Tongging Lakeside Leisure Resort
Lampiran 4.1
Persyaratan dan Kriteria Hotel Resort Bintang 4
Untuk membangun sebuah Hotel Resort khususnya Bintang 4 harus memperhatikan persyaratan dan kriteria bangunan sebagai berikut :
1. Lokasi dan Lingkungan
2. Lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum/pribadi roda empat langsung ke area hotel dan dekat dengan tempat wisata. Hotel harus menghindari pencemaran yang diakibatkan gangguan luar yang berasal dari suara bising, bau tidak enak, debu, asap, serangga dan binatang mengerat.
3. Hotel harus memiliki taman baik di dalam maupun di luar bangunan & memiliki tempat parkir kendaraan tamu hotel.
4. Tersedianya fasilitas Olah Raga dan Rekreasi.
5. Hotel harus mempunyai sarana kolam renang dewasa dan anak-anak. Tersedianya area permainan anak. Tersedianya Diskotik atau Night Club. Hotel pantai menyediakan fasilitas untuk olah raga air. Hotel gunung menyediakan fasilitas untuk olah raga gunung seperti mendaki gunung, menunggang kuda atau berburu. Hotel harus menyediakan satu jenis sarana olah raga dan rekreasi lainnya merupakan pilihan dari tennis, bowling, golf, fitness center, sauna, billiard, jogging.
6. Bangunan hotel memenuhi persyaratan perizinan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
7. Ruang hotel memperhatikan arus tamu, arus karyawan, arus barang/produksi hotel. Unsur dekorasi Indonesia harus tercermin dalam Ruang Lobby, Restoran, Kamar Tidur, Function Room.
8. Banyak kamar tidur standar berjumlah 100 buah termasuk 4 kamar suite. 9. Hotel harus menyediakan restoran minimal 3 buah yang berbeda jenisnya,
(2)
restoran dengan ketentuan 1,5 m2 per tempat duduk. Tinggi restoran tidak boleh rendah dari tinggi ruang tamu (2, 60 m).
10.Hotel harus menyediakan satu bar yang terpisah dari restoran. Jumlah tempat duduk sebanding dengan luas bar dengan ketentuan 1,1 m2 per tempat duduk. Lebar ruang kerja bar tender minimal 1 m. Bar dilengkapi dengan tempat untuk mencuci peralatan dan perlengkapan yang terdiri dari atas Wastafel dengan dua buah keran air panas dan air dingin. Mesin pencuci gelas. Saluran pembuangan air.
11.Tersedianya Function Room yaitu ruang untuk acara-acara tertentu (ruang serba guna).
12.Tersedianya Lobby dengan luas minimal 100 m2. 13.Hotel harus menyediakan Lounge.
14.Hotel menyediakan telepon umum di lobby. 15.Hotel menyediakan toilet umum di lobby
16.Hotel menyediakan ruangan yang disewakan untuk keperluan lain di luar kegiatan usaha hotel minimal 3 ruangan untuk kegiatan yang berbeda.
17.Hotel harus menyediakan ruangan poliklinik.
18.Tersedianya Dapur dengan luas sekurang-kurangnya 40 % dari luas restoran. 19.Tersedianya area Administrasi yang terdiri dari Kantor Depan (Front Office)
dan Kantor Pengelola Hotel
20.Tersedianya area Tata Graha. Yang terdiri dari: Ruang Seragam (Uniform Room), Ruang
21.Jahit Menjahit,Ruang Binatu dengan luas minimal 100 m2 22.Tersedianya area dan ruang Operator
23.Tersedianya Gudang yang terdiri dari :
Gudang bahan makanan dan minuman,
Gudang peralatan dan perlengkapan,
(3)
Gudang Botol Kosong
Gudang barang-barang bekas
Ruang penerimaan barang/bahan yang dapat menampung minimal 1 (satu) truk. Ruang Karyawan
Ruang Loker dan kamar mandi/WC yang terpisah untuk pria dan wanita, ruang Makan Karyawan, dapur Karyawan dan Ruang Ibadah Karyawan.
Berikut adalah tabel pembagian hotel menurut Keputusan Direktur Jendral Pariwisata (1988) berdasarkan fasilitas dan jumlah kamar hotel.
(4)
Hotel Bintang Empat (****)
Hotel bintang empat sudah termasuk hotel yang cukup berkelas dengan para karyawan dan staff yang lebih profesional dalam melayani tamu yang datang. Mereka juga dibekali informasi mengenai pariwisata di sekitar hotel. Hotel ini memiliki bangunan yang cukup besar dekat dengan pusat perbelanjaan, restoran dan hiburan. pelayannya pun diatas rata rata sehingga tamu akan puas bila menginap. Berikut kriterinya :
– Jumlah kamar standar, minimum 50 kamar
– Memiliki minimum 3 kamar suite
(5)
– Luas kamar standar, minimum 24 m2
– Luas kamar suite, minimum 48 m2
– Memiliki Lobby dengan luas minimum 100 m2
– Memiliki Bar
– Memiliki sarana rekereasi dan olah raga
– Kamar Mandi dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Neufert, Ernst., Data Arsitek Jilid 1 . terjemahan oleh Sjamsu Amril, Erlangga, Jakarta, 1990
Ginting, Nurlisa and Julaihi Wahid. 2015. Exploring Identity's Aspect of
Continuity of Urban Heritage Tourism, http://dx.doi.org/10.1016/
j.sbspro.2015.08.227. Diakses pada tanggal 23 Juli 2016.
Manihuruk, Rosenman, 2014. Menikmati Pesona Danau Toba di Desa Tongging Karo.
http://harianjambi.com/berita-menikmati-pesona-danau-toba-di-desa-tongging-karo.html. Diakses pada tanggal 9 Maret 2016.
Silalahi, Elly Maria, 2013. Tongging-Sumut, Desa Wisata Yang Terbengkalai. http://www.kompasiana.com/els766hi/tongging-sumut-desa-wisata-yang-terbengkalai-seri-ngebolang-1_55294beb6ea834453f8b45b0.
http://www.vilaombak.com/. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Eklektisisme. Arsitektur Eklektik. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016.
Prabo Hindarto. 2009. Arsitektur Eklektik. www.astudioarchitect.com. Diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
Sumalyo Yulianto. Arsitektur Modern, akhir abad XIX dan abad XX, Gadjah Mada University.
Cespratama, 2010. Konsep Pengembangan Pariwisata Pengembangan
Pariwisata. http://www.scribd.com/doc/27064086/A-Konsep-Pengembang
an-Pariwisata-Pengembangan-Pariwisata-Merupakan#scribd. Diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
Juwana, Jimmy S., Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta, 2005.
Bull, Chris. An Introduction To Leisure Studies, SAGE, United Kingdom, 2002. Gee, Chuck Y. Resort Development and Management, Watson-Guptil Publication,
New York, 1998.
Nyoman S. Pendit. Ilmu Pariwata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999. Vitruvius, De Architectura, 2006.
(7)
De Chiara, Joseph dan Lee E. Koppelman, Standar Perencanaan Tapak, Erlangga, Jakarta, 1997.
Lawson, Fred, Hotel and Resort Planning, Design, and Refurbishment, Architectural Press, Oxford. 2004.
Rutes, Penner, Hotel Design, Planning & Development, WW. Norton & Company, USA. 2001.
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Karo dalam Angka, 2015.
(8)
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini diuraikan langkah-langkah kegiatan penelitian yang berisi penjelasan mengenai metodologi dan pendekatan penelitian, teknik mengumpulkan data, menganalisa dan mengolah data, serta menguji keabsahan data yang akan digunakan untuk menghasilkan rancangan bangunan.
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian lapangan dengan mengumpulkan informasi atau data tentang keadaan-keadaan secara nyata dari orang-orang dan perilaku yang diamati kemudian dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dengan informan. Jadi dalam penelitian ini tidak dibenarkan mengisolasi (menyendirikan) individu atau kelompok kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Metode etnografi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada metode etnografi yang dikemukan oleh Spradley (2007) yang disebut analisis maju bertahap, di mana analisis data dilakukan sejak tahap pengumpulan data dan secara bertahap terus dilakukan hingga akhir peneltian. Akhir penelitian ditentukan sepenuhnya oleh peneliti, hal ini karena dalam penelitian etnografi tidak dapat diperoleh hasil penelitian yang sempurna yang dapat melaporkan kebudayaan di wilayah penelitiannya secara utuh dan menyeluruh.Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya pada detail-detail kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan proses-proses sosial yang lebih luas.
(9)
dengan persoalan kebudayaan, dunia kehidupan dan identitas. Dalam kajian budaya yang berorientasi media, etnografi menjadi kata yang mewakili beberapa metode kualitatif, termasuk pengamatan pelibatan, wawancara mendalam dan kelompok diskusi terarah.
Inti etnografi adalah upaya untuk memperlihatkan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan di antara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan perbuatan, sekalipun demikian, di dalam masyarakat, orang tetap menggunakan sistem makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup. Sistem makna ini merupakan kebudayaan mereka, dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan (Spradley, 2007).
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski, bahwa tujuan “etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat.
Hasil akhir penelitian komprehensif etnografi adalah suatu naratif deskriptif yang bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang menginterpretasikan seluruh aspek-aspek kehidupan dan mendeskripsikan kompleksitas kehidupan tersebut.
(10)
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan catatan seorang etnografi, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Sumber data dan jenis data yang terdiri atas kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, foto. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa cara pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan utama yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian. a) Observasi
Cartwright dan Cartwright mendefinisikan “observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku
secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu”. Observasi ialah suatu
kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Menurut Patton, tujuan “observasi adalah mendeskripsikan setting yang di pelajari, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dlam aktifitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak
terjadi”.
Teknik observasi yang digunakan adalah observasi aktif, dimana peneliti melibatkan diri secara penuh atau langsung terhadap kegiatan masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan mengamati kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat.
b) Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dalam penelitian ini di maksudkan untuk memahami dan lebih mendalami suatu kejadian atau subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara mendalam (in-depth interview), di lakukan dengan cara menemui informan-informan yang dapat memberikan keterangan, atau
(11)
sumber-sumber data yang akurat mengenai permasalahan yang di teliti. Wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para informan. Dengan jenis wawancara ini peneliti dapat menyatu dengan subjek maupun objek penelitian untuk memahami secara mendalam tentang penelitian itu sendiri.
c) Catatan Etnografer
Selama proses penelitian, peneliti dapat mengumpilkan dokumen-dokumen yang menjadi sumber data sekunder yang merupakan data tertulis dari objek yang di teliti. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik seperti koran, makalah maupun artikel atau dokumen pribadi seperti buku harian, maupun catatan sang peneliti mengenai penelitian tersebut. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Charle O. Frake, bahwa suatu deskripsi kebudayaan dihasilkan oleh suatu catatan dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam suatu masyarakat pada suatu priode waktu tertentu, yang tentu saja meliputi berbagai tangapan informan terhadapap peneliti dengan berbagai pernyataan, tes dan perlengkapannya
3.3. Teknik Analisis Dan Pengolahan Data
Dalam teknik analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini mengunakan analisis Komponensial (Componential Analysis). Menurut Spradley (2007), analisis komponensial adalah teknik-teknik analis yang mengunakan pendekatan kontras antar elemen. Teknik analisis ini di gunakan untuk menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan yang kontras satu sama lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk dianalisis lebih terperinci. Selain itu analisis dilakukan sesudah maupun berlangsung selama pengumpulan data di lapangan, dan di lakukan secara terus menerus. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengarahan tenaga fisik dan pikiran dari peneliti, dan selain
(12)
menganalisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori baru yang barangkali ditemukan.
Pengolahan data yang dilkukan meliputi mereduksi data, menyajikan data, display data, serta menarik kesimpulan dan melaksanakan verifikasi. Pengolahan data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan rangkuman yang inti, proses dengan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
1) Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.
2) Display Data
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengolongan, dari hasil reduksi data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data.
3) Kesimpulan Dan Verifikasi
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian berlangsung dan melaksanakan diskusi dengan
(13)
subyek penelitian. Dapat juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dengan teman sejawat dan pihak-pihak lain yang dianggap memahami permasalahan penelitian.
3.4. Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi ini dilakukan untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan benar-benar telah mempersentasikan fenomena yang menjadi fokus penelitian. Triangulasi di lakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi tidak langsung.
Observasi tidak langsung ini dilaksanakan dalam bentuk pengamatan atas beberapa perilaku dan kejadian, yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut di tarik benang merah yang menghubungkan antara berbagai fenomena kejadian. Dalam rangka menghilangkan atau mengurangi bias pemahaman peneliti dengan pemahaman si pelaku maka perlu diadakan pencegahan berupa triangulasi pada objek lain mengenai hal yang sama. Menurut Nasution, metode pencegahan dilakukan dengan bentuk pertanyaan yang berbeda atau malah cara pengamatan yang berlainan. Tujuan hal ini terutama adalah membandingkan informasi yang didapat dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Hal ini sekaligus mencegah subjektivitas peneliti.
3.5.Informan
Menurut James Spradley, informan adalah seorang pembicara asli dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa sebagai model imitasi dan sumber informasi. Informan merupakan pembicara asli (native
spaker) diminta oleh peneliti untuk berbicara dalam bahasa sendiri dan
memberikan model untuk dicontoh oleh peneliti. Pengambilan sumber data
(14)
sampel didasarkan pada pilihan peneliti tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purposive yaitu tergantung pada tujuan fokus suatu saat.
Bagi peneliti memang tidak mudah menentukan informan kunci. Karena itu, berbagai hal perlu dipertimbangkan agar jendela dan pintu masuk peneliti semakin terbuka dan peneliti mudah dipercaya oleli responden. Pertimbangan yang harus dilakukan dalam menentukan informan kunci, antara lain:
a) orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi tentang masalah yang diteliti;
b) usia telah dewasa; c) sehat jasmani rohani;
d) bersikap netral, tidak memiliki kepentingan pribadi; dan e) berpengetahuan luas.
Pada saat etnografer ke lapangan, mengambil data, mereka akan mendengarkan dan mengamati langsung maupun berperan serta, lalu mengambil kesimpulan. Setiap langkah pengambilan data akan disertai pengambilan kesimpulan sementara. Pemilihan informan kunci ada strategi khusus, antara lain dapat melalui empat macam cara, sebagai berikut:
a. secara insidental, artinya peneliti menemui seseorang yang sama sekali belum diketahui pada salah satu wilayah penelitian. Tentu cara semacam ini kurang begitu menguntungkan, tetapi tetap strategis dilakukan. Peneliti bisa menyamar sebagai pembeli atau penjual tertentu ke suatu wilayah. Yang penting, sikap dan perilaku peneliti tidak menimbulkan kecurigaan;
b. menggunakan modal orang-orang yang telah dikenal sebelumnya. Peneliti berusaha menghubungi beberapa orang, mungkin melalui orang terdekat. Cara ini dipandang lebih efektif, karena peneliti bisa mengemukakan maksudnya lebih leluasa. Melalui orang dekat tersebut, peneliti bisa meyakinkan bahwa penelitiannya akan dihargai.
(15)
c. sistem quota, artinya informan kunci telah dirumuskan kriterianya, misalkan ketua organisasi, ketua RT, dukun dan sebagainya.
d. secara snowball, artinya informan kunci dimulai dengan jumlah kecil (satu orang), kemudian atas rekomendasi orang tersebut, informan kunci menjadi semakin besar sampai jumlah tertentu. Informan akan berkembang terus, sampai memperoleh data jenuh. Dari cara-cara tersebut, peneliti dapat memilih salah satu yang paling cocok. Pemilihan didasarkan pada aspek kemudahan peneliti memasuki setting dan pengumpulan data. Jika cara yang telah ditempuh gagal, peneliti boleh juga menggunakan cara yang lain sampai diperoleh data yang mantap.
(16)
Kerangka Metodologi Etnografi
Diagram 3.1 Kerangka Metodologi Etnografi
Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian lapangan dengan mengumpulkan informasi atau data tentang keadaan-keadaan secara nyata dari orang-orang dan perilaku yang diamati kemudian dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dengan informan.
Penelitian menggunakan pendekatan etnografi yang mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial ataupun sistem.
Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan catatan etnografer.
Teknik Analisis dan Pengolahan Data Teknik pengolahan data dengan mereduksi data, mendisplay data yang nantinya akan menghasilkan kesimpulan.
Keabsahan Data Informan
Pemilihan informan dapat melalui empat cara yaitu secara insidental, orang yang sudah dikenal sebelumnya, sistem quota dan secara snowball.
(17)
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
Pada bab ini berisi tentang analisa fungsi yang meliputi organisasi ruang, kebutuhan ruang, program ruang dan persyaratan ruang yang direncanakan serta analisa dan penerapan tema terhadap lingkungan pada site. 4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
4.1.1 Analisa Lokasi
a. Kriteria Pemilihan Lokasi
Dalam pemilihan lokasi, ditemukan beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Terletak dekat dengan pusat aktifitas kebudayaan masyarakat Karo. 2. Terletak tidak jauh dari objek-objek wisata lain.
3. Memiliki potensi wisata yang tinggi.
4. Aksesbilitas yang mudah bagi pengunjung, pengelola, maupun kendaraan servis.
5. Karakter penampilan lingkungan yang cukup baik seperti kontekstual visual, sejarah, dan lain-lain.
6. Memiliki citra sebagai situs kebudayaan yang cukup dikenal. 7. Tingkat kebutuhan masyarakat setempat akan sarana rekreasi
tinggi namun belum memadai.
8. Berdekatan dengan pergerakan/ perpindahan publik.
9. Tersedianya jaringan utilitas, seperti jaringan PLN, PDAM, telekomunikasi, saluran pembuangan kota dan lain-lain.
b. Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Program Pemerintah yaitu menjadikan Danau Toba sebagai geopark agar dapat menunjang pariwisata di Kabupaten Karo khususnya Desa Tongging. Maka diperlukannya Pengembangan Pariwisata Baru atau yang
disebut dengan “New Tourism Development”. Hal ini dapat menjadi acuan
(18)
c. Pencapaian
Jarak yang ditempuh untuk menuju Desa Tongging adalah 40km dari Berastagi. Hanya tersedia satu jalan yang dipenuhi tanjakan serta turunan. Jalan menuju desa ini hanya dapat ditempuh menggunakan perjalanan darat, yang dapat diakses oleh angkutan pribadi maupun angkutan umum.
d. Area Pelayanan
Area disekitar site hendaknya dekat dengan fasilitas-fasilitas rekreasi seperti Danau Toba dan Air Terjun Sipiso-piso yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dan berekreasi.
e. Lokasi Site
Gambar 4.1 Peta Lokasi Site Sumber : https://www.google.com/earth/
(19)
1. Kasus Proyek : Tongging Lakeside Leisure Resort
2. Status Proyek : Fiktif
3. Pemilik Proyek : Swasta dan Pemerintah
4. Lokasi Tapak : Jl. Tongging-Silalahi
5. Letak Geografis : 02°53 23.6 Lintang Utara dan 98°31 18.8 Bujur Timur
6. Batas-batas Tapak
- Batas Utara : Persawahan
- Batas Timur : Danau Toba
- Batas Selatan : Persawahan
- Batas Barat : Persawahan, Permukiman
7. Luas Lahan : ± 3 Ha (± 30.000 � )
8. Peruntukan Lahan : Permukiman, persawahan, pariwisata
9. Kontur : Relatif Datar
10.Pemilik Lahan : Swasta
11.KLB : 1-8 Lantai
12.GSB : Jl. Tongging-Silalahi : 5m
Danau Toba : 30-50m
Permukiman : 5m
13.Fungsi Eksisting : Persawahan
(20)
4.1.2 Analisa Potensi Lahan
Lahan yang berada di lokasi site memiliki potensi yang sangat baik. Site berada pada jalan utama sehingga aksesibilitas mencapai site sangat mudah. View danau toba berbatasan langsung dengan site sehingga para pengunjung dapat melakukan aktifitas rekreasi air seperti memancing, diving & snorkling, boat tour dan lain-lain.
Diagram 4.1 Analisa Potensi 4.1.3 Analisa Tata Guna Lahan
Diagram 4.2 Analisa Tata Guna Lahan
Lokasi site berada pada jalan utama. Site berpotensi sangat baik untuk dikembangkan. Berbatasan langsung dengan
bukit pada sisi timur site. Di sekitar site masih kosong, tidak terdapat bangunan. Berbatasan langsung dengan Danau Toba. Sekitar site masih asri, dipenuhi tanaman hijau perkebunan.
(21)
Keterangan :
Gambar 4.3 Kondisi Sekitar Site
Site Permukiman Warung Kopi
Permukiman Jalan Utama Persawahan
Bukit Belakang Site Bukit Samping Site Keramba
(22)
4.1.4 Analisa Pencapaian
Diagram 4.3 Analisa Pencapaian Sumber : https://www.google.com/earth/
Pencapaian site hanya bisa dilalui oleh 1 (satu) jalan saja yaitu Jl. Tongging-Silalahi dengan sirkulasi 2 arah. Lebar jalan utama menuju site 5 m. Area sekitar site tidak terdapat pedestrian. Perkiraan jarak menuju site sebagai berikut :
Dari Kota Medan → Site : 92 km Dari Kota Berastagi → Site : 40 km
Dari Kota Kabanjahe → Site : 29 km Dari Air Terjun Sipiso-piso → Site : 7 km
Pencapaian dari Medan
Jalan menuju site yang berliku-liku Jl, Tongging-Silalahi
(23)
4.1.5 Analisa View ke Dalam
Diagram 4.4 Analisa View ke Dalam
Tanggapan : secara keseluruhan keberadaan site memiliki view ke dalam yang sangat baik. Disetiap sisi memberi kesan lapang karena tidak ada bangunan yang menghalangi pandangan ke site. Namun terkesan gersang dikarenakan tidak banyak pepohonan.
View sangat baik karena tidak dihalangi oleh apapun.
View sangat baik karena tidak dihalangi apapun
memberikan kesan lapang.
View sangat baik karena tidak dihalangi apapun. View sangat baik
karena site berada pada jalan utama
dan tidak dihalangi apapun.
(24)
4.1.6 Analisa View ke Luar
`Diagram 4.5 Analisa View ke Luar
Tanggapan : secara keseluruhan view keluar site sangat baik. View terbaik adalah menghadap langsung ke danau toba. Keseluruhan view pada sisi site dapat dimanfaatkan dengan baik.
View ke sisi utara site merupakan rumah warga 1 Lt. dan lahan kosong serta
pepohonan
View ke sisi selatan site menghadap bukit. View ke sisi
barat merupakan rumah warga 1
Lt.
View ke sisi timur site langsung menghadap Danau
(25)
4.1.7 Analisa Iklim 4.1.7.1 Analisa Matahari
Diagram 4.6 Analisa Matahari
Matahari adalah salah satu sumber panas yang paling besar mempengaruhi bangunan dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan secara termal. Matahari juga memiliki potensi sebagai pencahayaan yang alami. Tanggapan :
Menghindari panas matahari yang berlebihan dengan cara : - Membuat shading buatan atau alami.
- Orientasi bangunan dibuat memanjang searah timur-barat.
Terbit Tenggelam
Matahari siang, tingkat radiasi tinggi, tidak baik untuk kesehatan. Matahari pagi mengandu ng vitamin yang baik untuk kesehatan. Matahari sore mengandun g radiasi yang tinggi, tidak baik untuk kesehatan.
(26)
4.1.7.2 Analisa Angin
Diagram 4.7 Analisa Angin
Tipe iklim di daerah Kabupaten Karo adalah:
- Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C–19,3°C, dengan kelembaban udara pada tahun 2006 rata-rata setinggi 88,39%, tersebar antara 86,3%-90,3%.
- Terdapat dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Tanggapan:
Untuk dapat mengalirkan angin masuk ke dalam site, maka massa bangunan dibuat miring untuk menghindari sudut tegak lurus (90°) terhadap arah datang angin.
Angin dapat dijadikan potensi untuk mengalirkan penghawaan yang sejuk/ dingin, sehingga taman wisata ini semakin mampu mencitrakan karakter dari
topografi alam sekitar.
Pada bulan April-September, arah angin dari Timur dan Tenggara. Arah angin dari Barat, kira-kira pada bulan Oktober-Maret.
(27)
4.1.8 Analisa Kebisingan
Diagram 4.8 Analisa Kebisingan
Analisa :
- Sumber kebisingan utama berasal dari warung kopi, dikarenakan aktivitasnya sebagai tempat berkumpul warga sekitar.
- Jalan utama yang berbatasan langsung dengan site tidak menjadi ancaman dikarenakan jarangnya kendaraan yang melintasi jalan ini. Tanggapan:
Untuk mengurangi sumber kebisingan di sekitar site, dapat dilakukan dengan membuat buffer, salah satunya dengan menggunakan vegetasi.
(28)
4.1.9 Analisa Polusi
Diagram 4.9 Analisa Polusi
Tanggapan : Untuk mengurangi polusi udara pada sisi barat dan selatan site, diberikan buffering berupa vegetasi.
Merupakan kawasan permukiman sehingga tingkat polusi udara sangat minim sekali.
Berbatasan langsung dengan Danau Toba sehingga tingkat polusi udara sangat
minim sekali. Merupakan
kawasan permukiman sehingga tingkat
polusi udara sangat minim
sekali.
Menjadi salah satu sumber polusi udara yang dihasilkan dari aktivitas kendaraan bermotor yang
(29)
4.1.10 Analisa Vegetasi
Diagram 4.10 Analisa Vegetasi Sumber : https://www.google.com/earth/ Keterangan :
1. Cemara Angin (Casuarina equisetifolia) 2. Sawah Jagung
3. Pohon Peneduh 4. Pohon Peneduh
Secara keseluruhan, vegetasi yang ada pada site didominasi oleh pohon peneduh dan pohon cemara angin. Sedangkan site digunakan sebagai persawahan jagung. Adapun fungsi dari pohon cemara adalah sebagai :
- Pemecah angin
- Pembatas pandang - Pengarah pandang Tanggapan :
- Pepohonan yang berada pada sekeliling site akan dipertahankan, karena berfungsi sebagai peredam suara alami.
- Penambahan variasi terhadap pepohonan yang tentunya sesuai dengan keadaan topografi dan iklim dari Desa Tongging.
- Akan dilakukan pemaksimalan dalam landscape, sehingga dapat menarik dan nyaman untuk dikunjungi.
1
2
3
(30)
4.2 Analisa Fungsional 4.2.1 Analisa Pengunjung
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, jumlah tamu hotel dan akomodasi lainnya pada tahun 2009-2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jumlah Tamu Hotel Menurut Asal Negara, 2009-2014 Asal
Negara
Tamu Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Asal Negara (Jiwa)
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Domestik 136171 84715 132306 180049 183469 203244
Asing 19774 14668 33020 33446 29502 29055
Sumber : BPS Kabupaten Karo 2015
Sedangkan jumlah tamu hotel berbintang pada tahun 2013-2014 adalah : Tabel 4.2 Jumlah Tamu Hotel Berbintang Menurut Asal Negara, 2013-2014
Hotel Berbintang
2013 2014
Asal Negara (Jiwa) Asal Negara (Jiwa) Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Bintang 1 4234 3418 7652 3340 2583 5923
Bintang 2 12390 224 12614 9955 54 10009
Bintang 3 4147 1588 5735 8655 1153 9808 Bintang 4 40610 8263 48873 39788 8320 48108 Bintang 5 51257 12500 63757 43560 13442 57002 Jumlah 112638 25993 138631 105298 25552 130850
Sumber : BPS Kabupaten Karo 2015
Menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya, Danau Toba termasuk 10 destinasi prioritas pariwisata yang dikembangkan. Bapak Presiden Indonesia,
Jokowi, meminta Danau Toba segera menjadi “top destination” yang mampu
menyedot minimal 1 juta wisatawan (Kompasiana, 2016).
Jumlah wisatawan yang diprediksi untuk 5 tahun mendatang yaitu 2021 adalah 1.000.000 pengunjung. Dari 1.000.000 pengunjung, yang diharapkan ke Desa Tongging sebesar 20%. Maka perhitungannya : 20% x 1.000.000 =
(31)
4.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang, Program dan Besaran Ruang
Berdasarkan jumlah wisatawan yang diprediksi untuk 5 tahun mendatang, maka jumlah kamar yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus :
Jumlah Kamar = � � �
% � , �
Keterangan :
P : Proyeksi jumlah wisatawan
l : Lama menginap (diprediksi 2 hari) 60% : Room occupancy rates
1,75 : Indeks jumlah orang per kamar 365 : Jumlah hari dalam 1 tahun
Jumlah Kamar = . �
% � , �
= 1.044 kamar
Dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, dapat diperoleh unit kamar hotel berbintang yang sudah tersedia dari tahun 2013-2014 ialah :
Tabel 4.3 Banyaknya Unit Akomodasi Tahun 2013-2014 Hotel
Berbintang
2013 2014
Hotel Berbintang (Unit) Hotel Berbintang (Unit) Unit Kamar Tempat
Tidur
Unit Kamar Tempat Tidur
Bintang 1 1 34 52 1 34 51
Bintang 2 3 149 259 3 149 266
Bintang 3 1 70 116 1 72 118
Bintang 4 3 298 540 3 298 541
Bintang 5 2 295 552 2 295 543
Jumlah 10 846 1519 10 848 1519
Banyaknya Unit Akomodasi Kamar dan Tempat Tidur Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya, 2013-2014
(32)
Sampai tahun 2014, hotel berbintang telah menyediakan 848 unit kamar, sehingga untuk tahun 2012, kekurangan kamar diprediksi sebanyak : 1.044 - 848 = 196 kamar. Tongging Lakeside Leisure Resort dirancang memfasilitasi hotel bintang 4 yang memiliki standarisasi ruang dan fasilitas yang dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
Berdasarkan hasil analisa aktivitas, perhitungan yang mengacu pada data Badan Pusat Statistik tentang jumlah pengunjung, serta standarisasi hotel bintang 4 (Lampiran 4.1) maka diperoleh kebutuhan ruang dan besaran ruang sebagai berikut.
Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Kebutuhan
Ruang
Sub. Kebutuhan
Ruang Standart Sumber Kapasitas Luas
Private
Kamar Hotel - Standart
Courtyard Room - Deluxe Lake
View Room - Junior Lake View
Room
24 �
36 �
48 �
NAD NAD NAD 36 unit 16 unit 4 unit
864 �
576 �
192 �
Total luas kamar + sirkulasi (30%) = 1.728 ��
Cottage Standart
Balkon R. Keluarga R. Makan Dapur 1 K. Tidur 1 K. Mandi
80 � NAD 6 unit 480 �
Family Room Balkon R. Keluarga R. Makan Dapur
(33)
Teras 2 K. Tidur 2. K. Mandi
Total luas cottage (termasuk sirkulasi + 30%) = 1.200 �� Public
Restoran Buffet
R. Makan
R. Saji
Dapur
Gudang
1,6 � / kursi 15% R. Makan 20% R. Makan 50% Dapur NAD NAD NAD NAD
100 org 160 �
24 �
40 �
20 � Total luas restoran buffet + sirkulasi (30%) = 317,2 �� Coffee Shop
R. Duduk
Dapur
Gudang
1,2 � / kursi 20% R. Duduk 50% Dapur NAD NAD NAD
100 org 120 �
24�
12 � Total luas coffee shop + sirkulasi (30%) = 197,6 �� Restoran & Bar
R. Makan
Bar Counter Dapur
Gudang
1,6 � / kursi 1,5 � / org
20% R. Makan 50% Dapur NAD NAD NAD NAD 80 org 10 org
128 �
15 � 28 �
14 � Total luas restoran & bar + sirkulasi (30%) = 240,5 �� Longue
R. Duduk Dapur
1,2 � 20% R.
NAD NAD
50 org 60 � 12 �
(34)
Gudang
Makan
50% Dapur NAD 6 �
Total luas longue + sirkulasi (30%) = 101,4 ��
Lobby Entrance Hall
Resepsionis R. Informasi Area Duduk Area Lift Bell Boy Center Lost & Found ATM Center Money Changer Toilet
Janitor
1 � / org 1,2 � / org 1,2 � / org 1,2 � / org
0,6 � / org
1,6 � / org
NAD NAD NAD NAD NAD NAD 50 org 3 org 3 org 20 org 5 org
50 � 3,6 � 3,6 � 24 � 64 � 3 � 9 � 6,4 �
9 � 20 �
4 � Total luas lobby + sirkulasi (30%) = 254,8 �� Area
Rekreasi
Kolam Renang Area Berjemur Taman Bunga Agrowisata Area Bermain
Anak
Area Memancing Tempat Duduk &
Informasi Rekreasi Air : - Boat Tour - Banana Boat - Jetski - Flying Fish - Water Ski - Rolling Donut - Canoeing
357 � 50 � 2.560 �
252 � 720 �
50 �
(35)
- Parasailing - Rowing
Total luas area rekreasi (termasuk sirkulasi + 30%) = 6.989 �� Fasilitas
Pendukung
Multifunction Room
Hall
R. Persiapan Gudang
0,9 � / org 1 � / org
NAD NAD
100 org 20 org
90 � 20 � 12 � Total luas multifunction room + sirkulasi (30%) = 158,6 �� Galeri
R. Pamer Permanen R. Pamer Kontemporer R. Hall Of Fame
Gudang
5 � / org
5 � / org
5 � / org
NAD NAD NAD 40 org 10 org 10 org
200 �
50 �
50 �
20 � Total luas galeri + sirkulasi (30%) = 416 �� R. Pertunjukan
Budaya Stage R. Duduk R. Persiapan Gudang
1,6 � / org 1 � / org
NAD NAD
100 org 20 org
40 � 160 �
20 � 10� Total luas ruang pertunjukan budaya + sirkulasi (30%) = 299 �� Fitness Center
Area Gym Kasir & Adm.
R. Mandi Toilet
1,75 � / org 2 � / org
NAD NAD 30 org 4 org 10 org 6 org
52,5 �
8 �
20 � 12 � Total luas fitness center + sirkulasi (30%) = 120,25 ��
(36)
Sauna & Spa R. Sauna R. Spa
R. Mandi R. Ganti Pakaian
Kasir
1 � / org 6-8 � /
bangku
0,8-1 � / org NAD NAD NAD 10 org 10 org 5 org 5 org 2 org
10 � 60 �
10 � 10 �
4 � Total luas sauna & spa + sirkulasi (30%) = 122,2 �� Retail
(Travel Agent, Toko Souvenir, dll)
12 � / unit 10 unit 120 �
Total luas retail + sirkulasi (30%) = 156 �� Service
Kantor Pengelola
R. General Manager R. Asisten GM R. Tunggu R. Rapat HRD/
Manpower Room Dept. Front Office Sales &
Marketing Accounting Food &
Beverages Dept. Toilet
Pantry
14-18 � / org 4-5� / org 1,6 � / org 2,4 � / org 4-5� / org
4-5� / org 4-5� / org 4-5� / org
4-5� / org 4-5� / org
NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD 1 org 1 org 10 org 10 org 3 org 3 org 3 org 3 org 3 org 3 org
16 �
5 � 16 � 24 � 15 �
15 � 15 � 15 �
15 � 15 �
12 � 9 � Total luas kantor pengelola + sirkulasi (30%) = 223,6 ��
(37)
R. House keeping/ Laundry
R. Cuci R. Pengering R. House
keeeping R. Linen
25 � 25 � 16 �
50 �
Total luas ruang housekeeping/laundry + sirkulasi (30%) = 150,8 ��
Ruang ME R. Genset
R. Trafo & Shaft R. Chiller R. AHU R. PABX R. CCTV R. Pompa
20 � 20 � 20 � 20 � 20 � 20 � 20 �
Total luas ruang me (termasuk sirkulasi + 30%) = 140 �� Total luas keseluruhan bangunan (termasuk sirkulasi + 30%) = 12.518,95 ��
4.2.3 Analisa Fasilitas Parkir Parkir Pengunjung
Berdasarkan prediksi untuk 5 tahun mendatang yaitu pada tahun 2021, jumlah pengunjung Desa Tongging adalah 200.000 wisatawan. Dengan
perhitungan jumlah kamar hotel dan cottage yang ada di “Tongging Lakeside Leisure Resort”, maka jumlah pengunjung adalah sebanyak ±500 wisatawan/hari.
Asumsi pembagian pengendara kendaraan adalah sebagai berikut : - Mengendarai sepeda motor : 50% (250 orang)
- Mengendarai mobil : 30% (150 orang)
- Kendaraan umum/bus : 20% (100 orang)
- Berjalan kaki : 10% (50 orang)
Dengan asumsi 1 mobil dapat memuat 4 orang, 1 sepeda motor dapat memuat 2 orang, dan 1 bus dapat memuat 20 orang, maka diperoleh :
- Jumlah sepeda motor yang parkir : 125 sepeda motor
(38)
- Jumlah bus yang parkir : 5 bus
Berdasarkan standar yang diperoleh dari Neufert Data Arsitek, maka dapat diperoleh luasan parkir kendaraan pengunjung sebagai berikut :
- Parkir sepeda motor : 125 x 2 � = 250 � - Parkir mobil : 38 x 12,5 � = 475 �
- Parkir bus : 5 x 20 � = 100 �
Jadi luas lahan parkir untuk pengunjung adalah : 825 ��.
Parkir Pengelola
Jumlah seluruh pengelola “Tongging Lakeside Leisure Resort” adalah 40 orang. Dengan asumsi pembagian persentase pengendara kendaraan, maka :
- Pengelola dengan mobil : 10 orang
- Pengelola dengan sepeda motor : 30 orang
Dengan asumsi 1 mobil memuat 1 orang dan 1 sepeda motor memuat 1 orang, berdasarkan Neufert Data Arsitek, maka diperoleh :
- Pengelola dengan mobil : 10 x 12,5 � = 125 �
- Pengelola dengan sepeda motor : 30 x 2 � = 60 � Jadi luas lahan parkir untuk pengelola adalah : 185 ��.
Luas lahan parkir yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 1.010 ��.
4.2.4 Analisa Bentuk
Pemilihan bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap faktor-faktor : 1. Kesesuaian bentuk site
2. Orientasi bangunan 3. Konstruksi bangunan 4. Efisiensi ruang
(39)
5. Ekonomi bangunan
6. Kesan atau tampilan yang ingin dicapai
Tanggapan : Berdasarkan faktor-faktor di atas dan dikombinasikan dengan analisa fungsi dan penerapan tema, maka diambil bentuk seperti Gambar 4.4. Selain menunjukkan kesan klasik, bentuk tersebut juga menjadi solusi untuk bangunan tower kamar hotel dengan konsep single loaded.
Gambar 4.4 Analisa Bentuk Massa
4.3 Analisa Teknologi 4.3.1 Struktur
Struktur terdiri dari :
1. Sub Structure (pondasi bangunan)
2. Upper Structure (badan dan atap bangunan)
Kriteria pemilihan struktur : a) Kriteria teknik
Sistem struktur harus dapat memenuhi persyaratan esensial yaitu kekakuan, kekuatan, kestabilan dan ketahanan terhadap kebakaran.
b) Kriteria fungsi
Sistem struktur harus dapat memenuhi fungsi ruang fasilitas utama dalam bangunan.
(40)
c) Kriteria estetika
Sistem struktur harus dapat mengekspresikan keindahan.
Sub Structure
Jenis pondasi terbagi dalam 2 (dua) klarifikasi, yaitu :
- Pondasi dangkal : untuk bangunan sederhana, berlantai sedikit, yang bebannya relatif ringan, berupa pondasi setempat maupun lajur.
- Pondasi dalam : untuk bangunan kompleks, berlantai banyak, yang bebannya relatif besar berupa pondasi tiang, sumuran dan terapung.
Dalam memilih pondasi yang sesuai untuk "Tongging Lakeside Leisure Resort" ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
1. Keadaan tanah pondasi
- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 m di bawah permukaan tanah, maka pondasinya yaitu pondasi telapak (spread foundation).
- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 m di bawah permukaan tanah, maka digunakan pondasi tiang atau pondasi tiang apung (floating pile foundation) untuk memperbaiki kondisi tanah.
- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 m di bawah permukaan tanah, maka digunakan pondasi tiang pancang (pile
driven foundation) bila tidak terjadi penurunan.
- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30 m di bawah permukaan tanah, maka dipakai tiang baja atau tiang yang dicor di tempat.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, harus memperhatikan : - Kondisi beban
- Sifat dinamis bangunan
3. Batasan-batasan di sekelilingnya
- Ditinjau dari segi pelaksanaannya, khususnya bila ada di dalam kota, ada beberapa keadaan di mana diusahakan dengan cara apapun untuk
(41)
memasukkan kondisi lingkungan ke dalam pertimbangan.
Berdasarkan analisa di atas, maka bangunan "Tongging Lakeside Leisure Resort" menggunakan pondasi tiang pancang (pile driven
foundation).
Upper Structure
Pemilihan struktur badan berdasarkan pertimbangan :
- Dapat memenuhi kebutuhan fungsi bangunan pada "Tongging Lakeside Leisure Resort".
- Keuntungan struktur yang ekonomis, tahan gempa dan mudah dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan kriteria di atas, maka bangunan "Tongging Lakeside Leisure Resort" menggunakan sistem struktur grid dengan konstruksi beton.
4.3.2 Utilitas
Penggunaan sistem utilitas dan kelengkapan bangunan dipertimbangkan terhadap :
1) Kenyamanan dan keamanan pengguna terhadap suhu, cahaya, kebisingan dan bahaya kebakaran.
2) Kelangsungan kegiatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan kantor dari kerusakan.
4.3.3 Sistem Pencahayaan 1) Pencahayaan alami
Dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami pada ruang- ruang yang memungkinkan diberi bukaan jendela, ruang perkantoran, ruang pameran, dan fasilitas penunjang lainnya.
2) Pencahayaan buatan
(42)
bertujuan untuk menimbulkan suasana ruangan seperti lampu sorot (spot
light) pada atrium atau exhibition and convention hall.
4.3.4 Sistem Pengkondisian Udara 1. Pengkondisian alami
Berupa pemanfaatan udara luar yang masuk ke dalam bangunan dengan cara aliran silang (cross ventilation).
2. Pengkondisian buatan
Sistem pengudaraan buatan digunakan untuk ruang-ruang tertutup, yang menuntut kondisi udara yang stabil dan faktor kenyamanan.
a. Central Station System
All air system
- Condenser, evaporator dan AHU diletakkan pada suatu tempat
- Udara dingin di masukkan melalui ducting
- Menggunakan sentral AHU yang dilengkapi Central Direct Examtion
Coil atau Central Direct Draigne Coil
Tabel 4.5 Keuntungan dan Kerugian Central Station System
b. Water System
- AHU diletakkan pada setiap ruangan/lantai dengan kapasitas pelayanan
Keuntungan Kerugian
Rangkaian lebih sederhana dan pendek sirkulasinya
Mudah dirancang dan dipasang rangkaiannya
Pemeliharaannya pada sentral saja, operation dan maintenance lebih mudah
Initial Cost tinggi (biaya ducting dan isolasi)
Ketinggian shaft dan ducting sama, jadi memerlukan ducting tinggi yang mengurangi ketingian ruang dalam
(43)
- Setiap AHU dihubungkan oleh pipa air dingin dengan sentral
Tabel 4.6 Keuntungan dan Kerugian Water System
Keuntungan Kerugian
Rangkaian lebih sederhana dan pendek sirkulasinya
Mudah dirancang dan dipasang rangkaiannya
Pemeliharaannya pada sentral saja, operation dan maintenance lebih mudah
Ukuran shaft lebih kecil
Sentral dapat terletak pada luar bangunan
Initial Cost tinggi (biaya ducting dan isolasi)
Memerlukan air dalam jumlah besar dan tempat
penampungannya
4.4 Analisa dan Penerapan Tema (Pendekatan Perancangan)
Perancangan “Tongging Lakeside Leisure Resort” menggunakan tema arsitektur eklektik yang menggabungkan arsitektur tradisional yang dipadukan dengan gaya arsitektur klasik.
Pada masyarakat Karo terdapat suatu rumah yang dihuni oleh beberapa keluarga, yang penempatan jabu-nya didalam rumah tersebut diatur menurut ketentuan adat dan didalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat, itulah yang disebut dengan Siwaluh Jabu (Gambar 4.4 (a)). Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo. Pendekatan perancangan yang akan digunakan pada proyek ini adalah sebagai berikut : a. Bentuk Bangunan
Pada bangunan hotel mengambil bentuk bangunan klasik yang massive dan diberi Parthenon pada bagian entrance. Sedangkan bentuk cottage pada proyek ini akan mengambil konsep rumah panggung dari Siwaluh
(44)
Jabu. Maksud dari rumah panggung sendiri adalah untuk menghindari ancaman dari binatang buas.
b. Jendela
Bentuk jendela pada hotel menggunakan gaya arsitektur klasik (Gambar
4.5 (c)). c. Atap
Atap yang akan digunakan adalah dak beton dan atap yang diadaptasi dari Rumah Sianjung-anjung, bermuka empat, yang dapat terdiri dari satu atau dua tersek (Gambar 4.5 (d)).
d. Ornamen
Pada bangunan akan ditambah ornamen-ornamen untuk menambah nilai-nilai tradisional pada bangunan. Rumah adat Karo biasanya mengunakan 5 warna pada ornamennya (Gambar 4.5 (e)) yang melambangkan jumlah marga di tanah Karo. Serta gambar cicak yang melambangkan orang Batak selalu dapat beradaptasi dengan lingkungannya (Gambar 4.5 (f)).
a b c
d e f
Gambar 4.5 (a) Siwaluh Jabu, (b) denah skematik Siwaluh Jambu, (c) jendela klasik renaissance, (d) atap Rumah Sianjung-anjung, (e) ornamen lima warna
rumah adat Karo, dan (f) ornamen berbentuk cicak. Sumber : http://jamburmergasilima.blogspot.co.id/
(45)
4.5Kesimpulan
1. Perancangan dan perencanaan Tongging Lakeside Leisure Resort berada pada daerah pengembangan pariwisata yaitu di Desa Tongging, Kabupaten Karo yang berbatasan langsung dengan Danau Toba.
2. Perancangan dan perencanaan bangunan ini dilatarbelakangi oleh program
pemerintahan yaitu “New Tourism Development” atau Pengembangan
Pariwisata Baru yang dapat menarik wisatawan dengan fasilitas akomodasi yang juga menyediakan fasilitas rekreasi yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara di daerah Desa Tongging.
3. Tongging Lakeside Leisure Park ini merupakan bangunan multi-fungsi yang terdiri dari hotel resort dan difasilitasi dengan beberapa fasilitas rekreasi baru yang menyajikan konsep cultural-rekreatif-edukatif.
4. Luas lahan perancangan yaitu ±3 Ha dengan kondisi lahan merupakan lahan kosong yang digunakan warga setempat sebagai persawahan. Kondisi kontur relatif datar.
5. Daerah lokasi site didominasi oleh lahan kosong atau persawahan. Di sekitar site terdapat beberapa permukiman dan satu warung kopi.
6. Perancangan dan perencanaan bangunan ini menggunakan pendekatan terhadap tema arsitektur eklektik yang menggabungkan arsitektur tradisional dengan arsitektur bergaya klasik untuk menciptakan satu gaya baru.
7. Total luas bangunan yaitu 12.518,95 ��dimana sudah mencakup untuk hotel resort dan fasilitas penunjang lainnya dengan kapasitas mencapai 500 wisatawan/hari.
(46)
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
Pada bab ini diuraikan mengenai hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah, serta membahas konsep dasar, perancangan tapak, struktur dan utilitas bangunan.
5.1 Konsep Dasar
Konsep dasar perancangan “Tongging Lakeside Leisure Resort” ini menginterpretasikan penerapan arsitektur eklektik yang memadukan arsitektur tradisional Batak Karo yang dikemas dengan arsitektur klasik, di mana diterapkan/ditransformasikan elemen-elemen fisik tetapi juga elemen non fisik seperti nilai-nilai budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi, dan lain-lain ke dalam bentuk bangunan dan rancangan tapak. Sehingga tetap dapat melestarikan unsur-unsur budaya lokal dengan lapisan modernisasi.
Dari segi tampak hotel, dapat terlihat jelas penerapan arsitektur eklektik, yaitu perpaduan gaya arsitektur tradisional dan klasik. Jendela pada hotel menggunakan gaya arsitektur klasik dengan struktur modern namun dengan tambahan ornamen tradisional rumah adat Suku Karo yaitu Rumah Sianjung-anjung.
Gambar 5.1 Tampak Depan Hotel
Tradisional Klasik
(47)
Gambar 5.2 Tampak Samping Kanan Hotel 5.2 Konsep Perancangan Tapak
5.2.1 Zoning Tapak
Konsep pembagian daerah fungsi pada site adalah sebagai bentuk respon dari analisa site yang telah dilakukan di Bab IV.
(48)
5.2.2 Sirkulasi Kendaraan
Konsep perletakkan masuk dan keluar untuk kendaraan (dari jalan utama-masuk ke site-keluar ke jalan utama) muncul sebagai respon dari hasil analisa pencapaian dan zoning site.
(49)
5.2.3 Parkir
Parkir untuk pengunjung Tongging Lakeside Leisure Resort didesain dekat dengan jalur masuk utama agar terwujud sirkulasi publik yang nantinya para pengunjung dapat langsung menuju area rekreasi. Sedangkan parkir untuk para penghuni dirancang mengitari drop off terlebih dahulu lalu menelusuri site menuju parkir yang berdekatan dengan cottage dan hotel.
(50)
5.2.4 Gubahan Massa
Gubahan massa pada proyek pembangunan Tongging Lakeside Leisure Resort seperti yang terlihat di Gambar 5.6.
Gambar 5.6 Konsep Gubahan Massa
Keterangan :
A : Hotel
B : Galeri Kebudayaan C : R. Pertunjukan D : Cottage Tipe Family E : Cottage Tipe Standart F : R. Ganti
G : Kios dan Toilet H : Loket Buah I : Area Berkebun J : Loket Memancing
K : Taman Bermain Anak L : Pos Jaga
M : Kolam Berenang N : Area Duduk O : Loket Tiket Masuk P : Taman Bunga Q : Parkir Umum
R : Parkir Khusus Penghuni S : Dermaga
(51)
5.3 Konsep Perancangan Bangunan
Kawasan “Tongging Lakeside Leisure Resort” ini merupakan kawasan multi massa yang terdiri dari hotel (6 lantai), galeri dan retail (1 lantai), ruang pertunjukan (1 lantai), kios (1 lantai) dan cottage 11 unit (@1 lantai).
Zoning pada bangunan hotel dapat dilihat pada Gambar 5.7.
(52)
5.3.1 Hirarki Ruang a. Hotel
Diagram 5.1 Hirarki Hotel Lt. 1
(53)
Diagram 5.3 Hirarki Hotel Lt. 3-6
b. Hirarki Cottage Tipe Standart
Diagram 5.4 Hirarki Cottage Tipe Standart
c. Hirarki Cottage Tipe Family Room
Diagram 5.5 Hirarki Cottage Tipe Family Room
(54)
d. Hirarki Galeri
Diagram 5.6 Hirarki Galeri
e. Hirarki R. Pertunjukan
(55)
5.4 Konsep Struktur Bangunan
Pada bangunan hotel, struktur yang digunakan adalah struktur rigid frame, yang memiliki kemampuan untuk menahan gaya pada arah vertikal dan horizontal dengan stabil. Dengan struktur ini, maka dapat disusun layout ruang-ruang dalam yang lebih efisien. Untuk pondasi, bangunan hotel menggunakan pondasi tiang pancang dengan bahan beton bertulang, sehingga dapat menahan beban bangunan dengan baik.
Gambar 5.8 Detail Pondasi Tiang Pancang
Gambar 5.9 Detail Pondasi Tiang Pancang Pada Core Bangunan
Sedangkan pada bangunan lainnya seperti cottage, ruang pertunjukan, galeri dan retail serta kios menggunakan rangka baja ringan pada bagian atap dan pondasi umpak yang sangat cocok digunakan pada lahan berkontur.
(56)
Gambar 5.11 Detail Pondasi Umpak
5.5 Konsep Utilitas Bangunan 5.5.1 Konsep Penyediaan Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari PDAM, bila mengalami kerusakan maka sumur bor akan digunakan sebagai sumber air cadangan.
(57)
5.5.2 Konsep Pembuangan Air Kotor
Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air buangan harus terlebih dahulu melalui proses treatment.
Diagram 5.9 Sistem Skematik Air Kotor
5.5.3 Konsep Penanggulangan Kebakaran
Pencegahan kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali, salah satunya adalah melalui sistem deteksi awal untuk mengaktifkan alarm peringatan. Sedangkan penanggulangannya adalah untuk memadamkan penyalaan api yang tidak terkendali tersebut, yaitu sistem pemadaman yang diaktifkan alarm. Sistem deteksi awal kebakaran, yaitu :
1. Alat deteksi asap (Smoke Detector)
Mempunyai kepekaan tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap di dalam ruang tempat alat itu dipasang.
2. Alat deteksi nyala api (Flame Detector)
Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api tersebut.
Sistem pemadaman kebakaran terbagi atas tiga bagian, yaitu :
1. Pencegahan
a. Deteksi asap b. Deteksi panas
(58)
2. Penanggulangan
a. Fire Hydrant : Melayani area seluas 500-800 � . b. Fire Extinguser : Melayani area selauas 200-250 � . c. Pilar Hydrant : Diletakkar diluar bangunan.
d. Sprinkler : Melayani area seluas 10-25� / sprinkler yang bekerja secara
otomatis memadamkan api.
Diagram 5.10 Sistem Skematik Kebakaran 5.5.4 Konsep Sistem Elektrikal
1. Sumber arus dari PLN. 2. Generator Set (Genset)
Untuk kebutuhan listrik pada saat terjadi pemadaman listrik PLN seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Minimal genset ini dapat menyuplai listrik 50% dari listrik yang dibutuhkan yaitu mencakup tenaga listrik utama, seperti penerangan umum, AC, pompa dan lift.
3. UPS (Uninterupted Power Supply)
Merupakan baterai kering yang dapat menyuplai tenaga listrik sementara. UPS digunakan pada saat pemadaman listrik PLN dan kebakaran. UPS ini berguna untuk menyuplai listrik secara langsung pada bangunan khususnya pada fungsi yang sangat membutuhkan, seperti penerangan darurat, dan fan-fan pada saat kebakaran.
(59)
Diagram 5.11 Sistem Skematik Elektrikal 5.5.5 Konsep Sistem Transportasi Vertikal
Pada bangunan hotel menggunakan sistem transportasi vertikal yaitu lift. Untuk penghuni menggunakan lift penghuni (Gambar 5.12 (a)) dengan kapasitas ± 13 orang /1.000 kg. Sedangkan untuk servis menggunakan lift servis (Gambar 5.12 (b)) dengan kapasitas ± 2.000 kg.
a b
Gambar 5.12 (a) Lift Penumpang, (b) Lift Barang. Sumber : http://www.avlifts.co.uk/
(60)
BAB VI
PERANCANGAN ARSITEKTUR
Pada bab ini akan dilampirkan peta situasi, gambar-gambar hasil rancangan serta foto-foto gambar dan maket.
6.1 Sketsa Suasana
Dibawah ini merupakan suasana kawasan Tongging Lakeside Leisure Resort yang terdiri dari perspektif suasana seluruh kawasan (Gambar 6.1 (a)), bangunan utama yaitu hotel (Gambar 6.1 (b)), area taman bunga dan sirkulasi menuju parkir penghuni (Gambar 6.1 (c)), area belakang hotel (Gambar 6.1
(d)), area parkir pengunjung kawasan (Gambar 6.1 (e)), area parkir penghuni
dan cottage pada kawasan (Gambar 6.1 (f)), taman bermain pada area cottage (Gambar 6.1 (g)), dan dermaga (Gambar 6.1 (h)).
a b
c d
Gambar 6.1 (a) tampak atas kawasan Tongging Lakeside Leisure Resort, (b) tampak depan bangunan utama, (c) taman bunga publik, (d) tampak
(61)
e f
g h
Gambar 6.1 (e) area parkir para pengunjung, (f) area parkir penghuni dan cottage pada kawasan, (g) taman bermain pada area cottage, dan (h) dermaga.
Pada bangunan utama, hotel, terdiri dari 3 jenis kamar yaitu Superior (Gambar 6.2 (a)), Deluxe (Gambar 6.2 (b)), dan Junior (Gambar 6.2 (c) dan
(d)).
a b
c d
(62)
6.2 Foto Maket
Berikut ini adalah hasil maket dari proyek Tongging Lakeside Leisure Resort.
(63)
6.3 Gambar Kerja
Hasil perancangan pada proyek Tongging Lakeside Leisure Resort merupakan gambar kerja yang meliputi :
1. Peta Situasi dan Lokasi Site (Lampiran 1) 2. Potongan Tapak (Lampiran 2)
3. Site Plan (Lampiran 3) 4. Ground Plan (Lampiran 4)
5. Denah Hotel Lantai 1 (Lampiran 5) 6. Denah Hotel Lantai 2 (Lampiran 6)
7. Denah Tower Tipikal Lantai 3-4 (Lampiran 7) 8. Denah Tower Tipikal Lantai 5-6 (Lampiran 8) 9. Rencana Interior Hotel Lantai 1 (Lampiran 9)
10.Rencana Interior Hotel Lantai 2 dan kamar hotel (Lampiran 10) 11.Tampak Bangunan Utama (Lampiran 11 & 12)
12.Potongan Bangunan Utama (Lampiran 13) 13.Bangunan Cottage Tipe Standart (Lampiran 14) 14.Bangunan Cottage Tipe Family Room (Lampiran 15) 15.Galeri (Lampiran 16)
16.Ruang Pertunjukan (Lampiran 17) 17.Kios (Lampiran 18)
18.Rencana Pondasi Bangunan Utama (Lampiran 19)
19.Rencana Pembalokan dan Rencana Atap Bangunan Utama (Lampiran 20 & 21)
20.Detail Pondasi (Lampiran 22) 21.Detail Pembalokan (Lampiran 23) 22.Detail Atap (Lampiran 24)
23.Diagram Skematik Utilitas Bangunan Utama (Lampiran 25) 24.Rencana Sanitasi Kawasan (Lampiran 26)
25.Rencana Elektrikal Kawasan (Lampiran 27) 26.Rencana Kebakaran Kawasan (Lampiran 28)
27.Rencana Utilitas Cottage dan Fasilitas Pendukung (Lampiran 29 & 30) 28.Rencana Sanitasi Bangunan Utama/ Lantai (Lampiran 31 & 32)
29.Rencana Elektrikal Bangunan Utama/ Lantai (Lampiran 33 & 34) 30.Rencana Kebakaran Bangunan Utama/ Lantai (Lampiran 35 & 36) 31.Rencana Tata Udara Bangunan Utama/ Lantai (Lampiran 37 & 38) 32.Rencana Telepon Bangunan Utama/ Lantai (Lampiran 39 & 40)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(1)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR DIAGRAM dan TABEL ... vii
ABSTRAK ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ... 5
1.3 Masalah Perancangan ... 6
1.4 Pendekatan ... 7
1.5 Lingkup/Batasan ... 7
1.6 Kerangka Berfikir ... 8
1.7 Sistematika Penulisan Laporan ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terminologi Judul ... 11
2.2 Tinjauan Fungsi ... 13
2.2.1 Studi Banding Proyek Hotel Resort ... 13
2.2.1.1 Hotel Vila Ombak, Gili Trawangan, Lombok ... 13
2.2.2 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 19
2.2.3 Deskripsi Perilaku ... 20
2.2.4 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran ... 21
2.2.5 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang ... 26
2.3 Elaborasi Tema ... 27
2.3.1 Studi Banding Tema Arsitektur Eklektik ... 27
2.3.1.1 British Museum London ... 27
2.3.1.2 Albert Memorial, London ... 28
2.3.1.3 House of Parliament, London ... 29
2.3.1.4 Massachusetts State House, Boston ... 30
(2)
2.3.3 Interpretasi Tema Arsitektur Eklektik ... 33
2.3.4 Keterkaitan Tema Arsitektur Eklektik Dengan Judul... 33
BAB III METODOLOGI 3.1 Metodologi dan Pendekatan Penelitian ... 35
3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.3 Teknik Analisis dan Pengolahan Data ... 38
3.4 Keabsahan Data ... 40
3.5 Informan ... 40
BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 44
4.1.1 Analisa Lokasi ... 44
4.1.2 Analisa Potensi Lahan ... 47
4.1.3 Analisa Tata Guna Lahan ... 47
4.1.4 Analisa Pencapaian ... 49
4.1.5 Analisa View Ke Dalam ... 50
4.1.6 Analisa View Ke Luar ... 51
4.1.7 Analisa Iklim ... 52
4.1.7.1 Analisa Matahari ... 52
7.1.7.2 Analisa Angin ... 53
4.1.8 Analisa Kebisingan ... 54
4.1.9 Analisa Polusi ... 55
4.1.10 Analisa Vegetasi ... 56
4.2 Analisa Fungsional ... 57
4.2.1 Analisa Pengunjung ... 57
4.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang, Program, dan Besaran Ruang 58 4.2.3 Analisa Fasilitas Parkir ... 64
4.2.4 Analisa Bentuk ... 65
4.3 Analisa Teknologi ... 66
4.3.1 Struktur ... 66
4.3.2 Utilitas ... 68
(3)
4.3.4 Sistem Pengkondisian Udara ... 69
4.4 Analisa dan Penerapan Tema (Pendekatan Perancangan) ... 70
4.5 Kesimpulan ... 72
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar ... 73
5.2 Konsep Perancangan Tapak ... 74
5.2.1 Zoning Tapak ... 74
5.2.2 Sirkulasi Kendaraan ... 75
5.2.3 Parkir ... 76
5.2.4 Gubahan Massa ... 77
5.3 Konsep Perancangan Bangunan ... 78
5.3.1 Hirarki Ruang ... 79
5.4 Konsep Struktur Bangunan ... 82
5.5 Konsep Utilitas Bangunan ... 83
5.5.1 Konsep Penyediaan Air Bersih ... 83
5.5.2 Konsep Pembuangan Air Kotor ... 84
5.5.3 Konsep Penanggulangan Kebakaran ... 84
5.5.4 Konsep Sistem Elektrikal ... 85
5.5.5 Konsep Sistem Transportasi Vertikal ... 86
BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Sketsa Suasana ... 87
6.2 Foto Maket ... 89
6.3 Gambar Kerja ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
(4)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Danau Toba ... 3
Gambar 2.1 Hotel Vila Ombak, Gili Trawangan, Lombok ... 13
Gambar 2.2 Master Plan, Hotel Vila Ombak, Gili Trawangan, Lombok ... 18
Gambar 2.3 British Museum London ... 28
Gambar 2.4 Albert Memorial ... 29
Gambar 2.5 House of Parliament, London ... 30
Gambar 2.6 Massachusetts State House, Boston ... 31
Gambar 4.1 Peta Lokasi Site ... 45
Gambar 4.2 Kondisi Eksisting Site ... 46
Gambar 4.3 Kondisi Sekitar Site ... 48
Gambar 4.4 Analisa Bentuk Massa ... 66
Gambar 4.5 Rumah Adat Karo ... 71
Gambar 5.1 Tampak Depan Hotel ... 73
Gambar 5.2 Tampak Samping Kanan Hotel ... 74
Gambar 5.3 Konsep Zonasi Tapak ... 74
Gambar 5.4 Konsep Sirkulasi Kendaraan ... 75
Gambar 5.5 Konsep Parkir ... 76
Gambar 5.6 Konsep Gubahan Massa ... 77
Gambar 5.7 Zoning Hotel ... 78
Gambar 5.8 Detail Pondasi Tiang Pancang ... 82
Gambar 5.9 Detail Pondasi Tiang Pancang Pada Core Bangunan ... 82
Gambar 5.10 Struktur Rangka Baja Ringan ... 82
Gambar 5.11 Detail Pondasi Umpak ... 83
Gambar 5.12 Sistem Transportasi Vertikal ... 86
Gambar 6.1 Sketsa Suasana Eksterior Tongging Lakeside Leisure Resort . 87 Gambar 6.2 Sketsa Suasana Interior Tongging Lakeside Leisure Resort ... 88
(5)
DAFTAR DIAGRAM dan TABEL
DIAGRAM
Diagram 2.1 Kegiatan Pengelola & Karyawan Hotel ... 20
Diagram 2.2 Kegiatan Penghuni/Tamu Hotel ... 20
Diagram 2.3 Kegiatan Pengunjung ... 21
Diagram 2.4 Kegiatan Servis ... 21
Diagram 3.1 Kerangka Metodologi Etnografi ... 43
Diagram 4.1 Analisa Potensi ... 47
Diagram 4.2 Analisa Tata Guna Lahan ... 47
Diagram 4.3 Analisa Pencapaian ... 49
Diagram 4.4 Analisa View Ke Dalam ... 50
Diagram 4.5 Analisa View Ke Luar ... 51
Diagram 4.6 Analisa Matahari ... 52
Diagram 4.7 Analisa Angin ... 53
Diagram 4.8 Analisa Kebisingan ... 54
Diagram 4.9 Analisa Polusi ... 55
Diagram 4.10 Analisa Vegetasi ... 56
Diagram 5.1 Hirarki Hotel Lt. 1 ... 79
Diagram 5.2 Hirarki Hotel Lt. 2 ... 79
Diagram 5.3 Hirarki Hotel Lt. 3-6 ... 80
Diagram 5.4 Hirarki Cottage Tipe Standart ... 80
Diagram 5.5 Hirarki Cottage Tipe Family Room ... 80
Diagram 5.6 Hirarki Galeri ... 81
Diagram 5.7 Hirarki Ruang Pertunjukan ... 81
Diagram 5.8 Sistem Skematik Air Bersih Hotel ... 83
Diagram 5.9 Sistem Skematik Air Kotor ... 84
Diagram 5.10 Sistem Skematik Kebakaran ... 85
(6)
TABEL
Tabel 2.1 Program Ruang Hotel Vila Ombak, Lombok ... 14
Tabel 2.2 Fasilitas Hotel Vila Ombak, Lombok ... 15
Tabel 2.3 Kebutuhan Ruang Berdasarkan Kegiatan ... 21
Tabel 4.1 Jumlah Tamu Hotel Menurut Asal Negara ... 57
Tabel 4.2 Jumlah Tamu Hotel Berbintang Menurut Asal Negara ... 57
Tabel 4.3 Banyaknya Unit Akomodasi ... 58
Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang ... 59
Tabel 4.5 Keuntungan dan Kerugian Central Station System ... 70