Tongging Lakeside Leisure Resort

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan
daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Dalam
pengembangan daerah sudah pasti dibutuhkan peningkatan pendayagunaan
potensi daerah secara optimal.
Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, disebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945,
Pemerintahan Daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan
daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam mengurus dan mengatur wilayah sendiri, sudah tentu daerah
memerlukan biaya yang cukup besar untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan di daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak
dan wewenang untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerahnya
sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004
yang mengatur sumber-sumber pendapatan daerah, yang terdiri atas :
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu terdiri dari
a. Hasil pajak daerah,
b. Hasil retribusi daerah,
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

1
Universitas Sumatera Utara

2) Dana Perimbangan; dan
3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah ( Pasal 157 UU No. 32 Tahun
2004).
PAD yang merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada
umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan
dengan Pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat
menggali potensi sumber daya alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah

menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang
terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan
PAD. Untungnya Indonesia mempunyai potensi alam dan seni budaya yang
cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah. Dengan kata lain, menurut Desmon dalam Marpaung
(2002), sektor pariwisata memberikan peranan yang sangat besar dan
membantu dalam percepatan pembangunan di daerah.
Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional,
yaitu sebagai penghasil devisa, meratakan dan meningkatkan kesempatan
kerja dan pendapatan, memperkokoh persatuan, dan kesatuan, serta mengenal
budaya

bangsa.

Dalam

pembangunan

kepariwisataan


tetap

dijaga

terpeliharanya kepribadian bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan
hidup. Pembangunan kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan
terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya serta antara berbagai
usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar agar saling menunjang.
Pembangunan kepariwisataan yang sedang gencar dilakukan oleh
pemerintah salah satunya yaitu geopark. Geopark adalah kawasan lindung
nasional yang berisi sejumlah situs warisan geologi yang penting, jarang, dan
mempunyai estetika tinggi. Situs warisan bumi ini merupakan bagian dari
konsep terpadu yaitu perlindungan, pendidikan dan pembangunan lanjut
(UNESCO, 2006). Sedangkan menurut Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera
Utara, Hasban Ritonga, geopark adalah taman bumi yang menggunakan
konsep pengembangan kawasan secara berkelanjutan. Konsep geopark
tersebut memadukan keragaman geologi, keragaman hayati (biodiversity),

2
Universitas Sumatera Utara


budaya (culture diversity) yang dimanfaatkan untuk pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat.
Kawasan yang berpotensi sangat besar menjadi geopark adalah Danau
Toba (Gambar 1.1). Danau Toba terletak di Desa Tongging, Kecamatan
Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Menurut Pakar Geologi
Malaysia, Prof. Ibrahim Komoo, Danau Toba merupakan sebuah keajaiban
geologi dunia dan dapat menjadi salah satu ikon pariwisata Global Geopark
Network (GGN). Keberadaan geopark didukung keunggulan kawasan Danau
Toba yang merupakan warisan geologi dan keunggulan tujuan wisata yang
juga memadukan potensi alam dengan kekayaan budaya.

Gambar 1.1 Danau Toba
Sumber : http://maritim.go.id/

Sejalan dengan ungkapan diatas, kawasan Danau Toba yaitu Desa
Tongging juga memiliki potensi lainnya yaitu Air Terjun Sipiso-piso dengan
ketinggian 120 meter, merupakan salah satu air terjun tertinggi di Indonesia
setelah Sigura-gura dan dua air terjun lainnya (Harian Jambi, 2016). Karena
Danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia dan Air Terjun Sipiso-piso

merupakan air terjun tertinggi di Indonesia maka dibutuhkan Pengembangan
Pariwisata Baru yang disebut dengan “New Tourism Development” untuk
mengembangkan fasilitas yang ada di kawasan tersebut. Pencapaian
Pembangunan berkelanjutan sangat diharapkan dengan adanya perencanaan
kota yang sesuai dengan karakteristik kota tersebut (Ginting dan Wahid,
2015). Menurut Swarbrooke (1996) pengembangan pariwisata adalah suatu

3
Universitas Sumatera Utara

rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai
sumber daya pariwisata, mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar
pariwisata

yang

berkaitan

langsung


maupun

tidak

langsung

akan

kelangsungan pengembangan pariwisata.
Dalam

pengembangan

pariwisata,

terdapat

faktor

yang


dapat

menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu :
1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.
2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga
memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan
wisata.
3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pariwisata dapat berkembang di suatu tempat pada dasarnya karena
tempat tersebut memiliki daya tarik, yang mampu mendorong wisatawan
untuk datang mengunjunginya. Murray (1993) di dalam Gun (1979;50)
menyebutkan bahwa suatu hal atau keistimewaan yang dapat menarik orangorang dengan memunculkan hasrat atau keinginan, rasa, dan lain-lain.
Dalam pengembangan sebuah objek wisata dibutuhkan adanya fasilitas
yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
wisatawan yang bermacam-macam. Menurut Bukart dan Medlik (1974;133),
fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat menstimulasi
kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi ketiadaan fasilitas
dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata. Pada intinya,

fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau
aktivitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat
pengalaman rekreasi.
Di kawasan Desa Tongging khususnya Danau Toba, belum tersedia
area wisata yang bukan hanya menyediakan akomodasi tetapi juga
menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat memuaskan wisatawan sehingga
mereka tidak perlu menempuh jarak yang jauh. Oleh sebab itu, perancang
memilih hotel resort sebagai kasus proyek, yaitu “Tongging Lakeside Leisure

4
Universitas Sumatera Utara

Resort”. Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata, Akademi Pariwisata Trisakti
(1999) mengatakan bahwa Hotel Resort sebaiknya mempunyai lahan yang
ada kaitannya dengan obyek wisata, yaitu sebuah hotel resort yang berada
pada perbukitan, pegunungan, lembah, pulau kecil dan juga pinggiran pantai.
Hotel resort ini diharapkan dapat memfasilitasi wisatawan dalam hal
akomodasi dan juga rekreasi. Bukan hanya itu, hotel resort ini juga
menonjolkan budaya yang ada tetapi dipadukan dengan aspek-aspek baru
agar memiliki nilai jual tersendiri. Menurut Dinas Pariwisata Seni Dan

Budaya Kabupaten Karo, budaya-budaya yang ada di sekitar Desa Tongging
mayoritas dihuni empat suku Batak yakni Karo, Toba, Simalungun dan Pakpak.
Untuk memenuhi kriteria diatas, tema “Arsitektur Eklektik” sangat
cocok untuk diterapkan. Arsitektur Eklektik diartikan sebagai pemilihan,
perpaduan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri. Arsitek, pemilik
bangunan atau keduanya bersama memilih secara bebas, gaya-gaya atau
bentuk-bentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosioekonomi mereka. Eklektik sendiri berarti memilih yang terbaik dari yang ada
sebelumnya kemudian digabung atau ditambah dengan unsur, kaidah dan
bentuk-bentuk baru.
Melihat bagaimana melekatnya kebudayaan yang ada di Desa
Tongging, tema Arsitektur Eklektik nantinya akan memadukan aspek
tradisional dan gaya arsitektur baru yaitu klasik. Melalui tema ini, diharapkan
dapat memberikan kawasan wisata bukan hanya budaya, tetapi juga rekreatif
dan edukatif namun tetap memberikan respon terhadap lingkungan dan iklim
Desa Tongging.

1.2 Maksud dan Tujuan
Perencanaan dan perancangan wisata “Tongging Lakeside Leisure
Resort” ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah yaitu
Pengembangan Pariwisata Baru atau “New Tourism Development” yang

nantinya

dapat

menghasilkan

pertumbuhan

ekonomi,

karena

dapat

5
Universitas Sumatera Utara

menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta
memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam
usaha-usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan,

serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek
sasana budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat
memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat
maupun wisatawan dari luar.
Tongging Lakeside Leisure Resort ini juga dapat menjadi pusat hiburan
dan edukasi yang dapat menarik para wisatawan mancanegara maupun lokal,
yaitu dengan menyediakan suatu tempat yang bersifat cultural-rekreasiedukatif yang nantinya para wisatawan bukan hanya dapat menikmati
keindahan alam Desa Tongging tetapi juga dapat mengenal kekayaan
Kabupaten Karo khususnya Desa Tongging. Selain itu juga dapat
menciptakan suatu lingkungan dan bangunan dengan fasilitas yang dapat
mendukung aktifitas wisata budaya pada kawasan tersebut. Serta dapat
dijadikan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karo.

1.3 Masalah Perancangan
Desa Tongging kaya akan potensi alamnya. Namun belum ada fasilitas
pariwisata terpadu serta akomodasi yang memadai dalam satu wilayah,
sehingga tidak ada faktor yang dapat menarik wisatawan lokal maupun
mancanegara untuk berkunjung maupun berekreasi di kawasan tersebut.
Untuk mengembangkan kawasan Desa Tongging dibutuhkan fasilitas
pariwisata yang dapat menjadi magnet penarik para wisatawan. Bukan hanya
dapat “memunculkan” Desa Tongging ke mancanegara tetapi juga dapat
berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi wilayah setempat.
Serta menonjolkan nilai budaya penduduk Desa Tongging yang
sebagian besar dihuni oleh Suku Batak yakni Karo ke dalam rancangan dan
dipadukan dengan gaya klasik yang dapat menjadi nilai jual tersendiri dan
mendukung pengembangan pariwisata pada kawasan tersebut.

6
Universitas Sumatera Utara

1.4 Pendekatan
Beberapa pendekatan masalah yang dapat dilakukan untuk pemecahan
masalah dalam proses perancangan “Tongging Lakeside Leisure Resort” ini
adalah :
a) Pengumpulan Data
Berupa data sekunder (data penduduk, studi banding dan studi literatur)
dan primer (peta lokasi, kondisi tapak, kumpulan gambar survey).
b) Analisa
Menganalisa beberapa aspek seperti tapak lokasi (fisik), fungsional (non
fisik), teknologi yang akan dipakai dan tema yang akan diterapkan pada
bangunan.
c) Pra Perancangan
Pendekaran melalui teori arsitektur dan tema yang akan digunakan pada
bangunan.
d) Konsep
Menentukan konsep ruang luar, ruang dalam, massa bangunan, tema,
struktur dan utilitas yang akan digunakan.
1.5 Lingkup/Batasan
Ruang lingkup yang menjadi batasan dalam kasus proyek ini adalah
seluruh aspek fisik yang berhubungan dengan pembahasan dan perancangan
mengenai bangunan sarana wisata budaya dan edukasi yang menyangkut
lingkungan tapak, massa bangunan, dan pembentukan ruang, dan juga
perencanaan fasilitas wisata budaya dan edukasi yang disertai fasilitas
pendukung yang akan menawarkan perpaduan kebudayaan dalam bentuk
edukasi dan hiburan, serta teknologi yang diterapkan.

7
Universitas Sumatera Utara

1.6 Kerangka Berfikir
Latar Belakang
1.

Kegiatan pariwisata sangat berperan dalam pembangunan dan pengembangan wilayah yang memiliki
potensi wisata.

2.

Danau Toba sebagai geopark yang dapat mendukung program Pengembangan Pariwisata Baru atau “New
Tourism Development” pada kawasan Desa Tongging.

3.

Memfasilitasi area wisata pada kawasan Danau Toba untuk meningkatkan kunjungan para wisatawan.

Maksud dan Tujuan
1.

Mendukung program pemerintah yaitu Pengembangan Pariwisata Baru atau “New Tourism Development”.

2.

Menyediakan suatu tempat yang bersifat cultural-rekreatif-edukatif.

3.

Menciptakan suatu lingkungan dan bangunan dengan fasilitas yang dapat mendukung aktifitas wisata
budaya yang ada di dalamnya.

Masalah Perancangan
1.

Belum tersedianya fasilitas pariwisata terpadu serta akomodasi yang memadai dalam satu wilayah.

2.

Merancang lingkungan dan bangunan yang dapat mendukung pengembangan pariwisata dan juga
perekonomian wilayah setempat.

3.

Menerapkan tema yang dipilih serta mewujudkannya pada lingkungan dan bangunan melalui proses
perancangan.

Judul Kasus Proyek

Pengumpulan Data

-

Judul : Tongging Lakeside Leisure Resort

Studi Literatur/Data Sekunder

-

Tema : Arsitektur Eklektik

(Data penduduk, Studi banding, Studi literatur)
Survey/Data Primer

Final Design

(Peta lokasi, Kondisi tapak, Kumpulan gambar
survey)

Konsep
Konsep ruang luar, ruang dalam,
massa, tema, struktur, dan utilitas.

Pra Perancangan

Feed Back

-

Pendekatan teori arsitektur

-

Pendekatan teori tema yang digunakan

Analisa
-

Analisa Tapak (Fisik)

-

Analisa Fungsional (Non Fisik)

-

Analisa Teknologi

-

Analisa dan Penerapan Tema

8
Universitas Sumatera Utara

1.7 Sistematika Penulisan Laporan
Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah :
BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pemilihan
kasus proyek, maksud dan tujuan kasus serta permasalahan yang
dihadapi dalam perancangan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dititikberatkan pada pengenalan dan pendalaman
tentang kasus proyek yang mengacu pada kebutuhan ruang
berdasarkan studi kasus fungsi sejenis dan pengenalan lokasi
proyek yang direncanakan. Bab ini juga menjabarkan pengertian
tentang tema, beberapa tinjauan teoritis yang mendukung
penjabaran tema yang dipilih, dan interpretasi terhadap tema, serta
studi kasus dengan tema sejenis.

BAB III

METODOLOGI
Pada bab ini akan diuraikan langkah-langkah kegiatan penelitian
yang akan ditempuh. Berisikan mengenai penjelasan kerangka
pendekatan, metode, dan teknik analisis yang akan digunakan
untuk menghasilkan rancangan bangunan.

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN
Bab ini berisikan tentang analisa terhadap fungsi yang meliputi
organisasi ruang, kebutuhan ruang, program ruang dan persyaratan
teknis dari ruang yang direncanakan serta analisa dan penerapan
tema terhadap lingkungan pada site terpilih.

BAB V

KONSEP PERANCANGAN
Pada bab ini diuraikan mengenai hasil analisis komprehensif yang
digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah dan konsep dasar
perancangan tapak dan bangunan.

BAB VI

PERANCANGAN ARSITEKTUR
Pada bab ini akan dilampirkan peta situasi, gambar-gambar hasil
rancangan serta foto-foto gambar dan maket.

9
Universitas Sumatera Utara

Pada bab-bab selanjutnya akan dibahas tentang tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, analisa perancangan, konsep perancangan serta hasil
perancangan dari Tongging Lakeside Leisure Resort.

10
Universitas Sumatera Utara