditasi A, sekurang-kurangnya DIII;
Dalam hal konsultan pajak dibuktikan dg kepemilikan Surat Izin Praktik yg diterbitkan Dirjen
Pajak dan dilengkapi dg Surat Pernyataan sbg Konsultan Pajak.

SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN

{Pasal 3 ayat (7) UU
KUP}

Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila:

a

b

Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani;

Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan
dan/atau dokumen sebagaimana diatur Peraturan Menteri Keuangan ;
SPT Tahunan Pajak PPh WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang
diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. (Ps. 4 angka 4 UU KUP)
Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada SPT,
SPT dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga SPT dianggap tidak disampaikan.
{Pasal 4 angka 4b UU KUP}
Dalam hal WP menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada SPT. (Ps. 4
angka 3 UU KUP)

c

Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan
setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur
secara tertulis; atau

d Surat

Pemberitahuan disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan
pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.

Penjelasan: SPT yang dianggap tidak disampaikan tersebut dianggap sebagai data perpajakan.

SPT

CARA PENYAMPAIAN SPT

Disampaikan Secara
langsung

diberi bukti penerimaan
oleh petugas yang
ditunjuk

Disampaikan melalui
pos tercatat

tanda bukti bukti
pengiriman surat

Disampaikan melalui
jasa ekspedisi atau
jasa kurir

tanda bukti bukti
pengiriman surat

e-Filing melalui ASP
(Penyedia Jasa
Aplikasi)

kepada WP diberikan Bukti
Penerimaan Elektronik

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007

BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
{Pasal 3 ayat 3 UU KUP}
untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh)
hari setelah akhir Masa Pajak;
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah
akhir Tahun Pajak; atau
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir
Tahun Pajak.
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan
Masa. (Pasal 3 ayat 3a)
WP dengan
antara lain WP usaha kecil
dapat
kriteria tertentu
dan tata cara
a. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 untuk beberapa
pelaporannya
Masa Pajak sekaligus dgn syarat pembayaran seluruh
pajak yg wajib dilunasi menurut SPT Masa tsb
diatur dengan
dilakukan sekaligus paling lama dalam Masa Pajak
atau
yang terakhir; dan/atau
berdasarkan
b. menyampaikan SPT Masa selain huruf a untuk
beberapa Masa Pajak sekaligus dgn syarat
Peraturan
pembayaran untuk masing-masing Masa Pajak
Menteri
dilakukan sesuai batas waktu untuk Masa Pajak ybs.
Keuangan.

SPT

Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban penyampaian
SPT
ADMISNISTRASI
PIDANA

Apabila SPT tidak disampaikan dalam
jangka waktunya atau batas waktu
perpanjangan penyampaian SPT, dikenai
sanksi administrasi berupa denda
sebesar Rp500.000,00 untuk SPT Masa
PPN, Rp100.000,00 untuk SPT Masa
lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 untuk
SPT Tahunan PPh WP badan serta sebesar
Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh WP
orang pribadi. (Pasal 7 UU KUP)
Apabila SPT tidak disampaikan dalam
jangka waktunya dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam
Surat Teguran; maka jumlah pajak yang
kurang dibayar/disetor ditagih dengan
SKPKB ditambah sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 50% untuk
PPh, 100% untuk PPh PotPut, 100% untuk
PPN dan PPnBM. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP)

Setiap orang yg karena kealpaannya: a. tidak
menyampaikan SPT; atau b. menyampaikan SPT, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yg isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dan perbuatan tsb merupakan
perbuatan setelah perbuatan yg pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda
paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak
terutang yg tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1
tahun. (Pasal 38 UU KUP)
Setiap orang yg dgn sengaja: c. tidak menyampaikan
SPT; d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yg
isinya tidak benar atau tidak lengkap; sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dgn pidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali
jumlah pajak terutang yg tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
kurang dibayar. (Pasal 39 UU KUP)

PIDANA KEALPAAN TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan
atau paling lama 1 (satu) tahun. (Pasal 38 UU KUP)
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang
isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila

kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib
Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran

jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar
yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
(Pasal 13A UU KUP)

YANG TIDAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA KARENA TIDAK MEMENUHI
KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SPT (Pasal 7 ayat 2 UU KUP)
SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dikenakan sanksi
administrasi berupa denda Rp500.000,00 untuk SPT Masa PPN, Rp100.000,00
untuk SPT Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 untuk SPT Tahunan PPh
WP badan serta sebesar Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh WP orang
pribadi. (Pasal 7 UU KUP Perubahan)

tidak dilakukan

terhadap

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga
negara asing yang tidak tinggal lagi di Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di
Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi
tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan; atau
h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

SPT

Hak WP berkaitan dengan
penyampaian SPT
Memperpanjang jangka waktu
penyampaian SPT;

1

(Pasal 3 ayat 4 UU KUP)
2
Membetulkan SPT;
(Pasal 8 ayat 1 dan ayat 6 UU KUP)
3

Mengungkapkan ketidakbenaran
pengisian SPT;
(Pasal 8 ayat 3 dan ayat 4 UU KUP)

SPT

Memperpanjang Jangka Waktu
Penyampaian SPT

Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk
paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain
kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 3 ayat (4) UU KUP)
Apabila WP baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan SPT
dalam jangka waktunya karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis
penyusunan laporan keuangan, atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi
batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah
ditentukan, WP dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan PPh dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain misalnya dengan
pemberitahuan secara elektronik kepada Dirjen Pajak.
Pemberitahuan harus disertai dengan penghitungan sementara pajak
yang terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak
sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

SPT

Akibat administratif penundaan
penyampaian SPT

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian
Surat Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara pajak
yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5)
kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang atas

kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenai
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung
dari saat berakhirnya batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
huruf b dan huruf c sampai dengan tanggal dibayarnya
kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 ayat 3 UU KUP)

CONTOH
PT ABC setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis
menunda jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Badan
Tahun 2008 (Tahun Takwim) sampai dengan tanggal 30 Juni
2009 dengan perhitungan sementara pajak terutang
sebesar Rp100juta dan kredit pajak Rp80juta. Kekurangan
pajak (PPh Pasal 29) sebesar Rp20juta dilunasi pada
tanggal 25 April 2009.
PT ABC menyampaikan SPT sesungguhnya pada tanggal 30
Juni 2009 dengan jumlah pajak yang terutang sebesar
Rp120juta. Kekurangan pembayaran dilunasi tanggal 28
Juni 2004.
Dari kasus
sebesar:

di

atas

maka

PT

ABC

dikenakan

bunga

2% x 2 x Rp20.000.000,00 = Rp800.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 28 Juni 2009
= 2 bulan.

Membetulkan SPT
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
belum melakukan tindakan pemeriksaan.
(Pasal 8 ayat 1 UU KUP Perubahan)
Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar,
pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama
2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.
(Pasal 8 ayat 1a UU KUP Perubahan)
pada saat Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan
Pajak disampaikan kepada
Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota
keluarga yang telah dewasa
dari Wajib Pajak.

Pasal 13 angka (1) “Dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak, Direktur Jenderal Pajak
dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar…”

Akibat administratif pembetulan SPT Tahunan
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 8 ayat 2 UU KUP)

CONTOH
PT ABC membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2008 pada
tanggal 20 Februari 2010, yang semula menyatakan jumlah pajak
terutang sebesar Rp100juta dan kredit pajak sebesar Rp80juta,
dibetulkan seharusnya jumlah pajak terutang sebesar Rp130juta
dan kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar
Rp30juta dibayar pada tanggal 18 Februari 2010.

Dari kasus di atas maka PT ABC
administrasi berupa bunga sebesar:

dikenai

sanksi

2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 20 Februari
2010 = 10 bulan.

Akibat administratif pembetulan SPT Masa
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan. (Pasal 8 ayat 2a UU KUP)

CONTOH
PT ABC membetulkan sendiri SPT Masa PPN Masa Januari 2008 pada
tanggal 20 November 2008, yang semula menyatakan jumlah Pajak
Keluaran yang harus dipungut sendiri sebesar Rp100juta dan
kredit pajak Rp80juta, dibetulkan seharusnya jumlah Pajak
Keluaran yang harus dipungut sendiri sebesar Rp130juta dan
kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar
Rp30juta dibayar pada tanggal 18 November 2008.

Dari kasus di atas maka PT ABC
administrasi berupa bunga sebesar:

dikenai

sanksi

2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 16 Februari 2008 – 18
November 2008 = 10 bulan.

Membetulkan SPT Tahunan karena
kompensasi kerugian (Pasal 8 ayat 6 UU KUP)
Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan
yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat
ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan
rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat ketetapan
pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
Dalam hal WP membetulkan SPT lewat jangka waktu 3 (tiga) bulan
atau WP tidak mengajukan pembetulan sebagai akibat adanya surat
ketetapan pajak, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan
rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan
PPh, Dirjen Pajak akan memperhitungkannya dalam menetapkan
kewajiban perpajakan WP.

CONTOH 1
PT A menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun 2008 yang menyatakan:
Penghasilan Neto sebesar
Rp200.000.000,00,
Kompensasi kerugian berdasarkan SPT Tahunan
PPh tahun 2007 sebesar
Rp150.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak
Rp 50.000.000,00
Terhadap SPT Tahunan PPh thn 2007 dilakukan pemeriksaan, dan pada tgl 6 Januari
2010 diterbitkan surat ketetapan pajak yang menyatakan rugi fiskal sebesar Rp70juta.
Berdasarkan surat ketetapan pajak tsb Dirjen Pajak akan mengubah
perhitungan Penghasilan Kena Pajak thn 2008 menjadi sbb:

Penghasilan Neto sebesar
Rp200.000.000,00,
Rugi menurut surat ketetapan pajak tahun 2007sebesar
Rp 70.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak
Rp130.000.000,00
Dengan demikian penghasilan kena pajak dari SPT yang
semula Rp50juta (Rp200juta - Rp150juta) setelah
pembetulan menjadi Rp130juta (Rp200juta - Rp70juta)

CONTOH 2
PT B menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun 2008 yang menyatakan:
Penghasilan Neto sebesar
Rp300.000.000,00,
Kompensasi kerugian berdasarkan SPT Tahunan
PPh tahun 2007 sebesar
Rp200.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak
Rp 100.000.000,00
Terhadap SPT Tahunan PPh thn 2007 dilakukan pemeriksaan, dan pada tgl 6 Januari
2010 diterbitkan surat ketetapan pajak yang menyatakan rugi fiskal sebesar
Rp250juta.
Berdasarkan surat ketetapan pajak tsb Dirjen Pajak akan mengubah
perhitungan Penghasilan Kena Pajak thn 2008 menjadi sbb:

Penghasilan Neto sebesar
Rp300.000.000,00,
Rugi menurut surat ketetapan pajak tahun 2007 sebesar
Rp250.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak
Rp 50.000.000,00
Dengan demikian penghasilan kena pajak dari SPT yang
semula Rp100juta (Rp300juta – Rp200juta) setelah
pembetulan menjadi Rp50juta (Rp300juta – Rp250juta)

Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum
dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran
yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,
terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak
akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut
dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak
yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah
pajak yang kurang dibayar.
{Pasal 8 angka 3 UU KUP}
”Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar ...”

Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat
ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai
keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau
lebih kecil; b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi
lebih kecil atau lebih