FENOMENA TARI SAMMAN DI DESA TAMBUKO KECAMATAN GULUK-GULUK SUMENEP MADURA.

(1)

FENOMENA TARI SAMMAN DI DESA TAMBUKO KECAMATAN GULUK-GULUK SUMENEP MADURA

Skripsi

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Filsafat Agama

Oleh:

MOH HARIRI NIM: E81212060

PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini mentelaah bagai mana sebuah tari bisa membuat masyarakat terlebih kepada para anggota senang dalam beribadah. Tidak jarang ketika kita ingin beribadah, rasa malas sering kali menghilangkan niat kita untuk beribadah. Melalui tarian ini lambat laun mereka berubah lebih baik dalam beribadah. Dari latar belakang dan tujuan tesebut peneliti membatasi rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi ini antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana deskripsi tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura? 2. Bagaimana analisi riset Fenomenologi tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura? Untuk menjawab permasalahan yang ada dilapangan, peneliti menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Sedangkan untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengumpulan data dengan metode pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini ada beberapahal yang ditemukan oleh peneliti mengenai “Fenomena Tari Samman di Desa Tambuko

Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura” yang menghasilkan kesimpulan,

bahwa Tari Samman bukan hanyalah sebuah tari, melainkan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan ajarandhikrullah.

Kata Kunci : Fenomena Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Penegasan Judul ... 8

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian... 10

G. Telaah Pustaka... 10

H. Metode Penelitian... 11

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II. LANDASAN TEORI ... 19

A. Deskripsi Umum Teori Tari Samman ... 19

1. Pola Pertunjukan ... 20

2. Pelaku... 20

3. Gerak ... 21

4. Pelaksana acara ... 22


(8)

BAB III. KUMPULAN DATA-DATA PENELITIAN ... 39

A. Letak Geografis ... 39

B. Adat Istiadat dan Agama ... 42

C. Sejarah taradisi Samman di Desa Tambuko... 46

1. Latar belakang berdirinya Tari Samman ... 47

2. Ajaran dalam Tari Samman... 52

BAB IV. ANALISIS ATAU PENGOLAHAN DATA... 57

A. Analisis Deskripsi Fenomena Tari Samman ... 57

B. Fenomena Tari Samman ... 59

1. Corak ajaran Tari Samman Desa Tambuko ... 58

2. Implikasi Ajaran Tari Samman Desa Tambuko ... 60

1. Perbaikan Mental ... 62

2. Perbaikan Ahklak ... 63

3. Meningkatkan Iman ... 64

3. Respon Masyarakat Terhadap Tari Samman ... 66

C. Makna Filosofi tari Samman ... 67

BAB V. PENUTUP... 71

A. Kesimpulan... 71

B. Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN DOKUMENTASI

LAMPIRAN SURAT-SURAT

DHIKR-DHIKR DALAM TARI SAMMAN DAN SYAIR-SAYAIRNYA DAFTAR ANGGOTA

WASILAHDALAM PEMBACAAN DO’A DALAM TARI SAMMAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seni dalam kehidupan masyarakat pengaplikasiannya dalam berbagai corak, semisal seni rupa, seni ukir, seni pahat, seni lukis, juga terdapat seni tari seni yang lainnya seperti puisi, pertunjukkan teater atau drama dan lain-lain.

"Kesenian yang merupakan ekspresi dari keislaman itu setidaknya punya tiga fungsi. Pertama, dapat berfungsi sebagai ibadah, tazkiyah, tasbih, shadaqah, dan lain sebagainya bagi pencipta dan penikmatnya. Kedua, dapat jadi identitas kelompok. Ketiga, dapat berarti syiar (lambang kejayaan)".1

Proses penciptaan seni dalam dunia Islam merupakan bagian dari proses pengabdian atau ibadah kepada Allah Swt. Oleh karena itu setiap penciptaan seni Islam pada dasarnya mengandung unsur-unsur pengagungan (takbir), pemujian (tahmid), dan penyucian (tasbih) kepada Allah Swt dan penghormatan (shalawat) untuk nabi Muhammad Saw, serta penyebaran perdamaian (salam) bagi seluruh makhluk, dengan kata lain proses penciptaan seni Islam harus mengandung proses tazkiyah(pembersihan spiritual) yang merupakan esensi ibadah.2

Jika bicara tentang seni tidak akan pernah lepas dengan yang namanya sebuah hiburan, esensi dari sebuah hiburan tersebut tidak lain hanyalah untuk menghilangkan rasa kebosanan dan kejenuhan, semisal seni tari. Seni tari mempunyai fungsi yang berbeda. Oleh karna itu jenis tari juga dapat dikelompokkan menurut fungsinya.

1

Kuntowijiyo,Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik Dalam Bingkai Strukturalisme Transcendental(Bandung : Mizan, 2001), 209.

2


(10)

2

Karya tari dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: tari upacara, tari hiburan (social dence), dan tari pertunjukan. Peran karya tari dalam konteks budaya masyarakat tidak lepas dari fungsi tari itu sendiri dalam masyarakat. Jika fungsi tari dalam masyarakat tertentu sebagai tari upacara, secara tidak langsung tari tersebut sebagai sarana upacara antaralain nama tari dan fungsinya.

1. Fungsi tari sebagai sarana upacara agama dan upacara adat

Tari-tarian upacara berfungsi sebagai sarana upacara agama dan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat. Tari-tarian tersebut sagat berperan dalam rangkaian upacara yang di adakan seperti contoh tari pandet yang berasal dari Bali.

2. Fungsi tari sebagai sarana hiburan

Tari-tarian yang berperan sebagai sarana hiburan disebut tari hiburan. Tari huburan juga bisa disebut social dance. Tari ini disajikan dengan tujuan untuk menghibur para penonton atau penikmatnya seperti contoh tari Tayub dari Jawa Tengah.

3. Fungsi tari sebagai media pertunjukan

Tari yang berfungsi sebagai media pertunjukan disebut tari pertunjukan. Tari pertunjukan membuat manusia dapat menikmati keindahan-keindahan yang di ungkapkan melalui gerak tubuh. Hal itu karena tari pertunjukan bener-bener disiapkan sebelum dipertunjukkan di depan orang lain. Gerak tari bener-bener di olah secara matang. Kesesuaian unsur-unsur mendukung tari dengan tema tarinya juga sangat diperhatikan. Tari pertunjukan sebagai pendukung


(11)

3

pengembangan para wisata daerah seperti contoh Sendratari Ramayana Yogyakarta.

Seni tari juga adalah salah satu sarana yang dikembangkan untuk menyiarkan agama Islam, semisal dalam konsep tarinya Jalaludin Rumi, yang mana beliau menggunakan tari sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan melakukan beberapa tahapan. Tidak jauh beda dengan tari Samman di Desa Tambuko yang mana dalam Tari Samman. Tari Samman sendiri memiliki pengertian sebuah tari dengan gerak tangan yang diulang-ulang dan sambil melantunkan pujian-pujian kepada Allah.

Bedahal dengan Tari Saman yang berkembang di Provensi Aceh lebih tepatnya di Suku Gayo yang mana mempunyai arti beda. Tari Saman adalah tari rakyat yang berkembang pada masyarakat suku Gayo, yakni salah satu etnik yang terdapat di wilayah Aceh. Etnik Gayo mendiami beberapa wilayah daerah Aceh, seperti daerah Kabupaten Aceh Tenggara, khususnya daerah Blangkejaren, yang lazim disebut Gayo Lues kabupaten Aceh Timur, kabupaten Lokop, biasanya disebut Gayo Lut, akan tetapi tari Saman lebih merakyat dan berkembang di kabupaten Gayo Lues dengan suku Gayo yang dominan menjadi penduduknya.3

Tari Saman dapat di golongkan kedalam jenis tari hiburan, untuk merayakan suatu upacara yang bersifat keramaian. Biasanya tari Saman diadakan pada acara Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Perayaan Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, perayaan perkawinan, sebagai ungkapan rasa kegembiraan, maka desa

3

Yuznizar Heniawaty, Tari Samman Pada Masyarakat Aceh: Identitas Dan Aktualisasi, (Medan: 2015), 26.


(12)

4

akan mengundang group dari desa atau kampung lain untuk menari tari Saman bersama.

Tari Saman mengutamakan gerak tangan dalam berbagai motif gerak. Meskipun terjadi gerak pengulangan dari motif gerakan yang sama, tetapi dilakukan dengan kecepatan yang berbeda. Setiap motif gerak tari Saman, selalu diiringi dengan syair lagu yang dinyanyikan langsung oleh penari. Tari Saman dibawakan oleh penari laki-laki karena pada zaman dahulu, karena wanita pada masa itu diangap tabu untuk menari.

Pada perkembangan selanjutnya, tari Saman tidak hanya ditarikan oleh penari laki-laki saja, tetapi penari wanita juga sudah ikut menarikan tari ini dengan membentuk kelompok sendiri yang semua terdiri dari wanita.

Kemungkinan terjadinya perubahan ini bisa terjadi dari aspek mana saja, bisa dilihat dari kemajuan teknologi yang memungkinkan manusia mendapatkan informasi yang luas tentang kemajuan tari dari negara sendiri maupun dari negara lain. Bisa pula dilihat dengan terbukanya pemahaman masyarakat akan seni karena seni sendiri bisa beurabah mengikuti perkembangan dan tujuannya, selain itu kebutuhan akan seni juga menjadi tuntutan bagi masyarakat yang berecukupan budaya tradisi. Hal ini yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam penyajian tari Saman, yang mengakibatkan semakin terkenalnya tari ini dan menjadi ikon bagi tari di provensi Aceh.

Tari Saman banyak memiliki segi keunikan dan ciri khas yang dapat dilihat baik dari sisi tari secara utuh, maupun dari kecamata sosial-budaya masyarakat yang menempatkan tari Saman berbeda dengan tari-tari lainya. Sebagai tari


(13)

5

tradisional, tari Saman merupakan bentuk ungkapan kehendak atau keyakinan untuk tujuan-tujuan tertentu, sesuai dengan fungsi dan tujuan kenapa tari itu digunakan. Pertunjukan tari Saman awalnya digunakan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan dan adat, yang dilakukan oleh masyarakat. Tari Saman merupakan bagian dari media penyampaian maksud dan tujuan yang diinginkan.

Kreatifitas seniman juga mempengaruhi dari perkembangan tari Saman dengan memasukkan tari aceh lain ke dalam satu garapan baru yang memunculkan tari Saman garapan baru. Kemunculan karya baru dari tari Saman, tidak dapat dihilangkan dari terbesarnya masyarakat Aceh ke daerah lain melalui urbanisasi dengan berbagai alasan, sehingga tari Saman dikenal oleh masyarakat luas.4

Sementara tari Samman di Madura adalah sebuah kumpulan rutinan yang biasa dilakukan setiap satu minggu sekali. Tari Samman di Madura bukan hanya menjadi penyambut hari raya Idul Adha atau semacamnya, melainkan menjadi medium untuk siar tentang keislaman.

Tari Samman yang di pulau Madura lebih khususnya di Desa Tambuko. Gerakan dalam tari Samman di Desa Tambuko duduk bersila dengan formasi membentuk lingkaran dan ketika sang nasyid membacakan bacaannya maka semua berdiri dengan dipimpin oleh sang Kyai, setelah terbentuk lingkaran salah satu tokoh berada di tengah-tengah untuk mengatur ritma tepuk tangan sambil menceritakan kisah-kisah nabi, ada juga yang melantukan pujian-pujian, ada juga

4


(14)

6

yang membacakan nasyid, bershalawat dan bertepuk tangan, penari maupun pembaca semua terdiri dari laki-laki.

Di Desa Tambuko, tari Samman dijadikan acara rutinitas setiap malam Selasa dan diikuti oleh berbagai kalangan. Mulai dari anak muda hingga orang tua juga ikut serta dalam tari Samman ini. Dengan demikian, tari Samman tidak akan punah, karena tradisi ini tetap dijaga oleh masyarakat Tambuko. Tari samman ini adalah sebuah tarian yang tidak jauh beda dengan Tarekat Sammaniyah yang dikenalkan oleh Syeh Samman, yang mana beliyau menggunakan tari sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta, begitupula dengan Kyai Marzuki yang menggunakan tari sebagai dasar untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta, dari situlah akan tercipta beribadah yang tidak membosankan dan tidak merasakan jenuh dalam melakukan ibadah, dengan menyatukan hiburan atau tari dalam ibadah.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Tari Saman adalah sebuah tari yang biasa digunakan oleh masyarkat Aceh dalam acara-acara besar seperti hari raya idul fitri dan hari raya Idul Adha, kelahiran nabi Muhammad, dalam sejarah tari Tari Saman berkembang di Aceh lebih tepatnya di suku Gayo, seiringnya waktu tari ini semakin terkenal dan bahkan tanpa disadari.

Tari Samman di desa Tambuko menjadi sebuah alat utuk silaturrahmi dan keagamaan, dalam perkembangannya tari Samman di desa Tambuko sangat berbeda dengan yang di Aceh, mulai dari prosesi sampai kegunaanya, hingga makna yang tertanam di dalamnya.


(15)

7

Dalam penelitian sebelumnya ada beberapa yang membahas tentang tari Samman akan tetapi dari peneliti sebelumnya tidak ada yang memfokuskan diri terhadap makna fenomena tari Samman, dari sini lah peneliti ingin mencoba menyuguhkan hal yang baru dan menurut sebagian kita hal biasa.

Dalam kalangan umat Islam khususnya para penganut aliran Ahlussunah Waljamaah (NU) bahwa beribadah itu hanya melaksanakan hal-hal yang wajib saja, tetapi juga hal-hal yang disunnahkan oleh Rasulullah serta melestarikan adat istiadat yang baik dan tidakmudharat.

Umat Islam tidak hanya tekun dalam beribadah saja melainkan harus benar dalam beribadah, dengan kata lain umat Islam itu di samping memiliki kesalehan ritual, juga harus meliki kesalehan sosial seperti yang tertanam dalam tari Samman yang berada di desa Tambuko.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura?

2. Bagaimana analisi riset Fenomenologi tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura?


(16)

8

D. Penegasan Judul

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul skripsi ini maka perlu diberikan pengasan judul “Fenomena Tari Samman di Desa Tambuko Kecamtana Guluk-guluk Sumenep Madura” adalah sebagai berikut:

1. Fenomena adalah untuk menunjukkan penampakan sesuatu dalam kesadaran, sedangkan noumena adalah realitas (das Ding an Sich) yang berada di luar kesadaran pengamat. Menurut Kant, manusia hanya dapat mengenal fenomena-fenomena yang nampak dalam kesadaraan, bukan fenomena yaitu yaitu realitas di luar (berupa benda-benda atau tampak tetap menjadi objek kesadaran kita) yang kita kenal. Fenomena yang selalu tetap menjadi teka-teki dan tinggal sebagai x yang tidak dapat dikenal karena ia terselubung dari kesadaran kita. Fenomena yang nampak dalam kesadaran kita ketika berhadapan dengan realitas (fenomena) itulah yang kita kenal. Melihat warna biru, misalnya tidak lain adalah hasil cerapan indrawi yang membentuk pengalaman batin yang diakibatkan oleh sesuatu dari luar. Warna biru itu sendiri merupakan realitas yang tidak dikenal pada diri sendiri (in se). Ini berarti kesadaran kita tertutup dan terisolasi dari realitas. Demikianlah, Kant sebenarnya mengakui adanya realitas eksernal yang berada diluar diri manusia, yaitu sebuah realitas itu ia sebut das Ding an sich (objek pada dirinya sendiri) atau noumena, tetapi menurutnya, manusia tidak ada sarana ilmiah untuk mengetahuinya.5

5

http://muhammadhakim02.blogspot.co.id/2014/11/teori-model-fenomenologi-menurut-edmund.html. 13 Januari 2017 jam 02:30


(17)

9

Fenomenologi secara istilah merujukan kepada teori yang menyatakan bahwa pengetahuan itu terbatas pada fenomena fisik dan mental, fenomena fisik merupakan obyek presepsi sedangakn fenomena mental menjadai obyek introspeksi. Fenomenologi adalah analisis tentang kesadaran, kesadaran adalah dasar dan basis bagi realitas dan idealitas. Idealitas aktivitas ideal. Seperti aktivitas memuat persepsi, menafsirkan, memahami secara signifikatif, intuitif, maupun aktifitas imajinatif.6

2. Tari suatu insting atau desakan emosi di dalam diri manusia yang mendorong seseorang untuk menemukan ekspresi pada gerak-gerak ritmis, dalam kamus besar Bahasa Indonesia tari merupakan gerakan badan (tangan, kaki, kepala dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringgi bunyi-bunyian seperti musik gamellan, rebana dan sebagainya.7

3. Tari Samman adalah sebuah ritual keagamaan yang menjadi medium dalam beribadah kepada Tuhan dan ukhwah Islamiyah oleh masyarakat desa Tambuko.

Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang “Fenomena Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut:

6

Abdullah Khozin Afandi,Fenomenologi, pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran Edmund Husserl,(Surabya: lembaga kajian Filsafat dan Agama 2007).14

7

www kisah asal usul.blogspot.com/2015/09/19-pengertian-tari-menurut-para-ahli.html. 30 september 2016 jam 20 wb


(18)

10

1. Untuk mengetahui deskripsi tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura

2. Untuk mendapatkan deskripsi analisis Fenomena dalam tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari studi penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis, meliputi dua hal:

a) Dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan tentang kajian yang serupa. b) Dapat digunakan sebagai dasar penyusunan untuk penelitian lanjutan yang

mempunyai relevansi dengan skripsi ini.

c) Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pembaca, dan bagi khazanah keilmuan lebih-lebih dalam kajian keislaman.

2. Kegunaan praktis, yaitu sebagai acuan bagi para akademisi untuk memahami Fenomena Tari Samman di Desa Tambuko Kecamtana Guluk-guluk Sumenep Madura.

G. Telaah Pustaka

Fenomena dalam tari Samman merupakan fenomena yang tidak asing dalam masyarakat Desa Tambuko, dengan demikian terdapat kajian yang telah dilakukan

tentang fenomena tari Samman yang sudah dilakukan maupun belum

dipuplikasikan, antara lain:

1. Tri Utami Ramadhiyanti dan Dr. Yasraf Amir Piliang, MA Penerapan Metafora Gerakan Tari Samman Pada Prodduk lighting, Jurnal Tingkat


(19)

11

Serjana Senirupa dan Desain. Isi Pokok Jurnal: berisikan tari Samman mempunyai gerakan yang dinamis dan dapat membangkitkan semangat yang menonton. Desain lighting ini dirancang sesuai dengan imane-image yang ada pada tari Saman, yaitu dinamis, organis, sederhana, dan harmonis. Desain ini diharapkan sudah memenuhi konsep metafora yang diangkat dan berguna bagi yang melihat.

2. Yusnizar Heniwaty. SST, M.Hum.2015 Laporan tahunan penelitian disertasi doktor. Tari Saman pada masyarakat Aceh identitas dan aktualisasi. Universitas Negeri Medan. Isi pokok dari laporan penelitian ini yaitu : adalah berbicara tentang sejarah awal tari Saman yang menurt peneliti asal muasalnya dari Aceh, tari Saman sebagai penyambut hari-hari tertentu semisal hari kelahiran nabi, hari raya Idul Fitri dan Adha. Dari hasil penelititan terdahulu yang ditemukan oleh penulis diatas, belum ada peneliti yang memfokuskan pada Makna Fenomena dalam tari Samman. Adapun titik fokus yang akan penulis teliti adalah mengenai apa makna Fenomena dalam Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk meneliti disebabkan tidak adanya peneliti-peneliti sebelumnya.

H. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah sebuah proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah


(20)

12

manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami8.

Penulis memilih jenis penelitian kualitatif untuk memahami fenomena di lapangan dengan menggambarkan dan mengungkap kemudian menjelaskan dan menyajikannya secara diskriptif. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang detail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam serta hasil analisis dokumen dan catatan.9

Adapun jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research)10 yaitu penelitian dengan cara langsung terjun ke lapangan dan partisipatori studi yaitu pengamatan langsung yang melibatkan peneliti di lokasi penelitian.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti di sini bertindak sebagai pengumpul data dan pengolah informasi yang bersifat pasif. Peneliti hanya mengamati secara langsung yang bertujuan memperoleh data. Peneliti juga menjalin komunikasi antara responden dan peneliti demi kemudahan mencari data.

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi yang dipilih oleh peneliti terletak di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura. Lokasi ini dipilih karena diantara sekian desa didalam Kecamatan Guluk-guluk hanya di Desa Tambuko yang

8

www.penalaran-unm.org

9 Ibid.,10

10


(21)

13

menjalankan ritual keagamaan ini dan sekaligus mudah dijangkau dari kediaman penulis.

4. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah informasi langsung dari informan melalui wawancara. Informan ini meliputi ketua (Kyai), pembaca nasyid dan beberapa anggota kegiatan Tari Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder penulisan skripsi ini adalah buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan judul skripsi, unduhan dari internet, serta penelitian-penelitian lain yang relevan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Teknik Observasi

Teknik observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki atau yang disebut observasi langsung. Syekh observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki. Dengan


(22)

14

demikian, peneliti nantinya bisa mengamati secara langsung maupun tidak langsung. Peneliti akan mengobservasi:

1. Bentuk deskipsi Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura.

2. Ketua (Kyai), pembacanasyidserta anggota dalam Tari Tari Samman. Dengan pertimbangan kondisi dan situasi objek penelitian, peneliti membutuhkan waktu kurang lebih enam belas hari untuk pelaksanaan observasi.

6. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan

alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara.11 Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara secara langsung kepada responden bersangkutan untuk mendapatkan informasi yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Di antaranya Kyai, nasyid, anggota dalam Tari Samman.

Adapun informasi atau data yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Bagaimana deskripsi Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura

b. Bagaimana fenomenologi Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura

11


(23)

15

7. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan langsung dengan tema penelitian ini berupa catatan peristiwa yang sudah berlalu seperti, tulisan (buku, arsip ataupun notulen hasil rapat), gambar atau berbentuk karya.12Dalam metode dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data dari semu anggota yang nantinya akan disusun secara sistematis sesuai kebutuhan. Data-data melalui metode ini akan memperoleh:

a. Sejarah singkat berdinya Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura

b. Apa yang terkandung di dalam Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura

c. Bagaimana deskripsi Tari Samman di Desa Tambuko Kecamatan Guluk-guluk Sumenep Madura

8. Metode Pendekatan

Analisis Fenomenologi adalah aktivitas kesadaran. Kesadaran merupakan dasar dan basis bagi realitas dan idealitas. Idealitas adalah aktivitas ideal. Seperti aktivitas membuat persepsi, aktivitas menafsirkan, memahami secara signifikatif, intuitif, maupun aktifitas imajinatif.13

Jadi, analisis Fenomenologi berkaitan dengan mendiskripsikan dan menjelaskan data yang diperoleh tentang bagaimana Fenomenologi Tari Tari

12

Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D(Bandung : Alfabeta, 2012), 240

13

Abdullah Khozin Afandi,Fenomenologi, pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran Edmund Husserl,……..14


(24)

16

Samman di Desa Tambuko Kecamtan Guluk-guluk Sumenep Madura. Selanjutnya, data tersebut akan dianalisis dari segi kebenarannya. Yakni, apakah benar mempunyai makna yang terdalam.

9. Pengecekan Keabsahan Data dalam penelitian

Data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara hasil penelitian dan kenyataan yang ada. Peneliti terlebih dahulu mempelajari data dan menguji adanya distorsi dalam pengumpulan data tersebut. Baik dari diri sendiri dan orang lain. Untuk pengecekan keabsahan data, peneliti melakukan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data secara teliti dan hati-hati, diantaranya:

1. Perpanjangan pengamatan. Peneliti kembali ke lapangan. Melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan akan sangat tergantung pada kedalaman, keluasan dan kepastian data Pengamatan ini diakhiri apabila data di lapangan sudah kredibel. Dan perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data pada penelitian ini akan difokuskan data yang telah diperoleh.

2. Meningkatkan ketekunan. Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan dalam memahami gejala di lapangan. Dengan demikian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Peneliti bisa menetapkan aspek yang penting dan yang tidak penting dalam pengumpulan data.


(25)

17

3. Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibelitas data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian, terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triengulasi waktu.14

Dalam penelitian ini peneleiti menggunakan teknik triangulasi sumber. Peneliti mengecek kembali derajat kebenaran informasi kepada Kyai, nasyid dan anggota dengan menanyakan kembali tentang hasil yang telah diperoleh.

10. Tahap-Tahap Penelitian

Secara operasional, tahapan penelitian ini dibagi atas dua tahapan: a. Tahap Persiapan/Pra Lapangan

Tahapan ini dilakukan sebelum peneliti terjun kelapangan, yaitu: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, pengurusan perizinan, memilih informan dan menyiapkan segala perlengkapan penelitian.

b. Pelaksanaan

Peneliti mulai terjun ke lapangan. Dengan memahami latar penelitian, mengirim surat permohonan kepada informan dan pengumpulan data yang dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya peneliti fokus pada penelitian dan menyusun skripsi.

14


(26)

18

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah alur skripsi ini secara sistematis dan logis, peneliti membagi sistematika penulisan skripsi ini menjadi :

Bab I merupakan bab pendahuluan, diawali dengan pemaparan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, penegasan judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

Bab II berisi landasan teori. Diantara poin yang dibahas dalam landasan teori tersebut adalah deskripsi umum mengenai teori tari Samman. Setelah itu disusul dengan pembahsan dokterin taSawuf dalam tari Samman.

Bab III merupakan kumpulan data-data penelititan yang disertai dengan data letak geografis, adat istiadat dan agama, serta data sejarah tradisi Samman di desa Tambuko.

Bab IV analisis dan pengolahan atau penganalisisan data yang telah diperoleh dari bab sebelumnya dengan menggunakan metode dan pendekatan yang telah disebutkan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dalah analisis deskripsi fenomena tari Samman, fenomena tari Samman, makna filosofi tari Samman.

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian dan saran dan kritik konstruktif bagi pembaca serta peneliti guna membuka peluang agar penelitian yang dilakukan terus berinovatif.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Umum Teori Tari Samman

Sebelum masuk pada pembahasan tentang deskripsi umum tentang teori tari Samman, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi tentang tari Samman itu sendiri. Tari Samman adalah sebuah tari yang mendasari gerak tangan yang dilakukan secara berulang-ulang sedangkan menurut Suku Gayo adalah tari seribu tangan yang mempunyai makna tertentu dalam tari tersebut. Tari Saman sendiri berkembang di Aceh tepatnya suku Gayo.1 Tari Saman menjadi salah satu media dakwah dengan cara melantunkan syair‐syair yang bersamaan dengan gerak tangan. Dalam tari Samman juga berisi tentang ajaran, ajakan dan larangan yang mereka kemas dengan syair, dengan tujuan agar penikmat bisa menerima tiga ajaran yakni ajakan dan larangan dengan hati yang tenang karena dengan hati yang tenang pikiran dan batin gampang menerima suatu hal yang positif.

Pada awal mulanya, tari Saman hanya ditampilkan untuk acara tertentu semisal pada peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dan sebagainya. Namun seiring perkembangan zaman, tari Samman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan dan tidak ditampilkan untuk acara tertentu saja bahkan tari Saman sendiri dari perkembangannya mempunyai andil besar dalam penyebaran ajaran Islam. Tari Samman ditampilkan dan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut syekh atau Kyai. Penari

1

Yuznizar Heniawaty,Tari Samman Pada Masyarakat Aceh: Identitas Dan Aktualisasi, (Medan: 2015),26


(28)

20

Samman dan syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis dalam menciptakan sebuah gerakan. Dalam membentuk keharmonisan itu ada beberapa hal yang perlu kita ketahui bersama yang pada akhirnya terciptalah tari Samman, dan untuk terciptanya tari Samman tersebut kita harus mengetahui beberapa hal dalam deskripsi umum teori tari Samman, di antaranya:

1. Pola Pertunjukan

Persembahan atau nama lain pertunjukan, sering dijumpai dalam pementasan maupun pertunjukan pasti ada yang namanya bagian awal, bagian tengah dan bahagian akhir. Dalam pertunjukan tari Samman di suku Gayo2 maupun di Madura ada terdapat tiga bagian di antaranya: (1) bagian awal (2), isi (3) dan penutup. Masing-masing bagian ini memiliki cara atau kemasan sendiri dalam penyajiannya yang disesuaikan dengan tujuan dalam pertunjukan, sehingga tari Samman itu sendiri tercipta dengan utuh. Awal penyajian, isi maupun penutup yang merupakan satukesatuan yang berjalan secara mengalir.

2. Pelaku

Setiap pertunjukan pasti membutuhkan pelaku yang mempunyai peran masing-masing dan setiap pelaku mempunyai peranan penting dalam pertunjukan itu sendiri semisal sang Kyai untuk memimpin jalannya tari itu. Untuk itu diperlukan sejumlah pelaku yang mendukung terealisasinya pertunjukan tersebut di antaranya adalah Kyai pembaca nasyid dan para

2


(29)

21

anggota.Pelaku dalam Tari Samman yang berperan dalam setiap petunjukan meliputi: (1) Pelaksana acara (tuan rumah), (2) Pelaku (anggota). Pelaku ini terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya: Kyai, pembaca nasyid dan para anggota yang tugas mereka bertepuk tangan sambil menari mengikuti irama yang dilantunkan. Kedua bagian di atas ini akan melakukan perannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebiasaan yang sudah mereka lakukan ketika melakukan rutinitasnya.

3. Gerak

Dalam tari Samman pelakon terfokus pada gerak maknawi. Tidak jauh beda dengan tari sufi, di mana setiap tari mempunyai makna tertentu. Gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti atau makna tertentu yang tertanam dalam tari Samman tersebut. Gerak tersebut mempunyai ciri khas yang mudah dimengerti oleh penonton semisal gerak tepuk tangan walau pun dapat dimengerti oleh setiap yang melihatnya tapi belum tentu mereka paham apa yang para pelaku ingin sampaikan. Pada gerak tari Samman ini sedikit mengandung gerak murni, gerak ini semata-mata agar tari terlihat indah dipandang mata.

Gerakan dalam tari Samman mengutamakan gerak tangan dan sekali-kali berdiri. Hal ini dilakukan kerana tari Samman adalah tari yang dilakukan dengan pola duduk dan sekali-kali berdiri. Dari gerak inilah yang melahirkan tari Samman.


(30)

22

4. Pelaksana Acara

Tari Samman menjadi satu unsur yang harus dipersiapkan, kerana acara tidak bisa terlaksana apabila pelaksana atau tuan rumah tidak ada. Tuan rumah dalam persembahan tari Samman disesuaikan dengan aktivitas yang diadakan. Pada persembahan tari Samman, biasanya pelaksana dilakukan oleh semua anggota yang bergantian setiap acara selesai.

a. Ritual dalam Tari Samman

Dalam ritual ini ada beberapa hal yang harus diketahui. Untuk mengetahui langkah-langkah bagaimana ritual dalam tari Samman, maka ada beberapahal yang kita harus pahami di antaranya: proses menjadi angota, membacamanaqib dan baca ratib Samman, dhikirdan adab ber-dhikir. Kita ketahui bersama bahwa tari Samman adalah sebuah tari yang di dalamnya berisi sebuah ajaran keislaman atau dengan kata lain adalah sebagai media dakwah, ada beberapa tahapan dalam menjalakan ritual ini antara lain:

1) Proses menjadi anggota: ini adalah hal yang penting diketahu bersama bagi para anggota baru dalam mengikuti sebuah tarekat atau perkumpulan apapun pasti ada yang namanya mendaftarkan diri walau tidak secara formal, untuk menjadi angota dalam tari Samman pada umumnya dilakukan yang namanya pembaiatan. Dalam pembaiatan ini dilakukan oleh ketua yang disebut Kyai dan beliau pula yang membacakan pembaiatanya agar pembaitan lebih sakral dan mendalam. Setelah dibacakan, maka dengan secara otomatis dia


(31)

23

akan menjadi anggota di dalamnya. Dalam pembaiatan sebenarnya tidak ada yang sulit dan sebenarnya yang menjadi konsekuensi adalah janji setia dan patuh terhadap sang Kyai. Pembaiatan biasanya dilakukan pada malam hari tepatanya setelah shalat Isya sampai selesai. Adapun cara pembaitan sebagai berikut:

a) Para calon yang akan dibaiat mengambil wudhu dan berkumpul di tempat yang telah disediakan oleh sang Kyai.

b) Kyai akan mendatangi para calon angota baru yang duduk dan membuat lingkaran.

c) Kemudian sang Kyai menempatkantasbihyang ujungnya saling dipegang oleh calon anggota baru.

d) Upcara segera dimulai.

e) Kyai membaca talkin dan doa-doa lain yang diikuti oleh para calon bacaantalkin.

f) Dari situ dimulai bimbingan cara ber-dhikirdan diikuti oleh para muridnya dengan membaca bacaan sebagai berikut:

- Mebaca al-Fatihah sebanyak tiga kali, yang diniatakan untuk Nabi Muhammad SAW, keluaraga dan sahabat Nabi dan para ulama,

- Membaca shalawat Nabi denan suara keras (jahr) sebanyak tiga kali.


(32)

24

- Mulai membacadhikir la ilaha illa Allah sebanyak sepuluh sampai tiga ratus kali dengan memejamkan keua mata, ber-dhikirdengan suara keras.

- Setelah itu membaca doa setelah ber-dhikir, dan pembaitan pun selesai3.

2) MembacaManaqib

Pembacaan manaqibatau nama lainburdah sering kita jumpai bersama di Jawa lebih-lebih di Madura, di setiap pesantren pun juga sering dibacakan. Kitab tersebut dibaca di setiap acara-acara tertentu semisal ajaran keagaman maupun dalam pembaiatan dengan tujuan menangkal bahaya atau menunaikan nadzar dan mengusir setan. Tetapi sebenaranya yang paling penting dari pembacan kita-kitab tesebut adalah mengaharap mendapat pahala banyak. Dalam ritual pembacaan manaqib juga dibacakan dengan tujuan istighatsah, yakni memohon pertolongan kepada Allah dan mendapatkan safaatnya.

3) Ratib Samman

Dalam kalangan pengikut tari Samman sendiri pembacaan ratib Samman mendapatkan tempat khusus, artinya bacaan ini bisa diartikan sebagai penyempurna, ratib Samman ini dibacakan sebelum tari Samman dimulai dengan tujuan lebih mendekatkan diri

3


(33)

25

kepada sang pencipta dan biasanya ini memakan waktu berjam-berjam, dan pembacaan ratib ini dipimpin oleh sang Kyai, mereka membuat sebuah lingkaran dan melingkari sang Kyai, dan melantunkandhikir serta mempertunjukan berbagai sikap tubuh dan gerakan dengan cara seperti yang ditunjukan oleh sang pemimpin.

Pembacaan ratib dalam tari Samman harus berurutan, adapun urutannya terdapat empat bagian yaitu;

a) Membaca shalwat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya, dengan tujaun mendapatkan ridhonya.

b) Membaca dhikir la ilaha illallah dengan enam variasi yang berbeda dalam dua nada suara dan temponya. Dari enam variasi itu tiga pertama dibaca pada posisi duduk, yang dikenal dengan ratib duduk. Sisanya dibaca berdiri yan dikenal dengan ratib berdiridengan ketukan kaki dan goyangan badan kesana kemari.

c) Membacadhikirketujuh yakni membacaAhum! Ahhhum! Ahum!

disertai dengan menari dalam lingkaran mengikuti irama bacaannya, dan diakhiri dengan membaca Ahil! Ahhhil! Ahil! ahhhil.

d) Membaca dizkir terakhir yang berbunyi ‘Am! Ah! ‘Am! Ah ‘Am!.4 Setiap empat bagian ratib terdiri dari satu kumpulan jenis dhikir berbeda yang dinyanyikan dalam nada suara tempo yang berbeda. Di antara setiap dhikir dan ratib yang benar serta yang

4


(34)

26

mendahului ratib duduk dan ratib berdiri, qasidah dan nasiyd dibacakan olehKyai dan diikuti oleh para anggota dan di dalam

bacaan qasidah maupun nasiyd ada makna-makan yang

diselipkan di dalamnya tentang ajaran, ajakan dan teguran.

Ratib Samman sangat dikenal karena dinamisnya di sepanjang pertunjukanya. Pemimpin dan pengikutnya terus-menerus bergerak, bernyanyi dan menari. Dalam gerak ritmis yang khas di pusat lingkaran orang-orang yang mengelilingi yang menari dan berputar.

4) Dhikirdan Adab Ber-dhikir

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku Niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (Nikmat)-Ku.(QS Al-Baqarah [2]: 152)

Begitulah ayat yang seringkali dikutip dan didengarkan ketika membaca ayat suci Al-qur’an. Namun dalam mengamalkan ayat tersebut gampang-gampang susah, sebab terlalu banyak kesibukan yang diperbuat sendiri hingga sebagian orang lupa untuk mengamalkannya. Ayat ini selalu mengigatkan bahwa dalam setiap tarikan nafas maupun kesadaran, sejatinya selalu menempatkan Allah sebagai tempat pelabuhan terakhir. Artinya, ayat ini dapat mengigat Allah dimana pun berada. Sering dijumpai ketika melihat bermacam-macam exspresi manusia dalam mengigat Allah. Ada yang menagis, berdiam diri, menyanyi, bertutur kata


(35)

27

(dakwah) dan menari seperti tari samman di Desa Tambuko. Walau dalam tariannya tidak dikonsep secara detail akan tetapi para anggota sangat khusuk dalam ber-dhikir kepada Allah, dengan menjadikan tari sebagai alat untuk sampainya kepada fase-fase tertentu dalam mengingat kepada Allah. Seperti yang dituturkan oleh Kyai Marzuki selaku ketua dalam tari samman.

“Kauleh asajjeh tak ngonsep edelem tari samman Panikah, takok para anggota kauleh coma fokus kalaben tarinah bisaos, ben kauleh tak marengaki de’ka satejeh anggota sopajeh tak fokus edel tarinah, karana tojjuwen awal engki panekah enga’ de’ka Allah kalaben Adikker”(saya sengaja tidak mengonsep dalam tari samman ini, takut para anggota saya fokus di tarinya saja, dan saya tidak memberi izin kepada semua anggota supaya tidak fokus dalam tari saja, sebab tujuan awal iyalah ingat kepada Allah dengan ber-dhikir)5.

Dalam konteks “ingat kepada Allah” kita tidak akan pernah lepas dengan tiga hal ini; doa, dhikir dan wirid. Doa adalah permintaan atau memohon kepada Allah untuk mendapat kebaikan dunia maupun akhirat, wirid merupakan bacaan tertentu untuk mendapatkan berkah dari Allah, dhikir adalah segala gerak gerik dan aktivitas berobsesi pada kedekatan atau taqarrub kepada Allah. Me-lafadz-kan atau mengucapka kata-kata tertentu yang mengandung unsur ingat kepada Allah juga termasuk dhikir. Dalam hal ini Kyai Marzuki mengunakan gerak atau nama lain tari sebagai alat untuk sampai kepada Allah dengan ber-dhikir. Sedangkan dhikirtermasuk poin terpenting karena dalam pandangan kaum sufi dhikir merupakan langkah pertama untuk ingat atau cinta kepada Allah.

5


(36)

28

Dhikir merupakan bentuk kometmen (bersunguh-sunguh) atau kontinuitas untuk meningalkan posisi lupa kepada Allah dan memasukkansahadah(persaksian) dan untuk mengalahkan rasa takut dan bersamaan dengan rasa kecintaan yang amat mendalam, dan akhirnya tercapailah apa yang dituju oleh setiap mahluk, ada dua macam bentuk dhikirdi antaranya:

Yang pertama dhikir bi al-lisan, yaitu mengucapkan sejumlah lafal yang dapat menggerakkan hati untuk menggigat Allah. Dhikir ini dapat dilaksanakan pada saat-saat tertentu dan tempat tertentu pula, misalnya masjid, sehabis salat wajib dan perkumpulan seperti tari Samman dan lain sebagainya.

Kedua dhikir bi al-qalbyaitu hati selalu ingat kepada Allah. Dhikir ini bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Akan tetapi para sufi lebih mengutamakan dhikir bi al-qalb untuk sampai kepada kesempurnaan sehingga ia mampu ber-dhikirdengan lisan sekaligus dengan hati.6

Meskipun secara umum ada dua kutub dhikir, kenyataanya dalam praktek kesufian ada tujuh jenisdhikir:dhikir bi al-lisan(yang diucapkan dan disuarakan)dhikir al-nafs(tanpa suara dan terdiri dari gerak dan rasa di dalam hati), dhikir al-qalb (perenungan hati), dhikir Al-ruh (tembus cahaya dan sifat-sifat ilahiah), dhikir al-sirr (penyingkapan rasa ilahi), dhikir khafy (penglihatan cahaya keindahan), dan dhikir akhfa’ al-khafy

6

Said Agil Siroj, Tasawuf sebagai keritik social mengedepankan islam sebagaiinspirasi, bukan aspirasi, (PT Mizan Pustaka),86


(37)

29

(penglihatan realitas kebenaran yang mutlak).7

Yang perlu diperhatikan, dhikir tidak menuntut seseorang untuk memahami konteks. Dhikir hanya memerlukan arahan dari seorang guru yang mana seorang guru tersebut memberi arahan kepada murid. Jadi, dhikir yang efektif adalah dhikir yang diilhami dengan tepat oleh seseorang guru spiritual yang selalu menuntunya, zikrullah biasanya diawali dengan dhikir bi al-lisan, yaitu mengucapkan lafal-lafal tertentu dengan khusuk, penuh konsentrasi, istiqamah, serta dengan ketenangan batin dan akhirnya sampai kepada apa yang di inginkan.

Praktek dhikir dalam tari ini terdiri dari dhikir nafi itsbat, dhikir ism al-jalalah, dhikir ism al-‘isyarah, dandhikir khusus, yaitudhikirAh Ah.

a) Dhikir Nafia Itsbat. Dhikir ini dilakukan dengan membacala ilaha illa Allah. Kata la ilahabermakna nafi atau ditiadakan. Semenara kata illa Allah bermakna itsbat biasanya diberikan kepada murid yang berada pada tingakat pemula. Biasanya mereka latihan ber-dhikir nafi itsbatsebanyak sepuluh sampai seratus kali setiap hari. b) Dhikir ism al-jalalah, dhikir ini dengan membaca Allah Allah.

lazimnya dhikir ini diajarkan kepada murid yang telah mencapai tingakatan khusus. Dhikirini dilakukan antara empat puluh, seratus satu, atau tiga ratus kali dalam sehari.

7


(38)

30

c) Dhikir ism al-isyarah, dhikir ini dengan membaca huwa huwa. Dhikir ini diberikan kepada murid yang sampai pada tingkatan tinggi atau yang sudah menjadi mursiyd. Jumlah dhikir seratus sampai tujuh ratus kali setiap hari, namun pada umunya mereka membaca sebanyak tiga ratus kali setiap hari.

d) Dhikir khusus, yakni membaca Ah Ah, dhikir ini diberikan kepada murid yang sudah menjadi mursiyd dan telah mencapai pada maqam tertinggi karena sudah mencapai ma’rifatullah. Jumlah yang dibaca seratus sampai tujuh ratus dalam sehari hari8.

B. Doktrin Tasawuf Dalam Tari Samman

Istilah dalam tasawuf tidak pernah dikenal pada masa Nabi maupunkhulafa’ al-rasidin, karena pada masa itu para pengikut Nabi dipangil dengan nama sahabat, dan nama atau pangilan itu sangat berharga pada masa itu. Kemudian pada masa selanjutnya, yaitu pada masa sahabat, orang yang tidak pernah bertatap muka dengan beliau disebut Tabi’in dan seterusnya Tabi’it tabi’in. Munculnya istilah tasawuf diawali pada pertengaha abad III H. Oleh Abu Hasyim al-Sufi (w 250 H.) dengan meletakkan al-Sufi di belakangnya, sebagaimana dikatakan oleh Nicholson bahwa sebelumnya Abu Hasyim al-Sufi ada ahli yang mendahuluinya dalam zuhud, wara, tawakkal, dan konsep mahabbah (cinta) akan tetapi beliau pertama yang diberi nama al-Sufi.9

8

Ibid, 205

9


(39)

31

Secara etimologis, terdapat jumlah kata atau istilah yang dihubungkan para ahli dalam menjelaskan tasawuf. Harus Nasution, menyebutkan lima istilah yang berkenaan dalam tasawuf, yaitual- Suffah(Ahl-al-Suffah), orang yang ikut pindah dengan Nabi dari kota Mekkah ke Madinah, Saf (barisan), Suci (bersih), Sophos (bahasa Yunani: hikmat) dan Suf (ain wol). Kata Ahl al-Suffah, misalnya mengambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda hanya untuk Allah. Kata Saf mengambarkan orang yang selalu ada di barisan depan dalam beribadah kepada Allah serta melakukan amal kebajikan. Demikian juga kata Suci(bersih) mengambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat kepada Allah, dan kataSuf (kain wol) menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia. KataSophos(bahasa Yunani) mengambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cendrung kepada kebenaran.10

Barang siapa yang belum bersunguh-sunguh dalam kefakiran, maka berarti dia belum bersunguh-sunguh dalm bertasawuf11, dalam arti dia masih bimbang antara untuk menjalani dan tidak. Menurut Sahal- al Tustury, para ulama tasawuf adalah seorang sufi ialah orang yang hatinya bersih. Sedangkan tasawuf menurut Abu Muhammad al-Jariri, tasawuf adalah ilmu yang masuk kepada akhlak yang mulia dan tasawuf menurut syekh Husain al-Nuri adalah kemerdekaan, kemurahan dan tidak terbebani diri serta bersifat dermawan.12

10

Abuddin Nata,Ahklak Tasawuf(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),179.

11

Amin Syukur,Menggugat Tasawuf,12-13

12


(40)

32

Dari segilinguistik(kebebasan) dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu melahirkan kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban dalam kebaikan dan bersikap bijak. Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli, tergantung kepada sudut pandang yang digunakan masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan oleh para ahli dalam mendefinisikan tasawuf, yaitu manusia sebagai mahkluk terbatas, manusia mahluk yang harus berjuang, dan mahluk sebagai yang ber-Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai mahkluk yang terbatas, maka tasawuf bisa didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.

Selanjutnya jika dari sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dari akhlak yang bersumber dari ajaran agama samata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang bertuhan maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (ketuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia kepada Tuhan (hablun minannas)

Dari sekian banyak para sufi, Jalaluddin Rumi adalah satu sosok yang mampu mencapai ekstase luar biasa. Beliau selalu mengidentikkan suara-suara berirama yang didengarnya sebagai musik dan tari. Lalu akan didengarkan seperti mendengarkan asma-asma Allah dalam setiap hembusan nafasnya. Seperti suara


(41)

33

denting palu seorang pande di pasar pun dapat membuat al-Rumi bergerak spontan untuk melakukan tari berputarnya selama berjam-jam13 dan tidak adanya rekayasa maupun sihir begitu pula dengan tari Samman para pelakon tidak merasakan lelah ketika tari tersebut sudah dimulai. Dalam suatu riwayat, Qadhi Izzuddin, seorang yang tidak suka musik dan tari, suatu hari didatangi al-Rumi dan disuruh masuk ke madrasah al-Rumi yang saat itu tari spiritual sedang dilakukan oleh para pelakon di dalamnya. Kemudian al-Rumi berkata bahwa majelis suci itu sangat sesuai dengan kondisinya yang tidak berada dalam pengalaman spiritual. Lalu Izzuddin pun dipenuhi dengan spiritualitas yang kuat dan ikut melantunkan kidung spiritual seperti murid-murid al-Rumi yang ada di dalam majelis itu.14

Terasa janggal jika hanya memandang musik dan tari sufi sebatas pengertian secara lahir saja karena ada makna yang tersirat di dalamnya. Menurut Imam Ghazali, seperti yang dikutip oleh C. Ramli Bihar Anwar yang berjudul "Bertasawuf Tanpa Tarekat", bahwa secara kondisional sesuai dengan keadaan seorang yang mengamalkannya, musik dan tari ini bisa menjadi lebih ampuh untuk menyibak hati manusia dalam hal mencapai ekstase dibandingkan dengan al-Qur'an sekalipun. Tetapi perlu dijelaskan bahwa hal ini hanya berlaku bagi orang-orang pilihan saja. Semakin orang itu akrab dengan al-Qur'an, maka dia akan lebih terbiasa dan akhirnya menyebabkan daya rohani al-Qur'an terkadang terasa berkurang. Lain halnya jika orang awam yang mendengarkan al-Qur'an,

13

Mojdeh Bayat, Mohammad Ali Jamnia, Para Suf i Agung; Kisah dan Legenda, terj. Erna Novana, (t.k: Pustaka Suf i, 2003), 147-148

14


(42)

34

selama mempunyai motivasi membuka hati dan dengan anugerah Allah. Tentunya, maka hatinya akan tersentuh oleh gema al-Qur'an. Seperti juga dicontohkan oleh Abu Bakar, ketika orang Arab Badui mendengar bacaan al-Qur'an untuk pertama kalinya, mereka sangat tersentuh. Kemudian Abu Bakar berkata bahwa dahulu beliau juga seperti itu, tetapi sekarang hatinya sudah mengeras.

Demikian halnya orang yang pertama kali melaksanakan haji, mereka akan merasa takjub dengan melihat langsung kota suci itu. Tetapi lain dengan orang Arab yang tinggal bermukim di sana, mereka telah terbiasa dengan suasana dan keadaan kota itu sehingga tidak lagi merasa takjub. Beberapa hal inilah yang melatarbelakangi para sufi mengembangkan konsep spiritual yang menggunakan musik dan tari sebagai penunjang bagi kehidupan keagamaan mereka15.

Para sufi memiliki ciri khas sendiri dalam kecintaan pada Tuhan dengan bermacam-macam, di antaranya dengan tari spiritual atau tari sufi. Tari sufi merupakan tradisi sufi yang sangat produktif dalam teori maupun dalam bentuk pengaplikasiannya. Para penari tidak asal menari dan tidak dibuat-buat dalam bentuk tariannya, karena ketika sedang menari mereka terlepas akan semua hal dan tidak jauh beda dengan para penari tari Samman. Gerakan mereka mengalir mengikuti irama yang mengiringinya.16 Karena tari tersebut bertujuan mendekatkan diri kepada Allah. Kelompok sufi tertentu sering kali menggunakan

15

C. Ramli Bihar Anwar, Bertasawuf tanpa Tarekat, Hikmah dan Iiman, (Jakarta; t.p. 2002), 89-90

16

Seyyed Hossein Nasr, (Editor),Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Manif estasi, terj. Tim Penerjemah Mizan, (Bandung; Mizan, 2003), 600-601.


(43)

35

tari sebagai latihan memusatkan konsentrasi dan menghilangkan kekacauan pikiran menugunakan tari semisal tari Samman.17Dalam tari Samman, para penari atau tokoh ketika tebang-tembang sudah dibacakan mereka sampai pada fase tertentu, maka mereka seolah-olah merasakan kenikmatan yang hanya dia yang merasakannya.

Seperti halnya tari Samman, tari Samman sendiri memiliki tujuan untuk membangkitkan dan menguatkan kecintaan mereka kepada Allah18 melalui tembang atau syair dan gerak tari. Di dalam tasawuf pun, tari berfungsi menyejukkan batin para sufi yang sedang melaksanakan perjalanan spiritualnya.19 Dengan tari mereka merasa tidak ada yang namanya keterpaksaan dalam melakukannya. Tari sufi adalah suatu ritual keagamaan yang paling tua dan tari sufi juga mempunyai peran yang sangat signifikan dalam penyebaran Islam. Dan hal ini dilakukan di dunia Islam pada zaman awal.20

Dasar tari sufi yang dipraktekkan juga terletak pada pergerakan nafas dalam mengucapkan kata-kata suci dalam dhikir sufi tidak jauh beda dengan tari Samman. Di mana irama nafas ini menjadikan tubuh bergerak secara otomatis.21 Tidak ada yang namanya gerakan yang dibuat-buat, seperti halnya sebuah tari yang ringan yang pada akhirnya menjadi salah satu gerakan yang mempunya arti

17

William C. Chittick,Jalan Cinta Sang Suf i; Ajaran-Ajaran Spiritual Jalaluddin Rumi, terj. M. Sadat Ismail dan Achmad Nidjam, (Yogyakarta; Qalam, 2001), 503

18

Abdul Muhayya,Bersuf i Melalui Musik; Sebuah Pembelaan Musik Suf i oleh Ahmad Ghazali, (Yogyakarta; Gama Media, 2003), 34

19

Ibid., 32

20

Annemarie Schimmel,Dimensi Mistik dalam Islam, terj. Sapardi Djoko Damono, dkk., (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), 227.

21

Titus Burckhardt,Mengenal Ajaran Kaum Suf i, terj.Azyumardi Azra dan Bachtiar Ef f endi, (Jakarta; Dunia Pustaka Jaya, 1984),142.


(44)

36

di dalamnya. Oleh karena itu selama pertunjukan tari, para pelakon menghindari ekspresi-ekspresi yang kesannya dibuat-buat agar tidak mengurangi pesan-pesan yang ingin disampaikannya.

Begitu pun sebaiknya ekspresi itu terjadi dalam ketidaksadaran bahkan mencapai ekstase, hal ini diperbolehkan bagi kalanganfuqara'yang telah menolak kehidupan yang berbau duniawi. Gerakan-gerakan ini tidak lain untuk merespon panggilan batin22 yang sekali-sekali harus melepas akan duniawi, dan pada dasarnya tari secara fisik tidak pernah ada dalam syariat maupun dalam tasawuf. Tetapi bukan hanya sebatas itu kita memahami tentang tari sufi atau tari Samman. Selama tari itu bernilai baik mengapa harus diperdebatkan. Akan tetapi sebaliknya jika gerak jasad atau tari Samman yang penuh dengan kesenangan duniawi saja, maka semua itu sia-sia.

Tetapi lain halnya lagi jika tari itu menghasilkan nilai yang lebih dalam lagi, dalam hal ini tasawuf mengajarkan tari sufi untuk mencapai ekstase yang artinya sudah melepas semua dan hanya memfokuskan diri kepada Allah. Hal ini berhubungan dengan jiwa seseorang yang mana tari dilaksanakan untuk bisa merasakan kehadiran Allah, dalam dzauq atau perasaan yang dimiliki23. Dalam hal ekstase, Junaid mengungkapkan dalam sebuah syair yang dikutip oleh Nasr :

"Ekstaseku adalah ketika aku memindah diriku dari eksistensi melalui anugerah dari Dia yang menunjukkan padaku kehadiran.24

22

Seyyed Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Manif estasi, op. cit.. 607-608

23

Ibnu Usman Al-Hujwiri,Kasyf Al-Mahjub; Menyelami Samudra Tasawuf ,terj. Ahmad Af (Yogyakarta, Pustaka Sufi, 2003), 489.

24


(45)

37

Dari uraian di atas, jelas bahwa tari spiritual adalah sebagai bagian ritual ketaatan para sufi dengan cara ber-dhikir kepada Allah melalui gerakan tari yang mana telah dilakukan oleh para penari Samman.25 Penglihatan ini mempunyai kekuatan yang berasal dari manifestasi Allah. Karena pada awalnya, jiwa manusia bersatu dengan jiwa Universal, yaitu Allah. Kemudian tari berfungsi di dalam hati untuk dirasakan sebagai pembangkit atas jiwa yang terperangkap dalam ikatan kehidupan duniawi.26Seperti disebutkan dalam al-Qur an surat Al-A raf ayat 172,

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kaimat kamu tidak mengatakan : "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah, terhadap ini (Keesaan Tuhan).27

Perjanjian awal itulah yang dibangkitkan untuk hati yang terperangkap dalam ikatan duniawi.28 Karena bagi penglihatan, hati haruslah hidup dan nafsu haruslah mati,29 mengingat bahwa penglihatan sebagai praktek pelepasan kegelisahan duniawi dan untuk membuka hati yang bertujuan untuk mensucikan

25

Seyyed Hossein Nasr, dkk.,Warisan Suf i, terj. Gaf na Razha Wahyudi, Pustaka Suf i, 2002,121

26

Seyyed Hossein Nasr,Ensiklopedi Tematis Islam Manif estasi..., 608-609

27

Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah, Al-Qur’an dan Terjemah, Depag, 1986,250 28

Seyyed Hossein Nasr,Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Manif estasi…,609

29


(46)

38

jiwa. Perlu juga ditegaskan bahwa konsep spiritual ini bukan hanya sebagai hiburan yang menarik, tetapi ditujukan untuk Allah30.

30

Syaikh Fadhlalla Haeri,Jenjang-Jenjang Sufisme, terj. Ibnu Burdah dan Shohifullah, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2000), 119


(47)

BAB III

KUMPULAN DATA-DATA PENELITIAN

A. Letak Geografis

Madura adalah sebuah pulau kecil yang menyimpan banyak cerita di luar nalar sehat kita seperti hamilnya sang ratu tanpa suami dan melahirkan seorang anak dan sang anak itu lah yang mendirikan pulau Madura sekaligus menjadi raja pertama, yang bernama Raden Sagara, nama beliau diambil dari kisah lahirnya ditengah laut yang dihanyutkan oleh patih di perintah oleh sang raja (ayahanda) karana hamil tanpa suami.1

Madura salah satu pulau yang posisinya terletak di Provinsi Jawa timur, dipulau Madura ada empat kabubaten diantaranya, Bangkalan yang posisinya terletak paling ujung barat, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Empat dari kabupaten ini berdempetan dan yang paling ujung timur adalah kabubaten Sumenep yang mempunyai beberapa kecamatan diantaranya kecamatan Peragaan Belutoh Ganding Lenteng Guluk-guluk dan masih banyak yang lainnya.

Secara umum kondisi sosial Kecamatan Guluk-guluk tidak sedikit berbeda dengan Kecamatan-Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Sumenep. Pembahasan dalam bab ini merujuk secara khusus kepada Kecamatan Guluk-guluk, meskipun tidak menutup kemungkinan akan persamaan kondisi sosial budaya dengan kecamatan yang lain secara umum dan lebih khusus merujuk pada suatu desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Guluk-Guluk.

1

Ayu Sutarto Marwoto Heru SP.Saputra,Mutiara yang Tersisa 1 ,Kearifan Lokal Cerita Rakyat Madura,(Jatim: kompyawisda,tt),10.


(48)

40

Desa Tambuko merupakan salah satu desa di Kecamatan Guluk-Guluk yang ada di Kabupaten Sumenep. Kecamatan Guluk-guluk mempunyai beberapa desa.

Tabel 3.1 Daftar Desa di Kecamatan Guluk Guluk

No. Nama Desa

1 BAKEYONG

2 PAYUDAN DUNDANG

3 PORDAPOR

4 GULUK GULUK

5 KETAWANG LAOK

6 PANANGGUNGAN

7 BRAGUNG

8 TAMBUKO *

9 PAYUDAN NANGGER

10 PAYUDAN DALEMAN

11 PAYUDAN KARANGSOKON

12 BATUAMPAR

Sumber :Data Arsip Kecamatan Guluk-Guluk

Desa Tambuko sendiri dibagi menjadi tiga dusun yang meliputi Dusun Jeruk Durga, Dusun Bangrat, Dan Dusun Pangelen. Ketiganya adalah dusun-dusun tanpa pemisah, karena dusun-dusun-dusun-dusun tersebut berderet memanjang dari utara ke selatan. Adapun batas wilayah desa Tambuko:

1. Bagian Barat berbatasan dengan desa Payudan Nangger 2. Bagian Timur berbatasan dengan desa Bragung


(49)

41

3. Bagian Selatan berbatasan dengan desa Pordapor 4. Bagian Utara berbatasan dengan desa Prancak

Desa Tambuko dipimpin oleh Bapak H. Halili selaku kepala desa di desa Tambuko. Kepala desa menjadi tempat masyarakat atau menjadi wadah aspirasi warga terhadap segala sesuatu yang terjadi di kampungnya, baik itu berkaitan dengan administrasi penduduk, kesehatan, kekerasan dan sebagainya.

Struktur Aparatur Desa Tambuko

Bagan 3.1

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Desa Tambuko

Thn.

Jum. Pend.

L P Balita Produktif Lansia

2015 2.805 1.362 1443

Sumber : Data Arsip Desa Tambuko 2015

Kepala desa Drs.Ec. H. Halili

BPD Sekretaris Desa A,Khalik Kaur Umum Nur Hasilah Pembangunan Kurdiyanto Perencanaan Rif’atul hasanah Keuangan Misbahol Khoir Kesejahteraan ACH. Fauzan Pemerintahan Wahedi Kepala Dusun (Pangelen) Dedi Rohman Kepala Dusun (Bangrat) Moh, Umam Kepala Dusun (Jeruk Durga) Moh samli


(50)

42

B. Adat Istiadat dan Agama

Berbicara tentang Madura tidak pernah terlepas dari persilangan antara agama dan tradisi2. Pola kebiasaan masyarakat Madura yang sering mengkaitkan antara agama dan tradisi tersebut, menelurkan misalnya tari Samman. Tari Samman ini merupakan hasil dari persilangan antara agama dan tradisi yang berhubungan langsung dengan kehidupan sosio-keagamaan masyarakat Madura.

Sir Edwar Burnet Tylor (1832-1917) mengartikan budaya atau tradisi sebagai sebuah keseluruhan yang kompleks dari ide, termasuk di dalamnya pengetahuan, keyakinan dan seni, atau moral adat istiadat yang dipelajari oleh manusia berdasarkan sejarah.3

Sebelum Islam masuk, masyarakat Madura masih menganut agama Hindu Budha yang peninggalan bangunan menggelitik berupa bato kennong (batu kenong) atau bato enggbung (batu gong) dan rasa keagamaan orang Madura tertanam sejak dulu kala sejak animisme dianut oleh penduduk. Islam masuk dengan cara pelan-pelan sekitar abad XV, tetapi penerimaannya secara luas dan mengubah semunya. Derajat keislamanya orang Madura disejajarkan dengan orang Aceh dan Minang di Sumatera.4

Pada abad ke XIX di desa Kademmangan (dekat kota Bangkalan) sudah berdiri sebuah pesantren yang diasuh oleh KH Muhammad Khalil, pesantren itu sangat tersohor secara nasional karena santri-santrinya yang di didik menjadi tokoh-tokoh besar seperti K.H. Hasim Asy’ari dan kiyai-kiyai tersohor lainnya.

2

Ali Hasan Siswanto,Dialektika Tradisi NU Ditengah Arus Modernis,(Surabaya: iQ_Media, 2014), 61

3

Simon Coleman dan Helen Watson,pengantar antropologi,(Bandung: Penerbit Nuansa, 2010), 15

4


(51)

43

Pada abad XX, Syariat Islam sebagai gerakan politik berlandaskan Islam dan perkembangannya sangat pesat.5

Islam sebuah agama yang mana kita ketahui bersama merupakan ajaran yang dibawa oleh Nabi dengan segala bentuk dan cara. Masuknya Islam ke pulau Madura melalui beberapa jalur, yakni pernikahan dan perdagangan.6 Sejak lahirnya Islam, banyak tradisi dikembangkan, di antara tradisi salamettandan lain sebagainya.

Masyarakat Madura terkenal dengan keagamaannya, hingga tidak jarang jika ada sebagian yang fanatik terhadap paham yang dianutnya. Bahkan tidak sedikit dari mereka jika ditanya agamanya orang Madura, mereka menjawab NU yang bermadzhab Syafi’i. NU sendiri menjadi organisasi terbesar di Indonesia dan dianggap sebagai organisasi “kaum sarungan” dan paham NU sendiri hampir sama dengan tradisi Madura.7

Penduduk di desa Tambuko kesemuanya beragama Islam. Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya bangunan keagamaan bagi agama lain selain bangunan untuk umat Islam yaitu Masjid. Walau ada orang yang berbeda agama tepi hanya satu dari seribu masyarakat yang ada. Di desa Tambuko ini ada 1 Masjid dan dua Musholla sebagai tempat peribadatan bagi penduduk. Mengapa Masjid disana hanya satu. Karena bagi masyarakat membangun Masjid harus mengukur dari berapa masyarakat yang ada di sana atau lebih tepatnya harus lebih dari empat

5

Ibid., 43

6

Huub De Jonge,Madura Dalam Empat Zaman: Pedang, Perkembanggan Ekonomi, dan Islam, (Jakarta: PT Gramedia, 1989).3

7

Ali hasan Siswanto, Dialektika Tradisi NU Ditengah Arus Modernis,(Surabaya: iQ_Media, 2014), 36


(52)

44

puluh rumah untuk membangun masjid baik selatan, utara, barat dan timur. Harus memenuhi syarat yang ada dalam Islam.

Seperti biasa kebanyakan dari masyarakat Madura, masih sangat menghormati sekali yang namanya Kyai dan keluarganya. Semua ini tergambar dalam bangunan sosial masyarakat.Buppa’(bapak), babu’(ibu) dan Ratoh (raja), semua ini melambangkan unsur-unsur dalam bangunan sosial masyarakat. Jika

Buppa’danbabu’adalah merupakan elemen penting dalam keluarga, makaguruh

dan ratoh adalah penentu dalam dinamika sosial politik dan adat istiadat masyarakat.

Sementara masyarakat Madura dikenal sebagai komunitas masyarakat yang ulet dan tidak pernah menyerah. Hal ini disebabkan oleh kondisi alamnya yang kering dan relatif kurang subur. Agama Islam menjadi nilai dasar sosial yang paling penting di pulau ini. Masyarakat Madura dikenal sangat berpegang teguh terhadap nilai-nilai Islam, dan mereka sangat kental dengan ajaran syariat Islam. Struktur sosial masyarakat Madura itu menempatkan Kyai menjadi figur utama dalam kehidupan masyarakat Madura. Sistem pendidikan pesantren dan tradisi pendidikan pesantren sorogan dalam pelajaran di pesantren menempatkan Kyai menjadiagen of changedari kahidupan sosial ekonomi masyarakat Madura. Salah satu contoh bahwa Kyai ditempatkan pada suatu tempat yang istimewa, pemilihan kepala daerah jika tidak ada nama Kyai dalam namanya maka sulit untuk memenangkan pemilihan itu dalam level atas atau dalam level bawah pun seperti pemilihan kepala desa “mon ta’ e tekku’ Kyai” (jika tidak dipegang Kyai) maka jangan harap untuk bisa menjadi pemenang, Kyai dalam masyarakat ditempatkan


(53)

45

sebagai posisi strategis dalam sistem sosial masyarakat madura.

Bangunan sosial ini, menggambarkan kepatuhan kepada bapak dan ibu juga ketundukan terhadap tokoh dan pemerintah, tokoh panutan di sebut pemimpin, yang mempunyai kepribadian yang Islami dan loyalitas dari pemerintah seperti ulama dan Kyai. Kyai dalam masyarakat ada tiga versi. Pertama, Kyai yang menekankan pada bidang pendidikan dan pengembangan pesantren (pondok). Kedua, Kyai yang mempunyai ilmu ghaib (tenaga dalam) yang memungkinkan mereka berprofesi sebagai dukun. Ketiga, Kyai yang ikut terjun dalam kancah perpolitikan.

Struktur adat istiadat dan agama masyarakat Madura (tidak terkecuali juga masyarakat yang ada di desa Tambuko cukup unik, dalam satu sisi adat istiadat mereka banyak dipengaruhi oleh budaya Islam sebagai perwujudan Kyai. Seperti adanya kesenian tari Samman, Gambus, Hadrah, dan lain-lain yang bercorak Islam. Syekh di sisi lain, budaya mereka di pengaruhi oleh unsur animisme yang masih kental dengan kepercayaan lama (Pra-Hindu-Budha) seperti kepercayaan terhadap makhluk halus, jin, percaya pada kekuatan ghaib, makam, akik dan lain sebagainya.

Masyarakat yang menjadi alat pengekpresian terhadap nilai-nilai adat istiadat yang diwariskan secara umum, turun temurun, dan berkesinambungan dengan generasi yang berbentuk proses, sosialisasi, nilai adat istiadat antara lain tercermin dalam sikap, mental, etika, serta nilai-nilai yang masih hidup dalam hubungan antar sesama, nilai budaya bisa tergambar dan terwujud dalam pola tingkah laku, pergaulan masyarakat.


(54)

46

C. Sejarah Taradisi Samman di Desa Tambuko

Sebelum masuk pada sejarah taradisi Samman di Desa Tambuko, terlebih penulis akan mengenalkan sosok tokoh yang menjadi panutan dalam tari samman ini.Lahirnya tari samman ini bermula dari kegundahan beliau terhadap pergaulan kaula muda yang sangat miris di desa tempat kelahirannya tersebut, kebanyakan dari pemuda di desa tersebut adalah pesabung ayam dan lain sebagainya, Kyai Marzuki. Adalah seorang Kyai yang tidak pernah menampakkan kekyaiannya, lebih pasnya dia lebih suka merakyat dan tidak pernah mengenal yang namanya kelas-kelas dalam masyarakat (kaya dan miskin). Dilahirkan di Tambuko, guluk-guluk di Kota Sumenep pada tanggal 5 Mei 1950. Semula, ia hanya mengajak beberapa orang untuk menyiarkan tentang agama islam, melalui tari samman yang pada waktu itu tidak memfokuskan pada tari, artinya tari tersebut tidak dikonsep karena fokusnya padadhikir. Lama-kelamaan, ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik dhikir, wirid, dan ajaran yang bernuansa tasawuf. Ia menyusun cara pendekatan diri dengan Allah SWT yang akhirnya disebut sebagai tari samman. Sebenarnya tari Samman ini sudah ada sejak dahulu sebelum Kyai Marzuki, akan tetapi tari Samman ini mati (tidak ada penerusnya) sehingga oleh beliau didirikan kembali. Kyai Marzuki dikenal sebagai tokoh yang sederhana dan bisa dijadikan panutan tergambar dalam banyaknya masyarakat yang menyeganinya dan ikut andil dalam tari samman.

Seperti perkumpulan lainnya tari samman juga memilik struktur di dalamnya guna agar ada kordinasi dengan semisal, ketua, sekertaris, bendahara dan anggota.


(55)

47

1. Latar belakang berdirinya tari Samman

Taradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal dari masalalu namun masih aada hingga kini dan belum hilang atau dirusak (tidak ada). Tradisi dapat diartikan sebagai warisan yang benar atau warisan masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan atau disengaja.8 Dari pemahaman tersebut maka apapun yang dilakukan oleh manusia secara turun temurun dari setiap aspek kehidupan dan upaya meringankan hidup manusia dapat dikatakan sebagai “tradisi” yang berarti bahwa hal tersebut adalah menjadi bagian dari kebudayaan. Secara khusus tadisi oleh C.A Van Peursen diterjemahkan sebagai proses pewarisan atau penerusan norma-norma, adat istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta. Tradisi dapat dirubah diangkat, ditolak dan dipadukan

8

Piotr Sztompka,Sosiologi Perubahan Sosial,(Jakarta: Prenada Media Grup, 2007), l.69

Pembing-bing : Kyai Marsuki

Ketua : Fauzi Musa

Bendahara : Suadi Sekertaris : Amal


(56)

48

dengan aneka ragam perbuatan manusia.9

Lebih khusus tradisi yang dapat melahirkan kebudayaan masyarakat dapat diketahui dari wujud tradisi itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat yang dikutip dalam penelitian Matulada, kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga bentuk, yaitu:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu komlpeks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai komlpeks aktivitas perilaku berpola dari manusia dalam masyarakat

c. Wujud kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.10

Masyarakat merupakan sekelompok yang memiliki kesamaan budaya, wilayah idenitas, dan berinteraksi dalam suatu hubungan sosial yang terstuktur. Masyarakat mewariskan masa lalunya melalui beberapahal:

a. Tradisi dan adat istiadat (nilai, norma yang mengatur perilaku dan hubunggan antar individu dalam kelompok) adat istiadat yang berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi oleh anggota masyarakat di daerah tersebut. Adat istiadat sebagai sarana mewariskan masa lalu terkadang yang disampaikan tidak sama persis dasar untuk terus dikembangkan dan diperbaharui.

b. Nasehat para leluhur atau nenek moyang, dilestarikan dengan cara menjaga nasehat tersebut melalui ingatan kolektif anggota masyarakat

9

C.A. Van Peursen,Strategi Kebudayaan,(Yogyakarta: Kanisius, 1988), 11

10

Mattulada, Kebudayaan dan Lingkungan Hidup, (Hasanuddin Universitas Press, 1997), 1


(57)

49

dan kemudian disampaikan secara secara lisan turun temurun dari satu generasi kegenarai selanjutnya.

c. Peran orang yang diutamakan (pemimpin kelompok yang memiliki kemampuan lebih dalam menaklukan alam) dalam masyarakat misala adanya keyakinan bahwa roh-roh harus dijaga, disembah, dan diberikan apa yang disukainya dalam bentuk sesaji. Pemimpin kelompok menyampaikan secara lisan sebuah ajaran yang harus ditaati oleh anggota kelompoknya.

d. Membuat suatu peringatakan kepada semua kelompok masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu atau makam. Semuanya itu dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya hanya dengan melihat semisal: benda- benda (cangkul)

e. Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk sejaah lisan sebab meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan bangunan yang mereka buat.

Dalam perkembangannya, tari Samman membawa banyak nilai lebih terutama masalah keagamaan seperti tari Samman yang berada di Desa Tambuko, tari ini bukan hanya sebuah tari yang menjadi sebuah hiburan saja, melainkan tari Samman ini adalah sebuah tari yang mana menjadi sebuah medium mendekatkan diri kepada Allah dengan memfokuskan kepada berdzikir.

Jika bicara tentang tari Samman yang tergambar dalam pikiran kita adalah Aceh karena tari Samman sendiri berkembang pesat di daerah Aceh,


(58)

50

akan tetapi tidak menutut kemungkinan tari ini menyebarluas oleh para ulama terdahulu untuk menyebarkan agama Islam seperti yang dicontohkan oleh para wali songo, Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri dan Sunan Bonang, Sunan Drajad. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Tidak jauh beda dengan alat atau teori yang digunakan oleh Kyai Marzuki dalam penyebaran agama Islam, beliau memadukan seni dan agama hingga terciptalah tari samman. K. Marsuki juga menambahi mengenai perkembangan sejarah tari Samman di Desa Tambuko.

“Kauleh sanget yakin Manabi Samman nikah ekakebey alat kaanggui nyebbaraki ajeren Islam, Sebeb edelam tari Samman nikah aesseh tadek laen coma adidhikir ka Allah” (saya sangat yakin kalau Samman ini digunakan sebagai alat untuk menyebarkan ajaran Islam, karena di dalam tari Samman ini berisidhikirkepada Allah).11

Dalam tari Samman di Desa Tambuko ini ada beberapa faktor mengenai kelahirannya, diantaranya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, karena dalam tari Samman di Desa Tambuko memfokuskan kepada didhikir-dhikir kepada Allah dan sekali-kali beliau menabahakan

11


(59)

51

tausiyah atau pengajian kitab dengan tujuan memantapkan hati para anggota untuk semakin taat kepada Allah.

Selain itu yang membuat tari Samman ini semakin banyak anggotanya dan masih terjaga hingga saat ini adalah sikap yang ditanam atau dicontohkan oleh Kyai Marzuki sangat baik. Bahkan dari tetangga desa sebelah turut andil dalam tari samman seperti mas Amal beliau menuturkan bahwa.

“Kyai open edelem adidik ben abimbing anggotanah, ben beliau pekus

edelem akhlakkeh. Nikah palantaranah oreng benyak norok edelem tari samman nikah,artenah beliau nikah benni cuma ngangkui teori maloloh ben

eparaktek aki” (Kyai telaten di dalam mendidik dan membimbing para anggotanya, dan beliau baik dalam akhlaknya, ini yang membuat oang banya ikut dalam tari samman, artinya beliau bukan hanya memakai teori melainkan juga diperaktekkan).12

Walau pun tidak ada literatur yang mewadahi bagaimana sampainya tari Samman yang berkembang di Aceh sampai kepulau Madura, akan tetapi mereka mengatakan bahwa tari Samman ini sudah ada sejak dulu nenek moyangnya,13 akan tetapi sangat beda dengan yang berada di Aceh, mulai dari prosesi dan kegunaanya.

“Samman nikah ampon dimin pon bedeh molain guleh kik kanak lambek, nekah ponbedeh, coman polanah sobung penerussah samman nikah elang, 2013 bulen 08 awal ben sengkok epajekeh pole, polanah masyarakat edinnak (Desa Tambuko)benyak sealakoh tanih ben sengkok yakin edelam sappenarenah pasteh sakonek ebede, sokkor-sokkor tak atinah sewajib, mangkanah ben sengkok Samman reyah ekakebey dakawah jekngajek

kabekusen”(ini sudah ada sejak saya masih kecil dulu, cuma karena tidak ada penerusnya lagi akhirnya hilang, sejak 2013 bulan awal 08 saya dirikan kembali karena masyarakat disini (Desa Tambuko) banyak yang pekerja tani dan saya banyak sedikit yakin di dlam setiap harinya sukur-sukur tidak meninggalkan kewajibanya, maka Samman ini saya jadikan sebuah dakwah

12

Wawancara. Mas Amal, 3 desember 2016. Jam 06:00

13


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Deskripsi panjang yang dilakukan dalam penelitian tari Samman yang dilakukan dalam masyarakat Tambuko Kabupaten Sumenep setidaknya dapat diambil kesimpulan bahwa;

1. Tari Samman adalah sebuah tari yang mendasari sebuah ajaran keislaman dengan kata lain adalah sebagai media dakwah. Selain itu tari Samman juga merupakan cara untuk sampai kepada Allah. Adapun ajarannya yakni membaca tahlil yang diwali dengan pembacaan wasilah dan ditujukan kepada nabi Muhammad, Sahabat-Sahabatnya, para malaikat, kepada Syekh Samman selaku orang pendiri tarekat samaniyah dan terakhir kepada para nenek moyang masing-masing anggota.

Dalam ajaran tari Samman yang dibimbing oleh Kyai Marzuki memakai tari sebagai dasar untuk menghilangkan kejenuhan para anggota dan diiringi dengan dhikir allah(berdhikir kepada Allah). Seperti tari lainnya, tari Samman memiliki beberapa unsur yang dipadukan sehingga melahirkan sebuah tari. Masing-masing unsur memiliki makna yang sengaja diatur untuk menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Antara lain unsur tersebut: Syair,Nasyid, Gerakan, dan Anggota.

2. Tari Samman merupakan ajaran yang bercorak tasawuf dan lebih tepatnya tari yang diiringi dhikir kepada Allah. Ajaran ini merupakan proses


(2)

72

spiritual yang bernuansa transcendental(komunikasi batin dengan Allah). Tari Samman secara spiritual merupakan komunikasi batin dengan Allah yang jika dilakukan dengan bersungguh-sungguh maka ia sama halnya dengan melakukanmujahadah (perang melawan nafsuamarah bi al-Su’,). Mujahadah ini bertujuan agar nafsu dan emosi dapat dikontrol dan tidak menguasai diri. Dari kontrol tersebut, terdapat dampak yang dirasakan bagi setiap anggota yakni meningkatkan iman dan taat kepada Allah, serta memperbaiki akhlak dan mental.

B. Saran

Tari setiap kali kita mendengar kata ini yang tergambar dalam benak kita adalah kemewahan atau kata lain adalah hiburan, bagai mana tidak sejak zaman dahulu hingga sekarang sebagian dari kita menjadikan tari sebagai alat untuk menghilangkan kebosanan, akan tetapi konsep tari Samman yang dikenalkan oleh Syekh Samman sangat membawa sebuah perubahan lebih baik. Sebuah tari yang menurut sebagian adalah hal biasa kita lakukan, tapi dalam penerapanya membawa implikasi yang sanagat luara biasa, tergambar dalam penemuan peneliti.

Saran dan masukan dalam penelitian ini ditujukan kepada seluruh masyarakat lebih khususnya cendikiawan muslim, banyak para ulama mencoba mentransfer doktrin keilmuannya lebih tepatnya tentang keagamaan dengan berbagai macam cara, mulai dari para wali penyebaran Agama Islam dengan kesenian seperti yang peneliti lakukan oleh Syekh Samman yang memakai tari sebagai alat untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam, dalam hal ini banyak orang


(3)

73

menyepelekan tentang hal ini, akan tetapi dampak dari hal kecil ini membawa perubahan yang lebih baik, walau tidak ada literatur jelas mengenai bagaimana sampainya tari Saman yang berkembang di Aceh ke pulau Madura. Satu hal yang biasa peneliti ambil kesimpulan bahwa tari Samman membawa perubahan yang sangat jelas, terlebih dikalangan masyarakat Desa Tambuko.

Maka dari itu kita sebagai generasi penurus bangsa Indonesia adalah menumbuhkan dan menjaga kebudayaan yang dinamis, namun tetap memiliki kekuatan moral. Lagi pula kita hidup di era globalisasi, sehingga tidak menutut kemungkinan akan terjadinya akulturasi budaya dan bukan menjadi sebuah persoalan lagi. Sekarang adalah saatnya untu merefleksikan, bukan hanya menjadi sebagai penikmat atau penonton.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Abdullah Khozin. Fenomenologi, pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran Edmund Husserl, Surabya: lembaga kajian Filsafat dan Agama 2007

Anwar, C. Ramli Bihar Bertasawuf tanpa Tarekat, Hikmah dan Iiman, (Jakarta; t.p. 2002

Azwar, Saifuddin.Metode Penelitian,Yogyakarta : Pustaka Pelajar 1998

Bayat, Mojdeh, Mohammad Ali Jamnia, Para Sufi Agung; Kisah dan Legenda, terj. Erna Novana, (t.k: Pustaka Suf i, 2003

Burckhardt, Titus Mengenal Ajaran Kaum Suf i, terj.Azyumardi Azra dan Bachtiar Ef f endi, Jakarta; Dunia Pustaka Jaya, 1984

Chittick, William C. Jalan Cinta Sang Suf i; Ajaran-Ajaran Spiritual Jalaluddin Rumi, terj. M. Sadat Ismail dan Achmad Nidjam, Yogyakarta; Qalam, 2001 Coleman, Simon. dan Helen Watson, pengantar antropologi, Bandung: Penerbit

Nuansa, 2010

Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1994

Dhavamony, Mariasusai.Fenomenologi AgamaYogyakarta: Kanisius, 1995 Haeri, Fadhlalla. Jenjang-Jenjang Sufisme, terj. Ibnu Burdah dan Shohifullah,

Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2000

Heniawaty, Yuznizar. Tari Samman Pada Masyarakat Aceh: Identitas Dan Aktualisasi, Medan: t.p. 2015

Hujwiri (al), Ibnu Usman Kasyf Al-Mahjub; Menyelami Samudra Tasawuf , terj. Ahmad Af (Yogyakarta, Pustaka Sufi, 2003

Jonge, Huub De. Madura Dalam Empat Zaman: Pedang, Perkembanggan Ekonomi, dan Islam, Jakarta: PT Gramedia, 1989.

Khamiskhanawi (al),Jami’ al-Usul fi al-Auliya’.

Kuntowijiyo, Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik Dalam Bingkai Strukturalisme Transcendental, Bandung : Mizan, 2001 Mahzar, Armahedi.Islam Masa Depan. Bandung: Penerbit Pustaka, 1993


(5)

Mattulada, Kebudayaan dan Lingkungan Hidup, Hasanuddin Universitas Press, 1997.

Mahmud,Abdul HalimTasawuf di Dunia Islam,Bandung: Pustaka Pelajar, 2002 Muhayya, Abdul Bersufi Melalui Musik; Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh

Ahmad Ghazali, Yogyakarta; Gama Media, 2003

Nasir, Moh.Metode Penelitian.Bogor : Ghalia Indonesia, 2009

Nasr, Seyyed Hossein dkk., Warisan Sufi, terj. Gaf na Razha Wahyudi, Pustaka Suf i,

Nasr, Seyyed Hossein. (Editor), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Manif estasi, terj. Tim Penerjemah Mizan, Bandung; Mizan, 2003.

Nata, AbuddinAhklak Tasauf,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008

_____,Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo, 1999.

Nasr, Seyyed Hossein. Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Manif estasi, Pustaka Suf i

Partanto, Plus A.Kamus Ilmiah Popular .Surabaya : ARKOLA, 2001 Peursen, C.A. Van.Strategi Kebudayaan,Yogyakarta: Kanisius, 1988 Rifai, Mien Ahmad,Manusia Madura, Yogyakarta: Pilar Media, 2007

Saputra, Ayu Sutarto Marwoto Heru SP. Mutiara yang Tersisa 1 ,Kearifan Lokal Cerita Rakyat Madura,Jawa timur: kompyawisda,tt.

Schimmel, Annemarie.Dimensi Mistik dalam Islam, terj. Sapardi Djoko Damono, dkk., Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000

Shah, Idries,Butiran Mutiara Hikmah, terj. Ilyas Hasan, Jakarta: Lentera, 2002 Siraj, Said Agil,Tasawuf Sebagai Kritik Sosial.Bandung: Mizan, 2006.

Siswanto, Ali Hasan.Dialektika Tradisi NU Ditengah Arus Modernis,Surabaya: iQ_Media, 2014

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012

Syukur, Amin.Mengugat Tasawuf,Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002


(6)

Wawancara pak Suadi. Sumenep, 2 Desember 2016. Jam: 19.30

Wawancara dengan Bapak Ahmad. Sumenep, 2 Desember 2016. Jam: 20.00 Wawancara dengan Amal, sumenep, 2 Desember 2016. Jam 06.00

Wawancara dengan Wahyudi, sumenep, 2 Desember 2016. Jam 06.00 Wawancara, Kyai Marzuki 2 Desember 2016. Jam:06:00

Wawancara, Rasyid 2 Desember 2016. Jam:13:00 Wawancara, Pak Samli 5 Februari 2016, Jam 07:00

www kisah asal usul.blogspot.com/2015/09/19-pengertian-tari-menurut-para-ahli.html. 30 september 2015 jam 20 wb

www.penalaran-unm.org

Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah, Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen agama, 1986