Analisis Evaluasi Peningkatan Kesejahteraan Mansyarakat Penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) DI Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan
pemusatan perhatian kepada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian. Bersifat aktual
dan menggambarkan fakta-fakta dilapangan, bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
suatu masyarakat atau kelompok-kelompok orang, mengenai evaluasi pelaksanaan Program
KPS di Kota Sibolga.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga. Alasan peneliti
adalah Kota Sibolga merupakan salah satu kelurahan yang mendapat Program KPS dari
pemerintah, dimana penduduknya banyak yang terkena dampak kompensasi BBM terutama
masyarakat keluarga miskin.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (X)
X 1 = Pendapatan
X 2 = Kesehatan
X 3 = Pendidikan
X 4 = Sosial


2. Variabel terikat (Y)
Y 1 = Kesejahteraan
Y 2 = Kemiskinan

3.4 Defenisi Operasional
1. Pendapatan (X 1 ) penghasilan yang diperoleh masyarakat setiap bulan dalam jumlah
rupiah atau penghasilan yang diperoleh seseorang dalam jangka waktu mereka
berkerja
28
Universitas Sumatera Utara

2. Kesehatan (X 2 ) adalah Keadaan kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial yang
kemungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
3. Pendidikan (X 3 ) adalah merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia
yang belum dewasa kepada kedewasaan
4. Sosial (X 4 ) adalah sesuatu yang dicapai dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi
sehari – hari antara warga negara dan pemerintahannya.
5. Kesejahteraan (Y 1 ) adalah suatu kondisi manusia dimana orang – orang dalam
keadaan makmur, sehat dan damai.

6. Kemiskinan (Y 2 ) adalah situasi kekurangan yang terjadi bukan kehendak oleh orang
miskin melainkan keadaan yang tak bisa dihindari oleh kekuatan yang adapanya.
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala Guttman merupakan skala pengukuran yang akan didapat jawaban yang tegas
yaitu, “iya-tidak”,”benar-salah”,”pernah-tidak pernah”,dan lain-lain. Data yang diperoleh
dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Pada skala Likert terdapat
interval mulai dari kata sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju,maka pada skala
Guttman hanya ada dua interval yaitu setuju dan tidak setuju.Penelitian ini menggunakan
skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.

3.6 Populasi dan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitain (Arikunto, 2002 : 109). Berdasarkan
pendapat tersebut populasi dalam penelitian adalah seluruh masyarakat penerima KPS di
Kota Sibolga berjumlah 1210 KK.
3.6.2 Sampel

29
Universitas Sumatera Utara


Dalam suatu penelitian, seringkali kita tidak dapat mengamati seluruh individu dalam
suatu populasi. Hal ini dapat dikarenakan jumlah populasi yang amat besar, cakupan wilayah
penelitian yang cukup luas, atau keterbatasan biaya penelitian. Untuk itu, kebanyakan
penelitian menggunakan sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk
menyimpulkan atau menggambarkan populasi. Pemilihan sampel dengan metode yang tepat
dapat menggambarkan kondisi populasi sesungguhnya yang akurat, dan dapat menghemat
biaya penelitian secara efektif.
a. Metode Slovin
Sampel yang terlalu kecil dapat menyebabkan penelitian tidak dapat menggambarkan
kondisi populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, sampel yang terlalu besar dapat
mengakibatkan pemborosan biaya penelitian.
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan
rumus Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:



n = 1+�� 2
1210


n = 1+(1210 x 0.12

)

=92.36641(dibulatkan menjadi 100)

3.7 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan informasi
adalah sebagai berikut:
1.

Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar
atau tulisan lain untuk memperkuat pertimbangan teoritis yang relevan dengan
masalah yang akan diteliti.

2.

Penelitian Lapangan
30

Universitas Sumatera Utara

Yaitu teknik pengumpulan data diperoleh melalui kegitan penelitian langsung
dilokasi penelitian untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti melalui:
a. Kusioner yaitu mengumpulkan data dan informasi yang relevan melalui
daftar pertanyaan, diajukan kepada 40 responden berdasarkan angket dan
berpodeman pada definisi operasional.
b. Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu, dilakukan
dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran
penelti. Metode dilaksanakan dengan jalan mengamati gerak dan tingkah
laku penerima BLT, mengamati kondisi tempat tinggal dan pekerjaan
mereaka. Dipergunakan untuk menyesuaikan keterangan yang diberikan
dengan situasi yang sebenarnya.
c. Life story yaitu mengumpulkan informasi untuk memperjelas data secara
lengkap dan akurat belum terjawab dari kuesioner melalui cerita dari
kehidupan responden yang sudah menerima BLT. Ada dua life story yang
digunakan dalam penelitian.

3.8 Uji Validitas dan Uji Reabilitas

3.8.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2005:78) valid berarti instrument yang digunakan untuk
mendapatkan data yang digunakan untuk mengukur apa seharusnya yang diukur. Dalam
penyelesaian dalam data primer ini diperlukan kecermatan dalam menentukan alat karena
yang akan diukur bersifat abstrak yaitu berupa konsep. Validitas konstruk (construct
validity), validitas ini (content validity), dan validitas eksternal (external validity).Validitas
konstruk adalah validitas yang mengacu pada konsistensi dari semua komponen kerangka

31
Universitas Sumatera Utara

konsep.Validitas isi adalah suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana alat pengukur
tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep.Dan validitas
eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan mengorelasikan alat pengukur baru dengan
alat pengukur yang sudah valid.Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan SPSS.
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
1. Jika r hitung > r tabel , maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid
2. Jika r hitung < r tabel,maka pertanyaan tersebut tidak dinyatakan valid
3.8.2 Uji Reabilitas

Uji Reabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpul data
(instrument) yang digunakan. Pertanyaan yang akan diberikan pada kuisioner ini adalah
pertanyaan yang menyangkut fakta dan pendapat responden. Untuk data primer dalam
penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka. Studi pustaka
merupakan cara memperoleh informasi melalui benda-benda tertulis, yang diperoleh dan
berbagai sumber antara lain, jurnal, skripsi, maupun buku-buku yang relevan dalam
membantu penelitian ini, juga termasuk buku-buku terbitan instansi pemerintah. Instansi yang
dimaksud antara lain Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional/Daerah, Dinas Perikanan dan Kelautan. Data-data ini diharapkan dapat menjadi
landasan pemikiran dalam melakukan penelitian.Menurut Ghozali dan Koncoro (dalam
Ginting dan Situmorang, 2008:179) butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji
validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
1. Menurut Ghozali jika nilai Cronbach's Alpha> 0.60 maka pertanyaanreliabel.
2. Menurut Kuncoro jika nilai Cronbach's Alpha> 0.80 makapertanyaan reliabel.
3.9 Teknik Analisa Data

32
Universitas Sumatera Utara

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan dipersentasikan (Singarimbun, 1987 : 263). Dalam penelitian, setealahd ata
informasi terkempul (angket, observasi dan wawancara) maka selanjutnya disusun melalui
proses pengeditan terhadap informasi data.
Teknik analisa data yang dilakukan dengan metode tabulasi yaitu suatu metode
dimana data diperoleh, disusun lalu diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan
terhadap permasalahan yang diteliti dengan pendekatan kuantitatfi dan dinarasikan dalam
kualitatif. Untuk menganalisa data-data dari hasil penelitian maka teknik analisa data yang
dipakai menggunakan tabel frekuensi dan disertai dengan life story. Bertujuan untuk
memperjelas dan melengkapi data manakala hasil-hasil yang diperoleh belum lengkap.

33
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara. Jaraknya lebih kurang 344 km dari
Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatra Utara. Kota ini berada pada sisi pantai Teluk Tapian
Nauli menghadap ke arah lautan Hindia. Bentuk Kota memanjang dari Utara ke Selatan

mengikuti garis pantai. Sebelah Timur terdiri dari gunung dan sebelah Barat adalah lautan.
Lebar kota yaitu jarak dari garis pantai ke pegunungan sangat sempit hanya lebih kurang 500
meter sedangkan panjangnya adalah 8.520 km. Karena sempitnya daratan yang tidak
sebanding dengan jumlah penduduk, akhirnya banyak tepianpantai yang ditimbun menjadi
daratan untuk dijadikan lahan pemukiman.
Wilayah pemerintahan Kodya Sibolga seluas 1077,00 Ha yang terdiri dari 889,16 Ha
(82,5 %) daratan, 187,84 Ha (17,44 %) daratan Kepulauan dan 2.171,6 Ha lautan. Daratan
kepulauan yang termasuk dalam kawasan Sibolga yaitu Pulau Panjang, Pulau Sarudik, Pulau
Poncan Gadang (Besar), dan Pulau Poncan Ketek (Ketek). Melihat kondisi geografis kota
Sibolga yang mempunyai lautan yang luas tersebut, dapat dipastikan bahwa mayoritasmata
pencaharian dari penduduk Sibolga adalah nelayan. Di samping itu, mata pencaharian dari
penduduk kota Sibolga adalah pertanian. Sementara itu, sungai-sungai yang termasuk dalam
kawasan kota Sibolga antara lain, Sungai Aek Doras, Sungai Sihopo-hopo, Sungai Muara
Baiyon, dan Sungai Aek Horsik.
4.1.1 Lokasi dan Letak Geografis
Adapun batas-batas wilayah Kota Sibolga antara lain :
- Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Tengah
- Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Tengah

34

Universitas Sumatera Utara

- Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah
- Sebelah Barat : Teluk Tapian Nauli
Wilayah administrasi pemerintahan Kodya Sibolga terdiri dari 4 (empat) Kecamatan
dan 16 (enam belas) Kelurahan. Keempat kecamatan itu adalah, Kecamatan Sibolga Utara
dengan empat kelurahan luas area 3,333 Km2, Kecamatan Sibolga Kota dengan empat
kelurahan luas area 2,7732 Km2, Kecamatan Sibolga Selatan dengan empat kelurahan luas
area 3,138 Km2, dan Kecamatan Sibolga Sambas dengan empat kelurahan luas area 1,566
Km2.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2
Peta Sibolga

4.1.2 Kependudukan
Kota Sibolga terdiri dari 4 (empat) kecamatan dengan luas keseluruhan Kota Sibolga
sekitar 10,77 km² serta didiami oleh 84.481 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan
penduduk Kota Sibolga adalah sebanyak 7.844 orang per km². Kecamatan yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sibolga Sambas yakni sebanyak 12.821

orang per km², sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Sibolga Kota yakni 5.235

35
Universitas Sumatera Utara

orang per km². Jumlah penduduk di Kota Sibolga pada tahun 2012 berjumlah 85.271 jiwa,
kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah 8009 kepala keluarga.
4.2 Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Responden merupakan
masyarakat Kota Sibolga dengan berbagai macam profesi seperti nelayan, buruh, wirausaha
dan lainnya. Hasil penelitian didapatkan melalui pengumpulan data dengan menggunakan
kuisioner dan observasi lapangan. Data dimaksud meliputi karakteristik responden dan data
mengenai perubahan peningkatan kesejahteran masyarakat penerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS).
4.2.1 Data Karakteristik Responden
Dari hasil pengumpulan data melalui kuisioner yang dijawab atau diisi responden,
diperoleh gambaran karakteristik responden meliputi data tentang umur, pendidikan, jumlah
anggota keluarga, mata pencaharian, pendapatan, dan beberapa pertanyaan untuk mengukur
peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS).

No

Tabel 4.1
Data Karakteristik Berdasarkan Umur
Umur
Jumlah
Persentase (%)
Responden

1

20 s/d 29 tahun

6

6

2

30 s/d 39 tahun

20

20

3

40 s/d 49 tahun

33

33

4

50 s/d 59 tahun

31

31

5

60 s/d 69 tahun

8

8

6

> 70 tahun

2

2

36
Universitas Sumatera Utara

Total

100

100

Sumber: Data diolah

Sesuai data pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur responden
berumur 20-29 tahun sebanyak 6 orang atau 6% dan berumur > 70 tahun sebanyak 2 orang
atau 2 % (usia tidak produktif). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat di
daerah Kota Sibolga berada pada usia berkisar antara 20-29 tahun yaitu sebanyak 6
responden.

No
1

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Jumlah
Persentase
Responden
SD/MI
13
13

2

SMP/Sederajat

31

31

3

SMA/Sederajat

54

54

4

D3/S1

2

2

Total

100

100

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SMA/Sederajat sebanyak 54 orang atau 54% dan diikuiti yang berpendidikan
SMP/Sederajat sebanyak 31 orang atau 31%. Sedangkan yang berpendidikan SD/MI
sebanyak 10 orang atau 10% dan yang berpendidikan D3/S1 sebanyak 2 orang atau 2%. Dari
data diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Kota Sibolga masih berada pada tingkat
pendidikan yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat yang
hanya tamatan SD sampe SMA dan untuk tamatan D3/S1 hanya 2 orang saja.

37
Universitas Sumatera Utara

No

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
Anggota Keluarga
Jumlah
Persentase (%)
Responden

1

0 orang

0

0

2

1 orang

0

0

3

2 orang

4

4

4

3 orang

24

24

5

4 orang

28

28

6

5 orang

16

16

7

6 orang

20

20

8

>6 orang

8

8

Total

100

100

Sumber: Data diolah

Dengan melihat tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya responden
dengan jumlah anggota keluarga 1 orang sebanyak 0 orang atau 0%, responden dengan
jumlah anggota keluarga 2 orang sebanyak 4 orang atau 4%, responden dengan jumlah
anggota keluarga 3 orang sebanyak 24 orang atau 24%, responden dengan jumlah anggota
keluarga 4 orang sebanyak 28 orang atau 28%, responden dengan jumlah anggota keluarga 5
orang sebanyak 16 orang atau 16%, responden dengan jumlah anggota keluarga 6 orang
sebanyak 20 orang atau 20%, responden dengan jumlah anggota keluarga >6 orang sebanyak
8 orang atau 8%. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki
jumlah anggota keluarga sedikit dan sebagian lagi mempunyai anggota keluaraga yang
38
Universitas Sumatera Utara

jumlahnya lebih banyak cukup besar. Jumlah tanggungan berkisar 2-5 orang yaitu 72 orang.
Tentu jumlah ini merupakan jumlah yang cukup besar.

No

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase (%)
Responden

1

Nelayan

27

27

2

Buruh

26

26

3

Wirausaha

17

17

4

Wiraswasta

28

28

5

Lainnya

2

2

Total

100

100

Sumber: Data diolah

Dengan melihat table 4.4 di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya responden
yang mata pencahariannya nelayan sebanyak 27 orang atau 27%, responden yang mata
pencahariannya buruh sebanyak 26 orang atau 26%, responden yang mata pencahariannya
wirausaha sebanyak 17 orang atau 17%, responden yang mata pencahariannya wiraswasta
sebanyak 28 orang atau 28%, dan responden yang mata pencahariannya lainnya sebanyak 2
orang saja atau 2%.

39
Universitas Sumatera Utara

No

Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan
Jumlah
Persentase (%)
Responden

1

Rp950.000 s/d Rp1.100.000

60

60

2

Rp1.150.000 s/d Rp1.500.000

30

30

3

Rp1.550.000 s/d Rp1.900.000

10

10

Total

100

100

Sumber: Data diolah

Dari table diatas menunjukkan bahwa responden dalam penelitian inimasih tergolong
rentan terhadap kemiskinan karena terdapat 60% respondenmasyarakat masih memiliki
pendapatan diantara Rp950.000 –Rp1.100.000 per bulan. Dan dalam hal ini biasanya
responden tersebut sudah tinggal hidup seorang diri ataupun sudah lama menjadi janda
sehingga jarang mendapatkan penghasilan tambahan kecuali pemberian dari sanak
keluarganya dan beberapabantuan pemerintah yang mereka terima. Dan ada juga masyarakat
ataupun responden yang mampu berpenghasilan sekitar Rp1.150.000 s/d Rp1.500.000 per
bulan yaitu ada sebanyak 30%, dalam hal ini mereka mampu karenamasyarakat ataupun
responden tersebutmasih memiliki pekerjaan tambahan tanpa harus terus mengharapkan hasil
tangkapan laut yang kian belum pasti di dapatsehingga mereka harus menemukan solusilain
untuk terus dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.Dan ada juga responden ataupun
masyarakat yang berpenghasilan rata –rata hanya Rp1.550.000 –Rp1.90.000 per bulan yaitu
terdapat 10% dari jumlah responden.

40
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Penerimaan KPS Terhadap Kebutuhan Hidup
No Jawaban
Jumlah
Persentase
1

Sangat Membantu

65

65

2

Biasa saja

35

35

3

Tidak sama sekali

0

0

100

100

total
Sumber: Data diolah

Dari table 4.5 diatas menunjukkan bahwa 100 orang responden masyrakat penerima
Kartu Perlindungan Sosial (KPS) merasa terbantu dengan frekuensi sebanyak 65 orang atau
65%, masyarakat yang sangat terbantu kebutuhan hidupnya merasa bantuan dari pemerintah
ini dapat meringankan bebat kehidupan keluarganya dari beberapa aspek seperti aspek
kesehatan, social, dan pendidikan. Sedangkan 35 orang atau 35% lainnya setelah menerima
Kartu Perlindungan Sosial (KPS) beranggapan biasa saja membantu untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya karena faktor dari pendapatan keluarga itu sendiri yang dapat dikatakan
sangat kurang untuk memnuhi kebutuhan hidupnya. Bantuan yang didapat hanya mampu
memberikan dampat yang minim saja.

4.2.2 Dampak Program KPS Bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Berikut akan diuraikan dan dianalisis kembali data yang relevan sebagaimana telah
ditetapkan di dalam definisi operasional dengan beberapa indikator untuk mengukur
peningkatan kesejahteraan masyarakat ke dalam tabulasi data, sekaligus diperlukan untuk
menjawab permasalah mengenai peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima KPS, yaitu
sebgai berikut:

41
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7
Jawaban Responden Tentang Penerimaan KPS Terhadap Kebutuhan Keluarga
No

Jawaban

Sebelum Menerima KPS

Sesudah Meneima KPS

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

1

Ya

3

3

35

35

2

kadang-kadang

35

35

65

65

3

Tidak

62

62

0

0

Total

100

100

100

100

Sumber: Data diolah

Dari table 4.6 diatas menunjukkan bahwa responden yang menjawab pendapatan
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sebanyak 3 orang atau 3%, namun setelah menerima
Kartu Perlindungan Sosial (KPS) jumlah masyrakat yang pendapatannya mampu memenuhi
kebutuhan keluarga bertambah menjadi 35 orang atau 35%, dapat disimpulkan setelah
menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) semakin banyak masyarakat yang terbantu untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Ini menunjukkan ada peningkatan kesejahteraan
masyrakat dengan adanya Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Sedangkan ada sebanyak 35
orang atau 35% masyarakat yang pendapatannya kadang-kadang mampu memenuhi
kebutuhan keluarganya, namun ada perubahan angka setelah masyarakat menerima Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) yaitu sebanyak 65 orang atau 65%. Dan sebanyak 62 orang atau
62% masyarakat yang pendapatannya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,
setelah menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) masyarakat yang tadinya tidak dapat
memenuhi kebutuhan keluarga nya sekarang tidak ada lagi, bisa dilihat pada table diatas.
Sebanyak 0 orang masyrakat yang pendapatannya tidak mampu memnuhi kebutuhan
keluarganya.

42
Universitas Sumatera Utara

No

Tabel 4.8
Jawaban Responden Terhadap Kemampuan Berobat
Jawaban
Sebelum menerima KPS
Sesudah meneima KPS
Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

1

Rumah sakit

3

3

10

10

2

Puskemas

23

23

86

86

3

Klinik

74

74

4

4

Total

100

100

100

100

Sumber: Data Diolah

Dari table 4.7 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS) responden yang mampu berobat ke Rumah Sakit yaitu terdapat sebanyak 3
orang atau 3%, responden yang mampu berobat ke Puskesmas yaitu terdapat sebanyak 23
orang atau 23%, dan sebanyak 74 orang atau 74% yang mampu berobat ke Klinik. Setelah
menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) responden yang mampu berobat ke Rumah Sakit
meningkat menjadi 10 orang atau 10%, yang mampu berobat ke Puskemas menigkat drastis
menjadi 86 orang atau 86%, dan yang mampu berobat ke Klinik menurun drastic menjadi 4
orang saja atau 4%.
Tabel 4.9
Jawaban Responden TentangKemampuan Makan dalam Sehari
Sebelum menerima KPS
Sesudah meneima KPS
No

Jawaban

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

1

3 kali/lebih

28

28

88

88

2

2--3

62

62

12

12

3

1 kali

10

10

0

0

Total

100

100

100

100

Sumber: Data Diolah

43
Universitas Sumatera Utara

Dari table 4.8 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS) dari responden yang mampu makan 3kali/lebih dalam sehari sebanyak 28 orang
atau 28%, dan responden yang mampu makan 2-3 kali dalam sehari sebanyak 62 orang atau
62%, dan responden yang mampu hanya makan dalam sehari sebanyak 10 orang saja atau
10%. Setelah menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) responden yang mampu makan 3
kali/lebih dalam sehari meningkat menjadi 88 orang atau 88%, responden yang mampu
makan 2-3 dalam sehari menurun menjadi 12 orang atau 12%, dan responden yang makan 1
kali dalam sehari sebanyak 0 orang atau 0%.
Tabel 4.10
Jawaban Responden Tentang Kemampuan Mengganti Menu Makan
Sebelum menerima KPS Sesudah meneima KPS
No

Jawaban

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

1 Ya

0

0

4

4

2 Kadang-kadang

5

5

26

26

3 Tidak

95

95

70

70

100

100

100

100

Total
Sumber: Data Diolah

Dari table 4.9 menunjukkan bahwa sebelum menerima Kartu Perlindungan Sosial
(KPS) responden yang mampu mengganti menu makanan dalam sehari sebanyak 0 orang atau
0%, ada 5 orang atau 5% responden yang kadang-kadang mampu mengganti menu makanan
dalam sehari, dan ada sebanyak 95 orang atau 95% yang tidak mampu menggantin menu
makanan dalam sehari. Setelah menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) responden yang
mampu mengganti menu makanan dalam sehari sebanyak 4 orang saja atau 4%, responden
yang kadang-kadang mampu mengganti menu makanan dalam sehari sebanyak 26 oranga tau
26%, dan sebanyak 70 orang atau 70% yang tidak mampu mengganti menu makanan dalam
sehari.

44
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.11
Jawaban Responden TentangKemampuan Biaya Pendidikan
Sebelum menerima KPS Sesudah meneima KPS
No

Jawaban

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

1

Biaya Sendiri

67

67

72

72

2

Beasiswa

8

8

14

14

3

Biaya Orang lain

25

25

14

14

100

100

100

100

Total
Sumber: Data Diolah

Dari tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS) responden yang mampu membiayai sendiri pendidikan sebanyak 67 orang atau
67%, responden yang dapat beasiswa untuk biaya pendidikan sebanyak 8 orang saja atau 8%,
dan ada 25 orang atau 25% responden yang di biayai orang lain untuk pendidikannya. Setelah
menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) responden yang mampu biayai sendiri
pendidikan sebanyak 72 orang atau 72%, responden yang dapat beasiswa untuk biaya
pendidikan sebanyak 14 orang atau 14%, dan responden yang di biayai orang lain untuk
pendidikannya sebanyak 14 orang atau 14%.

Tabel 4.12
Jawaban Responden Tentang Kemampuan Membeli Pakaian Baru
Sebelum menerima KPS Sesudah meneima KPS
No

Jawaban

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

1 3 stel

12

12

37

37

2 2 stel

36

36

56

56

3 1 stel

52

52

7

7

Total

100

100

100

100

Sumber: Data Diolah

45
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS) responden yang mampu membeli pakaian baru 3 stel sebanyak 12 orang atau
12%, responden yang mampu membeli pakaian baru 2 stel sebanyak 36 orang atau 36%, dan
responden yang mampu membeli hanya 1 stel sebanyak 52 orang atau 52%. Setelah
menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) responden yang mampu membeli pakaian baru 3
stel sebanyak 37 orang atau 37%, responden yang mampu membeli pakaian baru 2 stel
sebanyak 56 orang atau 56&, dan responden yang mampu membeli pakaian baru 1 stel
sebanyak 7 oranga tau 7%.

Tabel 4.13
Jawaban Responden Tentang Status Tempat Tinggal
Jawaban
Sebelum Menerima KPS Sesudah Menerima KPS

No

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

1

Milik Sendiri

42

42

62

62

2

Numpang

26

26

19

19

3

Sewa

32

32

19

19

100

100

100

100

Total
Sumber: Data Diolah

Dari table 4.12 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS) jumlah responden yang status rumahnya milik sendiri sebanyak 42 orang atau
42%, jumlah responden yang status rumahnya numpang sebanyak 26 orang atau 26%, dan
jumlah responden yang status rumahnya sewa sebanyak 32 oranga tau 32%. Setelah
menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) jumlah responden yang status rumahnya milik
sendiri 62 oranga atau 62%, jumlah responden yang status rumahnya numpang sebanyak 19

46
Universitas Sumatera Utara

oranga tau 19%, dan jumlah responden yang status rumanya sewa sebanyak 19 orang atau
19%.

No Jawaban

1

Tabel 4.14
Jawaban Responden Tentang Sumber Penerangan Rumah
Sebelum Menerima KPS
Setelah Menerima KPS

Listrik dengan

Jumlah

Persentase

Jumlah

Persentase

100

100

100

100

0

0

0

0

0

0

0

0

100

100

100

100

Meteran
2

Listrik tanpa
Meterean

3

Obor

Total
Sumber: Data Diolah

Dari table 4.13 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS) responden yang menggunakan listrik dengan meteran sebanyak 100 orang atau
100%, responden yang menggunakan listrik tanpa meteran sebanyak 0 orang atau 0% atau
belum ada , begitu juga dengan obor yang menjadi sumber penerangan rumah sebanyak 0
orang atau 0%. Setelah menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) responden yang
menggunakan listrik dengan meteran sebanyak 100 orang atau 100%, responden yang
menggunakan listrik tanpa meteran sebanyak 0 oranga atau 0% atau belum ada, begitu juga
denga obor yang menjadi sumber penerangan rumah sebanyak 0 orang atau 0%. Pada
karakteristik ini 100% responden sebelum menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS)
menggunakan listrik dengan meteran begitu juga ketiak responden setelah menerima Kartu
Perlindungan Sosial (KPS), di karenakan di lokasi penelitian tepatnya di Kelurahan Sambas
47
Universitas Sumatera Utara

Kota Sibolga masih menggunakan listrik dengan meteran, listrik tanpa meteran baru-baru saja
ada di Sibolga dan hanya sebagian masyarakat saja yang menggunakannya. Selain itu, semua
rumah respoden masih menggunakan listrik dengan meteran dan belum mengganti ke listrik
tanpa meteran.
Tabel 4.15
Jawaban Responden Tentang Bahan Bakar Untuk Memasak Di Rumah
No

Jawaban

Sebelum Menerima KPS

Setelah Menerima KPS

Jawaban

Persentase

Jumlah

Persentase

1

Gas

25

25

78

78

2

Minyak Tanah

58

58

22

22

3

Kayu Bakar

17

17

0

0

100

100

100

100

Total
Sumber: Data Diolah

Dari table 4.13 diatas menunjukkan bahwa sebelum menerima Kartu Perlindungan
Sosial (KPS) yang sumber utama bahan bakar untuk memasak dirumanya dari gas sebanyak
25 orang atau 25%, yang sumber utama bahan bakar memasak dirumahnya dari minyak tanah
sebanyak 58 oranga tau 58%, da nada 17 orang atau 17% responden yang menggunakan kayu
bakar di rumah untuk memasak. Setelah menerima Kartu Perlindungan Sosial responden
yang menggunakan gas untuk memasak dirumah naik menjadi 78 orang atau 78%, responden
yang menggunakan minyak tanah untuk memasak di rumah menurun menjadi 22 orang atau
22%, dan responden yang menggunakan kayu bakar untuk memasak dirumah menurun total
menjadi 0 orang atau 0%.
Setelah itu, untuk dapat melihat apakah ada peningkatan kesejahteraan masyarakat
penerima Kartu Perlindungan Sosial yang diterima setiap responden, penulis menggunakan
48
Universitas Sumatera Utara

indicator-indikator yang dapat mengukur perubahan tingakt kesejahteraan masyarakat di
lapangan ke dalam sebuah tabulasi data. Dimana dalam tabulasi tersebut untuk dapat melihat
secara khsusus perubahan peningkatan kesejahteraan

masyarakat

penerima

Kartu

Perlindungan Sosial (KPS) melalui indikator badan pusat statistik, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.16
Hasil Skor Jawaban Dari Uji One-Sample Test
Sumber:

One-Sample Test
Test Value = 0
t

Umur

29,428

99

,000

95% Confidence Interval of
the Difference
Lower
Upper
3,25000
3,0309
3,4691

pendidikan akhir

35,141

99

,000

2,47000

2,3305

2,6095

anggotakeluarga

19,176

99

,000

2,60000

2,3310

2,8690

Pekerjaan

22,365

99

,000

2,40000

2,1871

2,6129

Pendapatan

30,283

99

,000

1,79000

1,6727

1,9073

kesehatan(sebelum)

42,840

99

,000

2,47000

2,3556

2,5844

pendidikan(sebelum
)

18,211

99

,000

1,63000

1,4524

1,8076

38,113

99

,000

1,99000

1,8864

2,0936

kesehatan(sesudah)

49,391

99

,000

1,86000

1,7853

1,9347

pendidikan(sesudah
)

47,936

99

,000

1,05000

1,0065

1,0935

28,155

99

,000

1,32000

1,2270

1,4130

sosial(sebelum)

sosial(sesudah)

df

Sig. (2tailed)

lampiran 2

Mean
Difference

Da
ri

tabel

4.16 diatas
terlihat
bahwa
adapun
masingmasing

dari kesembilan indikator yang di gunakan dalam kuesioner penelitian dari dampak sebelum
dan sesudah adanya program Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang diterima oleh responden
, ada tiga indokator yang belum mengalami peningkatan dalam pelaksaan porgoram Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) diantaranya kesehatan, pendidikan, dan sosial. Dari ketiga
indikator tersebut merupakan indikator untuk mengukur ada atau tidaknya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Dapat dikatakan program Kartu Perlindungan Sosial (KPS) belum
sepenuhnya berhasil dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Sibolga
Sambas Kota sibolga.

49
Universitas Sumatera Utara

4.3 Hasil Pengolahan Data
4.3.1 Uji Validitas
Nilai r tabel dengan ketentuan N = 100 dan tingkat signifikansi sebesar 5% , maka
angka yang diperoleh = 0,195. Tabel 4.18 merupakan hasil pengolahan dari survei yang telah
dilakukan kepada 100 responden.
Tabel 4.17
Uji Validitas
N0.

Pertanyaan

r hitung

r tabel

keterangan

1

P1

0.199

0.195

valid

2

P2

0.197

0.195

valid

3

P3

0.298

0.195

valid

4

P4

0.238

0.195

valid

5

P5

0.316

0.195

Valid

6

P6

0.199

0.195

valid

7

P7

0.120

0.195

valid

8

P8

0.385

0.195

Valid

9

P9

0.198

0.195

valid

10

P10

0.235

0.195

Valid

11

P11

0.494

0.195

valid

Berdasarkan pada tabel 4.18 dapat dilihat bahwa nilai r-hitung > r-tabel (0,195), maka
dapat dikatakan bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan valid. Hasil
tersebut berdasarkan Kriteria pengambilan keputusan adalah :
50
Universitas Sumatera Utara

1.

Jika r hitung > r tabel , maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid

2.

Jika r hitung < r tabel,maka pertanyaan tersebut tidak dinyatakan valid

4.3.2 Uji Reabilitas
Tabel 4.18
Uji Reabilitas

Cronbach's
Alpha
.003

Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Itemsa
N of Items
.084

Berdasarkan

11
tabel 4.18 pada 11

pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa koefisien alpha (Cronbach's
Alpha) adalah sebesar 0.84, ini berarti 0,84> 0,60 dan 0,84> 0,80 sehingga dapat dinyatakan
bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk
dijadikan sebagai instrumen penelitian. Hasil tersebut berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Menurut Ghozali jika nilai Cronbach's Alpha> 0.60 maka pertanyaanreliabel.
2. Menurut Kuncoro jika nilai Cronbach's Alpha> 0.80 makapertanyaan reliabel.
4.4 Uji T-Statistik
Untuk menjawab permasalahan kedua peneliti/penulis menggunakan analisis compare
means uji t-statistik (paired sample t-test) yang digunakan untuk membandingkan rata-rata
dua variabel dalam satu group (Tunggun Naipopos, 2012:48). Artinya, analisis ini berguna
untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel yang
berpasangan dengan mentotalkan seluruh jumlah ataupun point dari kesembilan variabel
kesejahteraan setiap responden sehingga dapat mengetahui bagaimana keberhasilan program
KPS serta bagaimana peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima di Kecamatan Sibolga
Sambas Kota Sibolga. Adapun pengujian hipotesis yang dapat digunakan:

51
Universitas Sumatera Utara

Ho = Ho diterima jika t-hitung < t-tabel maka tidak ada terdapat kesejahteraan pada
masyarakat sebelum dan sesudah menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS).
Ha = Ha diterima jika t-hitung > t-tabel maka terdapat perbedaan kesejahteraan pada
masyarakat sebelum dan sesudah menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS).
Tabel 4.19
Hasil Uji T-Statistik
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1

N

Std. Deviation

Std. Error Mean

sebelum kps

31.11

9

33.751

11.250

seusudah kps

54.00

9

34.136

11.379

Paired Samples Correlations
N
Pair 1

sebelum kps & seusudah kps

Correlation
9

.792

Sig.
.011

Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Mean Deviation
Pair sebelum kps 1

seusudah kps

-

21.889

Std. Error
Mean
7.296

Sig. (2Lower
-39.714

Upper

t

-6.064 -3.137

df

tailed)
8

.014

22.88
9

Nilai t-hitung adalah sebesar -3.137 (dalam t-hitung tanda minus tidak dianggap) dan
t-tabel yaitu sebesar 1.83. Maka t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan
signifikan 0.000 < 0.5 Ho juga ditolak, artinya terdapat perbedaan nyata dalam pengentasan
kemiskinan sebelumd dan sesudah menerima program KPS. Dengan demikiam dapat

52
Universitas Sumatera Utara

dinyatakan bahwa program KPS mempengaruhi ataupun membawa dampak positif bagi
responden penerima program KPS. Dengan kata lain, program KPS terdapat perbedaan yang
nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah menerima program
KPS.

53
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Pada uraian diatas data yang telah diteliti oleh penulis terhadap objek penelitian ini
maka dapat ditarik beberap kesimpulan, yaitu antara lain:
1. Dari analisis diatas data yang ada di Bab IV dan juga untuk dapat menjawab perumusan
masalah yang pertama, maka diambil kesimpulan bahwa dari beberapa indikator dari BPS
terdapat delapan indikator yang mengalami peningkatan angka dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat penerima program KPS. Setiap indikator yang digunakan untuk
mengukur peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima program KPS, menunjukkan
hasil yang positif ataupun menujukkan peningkatan angka dalam setaip indikator yang
digunakan untuk mengukur peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima KPS.Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.6 – 4.13 yang dapat disimpulkan bahwa program KPS
memberikan dampak positif berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ada
beberapa variabel yang menunjukkan pengaruh yang cukup besar yaitu penggunaan gas
untuk kebutuhan memasak dan kemampuan untuk makan dalam sehari. Sementara
indikator lainnya juga memberikan dampak positif yang sedikit lebih rendah dibanding
kedua indikator yang penulis sebutkan sebelumnya.
2. Dari hasil compare means uji t-statistik (paired sample t-test) pada total keseluruhan dari
jumlah ataupun skor sembilan variabel indikator peningkatan kesejahteraan masyarkat
penerima program KPS yang akan menjawab rumusan masalah yang kedua sesuai dengan
hipotesa yang ada, penulis menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
kesejahteraan masyarakat sebelum dan setelah responden menerima program KPS. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa program KPS tersebut mempengaruhi

ataupun

54
Universitas Sumatera Utara

berdampak positif terhadap responden yang menerima program KPS dalam hal peningkatan
kesejahteraan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, saran yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah terutama untuk Pemerintah Kota Sibolga baik pusat maupun daerah
selaku pembuat program Kartu Perlindungan Sosial (KPS) aga tetap dipertahankan ataupun
lebih ditingkatkan lagi kedepannya untuk lebih meningkatkan lagi kesejahteraan
masrayakat. Dalam upayanya dapat diperluas lagi sasaran penerima program dan
operasional pelaksaan program dalam menentukan priorita-prioritas indkator yang dapat
lebih meningkatkan kesejahteraan seperti misalnya pada bidang kesehatan, pembangunan,
pendidikan atau indikator lainnya yang mampu memacu angka tingakt kesejahteraan.
2. Kepada pelaksana program Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dan kepada pihak yang
menyalurkan bantuan tersebut agar lebih meningkatkan koordinasi pada pemerintah pusat
ataupun pemerintah daerah agar lebih akurat mendata lapangan dengan benar dan pasti
mengenai sasaran penerima program KPS ini sendiri, agar tidak timbul kesenjangan
diantara masyarakat penerima dan bukan penerima program KPS.
3. Saran dari penulis kepada masyarakat Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga yaitu
walaupun program KPS ini tetap berjalan dan mudah-mudahan program ini dapat
diperbaharui lagi dan lagi agar lebih dicapai target yang maksimal, bantuan dari pemerintah
ini hanyalah sekedar bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk saat ini saja, namun
pada saat yang akan datang tidak ada yang bisa menjamin program KPS ini dapat
membantu masyarakat. Diharapakan setiap masyrakat tidak terkecuali siapapun itu, lebih
giatlah untuk mencari nafkah untuk dapat memnuhi kebutuhan hidup keluarga masingmasing terutama untuk anak-anak. Sekiranya masyarakat tidak boleh hanya mengaharapkan

55
Universitas Sumatera Utara

bantuan porgam KPS ini, masyarakat harus mampu mencari solusi dan selalu inovatif untuk
memperbaiki kondisi kebutuhan keluarga masing-masing untuk kedepannya.

56
Universitas Sumatera Utara