Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat di pesantren (studi kasus atas pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Semenep Madura)

(1)

Guluk-guluk Sumenep Madura)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh: Achmad Faishal NTM: 103032227709

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKIJLTAS ILMLJ SOSIAL DAN POLITIK

UNWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

BENTUK-BENTUK PENGEMBANGAN EKONOMI

MASYARAKAT DI PESANTREN

(Studi Kasus Atas Pengembangan Ekonomi Masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh: Achmad Faishal NTM: 103032227709

Dibawah Bimbingan

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKIJLTAS ILMLJ SOSIAL DAN POLITIK

UNWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Pesantren (Studi Kasus Atas pengembangan Ekonomi Masyarakat di PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.


(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Achmad Faishal NIM : 103032227709

Dengan mi menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Bentuk-bentuk

Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Pesantren” (studi kasus atas

pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura) adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya mi telah saya cantumkan sumber kutipannya. Saya juga bersedia untuk menanggung resiko sesusi dengan undang-undang yang berlaku jika temyata skripsi im secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dan karya orang lain.

Demikianlah pernyataan im saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.


(5)

ABSTRAK

Nama : Achmad Faishal

NIM : 103032227709

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik Jurusan : Sosiologi

Pengembagan masyarakat (community development) merupakan salah satu metode pekerjaan sosial dimana locus dan tujuan utamanya adalah memperbaiki kualitas taraf hidup masyarakat dengan mendayagunakan potensi atau sumber daya yang disandang mereka. Sedangkan pesantren yang identik dengan tempat ideal untuk mencari atau mendalami ilmu-ilmu agama juga merupakan bagian dari salah satu lembaga aktif dan potensial untuk dijadikan basis atau motor penggerak yang tertuju kepada agenda perubahan tersebut, di pesantren tentunya tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama saja melainkan juga ilmu-ilmu sosial yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka.

Dalam membangun ekonomi masyarakat terdapat asusmsi bahwa untuk melakukan pemerataan ekonomi harus didahului oleh pertumbuhan ekonomi, baru kemudian didistribusikan melalui trickle down effect, karena jika tidak maka yang terjadi adalah pemerataan kemiskinan. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi tersebut BPM-PP Annuqoyah guluk-guluk sumenep madura mengorientasikan upayanya untuk membangun sektor ekonomi berbasis masyarakat, home industries, ternak, perkebunan, sampai kepada koperasi juga toko, semuanya merupakan sektor riil yang oleh BPM-PP Annuqyah coba dikembangkan. Dengan prinsip kuat yaitu partisipatif (pesantren dan masyarakat) pengembangan ekonomi tersebut bisa sejalan dengan apa yang diharapkan, Pesantren mendapatkan keutungan, masyarakat memperoleh pendapatan, tentunya dengan model pengembangan ekonomi semacam ini bisa menjadikan PP Annuqoyah dan masyarakat hubungannya menjadi lebih inten komunikatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar pondok pesantren, yang dilakukan oleh Badan Pengabdian Masyarakat (BPM) PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan kualitatif untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dengan melakukan wawancara langsung kepada informan, observasi dan dokumentasi berupa artikel, jurnal, arsip atau buku-buku yang masih berkaitan dengan penelitian ini. Maka sampai pada interpretasi dan analisis hasil data penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa; pengembangan ekonomi yang telah dilakukan oleh BPM PP. Annuqoyah tersebut tidak untuk kalangan internal pesantren saja malainkan khusus untuk membantu perekonomian masyarakat, yang juga dikenal dengan Community Development.

Kata Kunci : Bentuk Pengembangan Ekonomi di Pesantren Annuqoyah, BPM-PP Annuqoyah, Community Development


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan segala kenikmatan-Nya kepada penulis, baik itu nikmat iman, sehat , dan waktu serta nikmat kemudahan jalan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Besar umat manusia Muhammad SAW, yang membawa risalah Allah SWT dan mengajarkannya kepada manusia sehingga terhindar dari zaman kebodohan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan pula kepada para keluarga nabi, sahabat nabi, tabi’in, tabi-tabi’in, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis melakukan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akan kelulusan penulis untuk memperoleh gelar sarjana sosial di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Sosiologi Agama. Dan alhamdulillah penelitian ini dapat penulis selesaikan.

Dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas berkah, rizki, rahmat, ridha dan kemudahan-Nya yang membuat penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari zaman kebodohan.

3. Kedua Orang tuaku; bpk. Romadhan ibuku Rasma, kakak ku tercinta Hj. Hasanah binti romadhan, dan adiku tercinta Sumaena rahma neng tyasari, terima kasih segala dukungan juga pengorbanannya baik dari segi moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

4. To My Endless Love.. Tini Faisal binti

5. Ibu Joharotul Jamilah, M.Si selaku pembimbing utama. Terima kasih banyak atas segala bimbingan; kritikan, saran, masukan pendapat dan waktu yang diberikan kepada penulis.


(7)

6. Bapak Dr. Hendro Prasetyo. MA, Prof. Dr. Bachtiar Effendy dan seluruh staf dekanat, terimakasih atas waktu yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

7. Dosen-Dosen UIN Jakarta FUF dan FISIP Reguler yang telah mengajar dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FUF dan sekarang di FISIP Reguler UIN Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman. Amin.

8. Untuk Mahasiwa Sosiologi Agama FUF angkatan tahun 2003-2007, terima kasih setulus hati untuk sahabat tercinta; Hamami Naseruddin As-zuhery, Toto Tri Atmojo, Rohmatullah, Juhadi As-sukry, Roni Tua Harahap, Reiy Ikhsan El-Madury, atas persahabatan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

9. Kawan seperjuangan Abd. Wahid, Kanda Adi Prayetno, Laily Munasir, Anis Kurniawan, tiada kata yang pantas penulis sampaikan selain bahasa perjuagan demi masa depan yang selalu kalian dengungkan, mampu menggugah hati penulis selama ini.

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak terkait.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 14 Agustus 2012


(8)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. Perkembangan daerah PP Annuqayah priode 1887 – 197 ... 25

2. Perkembangan jumlah santri PP Annuqayah selama 10 tahun terakhir (1978 – 1989) ... 26

3. Jumlah santri PP Annuqayah tahun pelajaran 2009 – 2010 ... 27

4. Data siswa PP Annuqoyah Guluk-guluk sumenep madura ... 28

5. Luas daerah desa guluk-guluk ... 31

6. Data penduduk menurut jenis kelamin ... 32

7. Data penduduk menurut profesi ... 32

8. Jumlah dan jenis usaha di lingkungan pesantren Annuqayah ... 35

9. Karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren ... 36

10. Jenis usaha pertokoan pesantren ... 41

11. Jenis usaha perkebunan 12. Jenis/bentuk usaha masyarakat di dalam lingkungan pesantren ... 45

13. Jenis/bentuk usaha masyarakat di luar pesantren ... 46


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAKSI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Literatur Review... 5

C. Batasan dan Rum………... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep dan Cakupan Pengembangan Masyarakat ... 14

B. Perspektif Teoritis Tentang Comunity Development ... 16

C. Proses Pengembangan Masyarakat ... 18

D. Model Pengembangan Masyarakat ... 20

BAB III TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura ... 22

B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat Sekitar PP Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura ... 31


(10)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi di Pesantren Annuqoyah.... 39 B. Kontribusi Pengembangan Ekonomi Terhadap Internal Pesantren

Annuqoyah dan Masyarakat Sekitar ... 51 C. Keuntungan dan Hambatan Pengembangan Ekonomi Terhadap

Masyarakat sekitar ... 58

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR WAWANCARA


(11)

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu penyebab kegagalan sistem perekonomian Indonesia ialah adanya kebijakan pemerintah mengenai sistem ekonomi konglomerasi. Sistem ekonomi berbasis konglomerasi ini kenyataannya hanya menguntungkan orang atau kelompok yang telah memiliki kemampuan dan akses ekonomi, sehingga hanya merekalah yang untung. Sementara itu, masyarakat yang tidak memiliki kemampuan dan akses, tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat menguntungkan usahanya.1

Setelah kegagalan sistem ekonomi konglomerasi, maka harapan ekonomi itu ditumpahkan ke lembaga-lembaga rakyat yang sudah teruji dan lulus dalam sejarah kehidupan masyarakat dan berbangsa. Ternyata, yang justru tahan di tengah badai krisis ekonomi adalah lembaga-lembaga ekonomi mikro yang berbasis rakyat. Industri kelas menengah kecil seperti home industries justru memiliki daya ketika berhadapan dengan krisis ekonomi.

Tentunya ini menjadi motivasi tersendiri bagi lembaga pengelola ekonomi kemasyarakatan, lebih-lebih pesantren yang dalam hal ini dijadikan objek penelitian. Dalam teori Physiocrat, (gabungan antar alam dan fisik) beroperasi di atas asumsi, bahwa perilaku ekonomi adalah pokok dalam hukum alam. Motivasi ekonomi hanya satu aspek utama sifat manusia yang universal. Setiap orang mengarahkan minat dan alasan tindakannya pada tujuan ini. Sehingga terdapat keteraturan dalam tindakan ekonomi. Perilaku ekonomi sendiri diarahkan untuk

1

Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim et al., Manajemen Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 248.


(13)

meningkatkan kesejahteraan.2 Pondok pesantren, kenyataannya adalah lembaga potensial untuk bergerak ke arah ekonomi berbasis rakyat, sebagaimana kekuatan yang dimilikinya. Jika Ponpes hanya menjadi penonton di era yang akan datang, maka lembaga-lembaga ekonomi mikro lain boleh jadi bergerak ke arah kemajuan. Oleh karena itu, kiranya diperlukan analisis yang cermat untuk melakukan penguatan kelembagaan ekonomi ini, agar tidak salah melangkah.3

Sasaran akhir dari pengembangan pemberdayaan ekonomi Ponpes adalah kemandirian pesantren. Selama ini Ponpes selalu dilabeli dengan nama lembaga pengedar proposal dana bantuan, baik pada institusi formal atau non formal. Labeling itu tentunya tidak mengenakan. Ponpes, akan terbebas dari anggapan itu kalau Ponpes menjadi lembaga yang kuat, terutama dalam sektor ekonomi. Dengan sendirinya, tidak setiap ada kegiatan, apakah membangun gedung atau kegiatan lain, tidak selalu sibuk mengedarkan proposal kesana-kemari.4

Dan apabila mengingat lembaga yang telah berfungsi sebagai pengelola dana yang digali dari masyarakat atas dasar ajaran keimanan belum dapat berfungsi secara maksimal, maka masih perlu dipertimbangkan penciptaan

lembaga “baru” yang digerakkan oleh lembaga pesantren. Studi awal menunjukkan bahwa pesantren sangat memadai untuk dikembangkan sebagai model pengembangan ekonomi rakyat melalui suatu penelitian.5

2

Wardi Bahtiar, Prof. Dr. M.S., Sosiologi Klasik, Dari Comte Hingga Parsons, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 19

3

Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim et al., Manajemen Pesantren, h. 247.

4

Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim et al., Manajemen Pesantren, hal. 252-253.

5

Cik, Hasan Bisri dan Eva Rufaidah, Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 432


(14)

Diharapkan dalam perkembangannya, Metode dan pola pengembangan pendidikan pesantren, seyogyanya tidak lagi ditempatkan hanya sekedar

“mendidik”, tetapi juga melakukan upaya maksimal untuk menciptakan hasil yang bisa diterima dalam semua level kehidupan sosial masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional. Pesantren merupakan sarana penting untuk melakukan transfer pengetahuan kepada masyarakat desa.6

Dengan semangat demikian, pesantren akan dianggap mampu bersenyawa dengan kondisi riil masyarakat, guna memenuhi tuntutan terhadap realitas, karena spirit dasar kehadiran pesantren adalah untuk menjadi Rahmat bagi masyarakat, baik rahmat dalam konteks pendidikan agama ataupun umum, maupun rahmat dalam aspek sosial yang lain, seperti aspek budaya, politik, hukum dan ekonomi.

Salah satu pesantren yang sejak awal memiliki komitmen untuk mengembangkan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal adalah Pondok Pesantren Annuqayah.7 Pesantren ini dalam derajat tertentu telah mampu menciptakan suatu terobosan yang signifikan untuk melakukan transformasi sosial yang cukup berarti dalam memberdayakan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Dari awal berdirinya PP. Annuqayah pada tahun 1887 M. Hingga tahun 1978, kegiatan pengembangan masyarakat secara formal ke-organisasian belum ada di pesantren Annuqayah. Hanya saja kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang

kemudian disebut „pengembangan masyarakat‟ itu, sebelumnya sudah dilakukan pesantren dalam bentuk pelayanan sosial, pendidikan keterampilan, unit-unit

6

Endang, Turmudi. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaannya. (Yogyakarta: LkiS, 2004), h. 1

7

Pondok Pesantren Annuqayah yang berlokasi di Guluk-Guluk Sumenep Madura didirikan pada tahun 1887. Pendirinya K.H. Moh. Syarqawi.


(15)

koperasi dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lewat organisasi-organisasi sosial yang berpusat di pesantren Annuqayah.

Pengembangan masyarakat oleh pesantren Annuqayah dimulai sejak terbentuknya Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah (BPM-PPA) yang didahului oleh perkenalan dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), sebuah LSM di Jakarta, pada tahun 1974. Waktu itu Bapak Drs. Soedomo, dari IKIP Malang disertai peneliti dari LP3ES, berkunjung ke pesantren Annuqayah untuk melakukan penelitian, bekerjasama dengan Bappeda Jawa Timur, dan IKIP Malang. Perkenalan ini kemudian berlanjut dengan korespondensi sehubungan dengan akan diadakannya Latihan Tenaga Pengembangan Masyarakat (LTPM) untuk kalangan pesantren di Pabelan Magelang. Karena alasan masih minimnya pengetahuan tentang LSM pada waktu itu, maka pihak pesantren tidak serta merta memenuhi tawaran tersebut. Keputusan baru diambil setelah mengkaji berbagai aspek kegiatan, serta didukung oleh surat pribadi Bapak Abdurrahman Wahid, (Allahu maghfir lahu) kepada K.H. Moh. Amir Ilyas, sebagai pengasuh utama An-Nuqayah periode itu, yang menjelaskan tentang arti pentingnya latihan tersebut. An-Nuqayah kemudian mengirimkan dua orang pesarta, yaitu, K.H. Abdul Basith, kiai muda yang waktu itu baru menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, dan seorang santri senior,

yaitu Bapak M. Syafi‟ie Anshori.

Kemudian pada tahun 1987 BPM-PPA mengadakan Lokakarya Perencanaan Program Pengembangan Unit usaha/Koperasi Lima Pondok Pesantren di An-nuqayah. Kelima pesantren partisipan itu sedang menjalankan


(16)

koperasi batik, koperasi pelayanan pupuk, koperasi alat-alat tulis, koperasi pertukangan, dan koperasi pengrajin genting.8

Melalui Biro Pengabdian Masyarakat (BPM), Annuqayah antara lain, telah melakukan program usaha ternak sapi. Program ini sebagai salah satu jembatan bagi masyarakat untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan meringankan beban ekonomi masyarakat di tengah krisis yang belum terobati.9

Oleh karena itu, dengan pesantren, maka masyarakat memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan basis ekonomi mereka di sekitar pesantren atau menjadi penyuplai (suplier) bagi kebutuhan santri yang berada di dalam pesantren. Sehingga dapat saling menguntungkan. Santri bisa mendapatkan bahan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya santri, sementara masyarakat memperoleh lahan untuk pengembangan ekonomi mereka dengan baik.

B . Literatur Review

Penelitian terdahulu yang relevan dengan fokus penelitian penulis, diantaranya adalah: yang tertuang dalam penelitian yang dilakukan oleh: M. Murtadho, “Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi”, penelitiannya menggunakan Studi Kasus Pada Pesantren Baitul Hamdi, dan Pesantren Turus di Pandeglang, Serang-Banten.

Penelitian ini berangkat dari kenyataan yang ironis, yaitu banyak pesantren, tetapi masyarakat di sekitar pesantren tersebut masih tradisional.

8

http://www.facebook.com/note.php?note_id=117199511629358. Data diakses pada Tanggal, 20 November 2010

9


(17)

Kenyataan ini mendorong M. Murtadho, untuk meneliti masalah ini, dengan pola mengaitkan unsur keagamaan dengan kemajuan ekonomi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif, dengan memfokuskan masalah pada pesantren dan usaha ekonomi. Alhasil pada tahun 1998 pesantren telah mendirikan Koperasi BMT Muamalat Pertiwi. Terkait dengan usaha ekonomi, M, Murtadho, menemukan empat (4) model pengembangan ekonomi yang sedang berjalan di kedua pondok pesantren tersebut, diantaranya:

Pertama, usaha ekonomi yang berpusat pada Kyai. Dalam contoh ini seorang Kyai mempunyai perkebunan cengkih yang luas. Untuk pemeliharaan dan pemanenan, kyai melibatkan santrinya untuk mengerjakannya. Maka terjadilah hubungan mutualisme saling menguntungkan: kyai dapat memproduksikan perkebunannya, santri mempunyai pendapatan tambahan, dengan keuntungan yang dihasilkan dari perkebunan cengkeh tersebut, kyai dapat menghidupi kebutuhan pengembangan pesantrennya. Dalam kasus di Pandeglang, peneliti menemukan pengembangan ekonomi semacam ini juga terdapat pada Pesantren Nurul Hidayah Cilaja kec. Pandeglang.

Kedua, usaha ekonomi pesantren untuk memperkuat biaya operasional pesantren. Contoh, pesantren memiliki unit usaha produktif seperti, menyewakan gedung pertemuan, rumah dsb. Keuntungan usaha produktif ini, dialokasikan untuk biaya operasional pesantren. Dalam kasus Pandeglang, peneliti menemukan contoh pesantren jenis ini pada Pesantren Baitul Hamdi di kec. Menes.

Ketiga, usaha ekonomi untuk santri. Dengan membekali santri ketrampilan di bidang pertanian dan peternakan. Tujuannya semata-mata untuk membekali


(18)

santri agar mempunyai ketrampilan tambahan, dengan harapan menjadi bekal dan alat untuk mencari pendapatan hidup. Pesantren Baitul Hamdi di Menes Pandeglang dapat dijadikan sampel pesantren dalam jenis ini juga, karena di sana santri diajak untuk bertani, dan berkebun.

Keempat, usaha ekonomi bagi para alumni santri. Pengurus pesantren dengan melibatkan para alumni santri menggalang sebuah usaha tertentu dengan tujuan untuk menggagas suatu usaha produktif bagi individu alumni, peneliti menemukan contoh pesantren dalam jenis ini ada pada Pesantren Turus desa Kabayan kec. Pandeglang. Pesantren Turus mendirikan usaha ekonomi berupa koperasi yang bergerak dalam kegiatan usaha simpan pinjam dan perdagangan.10

Penelitian M. Murtado ini, lebih menekankan pada: pengembangan ekonomi yang berpusat pada kalangan internal pesantren. Tidak ditemukannya basis pengembangan ekonomi untuk masyarakat sekitar pesantren walaupun pengelolaan pengembangan ekonomi itu melibatkan para santri dan alumni.

Literatur review lainnya yang sesuai dengan soal pengembangan ekonomi masyarakat, ditulis oleh Abd. Hamid Wahid, M.Ag (2009) yang tertuang dalam penelitiannya, disampaikan sebagai sumbang saran dalam Pertemuan Pesantren - Departemen Agama 2003 di Puncak Bogor, dengan judul; Peran Pemberdayaan Potensi Pesantren: RMI dan Pengalaman BPPM Nurul Jadid. Yang menjadi fokus penelitiannya, adalah tentang peran BPPM (Badan Pengembangan Pesantren dan masyarakat) dan RMI (Rabithatul Ma‟ahidil Islamiyah) dalam pemberdayaan potensi pesantren dan masyarakat. Bentuk riil peran BPPM dan

10

http://balitbangdiklat.depag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=13 1: pesantren-dan-pemberdayaan-ekonomi&catid=46:jurnal. Data diakses pada Tanggal, 20 November 2010 dengan judul : pesantren dan pemberdayaan ekonomi (studi kasus pesantren baitul hamdi dan pesantren turus di pandeglang)


(19)

RMI dalam pemberdayaan potensi pesantren tertuang dalam peningkatan wawasan dan keterampilan santri, melalui aktifitas pendidikan-pendidikan singkat, penjaringan beasiswa bagi para santri yang berpotensi untuk dikirim studi ke lembaga-lembaga profesional, baik di dalam maupun ke luar negeri. Sedangkan pemberdayaan potensi masyarakat meliputi: (1) sektor pertanian, (2) nelayan, (3) ternak, (4) niaga dan (5) industri kecil.

Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) ini, Program-program rintisannya mengacu pada pengembangan masyarakat atau Community Development (CD) dengan memberikan pinjaman lunak (soft loan) yang sistemnya memakai pola modal atau dana berputar (revolving fund ). dan memberikan bantuan dengan berbentuk dana hibah untuk dikelola oleh pesantren atau masyarakat sendiri.

BPPM PP. Nurul Jadid, dalam melakukan aktifitas CD (community development) yaitu, membuat masyarakat binaan, fokusnya pada masyarakat petani, masyarakat nelayan atau pesisir, dengan memberikan pelatihan berternak ayam potong, dan berternak sapi susu. Model pembinaannya dengan stimulasi, penyadaran dan pembinaan ekonomi masyarakat berorientasi pasar.

Kelompok-kelompok masyarakat binaan yang ditunjuk, di latih membuat industri kecil, penggunaan hasil tangkapan ikan secara efektif, pemberian pinjaman modal bagi buruh tani untuk sewa lahan cocok tanam, dan pembelian pupuk. Program-program CD tersebut terlaksana dengan bekerjasama, baik dengan lembaga-lembaga founding agency NGO, maupun dengan instansi pemerintahan yang berkompeten.11 Dibandingkan dengan penelitian M.

11

http://www.facebook.com/note.php?note_id=191802798918. Judul: Eksistensi Pesantren Pada Dunia Pendidikan. Data di akses pada Tanggal 20 November 2010


(20)

Murtadho, Penelitian Abd. Hamid Wahid, M.Ag ini sudah lebih maju: pertama, dikarenakan pengembangan ekonomi yang ditelitinya tidak hanya untuk internal pesantren saja, tapi sudah menyentuh pada ekonomi masyarakat dengan merujuk pada pola community development (CD). Kedua, penelitian yang dilakukan Abd. Hamid Wahid, lebih kepada optimalisasi peran BPPM dan RMI (Rabithatul

Ma‟ahidil Islamiyah) Nurul Jadid, sebagai instrumen lembaga pengembangan masyarakat untuk menggali potensi-potensi yang ada di pesantren maupun pada masyarakat.

Oleh karena itu penelitian saya yang berjudul: Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Pesantren (studi kasus atas pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqayah guluk-guluk sumenep madura) ini bermaksud untuk mengetahui dan melihat pesantren dan pengembangan ekonomi yang ditujukan tidak hanya untuk internal pesantren, tetapi juga untuk masyarakat sekitar pesantren.

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian agar lebih spesifik, maka masalahnya akan dibatasi pada:

a. Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi yang ada di lingkungan pondok pesantren Annuqayah.

b. Kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pesantren Annuqayah.


(21)

2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, Berkaitan dengan pemaparan tentang pesantren dan pengembangan ekonomi masyarakat di sekitar pondok pesantren, maka perumusan dan pertanyaan penelitian dibatasi pada: Pertama, bagaimana bentuk, pola dan pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah.?

Kedua, apakah pengembangan ekonomi di pesantren Annuqayah tersebut sudah sampai pada tingkat community development.?

Ketiga, apakah pengembangan ekonomi pesantren Annuqayah tersebut hanya untuk internal atau eksternal pesantren.?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan yang hendak penulis capai dari penelitian sekripsi ini :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan pola pengembangan ekonomi yang ada di masyarakat sekitar pesantren Annuqayah.

b. Untuk menganalisa dan menjelaskan ada dan tidaknya pengembangan ekonomi untuk masyarakat sekitar pesantren Annuqayah.

c. Untuk mendeskripsikan kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan pesantren Annuqayah terhadap internal pesantren dan masyarakat sekitarnya.


(22)

2. Menfaat Penelitian

Adapun menfaat penelitian ini diharapkan:

a. Dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan rekomendasi untuk pemerintah Kabupaten Sumenep, dalam meningkatkan kualitas pengembangan ekonomi baik dilingkungan pesantren-pesantren pada khususnya ataupun, pada masyarakat luas.

b. Semoga dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa c. Memenuhi tugas akhir perkuliahan program Strata Satu (S1) yang telah

ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Metodologi penelitian

Langkah-langkah metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian penulisan skripsi ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan (Field Research), yaitu terjun langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data primer dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

2. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah :

a. Observasi (pengamatan), yaitu mengamati secara langsung prihal pengembangan ekonomi yang ada pada masyarakat sekitar PP Annuqayah guluk-guluk Sumenep Madura. Observasi ini dilakukan dengan cara


(23)

pengamatan langsung terhadap objek penelitian guna mendapatkan data yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis teliti.

b. Wawancara, (interview) dalam hal ini penulis mewawancarai 10 orang responden yang terdiri dari 5 orang pengurus pesantren dan 5 orang masyarakat sekitar pesantren.

c. Dokumentasi, teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi data yang penulis perlukan, yaitu dengan cara melihat buku-buku, artikel-artikel, dokumen atau arsip-arsip yang ada di perpustakaan Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura. Seperti buku profile PP Annuqayah dan.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, buku catatan. Pedoman wawancara digunakan agar lebih fokus menggali apa yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan buku catatan digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam atau yang terlewati atau informasi yang belum jelas.

4. Sumber Data

Dalam penelitian ini data dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu ; data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dan observasi. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah yang didapatkan dari bahan tertulis atau kepustakaan, yakni buku – buku, jurnal ilmiah, artikel, dan terbitan ilmiah yang ada hubungannya dengan pembahasan.


(24)

5. Subjek Penelitian

Istilah subjek penelitian merujuk kepada orang atau individu atau kelompok yang menjadi sasaran unit atau satuan (kasus) yang diteliti, dimana subjek penelitian ini adalah masyarakat yang berada di luar lingkungan PP. Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura.

6. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman Penelitian Karya Ilmiah CeQDA, cet-II, Jakarta: 2007, yang disusun oleh Tim penulis Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurohman, M. Syairoji Dimyati, Netty Hartati, Syopiansyah Jaya Putra.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I. Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang Masalah, Literatur Review, Batasan dan rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II. Kajian Teori: meliputi: Konsep dan Cakupan Pengembangan Masyarakat (Communitu Development, Perspektif Teoritis Tentang Community Development, Proses Pengembangan Masyarakat, Model Pengembangan Masyarakat.

Bab III. Gambaran Umum: meliputi Gambaran Umum tentang pesantren Annuqayah, Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura.

Bab IV. Analisis Hasil Penelitian: Bab ini membahas: Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi di Pesantren Annuqayah, Kontribusi pengembangan


(25)

ekonomi terhadap internal pesantren Annuqayah dan masyarakat sekitar, Keuntungan dan hambatan pengembangan ekonomi terhadap masyarakat sekitar


(26)

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep dan Cakupan Pengembangan masyarakat (Community Development)

Pengembangan masyarakat (community developmet) memiliki sejarah panjang dalam literatur dan praktek pekerjaan sosial, menurut Johnson, pengembangan masyarakat merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan sosial yang bersifat makro (macro practice). Memang telah menjadi perdebatan panjang mengenai apakah pengembangan masyarakat dapat dan harus didefinisikan sebagai kegiatan profesional dan ciri khas pekerjaan sosial. Yang jelas PM memiliki tempat khusus dalam khazanah pendekatan pekerjaan sosial.

Dalam diskursus akademis pekerjaan sosial, PM lebih dikenal sebagai Community Organization atau Community Development (CO/CD) (Gilbert dan Specht, 1981) atau Bimbingan Sosial Masyarakat (Soetarso,1991). Di Australia, Inggris dan beberapa negara Eropa, pengembangan masyarakat disebut sebagai pekerjaan kemasyarakatan (community work), penyembuhan sosial (social treatment), perawatan sosial (social care) atau perawatan masyarakat (community care) (Twelvetrees, 1993; Payne, 1986).12

12

Lihat dalam Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2005), h. 42


(28)

Adapun pengembangan itu sendiri bermakna suatu sistem penyebaran maklumat dan ilmu pegetahuan daripada stesyen penyelidikan, pusat ilmu, universiti atau agensi pembangunan kepada masyarakat luar yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan kemasyarakatan.2 Sebagimana asal katanya, yakni pengembangan masyarakat, PM terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan dan

Masyarakat”. Secara singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha

bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya. Sementara itu, masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep, yaitu:

1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga,

perumahan di daerah perkotaan, atau sebuah kampung di daerah pedesaan.

2. Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau

kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.13

2

Maimunah Ismail, Pengembangan, Implikasi ke atas Pembangunan Masyarakat, (Kuala Lumpur, 1990 ), cetakan ke-2, h. 55

13

Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 39


(29)

Dunham, mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “berbagai

upaya yang terorganisir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah atau lembaga-lembaga sukarela”.14

B. Perspektif Teoritis Tentang Community Development

Secara teoritis, pengembangan masyarakat dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pekerjaan sosial yang dikembangkan dari dua perspektif yang berlawanan, yakni aliran kiri (sosialis-marxis) dan kanan (kapitalis-demokratis). Dewasa ini, terutama dalam konteks menguatnya sistem ekonomi pasar bebas dan swastanisasi kesejahteraan sosial, PM/CD semakin menekankan pentingnya swadaya dan keterlibatan informal dalam mendukung strategi penanganan kemiskinan dan penindasan, maupun dalam memfasilitasi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

Twelvetrees, membagi perspektif teoritis PM ke dalam dua bingkai, yakni pendekatan profesional dan pendekatan radikal. Pendekatan profesional menunjuk pada upaya untuk meningkatkan kemandirian dan memperbaiki sistem pemberian pelayanan dalam karangka relasi-relasi sosial. Sementara itu, berpijak pada teori struktural neo-Marxis, feminisme dan analisis anti-rasis, pendekatan radikal lebih terfokus pada upaya mengubah ketidakseimbangan relasi-relasi sosial yang ada melalui pemberdayaan kelompok-kelompok lemah, mencari sebab-sebab

14

Dunham, Pengembangan Masyarakt. dalam Isbandi. rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 218


(30)

kelemahan mereka, serta menganalisis sumber-sumber ketertindasannya. Sabagaimana diungkapkan oleh Payne berikut : (1995:166),

This is the type of approach which support minority ethnic communities, for example, in drawing attention to inequalities in service provision and in power which lie behind severe deprivation.”

Maksudnya adalah pendekatan profesional dapat diberi label sebagai pendekatan yang mematra tradisional, netral dan teknikal. Sedangkan pendekatan radikal dapat diberi label sebagai pendekatan yang bermatra tradisional.

Dua Perspektif Pengembangan Masyarakat

Pendekatan Perspektif Tujuan /Asumsi

Profesional (Tradisional, netral, teknikal)

 Perawatan masyarakat

 Pengorganisasian masyarakat

 Pembangunan

masyarakat

 Meningkatkan inisiatif dan kemandirian masyarakat

 Memperbaiki

pemberian pelayanan sosial dalam karangkan relasi sosial yang ada Radikal (Transformasional)  Aksi masyarakat

berdasarkan kelas

 Aksi masyarakat

berdasarkan geder

 Aksi masyarakat

berdasarkan ras

 Meningkatkan

kesadaran dan inisiatif masyarakat

 Memberdayakan

masyarakat guna mencari akar penyebab ketertindasan dan diskriminasi  Mengembangkan strategi dan membangun kerjasama dalam melakukan perubahan sosial sebagai bagian dari upaya mengubah relasi sosial yang menindas, diskriminatif, dan eksploitatif

Sumber: dikembangkan dari Mayo (1998:166) dalam Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,(2005:41).


(31)

C. Proses Pengembangan Masyarakat

Pendekatan bottom-up, „perubahan dari bawah‟ dan partisipasi merupakan prinsip fundamental dalam pengembangan masyarakat. Tidak saja hanya pada partisipasi proses itu berpijak, melainkan juga pada persoalan hasil dan tujuan, adapun penekanan pengembangan masyarakat yang diarahkan pada proses, bukan hasil, merupakan penekanan yang sama radikalnya pada perubahan dan partisipasi dari bawah.

Penekanan ini sama-sama memerlukan reorientasi, utamanya bagi banyak pekerja masyarakat yang telah terbiasa berfikir didasarkan pada hasil; dan sulit menjelaskan kepada mereka yang menerima padangan umum bahwa tujuan

menjustifikasi sarana, dan bagi mereka „kemana kita menuju‟ lebih penting

daripada kita mencapainya. Partisipasi memang sangat penting untuk perubahan dari bawah, dan sangat penting pula untuk mempertahankan fokus pada proses. Adapun proses-proses pengembangan masyarakat tersebut sebagai berikut:

a) Integritas Proses

Gagasan mengenai intergritas proses berlandaskan pada; jika sarana dan tujuan tidak dapat dipisahkan, dan jika kita menerima pandangan bahwa mengubah sarana dapat mengubah tujuan, maka proses pengembangan masyarakat memiliki nilai yang lebih dari sekedar instrumental. Sehingga sangat penting untuk menjamin bahwa proses itu sendiri memiliki integrasi dan tidak bertentangan dengan prinsip keadilan ekologis dan sosial.

Aspek terpenting dari integritas proses yaitu bahwa proses harus melibatkan masyarakat itu sendiri. Keterlibatan ini tak akan tercapai tanpa


(32)

partisipasi penuh. Proses pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari luar, dan tidak ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan lokal atau departemen pemerintah. Proses pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat yang memiliki, dikuasai dan dilangsungkan oleh mereka sendiri.

b) Peningkatan Kesadaran

Ada empat aspek dalam peningkatan kesadaran, meskipun perlu ditekankan bahwa dalam proses peningkatan kesadaran, keempat aspek ini akan terjadi pada saat yang sama; aspek-aspek tersebut bukan langkah-langkah dalam progresi linear. Pertama, yaitu berkaitan dengan aspek personal dan politik. Artinya adalah bahwa semua pengalaman personal dan pengalaman politik mengharuskan keduanya dijalankan bersama-sama sebagai upaya menolong masyarakat membuat koneksi antara pengalaman personal dan politik.

Kedua, membangun hubungan dialogis dengan para anggota masyarakat. Ketiga,berbagi pengalaman penindasan, dengan cara menyelidiki setiap pengalaman orang lain tentang apa pengertian dari penindasan, dan bagaimana orang-orang memahami dan mendefinisikannya, sehingga kesadaran kolektif dapat berkembang. Gagasan bergerak dari pengalaman individu ke pengalaman yang terbagi dan selanjutnya kesadaran kolektif menjadi bagian terpenting dari peningkatan kesadaran.

c) Langkah Pengembangan

Salah satu aspek penting dari proses pengembangan masyarakat adalah bahwa proses tersebut tidak dapat dipaksakan. Agar proses berjalan dengan baik,


(33)

diperlukan langkah yang „natural‟ untuk memulainya, dan untuk mendorong

proses tersebut menyelaraskan dengan langkah tersebut, artinya adalah bahwa proses merupakan milik masyarakat, bukan milik pekerja, dengan demikian, proses harus berjalan sesuai dengan langkah yang diinginkan oleh masyarakat.

d) Konsensus

Perspektif konflik dan konsensus yang berbeda telah menjadi sangat penting dalam konseptualisasi pengembangan masyarakat. Konflik merupakan bagian masyarakat yang tidak dapat dihidari, justru itu kemampuan untuk menangani konflik merupakan bagian kerja masyarakat yang sangat penting, namun demikian perspektif konsensus jauh lebih cocok untuk pengembangan masyarakat.15

D. Model Pengembangan Masyarakat

Jack Rothman dalam karya klasiknya yang terkenal, Three Models Of Community Organization Practice (1968), mengembangkan tiga model yang berguna dalam memahami konsepsi tentang pengembangan masyarakat: (1) pengembangan msyarakat lokal (locality development); (2) perencanaan sosial (social planning); dan(3) aksi sosial (sosial action).16 Paradigma ini merupakan format ideal yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis dan konseptualisasi. Dalam prakteknya, ketiga model tersebut saling bersentuhan satu

15

Jim Ife dan frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008), cetakan ke-1, h. 335-362

16

Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2005), h. 42


(34)

sama lain, setiap komponennya dapat digunakan secara kombinasi dan simultan sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang ada.

Tiga Model Pengembangan Masyarakat

PARAMETER PENGEMBANGAN

MASYARAKAT LOKAL

PERENCANAAN SOSIAL

AKSI SOSIAL

Orientasi tujuan

Kemandirian, integrasi dan kemampuan masyarakat (tujuan

proses)

Pemecahan masalah sosial yang ada di masyarakat (tujuan

tugas/hasil)

Perubahan struktur kekuasaan, lembaga

dan sumber (tujuan proses & tugas) Asumsi mengenai

struktur masyarakat dan kondisi

masalah

Keseimbangan, kurang kemampuan dalam relasi dan

pemecahan masalah

Masalah sosial nyata; kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja Ketidakadilan, kesengsaraan, ketidak merataan, Ketidaksetaraan Asumsi mengenai kepentingan masyarakat

Kepentingan umum atau perbedaan yang dapat

diselaraskan

Kepentingan yang dapat diselaraskan atau

konflik kepentingan

Konflik kepentingan yang tidak dapat diselaraskan; ketiadaan

sumber Konsepsi mengenai

kepentingan umum Rationalist-unitary Idealist-unitary Realist-unitary Orientasi terhadap

struktur kekuasaan

Struktur kekuasaan sebagai kolaborator, perwakilan

Struktur kekuasaan sebagai pekerja dan

sponsor

Struktur kekuasaan sebagai sasaran aksi dominasi elit kekuasaan

harus dihilangkan Sistem klien atau

sistem perubahan Masyarakat secara keseluruhan

Seluruh atau sekelompok masyarakat, termasuk masyarakat fungsional Sebagian atau sekelompok masyarakat tertentu Konsepsi mengenahi klien atau penerima pelayanan

Warga masyarakat atau negara Konsumen korban

Peranan masyarakat

Partisipan dalam proses pemecahan masalah Konsumen atau penerima pelayanan Pelaku, elemen, anggota Peranan pekerja sosial Pemungkin, kordinator, pebimbing Peneliti, analis, fasilitator pelaksana program Aktivis advokasi: agitator, broker, negotiator

Media perubahan Mobilisasi kelompok-kelompok kecil

Mobilisasi organisasi formal

Mobilisasi organisasi massa dan politik

Strategi perubahan Pelibatan masyarakat dalam pemecahan masalah

Penentuan masalah dan keputusan melalui tindakan rasional para

ahli Katalisasi dan pengorganisasian masyarakat untuk mengubah struktur kekuasaan Teknik perubahan

Konsensus dan diskusi kelompok, partisipasi, brain

storming, role playing, bimbingan dan penyuluhan

Advokasi, andragogy, perumusan kebijakan, perencanaan program

Konflik atau unjuk rasa, konfrontasi atau

tindakan langsung, mobilisasi massa, analis

kekuasaan, mediasi, agitasi, negosiasi,

pembelaan Sumber: Edi Suharto, Ph.D. (2005)


(35)

(36)

BAB III

TEMUAN PENELITIAN

Letak Kecamatan Guluk-Guluk berada pada paling barat kecamatan yang ada di kabupaten Sumenep, berjarak sekitar 30 km dari kota Sumenep, berbatasan dengan Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan. Secara geografis, desa Guluk-guluk berada di antara 6°00'-7°30' dengan ketinggian ± 117 meter dari permukaan laut, dengan luas wilayah 1.675.955 ha dari luas kecamatan Guluk-Guluk yang memiliki lahan seluas 6.691.316 ha.

Wilayah yang cukup luas ini ternyata tidak memberikan harapan penghidupan bagi masyarakat Guluk-guluk karena susunan tanahnya, sebagaimana daerah Madura lainnya cenderung terdiri dari batu-batu berkapur (lime store rock) dan sebagian besar tanahnya berjenis mediteran. Sedangkan curah hujan rata-rata pertahunnya 2176 mm, dengan jumlah hariannya kurang lebih 100 hari per tahun.17

A. Gambaran Umum Tentang Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Annuqayah

Pondok Pesantren Annuqayah (PPA) saat ini telah berusia lebih dari 13 dasawarsa,18 secara kuantitatif PP Annuqayah berkembang cukup pesat terutama sejak dasawarsa 1980-an, dalam usia yang cukup tua dan populasi yang mencapai hampir enam ribu peserta didik, tentu di dalamnya ada dinamika dan variasi kegiatan pendidikan yang dilakukan PP Annuqayah.

17

http://www.berita-annuqayah.blogspot.com/ data diakses pada tanggal, 03 April 2011

18

Profil Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura, diterbitkan oleh Pusat Data Pondok Pesantren Annuqayah, 12 Juni 2010, h. 1


(37)

Pondok Pesantren Annuqayah yang berlokasi di Guluk-Guluk Sumenep Madura didirikan pada tahun 1887. Pendirinya K.H. Moh. Syarqawi. Beliau lahir di Kudus Jawa Tengah. Kyai Syarqawi muda sebelum mendirikan pesantren pernah menuntut ilmu di berbagai pesantren di Madura, Pontianak, merantau ke Malaysia, Patani (Thailand Selatan), dan bermukim di Mekah. Pengembaraan beliau dalam menuntut ilmu tersebut dilakukan selama sekitar 13 tahun.19 Dalam kiprahnya menyebarkan ilmu, Kyai Syarqawi mula-mula membuka pengajian

al-Qur‟an dan kitab-kitab klasik di Prenduan Sumenep. 14 tahun kemudian, Kyai Syarqawi bersama dua istrinya dan K. Bukhari (putra dari isteri pertama) pindah ke Guluk-guluk dengan maksud mendirikan pesantren. Atas bantuan seorang saudagar kaya bernama H. Abdul Aziz, beliau diberi sebidang tanah dan bahan bangunan. Di atas sebidang tanah itu, beliau mendirikan rumah tinggal dan sebuah langgar. Tempat ini kemudian disebut Dalem Tenga. Selain itu, beliau juga membangun tempat tinggal untuk isterinya yang ketiga, Nyai Qamariyah berjarak sekitar 200 meter ke arah barat dari Dalem Tenga. Kediaman Nyai Qamariyah ini kemudian dikenal dengan Lubangsa.

Di langgar itulah Kyai Syarqawi mulai mengajar membaca al-Qur‟an dan dasar-dasar ilmu agama. Tempat itulah yang menjadi cikal bakal lahirny PP. Annuqayah. Sekitar 23 tahun Kyai Syarqawi memimpin pesantren Annuqayah. Setelah Kyai Syarqawi meninggal dunia pada bulan Januari 1911, pesantren dipimpin oleh putra beliau dari isteri pertama, K.H. Bukhari, yang dibantu oleh K.H. Moh. Idris dan K.H. Imam. Mulai tahun 1917, kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh salah seorang putra Kyai Syarqawi, yakni K.H. Moh. Ilyas. Pada

19


(38)

masa kepemimpinan Kyai Ilyas inilah, Annuqayah mengalami banyak perkembangan, misalnya pola pendekatan masyarakat, sistem pendidikan dan pola hubungan dengan birokrasi pemerintah. Perkembangan lain yang terjadi adalah ketika pada tahun 1923, K. Abdullah Sajjad, saudara Kyai Ilyas, membuka pesantren sendiri. Tempat baru itu kemudian dikenal dengan nama Latee, berjarak sekitar 100 meter di sebelah Timur kediaman K. Ilyas. Sejak K. Abdullah Sajjad membuka pesantren sendiri, pesantren-pesantren daerah di Annuqayah terus berkembang dan bermunculan, sehingga sekarang Annuqayah tampak sebagai

“pesantren federasi”. Setelah Kyai Ilyas meninggal dunia di penghujung 1959,

kepemimpinan di Annuqayah untuk selanjutnya berbentuk kolektif, yang terdiri dari para Kyai sepuh generasi ketiga. Sepeninggal Kyai Ilyas, kepemimpinan kolektif Annuqayah diketuai oleh K.H. Moh. Amir Ilyas (w. 1996), dan kemudian dilanjutkan oleh K.H. Ahmad Basyir AS.20

1. Perkembangan Pondok Pesantren Annuqayah

Pondok Pesantren Annuqayah sendiri merupakan pesantren yang berbentuk federasi.21 (pesantren bagian dalam satu-kesatuan dibawah satu yayasan) Hal itu dimulai sejak Kyai Abdullah Sajjad, mendirikan pesantren sendiri yang bernama Latee pada tahun 1923. Inisiatif itu dilakukan ketika Annuqayah daerah Lubangsa yang didirikan Kyai Syarqawi, tidak mampu lagi

20

http://www.berita-annuqayah.blogspot.com/ data diakses pada tanggal, 03 April 2011. Informasi ini juga penulis peroleh dari penjelasan Moh. Miftahunaim S.H.i (sekretaris I pengurus yayasan Annuqayah) setelah melakukan kunjungan di kantor yayasan Annuqayah dan wawancara pribadi dengan beliau pada tanggal, 05 April 2011

21

http://id.wikipedia.org/wiki/Federasi Federasi dari bahasa Belanda, federatie, dan berasal dari bahasa Latin; foeduratio yang artinya "perjanjian". Federasi dalam pengertian ini adalah "perjanjian" Kerajaan Romawi dengan suku bangsa Jerman yang menetap di provinsi Belgia, pada abad ke 4 Masehi. Kala itu, mereka berjanji untuk tidak saling memerangi, tetapi untuk bekerja sama saja. Dalam pengertian modern, sebuah federasi adalah sebuah bentuk pemerintahan di mana beberapa negara bagian bekerja sama dan membentuk negara kesatuan.


(39)

menampung santrinya. Berdirinya daerah Latee kemudian diikuti oleh berdirinya daerah-daerah lain. Hingga tahun 1972 Annuqayah sudah terdiri dari lima daerah yang seluruhnya diasuh oleh keturunan dan menantu Kyai Syarqawi, sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 1

PERKEMBANGAN DAERAH PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH DARI PERIODE 1887 – 1972

Nama Daerah Pendiri Tahun Berdiri

Lubangsa KH. Moh. Syarqawi 1887 Latee KH. Abdullah Sajjad 1923 Nirmala K. M. Hasan Bashri 1963

Al-Furqan K. Husein 1917

Lubangsa Selatan KH. Moh. Ishomuddin AS 1972 sumber : dokumentasi buku profile lengkap PP Annuqoyah

Pada tahun 1972, luas areal tanah pesantren hanya sekitar 2,5 ha. Di atasnya berdiri kurang lebih 150 asrama santri yang hampir seluruhnya terdiri dari bangunan kecil terbuat dari bambu, dihuni oleh 981 orang santri yang menetap, diasuh oleh enam orang Kyai dan 44 tenaga pengajar. Juga terdapat 325 santri kalong yang setiap pagi belajar pada sekolah formal yang terdiri dari tingkat Ibtidaiyah dan Muallimin. Sebagian besar para santri berasal dari Kabupaten Sumenep, dan yang lain berasal dari beberapa Kabupaten di Jawa Timur yang memang berasal dari keturunan Madura. Pada waktu itu Annuqayah memiliki satu masjid dan tiga mushalla, dua gedung Madrasah dengan enam ruang sederhana, juga terdapat sebuah kantor dengan dua ruang yang digunakan sebagai kantor pesantren, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Muallimin, dan sebuah ruang workshop.22

22


(40)

a. Perkembangan Jumlah Santri Annuqayah Selama 10 Tahun Terakhir (1978 - 1989)

Selama ± hampir 30 tahun dari tahun 1950 sampai akhir tahun 1970-an, perkembangan Pesantren Annuqayah sangat lambat. Tidak ada perubahan yang signifikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perkembangan Annuqayah kembali pesat setelah periode itu hingga tahun 1980-an akhir. Perkembangan jumlah santri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

PERKEMBANGAN JUMLAH SANTRI ANNUQAYAH SELAMA 10 TAHUN TERAKHIR (1978 - 1989)

Tahun Santri Ustadz/Ustadzah Luas Lokasi

1978/1979 981 44 2,5 ha

1984/1985 3.037 167 5 ha

1987/1989 3.543 210 8 ha

Sumber: dokumentasi/arsip-arsip di kantor pengurus PPA

Seiring dengan bertambahnya jumlah pondok daerah yang merupakan bagian integral dari pesantren Annuqayah. Secara berangsung-angsur datang masyarakat yang ingin belajar agama bahkan menetap/mondok, sehingga saat ini Annuqayah telah terdiri dari 26 daerah. Berikut ini data jumlah santri dari daerah-daerah tersebut.


(41)

Tabel 3

JUMLAH SANTRI PP. ANNUQAYAH TAHUN PELAJARAN 2009-2010

No Nama Daerah Pengasuh Jumlah

Santri 1 PPA Daerah Lubangsa Putra KH. A. Waries Ilyas 807 2 PPA Daerah Lubangsa Putri Ny. Hj. Nafisah 752 3 PPA Daerah Lubangsa Tengan Putri KH. Abbasi 188 4 PPA Daerah Lubangsa Selatan Putra KH. Moh. Ishomuddin AS 248 5 PPA Daerah Lubangsa Selatan Putri Ny. Hj. Helyah Ishom 179 6 PPA Daerah Latee Putra KH. Ahmad Basyir AS 693 7 PPA Daerah Latee II Putri Ny. Hj. Ummamah 538 8 PPA Daerah Latee I Putra KH. A. Basith AS. BA 14 9 PPA Daerah Latee I Putri Ny. Hj. Magfuroh Ihsan 187 10 PPA Daerah Latee Utara Putra KH. Abussiri Ali Mufi 23 11 PPA Daerah Latee Utara Putra-putri Ny. Maryam mahfoudh 27 12 PPA Daerah Nirmala Putra KH. M. Afif Hasan 214 13 PPA Daerah Nirmala Putri Ny. Hj. Syifa Ilyas 227 14 PPA Daerah Al-Furqan Putra KH. M. Mahfoudh Husaini 32 15 PPA Daerah Al-Furqan Putri Ny. Hj. Arifah AS 43 16 PPA Daerah Karang Jati Putra KH. M. Abdul Basith Bahar 28 17 PPA Daerah Karang Jati Puttri Ny. Hj. Toyyibah 119 18 PPA Daerah Kusuma Bangsa Putra K. M. Hosnan A. Nafi' 9 19 PPA Daerah Kusuma Bangsa Putri Ny. Hj. Salma 30 20 Ppa Daerah Nurul Hikmah Putra KH. M. Tsabit Khazim 5 21 PPA Daerah Nurul Hikmah Putri Ny. Hj. Maltufah Mahfoudh 26 22 PPA Daerah Sumber Al-Anwar Ny. Muyassaroh 2 23 PPA Daerah Sumber Dadduwi Putri/iKH. M. Muhsin Amir 10 24 PPA Daerah Al-Amir Putra KH. Ah. Mutam Mukhtar 10 25 PPA Daerah al-Amir Putri Ny. Hj. Mahtiyah 5 26 PPA Daerah Al- Anwar Ny. Hj. Fatimah Al-Batul 6

total 4.431

Sumber: Update data PP Anuqoyah Tahun Pelajaran 2009/2010

Perbedaan adanya jumlah santri di atas yang sangat kontradiktif ini dipicu karena PPA Lubangsa Putra, Lubangsa Putri, Latee Putra dan Latee Putri, serta Nirmala merupakan pesantren yang pertama kali berdiri, selain karena nama pengasuhnya yang sudah dikenal luas oleh masyarakat, juga karena nama daerah pondoknya tersebut sudah akrab ditelinga masyarakat. Untuk jumlah santri yang 2-5 tersebut, awalnya Ibu Nyai memcari pembantu terus disekolahkan, oleh pengurus pondok didata juga.


(42)

Tabel 4

DATA SISWA PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH GULUK-GULUK SUMENEP MADURA

No Jenjang Pendidikan Tahun Berdiri

Status Terakreditasi

Jumlah Siswa

Jumlah Guru

Jumlah

Kelas Tapel

1 TK Annuqoyah 1986 Terdaftar 52 6 2 2010/2011

2 MI I Annuqoyah 1933 Akreditasi C 71 13 6 2010/2011 3 MD 2 Annuqoyah 1985 Akreditasi B 132 16 6 2010/2011 4 MI 3 Annuqoyah 1970 Akreditasi B 96 16 6 2010/2011 5 MTs I Annuqoyah Putra 1970 Akreditasi B 634 54 17 2010/2011 6 MTs I Annuqoyah Putri 1970 Akreditasi B 654 35 13 2010/2011 7 MTs 2 Annuqoyah 1982 Akreditasi C 54 13 3 2010/2011 8 MTs 3 Annuqoyah 1980 Akreditasi C 221 30 6 2010/2011 9 MA I Annuqoyah Putra 1979 Akreditasi B 574 43 12 2010/2011 10 MA I Annuqoyah Putri 2002 Akreditasi B 854 69 20 2010/2011 11 MA II Annuqoyah 1982 Akreditasi C 260 25 6 2010/2011 12 MAK Annuqoya Putra 1997 Akreditasi B 141 24 3 2010/2011 13 SMA I Annuqoyah 2002 Akreditasi B 312 39 7 2010/2011 14 SMA 3 Annuqoyah 2001 Akreditasi 147 26 6 2010/2011

15 SMK Annuqoyah 2002 Terdaftar 38 17 3 2010/2011

16 STIK Annuqoyah 1996 Akreditasi A 2460 86 16 2010/2011

6710 200 132

sumber : diambil dari dokumentasi pengurus yayasan periode tahun 2006/2010

Jumlah

2. Organisasi Pengelola

1. Pondok Pesantren Annuqayah.

Lembaga ini berupa kepengurusan yang terstruktur, terdiri dari Dewan Pengasuh, Pengurus Harian dibantu oleh bidang kesekretariatan atau petugas administrasi yang berkenaan dengan unit-unit kegiatan yang berupa biro-biro yang ada di bawahnya. Biro ini membawahi unit-unit kegiatan santri, seperti program khusus pendidikan bahasa asing, pendidikan kepesantrenan, kesehatan dan lingkungan, pramuka, jurnalistik, pembinaan keterampilan, perpustakaan, penerbitan, pengabdian masyarakat, dan lain-lain. Ada juga biro yang menangani pembangunan sarana dan prasarana fisik di lingkungan pesantren.


(43)

Dewan pengasuh yang terdiri dari tujuh Kyai sepuh, merupakan jajaran pimpinan yang memegang kebijakan tertinggi sekaligus membina pelaksanaan kegiatan pendidikan dan kepesantrenan. Sementara pengurus harian merupakan pelaksana kebijakan-kebijakan dewan pengasuh, serta mengatur tata tugas dan pendelegasian tugas melalui organ-organ di bawahnya, menurut aturan mekanisme kerja yang telah ditentukan.

Pengurus Pusat Pondok Pesantren Annuqayah Masa Bakti 2006-2010

DEWAN PENGASUH PENGURUS HARIAN

BIRO-BIRO

Biro Kepesantrenan

Ketua : K. H. Ahmad Syamli Muqsith

Biro Madaris/Satuan Pendidikan Formal

Ketua : K. Moh. Naqib Hasan

Biro Pengabdian Masyarakat

Ketua : K. M. Zamiel El-Muttaqien

Biro Pengembangan Santri

Ketua : K. M. Syauqi Ishom

Biro Informasi, Publikasi Dan Kepustakaan

Ketua : K. H. Muhammad Shalahuddin Warits

2. Yayasan Annuqayah

Lembaga ini didirikan pada tahun 1984. Pada awalnya alasan pendirian yayasan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mendirikan sekolah tinggi. Tetapi akhirnya tugasnya diperluas yaitu pada mengelola pendidikan dasar dan menengah. Selain itu, Yayasan Annuqayah memiliki unit usaha pertokoan, home

KH. Ahmad Basyir AS. (Ketua) KH. Moh. Mahfoudh Husaini KH. Moh. Ishomuddin AS. Drs. K.H. Warits Ilyas KH. A. Muqsith Idris KH. A. Basith AS. BA. KH. Abbasi Ali

1. Ketua :K. H. A. Hanif Hasan 2. Sekretaris : K. Alawi Thaha 3. Bendahara : K. M. Hazmi Masyir

PENGURUS HARIAN

Ketua :K. H. A. Hanif Hasan Sekretaris : K. Alawi Thaha


(44)

Bidang Donatur:

1. Jamal Rowi 2. H. Zubairi 3. Yusri Fath, S. Ag.

industri, peternakan, pertanian dan perkebunan, yang menjadi aset dan sumber penghasilan yayasan.23

Struktur kepengurusan Yayasan Annuqayah terdiri dari Dewan Pembina yang beranggotakan Kyai sepuh, Dewan Pengawas, dan Pengurus Harian dengan dibantu sekretariat dan bidang-bidang. Sejak tahun 2006 ini, Yayasan tidak lagi mengelola aktivitas pendidikan di lingkungan Annuqayah, tetapi lebih fokus menangani pengelolaan aset dan usaha yang diarahkan sebagai sumber dana atau pembiayaan aktivitas pesantren.24

Pengurus Yayasan Annuqayah Masa Bakti 2006-2010 Dewan Pembina

1. KH. Ahmad Basyir AS. 2. KH. Moh. Mahfoudh Husaini 3. KH. Moh. Ishomuddin AS. 4. Drs. K.H. Warits Ilyas 5. KH. A. Muqsith Idris 6. KH. A. Basith AS. BA. 7. KH. Abbasi Ali

Pengurus Harian

Ketua : H. A. Panji Taufiq

Wakil Ketua : Drs. Taufiqurrahman

Sekretaris : K. M. Ainul Yaqin

Wakil Sekretaris : Muhammad Afnan : Moh. Miftahunaim, S.H. I.

Bendahara : KH. Ahmad Hazim

Wakil Bendahara : H. Asnawi Sholeh

23

Profil Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura, h. 14

24

Menurut keterangan H. A. Panji Taufiq (selaku ketua umum pengurus yayasan), masa bakti 2006-2010

Bidang Pertokoan:

1. H. Hasbi Musyaffa 2. H. A. Dauri, S. Ag.

Bidang Pertanahan:

1. Fathorrahiem, S. Pd. I. 2. H. Imam Mahdi 3. H. Helmi

Dewan Pengawas

1. KH. Abd. A`la 2. KH. A. Naufal Ashiem 3. KH. Hamidi Hasan 4. KH. Baihaqi Syafiuddin 5. K. Zainuddin


(45)

B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura

1. Letak dan Keadaan Demogarfi Desa Guluk-guluk

Desa Guluk-guluk merupakan salah satu desa di kecamatan Guluk-guluk, Sumenep Madura. Lokasinya yang berada di daerah dataran tinggi yaitu pada ketinggian 300 m dari permukaan laut. Desa ini terletak di sebelah barat daya kota Sumenep, kurang lebih 24 km. Ditengah-tengah desa ini dibelah oleh sebuah persimpangan jalan beraspal menuju Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan, menuju kota Sumenep, dan Kecamatan Pragaan dan Bluto Sumenep Madura.25

Berdasarkan data laporan desa Guluk-guluk dalam angka, luas wilayah seluruhnya 1.322,174 ha (16,69 Km 2), sudah termasuk tanah teknis, setengah teknis, pakarangan dan lain-lain. Seperti dalam tabel berikut :

Tabel 5

LUAS DAERAH DESA GULUK-GULUK

No Jenis Tanah Luas Tanah

1 Tanah Teknis 57.000 ha

2 setengah Teknis 50.000 ha

3 pakarangan 335.287 ha

4 Tegalan 12.214,668 ha

5 Lain-lain 12.000 ha

Jumlah 1.322.174 ha

Sumber: Bank data kecamatan guluk-guluk tahun 2010

Penduduk yang menempati atau yang bertempaat tinggal di desa Guluk-guluk terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Motifasi penduduk pendatang di Desa ini disebabkan usaha dan tugas dinas, sehingga suami atau istrinya juga ikut menetap, sampai-sampai juga menjadi pegawai di desa ini.

25


(46)

Sedangkan jumlah penduduk desa Guluk-guluk sebesar 12.502 jiwa yang terdiri dari 6.679 laki-laki dan 5.823 perempuan (lihat dalam tabel 6)

Tabel 6

DATA PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

1 Laki- laki 6. 679

2 Perempuan 5. 823

Jumlah 12. 502

Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010

Dari jumlah jiwa tersebut, mayoritas bekerja sebagai petani, buruh tani, sedang lainnya ada yang menjadi pegawai negeri sipil, ABRI, wiraswasta, pertukangan dan lain-lain. Untuk itu lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana yang tertera dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 7

DATA PENDUDUK MENURUT PROFESI

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 134

2 A B R I 16

3 Pedagang 138

4 Petani 7. 516

5 Tukang Kayu/Batu 52

6 Buruh Tani 67

7 Purnawirawan 36

8 Lain-lain 147

Jumlah 8.106

Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010 2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk

Mayoritas masyarakat Guluk-guluk bermata pencaharian petani (95,124%), selebihnya bekerja sebagai pedagang kecil, pengrajin, buruh bangunan, peternak, pegawai negeri dan lain-lain. Dari luas wilayah desa Guluk-guluk (1.675.955 ha) dengan lahan yang dipergunakan hampir seluruhnya (1.329.69 ha) terdiri dari tanah yang tergantung pada kondisi musim dan hanya 94 ha. dari luas tanah pertanian itu yang mendapat pengairan dari sumber mata air dan sungai, sedangkan curah hujan hanya 1.000 mm/tahun.


(47)

Dari kondisi lingkungan alam yang kritis, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pendapatan perekonomian rata-rata rendah. Selain alasan tersebut, pendapatan tersebut masih tergantung pada penanaman, perawatan dan keadaan cuaca yang baik dan normal. Untuk memberikan kepastian pendapatan perkapita penduduk sulit sekali, namun begitu berdasarkan kenyataan yang ada di daerah Guluk-guluk, beberapa tokoh masyarakat di daerah ini memperkirakan bahwa pendapatan rata-rata perkapita penduduk antara 2.250-2.350 kg beras pertahun.26 atau antara Rp. 18.900.000,- sampai Rp. 19.740.000,- (data desa Guluk-guluk 2010). Dengan pendapatan perkapita seperti ini bisa digolongkan bahwa masyarakat Guluk-guluk termasuk kedalam kelas menengah kebawah. Di desa Guluk-guluk sendiri tanaman tembakau merupakan sumber mata pencaharian yang cukup besar, disamping tanaman musim kering seperti, kacang-kacangan dan ubi-ubian atau terkadang pula dengan tanaman padi ketika musim penghujan atau pada lahan yang berdekatan dengan sumber mata air.

3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Sebagai masyarakat yang kuat dan kental dalam mempertahankan eksistensi agama dan pengalaman agama, yang hal ini tertuang kedalam kehidupan sosial budaya masyarakat Guluk-guluk, sangat menjunjung tinggi tali persaudaraan, suka tolong manolong, antar sesama hubungan yang dibangun saling hormat menghormati, sehingga jalinan komunikasi interaktif selalu terjadi yang menjurus kepada pertalian erat hubungan persaudaraan, persahabatan, sehingga nuansa keharmonisan sangat tercermin dalam kehidupan masyarakat pedesaan.

26

Sumber dari hasil observasi lapangan dan olah data yang ada di Desa Guluk-guluk. Dan hal ini dibenarkan oleh Bpk. Aminullah, selaku Kepala Desa Di Desa Guluk, Kec. Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep Madura.


(48)

Bentuk-bentuk ekspresi nilai keagamaan merupakan perwujudan tingkah laku masyarakat yaitu berakar kuat dalam adat istiadat. Sepanjang tahunnya masyarakat Guluk-guluk tidak lepas dari dan penuh dengan selamatan-selamatan islam, selamatan untuk mengenang arwah keluarga yang telah meninggal dunia

(haul), selamatan Kamis atau malam Jum‟at dengan membaca surat Yasin dan

Tahlilan, merupakan suatu yang dianggap cukup sakral oleh masyarakat Guluk-guluk sendiri.

Terdapat juga tradisi yang dikaitkan dengan nilai keagamaan yang beranekaragam jenis dan maksudnya, seperti kebiasaan selamatan Tajin Sorah (bubur ayam) pada bulam Muharram yang merupakan bulan pertama tahun Islam yang bertujuan mengenang hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Dari Mekkah ke Madinah. Demikian pula pada bulan berikutnya yaitu selamatan Tajin Sappar (jenang yang terbuat dari tepung beras) dan selamatan-selamatan lainnya yang masih bertahan dalam kehidupan masyarakat Guluk-guluk

4. Karakteristik Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk Di PP Annuqayah

Dinamika ekonomi masyarakat di sekitar pesantren sendiri terus berkembang atau dikembangkan, baik masyarakat yang hanya menitipkan barang dagangan di dalam pesantren, maupun masyarakat yang mendirikan usaha di sekitar pesantren mulai dalam bentuk usaha toko, warung, warnet, foto copy dan tempat dagangan lainnya. Potensi ekonomi tumbuh dan berkembang cukup dinamis. Setidaknya berdasarkan hasil observasi langsung (selama 3 hari berada di lingkungan pesantren) untuk mengamati usaha-usaha ekonomi yang ada di dalam pesantren, peneliti menemukan sedikitnya ada 27 unit usaha yang ada dan berkembang di dalam lingkungan pesantren, baik yang menjadi milik pesantren


(49)

sendiri, ataupun dimiliki oleh individu keluarga pesantren. Berikut usaha-usaha yang ada di lingkungan pesantren diantaranya:

Tabel 8

JUMLAH DAN JENIS USAHA DI LINGKUNGAN PESANTREN ANNUQAYAH

No Usaha Tempat Pemilik

1 Kantin Late Putra Pesantren

2 Koperasi Late Putra Pesantren

3 Kantin Late Putra Individu

4 Rental Komputer Late Putra Individu 5 Foto Copy Sebelah Late Utara II Individu 6 Kantin Selatan Kantor M.Ts masyarakat 7 Koperasi Selatan Kantor M.Ts An-nuqoyah Individu 8 Kantin Depan blok F lubangsa putra masyarakat

9 Kantin Nirmala masyarakat

10 Rental Komputer Nirmala Individu

11 toko Jalan Masuk Ke STIKA Yayasan

12 warnet sebelah barat toko yayasan Individu

13 Koperasi Lubangsa Selatan Pesantren

14 toko Lubangsa Putri masyarakat

15 Kantin Lubangsa Putri masyarakat

16 Toko Late II Individu

17 Toko Late II Individu

18 Toko Lubangsa Selatan Putri Individu 19 Kantin Lubangsa Selatan Putri masyarakat

20 Kantin kusuma Bangsa masyarakat

21 Toko Nirmala Putri masyarakat

22 Koperasi Sewajarin Yayasan

23 Koperasi Sewajarin Pesantren

24 Koperasi Sewajarin Pesantren

25 Kantin Sewajarin Individu

26 Koperasi Utara Kampus STIKA Putri Individu

27 Koperasi Lubangsa Tengah Yayasan

Sumber : Hasil observasi di lapangan

Dalam keterkaitan tersebut, khusus unit usaha yang menjadi milik pesantren, pada awalnya memang didanai oleh pengasuh, hanya saja dalam perkembangan berikutnya, toko atau unit usaha tersebut diserah-kelolakan kepada


(50)

pengurus pesantren dan BPM Annuqayah yang hasilnya masuk menjadi kas pesantren.27

Berdasarkan data yang diperoleh seteleh melakuan observasi di sekitar pesantren, karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren terklasifikasi menjadi beberapa karakter, sebagaimanama tampak dalam tabel berikut:

Tabel 9

KARAKTERISTIK EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR PESANTREN

No Karakteristik Jumlah Jenis Tempat Usaha

1

penyuplai dagangan ke dalam pesantren (dititipkan ke koperasi) / non permanen

18 orang koperasi-koperasi di dalam pesantren

2 mendirikan usaha permanen

seperti : toko, counter dan warung 11 orang

rumah sendiri atau bangunan resmi milik sendiri

3 semi permanen seperti : toko,

counter dan warung 1 orang sewa atau kontrak pada pihak lain Sumber : diolah dari hasil observasi langsung di lapangan

Data pada tabel di atas menjelaskan bahwa karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah terpola menjadi tiga macam karakter.

1. Penyuplai dagangan kecil ke dalam pesantren

Karakteristik ini terdiri dari elemen masyarakat yang menitipkan barang dagangan mereka ke dalam pesantren, terutama toko, atau warung-warung yang berada dalam lingkungan pesantren. Karakteristik okonomi semacam ini, biasanya dilakukan setiap hari, lebih-lebih saat pagi hari. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan santri sarapan pagi, (gen langgen).28 Yang tersebar

27

Menurut keterangan Kyai Memeng, selaku direktur BPM Annuqayah, putra Kyai Abdul Basith

28

Gen langgen. Yaitu parebesan madura (bahasa Madura) yang artinya sarapan dengan memakan makanan yang ringan dahulu,, seperti makan kue dsb.


(51)

dalam semua daerah yang ada di dalam lingkungan pondok pesantren Annuqayah.

2. Mendirikan usaha permanen

Karakteristik ini, dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah dengan cara mendirikan usaha dagang secara mandiri dan bersifat permanen, biasanya tempat usaha ini dibuka atau didirikan di dekat-dekat rumah mereka sendiri. Karakter ekonomi semacam ini dilakukan dengan cara bermacam-macam, ada toko, warung makan dan lain sebagainya.

3. Usaha semi permanen (bersifat sementara)

Masyarakat yang berada di sekitar lingkungan pondok pesantren Annuqayah, biasanya mendirikan beberapa jenis usaha, seperti toko, warung makan, warnet, burjo dan foto copy dengan cara sewa (kontrak) tempat kepada orang lain. Karakteristik semacam ini rata-rata dilakukan oleh masyarakat yang agak jauh dari lingkungan pondok pesantren Annuqayah, dan usaha-usaha tersebut dianggap sebagai salah satu media untuk menggali keuntungan di sekitar pesantren. Dengan obyek dan konsumen yang sama, yaitu para santri Annuqayah itu sendiri yang berada di dalam lingkungan pesantren dan masyarakat yang berada di sekitar pesantren.


(52)

(1)

Nama : Ibu. Lut Umur : 43

Pekerjaan : Suplier Nasi Bungus ke Pesantren Tanggal : 05 April 2011

1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.? Jawab : iya saya asli orang guluk-guluk

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.? Jawab : sudah turun temurun saya disini

3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.? Jawab : biasa aja gak gimana-gimana

4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?

Jawab : selain ibu rmuah tangga adalah usaha kecil-kecilan

5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?

Jawab : ya saya tahu

6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?

Jawab : kalau saya pribadi tidak ada karena usaha saya bukan dibantu BPM tapi pesantren sendiri

7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.? Jawab : saya kan jualan nasi bungkus ya.. kalau BPM gak ada kontribusinya bagi saya. Ya kalau pesantren banyak soalnya usaha saya ini murni dari saya pribadi modalnya. Tapi ada orang lain yang usahanya dibantu oleh BPM.

8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?

Jawab : keuntungannya nasi bungkus saya bisa cepat habis dan tidak repot memasarkannya tinggal dititip ma santri aja, tapi hambatanya kalau santri sudah liburan pondok kan sepi jadi saya gak banyak bikinnya, itupun kadang-kadang saya buat nasi bungkus

9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.? Jawab : bagus-bagus aja

10.Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya warga yang tinggal di dekat pesantren.?

Jawab : mungkin lebih diperluas lagi aja kali ya cakupan usaha, biar saya juga bisa dapet bantuan modal dari BPM

TTD


(2)

Nama : Bpk Murawi Umur : 47

Pekerjaan : Sopir

Tanggal : 05 April 2011

1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.? Jawab : ya bener

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.? Jawab : dari kecil saya di sini orang tua saya juga disini aja tinggalnya.. 3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?

Jawab : seneng aja namanya kampung sendiri mas 4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?

Jawab : ibu rumah tangga aja, tapi usaha ada kecil-kecilan

5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?

Jawab : ya saya tahu

6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?

Jawab : sangat berpengaruh.. saya kalau sudah tidak ada modal bisa pinjam di BPM dulu,

7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.? Jawab : alhamdulilah.. berkat ini saya punya pekerjaan untuk nafkahi keluarga saya, karena hanya ini pekerjaan saya selain bertani, lumayan lah ada pemasukan walaupun sekolah saya SD aja tidak tamat

8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?

Jawab : kalau keuntungan sih banyak, soalnya hampir separuhnya penghasilan keluarga saya ini berasal dari jualan saya, kalau hambatannya dagangan saya jadi tikdak laku kalau santri sudah masuk libiran sepi ini pondok.

9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.? Jawab : sangat membantu bagus lah

10.Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya warga yang tinggal di dekat pesantren.?

Jawab : saya tidak punya solusi apa-apa mas orang pesantren pinter semua ko

TTD


(3)

Nama : Lizamah Umur : 29 tahun

Pekerjaan : Punya toko baju

1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.? Jawab : iya asli orang guluk-guluk saya

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.? Jawab : sudah dari dulu

3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.? Jawab : senang senang aja

4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.? Jawab : ya ini pekerjaan saya jualan

5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?

Jawab : ya saya tahu

6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?

Jawab : kalau bagi saya tidak ada pengaruhnya, tapi saya pernah pinjem uang ke BPM

7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.? Jawab : kalau dari BPM-nya sendiri tidak ada, kalau dari pondok ya banyak soalnya kalau disini tidak ada pondok paling saya tidak buka toko ini, selain juga pembeli toko saya sebagian ada dari kalangan santri

8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?

Jawab : keuntungannya ada karena hampir yang jadi tumpuan ekonomi keluarga saya dari ini, hambatannya tidak ada

9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.? Jawab : bagus

10.Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya warga yang tinggal di dekat pesantren.?

Jawab : apa ya.. tidak tau saya

TTD


(4)

Nama : Ibu Sulihah Umur : 46

Pekerjaan : penganyam tikar Tanggal : 07 April 2011

1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.? Jawab : ia betul

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.? Jawab : sejak lahir saya tinggalnya disini

3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.? Jawab : senang-senang aja

4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?

Jawab : ini pkerjaan saya tiap hri jagaain warung

5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?

Jawab : pernah mendengar yang itu kan kantornya di depan

6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.? Jawab : jujur ya.. tidak ada pengaruhnya bagi ekonomi keluarga saya

7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.? Jawab : gak bisa bilang apa, saya kan emang gak punya pekerjaan nak.. selain yang dikasih oleh pesantren tidak usah modal juga lagi, terimakasih banyak kyai

8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?

Jawab : keuntungannya jualan disini lumayan rame karena banyak santri kali ya soalya kalau sudah liburan ini sepi dagangan saya juga tidak banya bayak saya masak

9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.? Jawab : bagus..

10.Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya warga yang tinggal di dekat pesantren.?

Jawab : solusi apa ya tidak tau saya mas.. orang kampung saya

TTD


(5)

Nama : Bpk. Sabri Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Peternak Sapi BPM-PP Annuqoyah Tanggal : 10 April 2011

1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.? Jawab : ia betul

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.? Jawab : sejak dari orang tua saya

3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.? Jawab : biasa aja

4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.? Jawab : ini pekerjaan saya ternak sapi

5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?

Jawab : ia tahu

6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.? Jawab : jujur ya.. sangat berpengaruh banget

7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.? Jawab : kontribusinya banyak, awalnya saya kan tidak punya pekerjaan apa-apa tapi oleh BPM saya dikasih gaduan sapi suruh dipelihara/diternak, saya bersyukur banget 8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan

ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?

Jawab : keuntungannya ya saya bisa punya ekerjaan lah dan hasilnya lumayan walaupun lama, hambatannya di daerah sini banyak maling, walaupun puya saya alhamdulilah belum kecurian tapi cukup bikin saya kawatir masalahnya maling sini gak liat-liat walaupun punya pesantren juga tetep aja dicuri.

9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.? Jawab : bagus banget ini sangat menolong saya

10.Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya warga yang tinggal di dekat pesantren.?

Jawab : solusinya apa ya… mungkin malingnya harus di tangkep dan dipenjara yang

lama sampe jera gitu

TTD


(6)

Nama : Abd. Muiz Umur : 37

Pekerjaan : Ternak Sapi BPM Tanggal : 10 April 2011

1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.? Jawab : iya asli orang guluk-guluk saya

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.? Jawab : dari dulu turun temurun

3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.? Jawab : biasa aja

4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?

Jawab : ini ngurusin ternak sapi punya BPM Anuqoyah

5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?

Jawab : ia saya tahu

6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.? Jawab : jelas berpengaruh, emembuat ekonomi keluarga saya sidikit lebih laik 7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?

Jawab : ada awalnya saya kan hanya petani biasa aja, itupun hasil pertaniannya hanya cukup dimakan keluarga sendiri, berkat BPM jadinya saya punya penghasilan tambahan

8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?

Jawab : keuntungannya itu tadi yang sudah saya jelaskan. Hambatannya disini banyak malingnya bikin saya kurang nyenyak tidur sapi takut dicuri orang

9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.? Jawab : sangat bagus menurut saya.

10.Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya warga yang tinggal di dekat pesantren.?

Jawab : tidak punya solusi saya mas, saya hanya orang kampung biasa

TTD ( Abd. Muiz )