Analisis Evaluasi Peningkatan Kesejahteraan Mansyarakat Penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) DI Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009,
namun rakyat Indonesia masih mempercayakan kepemimpinan negeri ini lima tahun kedepan
kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari Kemenangan yang diraih Susilo
Bambang Yudhoyono bersama pasangannya Boediono dalam Pemilu 2009. Selama
kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono kebijakan yang paling kontroversial dan menuai
banyak protes dari banyak kalangan terutama mahasiswa sampai melakukan demonstrasi
pada saat itu adalah kebijakannya menaikkan BBM sampai 100%.
Krisis multi dimensional yang berawal pada tahun 1997, disusul dengan carut
marutnya perekonomian Indonesia pasca runtuhnya rezim orde baru telah menyebabkan
sebagian besar masyarakat Indonesia jatuh dalam lingkaran kemiskinan. Kelompokkelompok masyarakat ekonomi lemah bahkan terpuruk di bawah garis kemiskinan yang
kronis. Penduduk miskin yang semula berjumlah 34,91 juta (BPS, 1999) meningkat pada
bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen), Ditambah lagi melambungnya
harga BBM membuat semakin banyak orang terjerat dalam lingkaran kemiskinan.
Kebijakan menaikkan harga BBM dikeluarkan karena kenaikan harga minyak di pasar
dunia yang telah menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian pada banyak negara
termasuk Indonesia. Sekalipun Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber
minyak bumi yang cukup berlimpah namun sebagai anggota OPEC menimbulkan

konsekuensi terhadap Pemerintah untuk menaikkan harga jual minyak ke luar negeri maupun
dalam negeri.
Keputusan menaikkan harga BBM dalam negeri diambil karena biaya subsidi BBM
dalam negeri meningkat sangat pesat dengan naiknya harga minyak mentah dunia yang akhir1
Universitas Sumatera Utara

akhir ini mencapai di atas US$ 120 per barel. Jika tidak dilakukannya penyesuaian harga
BBM dalam negeri, APBN yang merupakan salah satu pilar perekonomian menjadi tidak
berkelanjutan. Hal ini menyebabkan runtuhnya kepercayaan pasar yang pada gilirannya
berakibat pada merosotnya perekonomian nasional.
Subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh kelompok berpendapatan menengah dan
atas. 20% masyarakat kelompok terkaya menikmati hampir 50% subsidi BBM. Sementara
20% masyarakat termiskin hanya menikmati 5,15% subsidi BBM, selain itu dengan semakin
besarnya subsidi BBM mengakibatkan berbagai program untuk masyarakat miskin menjadi
tidak mungkin dilaksanakan (Prasetyo, 2005 :39).
Masyarakat miskin (rumah tangga) tentu saja adalah kelompok yang paling
merasakan beban berat akibat kenaikan bahan bakar minyak. Meningkatnya biaya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan atau
kemampuan daya beli menyebabkan masyarakat semakin terpuruk dalam kondisi yang
miskin dan menjerat.

Kerentanan terhadap gejolak ekonomi dan rendahnya kemampuan daya beli
masyarakat merupakan permasalahan yang sudah terjadi sejak lama di Indonesia dan semakin
berlarut-larut dengan adanya kenaikan harga BBM. Dan kenyataan ini membuat semakin
tingginya tingkat kemiskinan di negeri ini banyak rakyat semakin kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, karena kenaikan BBM tidak hanya terkait dengan kenaikan BBM itu
sendiri tetapi juga terkait dengan penggunaan BBM dan transportasi.
Pemerintah Indonesia mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dengan
jalanmenaikkan harga premium dan solar dari Rp4.500 per liter masing-masing menjadi
Rp6.500dan Rp5.500 per liter pada 22 Juni 2013. Di satu sisi kebijakan ini bertujuan
menyehatkankondisi perekonomian, di sisi lain dapat memicu inflasi yang menurunkan
tingkatkesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok miskin dan rentan. Untuk mengurangi

2
Universitas Sumatera Utara

dampaknegatif tersebut, Pemerintah meluncurkan Program Percepatan dan Perluasan
PerlindunganSosial (P4S) dan Program Kompensasi Khusus.
P4S meliputi Bantuan Siswa Miskin (BSM), Subsidi Beras bagi Masyarakat
BerpendapatanRendah (Raskin), dan Program Keluarga Harapan (PKH). Program
Kompensasi Khususmeliputi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dan

Program Percepatan danPerluasan Pembangunan Infrastruktur yang terdiri atas pembangunan
infrastrukturpermukiman, air bersih, dan sumber daya air (Tim Sosialisasi Penyesuaian
Subsidi BBM, 2013).Dari semua program tersebut, BLSM, BSM, dan Raskin menyasar
rumah tangga (ruta) miskindan rentan miskin, sedangkan PKH menyasar keluarga sangat
miskin yang memenuhipersyaratan tertentu.
BLSM menyasar 15,5 juta ruta yang terdapat pada Basis Data Terpadu (BDT). Jumlah
rutatersebut merupakan 25% ruta Indonesia dengan tingkat kesejahteraan terendah
hasilpendataan BPS melalui Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011.
Untukmengakses BLSM, ruta sasaran mendapatkan Kartu Perlindungan Sosial (KPS)
yangmerupakan penanda ruta miskin dan rentan miskin yang berhak mendapatkan BLSM.
Selainuntuk BLSM, KPS juga digunakan untuk mengakses dua Program P4S, yaitu BSM dan
Raskin.
BLSM merupakan program bantuan tunai tanpa syarat yang waktu pelaksanaannya
terbatas.Program dengan anggaran Rp9,32 triliun ini serupa dengan program Bantuan
Langsung Tunai(BLT) 2005 dan BLT 2008 yang juga diluncurkan pemerintah dalam rangka
kompensasikenaikan harga BBM. BLSM bertujuan membantu mempertahankan daya beli
ruta miskin danrentan ketika terjadi kenaikan harga berbagai komoditas akibat penyesuaian
harga BBM. Rutasasaran BLSM menerima bantuan tunai Rp150.000 per bulan selama empat
bulan. Penyaluranbantuan berlangsung dalam dua tahap, yaitu Juni/Juli 2013 untuk
pembayaran dua bulanpertama dan September/Oktober 2013 untuk pembayaran dua bulan


3
Universitas Sumatera Utara

berikutnya. Penyalurandana BLSM menjadi tanggung jawab PT Pos Indonesia yang juga
bertanggungjawab dalammendistribusikan KPS (Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi BBM,
2013).
BSM dan Raskin merupakan program perlindungan sosial yang sudah berlangsung
sejakbeberapa

tahun

lalu

dan

termasuk

dalam


klaster

pertama

program

penanggulangankemiskinan. BSM merupakan bantuan tunai untuk siswa miskin tingkat
SD/MI hinggaSMA/SMK/MA yang disalurkan setiap semester dengan besar bantuan
bervariasi menurutjenjang pendidikan. Sementara itu, Raskin merupakan bantuan beras
bersubsidi sebanyak 15kg per ruta per bulan dengan harga tebus di titik distribusi Rp1.600
per kg. Pada 2013, denganadanya program kompensasi subsidi BBM, setiap siswa penerima
BSM mendapat tambahanmanfaat Rp200.000, sedangkan ruta penerima Raskin mendapat
tambahan distribusi selamatiga bulan yang disalurkan pada Juni, Juli, dan September 2013.
Pada ketiga bulan tersebut rutapenerima Raskin mendapatkan dua kali distribusi per bulan,
yakni Raskin reguler dan Raskintambahan, sehingga ruta mendapatkan jatah beras sebanyak
30 kg per bulan.
1.2 Rumusan Masalah
Menurut M. Nazir ( 2003 : 111) perumusan masalah merupakan langkah yang penting
karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah
harus jelas dan tegas sehingga proses penelitian benar-benar terarah dan terfokus ke

permasalahan yang jelas. Adapun perumusan masalah yang menjadi pokok penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana evaluasi peningkatan kesejahteraan penerima KPS di Kecamatan Sibolga
Sambas Kota Sibolga?
2. Bagaimana manfaat dan dampak KPS terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat?

4
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi peningkatan kesejahteraan
penerima KPS di Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga.
2. Untuk mengetahui manfaat dan dampak peningkatan kesejahteraan penerima setelah
mendapatkan KPS.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Dapat digunakan jadi perkambangan Ilmu Pengetahuan yang berhubungan dengan
segala sesuatu yang berkaitan dengan program bantuan.

2. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengembangkan
kemampuan berpikir melalui skipsi.
3. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah
dalam peningkatan kesejahteraan keluarga miskin.

5
Universitas Sumatera Utara