Teori Tindakan Sosial Max Weber

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi sebagai tindakan yang nyata. 2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu. 5. Tindakan itu memperhatikan orang lain dan terarah kepada orang orang lain itu. Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan kepada waktu sekarang, waktu lalu, atau waktu yang akan datang.dilihat dari sasarannya, maka yang menjadi sasaran si aktor dapat berua individu atau sekumpulan orang. Dengan membatasi suatu perbuatan sebagai suatu tindakan sosial, maka perbuatan- perbuatan lainnya tidak termasuk ke dalam obyek penyelidikan sosiologi. Tindakan sosial lebih dari pada sekedar kesamaan di antara tingkah laku banyak orang tingkah laku massa walaupun tak perlu mengandung kesadaran timbal balik karena satu orang bisa bertingkah laku dengan sadar menuju orang lain tanpa yang lainnya itu sadar akan fakta ini. Tetapi tindakan sosial memang menuntut bahwa sekurang-kurangnya satu peserta 11 Ibid. 39 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memberi makna untuk tingkah lakuknya menurut pengalaman-pengalaman subjektif orang lain, yaitu berkenaan dengan maksud-maksud atau perasaan-perasaan orang lain. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang di gunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang di berikan adalah tindakan rasional dan non rasional. Tindakan rasional berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu di nyatakan. Ada beberapa tipe-tipe rasionalitas, yaitu: 12 1. Rasionalitas praktis Orang yang mempraktikkan rasionalitas praktis menerima realitas-realitas yang sudah ada dan hanya memikirkan cara- cara yang paling bijaksana untuk menghadapi kesulitan- kesulitan yang dihadirkannya. Tipe rasionalitas ini muncul bersama terputusnya ikatan-ikatan magis primitif, dan ada secara lintas peradaban dan lintas budaya, yakni tidak terbatas pada Barat modern. Tipe rasionalitas ini berlawanan dengan apapun yang mengancam akan melebihi rutinitas sehari-hari. Rasionalitas praktis membawa orang untuk tidak mempercayai segenap nilai-nilai yang tidak praktis. 2. Rasionalitas teoritis 12 George Ritzer, TEORI SOSIOLOGI; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 20012, Cetakan ke-8, 232 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Rasionalitas ini mencakup proses kognitif seperti deduksi logis, induksi, pengaitan kausalitas, dan semacamnya. Tipe rasionalitas ini mula-mula dicapai dalam sejarah oleh para ahli sihir dan imam-imam ritualistik dan kemudian oleh para filsuf, hakim, dan ilmuwan. Rasionalitas teoritis membawa aktor melampaui realitas-realitas sehari-hari dalam usaha untuk memahami dunia sebagai sesuatu yang berharga. Ia memuat proses-proses kognitif, ia tidak harus mempengaruhi tindakan yang diambil dan hanya secara tidak langsung ia berpotensi untuk memperkenalkan pola-pola tindakan yang baru. 3. Rasionalitas substantif Rasionalitas substantif melibatkan pemilihan alat-alat menuju tujuan di dalam konteks suatu sistem nilai. Tipe rasionalitas ini juga ada secara lintas peradaban dan lintas sejarah, apabila ada rumusan-rumusan nilai yang konsisten. 4. Rasionalitas formal Rasionalitas formal meliputi kalkulasi alat tujuan. Di dalamrasionalitas praktis kalkulasi tersebut terjadi dengan mengacu kepada kepentingan diri, di dalam rasionalitas formal ia terjadi dengan mengacu kepada aturan-aturan, hukum- hukum, dan pengaturan-pengaturan yang diterapkan secara universal. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Hal ini menjelaskan bahwa teori tindakan Weber adalah berfokus pada para individu, pola-pola dan regularitas-regularitas tindakan dan bukan pada kolektivitas. Tindakan di dalam arti orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif, ada hanya sebagai perilaku seorang atau lebih manusia individual. 13 Weber siap untuk mengakui bahwa untuk maksud-maksud tertentu mungkin kita harus memperlakukan kolektivitas- kolektivitas sebagai para individu. Tindakan pada ahirnya memperhatikan para individu, bukan kolektivitas-kolektivitas. Weber mengklasifikasikan ada empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat. keempat jenis tindakan sosial itu adalah 14 : 1. Tindakan rasionalitas instrumental Zwerk Rational Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi, akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang kesekolah lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan tertentu. Dengan perkataan lain menilai dan menentukan 13 Ibid. 215 14 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, 41. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tujuan itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain. 2. Tindakan rasional nilai Werk Rational Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat bahwa alat- alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Contoh : perilaku beribadah atau seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial maupun nilai agama yang ia miliki. 3. Tindakan afektifTindakan yang dipengaruhi emosi Affectual Action Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya terjadi atas rangsangan dari luar yang bersifat otomatis sehingga bias berarti. 4. Tindakan tradisionalTindakan karena kebiasaan Traditional Action digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan pulang kampong disaat lebaran atau Idul Fitri. Max weber mengakui bahwa empat jenis tindakan sosial yang diutarakan adalah merupakan tipe ideal dan jarang bisa ditemukan dalam kenyataan. Meskipun Weber membedakan empat bentuk tindakan yang khas ideal, dia sadar betul bahwa setiap tindakan tertentu biasanya memuat kombinasi keempat tipe-tipe ideal tindakan. Dari keempat tipe ideal tindakan sosial yang dikemukakan oleh max weber, penelitian memilih untuk lebih fokus pada salah satu keempat tipe ideal tersebut, yaitu “Tindakan Rasionalitas Instrumental”. Yang mana tipe tindakan ini menganggap bahwa tindakan individu atau kelompok bisa dikatakan tindakan jika dilakukan dengan sengaja, dan secara sadar. Tindakan rasional ini tidak menyiratkan bahwa manusia selalu bertindak rasional. Sejauh tingkah laku aktual mendekati tipe ide rasional tingkah laku itu langsung dapat dimengerti dan dengan adanya pengetahuan tentang tujuan-tujuan dan sarana-sarana yang tersedia, dapat diprediksi tetapi tingkah laku aktual sangat sering menyimpang dari mode rasional. Lagi pula sejauh mana tingkah laku manusia bersifat rasional- tujuan berbeda-beda menurut jenis masyarakat yang bersangkutan. Tipe tindakan ini terjadi pada masyarakat di Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep yang secara sengaja dan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menyadari untuk memilih berobat dengan jamu tradisional meskipun pengobatan di sana sudah bisa dikatakan maju, terbukti dengan adanya rumah sakit, puskesmas dan bidan. Namun, masyarakat lebih memilih berobat menggunakan jamu tradisional jika itu berkaitan dengan penyakit- penyakit yang kronis, seperti kencing batu, tumor, dll. Masyarakat Desa Bragung lebih percaya pada jamu tradisional dari pada obat kimia dalam urusan penyakit yang membahayakan. Hal ini sudah dibuktikan berkali-kali oleh masyarakat sendiri. Dan memang benar, jamu lebih mujarab ketimbang obat kimia meskipun penyembuhannya tidak secara langsung dan cepat dari pada obat kimia. Selain itu, biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada biaya ke rumah sakit dan efek sampingnya pun juga sedikit. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada umumnya sebuah penelitian menggunakan dua model metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif qualitative research. Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati 1 . Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicaapai, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi analisis diskriptif. Nawawi dan Martini mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tertentu. 2 Strauss dan Corbin dalam buku Basics of Qualitative Research menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk 1 Lexy.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, Edisi Revisi, 4 2 H. Nawawi dan M. Martini, Penelitian Terapan, Jogjakarta: Gajah Mada University Press,1994, 74 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang, disamping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial atau hubungan timbal balik. 3 Adapun ciri-ciri pokok dari metode deskriptif adalah : 1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan saat sekarang atau masalah-masalah yang aktual. 2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah-masalah yang diselidiki sebagimana adanya, diiringi interpretasi rasional. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana jamu tradisional dalam pandangan masyarakat dan bagaimana upaya masyarakat menjaga dan melestarikan jamu tradisional agar mampu bersaing dengan pengobatan modern, sehingga jamu tradisional masih tetap digunakan, dimanfaatkan, dan dilestarikan, dimana itu terjadi di Desa Bragung Kecamatan Guluk- Guluk Kabupaten Sumenep. Maka dari itu, peneliti akan menggunakan pendekatan dengan memakai teori tindakan sosial Max Weber, guna untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ada. Karena, teori tindakan ini memahami tentang tindakan yang memiliki makna atau nilai.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Desa Bragung Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madura. Alasan memilih Desa ini, 3 Alselm Strauss Juliet Corbin, BASICS OF QUALITATIVE RESEARCH; Grounded Theory Procedures and Techniques, Penj. Muhammad Shodiq Imam Muttaqien Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2003, 4-5 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dikarenakan di Desa ini masyarakat masih menggunakan jamu tradisional dan masih percaya akan kemujaraban jamu tradisional dari pada obat-obat kimia. Dan di Desa ini juga masih mengupayakan agar jamu tradisional masis tetap eksis dan mampu bertahan dalam bersaing dengan pengobatan modern. Karena di Desa ini lembaga yang mengelola hanya ada satu dan masyarakat bertumpu pada satu lembaga untuk mendapatkan jamu dan lembaga ini pula yang dijadikan masyarakat sebagai tempat pelesatarian jamu tradisional, yaitu lembaga Madrasah Aliyah Raudlah Najiyah. Sedangkan pengobatan modern, seperti rumah sakit, puskesmas desa, bidan desa, sudah mulai berkembang. Tidak hanya itu saja, lembaga yang mengelola tidak hanya menyediakan jamu saja, tapi juga menyediakan tempat konsultasi dan pengobatan tradisional lainnya, seperti, akupuntur, dll. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di Desa Bragung. Waktu yang di laksanakan dalam proses penelitian ini adalah dua bulan yaitu tanggal 5 April – 5 Juni 2017, dimana proses wawancara, observasi dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti. Karena data yang dibutuhkan oleh peneliti dirasa sudah lebih dari cukup, dan pendaftaran skripsi untuk gelombang ke dua sudah dibuka sampai dengan tanggal 22 Juni 2017, maka peneliti menyegerakan untuk mendaftarkan tulisan skripsi ini kepada prodi. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Pemilihan Subyek Penelitian

Di dalam menentukan dan menemukan informan peneliti menggunakan prosedur purposif sebagai strategi untuk menentukan informan yang akan di teliti. Prosedur purposif merupakan salah satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian. Menurut Nasution dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Saring sampel dipilih seca ra “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan serial atau berurutan. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat palace, pelaku aktor, ddan aktivitas activity yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam apa yang terjadi di dalamnya. 4 4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2008, 215 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Berdasarkan paparan di atas, subjek penelitian ini adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan purpuse atau tujuan tertentu. Subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Besarnya jumlah responden sudah ditentukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Karena beberapa responden tersebut telah memenuhi kriteria sebagai sumber data dan peneliti merasa cukup dengan beberapa responden tersebut. Sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 5 1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya 2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti 3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi 4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri 5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber 5 Ibid, 293